ntt punya kampus bambu pertama di indonesia …
Post on 26-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
No. 185 Juli 2021www.baktinews.bakti.or.id
PATTANETEANG, DESA BERDATA MASYARAKAT BERDAYA
NTT PUNYA KAMPUS BAMBU PERTAMA DI INDONESIA
MENJARING DATA DARI KAMPUNG
BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.baktinews.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.
BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINewsContributing to BaKTINews BaKTINews menerima artikel tentang praktik baik dan pembelajaran program pembangunan, hasil-hasil penelitian dan pemanfaatan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata, menggunakan Bahasa Indonesia, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.
BaKTINews accepts articles about good practices and lesson learnt from development programs, applied research results, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.
Articles should also be sent with photos that illustrate the article. Our editor team will edit each article to ensure the language style and available space. BaKTINews does not provide fee for authors who contribute articles for this magazine.
MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews
Anda dapat mengisi formulir yang tersedia pada laman BaKTINews Online baktinews.bakti.or.id untuk dapat menerima majalah BaKTINews langsung ke email Anda setiap bulannya. Jika Anda tinggal di Makassar, Anda dapat mengambil majalah BaKTINews cetak di Kantor BaKTI setiap hari kerja. You may fill out the form available on the BaKTINews Online page to be able to receive BaKTINews magazine directly to your email every month. If you live in Makassar, you can pick up the printed BaKTINews magazine at the BaKTI office on weekdays.
BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand Indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and the main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.baktinews.bakti .or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.
Jl. Daeng Ngeppe No. 1/10, Makassar 90223, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 0411 832228 / 833383 info@bakti.or.id baktinews@bakti.or.id
www.facebook.com/yayasanbakti @InfoBaKTI @InfoBaKTI
www.baktinews.bakti.or.id
M. YUSRAN LAITUPAZUSANNA GOSAL VICTORIA NGANTUNGITA MASITA IBNU
ICHSAN DJUNAEDPenanggung Jawab
EditorDesign & Layout
Editor Foto
KHAIRIL ANWARSirkulasi
ICHSAN DJUNAED
Daftar IsiJuli 2021 No. 185
1
6
21
10
17
13
29
24
37
40
Mempersiapkan Kader SAIK+ untuk Pembangunan Papua Barat Berbasis DataOleh HALIA ASRIYANI
Bagi Orang Marind Di Papua, Tanaman dan Hewan Hutan Adalah KeluargaOleh SOPHIE CHAO
Kita Tidak Akan Bisa Mencapai Pembangunan Berkelanjutan dengan Laut yang Tidak SehatOleh JOSEP LLUÍS PELEGRÍ LLOPART
Kekerasan Struktural dan Budaya Sebagai Akar KonflikOleh THERRY ALGHIFARY
Diskusi Online Live di Instagram Story @infobakti
Terbaru di Batukarinfo
NTT Punya Kampus Bambu Pertama di Indonesia Oleh YAYASAN BAMBU LESTARI
Menjaring Data Dari Kampung Oleh MUHAMMAD TAUFAN & SYAIFULLAH
6 Cara Membedah Pseudosains di Tengah Banjir Informasi Pandemi Oleh ROBERT SHEN & VERONIKA MARIA SIDHARTA
Inovasi Kamilus Berdayakan Petani, dari Mulsa Alami hingga Mall Ladang JagungOleh EBED DE ROSARY
Pattaneteang, Desa Berdata Masyarakat BerdayaOleh SUMARNI ARIANTO
Mengenal Lebih Jauh Prinsip-Prinsip Panduan untuk Bisnis dan HAMOleh INFID
33
Foto Cover : Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI
Hutan desa Pattaneteang, dikaki gunung Lompo Battang, Sulawesi Selatan.Foto: (Tangkapan layar) Dok. Balai Perhutanan Sosial & Kemitraan Lingkungan Sulawesi Selatan
41
BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.
BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.baktinews.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.
BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.
BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINewsContributing to BaKTINews
BaKTINews menerima artikel tentang praktik baik dan pembelajaran program pembangunan, hasil-hasil penelitian dan pemanfaatan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata, menggunakan Bahasa Indonesia, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.
BaKTINews accepts articles about good practices and lesson learnt from development programs, applied research results, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.
Articles should also be sent with photos that illustrate the article. Our editor team will edit each article to ensure the language style and available space. BaKTINews does not provide fee for authors who contribute articles for this magazine.
MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews
Anda dapat mengisi formulir yang tersedia pada laman BaKTINews Online baktinews.bakti.or.id untuk dapat menerima majalah BaKTINews langsung ke email Anda setiap bulannya. Jika Anda tinggal di Makassar, Anda dapat mengambil majalah BaKTINews cetak di Kantor BaKTI setiap hari kerja.
You may fill out the form available on the BaKTINews Online page to be able to receive BaKTINews magazine directly to your email every month. If you live in Makassar, you can pick up the printed BaKTINews magazine at the BaKTI office on weekdays.
BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand Indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia.
BaKTINews is sent by post to readers and the main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.baktinews.bakti .or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access.
BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.
Jl. Daeng Ngeppe No. 1/10, Makassar 90223, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 0411 832228 / 833383 info@bakti.or.id baktinews@bakti.or.id
www.facebook.com/yayasanbakti @InfoBaKTI @InfoBaKTI
www.baktinews.bakti.or.id
M. YUSRAN LAITUPAZUSANNA GOSAL VICTORIA NGANTUNGITA MASITA IBNU
ICHSAN DJUNAEDPenanggung Jawab
EditorDesign & Layout
Editor Foto
KHAIRIL ANWARSirkulasi
ICHSAN DJUNAED
Daftar IsiJuli 2021 No. 185
1
6
21
10
17
13
29
24
37
40
NTT Punya Kampus Bambu Pertama di IndonesiaOleh YAYASAN BAMBU LESTARI
Menjaring Data Dari KampungOleh MUHAMMAD TAUFAN & SYAIFULLAH
Mempersiapkan Kader SAIK+ untuk Pembangunan Papua Barat Berbasis DataOleh HALIA ASRIYANI
Bagi Orang Marind di Papua, Tanaman dan Hewan Hutan Adalah KeluargaOleh SOPHIE CHAO
Kita Tidak Akan Bisa Mencapai Pembangunan Berkelanjutan dengan Laut yang Tidak SehatOleh JOSEP LLUÍS PELEGRÍ LLOPART
Kekerasan Struktural dan Budaya Sebagai Akar KonflikOleh THERRY ALGHIFARY
Diskusi Online Live di Instagram Story @infobakti
Terbaru di Batukarinfo
6 Cara Membedah Pseudosains di Tengah Banjir Informasi Pandemi Oleh ROBERT SHEN & VERONIKA MARIA SIDHARTA
Inovasi Kamilus Berdayakan Petani, dari Mulsa Alami hingga Mal Ladang JagungOleh EBED DE ROSARY
Pattaneteang, Desa Berdata Masyarakat BerdayaOleh SUMARNI ARIANTO
Mengenal Lebih Jauh Prinsip-Prinsip Panduan untuk Bisnis dan HAM Oleh INFID
33
Foto Cover : Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI
Hutan desa Pattaneteang, dikaki gunung Lompo Battang, Sulawesi Selatan.Foto: (Tangkapan layar) Dok. Balai Perhutanan Sosial & Kemitraan Lingkungan Sulawesi Selatan
41
2BaKTINews No. Juli 2021185
NTT boleh berbangga hati sebagai provinsi pertama di Indonesia yang memiliki Kampus Desa Bambu Agroforestri. Kampus itu diresmikan langsung oleh G u b e r n u r N T T V i c t o r B u n g t i l u Laiskodat pada Senin (24/5) pagi.
Kampus Desa Bambu Agroforestri terletak di daerah Turetogo di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Berdiri di atas lahan satu hektar, kampus tersebut dibangun oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL), organisasi nirlaba yang sejak 1993 telah aktif mengampanyekan dan mewujudkan bambu sebagai solusi lingkungan dan solusi ekonomi bagi masyarakat pedesaan di NTT. Peresmian ditandai dengan penanda-tanganan prasasti yang disaksikan oleh sejumlah pejabat teras Pemprov NTT serta Bupati Ngada AKBP (Purn) Paru Andreas. Hadir pula Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Bito Wikantosa.
Sebelumnya, Gubernur N T T s e m p at m e n i n ja u bangunan serta fasilitas yang terdapat di kampus te rs e b ut , d i a nt a ra nya fasilitas pengawetan bambu, pameran poster serta Rumah Bambu Lestari, bangunan berbahan bambu laminasi y a n g d i d e s a i n u n t u k perumahan sosial maupun rekonstruksi pascabencana. R u m a h B a m b u L e s t a r i didesain sebagai struktur knock down , yang bisa dibongkar-dikirim dirakit dengan cepat dan murah.
Selain itu Gubernur NTT juga ikut serta menanam bibit bambu bersama ibu-ibu pembibit. "Bambu adalah kehidupan, bambu adalah masa depan. Saya berterima kasih kepada mama-mama yang telah merawat bambu," kata kepada para ibu yang hadir. G u b e r n u r j u g a b e r k e s e m p a t a n mendengarkan alunan suling bambu foy doa yang dimainkan komposer dan pembuat suling Anis Wawo. Seniman yang berusia 85 tahun ini telah menciptakan suling baru pentatonik yang diberi nama Doa Foy Doa. Kampus Desa Bambu Agroforestri Turetogo akan difungsikan sebagai lokasi Sekolah Lapang Bambu (SLB), sebuah inisiatif edukasi YBL bagi individu, masyarakat desa, komunitas adat, maupun organisasi perempuan dan pemuda. Kurikulum SLB mencakup berbagai aspek pengembangan bambu agroforestri (wanatani), dari hulu, tengah hingga hilir.
1 BaKTINews No. Juli 2021185
Foto
: Ich
san
Djun
aed/
Yaya
san
BaKT
I
NTT PUNYA KAMPUS BAMBU PERTAMA
DI INDONESIAOleh
YAYASAN BAMBU LESTARI
Di hulu, bambu agroforestri mencakup pembibitan, perawatan serta pemanenan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Hutan Bambu L est a r i . D i te n ga h , ba m b u ag rofo rest r i mendorong lahirnya pabrik pengolahan bambu di tingkat desa yang dikelola oleh koperasi petani maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Sedangkan di hi l ir, bambu agroforestri membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melahirkan produk-produk bambu yang inovatif dan memiliki nilai tambah tinggi. Saat ini YBL telah menjalin kerja sama dengan Sekolah Seniman Pangan untuk membangun potensi pangan lokal, dengan gerakan perempuan menganyam Du Anyam serta gerakan perempuan penenun Torajamelo u nt u k m e n ge m ba n g ka n p ro d u k- p ro d u k kerajinan inovatif berbahan bambu. "Kami sedang mencoba membangun sebuah ekosistem yang akan melahirkan industri bambu berbasis m a s y a r a k a t , i n d u s t r i b a m b u y a n g menguntungkan bagi petani serta industri bambu yang tidak hanya melindungi tetapi juga meningkatkan kualitas lingkungan. Kampus ini merupakan bagian penting dari ekosistem tersebut," papar Presiden Direktur YBL, Arief Rabik. K a m p u s i n i , m e nu r ut A r i e f , ad a l a h perwujudan mimpi almarhumah ibundanya, L i n d a Ga r l a n d , i nt e r i o r d e s a i n e r ya n g mendirikan YBL dan merintis pengembangan bambu di NTT. Arief menegaskan bahwa tidak ada satupun rumpun bambu yang ditebang s e l a m a p ro s e s p e m b a n g u n a n k a m p u s . Penggunaan pondasi beton juga sangat dibatasi agar tidak mengganggu sistem akar permukaan bambu. Di dalam area kampus juga terdapat hutan bambu yang terjaga kelestariannya serta wilayah pembibitan yang terisi berbagai jenis bambu dan tanaman sela, termasuk porang dan tanaman pewarna tradisional. Pembangunan Kampus Desa Bambu Agroforestri melibatkan dua arsitek ternama Indonesia, Andesh Tomo dan Andrea Fitrianto, serta tiga arsitek muda, yaitu Isabella van der Griend, Rakha Sonigya dan Saka Suwirna.
Gubernur NTT, Victor B. Laiskodat melihat disain pengembangan Kampus Desa Bambu Agroforestri Turetogo yang akan difungsikan sebagai Sekolah Lapang Bambu (SLB). Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
2BaKTINews No. Juli 2021185
NTT boleh berbangga hati sebagai provinsi pertama di Indonesia yang memiliki Kampus Desa Bambu Agroforestri. Kampus itu diresmikan langsung oleh G u b e r n u r N T T V i c t o r B u n g t i l u Laiskodat pada Senin (24/5) pagi.
Kampus Desa Bambu Agroforestri terletak di daerah Turetogo di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Berdiri di atas lahan satu hektar, kampus tersebut dibangun oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL), organisasi nirlaba yang sejak 1993 telah aktif mengampanyekan dan mewujudkan bambu sebagai solusi lingkungan dan solusi ekonomi bagi masyarakat pedesaan di NTT.
Peresmian ditandai dengan penanda-tanganan prasasti yang disaksikan oleh sejumlah pejabat teras Pemprov NTT serta Bupati Ngada AKBP (Purn) Paru Andreas. Hadir pula Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Bito Wikantosa.
Sebelumnya, Gubernur N T T s e m p at m e n i n ja u bangunan serta fasilitas yang terdapat di kampus te rs e b ut , d i a nt a ra nya fasilitas pengawetan bambu, pameran poster serta Rumah Bambu Lestari, bangunan berbahan bambu laminasi y a n g d i d e s a i n u n t u k perumahan sosial maupun rekonstruksi pascabencana. R u m a h B a m b u L e s t a r i didesain sebagai struktur knock down , yang bisa dibongkar-dikirim dirakit dengan cepat dan murah.
Selain itu Gubernur NTT juga ikut serta menanam bibit bambu bersama ibu-ibu pembibit. "Bambu adalah kehidupan, bambu adalah masa depan. Saya berterima kasih kepada mama-mama yang telah merawat bambu," kata kepada para ibu yang hadir. G u b e r n u r j u g a b e r k e s e m p a t a n mendengarkan alunan suling bambu foy doa yang dimainkan komposer dan pembuat suling Anis Wawo. Seniman yang berusia 85 tahun ini telah menciptakan suling baru pentatonik yang diberi nama Doa Foy Doa. Kampus Desa Bambu Agroforestri Turetogo akan difungsikan sebagai lokasi Sekolah Lapang Bambu (SLB), sebuah inisiatif edukasi YBL bagi individu, masyarakat desa, komunitas adat, maupun organisasi perempuan dan pemuda. Kurikulum SLB mencakup berbagai aspek pengembangan bambu agroforestri (wanatani), dari hulu, tengah hingga hilir.
1 BaKTINews No. Juli 2021185
Foto
: Ich
san
Djun
aed/
Yaya
san
BaKT
I
NTT PUNYA KAMPUS BAMBU PERTAMA
DI INDONESIAOleh
YAYASAN BAMBU LESTARI
Di hulu, bambu agroforestri mencakup pembibitan, perawatan serta pemanenan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Hutan Bambu L est a r i . D i te n ga h , ba m b u ag rofo rest r i mendorong lahirnya pabrik pengolahan bambu di tingkat desa yang dikelola oleh koperasi petani maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Sedangkan di hi l ir, bambu agroforestri membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melahirkan produk-produk bambu yang inovatif dan memiliki nilai tambah tinggi. Saat ini YBL telah menjalin kerja sama dengan Sekolah Seniman Pangan untuk membangun potensi pangan lokal, dengan gerakan perempuan menganyam Du Anyam serta gerakan perempuan penenun Torajamelo u nt u k m e n ge m ba n g ka n p ro d u k- p ro d u k kerajinan inovatif berbahan bambu. "Kami sedang mencoba membangun sebuah ekosistem yang akan melahirkan industri bambu berbasis m a s y a r a k a t , i n d u s t r i b a m b u y a n g menguntungkan bagi petani serta industri bambu yang tidak hanya melindungi tetapi juga meningkatkan kualitas lingkungan. Kampus ini merupakan bagian penting dari ekosistem tersebut," papar Presiden Direktur YBL, Arief Rabik.
K a m p u s i n i , m e nu r ut A r i e f , ad a l a h perwujudan mimpi almarhumah ibundanya, L i n d a Ga r l a n d , i nt e r i o r d e s a i n e r ya n g mendirikan YBL dan merintis pengembangan bambu di NTT. Arief menegaskan bahwa tidak ada satupun rumpun bambu yang ditebang s e l a m a p ro s e s p e m b a n g u n a n k a m p u s . Penggunaan pondasi beton juga sangat dibatasi agar tidak mengganggu sistem akar permukaan bambu.
Di dalam area kampus juga terdapat hutan bambu yang terjaga kelestariannya serta wilayah pembibitan yang terisi berbagai jenis bambu dan tanaman sela, termasuk porang dan tanaman pewarna tradisional. Pembangunan Kampus Desa Bambu Agroforestri melibatkan dua arsitek ternama Indonesia, Andesh Tomo dan Andrea Fitrianto, serta tiga arsitek muda, yaitu Isabella van der Griend, Rakha Sonigya dan Saka Suwirna.
Gubernur NTT, Victor B. Laiskodat melihat desain pengembangan Kampus Desa Bambu Agroforestri Turetogo yang akan difungsikan sebagai Sekolah Lapang Bambu (SLB). Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
3 BaKTINews 4BaKTINews
Andrea Fitrianto, yang desain jembatan bambunya di Davao, Bogor dan Solo banyak m e n d a p a t p u j i a n , m e n g a t a k a n b a hw a bangunan-bangunan di Kampus Desa Bambu Agroforestri dirancang sedemikian rupa untuk menonjolkan kekayaan kontur dan keindahan lanskap Turetogo. Secara khusus Andrea merancang lima pondok wisata yang akan dibangun di antara hutan bambu dan kawasan pembibitan. Pondok wisata itu akan menjulang
7 meter dari atas tanah ditopang oleh jalinan bambu petung utuh yang diperoleh dari sekitar Turetogo. Pondok wisata ini akan selesai dibangun pada akhir Juli mendatang.
Tentang YBL Yayasan Bambu Lestari (YBL) didirikan oleh ibu Linda Garland pada 1993 sebagai organisasi n i r l a b a u n t u k m e n g k a m p a ny e k a n d a n mewujudkan bambu sebagai solusi ekonomi dan ekologi bagi masyarakat pedesaan di Indonesia. S e t e l a h I b u L i n d a G a r l a n d b e r p u l a n g , kepemimpinan YBL dilanjutkan oleh putra beliau, Arief Rabik. Bambu menjadi pilihan utama karena sejumlah keutamaan yang dimiliki tanaman tersebut. Dari sisi ekologis keutamaan bambu adalah: mampu memulihkan lahan kritis; menyimpan air, satu rumpun bambu mampu menyimpan 5 ribu liter air per musim hujan. Air yang kemudian dilepaskan kembali ke tanah pada musim kemarau; mampu menyerap karbondioksida (satu hektar hutan bambu mampu menyerap dan menahan 50 ton
karbon dioksida per tahun); mampu tumbuh di lahan miring serta menstabilkan lahan rawan longsor. Dengan demikian bambu menjadi tanaman yang tepat untuk upaya restorasi lahan kritis, perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS), mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta pencegahan bencana. Dari sisi ekonomis keutamaan bambu adalah: dapat dibudidayakan secara lestari dan berkelanjutan. Dengan metode Hutan Bambu Lestari (HBL) bambu dapat dipanen secara reguler tanpa mengurangi fungsi hutan bambu sebagai daerah tutupan hijau serta konservasi air; kemampuan bambu dalam menyimpan air menciptakan sebuah lingkungan kondusif bagi budidaya tanaman tanaman pangan dan produktif lainnya; bambu dapat diolah menjadi beraneka ragam produk, termasuk produk-produk yang selama ini telah akrab dengan tradisi masyarakat lokal di Indonesia-secara global, telah diidentifikasi lebih dari 1500 produk berbasis bambu, dari produk bangunan dan furniture hingga tekstil dan makanan; dan permintaan akan bambu terus meningkat. Pasar
global untuk bambu dan produk-produk olahan bambu nilainya kini ditaksir telah melebihi 70 miliar dollar. Seluruh program YBL untuk mengampanyekan dan mewujudkan bambu sebagai solusi ekonomi dan solusi ekologi bagi masyarakat pedesaan memiliki paling tidak lima tujuan utama, yaitu restorasi lahan kritis; konservasi air; mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; pencegahan bencana; serta pemberdayaan Masyarakat Desa serta Masyarakat Adat. Lima tujuan utama ini tercermin secara utuh pada model Desa Bambu yang diperkenalkan oleh YBL. Pada model ini Masyarakat Desa dan Masyarakat Adat menjadi mitra utama dalam pembibitan, penanaman, perawatan serta pemanenan bambu. Bibit bambu kemudian ditanam pada tanah milik desa maupun tanah yang dikelola mitra utama lainnya (seperti KPH, Perhutani, Pemerintah Daerah), serta di lahan-lahan kritis. Pada daerah penanaman, bambu kemudian disandingkan dengan tanaman pangan lokal maupun tanaman produktif lainnya sehingga
Kampus ini adalah perwujudan mimpi almarhumah ibundanya, Linda Garland, interior desainer yang mendirikan YBL dan merintis pengembangan bambu di NTT.
Rumah Bambu Lestari didesain sebagai struktur bongkar-pasang, yang bisa dirakit dengan cepat dan murah. Bentuk bangunannya yang unik didesain oleh lima arsitek yang paham betul material bambu. Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
Mama-mama warga desa yang terlibat langsung dalam industri bambu berbasis masyarakat. YBL membangun ekosistem industri yang memberikan keuntungan langsung kepada masyarakat. Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
3 BaKTINews 4BaKTINews
Andrea Fitrianto, yang desain jembatan bambunya di Davao, Bogor dan Solo banyak m e n d a p a t p u j i a n , m e n g a t a k a n b a hw a bangunan-bangunan di Kampus Desa Bambu Agroforestri dirancang sedemikian rupa untuk menonjolkan kekayaan kontur dan keindahan lanskap Turetogo. Secara khusus Andrea merancang lima pondok wisata yang akan dibangun di antara hutan bambu dan kawasan pembibitan. Pondok wisata itu akan menjulang
7 meter dari atas tanah ditopang oleh jalinan bambu petung utuh yang diperoleh dari sekitar Turetogo. Pondok wisata ini akan selesai dibangun pada akhir Juli mendatang.
Tentang YBL Yayasan Bambu Lestari (YBL) didirikan oleh ibu Linda Garland pada 1993 sebagai organisasi n i r l a b a u n t u k m e n g k a m p a ny e k a n d a n mewujudkan bambu sebagai solusi ekonomi dan ekologi bagi masyarakat pedesaan di Indonesia. S e t e l a h I b u L i n d a G a r l a n d b e r p u l a n g , kepemimpinan YBL dilanjutkan oleh putra beliau, Arief Rabik. Bambu menjadi pilihan utama karena sejumlah keutamaan yang dimiliki tanaman tersebut. Dari sisi ekologis keutamaan bambu adalah: mampu memulihkan lahan kritis; menyimpan air, satu rumpun bambu mampu menyimpan 5 ribu liter air per musim hujan. Air yang kemudian dilepaskan kembali ke tanah pada musim kemarau; mampu menyerap karbondioksida (satu hektar hutan bambu mampu menyerap dan menahan 50 ton
karbon dioksida per tahun); mampu tumbuh di lahan miring serta menstabilkan lahan rawan longsor. Dengan demikian bambu menjadi tanaman yang tepat untuk upaya restorasi lahan kritis, perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS), mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta pencegahan bencana. Dari sisi ekonomis keutamaan bambu adalah: dapat dibudidayakan secara lestari dan berkelanjutan. Dengan metode Hutan Bambu Lestari (HBL) bambu dapat dipanen secara reguler tanpa mengurangi fungsi hutan bambu sebagai daerah tutupan hijau serta konservasi air; kemampuan bambu dalam menyimpan air menciptakan sebuah lingkungan kondusif bagi budidaya tanaman tanaman pangan dan produktif lainnya; bambu dapat diolah menjadi beraneka ragam produk, termasuk produk-produk yang selama ini telah akrab dengan tradisi masyarakat lokal di Indonesia-secara global, telah diidentifikasi lebih dari 1500 produk berbasis bambu, dari produk bangunan dan furniture hingga tekstil dan makanan; dan permintaan akan bambu terus meningkat. Pasar
global untuk bambu dan produk-produk olahan bambu nilainya kini ditaksir telah melebihi 70 miliar dollar. Seluruh program YBL untuk mengampanyekan dan mewujudkan bambu sebagai solusi ekonomi dan solusi ekologi bagi masyarakat pedesaan memiliki paling tidak lima tujuan utama, yaitu restorasi lahan kritis; konservasi air; mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; pencegahan bencana; serta pemberdayaan Masyarakat Desa serta Masyarakat Adat. Lima tujuan utama ini tercermin secara utuh pada model Desa Bambu yang diperkenalkan oleh YBL. Pada model ini Masyarakat Desa dan Masyarakat Adat menjadi mitra utama dalam pembibitan, penanaman, perawatan serta pemanenan bambu. Bibit bambu kemudian ditanam pada tanah milik desa maupun tanah yang dikelola mitra utama lainnya (seperti KPH, Perhutani, Pemerintah Daerah), serta di lahan-lahan kritis. Pada daerah penanaman, bambu kemudian disandingkan dengan tanaman pangan lokal maupun tanaman produktif lainnya sehingga
Kampus ini adalah perwujudan mimpi almarhumah ibundanya, Linda Garland, interior desainer yang mendirikan YBL dan merintis pengembangan bambu di NTT.
Rumah Bambu Lestari didesain sebagai struktur bongkar-pasang, yang bisa dirakit dengan cepat dan murah. Bentuk bangunannya yang unik didesain oleh lima arsitek yang paham betul material bambu. Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
Mama-mama warga desa yang terlibat langsung dalam industri bambu berbasis masyarakat. YBL membangun ekosistem industri yang memberikan keuntungan langsung kepada masyarakat. Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
Menjaring Data Dari Kampung
5 BaKTINews 6BaKTINews
Oleh MUHAMMAD TAUFAN & SYAIFULLAH
ebuah strategi tanpa data yang memadai tentu t idak akan m e n j a d i s t r a t e g i y a n g mumpuni. Hanya jadi jargon dan bisa dipastikan tidak akan efektif untuk dilaksanakan di lapangan.
Begitu pentingnya data sebelum merumuskan sebuah strategi. Itu yang disadari oleh tim komunikasi PROSPPEK dari KOMPAK-BaKTI. Perumusan strategi komunikasi dimulai dengan pengumpulan data atau asesmen yang dilakukan di lapangan. Program perlindungan sosial (Perlinsos) yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat ini adalah program afirmasi untuk Orang Asli Papua (OAP). Program Perlinsos ini berupa pemberian bantuan tunai kepada anak balita di
bawah 5 tahun dan orang tua atau lansia di atas 60 tahun. Pemberian bantuan tunai ini bertujuan untuk meningkatkan gizi anak dan menjaga kesehatan para lansia. Keseluruhan dana yang digunakan adalah dana Otonomi Khusus (Otsus). Program ini pun merupakan satu kesatuan dari pelaksanaan Program Strategis Peningkatan Pembangunan Kampung Otonomi Khusus (PROSPPEK Otsus) yang sudah diluncurkan di tahun 2020 oleh Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan. Komunikasi menjadi salah satu aspek penting untuk mendukung program tersebut. Bagaimana agar program bisa dimengerti oleh masyarakat dan pemangku kepentingan yang lain, dan bagaimana program tersebut bisa diterima dan lain-lain. Di bagian inilah tim komunikasi
masyarakat memiliki sumber pendapatan lainnya pada saat menunggu bambu mencapai usia panen. Koperasi serta badan usaha milik desa diaktivasi untuk membangun dan mengelola pabrik pengolahan bambu di tingkat desa guna menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah. Model Desa Bambu ini memastikan bahwa industri bambu yang dibangun adalah industri yang berbasis rakyat. Provinsi NTT, terutama Kabupaten Ngada, telah menjadi titik utama upaya YBL dalam mewujudkan industri bambu yang berbasis rakyat. Berkat dukungan kuat dari Pemerintah Provinsi NTT di bawah arahan Gubernur Victor B. Laiskodat, upaya mewujudkan mimpi itu telah mengalami percepatan dan penguatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Dukungan itu juga memungkinkan YBL untuk mengeksplorasi hal-hal baru dalam kemitraan dengan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Berkat dukungan dari Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, Ketua Tim Penggerak PKK NTT, YBL berhasil menjalin kemitraan dengan para ibu-ibu dalam membangun pembibitan
berbasis keluarga (family nursery). Program awal ya n g m e l i b at k a n 2 0 8 i b u - i b u b e r h a s i l menghasilkan lebih dari 126 ribu bibit di awal tahun ini. Program lanjutan akan melibatkan 350 ibu-ibu di 7 kabupaten dan menghasilkan lebih dari 2,8 juta bibit. Dukungan ini menguatkan upaya YBL untuk mengeksplorasi model Desa Bambu sebagai wahana untuk memberdayakan perempuan serta generasi muda. Eksplorasi lainnya yang sedang dikerjakan adalah menggunakan model Desa Bambu untuk memberdayakan masyarakat adat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. Selain di NTT, YBL juga menjalankan program di Bali dan Jawa Timur, yang berfokus pada rehabilitasi dan perlindungan daerah aliran sungai, serta di Kalimantan dan Sulawesi.
INFORMASI LEBIH LANJUTYayasan Bambu LestariJl. Subak Telaga, Ketewel, Kec. Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.https://www.bambuvillage.org/id/https://www.instagram.com/bamboo_foundation/
Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI
Penandatanganan prasasti pendirian Kampus Desa Bambu Agroforestri oleh Gubernur NTT, Victor B. Laiskodat. Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
S
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
Menjaring Data Dari Kampung
5 BaKTINews 6BaKTINews
Oleh MUHAMMAD TAUFAN & SYAIFULLAH
ebuah strategi tanpa data yang memadai tentu t idak akan m e n j a d i s t r a t e g i y a n g mumpuni. Hanya jadi jargon dan bisa dipastikan tidak akan efektif untuk dilaksanakan di lapangan.
Begitu pentingnya data sebelum merumuskan sebuah strategi. Itu yang disadari oleh tim komunikasi PROSPPEK dari KOMPAK-BaKTI. Perumusan strategi komunikasi dimulai dengan pengumpulan data atau asesmen yang dilakukan di lapangan. Program perlindungan sosial (Perlinsos) yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat ini adalah program afirmasi untuk Orang Asli Papua (OAP). Program Perlinsos ini berupa pemberian bantuan tunai kepada anak balita di
bawah 5 tahun dan orang tua atau lansia di atas 60 tahun. Pemberian bantuan tunai ini bertujuan untuk meningkatkan gizi anak dan menjaga kesehatan para lansia. Keseluruhan dana yang digunakan adalah dana Otonomi Khusus (Otsus). Program ini pun merupakan satu kesatuan dari pelaksanaan Program Strategis Peningkatan Pembangunan Kampung Otonomi Khusus (PROSPPEK Otsus) yang sudah diluncurkan di tahun 2020 oleh Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan. Komunikasi menjadi salah satu aspek penting untuk mendukung program tersebut. Bagaimana agar program bisa dimengerti oleh masyarakat dan pemangku kepentingan yang lain, dan bagaimana program tersebut bisa diterima dan lain-lain. Di bagian inilah tim komunikasi
masyarakat memiliki sumber pendapatan lainnya pada saat menunggu bambu mencapai usia panen. Koperasi serta badan usaha milik desa diaktivasi untuk membangun dan mengelola pabrik pengolahan bambu di tingkat desa guna menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah. Model Desa Bambu ini memastikan bahwa industri bambu yang dibangun adalah industri yang berbasis rakyat. Provinsi NTT, terutama Kabupaten Ngada, telah menjadi titik utama upaya YBL dalam mewujudkan industri bambu yang berbasis rakyat. Berkat dukungan kuat dari Pemerintah Provinsi NTT di bawah arahan Gubernur Victor B. Laiskodat, upaya mewujudkan mimpi itu telah mengalami percepatan dan penguatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Dukungan itu juga memungkinkan YBL untuk mengeksplorasi hal-hal baru dalam kemitraan dengan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Berkat dukungan dari Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, Ketua Tim Penggerak PKK NTT, YBL berhasil menjalin kemitraan dengan para ibu-ibu dalam membangun pembibitan
berbasis keluarga (family nursery). Program awal ya n g m e l i b at k a n 2 0 8 i b u - i b u b e r h a s i l menghasilkan lebih dari 126 ribu bibit di awal tahun ini. Program lanjutan akan melibatkan 350 ibu-ibu di 7 kabupaten dan menghasilkan lebih dari 2,8 juta bibit. Dukungan ini menguatkan upaya YBL untuk mengeksplorasi model Desa Bambu sebagai wahana untuk memberdayakan perempuan serta generasi muda. Eksplorasi lainnya yang sedang dikerjakan adalah menggunakan model Desa Bambu untuk memberdayakan masyarakat adat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. Selain di NTT, YBL juga menjalankan program di Bali dan Jawa Timur, yang berfokus pada rehabilitasi dan perlindungan daerah aliran sungai, serta di Kalimantan dan Sulawesi.
INFORMASI LEBIH LANJUTYayasan Bambu LestariJl. Subak Telaga, Ketewel, Kec. Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.https://www.bambuvillage.org/id/https://www.instagram.com/bamboo_foundation/
Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI
Penandatanganan prasasti pendirian Kampus Desa Bambu Agroforestri oleh Gubernur NTT, Victor B. Laiskodat. Foto: Dok. Yayasan Bambu Lestari
S
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
7 BaKTINews 8BaKTINews
PROSPPEK dari KOMPAK-BaKTI mengambil bagian. Menyusun strategi komunikasi, melakukan pelatihan, pendampingan, hingga monitoring dan evaluasi kegiatan komunikasi. Semua proses itu dimulai dengan asesmen.
Tantangan Para Penyandang Disabilitas Asesmen dimulai di bulan Maret 2021 di empat kabupaten dampingan untuk proyek LANDASAN. Keempatnya adalah: Manokwari Selatan, Sorong, Kaimana, dan Fakfak serta asesmen di tingkat provinsi yang diadakan di Manokwari. Asesmen ini dilakukan dengan metode tanya jawab kepada representasi kelompok sasaran dan pemangku kepentingan lainnya. Sebelumnya, alat asesmen telah dirumuskan sebelum dijadikan pegangan oleh tim asesmen. Asesmen pertama di bulan Maret ini kemudian dilanjutkan dengan pendalaman asesmen di bulan Mei, mengikut pada kegiatan
pelatihan dan monitoring program LANDASAN. Dari kegiatan asesmen ini ditemukan beberapa fakta terkait komunikasi. Mulai dari kebiasaan masyarakat dalam bertukar informasi, lokasi pertukaran informasi, metode yang digunakan, alat yang dipakai, hingga waktu yang biasa digunakan untuk melakukan sosialisasi. Dalam kegiatan asesmen ini, ada bagian yang paling menjadi perhatian yaitu: kesetaraan gender dan inklusi sosial. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah, apakah perempuan juga punya kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menerima informasi atau terlibat dalam kegiatan kampung? Apakah mereka yang menyandang disabilitas juga berkesempatan menerima informasi yang sama dan terlibat dalam kegiatan yang sama dengan mereka yang bukan penyandang disabilitas? Apakah para lansia juga masih diikutkan dalam kegiatan sosialisasi atau bahkan kegiatan pembangunan di kampung?
Hasil asesmen awal di kabupaten tersebut menunjukkan bahwa masih ada sebagian kelompok rentan (lansia dan penyandang disabilitas) yang tidak diikutkan atau memilih untuk tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi. Alasannya beragam. Dari tidak mendapat undangan, kegiatan yang bersamaan dengan kegiatan domestik mereka, akses yang sulit, atau bahkan sudah merasa diwakili oleh orang terdekat. Arobi Rumagaseng (34 tahun) yang berasal dari Distrik Fakfak Barat, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menjadi penyandang disabilitas s e ja k u s i a 5 t a hu n . A ro b i m e n ga l a m i kelumpuhan dan tinggal bersama dengan Ibunya yang sudah berusia 72 tahun dan seorang adik laki-laki yang berusia 10 tahun. Arobi mengaku bahwa selalu ada keinginan untuk mengikuti pertemuan yang digelar di kampungnya, tetapi karena kondisi fisik tubuhnya yang tidak memungkinkan maka
dengan terpaksa dia memendam keinginan itu. Diapun merasa belum mendapatkan akses khusus untuk bisa ikut dalam perencanaan kampung. Kisah Arobi ini memberi bukti bahwa masih ada kesenjangan yang memisahkan mereka yang hidup sebagai penyandang disabilitas dengan kebijakan-kebijakan di kampung mereka. Mereka punya niat untuk bisa ikut membangun kampung, tapi kondisi fisik, akses, dan kebijakan tidak bisa mewadahi.
Perempuan Ikut Serta Kondisi perempuan dalam setiap kegiatan sosialisasi dan musyawarah relatif lebih baik dibanding para penyandang disabilitas. Perempuan masih sering ikut serta dalam setiap kegiatan sosialisasi maupun musyawarah pembangunan di tingkat kampung. “Perempuan itu lebih aktif kalau ada sosialisasi. Mereka selalu semangat datang, kalau laki-laki kadang malas,” kata Ferdinand Kilala, kepala Puskesmas Distrik Makbon, Kabupaten Sorong. Menurutnya, perempuan memang lebih tertarik untuk hadir dalam sosialisasi atau penyuluhan, apalagi bila temanya seputar kesehatan. “Laki-laki itu biasanya baru semangat datang kalau ada pertemuan menyangkut pembangunan fisik,” kata Yurike Nanggewa, anggota Bamuskam Kampung Marsi, Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana. Namun, bukan berarti perempuan bisa selalu hadir dalam kegiatan sosialisasi atau penyuluhan karena menurut Ibu Stefani, warga K a m p u n g Wa r o s e r D i s t r i k O r a n s b a r i , Kabupaten Manokwari Selatan, mereka pun terkadang harus rela tidak menghadiri kegiatan sosialisasi atau penyuluhan di kampungnya karena baku tabrak dengan jadwal domestik. Sebagai ibu rumah tangga, dia tetap harus mengurusi pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci atau membersihkan rumah. “ M u n g k i n s e b a i k n y a h a r u s a d a pemberitahuan dua hari sebelumnya dari aparat kampung atau RT, supaya kita bisa siap-siap,” katanya memberi saran.
Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
7 BaKTINews 8BaKTINews
PROSPPEK dari KOMPAK-BaKTI mengambil bagian. Menyusun strategi komunikasi, melakukan pelatihan, pendampingan, hingga monitoring dan evaluasi kegiatan komunikasi. Semua proses itu dimulai dengan asesmen.
Tantangan Para Penyandang Disabilitas Asesmen dimulai di bulan Maret 2021 di empat kabupaten dampingan untuk proyek LANDASAN. Keempatnya adalah: Manokwari Selatan, Sorong, Kaimana, dan Fakfak serta asesmen di tingkat provinsi yang diadakan di Manokwari. Asesmen ini dilakukan dengan metode tanya jawab kepada representasi kelompok sasaran dan pemangku kepentingan lainnya. Sebelumnya, alat asesmen telah dirumuskan sebelum dijadikan pegangan oleh tim asesmen. Asesmen pertama di bulan Maret ini kemudian dilanjutkan dengan pendalaman asesmen di bulan Mei, mengikut pada kegiatan
pelatihan dan monitoring program LANDASAN. Dari kegiatan asesmen ini ditemukan beberapa fakta terkait komunikasi. Mulai dari kebiasaan masyarakat dalam bertukar informasi, lokasi pertukaran informasi, metode yang digunakan, alat yang dipakai, hingga waktu yang biasa digunakan untuk melakukan sosialisasi. Dalam kegiatan asesmen ini, ada bagian yang paling menjadi perhatian yaitu: kesetaraan gender dan inklusi sosial. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah, apakah perempuan juga punya kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menerima informasi atau terlibat dalam kegiatan kampung? Apakah mereka yang menyandang disabilitas juga berkesempatan menerima informasi yang sama dan terlibat dalam kegiatan yang sama dengan mereka yang bukan penyandang disabilitas? Apakah para lansia juga masih diikutkan dalam kegiatan sosialisasi atau bahkan kegiatan pembangunan di kampung?
Hasil asesmen awal di kabupaten tersebut menunjukkan bahwa masih ada sebagian kelompok rentan (lansia dan penyandang disabilitas) yang tidak diikutkan atau memilih untuk tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi. Alasannya beragam. Dari tidak mendapat undangan, kegiatan yang bersamaan dengan kegiatan domestik mereka, akses yang sulit, atau bahkan sudah merasa diwakili oleh orang terdekat. Arobi Rumagaseng (34 tahun) yang berasal dari Distrik Fakfak Barat, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menjadi penyandang disabilitas s e ja k u s i a 5 t a hu n . A ro b i m e n ga l a m i kelumpuhan dan tinggal bersama dengan Ibunya yang sudah berusia 72 tahun dan seorang adik laki-laki yang berusia 10 tahun. Arobi mengaku bahwa selalu ada keinginan untuk mengikuti pertemuan yang digelar di kampungnya, tetapi karena kondisi fisik tubuhnya yang tidak memungkinkan maka
dengan terpaksa dia memendam keinginan itu. Diapun merasa belum mendapatkan akses khusus untuk bisa ikut dalam perencanaan kampung. Kisah Arobi ini memberi bukti bahwa masih ada kesenjangan yang memisahkan mereka yang hidup sebagai penyandang disabilitas dengan kebijakan-kebijakan di kampung mereka. Mereka punya niat untuk bisa ikut membangun kampung, tapi kondisi fisik, akses, dan kebijakan tidak bisa mewadahi.
Perempuan Ikut Serta Kondisi perempuan dalam setiap kegiatan sosialisasi dan musyawarah relatif lebih baik dibanding para penyandang disabilitas. Perempuan masih sering ikut serta dalam setiap kegiatan sosialisasi maupun musyawarah pembangunan di tingkat kampung. “Perempuan itu lebih aktif kalau ada sosialisasi. Mereka selalu semangat datang, kalau laki-laki kadang malas,” kata Ferdinand Kilala, kepala Puskesmas Distrik Makbon, Kabupaten Sorong. Menurutnya, perempuan memang lebih tertarik untuk hadir dalam sosialisasi atau penyuluhan, apalagi bila temanya seputar kesehatan. “Laki-laki itu biasanya baru semangat datang kalau ada pertemuan menyangkut pembangunan fisik,” kata Yurike Nanggewa, anggota Bamuskam Kampung Marsi, Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana. Namun, bukan berarti perempuan bisa selalu hadir dalam kegiatan sosialisasi atau penyuluhan karena menurut Ibu Stefani, warga K a m p u n g Wa r o s e r D i s t r i k O r a n s b a r i , Kabupaten Manokwari Selatan, mereka pun terkadang harus rela tidak menghadiri kegiatan sosialisasi atau penyuluhan di kampungnya karena baku tabrak dengan jadwal domestik. Sebagai ibu rumah tangga, dia tetap harus mengurusi pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci atau membersihkan rumah. “ M u n g k i n s e b a i k n y a h a r u s a d a pemberitahuan dua hari sebelumnya dari aparat kampung atau RT, supaya kita bisa siap-siap,” katanya memberi saran.
Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
9 BaKTINews 10BaKTINews
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Geta Mustika Kabes dari Kampung Purwasak, Distrik Fakfak Barat, Kabupaten Fakfak. “Jika ada kegiatan Sosialisasi di Kampung yang hadir biasanya suami saya karena saya harus masak dan menjaga anak apalagi saat masa pandemik harus menemani anak belajar di rumah,” katanya. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi aparat kampung atau pelaksana sosialisasi. Apalagi karena menurut Mikhael, salah seorang kader kampung dari kampung Bamaha, Distrik Ransiki, Manokwari Selatan, keterlibatan perempuan, lansia dan penyandang disabilitas sangat penting karena banyak persoalan yang ada pada mereka yang tidak tersampaikan pada perencanaan kampung.
Internet untuk Komunikasi B e b e ra p a re s p o n d e n d a l a m p ro s e s asesmen mengakui kalau mereka dan warga di kampung mereka terbiasa menggunakan internet. Termasuk produk turunannya seperti Fac e b o o k d a n W h at s A p p. Ko n d i s i i n i dimungkinkan karena ada banyak wilayah di Papua Barat yang sudah tersentuh internet. Baik internet seluler maupun internet lewat j a r i n g a n w i fi y a n g d i s e d i a k a n o l e h Kemenkominfo. Kebiasaan ini memunculkan kanal-kanal baru yang bisa digunakan sebagai media sosialisasi. Puskesmas Kaimana termasuk salah satu yang memanfaatkannya. Menurut Manik Samani, salah seorang staf Puskesmas Kaimana, mereka aktif menggunakan media sosial dan aplikasi chatting untuk menjalin komunikasi dengan warga. Baik untuk menyampaikan materi s o s i a l i s a s i s e p u t a r k e s e h a t a n , h i n g g a mendapatkan masukan dari warga. “Kita punya grup di Facebook, namanya Puskesmas Kaimana. Di grup itu warga bisa bertanya atau memberikan kritikan untuk pelayanan Puskesmas Kaimana. Di situ juga kita sering melakukan edukasi atau penyuluhan kesehatan,” kata Manik Samani. Penggunaan media sosial dan grup chatting ini adalah salah satu variasi media yang digunakan untuk komunikasi dan sosialisasi. Di luar media-media baru itu, pelaksana
sosialisasi masih menggunakan media yang sudah umum digunakan seperti lembar balik, poster, maupun leaflet dan brosur. “Tapi kadang-kadang bahasa di poster itu masih susah kami pahami,” kata Yurike Nanggewa. Menurutnya, bahasa yang digunakan di media sosialisasi itu seharusnya bisa lebih “membumi” bahkan kalau bisa menggunakan bahasa atau logat mereka sehari-hari. “Biar kami lebih paham,” pungkasnya. Ini bisa dimaklumi mengingat materi-materi komunikasi tersebut memang biasanya dibuat secara massal dan digunakan se-Indonesia.
Data yang Menjadi Dasar Beragam data yang dijaring dari kegiatan asesmen itu menjadi dasar untuk menyusun strategi komunikasi. Data itu diharapkan bisa m e m b u a t s t r a t e g i k o m u n i k a s i y a n g mengakomodasi kesetaraan gender dan inklusi sosial . Jangan sampai melupakan peran perempuan, lansia, dan para penyandang disabilitas. Begitu juga dengan materi komunikasi yang dihasilkan. Setidaknya, materi-materi tersebut bisa dicerna dengan baik oleh para penerima manfaat. Tidak perlu menggunakan bahasa yang terlalu tinggi, sebaliknya sebisa mungkin dibuat dekat dengan keseharian para penerima manfaat. Tentu saja harapannya agar pesan kunci yang disampaikan bisa sampai dan dipahami. Di sisi kanal media komunikasi, kehadiran internet menjadi salah satu pilihan yang tidak bisa ditepikan. Internet dengan produk-produk turunannya tentu bisa digunakan untuk mempromosikan, mensosialisasikan atau bahkan menceritakan kemajuan sebuah kegiatan. Termasuk kegiatan pembangunan di level kampung. Hingga bulan Mei 2021, penjaringan data telah dilakukan dan data telah siap dijadikan landasan untuk membangun strategi komunikasi. Karena strategi yang terbaik adalah strategi yang dibuat berdasarkan data.
OVID-19, yang telah menginfeksi lebih dari 120 juta orang di dunia, merupakan pandemi pertama s e p a n j a n g s e j a r a h y a n g melibatkan penggunaan teknologi dan media sosial skala global
dalam menghubungkan dan menyebarluaskan informasi, baik saintifik maupun tidak saintifik (pseudosains). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan bahwa 'infodemik', informasi tidak akurat terkait COVID-19, yang menyebar luas baik secara online maupun offline berpotensi membahayakan fisik dan mental orang yang menerimanya. Karena itu kita perlu mampu mengidentifikasi batasan sains dan pseudosains agar kita tidak menjadi korban pengetahuan yang tidak ilmiah.
C
Oleh ROBERT SHEN & VERONIKA MARIA SIDHARTA
Cara Mengenali Pseudosains Kenapa manusia bisa percaya pseudosains? Jawabannya ada pada ketidaksempurnaan kognitif dan penalaran manusia. Ketidaksempurnaan merujuk pada ketidaksadaran manusia yang cenderung mengikuti keyakinan rata-rata orang atau kelompok di sekitarnya. Di tengah banjir informasi terkait COVID yang tidak terkendali, kita perlu membedakan sains dari pseudosains. Ada enam kriteria pseudosains yang bisa kita identifikasi.
Pernyataannya samar dan tidak bisa difalsifikasi. Artinya informasi tersebut tidak
mungkin dibuktikan kesalahannya karena bersifat subjektif dan secara teknis tidak ada cara atau alat untuk membuktikannya. Pernyataan
6 Cara Membedah Pseudosains
di Tengah Banjir Informasi Pandemi
INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Program PROSPPEK Otsus, dapat menghubungi info@bakti.or.id
1
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
9 BaKTINews 10BaKTINews
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Geta Mustika Kabes dari Kampung Purwasak, Distrik Fakfak Barat, Kabupaten Fakfak. “Jika ada kegiatan Sosialisasi di Kampung yang hadir biasanya suami saya karena saya harus masak dan menjaga anak apalagi saat masa pandemik harus menemani anak belajar di rumah,” katanya. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi aparat kampung atau pelaksana sosialisasi. Apalagi karena menurut Mikhael, salah seorang kader kampung dari kampung Bamaha, Distrik Ransiki, Manokwari Selatan, keterlibatan perempuan, lansia dan penyandang disabilitas sangat penting karena banyak persoalan yang ada pada mereka yang tidak tersampaikan pada perencanaan kampung.
Internet untuk Komunikasi B e b e ra p a re s p o n d e n d a l a m p ro s e s asesmen mengakui kalau mereka dan warga di kampung mereka terbiasa menggunakan internet. Termasuk produk turunannya seperti Fac e b o o k d a n W h at s A p p. Ko n d i s i i n i dimungkinkan karena ada banyak wilayah di Papua Barat yang sudah tersentuh internet. Baik internet seluler maupun internet lewat j a r i n g a n w i fi y a n g d i s e d i a k a n o l e h Kemenkominfo. Kebiasaan ini memunculkan kanal-kanal baru yang bisa digunakan sebagai media sosialisasi. Puskesmas Kaimana termasuk salah satu yang memanfaatkannya. Menurut Manik Samani, salah seorang staf Puskesmas Kaimana, mereka aktif menggunakan media sosial dan aplikasi chatting untuk menjalin komunikasi dengan warga. Baik untuk menyampaikan materi s o s i a l i s a s i s e p u t a r k e s e h a t a n , h i n g g a mendapatkan masukan dari warga. “Kita punya grup di Facebook, namanya Puskesmas Kaimana. Di grup itu warga bisa bertanya atau memberikan kritikan untuk pelayanan Puskesmas Kaimana. Di situ juga kita sering melakukan edukasi atau penyuluhan kesehatan,” kata Manik Samani. Penggunaan media sosial dan grup chatting ini adalah salah satu variasi media yang digunakan untuk komunikasi dan sosialisasi. Di luar media-media baru itu, pelaksana
sosialisasi masih menggunakan media yang sudah umum digunakan seperti lembar balik, poster, maupun leaflet dan brosur. “Tapi kadang-kadang bahasa di poster itu masih susah kami pahami,” kata Yurike Nanggewa. Menurutnya, bahasa yang digunakan di media sosialisasi itu seharusnya bisa lebih “membumi” bahkan kalau bisa menggunakan bahasa atau logat mereka sehari-hari. “Biar kami lebih paham,” pungkasnya. Ini bisa dimaklumi mengingat materi-materi komunikasi tersebut memang biasanya dibuat secara massal dan digunakan se-Indonesia.
Data yang Menjadi Dasar Beragam data yang dijaring dari kegiatan asesmen itu menjadi dasar untuk menyusun strategi komunikasi. Data itu diharapkan bisa m e m b u a t s t r a t e g i k o m u n i k a s i y a n g mengakomodasi kesetaraan gender dan inklusi sosial . Jangan sampai melupakan peran perempuan, lansia, dan para penyandang disabilitas. Begitu juga dengan materi komunikasi yang dihasilkan. Setidaknya, materi-materi tersebut bisa dicerna dengan baik oleh para penerima manfaat. Tidak perlu menggunakan bahasa yang terlalu tinggi, sebaliknya sebisa mungkin dibuat dekat dengan keseharian para penerima manfaat. Tentu saja harapannya agar pesan kunci yang disampaikan bisa sampai dan dipahami. Di sisi kanal media komunikasi, kehadiran internet menjadi salah satu pilihan yang tidak bisa ditepikan. Internet dengan produk-produk turunannya tentu bisa digunakan untuk mempromosikan, mensosialisasikan atau bahkan menceritakan kemajuan sebuah kegiatan. Termasuk kegiatan pembangunan di level kampung. Hingga bulan Mei 2021, penjaringan data telah dilakukan dan data telah siap dijadikan landasan untuk membangun strategi komunikasi. Karena strategi yang terbaik adalah strategi yang dibuat berdasarkan data.
OVID-19, yang telah menginfeksi lebih dari 120 juta orang di dunia, merupakan pandemi pertama s e p a n j a n g s e j a r a h y a n g melibatkan penggunaan teknologi dan media sosial skala global
dalam menghubungkan dan menyebarluaskan informasi, baik saintifik maupun tidak saintifik (pseudosains). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan bahwa 'infodemik', informasi tidak akurat terkait COVID-19, yang menyebar luas baik secara online maupun offline berpotensi membahayakan fisik dan mental orang yang menerimanya. Karena itu kita perlu mampu mengidentifikasi batasan sains dan pseudosains agar kita tidak menjadi korban pengetahuan yang tidak ilmiah.
C
Oleh ROBERT SHEN & VERONIKA MARIA SIDHARTA
Cara Mengenali Pseudosains Kenapa manusia bisa percaya pseudosains? Jawabannya ada pada ketidaksempurnaan kognitif dan penalaran manusia. Ketidaksempurnaan merujuk pada ketidaksadaran manusia yang cenderung mengikuti keyakinan rata-rata orang atau kelompok di sekitarnya. Di tengah banjir informasi terkait COVID yang tidak terkendali, kita perlu membedakan sains dari pseudosains. Ada enam kriteria pseudosains yang bisa kita identifikasi.
Pernyataannya samar dan tidak bisa difalsifikasi. Artinya informasi tersebut tidak
mungkin dibuktikan kesalahannya karena bersifat subjektif dan secara teknis tidak ada cara atau alat untuk membuktikannya. Pernyataan
6 Cara Membedah Pseudosains
di Tengah Banjir Informasi Pandemi
INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Program PROSPPEK Otsus, dapat menghubungi info@bakti.or.id
1
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
11 BaKTINews 12BaKTINews
saintifik harus mampu diuji berulang-ulang dan menyangkal segala pernyataan lain yang menentang data dan bukti temuannya. Sosiolog menyebut teori konspirasi sebagai klaim yang tidak bisa diuji, spekulatif, dan bukan hasil observasi eksperimental. Teori konspirasi hanya praduga untuk memenuhi rasa ingin tahu ketika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia, bertentangan, serampangan dan tidak sesuai pandangan pribadi. Sebuah riset dari Cambridge University pada sekitar 3 ribu remaja di Amerika Serikat menunjukkan 85 persen percaya teori konspirasi yang menyebutkan SARS-CoV-2 merupakan senjata biologis yang diciptakan pemerintah Cina, virus yang terlepas secara tidak sengaja oleh Cina, bahkan sebagian mempercayai virus ini dilepaskan oleh AS sendiri. Teori seperti ini tidak dapat difalsifikasi, karena pada dasarnya tidak ada ruang untuk pembuktian benar atau salahnya.
Teori tidak dapat diuji kembali (non-testability) secara independen oleh pihak lain. Ada banyak contoh dalam konteks ini.
Obat herbal yang cukup viral pada masa pandemi COVID-19 adalah kapsul Lianhuaqinwen, granul Jianhuaqinggan dan obat injeksi Xuebijing. Meski pihak berwenang di Cina mengklaim obat ini dapat efektif mengurangi gejala demam, batuk dan lemas, tapi sejauh ini tidak ada keterangan jelas mengenai percobaan klinis yang detail dan berkualitas terkait obat herbal itu. Obat herbal injeksi Xiyanping 100 mg pernah direkomendasikan dalam Chinese Diagnosis and Treatment Protocol of COVID-19 (Trial Version ke-7), tapi akhirnya ditarik dari pasaran karena ternyata banyak laporan terkait efek samping yang timbul pada pasien. Sebuah riset dari Cina terkait herbal untuk pengobatan COVID berkesimpulan bahwa obat herbal sejatinya tidak dapat diuji. Sebab pembuatannya menyesuaikan dengan gejala setiap individu. Sebuah hasil penelitian yang saintifik, tepercaya dan jelas s i g n i fi k a n s i n y a w a j i b d a p a t d i u l a n g i percobaannya oleh semua peneliti lainnya dengan hasil akhir yang terbukti sama.
Pseudosains mengabaikan segala bukti yang bertentangan dengannya. Pseudosains tidak memiliki pijakan
dalam ranah ilmiah. Mereka hanya memilah dan memilih bukti empiris yang mendukung pernyataannya saja. Contohnya media massa sempat heboh dengan kasus Hadi Pranoto yang berkedok profesor mikrobiologi. Dia mengklaim menciptakan antibodi COVID-19 sebagai obat minum pencegah COVID-19 dan mampu menyembuhkan dalam 2-3 hari. Klaim ini jelas merupakan pseudosains, karena mengabaikan bukti i lmiah yang bertentangan dengan pemahaman dan teori yang dikembangkan oleh Hadi. Secara ilmiah, antibodi merupakan protein yang diciptakan oleh sistem imun tubuh kita setelah terinfeksi atau divaksinasi. Kerja vaksin COVID-19 bukan memberikan antibodi secara langsung, tapi, salah satunya, melalui protein sub-unit virus SARS-Cov-2 yang dilemahkan atau dimatikan. Dunia medis menganut dasar evidence-based medicine (EBM), yaitu mencari bukti dan membuat keputusan klinis sesuai bukti. Pengalaman seseorang, bahkan dari profesor sekali pun, bukan bukti ilmiah yang cukup kuat u nt u k d i jad i ka n d a sa r sa i nt i fi k . Unt u k memperoleh bukti ilmiah, sebuah kesimpulan hanya bisa diperoleh melalui prosedur penelitian dan pembuktian yang jelas. Itulah sebabnya dalam piramida hierarki bukti penelitian, pendapat ahli berada di posisi terbawah, dilanjutkan secara berurutan ke posisi hierarki tertinggi adalah laporan kasus, studi sejawat, studi kontrol acak, sinopsis artikel kritis, sintesis bukti kritis, dan tertinggi adalah review sistematik dan meta-analisis.
Pseudosains mengandalkan bukti anekdotal dan telah diketahui tidak dapat diandalkan.
Selama pandemi COVID-19, beredar kalung Virus Shut Out dari Jepang dan produk kalung antivirus buatan lokal oleh Kementerian Pertanian. Pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menyebut kalung berbasis eucalyptus (kayu putih) tersebut mampu
membunuh virus Corona hingga 80-100% tentu tidak berdasar. Secara ilmiah, para saintis menyatakan SARS-CoV-2 menginfeksi melalui reseptor ACE2 di organ pernapasan paru. Belakangan diketahui juga reseptor ACE2 tersebar di organ lainnya yang menjadi potensi terjadinya kerusakan multi organ pada perparahan gejala COVID-19. Pertanyaan: bagaimana mekanisme perlindungan dari kalung di leher dapat mencegah virus yang masuk melalui saluran pernapasan? Terkadang kepentingan politik dan bisnis dapat menjadi sumber pseudosains yang berisiko membahayakan konsumen yang mempercayainya.
Bersifat argumentatum ad ignorantiam atau argumen karena ketidaktahuan.Pengembang teori konspirasi akan
memanfaatkan ketidakmampuan pihak-pihak yang tidak mampu membuktikan bahwa klaim yang mereka sodorkan adalah palsu. Misalnya konspirasi pandemi COVID-19 direncanakan sejak 2017 dengan menampilkan data ekspor palsu Bank Dunia bertuliskan ”COVID-19 Tests kits exports by country in 2017". Ada juga hoaks bahwa COVID-19 merupakan senjata biologis yang bocor, hoax politik dan produk sampingan teknologi wireless 5G. Klaim seperti ini akan terus bertambah dan menjadi argumentasi pembelaan bagi pihak yang mempercayainya. Korban pseudosains di sini merupakan pihak yang rentan percaya karena ketidakmampuan menyangkal klaim tersebut berdasarkan sumber sahih, padahal memang klaim semu seperti itu tidak perlu dibuktikan kepalsuannya.
Klaim kosong tak berdasar atau dibesar-besarkan tanpa uji terlebih dulu.
Pengetahuan jenis ini menekankan penegasan dibandingkan penolakan, kurang memiliki data yang terbuka pada hasil uji oleh ilmuwan dan tidak memajukan ilmu pengetahuan. Misalnya isu kematian Maaher At-Thuwailibi akibat disuntik vaksin secara paksa di ruang tahanan kepolisian. Klaim yang mengarah kepada penyiksaan dan disinformasi terkait vaksin COVID-19 ini
disangkal oleh Kepolisian dan anggota keluarga Maheer. Nyatanya vaksin CoronaVac yang dipakai di Indonesia telah melalui tahapan uji klinis fase III yang melibatkan populasi dan telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM sejak Januari lalu. Selain itu, tidak ada kasus kegawatdaruratan yang terlapor di Indonesia sampai saat ini setelah vaksinasi. Efek samping yang muncul hanya berupa nyeri dan pembengkakan ringan area penyuntikan. Beberapa pasien melaporkan adanya demam ringan, meriang, dan lelah, hal ini merupakan efek samping ringan yang biasa terjadi pasca vaksinasi.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Claire Wardle, ahli disinformasi dari Harvard University memberikan strategi, “Cara terbaik m e l awa n m i s i n fo r m a s i a d a l a h d e n ga n membanjiri sumber pencarian berita dengan informasi yang akurat, mudah dipahami, menarik dan mudah disebarkan melalui media di perangkat seluler”. Para ilmuwan harus aktif menyebarkan pengetahuan yang akurat dan kredibel kepada masyarakat dengan berbagai medium seperti media massa dan media sosial.
INFORMASI LEBIH LANJUTRobert Shen adalah Researcher, Atma Jaya Neuroscience Research (ANR), Universitas Katolik Indonesia Atma JayaVeronika Maria Sidharta adalah Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Universitas Katolik Indonesia Atma JayaArtikel bersumber dari: https://theconversation.com/6-cara-membedah-pseudosains-di-tengah-banjir-informasi-pandemi-150457
2
3
4
5
6
Background Information / Expert 0pinion
Caset-Controlled Studies Case Series / Reports
Cohort Studies
Randomized Controlled Trials (RCTs)
Critically Appraised Individual Articles (Article Synopses)
Critically-App raised Topics
(Evidence Syntheses)
SystematicReviews
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
11 BaKTINews 12BaKTINews
saintifik harus mampu diuji berulang-ulang dan menyangkal segala pernyataan lain yang menentang data dan bukti temuannya. Sosiolog menyebut teori konspirasi sebagai klaim yang tidak bisa diuji, spekulatif, dan bukan hasil observasi eksperimental. Teori konspirasi hanya praduga untuk memenuhi rasa ingin tahu ketika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia, bertentangan, serampangan dan tidak sesuai pandangan pribadi. Sebuah riset dari Cambridge University pada sekitar 3 ribu remaja di Amerika Serikat menunjukkan 85 persen percaya teori konspirasi yang menyebutkan SARS-CoV-2 merupakan senjata biologis yang diciptakan pemerintah Cina, virus yang terlepas secara tidak sengaja oleh Cina, bahkan sebagian mempercayai virus ini dilepaskan oleh AS sendiri. Teori seperti ini tidak dapat difalsifikasi, karena pada dasarnya tidak ada ruang untuk pembuktian benar atau salahnya.
Teori tidak dapat diuji kembali (non-testability) secara independen oleh pihak lain. Ada banyak contoh dalam konteks ini.
Obat herbal yang cukup viral pada masa pandemi COVID-19 adalah kapsul Lianhuaqinwen, granul Jianhuaqinggan dan obat injeksi Xuebijing. Meski pihak berwenang di Cina mengklaim obat ini dapat efektif mengurangi gejala demam, batuk dan lemas, tapi sejauh ini tidak ada keterangan jelas mengenai percobaan klinis yang detail dan berkualitas terkait obat herbal itu. Obat herbal injeksi Xiyanping 100 mg pernah direkomendasikan dalam Chinese Diagnosis and Treatment Protocol of COVID-19 (Trial Version ke-7), tapi akhirnya ditarik dari pasaran karena ternyata banyak laporan terkait efek samping yang timbul pada pasien. Sebuah riset dari Cina terkait herbal untuk pengobatan COVID berkesimpulan bahwa obat herbal sejatinya tidak dapat diuji. Sebab pembuatannya menyesuaikan dengan gejala setiap individu. Sebuah hasil penelitian yang saintifik, tepercaya dan jelas s i g n i fi k a n s i n y a w a j i b d a p a t d i u l a n g i percobaannya oleh semua peneliti lainnya dengan hasil akhir yang terbukti sama.
Pseudosains mengabaikan segala bukti yang bertentangan dengannya. Pseudosains tidak memiliki pijakan
dalam ranah ilmiah. Mereka hanya memilah dan memilih bukti empiris yang mendukung pernyataannya saja. Contohnya media massa sempat heboh dengan kasus Hadi Pranoto yang berkedok profesor mikrobiologi. Dia mengklaim menciptakan antibodi COVID-19 sebagai obat minum pencegah COVID-19 dan mampu menyembuhkan dalam 2-3 hari. Klaim ini jelas merupakan pseudosains, karena mengabaikan bukti i lmiah yang bertentangan dengan pemahaman dan teori yang dikembangkan oleh Hadi. Secara ilmiah, antibodi merupakan protein yang diciptakan oleh sistem imun tubuh kita setelah terinfeksi atau divaksinasi. Kerja vaksin COVID-19 bukan memberikan antibodi secara langsung, tapi, salah satunya, melalui protein sub-unit virus SARS-Cov-2 yang dilemahkan atau dimatikan. Dunia medis menganut dasar evidence-based medicine (EBM), yaitu mencari bukti dan membuat keputusan klinis sesuai bukti. Pengalaman seseorang, bahkan dari profesor sekali pun, bukan bukti ilmiah yang cukup kuat u nt u k d i jad i ka n d a sa r sa i nt i fi k . Unt u k memperoleh bukti ilmiah, sebuah kesimpulan hanya bisa diperoleh melalui prosedur penelitian dan pembuktian yang jelas. Itulah sebabnya dalam piramida hierarki bukti penelitian, pendapat ahli berada di posisi terbawah, dilanjutkan secara berurutan ke posisi hierarki tertinggi adalah laporan kasus, studi sejawat, studi kontrol acak, sinopsis artikel kritis, sintesis bukti kritis, dan tertinggi adalah review sistematik dan meta-analisis.
Pseudosains mengandalkan bukti anekdotal dan telah diketahui tidak dapat diandalkan.
Selama pandemi COVID-19, beredar kalung Virus Shut Out dari Jepang dan produk kalung antivirus buatan lokal oleh Kementerian Pertanian. Pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menyebut kalung berbasis eucalyptus (kayu putih) tersebut mampu
membunuh virus Corona hingga 80-100% tentu tidak berdasar. Secara ilmiah, para saintis menyatakan SARS-CoV-2 menginfeksi melalui reseptor ACE2 di organ pernapasan paru. Belakangan diketahui juga reseptor ACE2 tersebar di organ lainnya yang menjadi potensi terjadinya kerusakan multi organ pada perparahan gejala COVID-19. Pertanyaan: bagaimana mekanisme perlindungan dari kalung di leher dapat mencegah virus yang masuk melalui saluran pernapasan? Terkadang kepentingan politik dan bisnis dapat menjadi sumber pseudosains yang berisiko membahayakan konsumen yang mempercayainya.
Bersifat argumentatum ad ignorantiam atau argumen karena ketidaktahuan.Pengembang teori konspirasi akan
memanfaatkan ketidakmampuan pihak-pihak yang tidak mampu membuktikan bahwa klaim yang mereka sodorkan adalah palsu. Misalnya konspirasi pandemi COVID-19 direncanakan sejak 2017 dengan menampilkan data ekspor palsu Bank Dunia bertuliskan ”COVID-19 Tests kits exports by country in 2017". Ada juga hoaks bahwa COVID-19 merupakan senjata biologis yang bocor, hoax politik dan produk sampingan teknologi wireless 5G. Klaim seperti ini akan terus bertambah dan menjadi argumentasi pembelaan bagi pihak yang mempercayainya. Korban pseudosains di sini merupakan pihak yang rentan percaya karena ketidakmampuan menyangkal klaim tersebut berdasarkan sumber sahih, padahal memang klaim semu seperti itu tidak perlu dibuktikan kepalsuannya.
Klaim kosong tak berdasar atau dibesar-besarkan tanpa uji terlebih dulu.
Pengetahuan jenis ini menekankan penegasan dibandingkan penolakan, kurang memiliki data yang terbuka pada hasil uji oleh ilmuwan dan tidak memajukan ilmu pengetahuan. Misalnya isu kematian Maaher At-Thuwailibi akibat disuntik vaksin secara paksa di ruang tahanan kepolisian. Klaim yang mengarah kepada penyiksaan dan disinformasi terkait vaksin COVID-19 ini
disangkal oleh Kepolisian dan anggota keluarga Maheer. Nyatanya vaksin CoronaVac yang dipakai di Indonesia telah melalui tahapan uji klinis fase III yang melibatkan populasi dan telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM sejak Januari lalu. Selain itu, tidak ada kasus kegawatdaruratan yang terlapor di Indonesia sampai saat ini setelah vaksinasi. Efek samping yang muncul hanya berupa nyeri dan pembengkakan ringan area penyuntikan. Beberapa pasien melaporkan adanya demam ringan, meriang, dan lelah, hal ini merupakan efek samping ringan yang biasa terjadi pasca vaksinasi.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Claire Wardle, ahli disinformasi dari Harvard University memberikan strategi, “Cara terbaik m e l awa n m i s i n fo r m a s i a d a l a h d e n ga n membanjiri sumber pencarian berita dengan informasi yang akurat, mudah dipahami, menarik dan mudah disebarkan melalui media di perangkat seluler”. Para ilmuwan harus aktif menyebarkan pengetahuan yang akurat dan kredibel kepada masyarakat dengan berbagai medium seperti media massa dan media sosial.
INFORMASI LEBIH LANJUTRobert Shen adalah Researcher, Atma Jaya Neuroscience Research (ANR), Universitas Katolik Indonesia Atma JayaVeronika Maria Sidharta adalah Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Universitas Katolik Indonesia Atma JayaArtikel bersumber dari: https://theconversation.com/6-cara-membedah-pseudosains-di-tengah-banjir-informasi-pandemi-150457
2
3
4
5
6
Background Information / Expert 0pinion
Caset-Controlled Studies Case Series / Reports
Cohort Studies
Randomized Controlled Trials (RCTs)
Critically Appraised Individual Articles (Article Synopses)
Critically-App raised Topics
(Evidence Syntheses)
SystematicReviews
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
14BaKTINews13 BaKTINews
INOVASI KAMILUS BERDAYAKAN PETANI, DARI MULSA ALAMI HINGGA MAL LADANG JAGUNG
abupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk 10 besar Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) tahun 2021. Salah satu penilaian terkait dengan inovasi pembangunan.
Oleh EBED DE ROSARY
K
harus membuat pengelolaan manajemen tenaga kerja di kalangan petani. “Seorang janda yang memiliki lahan tidak bisa menggarapnya. Dia hanya b e k e r j a d i k e b u n o r a n g l a i n d a n mendapatkan upah. Saya ingin agar dia bisa mendapatkan uang dari kebunnya sendiri,” ucapnya. Kamilus pun membentuk Koperasi Tani Lewowerang (KTL). Koperasi ini sebagai bentuk kritik atas koperasi simpan pinjam yang dinilainya gagal membuat anggotanya meraih kesejahteraan. Meski bernama koperasi, dirinya menolak menyebutnya koperasi, karena yang ditabung bukan hanya uang, tapi jasa
simpan pinjam tenaga kerja. Pinjaman dana pun tidak diberikan dalam bentuk uang tetapi voucher. “Dana pinjaman dikembalikan dengan cara anggota tersebut bekerja di kebun atau saat membangun rumah. Gaji yang diterima dipotong pinjaman tersebut,” ungkapnya. Sejak 2004, KTL mulai berjalan tetapi mendapatkan tantangan dan hanya bertahan hingga 2006. Tahun 2010 sekelompok anak muda datang kepadanya menawarkan kalau ide dahulu dihidupkan kembali. I a t e r k e n a n g , s a a t i t u M a r e t 2 0 1 0 sekelompok anak muda bertamu di rumahnya. Mereka meminta KTL dihidupkan lagi. Ia mensyaratkan disiapkan 30 anak muda untuk ia presentasikan tentang KTL sebelum diaktifkan lagi. Yang hadir 32 orang. “Kami sepakat berjalan besoknya. Paginya yang datang 70 orang dengan membawa masing-masing simpanan pokok 100 ribu rupiah sehingga terkumpul dana 7 juta rupiah,” kenangnya. Lelaki kelahiran 19 Oktober 1964 ini menjelaskan uang tersebut dipinjamkan kepada
Kamilus meninggalkan kenyamanan hidup di Malaysia sebagai manajer perusahaan. Tahun 2000 pasca reformasi ia menginjakkan kaki di Kota Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur. Ia tinggal di Larantuka hingga tahun 2003 dan pulang ke Adonara menjadi petani dengan membawa dua traktor bantuan pemerintah tahun 2004. Sebenarnya ia mau langsung pulang ke kampungnya di Pulau Adonara tetapi mampir dan tinggal di Kota Larantuka untuk belajar terlebih dahulu. “Kalau semua orang di kampung bisa hidup dari pertanian kenapa saya tidak bisa? Daripada hanya teori saja lebih baik saya terapkan. Saya hanya memilih tinggal di kampung dan memilih jalan hidup sosialis sehingga saya tidak jadi pedagang,” ungkapnya.
Koperasi Tani Unik Setibanya di kampung halaman, ia melihat banyak sekali lahan tidur pertanian. Dia berpikir
Seorang petani di Pulau Adonara, t e p a t n y a d i H o n i h a m a , D e s a Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur terpilih berkat inovasinya di dunia pertanian. Adalah Kamilus Tupen Jumat, sang petani inspiratif ini bercerita banyak soal perjuangannya memotivasi petani. Kamilus percaya manusia bagian dari alam, sehingga ketika manusia menghargai alam, maka alam pun memberikan kebaikan bagi manusia. Ia memegang prinsip tanam apa yang kita makan dan makan apa yang kita tanam. “Saya percaya bahwa batu juga hidup sehingga saya mendengarnya meskipun tidak berbicara tetapi dari sinyal-sinyal yang dikirimkan kepada kita ada pesan yang ingin disampaikan,” tuturnya saat ditemui Mongabay Indonesia, di kebunnya, Minggu (16/5/2021).
1 Kamilus Tupen Jumat, petani dari Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menebar virus sukses bertani di lahan tandus. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia2 & 3 Warga yang datang membeli jagung di mal ladang jagung Bayolewun, Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto: Kamilus Tupen Jumat
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
1
2
3
14BaKTINews13 BaKTINews
INOVASI KAMILUS BERDAYAKAN PETANI, DARI MULSA ALAMI HINGGA MAL LADANG JAGUNG
abupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk 10 besar Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) tahun 2021. Salah satu penilaian terkait dengan inovasi pembangunan.
Oleh EBED DE ROSARY
K
harus membuat pengelolaan manajemen tenaga kerja di kalangan petani. “Seorang janda yang memiliki lahan tidak bisa menggarapnya. Dia hanya b e k e r j a d i k e b u n o r a n g l a i n d a n mendapatkan upah. Saya ingin agar dia bisa mendapatkan uang dari kebunnya sendiri,” ucapnya. Kamilus pun membentuk Koperasi Tani Lewowerang (KTL). Koperasi ini sebagai bentuk kritik atas koperasi simpan pinjam yang dinilainya gagal membuat anggotanya meraih kesejahteraan. Meski bernama koperasi, dirinya menolak menyebutnya koperasi, karena yang ditabung bukan hanya uang, tapi jasa
simpan pinjam tenaga kerja. Pinjaman dana pun tidak diberikan dalam bentuk uang tetapi voucher. “Dana pinjaman dikembalikan dengan cara anggota tersebut bekerja di kebun atau saat membangun rumah. Gaji yang diterima dipotong pinjaman tersebut,” ungkapnya. Sejak 2004, KTL mulai berjalan tetapi mendapatkan tantangan dan hanya bertahan hingga 2006. Tahun 2010 sekelompok anak muda datang kepadanya menawarkan kalau ide dahulu dihidupkan kembali. I a t e r k e n a n g , s a a t i t u M a r e t 2 0 1 0 sekelompok anak muda bertamu di rumahnya. Mereka meminta KTL dihidupkan lagi. Ia mensyaratkan disiapkan 30 anak muda untuk ia presentasikan tentang KTL sebelum diaktifkan lagi. Yang hadir 32 orang. “Kami sepakat berjalan besoknya. Paginya yang datang 70 orang dengan membawa masing-masing simpanan pokok 100 ribu rupiah sehingga terkumpul dana 7 juta rupiah,” kenangnya. Lelaki kelahiran 19 Oktober 1964 ini menjelaskan uang tersebut dipinjamkan kepada
Kamilus meninggalkan kenyamanan hidup di Malaysia sebagai manajer perusahaan. Tahun 2000 pasca reformasi ia menginjakkan kaki di Kota Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur. Ia tinggal di Larantuka hingga tahun 2003 dan pulang ke Adonara menjadi petani dengan membawa dua traktor bantuan pemerintah tahun 2004. Sebenarnya ia mau langsung pulang ke kampungnya di Pulau Adonara tetapi mampir dan tinggal di Kota Larantuka untuk belajar terlebih dahulu. “Kalau semua orang di kampung bisa hidup dari pertanian kenapa saya tidak bisa? Daripada hanya teori saja lebih baik saya terapkan. Saya hanya memilih tinggal di kampung dan memilih jalan hidup sosialis sehingga saya tidak jadi pedagang,” ungkapnya.
Koperasi Tani Unik Setibanya di kampung halaman, ia melihat banyak sekali lahan tidur pertanian. Dia berpikir
Seorang petani di Pulau Adonara, t e p a t n y a d i H o n i h a m a , D e s a Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur terpilih berkat inovasinya di dunia pertanian. Adalah Kamilus Tupen Jumat, sang petani inspiratif ini bercerita banyak soal perjuangannya memotivasi petani. Kamilus percaya manusia bagian dari alam, sehingga ketika manusia menghargai alam, maka alam pun memberikan kebaikan bagi manusia. Ia memegang prinsip tanam apa yang kita makan dan makan apa yang kita tanam. “Saya percaya bahwa batu juga hidup sehingga saya mendengarnya meskipun tidak berbicara tetapi dari sinyal-sinyal yang dikirimkan kepada kita ada pesan yang ingin disampaikan,” tuturnya saat ditemui Mongabay Indonesia, di kebunnya, Minggu (16/5/2021).
1 Kamilus Tupen Jumat, petani dari Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menebar virus sukses bertani di lahan tandus. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia2 & 3 Warga yang datang membeli jagung di mal ladang jagung Bayolewun, Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto: Kamilus Tupen Jumat
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
1
2
3
15 BaKTINews 16BaKTINews
INFORMASI LEBIH LANJUTArtikel ini bersumber dari https://www.mongabay.co.id/2021/06/07/inovasi-kamilus-berdayakan-petani-dari-mulsa-alami-hingga-mall-ladang-jagung/
anggota yang hendak membiayai tenaga kerja untuk menggarap kebun, membangun rumah dan jenis pekerjaan lain. Tenaga kerjanya anggota KTL sendiri. Keesokan harinya mulai bekerja di kebun. Kelompok dibentuk di mana beberapa pemilik kebun menjadi majikan termasuk Kamilus. Ia pekerjakan 10 orang di mana saat itu laki-laki diupah 5 ribu rupiah per jam dan perempuan 4 ribu rupiah per jam dan malamnya gaji langsung dibayar. “Saya utang 400 ribu rupiah pinjam dari simpanan 7 juta rupiah untuk membiayai tenaga kerja. Utang untuk 4 bulan ditambah bunga 32 ribu rupiah di mana nanti saya kerja orang punya kebun gajinya potong hutang saya,” ungkapnya. Setiap orang yang berhutang uang tidak perlu mengembalikannya dalam bentuk uang. Ia hanya bekerja di berbagai jenis pekerjaan dan upahnya dipotong pinjamannya. Ayah 5 anak ini senang akhirnya koperasi berjalan bagus. Lahan tidur yang selama ini menganggur akhirnya tergarap semua. Banyak perantau asal desanya, pulang kampung dan menjadi petani. Hingga 2013, koperasi ini pun menyebar di berbagai tempat di Kabupaten Flores Timur. Jumlah anggotanya pun mencapai hingga 400 orang. Bertahan hingga 2014, koperasi ini pun mati dengan sendirinya. Alasannya, semua anggota telah mempunyai uang dan mampu menggarap lahannya. Mereka memilih menjadi majikan sehingga tidak ada buruh lagi. “Saya tidak kecewa sebab bentuk fisik atau apapun namanya boleh mati tetapi rohnya tetap ada. Dua tahun lalu saya coba hidupkan tapi ternyata tidak ada yang berminat karena semua petani sudah memiliki penghasilan lumayan,” ucapnya.
Mulsa Alamiah Lahan pertanian di Desa Tuwagoetobi kondisinya berpasir dan humus tanahnya berkurang akibat sering terjadi pembakaran l a h a n . Me n gat a s i h a l i n i , K a m i l u s p u n memperkenalkan penggunaan mulsa berbahan alami. Sebelum lahan pertanian ditanami jagung, dibuat bedeng seluas satu meter. Di tengahnya diletakan sampah dedaunan, batang jagung serta
ranting pohon setinggi mungkin. Lama kelamaan terjadi pelapukan dan terurai semua. Mulsa organik diberikan setelah tanaman atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa ini adalah l e b i h e ko n o m i s , m u d a h d i p e ro l e h d a n menambah kandungan bahan organik pada tanah. “Penggunaan mulsa ini membuat tanah kembali subur. Selain itu petani tidak kesulitan menyiang rumput karena sulit tumbuh. Lama kelamaan penggunaan pupuk kimia berkurang,” ucapnya. Suami dari Vinsensia Surat Suban ini katakan, setelah mulsa diperkenalkan, banyak petani menirunya. Mereka melihat dia tidak capek kerja karena rumput tidak tumbuh. Satu hektare lahan menghasilkan 10 ton jagung. Petani pun meraup pendapatan Rp30 juta bersih selama 4 bulan. Hasil ini belum termasuk kacang hijau atau kacang tanah. “Bagus kalau ada penelitian sehingga petani bisa mengetahui daun apa yang memiliki kandungan N, P atau K-nya. Dengan begitu maka bisa menekan dan menghindari pemakaian pupuk kimia yang berlebihan,” ucapnya.
Mal Ladang Jagung Ketika Kelompok Tani Lewolerang sudah berhasil dan terjadi over produksi jagung, tahun 2018 Kamilus memperkenalkan mal ladang jagung Bayolewun menyiasati penjualan jagung. Ide itu didapatnya saat ada anak muda yang datang membeli jagung muda. Ia menyuruh memetiknya sendiri di kebun. Saat anak muda memetik jagung, ia membuat video. “Videonya saya tonton berulang-ulang dan saya melihat ada ekspresi berbeda ketika anak muda ini memetik jagung. Saya berpikir, tahun 2019 saya harus membuat mal ladang jagung Bayolewun. Mal ini sudah berjalan tiga tahun,” tuturnya. Karena mal maka lahan jagung dibagi menjadi 3 lantai. Lantai satu jaraknya 300 meter dari jalan raya, lantai 2.600 meter dan lantai 3 jaraknya 1 kilometer. Lahannya berada di kaki gunung sehingga lantai 2 dan 3 berada di ketinggian. Tanggal 14 Februari 2021 dalam sehari ia meraih pendapatan hingga 16 juta rupiah. Sebanyak 8 ribu jagung muda terjual dengan harga 2 ribu rupiah per buah. Pembeli panen sendiri dan bayar di kasir saat hendak pulang. “Petani lain juga membawa jagung
dan hasi l panennya ke tempat saya. Konsepnya mal maka penjualannya harus satu pintu. Saya senang, petani lain juga mulai meniru mal ladang jagung saya,” ucapnya. Menurut Melki Koli Baran, Direktur Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Flores Timur, Kamilus merupakan sosok petani inovatif dan pekerja keras. Meli sebutkan Kamilus selalu saja berinovasi dalam bertani dan mampu mengajak petani lainnya mengikuti apa yang dilakukannya. Berkat kerja kerasnya, petani pun bisa lebih sejahtera dan lahan tidur beralih jadi lahan pertanian. “Kamilus merupakan petani yang mampu berinovasi dan mengubah lahan tandus menjadi subur. Idenya soal simpan pinjam tenaga kerja membuat masyarakat di desanya hidup lebih sejahtera,” ungkapnya. Melki mengharapkan agar inovasi koperasi yang dikembangkan KTL bisa diadopsi dan diterapkan di Kabupaten Flores Timur. Menurutnya, masyarakat di Flores Timur memiliki budaya gotong royong yang dinamakan gemohing termasuk saat membuka lahan, membersihkan, menanam hingga panen. “Budaya ini yang mulai hilang dan coba dihidupkan lagi Kamilus dengan memadukannya dengan sistem koperasi. Tapi koperasi ini bukan simpan pinjam uang tapi yang unik adalah simpan pinjam tenaga kerja,” ungkapnya.
Tanaman sorgum yang tumbuh subur di lahan pertanian Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menggunakan mulsa alami.Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
15 BaKTINews 16BaKTINews
INFORMASI LEBIH LANJUTArtikel ini bersumber dari https://www.mongabay.co.id/2021/06/07/inovasi-kamilus-berdayakan-petani-dari-mulsa-alami-hingga-mall-ladang-jagung/
anggota yang hendak membiayai tenaga kerja untuk menggarap kebun, membangun rumah dan jenis pekerjaan lain. Tenaga kerjanya anggota KTL sendiri. Keesokan harinya mulai bekerja di kebun. Kelompok dibentuk di mana beberapa pemilik kebun menjadi majikan termasuk Kamilus. Ia pekerjakan 10 orang di mana saat itu laki-laki diupah 5 ribu rupiah per jam dan perempuan 4 ribu rupiah per jam dan malamnya gaji langsung dibayar. “Saya utang 400 ribu rupiah pinjam dari simpanan 7 juta rupiah untuk membiayai tenaga kerja. Utang untuk 4 bulan ditambah bunga 32 ribu rupiah di mana nanti saya kerja orang punya kebun gajinya potong hutang saya,” ungkapnya. Setiap orang yang berhutang uang tidak perlu mengembalikannya dalam bentuk uang. Ia hanya bekerja di berbagai jenis pekerjaan dan upahnya dipotong pinjamannya. Ayah 5 anak ini senang akhirnya koperasi berjalan bagus. Lahan tidur yang selama ini menganggur akhirnya tergarap semua. Banyak perantau asal desanya, pulang kampung dan menjadi petani. Hingga 2013, koperasi ini pun menyebar di berbagai tempat di Kabupaten Flores Timur. Jumlah anggotanya pun mencapai hingga 400 orang. Bertahan hingga 2014, koperasi ini pun mati dengan sendirinya. Alasannya, semua anggota telah mempunyai uang dan mampu menggarap lahannya. Mereka memilih menjadi majikan sehingga tidak ada buruh lagi. “Saya tidak kecewa sebab bentuk fisik atau apapun namanya boleh mati tetapi rohnya tetap ada. Dua tahun lalu saya coba hidupkan tapi ternyata tidak ada yang berminat karena semua petani sudah memiliki penghasilan lumayan,” ucapnya.
Mulsa Alamiah Lahan pertanian di Desa Tuwagoetobi kondisinya berpasir dan humus tanahnya berkurang akibat sering terjadi pembakaran l a h a n . Me n gat a s i h a l i n i , K a m i l u s p u n memperkenalkan penggunaan mulsa berbahan alami. Sebelum lahan pertanian ditanami jagung, dibuat bedeng seluas satu meter. Di tengahnya diletakan sampah dedaunan, batang jagung serta
ranting pohon setinggi mungkin. Lama kelamaan terjadi pelapukan dan terurai semua. Mulsa organik diberikan setelah tanaman atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa ini adalah l e b i h e ko n o m i s , m u d a h d i p e ro l e h d a n menambah kandungan bahan organik pada tanah. “Penggunaan mulsa ini membuat tanah kembali subur. Selain itu petani tidak kesulitan menyiang rumput karena sulit tumbuh. Lama kelamaan penggunaan pupuk kimia berkurang,” ucapnya. Suami dari Vinsensia Surat Suban ini katakan, setelah mulsa diperkenalkan, banyak petani menirunya. Mereka melihat dia tidak capek kerja karena rumput tidak tumbuh. Satu hektare lahan menghasilkan 10 ton jagung. Petani pun meraup pendapatan Rp30 juta bersih selama 4 bulan. Hasil ini belum termasuk kacang hijau atau kacang tanah. “Bagus kalau ada penelitian sehingga petani bisa mengetahui daun apa yang memiliki kandungan N, P atau K-nya. Dengan begitu maka bisa menekan dan menghindari pemakaian pupuk kimia yang berlebihan,” ucapnya.
Mal Ladang Jagung Ketika Kelompok Tani Lewolerang sudah berhasil dan terjadi over produksi jagung, tahun 2018 Kamilus memperkenalkan mal ladang jagung Bayolewun menyiasati penjualan jagung. Ide itu didapatnya saat ada anak muda yang datang membeli jagung muda. Ia menyuruh memetiknya sendiri di kebun. Saat anak muda memetik jagung, ia membuat video. “Videonya saya tonton berulang-ulang dan saya melihat ada ekspresi berbeda ketika anak muda ini memetik jagung. Saya berpikir, tahun 2019 saya harus membuat mal ladang jagung Bayolewun. Mal ini sudah berjalan tiga tahun,” tuturnya. Karena mal maka lahan jagung dibagi menjadi 3 lantai. Lantai satu jaraknya 300 meter dari jalan raya, lantai 2.600 meter dan lantai 3 jaraknya 1 kilometer. Lahannya berada di kaki gunung sehingga lantai 2 dan 3 berada di ketinggian. Tanggal 14 Februari 2021 dalam sehari ia meraih pendapatan hingga 16 juta rupiah. Sebanyak 8 ribu jagung muda terjual dengan harga 2 ribu rupiah per buah. Pembeli panen sendiri dan bayar di kasir saat hendak pulang. “Petani lain juga membawa jagung
dan hasi l panennya ke tempat saya. Konsepnya mal maka penjualannya harus satu pintu. Saya senang, petani lain juga mulai meniru mal ladang jagung saya,” ucapnya. Menurut Melki Koli Baran, Direktur Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Flores Timur, Kamilus merupakan sosok petani inovatif dan pekerja keras. Meli sebutkan Kamilus selalu saja berinovasi dalam bertani dan mampu mengajak petani lainnya mengikuti apa yang dilakukannya. Berkat kerja kerasnya, petani pun bisa lebih sejahtera dan lahan tidur beralih jadi lahan pertanian. “Kamilus merupakan petani yang mampu berinovasi dan mengubah lahan tandus menjadi subur. Idenya soal simpan pinjam tenaga kerja membuat masyarakat di desanya hidup lebih sejahtera,” ungkapnya. Melki mengharapkan agar inovasi koperasi yang dikembangkan KTL bisa diadopsi dan diterapkan di Kabupaten Flores Timur. Menurutnya, masyarakat di Flores Timur memiliki budaya gotong royong yang dinamakan gemohing termasuk saat membuka lahan, membersihkan, menanam hingga panen. “Budaya ini yang mulai hilang dan coba dihidupkan lagi Kamilus dengan memadukannya dengan sistem koperasi. Tapi koperasi ini bukan simpan pinjam uang tapi yang unik adalah simpan pinjam tenaga kerja,” ungkapnya.
Tanaman sorgum yang tumbuh subur di lahan pertanian Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menggunakan mulsa alami.Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
17 BaKTINews 18BaKTINews
Berjalan 3 tahun pemerintahan, Lukman belum menemukan titik terang siapa yang mampu membantunya mewujudkan mimpi. Pintu desa dibuka seluas-luasnya untuk siapa saja yang memiliki pengetahuan terkait pendataan ini. Barulah ia kemudian dipertemukan dengan salah seorang aktivis pegiat sistem pendataan desa pada tahun 2018. Dari diskusi awal kemudian disepakati untuk mulai action di Desember 2018. Namun karena ketidaktersediaan anggaran di akhir tahun maka Lukman meminta kesediaan pemuda desa untuk terlibat sebagai relawan. Ia meyakinkan mereka bahwa inilah jawaban dari mimpi memiliki database desa yang selama ini dicita-citakan. Kegiatan pendataan pertama di akhir tahun yang dilaksanakan selama 15 hari berhasil memetakan satu dusun yakni dusun Katabung. Data yang diperoleh kemudian dipresentasikan di hadapan bupati saat itu dan menuai apresiasi luar biasa. Inovasi berbasis peta dan data yang dikembangkan di Desa Pattaneteang merupakan
sebuah konsep dalam mengumpulkan data masyarakat yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pangkalan data dan peta sehingga setiap d at a m a m p u d i t a m p i l k a n s e c a ra r i n c i , terstruktur dan lengkap. Saat ini, basis data dan peta telah digunakan dalam menganalisis permasalahan masyarakat, menetapkan program kerja, dan dipergunakan untuk keperluan lainnya. Peta desa digital menggambarkan tentang data spasial, data sosial dan data sektoral. Data spasial memuat data keruangan desa, daerah rawan bencana, topografi, jenis tanah. Untuk data sosial memuat data dasar kependudukan, data pendidikan, data elektrifikasi, data pertanian, data pendidikan, data sejarah desa, data pengangguran dan tingkat pendapatan warga. Sedangkan data sektoral mencakup data kehutanan, data pertanian dan data kemiskinan Proses pendataan desa Pattaneteang melalui partisipasi masyarakat. Kurang lebih 100 orang masyarakat desa di mana 80 persen diantaranya
erencanaan program yang tidak tepat sasaran serta adanya penyalahgunaan anggaran menjadi masalah yang sering kita temui di lembaga pemerintahan. Program-program yang dijalankan pemerintah daerah terkadang tidak melalui tahapan analisis
yang tepat dan mendalam sehingga tidak mampu menjadi solusi dalam menjawab permasalahan yang ada. Padahal, idealnya setiap program kerja yang ada berdasarkan pada kebutuhan utama yang ada di masyarakat. Sebuah inovasi perlu dilakukan guna meminimalisir kemungkinan program salah sasaran dan penyalahgunaan anggaran. Salah satu inovasi yang dilaksanakan pemerintah Desa Pattaneteang adalah penyusunan konsep inovasi data dan peta yang kemudian menjadi solusi dari beragam permasalahan yang ada. Desa Pattaneteang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tompobulo, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak dari kota Makassar jika melalui jalur kawasan wisata Malino-Kabupaten Gowa adalah 69 kilometer sedangkan jika melewati jalur pantai selatan yakni Makassar-Bantaeng adalah 155 km yang ditempuh 3-4 jam perjalanan dengan mobil. Desa Pattaneteang dipimpin oleh seorang Kepala Desa muda bernama Lukman, SKM. Ia menjabat setelah terpilih secara langsung pada tahun 2015. Di Bantaeng ia adalah kepala desa muda pertama yang terpilih secara langsung. “Ketika saya menjabat pertama kali sebagai kepala desa, di desa tidak ada pangkalan data (data spasial, data sosial, data lintas sektoral) yang disusun dalam sistem pangkalan
data terintegrasi (GIS) sehingga desa susah membuat perencanaan pembangunan” ungkap kepala desa berusia 34 tahun ini. Desa Pattanetenag awalnya adalah desa sangat tertinggal, karena itu niat berprestasi menjadi dasar bagi Lukman untuk bekerja. “Kami sadar itu harus dimulai dari data. Data yang bisa terolah, s istematis , dan teknologinya dikuasai oleh orang desa yang disusun dalam Sistem Informasi Desa (SID)” ujarnya. Di awal pemerintahannya tahun 2015, visi misi Lukman sudah m e m u a t t e n t a n g b a g a i m a n a membangun desa dengan sistem pemetaan/mapping yang lebih m e m u d a h k a n u nt u k m e l i h at keseluruhan kondisi desa dalam satu perangkat seperti komputer.
P
PATTANETEANG, DESA BERDATA MASYARAKAT BERDAYAOleh SUMARNI ARIANTO
Desa Pattaneteang dengan luas 1.309,9 Ha. dihuni oleh penduduk sebanyak 1990 jiwa (data januari 2019). Empat tahun lalu, desa ini berstatus sebagai desa paling tertinggal di kabupaten Bantaeng, kini menjadi desa mandiri berkat kerja keras sang kepala desa, bapak Lukman, S.KM. Foto: Tangkapan layar/Dok. Desa Pattaneteang.
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
17 BaKTINews 18BaKTINews
Berjalan 3 tahun pemerintahan, Lukman belum menemukan titik terang siapa yang mampu membantunya mewujudkan mimpi. Pintu desa dibuka seluas-luasnya untuk siapa saja yang memiliki pengetahuan terkait pendataan ini. Barulah ia kemudian dipertemukan dengan salah seorang aktivis pegiat sistem pendataan desa pada tahun 2018. Dari diskusi awal kemudian disepakati untuk mulai action di Desember 2018. Namun karena ketidaktersediaan anggaran di akhir tahun maka Lukman meminta kesediaan pemuda desa untuk terlibat sebagai relawan. Ia meyakinkan mereka bahwa inilah jawaban dari mimpi memiliki database desa yang selama ini dicita-citakan. Kegiatan pendataan pertama di akhir tahun yang dilaksanakan selama 15 hari berhasil memetakan satu dusun yakni dusun Katabung. Data yang diperoleh kemudian dipresentasikan di hadapan bupati saat itu dan menuai apresiasi luar biasa. Inovasi berbasis peta dan data yang dikembangkan di Desa Pattaneteang merupakan
sebuah konsep dalam mengumpulkan data masyarakat yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pangkalan data dan peta sehingga setiap d at a m a m p u d i t a m p i l k a n s e c a ra r i n c i , terstruktur dan lengkap. Saat ini, basis data dan peta telah digunakan dalam menganalisis permasalahan masyarakat, menetapkan program kerja, dan dipergunakan untuk keperluan lainnya. Peta desa digital menggambarkan tentang data spasial, data sosial dan data sektoral. Data spasial memuat data keruangan desa, daerah rawan bencana, topografi, jenis tanah. Untuk data sosial memuat data dasar kependudukan, data pendidikan, data elektrifikasi, data pertanian, data pendidikan, data sejarah desa, data pengangguran dan tingkat pendapatan warga. Sedangkan data sektoral mencakup data kehutanan, data pertanian dan data kemiskinan Proses pendataan desa Pattaneteang melalui partisipasi masyarakat. Kurang lebih 100 orang masyarakat desa di mana 80 persen diantaranya
erencanaan program yang tidak tepat sasaran serta adanya penyalahgunaan anggaran menjadi masalah yang sering kita temui di lembaga pemerintahan. Program-program yang dijalankan pemerintah daerah terkadang tidak melalui tahapan analisis
yang tepat dan mendalam sehingga tidak mampu menjadi solusi dalam menjawab permasalahan yang ada. Padahal, idealnya setiap program kerja yang ada berdasarkan pada kebutuhan utama yang ada di masyarakat. Sebuah inovasi perlu dilakukan guna meminimalisir kemungkinan program salah sasaran dan penyalahgunaan anggaran. Salah satu inovasi yang dilaksanakan pemerintah Desa Pattaneteang adalah penyusunan konsep inovasi data dan peta yang kemudian menjadi solusi dari beragam permasalahan yang ada. Desa Pattaneteang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tompobulo, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak dari kota Makassar jika melalui jalur kawasan wisata Malino-Kabupaten Gowa adalah 69 kilometer sedangkan jika melewati jalur pantai selatan yakni Makassar-Bantaeng adalah 155 km yang ditempuh 3-4 jam perjalanan dengan mobil. Desa Pattaneteang dipimpin oleh seorang Kepala Desa muda bernama Lukman, SKM. Ia menjabat setelah terpilih secara langsung pada tahun 2015. Di Bantaeng ia adalah kepala desa muda pertama yang terpilih secara langsung. “Ketika saya menjabat pertama kali sebagai kepala desa, di desa tidak ada pangkalan data (data spasial, data sosial, data lintas sektoral) yang disusun dalam sistem pangkalan
data terintegrasi (GIS) sehingga desa susah membuat perencanaan pembangunan” ungkap kepala desa berusia 34 tahun ini. Desa Pattanetenag awalnya adalah desa sangat tertinggal, karena itu niat berprestasi menjadi dasar bagi Lukman untuk bekerja. “Kami sadar itu harus dimulai dari data. Data yang bisa terolah, s istematis , dan teknologinya dikuasai oleh orang desa yang disusun dalam Sistem Informasi Desa (SID)” ujarnya. Di awal pemerintahannya tahun 2015, visi misi Lukman sudah m e m u a t t e n t a n g b a g a i m a n a membangun desa dengan sistem pemetaan/mapping yang lebih m e m u d a h k a n u nt u k m e l i h at keseluruhan kondisi desa dalam satu perangkat seperti komputer.
P
PATTANETEANG, DESA BERDATA MASYARAKAT BERDAYAOleh SUMARNI ARIANTO
Desa Pattaneteang dengan luas 1.309,9 Ha. dihuni oleh penduduk sebanyak 1990 jiwa (data januari 2019). Empat tahun lalu, desa ini berstatus sebagai desa paling tertinggal di kabupaten Bantaeng, kini menjadi desa mandiri berkat kerja keras sang kepala desa, bapak Lukman, S.KM. Foto: Tangkapan layar/Dok. Desa Pattaneteang.
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
19 BaKTINews 20BaKTINews
a d a l a h p e m u d a , d i g e r a k k a n d a l a m merencanakan, mengumpulkan data, hingga pembuatan peta. Sebelum memulai pendataan, diadakan pelatihan pengolahan data dan pembuatan peta oleh tenaga pendamping desa. Desa menyiapkan perangkat berupa komputer dan software sebagai pangkalan data. Pemuda yang telah mengikuti pelatihan kemudian turun mengumpulkan data. Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis oleh tim peta yang berjumlah 7 orang untuk memverifikasi semua data yang ada. Beberapa data kemudian diunggah pada laman situs web agar dapat diketahui masyarakat luas. Data yang bersifat non publik disimpan oleh aparat desa untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Data yang bersifat umum dapat dilihat di situs web https://desapattaneteang.id. Hasil akhir dari program pemetaan ini adalah dilahirkannya peta digital desa, peta tiga dimensi, situs web desa hingga buku desa. Dengan adanya pangkalan data dan peta digital desa, pemerintah desa mendapat ke m u d a h a n d a l a m m e ny u s u n p ro g ra m pembangunan desa yang lebih tepat sasaran dan sesuai kebutuhan. Penyusunan anggaran desa juga menjadi lebih transparan dan akuntabel, karena data yang ada di desa sesuai dengan data yang ada di kecamatan, kabupaten dan provinsi. H a m p i r s e mu a d at a ya n g d i p e ro l e h masyarakat dibuat dalam basis peta sehingga akan sangat mudah dalam melihat jalur pada setiap jenis data yang dibutuhkan. Data dan informasi yang diperoleh disajikan dalam beberapa media yakni peta 3D, peta digital, situs web desa dan dalam bentuk buku yang diberi judul Pattaneteang Desa untuk Indonesia 2019. J i k a s e b e l u m n y a p e r e n c a n a a n pembangunan desa yang dilakukan dalam bentuk musyawarah desa tanpa data yang cukup, prosesnya berlangsung lebih lama. Salah satu data yang menarik dan sangat bermanfaat terkait perencanaan pengembangan ekonomi desa adalah data terkait kondisi sosial ekonomi warga. Hampir semua data mulai data kebutuhan rumah tangga dikumpulkan. Sebut saja data terkait konsumsi sayuran warga, dimana diketahui jumlah pengeluaran
rata-rata seluruh warga dalam sebulan untuk belanja sayuran adalah 12 juta rupiah. Ini bisa jadi peluang untuk BUMDES mensuplai kebutuhan sayuran warga atau terbuka peluang untuk anak muda menjadi petani sayur. Data ini merupakan potensi yang selama ini tidak diketahui padahal ini peluang kerja bagi pemuda desa. Ketersediaan data membuat Lukman dan ja ja ra n nya b e r p i k i r b a hwa ke t i k a d at a dihidupkan potensi lapangan kerja akan semakin banyak teridentifikasi di desa. “Kemandirian dari sisi ekonomi masih menjadi PR besar buat kami, sebagai desa mandiri kami menang di poin lingkungan dan sosial sehingga untuk prioritas kegiatan tahun 2021 kami fokus ke bidang ekonomi” ungkap Lukman. Untuk sektor pendidikan, dilakukan pendataan pada angka putus sekolah. Data yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan penyediaan fasilitasi program paket A, B dan C u n t u k m e n e r u s k a n p e n d i d i k a n . D e s a Patt a n e tea n g j u ga m e n d i r i ka n fa s i l i t a s pendidikan berupa perguruan tinggi yang disebut dengan Kampus Merdeka. Kampus didirikan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Pattaneteang untuk mempercepat pembangunan desa dalam m e m p e r m u d a h m a s ya ra k at m e n ga k s e s pendidikan. Kampus Merdeka menghadirkan jurusan ilmu politik yang bekerja sama dengan Universitas Teknologi Sulawesi (UTS).
Terkait bidang kesehatan, setelah melihat belanja masyarakat untuk bidang kesehatan, terutama belanja obat-obat ringan, desa kemudian memfasilitasi masyarakat di Pustu dan Polindes untuk bisa mengakses obat gratis. Di sektor pertanian, sejak data dipublikasikan semua bantuan lebih mudah masuk, karena data yang disajikan ke pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat memperlihatkan dengan jelas kebutuhan masyarakat tani apa saja. Jika dulu petani tidak tahu siapa kelompoknya dan di mana letaknya sekarang sudah dibagi dengan pemetaan kelompok tani berbasis hamparan sehingga masyarakat tidak dengan mudah langsung membuat kelompok fiktif yang hanya untuk kepentingan mendapatkan program/bantuan. “Tahun 2020 arah pembangunan kabupaten sudah ada yang ditawarkan ke kami seperti peta pembangunan drainase, irigasi, jalan yang disiapkan anak-anak muda” kata Lukman. Hampir setiap tahun Pattaneteang berubah indeks desa membangunnya menurut penilaian Kementerian Desa. Tahun 2015 Pattaneteang adalah desa paling tertinggal di kabupaten B a nt ae n g , ke mu d i a n b e r u ba h jad i d esa tertinggal, berkembang dan berubah menjadi desa maju dan sekarang berstatus desa mandiri pertama di kabupaten Bantaeng. Inovasi sistem pangkalan data desa sudah mulai ditularkan pula ke desa tetangga. Sudah ada sekolah desa yang dikembangkan tahun 2019
dengan program sister village. Desa-desa lain yang ingin belajar terkait sistem pendataan desa digital, GIS akan dilatih di sekolah desa ini di mana anak-anak muda juga yang datang belajar. Hasil dari program sister village ini, BUMDES desa saudara bahkan lebih kuat dari desa Pattaneteang sendiri, dalam prosesnya terjadi pertukaran hal-hal baik antar sister village ini. Untuk memastikan keberlanjutan inovasi desa ini, Lukman bersama BPD Desa menyusun Peraturan Desa agar sistem pangkalan data desa yang sudah berjalan dengan baik selama ini dapat terus dilaksanakan meski kapal Pattaneteang tidak dinahkodai lagi oleh Lukman sebagai pencetus gagasan ini. Di usianya yang masih 34 tahun, Lukman telah membawa desanya memperoleh beragam prestasi dan penghargaan melalui inovasi-inovasinya. Penghargaan yang diperoleh antara lain Desa Taat Pajak se Kabupaten Bantaeng, Pengelolaan Hutan Desa Terbaik (KLH 2017), penghargaan indeks desa membangun dari desa tertinggal menjadi desa berkembang (Kemendes 2017), penghargaan indeks desa membangun dari desa berkembang menjadi Desa Maju (Kemendes 2019). Membangun desa membutuhkan ketulusan pelaku di dalamnya termasuk pemuda desa, karena mustahil negara dikuatkan jika desa tidak kuat. Kekuatan membangun Indonesia dimulai dari hal-hal terkecil mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan. Desa Pattaneteang membangun dengan berlandaskan data dengan melibatkan kekuatan desa yakni pemuda. Kalau desa semua kuat maka Indonesia juga akan kuat dengan sendirinya. Untuk menuju Indonesia kuat dibutuhkan urun tangan anak-anak muda progresif yang mau membangun desanya berbasis data agar masyarakatnya berdaya.
INFORMASI LEBIH LANJUTLukman, S.KM, Kepala Desa Pattaneteang, dapat dihubungi melalui email: bung8769@gmail.com
(kiri) Para pemuda desa yang digerakkan dalam merencanakan, mengumpulkan data, hingga pembuatan peta. (kanan) Lukman, S.KM Kepala Desa Pattaneteang memberikan buku profil desanya kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M. Pd,yang sangat mengapresiasi kerja kerasnya karena berhasil membawa desanya menjadi desa mandiri.Sumber: https://desapattaneteang.id
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
19 BaKTINews 20BaKTINews
a d a l a h p e m u d a , d i g e r a k k a n d a l a m merencanakan, mengumpulkan data, hingga pembuatan peta. Sebelum memulai pendataan, diadakan pelatihan pengolahan data dan pembuatan peta oleh tenaga pendamping desa. Desa menyiapkan perangkat berupa komputer dan software sebagai pangkalan data. Pemuda yang telah mengikuti pelatihan kemudian turun mengumpulkan data. Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis oleh tim peta yang berjumlah 7 orang untuk memverifikasi semua data yang ada. Beberapa data kemudian diunggah pada laman situs web agar dapat diketahui masyarakat luas. Data yang bersifat non publik disimpan oleh aparat desa untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Data yang bersifat umum dapat dilihat di situs web https://desapattaneteang.id. Hasil akhir dari program pemetaan ini adalah dilahirkannya peta digital desa, peta tiga dimensi, situs web desa hingga buku desa. Dengan adanya pangkalan data dan peta digital desa, pemerintah desa mendapat ke m u d a h a n d a l a m m e ny u s u n p ro g ra m pembangunan desa yang lebih tepat sasaran dan sesuai kebutuhan. Penyusunan anggaran desa juga menjadi lebih transparan dan akuntabel, karena data yang ada di desa sesuai dengan data yang ada di kecamatan, kabupaten dan provinsi. H a m p i r s e mu a d at a ya n g d i p e ro l e h masyarakat dibuat dalam basis peta sehingga akan sangat mudah dalam melihat jalur pada setiap jenis data yang dibutuhkan. Data dan informasi yang diperoleh disajikan dalam beberapa media yakni peta 3D, peta digital, situs web desa dan dalam bentuk buku yang diberi judul Pattaneteang Desa untuk Indonesia 2019. J i k a s e b e l u m n y a p e r e n c a n a a n pembangunan desa yang dilakukan dalam bentuk musyawarah desa tanpa data yang cukup, prosesnya berlangsung lebih lama. Salah satu data yang menarik dan sangat bermanfaat terkait perencanaan pengembangan ekonomi desa adalah data terkait kondisi sosial ekonomi warga. Hampir semua data mulai data kebutuhan rumah tangga dikumpulkan. Sebut saja data terkait konsumsi sayuran warga, dimana diketahui jumlah pengeluaran
rata-rata seluruh warga dalam sebulan untuk belanja sayuran adalah 12 juta rupiah. Ini bisa jadi peluang untuk BUMDES mensuplai kebutuhan sayuran warga atau terbuka peluang untuk anak muda menjadi petani sayur. Data ini merupakan potensi yang selama ini tidak diketahui padahal ini peluang kerja bagi pemuda desa. Ketersediaan data membuat Lukman dan ja ja ra n nya b e r p i k i r b a hwa ke t i k a d at a dihidupkan potensi lapangan kerja akan semakin banyak teridentifikasi di desa. “Kemandirian dari sisi ekonomi masih menjadi PR besar buat kami, sebagai desa mandiri kami menang di poin lingkungan dan sosial sehingga untuk prioritas kegiatan tahun 2021 kami fokus ke bidang ekonomi” ungkap Lukman. Untuk sektor pendidikan, dilakukan pendataan pada angka putus sekolah. Data yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan penyediaan fasilitasi program paket A, B dan C u n t u k m e n e r u s k a n p e n d i d i k a n . D e s a Patt a n e tea n g j u ga m e n d i r i ka n fa s i l i t a s pendidikan berupa perguruan tinggi yang disebut dengan Kampus Merdeka. Kampus didirikan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Pattaneteang untuk mempercepat pembangunan desa dalam m e m p e r m u d a h m a s ya ra k at m e n ga k s e s pendidikan. Kampus Merdeka menghadirkan jurusan ilmu politik yang bekerja sama dengan Universitas Teknologi Sulawesi (UTS).
Terkait bidang kesehatan, setelah melihat belanja masyarakat untuk bidang kesehatan, terutama belanja obat-obat ringan, desa kemudian memfasilitasi masyarakat di Pustu dan Polindes untuk bisa mengakses obat gratis. Di sektor pertanian, sejak data dipublikasikan semua bantuan lebih mudah masuk, karena data yang disajikan ke pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat memperlihatkan dengan jelas kebutuhan masyarakat tani apa saja. Jika dulu petani tidak tahu siapa kelompoknya dan di mana letaknya sekarang sudah dibagi dengan pemetaan kelompok tani berbasis hamparan sehingga masyarakat tidak dengan mudah langsung membuat kelompok fiktif yang hanya untuk kepentingan mendapatkan program/bantuan. “Tahun 2020 arah pembangunan kabupaten sudah ada yang ditawarkan ke kami seperti peta pembangunan drainase, irigasi, jalan yang disiapkan anak-anak muda” kata Lukman. Hampir setiap tahun Pattaneteang berubah indeks desa membangunnya menurut penilaian Kementerian Desa. Tahun 2015 Pattaneteang adalah desa paling tertinggal di kabupaten B a nt ae n g , ke mu d i a n b e r u ba h jad i d esa tertinggal, berkembang dan berubah menjadi desa maju dan sekarang berstatus desa mandiri pertama di kabupaten Bantaeng. Inovasi sistem pangkalan data desa sudah mulai ditularkan pula ke desa tetangga. Sudah ada sekolah desa yang dikembangkan tahun 2019
dengan program sister village. Desa-desa lain yang ingin belajar terkait sistem pendataan desa digital, GIS akan dilatih di sekolah desa ini di mana anak-anak muda juga yang datang belajar. Hasil dari program sister village ini, BUMDES desa saudara bahkan lebih kuat dari desa Pattaneteang sendiri, dalam prosesnya terjadi pertukaran hal-hal baik antar sister village ini. Untuk memastikan keberlanjutan inovasi desa ini, Lukman bersama BPD Desa menyusun Peraturan Desa agar sistem pangkalan data desa yang sudah berjalan dengan baik selama ini dapat terus dilaksanakan meski kapal Pattaneteang tidak dinahkodai lagi oleh Lukman sebagai pencetus gagasan ini. Di usianya yang masih 34 tahun, Lukman telah membawa desanya memperoleh beragam prestasi dan penghargaan melalui inovasi-inovasinya. Penghargaan yang diperoleh antara lain Desa Taat Pajak se Kabupaten Bantaeng, Pengelolaan Hutan Desa Terbaik (KLH 2017), penghargaan indeks desa membangun dari desa tertinggal menjadi desa berkembang (Kemendes 2017), penghargaan indeks desa membangun dari desa berkembang menjadi Desa Maju (Kemendes 2019). Membangun desa membutuhkan ketulusan pelaku di dalamnya termasuk pemuda desa, karena mustahil negara dikuatkan jika desa tidak kuat. Kekuatan membangun Indonesia dimulai dari hal-hal terkecil mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan. Desa Pattaneteang membangun dengan berlandaskan data dengan melibatkan kekuatan desa yakni pemuda. Kalau desa semua kuat maka Indonesia juga akan kuat dengan sendirinya. Untuk menuju Indonesia kuat dibutuhkan urun tangan anak-anak muda progresif yang mau membangun desanya berbasis data agar masyarakatnya berdaya.
INFORMASI LEBIH LANJUTLukman, S.KM, Kepala Desa Pattaneteang, dapat dihubungi melalui email: bung8769@gmail.com
(kiri) Para pemuda desa yang digerakkan dalam merencanakan, mengumpulkan data, hingga pembuatan peta. (kanan) Lukman, S.KM Kepala Desa Pattaneteang memberikan buku profil desanya kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M. Pd,yang sangat mengapresiasi kerja kerasnya karena berhasil membawa desanya menjadi desa mandiri.Sumber: https://desapattaneteang.id
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
nited Nations Guiding Principles on Business a n d H u m a n R i g h t s (UNGPs on BHR) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Prinsip-Prinsip
Panduan untuk Bisnis dan HAM disusun oleh Profesor John Gerrard Ruggie dan timnya saat ia menjabat sebagai Representasi Khusus Sekretariat Jenderal PBB atau Special Representative of the UN Secretary General (Deva, 2012). Mereka menyusun dokumen
tersebut selama kurang lebih 6 tahun hingga akhirnya dikeluarkan oleh Dewan HAM PBB pada Juni 2011. S e p e r t i n a m a n y a , U N G P s o n B H R merupakan salah satu dokumen yang dapat digunakan sebagai panduan sebuah bisnis dapat dilakukan dengan mengedepankan Hak Asasi Manusia. Tujuannya, dokumen ini dapat menjadi salah satu pedoman yang bisa digunakan oleh Negara dan perusahaan untuk mencegah dan mengatasi pelanggaran Hak Asasi Manusia di sektor bisnis.
Dalam proses pembuatannya, dikenalkan tiga pilar utama yang menjadi dasar dokumen ini. Ketiga pilar ini langsung disetujui oleh para negara anggota karena dianggap menekankan tanggung jawab bersama yang dimiliki oleh Negara dan sektor bisnis dalam memastikan terpenuhinya Hak Asasi Manusia. Tiga pilar UNGPs on BHR yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi HAM. Maksud dari pilar ini adalah Negara menjadi pihak utama
dalam melindungi warganya dari pelanggaran hak asasi manusia, baik di dalam wilayah mereka dan/atau yurisdiksi oleh pihak ketiga. UNGPs on BHR memberikan penjelasan yang dengan tegas dan jelas tentang bagaimana setiap perusahaan yang beroperasi di dalam sebuah Negara perlu dipastikan bahwa mereka menghormati hak asasi manusia.
Perusahaan bertanggung jawab untuk menghormati HAM. UNGPs on BHR mengharapkan perusahaan dapat secara proaktif memastikan dan mencegah
munculnya dampak yang dapat merugikan hak asasi manusia dalam praktik bisnisnya. Tentu usaha tersebut harus dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan selama bisnisnya terus berjalan.
Terpenuhinya hak korban terhadap a k s e s p e m u l i h a n . D o k u m e n i n i menekankan pada perlindungan korban
dengan memastikan korban mendapatkan pemulihan atau bantuan. Sebagai salah satu pilarnya, memastikan akses pemulihan yang dibutuhkan korban menjadi tugas Negara dan juga perusahaan. Tidak hanya sekedar adanya akses tetapi juga memastikan akses tersebut efektif dan mudah dijangkau oleh semua orang menjadi tanggung jawab bersama. Ketiga pilar UNGPs on BHR dengan mudah diterima oleh negara anggota karena dianggap
U
Mengenal Lebih Jauh
Prinsip-Prinsip Panduan
untuk Bisnis dan HAM
1
2
3
21 BaKTINews 22BaKTINews
Para pekerja di sebuah pabrik garmen di Indonesia.Foto: ILO Asia-Pacific
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
nited Nations Guiding Principles on Business a n d H u m a n R i g h t s (UNGPs on BHR) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Prinsip-Prinsip
Panduan untuk Bisnis dan HAM disusun oleh Profesor John Gerrard Ruggie dan timnya saat ia menjabat sebagai Representasi Khusus Sekretariat Jenderal PBB atau Special Representative of the UN Secretary General (Deva, 2012). Mereka menyusun dokumen
tersebut selama kurang lebih 6 tahun hingga akhirnya dikeluarkan oleh Dewan HAM PBB pada Juni 2011. S e p e r t i n a m a n y a , U N G P s o n B H R merupakan salah satu dokumen yang dapat digunakan sebagai panduan sebuah bisnis dapat dilakukan dengan mengedepankan Hak Asasi Manusia. Tujuannya, dokumen ini dapat menjadi salah satu pedoman yang bisa digunakan oleh Negara dan perusahaan untuk mencegah dan mengatasi pelanggaran Hak Asasi Manusia di sektor bisnis.
Dalam proses pembuatannya, dikenalkan tiga pilar utama yang menjadi dasar dokumen ini. Ketiga pilar ini langsung disetujui oleh para negara anggota karena dianggap menekankan tanggung jawab bersama yang dimiliki oleh Negara dan sektor bisnis dalam memastikan terpenuhinya Hak Asasi Manusia. Tiga pilar UNGPs on BHR yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi HAM. Maksud dari pilar ini adalah Negara menjadi pihak utama
dalam melindungi warganya dari pelanggaran hak asasi manusia, baik di dalam wilayah mereka dan/atau yurisdiksi oleh pihak ketiga. UNGPs on BHR memberikan penjelasan yang dengan tegas dan jelas tentang bagaimana setiap perusahaan yang beroperasi di dalam sebuah Negara perlu dipastikan bahwa mereka menghormati hak asasi manusia.
Perusahaan bertanggung jawab untuk menghormati HAM. UNGPs on BHR mengharapkan perusahaan dapat secara proaktif memastikan dan mencegah
munculnya dampak yang dapat merugikan hak asasi manusia dalam praktik bisnisnya. Tentu usaha tersebut harus dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan selama bisnisnya terus berjalan.
Terpenuhinya hak korban terhadap a k s e s p e m u l i h a n . D o k u m e n i n i menekankan pada perlindungan korban
dengan memastikan korban mendapatkan pemulihan atau bantuan. Sebagai salah satu pilarnya, memastikan akses pemulihan yang dibutuhkan korban menjadi tugas Negara dan juga perusahaan. Tidak hanya sekedar adanya akses tetapi juga memastikan akses tersebut efektif dan mudah dijangkau oleh semua orang menjadi tanggung jawab bersama. Ketiga pilar UNGPs on BHR dengan mudah diterima oleh negara anggota karena dianggap
U
Mengenal Lebih Jauh
Prinsip-Prinsip Panduan
untuk Bisnis dan HAM
1
2
3
21 BaKTINews 22BaKTINews
Para pekerja di sebuah pabrik garmen di Indonesia.Foto: ILO Asia-Pacific
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
23 BaKTINews 24BaKTINews
memiliki nilai yang baik untuk semua pihak dalam usaha mengedepankan HAM dalam bisnis. UNGPs on BHR pun menjadi salah satu pedoman yang dipilih beberapa negara karena memberikan narasi yang berbeda dan merangkul semua pihak dalam memastikan praktik bisnis yang mengutamakan Hak Asasi Manusia. Menurut Rees (2020) ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dari UNGPs on BHR, yaitu fakta bahwa narasi bisnis dan hak asasi manusia dalam UNGPs on BHR merupakan soft law; mencakup semua bentuk dampak yang mungkin ditimbulkan perusahaan terhadap manusia secara komprehensif; memahami bahwa bisnis adalah hal yang kompleks dan keputusan-keputusan di dalamnya bisa merugikan kelompok-kelompok rentan; karena poin sebelumnya, UNGPs on BHR Fokus terhadap kelompok yang terdampak; mementingkan narasi perilaku bisnis sehari-hari atau cara perusahaan melakukan penghormatan HAM, t i d a k h a ny a m e l i h a t h a s i l a k h i r s a j a ; m e n g h a r u s ka n Ne ga ra d a n p e r u sa h a a n memastikan mereka yang merugi atau korban mendapatkan akses pemulihan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan mereka. ; dan mengakui bahwa bisnis dan HAM tidak hanya bergantung pada perusahaan saja tetapi peran penting pemerintah dalam mengatasi dampak bisnis terhadap masyarakat tidak kalah penting. Di Indonesia, sebagai langkah awal, pemerintah telah melakukan upaya dalam merespon dan mengimplementasikan UNGPs on BHR. Salah satunya adalah menunjuk Kemenko Perekonomian sebagai national focal point untuk Bisnis dan HAM di Indonesia pada tahun 2017. Setelah penentuan tersebut, Buku Panduan Bisnis dan HAM diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM pada tahun 2018. Di tingkat regulasi, diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 2015-2019, di mana isu bisnis dan HAM dimasukkan ke dalam RANHAM 2015-2019.
Lalu, sejak tahun 2020 national focal point untuk Bisnis dan HAM di Indonesia diperankan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Saat ini, telah dibentuk Gugus Tugas Nasional Bisnis dan HAM. Gugus tugas yang terdiri dari 19 perwakilan kementerian dan 7 lembaga non-pemerintah ini direncanakan akan terlibat dalam penyusunan Peta Jalan atau Strategi Nasional Bisnis dan HAM sebagai upaya dalam menyediakan instrumen hukum bagi pengaturan isu bisnis dan HAM yang lebih komprehensif. Sejalan dengan usaha yang dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat sipil juga m e l a k u k a n u p a y a u n t u k m e n d o r o n g implementasi UNGPs on BHR, baik dalam bentuk regulasi negara dan/atau perusahaan. Selain dokumen yang berkaitan langsung dengan Bisnis dan HAM sesuai dengan UNGPs on BHR, Indonesia saat ini sedang menyusun RANHAM 2020-2024. Dokumen tersebut disusun oleh Sekretariat Bersama (Sekber) RANHAM. Sayangnya, sebagai dokumen yang a k a n d i g u n a k a n d a l a m m e m a s t i k a n terpenuhinya HAM selama lima tahun ke depan perkembangan terakhir menunjukkan bahwa isu bisnis dan HAM tidak masuk sebagai sasaran dan tidak secara eksplisit disebutkan, melainkan hanya akan diintegrasikan melalui empat fokus sasaran yang telah ada. Empat isu yang menjadi fokus sasaran utama dalam RANHAM generasi ke-5 ini adalah perempuan, anak, masyarakat, dan orang dengan disabilitas. Berlatar belakang keadaan saat ini, sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang sudah mengadvokasikan isu bisnis dan HAM sejak tahun 2017, INFID secara spesifik mengajukan isu mengenai pemberdayaan perempuan untuk diintegrasikan ke dalam Strategi Nasional Bisnis dan HAM. Hal tersebut dianggap perlu menjadi p e r h at i a n s e b a b p ro s e s d a n ke b i ja k a n pembangunan selama ini sering kali tidak memperhatikan kepentingan kelompok rentan termasuk perempuan.
INFORMASI LEBIH LANJUTArtikel ini bersumber dari https://www.infid.org/news/read/ungps-bhr-mengenal-lebih-jauh
ata itu mahal, tapi membangun tanpa data itu akan jauh lebih mahal. Hal ini karena tanpa data maka besar kemungkinan rencana yang dihasilkan tidak tepat sasaran. Permasalahan tidak akan selesai bahkan menjadi semakin besar dan akan butuh upaya yang lebih besar
lagi untuk mengatasinya. Karena itu, perencanaan berbasis data mutlak diperlukan dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan suatu wilayah. Di Papua Barat, penggunaan data dalam proses perencanaan pembangunan telah disadari sebagai sebuah faktor penting dalam pembangunan. Melalui Program Strategis Peningkatan Pembangunan Kampung-Otonomi Khusus (PROSPPEK-OTSUS), penguatan sistem administrasi dan informasi kampung menjadi salah satu fokus pemerintah Provinsi Papua Barat. Sistem administrasi dan informasi kampung ini merupakan sebuah sistem database elektronik yang memuat data kependudukan, sosial dan ekonomi setiap penduduk dalam satu kampung.
Oleh HALIA ASRIYANI
Mempersiapkan Kader SAIK+
untuk Pembangunan Papua Barat
Berbasis Data
D
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
23 BaKTINews 24BaKTINews
memiliki nilai yang baik untuk semua pihak dalam usaha mengedepankan HAM dalam bisnis. UNGPs on BHR pun menjadi salah satu pedoman yang dipilih beberapa negara karena memberikan narasi yang berbeda dan merangkul semua pihak dalam memastikan praktik bisnis yang mengutamakan Hak Asasi Manusia. Menurut Rees (2020) ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dari UNGPs on BHR, yaitu fakta bahwa narasi bisnis dan hak asasi manusia dalam UNGPs on BHR merupakan soft law; mencakup semua bentuk dampak yang mungkin ditimbulkan perusahaan terhadap manusia secara komprehensif; memahami bahwa bisnis adalah hal yang kompleks dan keputusan-keputusan di dalamnya bisa merugikan kelompok-kelompok rentan; karena poin sebelumnya, UNGPs on BHR Fokus terhadap kelompok yang terdampak; mementingkan narasi perilaku bisnis sehari-hari atau cara perusahaan melakukan penghormatan HAM, t i d a k h a ny a m e l i h a t h a s i l a k h i r s a j a ; m e n g h a r u s ka n Ne ga ra d a n p e r u sa h a a n memastikan mereka yang merugi atau korban mendapatkan akses pemulihan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan mereka. ; dan mengakui bahwa bisnis dan HAM tidak hanya bergantung pada perusahaan saja tetapi peran penting pemerintah dalam mengatasi dampak bisnis terhadap masyarakat tidak kalah penting. Di Indonesia, sebagai langkah awal, pemerintah telah melakukan upaya dalam merespon dan mengimplementasikan UNGPs on BHR. Salah satunya adalah menunjuk Kemenko Perekonomian sebagai national focal point untuk Bisnis dan HAM di Indonesia pada tahun 2017. Setelah penentuan tersebut, Buku Panduan Bisnis dan HAM diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM pada tahun 2018. Di tingkat regulasi, diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 2015-2019, di mana isu bisnis dan HAM dimasukkan ke dalam RANHAM 2015-2019.
Lalu, sejak tahun 2020 national focal point untuk Bisnis dan HAM di Indonesia diperankan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Saat ini, telah dibentuk Gugus Tugas Nasional Bisnis dan HAM. Gugus tugas yang terdiri dari 19 perwakilan kementerian dan 7 lembaga non-pemerintah ini direncanakan akan terlibat dalam penyusunan Peta Jalan atau Strategi Nasional Bisnis dan HAM sebagai upaya dalam menyediakan instrumen hukum bagi pengaturan isu bisnis dan HAM yang lebih komprehensif. Sejalan dengan usaha yang dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat sipil juga m e l a k u k a n u p a y a u n t u k m e n d o r o n g implementasi UNGPs on BHR, baik dalam bentuk regulasi negara dan/atau perusahaan. Selain dokumen yang berkaitan langsung dengan Bisnis dan HAM sesuai dengan UNGPs on BHR, Indonesia saat ini sedang menyusun RANHAM 2020-2024. Dokumen tersebut disusun oleh Sekretariat Bersama (Sekber) RANHAM. Sayangnya, sebagai dokumen yang a k a n d i g u n a k a n d a l a m m e m a s t i k a n terpenuhinya HAM selama lima tahun ke depan perkembangan terakhir menunjukkan bahwa isu bisnis dan HAM tidak masuk sebagai sasaran dan tidak secara eksplisit disebutkan, melainkan hanya akan diintegrasikan melalui empat fokus sasaran yang telah ada. Empat isu yang menjadi fokus sasaran utama dalam RANHAM generasi ke-5 ini adalah perempuan, anak, masyarakat, dan orang dengan disabilitas. Berlatar belakang keadaan saat ini, sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang sudah mengadvokasikan isu bisnis dan HAM sejak tahun 2017, INFID secara spesifik mengajukan isu mengenai pemberdayaan perempuan untuk diintegrasikan ke dalam Strategi Nasional Bisnis dan HAM. Hal tersebut dianggap perlu menjadi p e r h at i a n s e b a b p ro s e s d a n ke b i ja k a n pembangunan selama ini sering kali tidak memperhatikan kepentingan kelompok rentan termasuk perempuan.
INFORMASI LEBIH LANJUTArtikel ini bersumber dari https://www.infid.org/news/read/ungps-bhr-mengenal-lebih-jauh
ata itu mahal, tapi membangun tanpa data itu akan jauh lebih mahal. Hal ini karena tanpa data maka besar kemungkinan rencana yang dihasilkan tidak tepat sasaran. Permasalahan tidak akan selesai bahkan menjadi semakin besar dan akan butuh upaya yang lebih besar
lagi untuk mengatasinya. Karena itu, perencanaan berbasis data mutlak diperlukan dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan suatu wilayah. Di Papua Barat, penggunaan data dalam proses perencanaan pembangunan telah disadari sebagai sebuah faktor penting dalam pembangunan. Melalui Program Strategis Peningkatan Pembangunan Kampung-Otonomi Khusus (PROSPPEK-OTSUS), penguatan sistem administrasi dan informasi kampung menjadi salah satu fokus pemerintah Provinsi Papua Barat. Sistem administrasi dan informasi kampung ini merupakan sebuah sistem database elektronik yang memuat data kependudukan, sosial dan ekonomi setiap penduduk dalam satu kampung.
Oleh HALIA ASRIYANI
Mempersiapkan Kader SAIK+
untuk Pembangunan Papua Barat
Berbasis Data
D
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
26BaKTINews25 BaKTINews
Penguatan Sistem Administrasi dan Informasi Kampung pada program PROSPPEK OTSUS ini dimaksudkan untuk menunjang tujuan utama dari program ini yaitu meningkatkan tata kelola pemerintahan dan pembangunan di kampung dan distrik dalam bidang ekonomi dan pelayanan dasar yang dikhususkan bagi Orang Asli Papua (OAP). Kampung pun diharapkan dapat mengelola sistem data kampungnya secara mandiri u n t u k k e p e r l u a n p e m e r i n t a h a n d a n pembangunan kampung. Di samping itu, p r o v i n s i d a n k a b u p a t e n / k o t a d a p a t menggunakan data tersebut untuk perencanaan dan penyusunan kebijakan. S i s t e m a d m i n i s t ra s i d a n i n fo r m a s i kampung bagi Papua Barat ini sebenarnya bukanlah hal baru. Sejak tahun 2017, program Sistem Administrasi dan Informasi Kampung (SAIK) telah diperkenalkan di Provinsi Papua Barat oleh program KOMPAK-LANDASAN. Sejak saat itu, perencanaan berbasis data pun telah didorong di seluruh wilayah program. Hasilnya, pada tahun 2019, sebanyak 70 kampung di Papua Barat telah memiliki database SAIK dan 63 kampung di antaranya
memanfaatkan data SAIK untuk perencanaan kampung. Data SAIK yang sudah dimiliki oleh k a m p u n g p u n m e n j a d i r u j u k a n u n t u k menganalisa permasalahan dan menentukan p ro g ra m ke r ja ya n g te p at u nt u k s e t i a p tahunnya. Seiring berjalannya waktu, evaluasi terhadap jalannya program SAIK terus d i l a k u k a n o l e h p r o g r a m K O M PA K-LANDASAN. Program SAIK terus berkembang hingga pada akhir tahun 2019, SAIK mengalami pemutakhiran menjadi SAIK+. Adanya penyesuaian sistem SAIK+ dengan teknologi saat ini memungkinkan pemerintah daerah untuk mengintegrasikan SAIK+ dengan sistem informasi elektronik lainnya di daerah. Selain itu, terdapat penambahan variabel data yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan, terutama untuk agregasi data OAP. Pada tahun yang sama pula, program SAIK+ dari KOMPAK-LANDASAN ini secara resmi diintegrasikan ke dalam PROSPPEK-OTSUS Papua Barat. PROSPPEK-OTSUS yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan di tingkat kampung/kelurahan dan distrik dalam
bidang ekonomi dan pelayanan dasar khususnya bagi OAP ini membutuhkan ketersediaan data yang lengkap dan akurat, termasuk data terpilah OAP. Akhirnya, SAIK+ yang telah diterapkan di beberapa distrik dalam wilayah kerja KOMPAK-LANDASAN yaitu Kabupaten Manokwari Selatan, Kaimana, Fakfak dan Sorong akan direplikasi di seluruh wilayah Papua Barat. Dengan kata lain, seluruh wilayah Papua Barat akan memiliki SaiK+ sebagai sumber data yang lengkap dan akurat sehingga dapat menyusun perencanaan mereka berbasis data SAIK+ yang mereka miliki. Komitmen pemerintah Provinsi Papua Barat untuk menciptakan pembangunan berbasis data di seluruh wilayah ini menjadi faktor utama terealisasinya pelembagaan program SAIK+ KOMPAK-LANDASAN di Papua Barat. Bukan h a n y a S A I K + , P R O S P P E K- O T S U S p u n memfokuskan penguatan sinergi bidang kampung dalam sasaran kegiatannya. Dengan demikian, program sinergi perencanaan kampung dengan unit layanan dasar masyarakat yang telah diperkenalkan dan dijalankan program KOMPAK-LANDASAN sejak tahun 2019 di Papua Barat pun juga secara resmi
diintegrasikan ke dalam PROSPPEK-OTSUS Papua Barat. Direplikasinya program SAIK+ ini juga berarti seluruh wilayah akan melakukan proses penyiapan aplikasi SAIK+ hingga nanti benar-benar dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Proses penyiapan SAIK+ ini diawali dengan pengumpulan data yang dilakukan pada seluruh keluarga dalam satu wilayah kampung. Proses pengumpulan data ini dilakukan menggunakan form data SAIK+ yang variabel datanya telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Proses pendataan ini memerlukan wawancara dan observasi dalam pelaksanaannya. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diinput ke dalam aplikasi SAIK+. Namun, sebelum diinput, data-data yang ada akan melewati proses verifikasi atau validasi terlebih dahulu untuk m e n g h i n d a r i ad a nya kesa l a h a n d a l a m pendataan. Setelah diinput, aplikasi SAIK+ akan menunjukkan semua data kependudukan yang telah dimasukkan dan dapat diakses untuk berbagai kebutuhan akan data. Proses penyiapan SAIK+ ini terbilang tidaklah mudah. Dalam pelaksanaannya
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
Foto-foto: Dok. KOMPAK-LANDASAN II/Yayasan BaKTI
26BaKTINews25 BaKTINews
Penguatan Sistem Administrasi dan Informasi Kampung pada program PROSPPEK OTSUS ini dimaksudkan untuk menunjang tujuan utama dari program ini yaitu meningkatkan tata kelola pemerintahan dan pembangunan di kampung dan distrik dalam bidang ekonomi dan pelayanan dasar yang dikhususkan bagi Orang Asli Papua (OAP). Kampung pun diharapkan dapat mengelola sistem data kampungnya secara mandiri u n t u k k e p e r l u a n p e m e r i n t a h a n d a n pembangunan kampung. Di samping itu, p r o v i n s i d a n k a b u p a t e n / k o t a d a p a t menggunakan data tersebut untuk perencanaan dan penyusunan kebijakan. S i s t e m a d m i n i s t ra s i d a n i n fo r m a s i kampung bagi Papua Barat ini sebenarnya bukanlah hal baru. Sejak tahun 2017, program Sistem Administrasi dan Informasi Kampung (SAIK) telah diperkenalkan di Provinsi Papua Barat oleh program KOMPAK-LANDASAN. Sejak saat itu, perencanaan berbasis data pun telah didorong di seluruh wilayah program. Hasilnya, pada tahun 2019, sebanyak 70 kampung di Papua Barat telah memiliki database SAIK dan 63 kampung di antaranya
memanfaatkan data SAIK untuk perencanaan kampung. Data SAIK yang sudah dimiliki oleh k a m p u n g p u n m e n j a d i r u j u k a n u n t u k menganalisa permasalahan dan menentukan p ro g ra m ke r ja ya n g te p at u nt u k s e t i a p tahunnya. Seiring berjalannya waktu, evaluasi terhadap jalannya program SAIK terus d i l a k u k a n o l e h p r o g r a m K O M PA K-LANDASAN. Program SAIK terus berkembang hingga pada akhir tahun 2019, SAIK mengalami pemutakhiran menjadi SAIK+. Adanya penyesuaian sistem SAIK+ dengan teknologi saat ini memungkinkan pemerintah daerah untuk mengintegrasikan SAIK+ dengan sistem informasi elektronik lainnya di daerah. Selain itu, terdapat penambahan variabel data yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan, terutama untuk agregasi data OAP. Pada tahun yang sama pula, program SAIK+ dari KOMPAK-LANDASAN ini secara resmi diintegrasikan ke dalam PROSPPEK-OTSUS Papua Barat. PROSPPEK-OTSUS yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan di tingkat kampung/kelurahan dan distrik dalam
bidang ekonomi dan pelayanan dasar khususnya bagi OAP ini membutuhkan ketersediaan data yang lengkap dan akurat, termasuk data terpilah OAP. Akhirnya, SAIK+ yang telah diterapkan di beberapa distrik dalam wilayah kerja KOMPAK-LANDASAN yaitu Kabupaten Manokwari Selatan, Kaimana, Fakfak dan Sorong akan direplikasi di seluruh wilayah Papua Barat. Dengan kata lain, seluruh wilayah Papua Barat akan memiliki SaiK+ sebagai sumber data yang lengkap dan akurat sehingga dapat menyusun perencanaan mereka berbasis data SAIK+ yang mereka miliki. Komitmen pemerintah Provinsi Papua Barat untuk menciptakan pembangunan berbasis data di seluruh wilayah ini menjadi faktor utama terealisasinya pelembagaan program SAIK+ KOMPAK-LANDASAN di Papua Barat. Bukan h a n y a S A I K + , P R O S P P E K- O T S U S p u n memfokuskan penguatan sinergi bidang kampung dalam sasaran kegiatannya. Dengan demikian, program sinergi perencanaan kampung dengan unit layanan dasar masyarakat yang telah diperkenalkan dan dijalankan program KOMPAK-LANDASAN sejak tahun 2019 di Papua Barat pun juga secara resmi
diintegrasikan ke dalam PROSPPEK-OTSUS Papua Barat. Direplikasinya program SAIK+ ini juga berarti seluruh wilayah akan melakukan proses penyiapan aplikasi SAIK+ hingga nanti benar-benar dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Proses penyiapan SAIK+ ini diawali dengan pengumpulan data yang dilakukan pada seluruh keluarga dalam satu wilayah kampung. Proses pengumpulan data ini dilakukan menggunakan form data SAIK+ yang variabel datanya telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Proses pendataan ini memerlukan wawancara dan observasi dalam pelaksanaannya. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diinput ke dalam aplikasi SAIK+. Namun, sebelum diinput, data-data yang ada akan melewati proses verifikasi atau validasi terlebih dahulu untuk m e n g h i n d a r i ad a nya kesa l a h a n d a l a m pendataan. Setelah diinput, aplikasi SAIK+ akan menunjukkan semua data kependudukan yang telah dimasukkan dan dapat diakses untuk berbagai kebutuhan akan data. Proses penyiapan SAIK+ ini terbilang tidaklah mudah. Dalam pelaksanaannya
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
Foto-foto: Dok. KOMPAK-LANDASAN II/Yayasan BaKTI
27 BaKTINews 28BaKTINews
3
sendiri , masing-masing kampung akan menunjuk kader kampung. Kader kampung adalah orang-orang potensial yang berasal dari kampung tersebut yang membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung. Kader kampung inilah yang juga akan bertugas untuk menyiapkan data SAIK+ di kampungnya mulai dari proses pendataan hingga penginputan. Namun sebelum itu, kader-kader yang akan melakukan penyiapan data SAIK+ ini tentu saja membutuhkan kapasitas yang cukup untuk menjalankan tugasnya. Untuk itu, mengawali penyiapan data SAIK+, pelatihan Kader SAIK+ dilakukan untuk melatih kader kampung dalam menyiapkan data SAIK+ mulai dari pendataan hingga penginputan data ke dalam aplikasi. Bekerja sama dengan program KOMPAK-LANDASAN, pelatihan kader SAIK+ ini dilakukan mula-mula di empat wilayah dampingan program KOMPAK-LANDASAN yaitu Manokwari Selatan, Kaimana, Fakfak dan Sorong. Pelatihan ini diikuti oleh kader-kader perwakilan dari seluruh kampung dalam wilayah empat kabupaten tersebut.
Sejumlah 618 kader dari 425 kampung mengikuti kegiatan pelatihan kader SAIK+ di Kabupaten Fakfak, Kaimana, Manokwari Selatan, dan Kabupaten Sorong. Untuk selanjutnya, pemerintah Papua Barat telah berkomitmen untuk melakukan pelatihan kader SAIK+ ini di seluruh wilayah Papua Barat. Selain memperoleh pengetahuan tentang pengenalan dan pengoperasian aplikasi SAIK+, pengenalan format pendataan keluarga, tata cara melakukan pendataan serta teknis penginputan data ke dalam aplikasi SAIK+, kader juga diberi pengetahuan mengenai pengelolaan data agar mampu menginterpretasi dan memanfaatkan data SAIK+ untuk berbagai keperluan nantinya. Di samping itu, para k a d e r j u g a m e m p e r o l e h p e m a h a m a n mengenai program PROSPPEK-OTSUS untuk mengimplementasikan kebijakan umum program tersebut di wilayahnya. Pelatihan ini difasilitasi oleh fasilitator SAIK+ di tingkat provinsi yang terlebih dahulu telah dilatih pada kegiatan Training of Trainer Penguatan SAIK+ pada akhir 2020 lalu. Para fasilitator berasal dari sejumlah instansi terkait seperti Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Kampung (DPMK), Bappeda, Dinas Dukcapil, Dinas Sosial, maupun Badan Pusat Statistik.
Bagi para kader sendiri, kesempatan untuk berkontribusi bagi kampung menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Seperti yang dirasakan oleh Chentya Ginuni dari Kampung Pahgernkindik, Distrik Fakfak Barat, “Dengan menjadi kader, kita bisa menjadi bagian d a l a m p e r u b a h a n d i k a m p u n g k i t a . ” Ungkapnya saat mengikuti pelatihan kader SAIK+ di Kabupaten Fakfak.
Sejalan dengan Chentya, Obeth Naguasai, Kader dari Kampung Foroma Jaya, Kabupaten Kaimana pun mengakui bahwa apa yang dilakukannya sebagai kader adalah demi kemajuan kampungnya, “Kami bersemangat mengikuti kegiatan ini karena demi kampung kami sendiri ke di masa depan bisa lebih baik,” ungkapnya.
Para kader yang hadir ini, sebagian melewati per jalanan yang jauh untuk mengikuti kegiatan pelatihan kader SAIK+ ini. Di Kabupaten Kaimana misalnya, sebagian besar kampung harus ditempuh melalui jalur
laut. Beberapa kampung bahkan ditempuh dengan perjalanan menggunakan darat dan laut lebih dari satu hari perjalanan. Begitu pula di Kabupaten Sorong, sejumlah kampung harus ditempuh melalui perjalanan darat belasan jam dengan kondisi jalan yang rusak parah. Bahkan ada kampung yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan. Namun kehadiran mereka semua untuk berlatih menyiapkan data SAIK+ ini tentu perlu diapresiasi dan menjadi optimisme bagi pembangunan Papua Barat.
Hadirnya SAIK+ di Papua Barat ini merupakan proses yang panjang. Proses ini sendiri pun berjalan bersama dengan komitmen pemerintah baik dari provinsi, kabupaten hingga distrik dan kampung. Harapannya adalah seluruh kampung dapat mewujudkan perencanaan yang s i n e r g i s d a n b e r b a s i s d a t a d e n g a n menggunakan sistem informasi kampung yangdikelola sendiri oleh pemerintah kampung bersama dengan kader kampungnya.
INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Program PROSPPEK-OTSUS, dapat menghubungi info@bakti.or.id
“Kami bersemangat mengikuti kegiatan ini karena demi kampung kami sendiri di masa depan bisa lebih baik.”Obeth Naguasai, Kader dari Kampung Foroma Jaya, Kabupaten Kaimana
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
Foto: Dok. KOMPAK-LANDASAN II/Yayasan BaKTI
27 BaKTINews 28BaKTINews
1
sendiri , masing-masing kampung akan menunjuk kader kampung. Kader kampung adalah orang-orang potensial yang berasal dari kampung tersebut yang membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung. Kader kampung inilah yang juga akan bertugas untuk menyiapkan data SAIK+ di kampungnya mulai dari proses pendataan hingga penginputan. Namun sebelum itu, kader-kader yang akan melakukan penyiapan data SAIK+ ini tentu saja membutuhkan kapasitas yang cukup untuk menjalankan tugasnya. Untuk itu, mengawali penyiapan data SAIK+, pelatihan Kader SAIK+ dilakukan untuk melatih kader kampung dalam menyiapkan data SAIK+ mulai dari pendataan hingga penginputan data ke dalam aplikasi.
Bekerja sama dengan program KOMPAK-LANDASAN, pelatihan kader SAIK+ ini dilakukan mula-mula di empat wilayah dampingan program KOMPAK-LANDASAN yaitu Manokwari Selatan, Kaimana, Fakfak dan Sorong. Pelatihan ini diikuti oleh kader-kader perwakilan dari seluruh kampung dalam wilayah empat kabupaten tersebut.
Sejumlah 618 kader dari 425 kampung mengikuti kegiatan pelatihan kader SAIK+ di Kabupaten Fakfak, Kaimana, Manokwari Selatan, dan Kabupaten Sorong. Untuk selanjutnya, pemerintah Papua Barat telah berkomitmen untuk melakukan pelatihan kader SAIK+ ini di seluruh wilayah Papua Barat.
Selain memperoleh pengetahuan tentang pengenalan dan pengoperasian aplikasi SAIK+, pengenalan format pendataan keluarga, tata cara melakukan pendataan serta teknis penginputan data ke dalam aplikasi SAIK+, kader juga diberi pengetahuan mengenai pengelolaan data agar mampu menginterpretasi dan memanfaatkan data SAIK+ untuk berbagai keperluan nantinya. Di samping itu, para k a d e r j u g a m e m p e r o l e h p e m a h a m a n mengenai program PROSPPEK-OTSUS untuk mengimplementasikan kebijakan umum program tersebut di wilayahnya. Pelatihan ini difasilitasi oleh fasilitator SAIK+ di tingkat provinsi yang terlebih dahulu telah dilatih pada kegiatan Training of Trainer Penguatan SAIK+ pada akhir 2020 lalu. Para fasilitator berasal dari sejumlah instansi terkait seperti Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Kampung (DPMK), Bappeda, Dinas Dukcapil, Dinas Sosial, maupun Badan Pusat Statistik. Bagi para kader sendiri, kesempatan untuk berkontribusi bagi kampung menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Seperti yang dirasakan oleh Chentya Ginuni dari Kampung Pahgernkindik, Distrik Fakfak Barat, “Dengan menjadi kader, kita bisa menjadi bagian d a l a m p e r u b a h a n d i k a m p u n g k i t a . ” Ungkapnya saat mengikuti pelatihan kader SAIK+ di Kabupaten Fakfak. Sejalan dengan Chentya, Obeth Naguasai, Kader dari Kampung Foroma Jaya, Kabupaten Kaimana pun mengakui bahwa apa yang dilakukannya sebagai kader adalah demi kemajuan kampungnya, “Kami bersemangat mengikuti kegiatan ini karena demi kampung kami sendiri ke di masa depan bisa lebih baik,” ungkapnya. Para kader yang hadir ini, sebagian melewati per jalanan yang jauh untuk mengikuti kegiatan pelatihan kader SAIK+ ini. Di Kabupaten Kaimana misalnya, sebagian besar kampung harus ditempuh melalui jalur
laut. Beberapa kampung bahkan ditempuh dengan perjalanan menggunakan darat dan laut lebih dari satu hari perjalanan. Begitu pula di Kabupaten Sorong, sejumlah kampung harus ditempuh melalui perjalanan darat belasan jam dengan kondisi jalan yang rusak parah. Bahkan ada kampung yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan. Namun kehadiran mereka semua untuk berlatih menyiapkan data SAIK+ ini tentu perlu diapresiasi dan menjadi optimisme bagi pembangunan Papua Barat. Hadirnya SAIK+ di Papua Barat ini merupakan proses yang panjang. Proses ini sendiri pun berjalan bersama dengan komitmen pemerintah baik dari provinsi, kabupaten hingga distrik dan kampung. Harapannya adalah seluruh kampung dapat mewujudkan perencanaan yang s i n e r g i s d a n b e r b a s i s d a t a d e n g a n menggunakan sistem informasi kampung yang dikelola sendiri oleh pemerintah kampung bersama dengan kader kampungnya.
INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Program PROSPPEK-OTSUS, dapat menghubungi info@bakti.or.id
“Kami bersemangat mengikuti kegiatan ini karena demi kampung kami sendiri di masa depan bisa lebih baik.”Obeth Naguasai, Kader dari Kampung Foroma Jaya, Kabupaten Kaimana
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
Foto: Dok. KOMPAK-LANDASAN II/Yayasan BaKTI
29 BaKTINews 30BaKTINews
SSudah tiga malam Rosalina (nama samaran), seorang perempuan suku Marind di Papua, bermimpi ‘dimakan oleh kelapa sawit’. Ia telah m e n ga l a m i m i m p i b u r u k
berulang kali dan melihat duri tajam kelapa sawit berubah menjadi bayonet, sementara buahnya yang keras dan bundar berubah menjadi peluru. Dalam mimpinya, Rosalina mendengar bunyi tembakan sebelum menemukan ayahnya jatuh bersimbah darah. Ia kemudian meninggal pada malam berikutnya akibat kelaparan dan kehausan setelah tersesat di perkebunan kelapa sawit di tengah malam. Mimpi buruk Rosalina berupa ‘dimakan oleh kelapa sawit’ atau ‘ditembak oleh kelapa sawit’, menjangkiti banyak orang Marind di Desa Khalaoyam, Papua, tempat saya melakukan kerja lapangan etnografi sejak 2011. Desa ini merupakan satu dari beberapa pemukiman Marind yang terkena dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit berskala besar di
untuk membuka jalan bagi kelapa sawit selama beberapa tahun terakhir. Bagi dia, tanah tersebut penuh dengan ingatan akan tanaman dan hewan-hewan yang sudah dianggap sebagai keluarga. Namun, ingatan tersebut telah hilang.
Hutan Adalah Keluarga Kami Bagi orang Marind, hutan adalah “sentient ecology” (ekologi yang memiliki kehidupan) yang keberadaannya mencakup tanaman dan hewan sebagai mahkluk yang hidup. Hal ini tercermin ketika banyak penduduk desa Marind menggambarkan hutan sebagai “keluarga” m e re k a . Pe m i l i h a n n a m a k l a n M a r i n d merepresentasikan hubungan yang dalam antara tanaman dan hewan hutan dengan komunitas manusia yang berasal dari keturunan
roh leluhur yang sama, atau dema (dalam bahasa Marind). Sebagai contoh, klan Mahuze berarti “anak-anak anjing (mahu berarti anjing dan ze adalah "anak dari” dalam Bahasa Marind) dan klan Balaigaze berarti “anak-anak buaya.” Lebih lanjut, Marind menganggap segala tumbuhan dan hewan yang hidup di hutan sebagai makhluk yang hidup yang dianugerahi dengan kemauan dan tindakan sendiri. Setiap klan Marind, atau bawan (dalam bahasa Marind), memiliki hubungan dengan spesies lain yang mereka sapa sebagai kakek-nenek (amai) lain atau saudara kandung (namek), yang berbagi tubuh secara jasmani (dubadub) dan kulit (igid). Marind menganggap semua mahkluk yang memiliki kulit dan tubuh
bawah Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) atau Kawasan Makanan dan Energi Terpadu Merauke, sebuah proyek p e n g e m b a n ga n p e m e r i nt a h ya n g a k a n mengkonversi setidaknya satu juta hektar hutan menjadi lahan yang komersial. Desa Khalaoyam adalah rumah bagi sekitar 200 kepala keluarga orang Marind yang bergantung terutama pada hutan untuk penghidupan mereka – misalnya, berburu, mengumpulkan, dan menangkap ikan. Namun, hutan tersebut mewakili lebih dari sekadar sumber makanan bagi penduduk asli Marind. Sebagai contoh, Gerfacius, anggota dari komunitas Marind, berbicara kepada saya tentang tanah yang masih termasuk hutan leluhur yang rimbun, namun kini telah rata
Oleh SOPHIE CHAO
Bagi Orang Marind di Papua, Tanaman & Hewan HutanAdalah Keluarga
Foto: Sophie Chao
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
29 BaKTINews 30BaKTINews
SSudah tiga malam Rosalina (nama samaran), seorang perempuan suku Marind di Papua, bermimpi ‘dimakan oleh kelapa sawit’. Ia telah m e n ga l a m i m i m p i b u r u k
berulang kali dan melihat duri tajam kelapa sawit berubah menjadi bayonet, sementara buahnya yang keras dan bundar berubah menjadi peluru. Dalam mimpinya, Rosalina mendengar bunyi tembakan sebelum menemukan ayahnya jatuh bersimbah darah. Ia kemudian meninggal pada malam berikutnya akibat kelaparan dan kehausan setelah tersesat di perkebunan kelapa sawit di tengah malam. Mimpi buruk Rosalina berupa ‘dimakan oleh kelapa sawit’ atau ‘ditembak oleh kelapa sawit’, menjangkiti banyak orang Marind di Desa Khalaoyam, Papua, tempat saya melakukan kerja lapangan etnografi sejak 2011. Desa ini merupakan satu dari beberapa pemukiman Marind yang terkena dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit berskala besar di
untuk membuka jalan bagi kelapa sawit selama beberapa tahun terakhir. Bagi dia, tanah tersebut penuh dengan ingatan akan tanaman dan hewan-hewan yang sudah dianggap sebagai keluarga. Namun, ingatan tersebut telah hilang.
Hutan Adalah Keluarga Kami Bagi orang Marind, hutan adalah “sentient ecology” (ekologi yang memiliki kehidupan) yang keberadaannya mencakup tanaman dan hewan sebagai mahkluk yang hidup. Hal ini tercermin ketika banyak penduduk desa Marind menggambarkan hutan sebagai “keluarga” m e re k a . Pe m i l i h a n n a m a k l a n M a r i n d merepresentasikan hubungan yang dalam antara tanaman dan hewan hutan dengan komunitas manusia yang berasal dari keturunan
roh leluhur yang sama, atau dema (dalam bahasa Marind). Sebagai contoh, klan Mahuze berarti “anak-anak anjing (mahu berarti anjing dan ze adalah "anak dari” dalam Bahasa Marind) dan klan Balaigaze berarti “anak-anak buaya.” Lebih lanjut, Marind menganggap segala tumbuhan dan hewan yang hidup di hutan sebagai makhluk yang hidup yang dianugerahi dengan kemauan dan tindakan sendiri. Setiap klan Marind, atau bawan (dalam bahasa Marind), memiliki hubungan dengan spesies lain yang mereka sapa sebagai kakek-nenek (amai) lain atau saudara kandung (namek), yang berbagi tubuh secara jasmani (dubadub) dan kulit (igid). Marind menganggap semua mahkluk yang memiliki kulit dan tubuh
bawah Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) atau Kawasan Makanan dan Energi Terpadu Merauke, sebuah proyek p e n g e m b a n ga n p e m e r i nt a h ya n g a k a n mengkonversi setidaknya satu juta hektar hutan menjadi lahan yang komersial. Desa Khalaoyam adalah rumah bagi sekitar 200 kepala keluarga orang Marind yang bergantung terutama pada hutan untuk penghidupan mereka – misalnya, berburu, mengumpulkan, dan menangkap ikan. Namun, hutan tersebut mewakili lebih dari sekadar sumber makanan bagi penduduk asli Marind. Sebagai contoh, Gerfacius, anggota dari komunitas Marind, berbicara kepada saya tentang tanah yang masih termasuk hutan leluhur yang rimbun, namun kini telah rata
Oleh SOPHIE CHAO
Bagi Orang Marind di Papua, Tanaman & Hewan HutanAdalah Keluarga
Foto: Sophie Chao
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
31 BaKTINews 32BaKTINews
memiliki kepribadian (personhood) yang diwujudkan dalam bentuk keringat, tangis, getah, lumpur, air, minyak dan lainnya. Manusia dan amai (organisme di hutan) mempertahankan keberadaan bersama mereka dengan menjaga satu sama lain melalui perilaku sehari-hari. Sebagai contoh, amai bertumbuh untuk menyediakan makanan dan sumber daya lainnya bagi manusia. Sebagai imbalan, orang Marind menghormati dan melakukan ritual ketika mereka berinteraksi dengan amai (tumbuhan dan hewan) di dalam hutan, mereka mengingat cerita-cerita, berburu, meramu, dan mengonsumsi sumber daya tersebut. Pertukaran t e r s e b u t s e r t a r i t u a l p e r a w a t a n d a n penghormatan memungkinkan manusia dan bukan-manusia dapat hidup secara harmonis di hutan.
Orang Marind dan Ekspansi Kelapa Sawit Sekitar tahun 2008, deforestasi skala besar dan ekspansi kelapa sawit dilakukan oleh pemerintah Indonesia atas nama pembangunan ekonomi nasional dan kedaulatan pangan, merusak hubungan antara orang Marind dengan ke ra b at m e re ka , ya n g b u ka n - m a nu s i a . Perancangan dan penerapan proyek besar tersebut tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu (free, prior, and informed consent) dari
o ra n g M a r i n d . B a nya k ko mu n i t a s ya n g m e l a p o r ka n m e n ga l a m i pa k sa a n u nt u k menyerahkan tanah mereka dengan kompensasi ganti rugi yang tidak setimpal. Satu keluarga, sebagai contoh, melaporkan hanya mendapatkan bayaran 350 ribu rupiah per hektare tanah atau kurang dari 35 dolar Australia selama 25 tahun. Keluhan lainnya skema Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang tidak terpenuhi, peningkatan kerawanan pangan l o k a l , k r i s i s p o l u s i a i r , h i l a n g n y a ke a n e k a ra ga m a n h ayat i e n d e m i k , d a n deforestasi yang meluas, termasuk melalui pembakaran ilegal. Orang Marind melihat diri mereka satu dengan alam, sehingga perusakan hutan lebih dari sekadar masalah “lingkungan” untuk orang Marind. Kehancuran ini merusak hubungan historis laki-laki, perempuan, dan anak-anak Marind dengan tanaman dan hewan di hutan, tempat hidup mereka bersama. Kerusakan hutan telah menghapus kejadian masa lalu, memori, dan cerita-cerita yang ada di tempat tersebut–baik dari pepohonan, organisme, sungai, dan lembah. Orang Marind juga kehilangan asupan makanan yang bergizi yang disediakan oleh hutan akibat deforestasi. Pemusnahan hutan merupakan representasi kehilangan atas dunia multispesies yang dinamis
di mana identitas orang Marind sebagai manusia dan sebagai masyarakat adat berakar.
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Orang Marind Perubahan hutan menjadi lahan perkebunan jauh dari sekadar perubahan “ekologis” bagi masyarakat adat seperti orang Marind. Orang Marind percaya bahwa “alam” dan “budaya” tidak dapat dipisahkan dan berada pada dunia yang sama. Manusia dan lingkungan menjalin hubungan yang berarti bagi satu sama lain. Perubahan dari hutan yang dianggap sebagai keluarga menjadi perkebunan industrial mengubah keadaan sosial, moral, dan harga diri kolektif dari orang Marind yang bergantung dan hidup dari makhluk hidup yang ada di hutan, secara drastis. Rasa emosional, kosmologis, dan arti sosial dari hutan bagi orang Marind dan dampak kehancuran bagi mereka membuat kita harus memikirkan kembali perkembangan berskala besar yang diajukan oleh negara untuk memperbaiki keadaan sosioekonomis bagi komunitas yang ada di Papua.
Merancang kembali bentuk pengembangan melalui pendekatan atas-ke-bawah menjadi bawah-ke-atas yang berasal dari masyarakat adat yang sudah memiliki pemahaman alam yang membentuk norma budaya, nilai dan aspirasi mereka. Hal ini tidak berarti budaya adat itu statis dan tidak dapat diubah atau mengganggap m e re k a m e n o l a k p a d a p e r ke m b a n ga n . Sebaliknya, kita juga perlu melihat akar dan p e n d e k at a n k u l t u ra l ya n g m e n g h a rga i kepercayaan, kosmologi, dan praktik dari masyarakat adat yang keberadaannya mereka tidak bisa dipisahkan dari keberadaan makhluk lain di hutan sebagai “keluarga”.
Catatan editor: Istilah 'West Papua' dalam teks asli diterjemahkan sebagai Papua dalam teks bahasa Indonesia untuk menghindari kerancuan dengan Provinsi Papua Barat. Penulis menggunakan 'West Papua' untuk Papua secara keseluruhan dan bukan mengacu pada nama provinsi. Wilayah Papua terdiri atas dua provinsi: Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Suku Marind dalam artikel ini berada di Merauke, Provinsi Papua.
INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah Postdoctoral Research Associate in History, University of Sydney. Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris untuk media The Conversation Indonesia.Artikel ini bersumber dari https://theconversation.com/bagi-orang-marind-di-papua-tanaman-dan-hewan-hutan-adalah-keluarga-ekspansi-sawit-kini-sedang-membunuh-keluarga-mereka-125377
(Kiri) Keluarga suku Marind beristirahat di padang rumput, mereka sangat terikat dengan alam sekitarnya. (Kanan) Seorang wanita Marind mengolah pohon sagu, yaitu sumber tidak hanya makanan tetapi kekerabatan dan berbagi cerita.Foto: Sophie Chao/www.sapiens.org
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
31 BaKTINews 32BaKTINews
memiliki kepribadian (personhood) yang diwujudkan dalam bentuk keringat, tangis, getah, lumpur, air, minyak dan lainnya. Manusia dan amai (organisme di hutan) mempertahankan keberadaan bersama mereka dengan menjaga satu sama lain melalui perilaku sehari-hari. Sebagai contoh, amai bertumbuh untuk menyediakan makanan dan sumber daya lainnya bagi manusia. Sebagai imbalan, orang Marind menghormati dan melakukan ritual ketika mereka berinteraksi dengan amai (tumbuhan dan hewan) di dalam hutan, mereka mengingat cerita-cerita, berburu, meramu, dan mengonsumsi sumber daya tersebut. Pertukaran t e r s e b u t s e r t a r i t u a l p e r a w a t a n d a n penghormatan memungkinkan manusia dan bukan-manusia dapat hidup secara harmonis di hutan.
Orang Marind dan Ekspansi Kelapa Sawit Sekitar tahun 2008, deforestasi skala besar dan ekspansi kelapa sawit dilakukan oleh pemerintah Indonesia atas nama pembangunan ekonomi nasional dan kedaulatan pangan, merusak hubungan antara orang Marind dengan ke ra b at m e re ka , ya n g b u ka n - m a nu s i a . Perancangan dan penerapan proyek besar tersebut tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu (free, prior, and informed consent) dari
o ra n g M a r i n d . B a nya k ko mu n i t a s ya n g m e l a p o r ka n m e n ga l a m i pa k sa a n u nt u k menyerahkan tanah mereka dengan kompensasi ganti rugi yang tidak setimpal. Satu keluarga, sebagai contoh, melaporkan hanya mendapatkan bayaran 350 ribu rupiah per hektare tanah atau kurang dari 35 dolar Australia selama 25 tahun. Keluhan lainnya skema Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang tidak terpenuhi, peningkatan kerawanan pangan l o k a l , k r i s i s p o l u s i a i r , h i l a n g n y a ke a n e k a ra ga m a n h ayat i e n d e m i k , d a n deforestasi yang meluas, termasuk melalui pembakaran ilegal. Orang Marind melihat diri mereka satu dengan alam, sehingga perusakan hutan lebih dari sekadar masalah “lingkungan” untuk orang Marind. Kehancuran ini merusak hubungan historis laki-laki, perempuan, dan anak-anak Marind dengan tanaman dan hewan di hutan, tempat hidup mereka bersama. Kerusakan hutan telah menghapus kejadian masa lalu, memori, dan cerita-cerita yang ada di tempat tersebut–baik dari pepohonan, organisme, sungai, dan lembah. Orang Marind juga kehilangan asupan makanan yang bergizi yang disediakan oleh hutan akibat deforestasi. Pemusnahan hutan merupakan representasi kehilangan atas dunia multispesies yang dinamis
di mana identitas orang Marind sebagai manusia dan sebagai masyarakat adat berakar.
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Orang Marind Perubahan hutan menjadi lahan perkebunan jauh dari sekadar perubahan “ekologis” bagi masyarakat adat seperti orang Marind. Orang Marind percaya bahwa “alam” dan “budaya” tidak dapat dipisahkan dan berada pada dunia yang sama. Manusia dan lingkungan menjalin hubungan yang berarti bagi satu sama lain. Perubahan dari hutan yang dianggap sebagai keluarga menjadi perkebunan industrial mengubah keadaan sosial, moral, dan harga diri kolektif dari orang Marind yang bergantung dan hidup dari makhluk hidup yang ada di hutan, secara drastis. Rasa emosional, kosmologis, dan arti sosial dari hutan bagi orang Marind dan dampak kehancuran bagi mereka membuat kita harus memikirkan kembali perkembangan berskala besar yang diajukan oleh negara untuk memperbaiki keadaan sosioekonomis bagi komunitas yang ada di Papua.
Merancang kembali bentuk pengembangan melalui pendekatan atas-ke-bawah menjadi bawah-ke-atas yang berasal dari masyarakat adat yang sudah memiliki pemahaman alam yang membentuk norma budaya, nilai dan aspirasi mereka. Hal ini tidak berarti budaya adat itu statis dan tidak dapat diubah atau mengganggap m e re k a m e n o l a k p a d a p e r ke m b a n ga n . Sebaliknya, kita juga perlu melihat akar dan p e n d e k at a n k u l t u ra l ya n g m e n g h a rga i kepercayaan, kosmologi, dan praktik dari masyarakat adat yang keberadaannya mereka tidak bisa dipisahkan dari keberadaan makhluk lain di hutan sebagai “keluarga”.
Catatan editor: Istilah 'West Papua' dalam teks asli diterjemahkan sebagai Papua dalam teks bahasa Indonesia untuk menghindari kerancuan dengan Provinsi Papua Barat. Penulis menggunakan 'West Papua' untuk Papua secara keseluruhan dan bukan mengacu pada nama provinsi. Wilayah Papua terdiri atas dua provinsi: Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Suku Marind dalam artikel ini berada di Merauke, Provinsi Papua.
INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah Postdoctoral Research Associate in History, University of Sydney. Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris untuk media The Conversation Indonesia.Artikel ini bersumber dari https://theconversation.com/bagi-orang-marind-di-papua-tanaman-dan-hewan-hutan-adalah-keluarga-ekspansi-sawit-kini-sedang-membunuh-keluarga-mereka-125377
(Kiri) Keluarga suku Marind beristirahat di padang rumput, mereka sangat terikat dengan alam sekitarnya. (Kanan) Seorang wanita Marind mengolah pohon sagu, yaitu sumber tidak hanya makanan tetapi kekerabatan dan berbagi cerita.Foto: Sophie Chao/www.sapiens.org
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
33 BaKTINews 34BaKTINews
Kami ingin menyebarluaskan pengetahuan dan memperkuat kebijakan. Proses ini harus muncul dari pengetahuan ilmiah, partisipasi pemerintah dan organisasi s i p i l , d a n m e m b aw a p e r u b a h a n y a n g menjangkau seluruh komunitas internasional dan planet itu sendiri. Lautan merupakan arsitek kehidupan planet dan memiliki banyak potensi sumber daya yang berkelanjutan. Tetapi, kita juga harus melihat posisi manusia di alam dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial, termasuk bagaimana kita “menggunakan” laut, yang merupakan dasar konsep pembangunan berkelanjutan.
Lautan mengatur semua kehidupan di planet Bumi: 97% air di permukaan planet ini ini, sebagai seba dasar kehidupan, berada di lautan. Penguapan laut menyediakan 34% air yang jatuh di atas daratan, mempertahankan kehidupan di ekosistem darat. Selain itu, lautan juga bertanggung jawab atas kompleksitas dan ketahanan planet kita. Lautan menyerap sebagian besar energi m at a h a r i ya n g m e n ca pa i p e r mu ka a n Bumi, membantu mengatur iklim global dengan menyerap gas rumah kaca dan mengumpulkan sebagian besar nutrisi dan mineral yang membentuk kehidupan hingga ribuan tahun. Lautan juga merupakan pompa kuat yang yang menghubungkan bagian-bagian planet layaknya sistem peredaran darah. Pada tingkat global, lautan mempertahankan proses produksi primer yang terjadi terus menerus, yaitu perubahan energi matahari menjadi bahan organik, dan transformasi karbon ini menjadi bentuk anorganik di l aut a n d a l a m d i s e b ut re m i n e ra l i sa s i ( re m i n e ra l i z a t i o n ) . S i k l u s o p t i m u m ini berulang setiap tahun dan hanya membutuhkan energi matahari. Ketahanan lautan juga membuat mereka sebagai pengatur dampak antropogenik (manusia) di planet ini, seperti perubahan global dan perubahan iklim. Perubahan global mencakup polusi, degradasi ekosistem, dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Perubahan iklim mencakup peningkatan suhu Bumi akibat emisi gas rumah kaca, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil. Peningkatan suhu ini disertai dengan perubahan pola iklim, naiknya permukaan air laut, dan frekuensi cuaca ekstrem yang lebih sering.
Ekonomi Biru: Maritim dan Berkelanjutan Perubahan global dan perubahan iklim adalah dua sisi dari mata uang: dampak mereka terhadap Bumi sangat mengancam keberadaan kelompok yang paling rentan.
Oleh Josep Lluís Pelegrí Llopart
Kita Tidak Akan Bisa Mencapai
Pembangunan Berkelanjutan
dengan Laut yang Tidak
Sehat
PBB telah mendeklarasikan ‘ D e k a d e I l m u Ke l a u t a n u n t u k P e m b a n g u n a n Berkelanjutan’, pada awal tahun ini.
Tujuannya adalah mempromosikan pengelolaan laut dan pesisir berbasis sains, menjadikan kelautan yang sehat sebagai salah satu pilar kemajuan bagi seluruh umat manusia. Melalui slogan ‘Ilmu yang kita butuhkan untuk laut yang kita inginkan’, Dekade Ilmu Kelautan mendasarkan kepada premis bahwa ilmu ini harus mendorong Agenda PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030. Namun, ini hanya akan mungkin terjadi melalui proses reflektif, inklusif dan transformasional (perubahan secara drastis).
Foto
: Ich
san
Djun
aed/
Yaya
san
BaKT
I
No. Juli 2021185 No. 185 Juli 2021
33 BaKTINews 34BaKTINews
Kami ingin menyebarluaskan pengetahuan dan memperkuat kebijakan. Proses ini harus muncul dari pengetahuan ilmiah, partisipasi pemerintah dan organisasi s i p i l , d a n m e m b aw a p e r u b a h a n y a n g menjangkau seluruh komunitas internasional dan planet itu sendiri. Lautan merupakan arsitek kehidupan planet dan memiliki banyak potensi sumber daya yang berkelanjutan. Tetapi, kita juga harus melihat posisi manusia di alam dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial, termasuk bagaimana kita “menggunakan” laut, yang merupakan dasar konsep pembangunan berkelanjutan.
Lautan mengatur semua kehidupan di planet Bumi: 97% air di permukaan planet ini ini, sebagai seba dasar kehidupan, berada di lautan. Penguapan laut menyediakan 34% air yang jatuh di atas daratan, mempertahankan kehidupan di ekosistem darat. Selain itu, lautan juga bertanggung jawab atas kompleksitas dan ketahanan planet kita. Lautan menyerap sebagian besar energi m at a h a r i ya n g m e n ca pa i p e r mu ka a n Bumi, membantu mengatur iklim global dengan menyerap gas rumah kaca dan mengumpulkan sebagian besar nutrisi dan mineral yang membentuk kehidupan hingga ribuan tahun. Lautan juga merupakan pompa kuat yang yang menghubungkan bagian-bagian planet layaknya sistem peredaran darah. Pada tingkat global, lautan mempertahankan proses produksi primer yang terjadi terus menerus, yaitu perubahan energi matahari menjadi bahan organik, dan transformasi karbon ini menjadi bentuk anorganik di l aut a n d a l a m d i s e b ut re m i n e ra l i sa s i ( re m i n e ra l i z a t i o n ) . S i k l u s o p t i m u m ini berulang setiap tahun dan hanya membutuhkan energi matahari. Ketahanan lautan juga membuat mereka sebagai pengatur dampak antropogenik (manusia) di planet ini, seperti perubahan global dan perubahan iklim. Perubahan global mencakup polusi, degradasi ekosistem, dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Perubahan iklim mencakup peningkatan suhu Bumi akibat emisi gas rumah kaca, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil. Peningkatan suhu ini disertai dengan perubahan pola iklim, naiknya permukaan air laut, dan frekuensi cuaca ekstrem yang lebih sering.
Ekonomi Biru: Maritim dan Berkelanjutan Perubahan global dan perubahan iklim adalah dua sisi dari mata uang: dampak mereka terhadap Bumi sangat mengancam keberadaan kelompok yang paling rentan.
Oleh Josep Lluís Pelegrí Llopart
Kita Tidak Akan Bisa Mencapai
Pembangunan Berkelanjutan
dengan Laut yang Tidak
Sehat
PBB telah mendeklarasikan ‘ D e k a d e I l m u Ke l a u t a n u n t u k P e m b a n g u n a n Berkelanjutan’, pada awal tahun ini.
Tujuannya adalah mempromosikan pengelolaan laut dan pesisir berbasis sains, menjadikan kelautan yang sehat sebagai salah satu pilar kemajuan bagi seluruh umat manusia. Melalui slogan ‘Ilmu yang kita butuhkan untuk laut yang kita inginkan’, Dekade Ilmu Kelautan mendasarkan kepada premis bahwa ilmu ini harus mendorong Agenda PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030. Namun, ini hanya akan mungkin terjadi melalui proses reflektif, inklusif dan transformasional (perubahan secara drastis).
Foto
: Ich
san
Djun
aed/
Yaya
san
BaKT
I
No. Juli 2021185 No. 185 Juli 2021
35 BaKTINews 36BaKTINews
INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah seorang ahli kelautan dan Direktur Pusat, Institut Ilmu Kelautan (ICM-CSIC) Artikel ini bersumber dari https://theconversation.com/hari-kelautan-sedunia-kita-tidak-akan-bisa-mencapai-pembangunan-berkelanjutan-dengan-laut-yang-tidak-sehat-162344
Tidak hanya ketidaksetaraan akses terhadap kebutuhan dasar bagi setiap komunitas dan daerah yang berbeda, namun juga ada perbedaan kemampuan dalam menghadapi dampak negatif tersebut. Hal ini bertentangan dengan visi lautan sebagai kebaikan bersama. Lautan telah menyediakan layanan ekosistem yang penting bagi seluruh planet, tetapi juga merupakan kekayaan bersama manusia, atau yang kita lebih kenal sebagai ekonomi biru. Ekonomi biru menggambarkan, baik penggunaan sumber daya alam dan kegiatan, yang menggunakan laut untuk transportasi dan komersial. Tetapi, yang terpenting adalah ini cara berpikir dan berinteraksi dengan alam yang baru. Kegiatan-kegiatan ini meliputi penangkapan ikan yang berkelanjutan dan budidaya yang bertanggung jawab, sumber energi terbarukan, air bersih, sumber daya tumbuhan dan hewan laut, serta bioteknologi kelautan dan sumber daya genetik lainnya.
Selain itu, kegiatan-kegiatan di lingkungan pesisir dan laut, mulai dari ekowisata hingga perdagangan lokal. Kita juga dapat menambahkan manfaat budaya, estetika, dan kesehatan fisik dan emosional sebagai keuntungan yang didapatkan dari alam yang berkelanjutan. Kes e l u r u h a n su m b e r d aya te rs e b ut merupakan peluang besar untuk menghasilkan sumber daya berkelanjutan yang dapat diakses oleh semua orang, komunitas, dan negara.
Pertumbuhan Seimbang Konsep pembangunan berkelanjutan sering dikaitkan dengan gagasan ‘memanfaatkan’ sumber daya alam untuk kesejahteraan umat manusia. Istilah ‘berkelanjutan’ mengandaikan suatu kondisi yang wajib ada: mode pemanfaatan
tidak boleh mengubah stabilitas alam dari waktu ke waktu. Tetapi, apakah ini cukup? Apakah perspektif fungsional Bumi ini konsisten dengan konsep keberlanjutan? Kesehatan organisme apa pun bergantung, sebagian besar, pada hubungan yang seimbang dengan ekosistemnya. Ketika diterapkan pada hubungan manusia manusia manusia dengan Bumi, maka konsep ‘pemanfaatan’ seharusnya berarti ‘menjadi bagian dari’. Pemikiran ini muncul dari makna e t i m o l o g i s e b e n a r n y a d a r i u n g k a p a n ‘pembangunan berkelanjutan’. Pembangunan berasal dari bahasa Prancis, développer , yaitu untuk membuka atau membabar, suatu proses perluasan dan pertumbuhan. Pembangunan harus memasukkan
pertumbuhan internal, sebuah evolusi dari kemungkinan yang ada atau yang tersembunyi. Selain itu, berkelanjutan seharusnya tidak menyiratkan gagasan tentang keadaan yang permanen dan tidak dapat diubah, melainkan gagasan tentang evolusi yang dinamis dan seimbang. Ini adalah masalah mempertahankan sistem homeostatis dan ketahanan dari bawah ke atas, berkembang menuju kompleksitas yang tinggi.
Kembali ke Alam Alam, dengan lautan sebagai komponen utama dan esensialnya, muncul sebagai contoh terbaik dari pembangunan berkelanjutan. Tantangan kita sebagai spesies adalah menjadi bagian dari perkembangan planet yang seimbang ini. Sebagai spesies, manusia dapat mencapai tingkat evolusi terbesar jika fokus pada kecerdasan vital Bumi. Dengarkan dan pelajari dari alam, jadilah bagian darinya daripada memilikinya. I n d i v i d u a l i t a s m a nu s i a t i d a k b o l e h memisahkan kita dari komunitas kita, dan komunitas kita tidak boleh memisahkan diri dari planet ini. Perbedaan tidak membuat kita selalu bersaing. Sebaliknya, mereka melengkapi kita dan berkontribusi pada kompleksitas dan ketahanan planet ini. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tidak boleh didasarkan pada ‘menggunakan’ alam, bahkan jika itu berkelanjutan. Sebaliknya, fokusnya harus ‘menjadi bagian dari alam’, bukan memiliki. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah kesempatan bagi seluruh umat manusia, tanpa kecuali, untuk mendapatkan hak-hak atas s t a n d a r h i d u p y a n g l ay a k , y a n g t e t a p dimungkinkan dengan sumber daya planet kita. Tetapi, di atas semua itu, tujuan-tujuan tersebut harus mendorong kita menuju fase baru dalam e v o l u s i k i t a s e b a g a i s p e s i e s , m e n u j u pertumbuhan internal, baik individu dan kolektif, yang selaras dengan alam.
Perubahan iklim yang ekstrem dan polusi ikut memicu terjadinya perubahan suhu air laut yang menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching), akhirnya membunuh hamparan terumbu karang. Karang yang rusak mendegradasi kualitas lautan kita. Foto: Greg Torda/ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies
Kita akan terus menggantungkan hidup pada sumber daya lautyang melimpah. Salah satunya sebagai sumber makanan. Pemanfaatan yang tak terkontrol dan tak ’berkelanjutan’ akan menjadi bencana bagi kelangsungan hidup manusia.Foto: Silvania Mandaru
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
35 BaKTINews 36BaKTINews
INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah seorang ahli kelautan dan Direktur Pusat, Institut Ilmu Kelautan (ICM-CSIC) Artikel ini bersumber dari https://theconversation.com/hari-kelautan-sedunia-kita-tidak-akan-bisa-mencapai-pembangunan-berkelanjutan-dengan-laut-yang-tidak-sehat-162344
Tidak hanya ketidaksetaraan akses terhadap kebutuhan dasar bagi setiap komunitas dan daerah yang berbeda, namun juga ada perbedaan kemampuan dalam menghadapi dampak negatif tersebut. Hal ini bertentangan dengan visi lautan sebagai kebaikan bersama. Lautan telah menyediakan layanan ekosistem yang penting bagi seluruh planet, tetapi juga merupakan kekayaan bersama manusia, atau yang kita lebih kenal sebagai ekonomi biru. Ekonomi biru menggambarkan, baik penggunaan sumber daya alam dan kegiatan, yang menggunakan laut untuk transportasi dan komersial. Tetapi, yang terpenting adalah ini cara berpikir dan berinteraksi dengan alam yang baru. Kegiatan-kegiatan ini meliputi penangkapan ikan yang berkelanjutan dan budidaya yang bertanggung jawab, sumber energi terbarukan, air bersih, sumber daya tumbuhan dan hewan laut, serta bioteknologi kelautan dan sumber daya genetik lainnya.
Selain itu, kegiatan-kegiatan di lingkungan pesisir dan laut, mulai dari ekowisata hingga perdagangan lokal. Kita juga dapat menambahkan manfaat budaya, estetika, dan kesehatan fisik dan emosional sebagai keuntungan yang didapatkan dari alam yang berkelanjutan. Kes e l u r u h a n su m b e r d aya te rs e b ut merupakan peluang besar untuk menghasilkan sumber daya berkelanjutan yang dapat diakses oleh semua orang, komunitas, dan negara.
Pertumbuhan Seimbang Konsep pembangunan berkelanjutan sering dikaitkan dengan gagasan ‘memanfaatkan’ sumber daya alam untuk kesejahteraan umat manusia. Istilah ‘berkelanjutan’ mengandaikan suatu kondisi yang wajib ada: mode pemanfaatan
tidak boleh mengubah stabilitas alam dari waktu ke waktu. Tetapi, apakah ini cukup? Apakah perspektif fungsional Bumi ini konsisten dengan konsep keberlanjutan? Kesehatan organisme apa pun bergantung, sebagian besar, pada hubungan yang seimbang dengan ekosistemnya. Ketika diterapkan pada hubungan manusia manusia manusia dengan Bumi, maka konsep ‘pemanfaatan’ seharusnya berarti ‘menjadi bagian dari’. Pemikiran ini muncul dari makna e t i m o l o g i s e b e n a r n y a d a r i u n g k a p a n ‘pembangunan berkelanjutan’. Pembangunan berasal dari bahasa Prancis, développer , yaitu untuk membuka atau membabar, suatu proses perluasan dan pertumbuhan. Pembangunan harus memasukkan
pertumbuhan internal, sebuah evolusi dari kemungkinan yang ada atau yang tersembunyi. Selain itu, berkelanjutan seharusnya tidak menyiratkan gagasan tentang keadaan yang permanen dan tidak dapat diubah, melainkan gagasan tentang evolusi yang dinamis dan seimbang. Ini adalah masalah mempertahankan sistem homeostatis dan ketahanan dari bawah ke atas, berkembang menuju kompleksitas yang tinggi.
Kembali ke Alam Alam, dengan lautan sebagai komponen utama dan esensialnya, muncul sebagai contoh terbaik dari pembangunan berkelanjutan. Tantangan kita sebagai spesies adalah menjadi bagian dari perkembangan planet yang seimbang ini. Sebagai spesies, manusia dapat mencapai tingkat evolusi terbesar jika fokus pada kecerdasan vital Bumi. Dengarkan dan pelajari dari alam, jadilah bagian darinya daripada memilikinya. I n d i v i d u a l i t a s m a nu s i a t i d a k b o l e h memisahkan kita dari komunitas kita, dan komunitas kita tidak boleh memisahkan diri dari planet ini. Perbedaan tidak membuat kita selalu bersaing. Sebaliknya, mereka melengkapi kita dan berkontribusi pada kompleksitas dan ketahanan planet ini. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tidak boleh didasarkan pada ‘menggunakan’ alam, bahkan jika itu berkelanjutan. Sebaliknya, fokusnya harus ‘menjadi bagian dari alam’, bukan memiliki. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah kesempatan bagi seluruh umat manusia, tanpa kecuali, untuk mendapatkan hak-hak atas s t a n d a r h i d u p y a n g l ay a k , y a n g t e t a p dimungkinkan dengan sumber daya planet kita. Tetapi, di atas semua itu, tujuan-tujuan tersebut harus mendorong kita menuju fase baru dalam e v o l u s i k i t a s e b a g a i s p e s i e s , m e n u j u pertumbuhan internal, baik individu dan kolektif, yang selaras dengan alam.
Perubahan iklim yang ekstrem dan polusi ikut memicu terjadinya perubahan suhu air laut yang menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching), akhirnya membunuh hamparan terumbu karang. Karang yang rusak mendegradasi kualitas lautan kita. Foto: Greg Torda/ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies
Kita akan terus menggantungkan hidup pada sumber daya lautyang melimpah. Salah satunya sebagai sumber makanan. Pemanfaatan yang tak terkontrol dan tak ’berkelanjutan’ akan menjadi bencana bagi kelangsungan hidup manusia.Foto: Silvania Mandaru
No. Juli 2021185 No. Juli 2021185
37 BaKTINews 38BaKTINews
B e raga m m a sa l a h i n i b i a sa nya terpendam begitu lama yang menjadi akar permasalahan yang kemudan apabila terpicu akan meletup dan menghasilkan kekerasan fisik secara langsung. Seringkali m a s a l a h ny a b e r u p a d i s k r i m i n a s i (discrimination), ketidakadilan (injustice), dan ketidak setaraan (inequality) di berbagai bidang kehidupan manusia seperti politik kekuasaan, peraturan-peratuan hukum, ekonomi, dan tradisi budaya.
Masalah-masalah yang berpotensi berdampak pada direct violence inilah yang dikategorikan oleh Johan Galtung sebagai bentuk kekerasan yang tidak langsung, yang diistilahkannya dengan istilah kekerasan struktural dan budaya. Johan Galtung pertama kali memberikan istilah structural violence dengan makna 'setiap kendala pada potensi manusia yang disebabkan oleh struktur ekonomi dan politik. Akses yang t idak setara terhadap sumber daya, kekuasaan politik, pendidikan, perawatan kesehatan, atau kedudukan hukum, adalah bentuk-bentuk kekerasan struktural'. S e d a n g k a n c u l t u ra l v i o l e n c e d a p at dimaknai sebagai berikut 'kekerasan budaya termasuk bagian dari budaya kita yang mentransmisikan tradisi perilaku kekerasan dan yang memperingati dan menghormati nilai dan kualitas kekerasan'.
Dalam konflik bersenjata direct violencediwujudkan dalam penggunaan senjata-senjata baik tajam maupun api. Senjata digunakan untuk menyakiti, merusak, membunuh, ataupun mengalahkan pihak lawannya. Oleh karena itulah direct violence selalu terasa sangat menakutkan dan memprihatinkan, hal ini juga membuat orang-orang selalu merespons dengan cepat apabila telah terjadi direct violence pada suatu konflik.
Berbeda halnya dengan structural dan cultural violence, kedua bentuk kekerasan ini bersifat intangible atau tidak tampak ( i nv i s i b l e ) b i a s a nya ke ke ra s a n a nya terpendam dalam sistem structural dan
Konflik seringkali tersinergikan dengan tindakan kekerasan, jika ada tindak kekerasan yang terjadi antara satu pihak ke pihak yang lain maka sudah pasti dikondisi itu terjadi konflik antar kedua belah pihak tersebut. Sering kali yang kita pikirkan bahwa konflik itu terjadi apabila sudah terjadi kekerasan secara fisik (direct violence). Namun pada kenyataannya direct violence
hanyalah sebuah implikasi atau dampak dari sebuah masalah yang terjadi sebelumnya.
Oleh THERRY ALGHIFARY
K
Seringkali kekerasan jenis ini terjadi dan dilakukan di ranah
alam bawa sadar sehingga tidak disadari oleh para aktor yang
berperan dan melakukan kekerasan tersebut.
Kekerasan Struktural dan Budaya Sebagai
Akar Konflik
Kekerasan Struktural dan Budaya Sebagai
Akar KonflikOleh THERRY ALGHIFARY
No. Juli 2021185 No. 185 Juli 2021
Foto
: Ist
.
37 BaKTINews 38BaKTINews
B e raga m m a sa l a h i n i b i a sa nya terpendam begitu lama yang menjadi akar permasalahan yang kemudan apabila terpicu akan meletup dan menghasilkan kekerasan fisik secara langsung. Seringkali m a s a l a h ny a b e r u p a d i s k r i m i n a s i (discrimination), ketidakadilan (injustice), dan ketidak setaraan (inequality) di berbagai bidang kehidupan manusia seperti politik kekuasaan, peraturan-peratuan hukum, ekonomi, dan tradisi budaya.
Masalah-masalah yang berpotensi berdampak pada direct violence inilah yang dikategorikan oleh Johan Galtung sebagai bentuk kekerasan yang tidak langsung, yang diistilahkannya dengan istilah kekerasan struktural dan budaya. Johan Galtung pertama kali memberikan istilah structural violence dengan makna 'setiap kendala pada potensi manusia yang disebabkan oleh struktur ekonomi dan politik. Akses yang t idak setara terhadap sumber daya, kekuasaan politik, pendidikan, perawatan kesehatan, atau kedudukan hukum, adalah bentuk-bentuk kekerasan struktural'. S e d a n g k a n c u l t u ra l v i o l e n c e d a p at dimaknai sebagai berikut 'kekerasan budaya termasuk bagian dari budaya kita yang mentransmisikan tradisi perilaku kekerasan dan yang memperingati dan menghormati nilai dan kualitas kekerasan'. Dalam konflik bersenjata direct violence diwujudkan dalam penggunaan senjata-senjata baik tajam maupun api. Senjata digunakan untuk menyakiti, merusak, membunuh, ataupun mengalahkan pihak lawannya. Oleh karena itulah direct violence selalu terasa sangat menakutkan dan memprihatinkan, hal ini juga membuat orang-orang selalu merespons dengan cepat apabila telah terjadi direct violence pada suatu konflik. Berbeda halnya dengan structural dan cultural violence, kedua bentuk kekerasan ini bersifat intangible atau tidak tampak ( i nv i s i b l e ) b i a s a nya ke ke ra s a n a nya terpendam dalam sistem structural dan
Konflik seringkali tersinergikan dengan tindakan kekerasan, jika ada tindak kekerasan yang terjadi antara satu pihak ke pihak yang lain maka sudah pasti dikondisi itu terjadi konflik antar kedua belah pihak tersebut. Sering kali yang kita pikirkan bahwa konflik itu terjadi apabila sudah terjadi kekerasan secara fisik (direct violence). Namun pada kenyataannya direct violence
hanyalah sebuah implikasi atau dampak dari sebuah masalah yang terjadi sebelumnya.
Oleh THERRY ALGHIFARY
K
Seringkali kekerasan jenis ini terjadi dan dilakukan di ranah
alam bawa sadar sehingga tidak disadari oleh para aktor yang
berperan dan melakukan kekerasan tersebut.
Kekerasan Struktural dan Budaya Sebagai
Akar Konflik
Kekerasan Struktural dan Budaya Sebagai
Akar KonflikOleh THERRY ALGHIFARY
No. Juli 2021185 No. 185 Juli 2021
Foto
: http://analisishankamnas.blogspot.com
/2014/07/analisis-konflik-kom
unal-di-indonesia.html
39 BaKTINews
DISKUSI ONLINE LIVE DI Instagram Story @infobakti
KUCATAT'KI (Dalam bahasa Makassar berarti saya catatkan) inovasi dari Dinas Dukcapil Kota Makassar, layanan pelaporan kependudukan berbasis online, membantu pencatatan kelahiran secara real time di rumah sakit dan puskesmas. Bagaimana inovasi ini meningkatkan cakupan akta kelahiran di Kota Makassar? dan Bagaimana inovasi ini membantu masyarakat m e n d e k at k a n d a n m e m u d a h k a n l aya n a n a d m i n i s t ra s i kependudukan yang hemat waktu dan biaya? adalah beberapa isu yang mengemuka dalam diskusi bersama Ibu Aryati Puspasari (Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar)
KUCATA'KIINOVASI KOTA MAKASSAR: LAYANAN PENCATATAN KELAHIRAN ONLINE
Webinar dan beragam pertemuan online merebak sejak pembatasan sosial di tempat umum mulai diberlakukan. Walaupun tidak bertatap muka secara langsung, proses diskusi dalam pertemuan online yang positif dan saling membangun tetap menjadi kunci untuk mencapai hasil terbaik. Bagaimana memfasilitasi pertemuan virtual? Virtual Facilitation menyatukan peserta pertemuan dan anggota tim yang terpisah jarak untuk membahas topik yang relevan secara real time
VIRTUAL FACILITATIONMAKE IT VIBRANT!
Selengkapnya kunjungi https://www.instagram.com/infobakti/channel
BANGGA Papua, dua kata yang menyiratkan optimisme tentang Papua. Optimisme apa yang tersimpan di dalam Program “BANGGA Papua” ini. Banyak program bantuan sosial digelontorkan ke masyarakat. Ada yang memberi dana tunai, ada yang berupa barang. Lalu apa bedanya BANGGA Papua? Diskusi ini menemukan benang merah optimisme tentang Papua dan kerja-kerja program BANGGA Papua bersama Merlin Hamadi, Sekretaris Sekretariat Bersama BANGGA Papua, Provinsi Papua.
BANGGA Papua:MENANAM HARAPAN TENTANG GENERASI EMAS PAPUA
INFORMASI LEBIH LANJUTArtikel ini bersumber dari https://www.kitabhinnekatunggalika.org/2018/07/27/structural-and-cultural-violence-as-roots-of-conflicts/
No. Juni 2021184
kultural yang sudah mengakar atau terpendam di dalam tradisi yang menjadi kebudayaan di suatu komunitas. Seringkali kekerasan jenis ini terjadi dan dilakukan di ranah alam bawa sadar sehingga tidak disadari oleh para aktor yang berperan dan melakukan kekerasan tersebut. Terjadi banal isasi atau pengendapan terhadap kekerasan tersebut, sehingga para aktor yang melakukan kekerasan struktural sudah menganggap hal ini sebuah kewajaran, kebiasaan, dan tradisi sehingga apabila ada pihak yang ingin melakukan perubahan atau memperbaiki sistem dan/atau tradisi yang melakukan kekerasan tersebut maka mayoritas komunitas akan menentang perubahan-perubahan itu. Sifat kekerasan yang intangible inilah yang membuat lebih sulitnya menangani kekerasan kultural dan struktural yang terjadi pada suatu daerah. Structural dan cultural Violence berdampak pada kematian dan penderitaan seperti halnya dampak pada direct violence, namun demage yang diberikan kepada korban-korban dialami secara perlahan-lahan, halus, bersifat umum, dan lebih sulit untuk diperbaiki. Lebih berbahayanya lagi struktural dan cultural violence pada tahap berikutnya akan ter-eskalasi kepada tindakan-tindakan direct violence seperti yang terjadi pada konflik bersenjata diberbagai belahan dunia yang diawali oleh adanya kekerasan struktural seperti konflik bersenjata di Irlandia Utara yang terjadi karena kesenjangan
ekonomi antara Irlandia Utara (mayoritas Katolik) yang memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi, tarif/gaji yang lebih rendah, dan pendidikan dan kurang formal Protestan. Di Sri Lanka, pemuda pengangguran dan setengah pengangguran memperburuk konflik etnis yang ter jadi di sana. Di Rwanda, kesenjangan besar dalam pendapatan dan status sosial antara Hutu dan Tutsi akhirnya menyebabkan pembantaian etnis. Begitupula halnya yang terjadi dalam konflik dan konflik bersenjata yang terjadi di Indonesia, terdapat masalah-masalah yang tak terlihat, terpendam, yang dianggap biasa oleh mayoritas masyarakat Indonesia namun ternyata menimbulkan kekerasan struktural yang berdampak lahirnya rasa ketidak adilan, ketidak setaraan, dan diskriminasi sehingga memicu lahirnya gerakan-gerakan pemberontakan dengan aksi-aksi kekerasan. Contohnya konflik yang terjadi di Indonesia yaitu konflik yang terjadi di Ambon dan Maluku, terjadi karena adanya kesenjangan ekonomi antara kelompok pendatang yang mayoritas berasal dari suku Bugis, Buton, dan Makassar dengan penduduk lokal di Ambon dan Maluku yang pada akhirnya isu konflik ter-eskalasi menjadi konflik komunal dengan isu agama.
TAK TERLIHAT
TERLIHAT
KEKERASAN LANGSUNG
KEKERASAN BUDAYA KEKERASAN STRUKTURAL
SEGITIGA KEKERASAN GALTUNG
39 BaKTINews
DISKUSI ONLINE LIVE DI Instagram Story @infobakti
KUCATAT'KI (Dalam bahasa Makassar berarti saya catatkan) inovasi dari Dinas Dukcapil Kota Makassar, layanan pelaporan kependudukan berbasis online, membantu pencatatan kelahiran secara real time di rumah sakit dan puskesmas. Bagaimana inovasi ini meningkatkan cakupan akta kelahiran di Kota Makassar? dan Bagaimana inovasi ini membantu masyarakat m e n d e k at k a n d a n m e m u d a h k a n l aya n a n a d m i n i s t ra s i kependudukan yang hemat waktu dan biaya? adalah beberapa isu yang mengemuka dalam diskusi bersama Ibu Aryati Puspasari (Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar)
KUCATA'KIINOVASI KOTA MAKASSAR: LAYANAN PENCATATAN KELAHIRAN ONLINE
Webinar dan beragam pertemuan online merebak sejak pembatasan sosial di tempat umum mulai diberlakukan. Walaupun tidak bertatap muka secara langsung, proses diskusi dalam pertemuan online yang positif dan saling membangun tetap menjadi kunci untuk mencapai hasil terbaik. Bagaimana memfasilitasi pertemuan virtual? Virtual Facilitation menyatukan peserta pertemuan dan anggota tim yang terpisah jarak untuk membahas topik yang relevan secara real time
VIRTUAL FACILITATIONMAKE IT VIBRANT!
Selengkapnya kunjungi https://www.instagram.com/infobakti/channel
BANGGA Papua, dua kata yang menyiratkan optimisme tentang Papua. Optimisme apa yang tersimpan di dalam Program “BANGGA Papua” ini. Banyak program bantuan sosial digelontorkan ke masyarakat. Ada yang memberi dana tunai, ada yang berupa barang. Lalu apa bedanya BANGGA Papua? Diskusi ini menemukan benang merah optimisme tentang Papua dan kerja-kerja program BANGGA Papua bersama Merlin Hamadi, Sekretaris Sekretariat Bersama BANGGA Papua, Provinsi Papua.
BANGGA Papua:MENANAM HARAPAN TENTANG GENERASI EMAS PAPUA
INFORMASI LEBIH LANJUTArtikel ini bersumber dari https://www.kitabhinnekatunggalika.org/2018/07/27/structural-and-cultural-violence-as-roots-of-conflicts/
No. Juni 2021184
kultural yang sudah mengakar atau terpendam di dalam tradisi yang menjadi kebudayaan di suatu komunitas. Seringkali kekerasan jenis ini terjadi dan dilakukan di ranah alam bawa sadar sehingga tidak disadari oleh para aktor yang berperan dan melakukan kekerasan tersebut. Terjadi banal isasi atau pengendapan terhadap kekerasan tersebut, sehingga para aktor yang melakukan kekerasan struktural sudah menganggap hal ini sebuah kewajaran, kebiasaan, dan tradisi sehingga apabila ada pihak yang ingin melakukan perubahan atau memperbaiki sistem dan/atau tradisi yang melakukan kekerasan tersebut maka mayoritas komunitas akan menentang perubahan-perubahan itu. Sifat kekerasan yang intangible inilah yang membuat lebih sulitnya menangani kekerasan kultural dan struktural yang terjadi pada suatu daerah. Structural dan cultural Violence berdampak pada kematian dan penderitaan seperti halnya dampak pada direct violence, namun demage yang diberikan kepada korban-korban dialami secara perlahan-lahan, halus, bersifat umum, dan lebih sulit untuk diperbaiki. Lebih berbahayanya lagi struktural dan cultural violence pada tahap berikutnya akan ter-eskalasi kepada tindakan-tindakan direct violence seperti yang terjadi pada konflik bersenjata diberbagai belahan dunia yang diawali oleh adanya kekerasan struktural seperti konflik bersenjata di Irlandia Utara yang terjadi karena kesenjangan
ekonomi antara Irlandia Utara (mayoritas Katolik) yang memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi, tarif/gaji yang lebih rendah, dan pendidikan dan kurang formal Protestan. Di Sri Lanka, pemuda pengangguran dan setengah pengangguran memperburuk konflik etnis yang ter jadi di sana. Di Rwanda, kesenjangan besar dalam pendapatan dan status sosial antara Hutu dan Tutsi akhirnya menyebabkan pembantaian etnis. Begitupula halnya yang terjadi dalam konflik dan konflik bersenjata yang terjadi di Indonesia, terdapat masalah-masalah yang tak terlihat, terpendam, yang dianggap biasa oleh mayoritas masyarakat Indonesia namun ternyata menimbulkan kekerasan struktural yang berdampak lahirnya rasa ketidak adilan, ketidak setaraan, dan diskriminasi sehingga memicu lahirnya gerakan-gerakan pemberontakan dengan aksi-aksi kekerasan. Contohnya konflik yang terjadi di Indonesia yaitu konflik yang terjadi di Ambon dan Maluku, terjadi karena adanya kesenjangan ekonomi antara kelompok pendatang yang mayoritas berasal dari suku Bugis, Buton, dan Makassar dengan penduduk lokal di Ambon dan Maluku yang pada akhirnya isu konflik ter-eskalasi menjadi konflik komunal dengan isu agama.
TAK TERLIHAT
TERLIHAT
KEKERASAN LANGSUNG
KEKERASAN BUDAYA KEKERASAN STRUKTURAL
SEGITIGA KEKERASAN GALTUNG
melintasi batas-batas kelembagaan; dan perubahan struktur kelembagaan yang terus berlangsung menghambat kerja-kerja berjangka panjang
Jangan sepelekan sanitasi yang buruk. Unicef, badan PBB untuk anak-anak, mencatat setiap hari ada 2.000 balita yang meninggal karena diare. Dari jumlah ini, 1.800 di antaranya terkena diare lantaran air minumnya tercemar limbah, kebersihannya tak memadai, atau hidup dalam sanitasi yang buruk. Sanjay Wijesekera, kepala global program air bersih, kebersihan dan sanitasi Unicef mencoba memberi gambaran betapa gentingnya masalah ini. Jumlah 1.800 balita itu setara dengan 90 bus sekolah. “Jika tiap hari ada 90 bus sekolah penuh anak-anak yang kecelakaan, dan tak seorang pun selamat, dunia pasti terkejut – kira-kira itulah yang terjadi akibat sanitasi buruk,” kata Wijesekera. “Kita kerap lupa, di balik angka-angka statistik ini tersembunyi tragedi kemanusiaan yang luar biasa,” katanya menambahkan. Sebagai salah satu penyebab utama kematian dini, buruknya sanitasi akan menurunkan tingkat kesejahteraan. Itu sebabnya, tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goal - SDG) yang ditetapkan negara-negara di dunia, menempatkan sanitasi sebagai elemen penting dalam pembangunan sosial dan kemakmuran ekonomi di masa depan. Sanitasi buruk - dalam bentuk paling ekstrim: buang air besar sembarangan, di tempat terbuka (di selokan, di balik semak)-merupakan kebiasaan yang akut, terutama di sejumlah negara seperti India, Nigeria, Kongo, Pakistan dan Cina.
Sanitasi membaik, tapi tak merata: Waspadai, ancaman kematian dini
Policy Brief: Mengembalikan Kejayaan Sutra Sulawesi Selatan - Sektor Hulu
Sulawesi Selatan tengah mengalami penurunan drastis jumlah pelaku industri sutra di sektor hulu, para petani pembudidaya murbei dan ulat sutra. Mereka yang tersisa didominasi oleh perempuan berusia tua dan berpendidikan rendah. Gabungan sejumlah faktor yang saling terhubung menggerakkan kecenderungan ini. Pertama, ketergantungan terhadap bibit impor dengan kualitas yang inkonsisten, kegagalan beruntun yang memaksa petani beralih komoditas, dan penggunaan pestisida di kawasan pemeliharaan ulat sutra. Kedua, rangkaian kebijakan pemerintah lebih berfokus pada perbaikan teknis yang bertujuan memacu produksi komoditas—lebih gencar dalam dua tahun terakhir, ketimbang petani yang terlibat di dalamnya. Akhirnya, ketiga, tampak fragmentasi pada sejumlah lembaga pemerintah yang mengurangi keluwesan dalam mengatasi isu-isu yang dihadapi petani, yang sering kali
https://batukarinfo.com/komunitas/articles/sanitasi-membaik-tapi-tak-merata-waspadai-ancaman-kematian-dini-0
Referensi
Artikel
https://batukarinfo.com/referensi/policy-brief-mengembalikan-kejayaan-sulawesi-selatan-sektor-hulu
Batukarinfo.com
Semangat para pegiat literasi yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini patut diacungi jempol. Mereka kreatif, ulet dan tanpa pamrih. Banyak program yang telah mereka lakukan untuk meningkatkan minat dan kecintaan masyarakat pada buku. Tetapi kita tahu bahwa literasi tidak hanya sekadar baca tulis kan? Ada literasi numerasi, literasi sains, literasi kewarganegaraan dan budaya sampai literasi finansial, yang belum digarap sebanyak program literasi baca tulis.Literasi baca tulis sendiri di Indonesia sudah digaungkan sejak awal kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno. Sedangkan jenis literasi yang lain masih baru beberapa tahun belakangan ini dikenalkan. Literasi finansial misalnya, ini sangat menarik untuk dikembangkan tapi masih sangat jarang dijadikan fokus dari kegiatan literasi. Bukan hanya sekadar mengajak orang lain untuk melek finansial dan mengenal konsep-konsep keuangan, tetapi bagaimana pegiatnya juga menerapkan literasi finansial itu dalam gerakan literasi yang dikelolanya. Misalnya kemampuan mengakses sumber-sumber keuangan untuk kegiatan literasinya, mengembangkan usaha ekonomi untuk menghidupi program-program literasi atau mengelola keuangan organisasi. Dalam hal ini sebenarnya gerakan literasi bisa dikolaborasikan dengan sektor usaha yang jelas lebih berduit karena orientasi mereka memang pada keuntungan. Berbeda dengan orientasi gerakan literasi yang lebih ke arah edukasi dan sosial. Tetapi justru perbedaan itu bisa saling melengkapi dan menyempurnakan.
Berita Terbaru Simbiosis Mutualisme antara Gerakan Literasi dengan Dunia Usaha
https://batukarinfo.com/news/simbiosis-mutualisme-antara-gerakan-literasi-dengan-dunia-usaha
top related