new program studi s1 keperawatan fakultas ilmu …repository.unimus.ac.id/2045/2/manuskrip.pdf ·...
Post on 23-Oct-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA (LANSIA)
HIPERTENSI DI POSBINDU “SUMBER SEHAT” DI DESA
KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK
Manuscript
OLEH :
IKE FITRI HANDAYANI
G2A216037
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA
(LANSIA) HIPERTENSI DI POSBINDU “SUMBER SEHAT”
DI DESA KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK
Ike Fitri Handayani
1, Edy Soesanto
2, Khoiriyah
3
1, 2, 3 Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang
Email Peneliti : ifhandayani95@gmail.com
Abstrak
Aktivitas fisik merupakan serangkaian gerakan dari otot anggota tubuh yang memerlukan tenaga.
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang melebihi angka 140 mmHg dan
peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan tenang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran
tingkat aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di Posbindu Sumber Sehat di Desa Kangkung
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan
menggunakan desain Cross Sectional. Penelitian dilakukan di Posbindu Sumber Sehat di Desa
Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak dengan teknik Proportional Stratified
Random Sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 63 responden lansia penderita hipertensi.
Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ).
Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
fisik pada lansia penderita hipertensi termasuk dalam kategori aktivitas fisik sedang (60,3%),
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebagian besar termasuk dalam kategori hipertensi
ringan (54,0%). Berdasarkan hasil tersebut diharapkan lansia penderita hipertensi untuk selalu
meningkatkan aktivitas fisik terutama frekuensi dan durasi yang dilakukan sesuai kemampuan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun kegiatan aktivitas fisik maupun jadwal
olahraga setiap minggunya.
Kata kunci : Aktivitas Fisik, Lansia Penderita Hipertensi, Tekanan Darah.
Pustaka : 62 (2006-2016)
Abstract Physical activity is a movement of the muscle limbs hich takes energy. Hypertension is a rise blood
pressure systolic that exceed the number 140 mmHg and increase in blood pressure diastolik more
than 90 mmHg upon twice measurement with a hose five minutes in a quite state. The purpose of
this research was to know the level of physical activity elderly patients hypertension in Posbindu
Sumber Sehat in the Kangkung village in Mranggen Demak. The type of research was a
Descriptive using Cross Sectional design. The research was conducted in Posbindu Sumber Sehat
in the Kangkung village in Mranggen Demak using Proportional Stratified Random Sampling
Tehnique. The sample were 63 respondents elderly patiens hypertension. The data collection used
Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Data analysis used frequency distribution. The
result showed that physical activity on elderly patients hypertension was in a moderate physical
activity category ( 60,3 %), blood pressure on the most elderly patients hypertension were in a
mild hypertension category ( 54,0 % ). The results were expected elderly patients hypertension to
always improve physical activity especially the frequency and duration which done according to
their ability. The efforts to be made were to develop the physical activity and schedule sports every
week.
Keywords : Physical activity, Elderly Patients with Hypertension, Blood Pressure
References : 62 (2006-2016)
http://repository.unimus.ac.id
mailto:ifhandayani95@gmail.comhttp://repository.unimus.ac.id
-
PENDAHULUAN
Peningkatan kesejahteraan, kesehatan dan jumlah penduduk lansia pada
suatu negara seringkali dikaitkan dengan peningkatan angka harapan hidup
(AHH) / Usia harapan hidup (UHH) (Kemenkes RI, 2013). Disebutkan dalam
(Kementerian Kesehatan RI, 2016) perkiraan UHH pada tahun 2045-2050 adalah
77,6. Terdapat 18,27 juta penduduk lansia di Indonesia berdasarkan Statistik
Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia tahun 2011 atau sekitar 7,58% dari
keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Biro Pusat Statistik tahun 2015 juga
mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menjadi urutan nomor 4
dengan jumlah penduduk lansia terbanyak. Hal ini dapat mencerminkan majunya
sebuah negara, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang semakin sehat dengan
jumlah penduduk lansia yang besar dan bangsa yang memiliki usia harapan hidup
yang panjang (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Proses menua (degeneratif) adalah sebuah proses alamiah yang tidak dapat
dikendalikan oleh seseorang dan merupakan sebuah proses fisiologis tubuh pada
setiap manusia (Darmojo, 2004: 635). Berdasarkan data WHO dikategorikan
sebagai lansia yaitu ketika seseorang berada pada usia 60 tahun ke atas. Dimana
pada saat usia ini, lansia lambat laun akan mengalami penurunan fungsi baik dari
segi biologis, psikologis, sosial, spiritual maupun seluruh fungsi organ dan sistem
tubuhnya (Darmojo, 2004). Terkait dengan perubahan fisiologis pada sistem
kardiovaskular pada manusia, terdapat beberapa perubahan yang muncul selama
manusia berada pada periode usia dewasa. Otot jantung akan kehilangan efisiensi
dan kekuatan kontraktil ketika manusia berada pada masa dewasa sehingga akan
mengurangi curah jantung pada kondisi stress fisiologis. Sel pacu jantung pun
akan menjadi tidak beraturan dan berkurang jumlahnya, serta selubung yang
mengelilingi nodus sinus pun mengental. Kontraksi dan waktu relaksasi pada
ventrikel kiri membutuhkan banyak waktu. Siklus pengisian diastolik dan
pengosongan sistolik membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan
(Eliopoulos, 2010: 55).
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
Proses degeneratif lansia dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
yang sangat kompleks yang dapat mengancam jiwa. Salah satu diantara gangguan
yang sering dialami lansia adalah gangguan kardiovaskuler yang merupakan
terganggunya sistem pembuluh darah. Menurut (Mubarak, 2006) terganggunya
sistem pembuluh darah ini merupakan akibat dari penurunan fungsi organ dan
labilitas tekanan darah yang terjadi secara alami pada tubuh lansia. Gangguan
kardiovaskuler ini mengakibatkan penurunan relaksasi pada otot polos pembuluh
darah yang mampu mengakibatkan kondisi aterosklerosis dan kondisi hilangnya
elastisitas jaringan ikat sehingga terjadi penurunan kemampuan daya regang serta
penurunan kemampuan pembuluh darah untuk berdistensi (Brunner & Suddart,
2014). Berbagai penurunan yang terjadi berangsur-angsur akan ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas. (Stanley & Beare, 2007: 179).
Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk Lansia Indonesia tahun
2011 penyakit kronis yang salah satunya adalah hipertensi mencapai angka
28,53% untuk lansia muda, 38,26% untuk lansia madya dan 44,27% lansia tua.
Dilihat dari aktivitas patofisiologisnya hipertensi dapat dikatakan sebagai penyakit
“silent killer” (Aspiani, 2014). Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah
siastolik mengalami peningkatan yaitu berkisar pada angka lebih dari 140 mmHg
(milimeter hidrogen), dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (milimeter
hidrogen) (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014). Menurut Rasdi (2006:
304) penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menjadikan penderitanya
berpeluang untuk mengalami stroke 7 kali lebih besar, berpeluang 5 kali lebih
besar untuk penyakit gagal jantung, serta dapat terkena serangan jantung 3 kali
lebih besar.
Terapi penyembuhan penyakit hipertensi adalah dengan terapi farmakologi
dan terapi non farmakologi (Manungkalit & Maria, 2016). Salah satu aktivitas
atau kegiatan terapi non farmakologi adalah dengan menjalani pola hidup sehat,
gaya hidup sedentary people, menciptakan suasana rileks, serta melakukan
aktivitas fisik yang ringan (Khomarun, 2014). Aktivitas fisik merupakan semua
kegiatan yang dilakukan secara terencana, terstruktur dan berulang-ulang yang
membutuhkan beberapa energi untuk mengerjakannya yang mana tujuannya guna
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
peningkatan kebugaran jasmani (Farizati, 2002). Aktivitas fisik lansia
memberikan dampak terhadap perubahan kekuatan otot polos pada jantung
sehingga denyutan pada jantung dapat kuat dan teratur (Mutiarawati, 2009).
United States Departement of Health and Human Services (2008)
menyebutkan beberapa tingkatan dari aktivitas fisik. Level dari aktivitas fisik
yaitu meliputi level inactive (tidak aktif), low activity (aktivitas tingkat rendah),
medium activity (aktivitas tingkat sedang) dan high activity (aktivitas tingkat
tinggi) yang ditentukan dalam rentang menit berdasarkan standar aktivitas fisik
yang dilakukan selama satu mingggu. United States Departement of Health and
Human Services (2008) pun membagi kategori aktivitas fisik yang meliputi
aktivitas dengan intensitas sedang (moderate intensity) dan aktivitas dengan
intensitas kuat (vigorous intensity).
Menurut penelitian yang dilakukan (Khomarun, 2014) aktivitas fisik
sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya tekanan darah. Penelitian ini
menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti berjalan mampu menurunkan tekanan
darah khususnya tekanan darah sistolik. Khomarun (2014) menyebutkan bahwa
tekanan darah sistolik pre dan post aktivitas berjalan pada lansia menunjukkan
angka yang berbeda. Keduanya sama-sama menunjukkan penurunan yang
signifikan. Tekanan darah sistolik pre aktivitas fisik berkisar 140 mmHg-158
mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik post aktivitas berjalan menunjukkan
angka 133 mmHg-153 mmHg. Intervensi aktivitas berjalan tersebut dilakukan
selama 8 minggu dengan 40 kali intervensi.
Berdasarkan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2015) pada tahun
2010 Kabupaten Demak merupakan Kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi
di Jawa Tengah dengan berpenduduk sebanyak 1.177 jiwa/km dan jumlah
penduduk tertinggi di Kabupaten Demak diduduki oleh Kecamatan Mranggen
dengan angka 158.597 penduduk. Penduduk usia lanjut dikawasan Kabupaten
Demak mayoritas berempat tinggal di daerah pedesaan. Desa Kangkung
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak merupakan salah satu desa yang
mayoritas penduduknya adalah lansia.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB
Kabupaten Demak terdapat 13,4% dari total keseluruhan penduduk Desa
Kangkung yang berkisar 7.478 penduduk adalah penduduk lansia atau setara
dengan 726 penduduk lansia berada di Desa Kangkung. Hasil dari data kunjungan
usia lanjut dari Puskesmas Mranggen ditahun 2012 pun menjelaskan bahwa
penyakit yang paling sering diderita oleh sebagian besar lansia di Desa Kangkung
adalah hipertensi dengan presentasi 57%.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Juli 2017 pukul
19.30 dengan ketua kader setempat diperoleh data bahwa RW 05 Desa Kangkung
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak memiliki sebuah posbindu yang
dibentuk pada tahun 2009 dan diberi nama Posbindu “Sumber Sehat” dan menurut
Ketua Kader sebagian besar lansia di Desa Kangkung merupakan lansia yang
sebagian besar menderita penyakit tidak menular hipertensi. Berdasarkan hasil
wawancara sebagian besar lansia di Desa Kangkung melakukan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuan lansia tersebut. Aktivitas fisik pada lansia di Desa
Kangkung adalah kategori aktivitas dengan intensitas sedang.
Ketua kader menyatakan lansia di Desa kangkung bekerja sebagai petani
dan ibu rumah tangga. Mereka bekerja dari pagi hingga larut sore sehingga untuk
melakukan beberapa jenis aktivitas rutin dan terkontrol sangatlah sulit diakibatkan
lansia tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan beberapa aktivitas fisik
pilihan yang rutin dan teratur sebagai upaya pencegahan penyakit hipertensi.
Ketua kader pun menambahkan faktor penyebab yang menjadikan lansia
menderita hipertensi yaitu dikarenakan gaya hidup lansia yang kurang baik yang
dibuktikan dengan lansia yang jarang melakukan olahraga maupun aktivitas fisik
sehingga menyebabkan penyakit tidak menular hipertensi di Desa Kangkung
meningkat. Soesanto (2010) pun menambahkan terdapat 59,6% lansia di Desa
Kangkung kurang melakukan kegiatan olahraga secara teratur.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan desain cross
sectional (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini Populasi adalah lansia penderita
hipertensi di Posbindu sumber Sehat di Desa Kangkung kecamatan mranggen
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
Kabupaten Demak. Cara pengambilan sampel ini adalah dengan metode
Probability sampling dengan pendekatan Proportional Stratified random
sampling sehingga menjadi 63 responden (Notoatmodjo, 2014). Penelitian
dilakukan pada lansia penderita hipertensi di Posbindu sumber Sehat di Desa
Kangkung Kecamatan mranggen Kabupaten Demak. Alat pengumpulan data
menggunakan lembar observasi atau kuesioner penelitian dari GPAQ (Global
Physical Activity Questionnaire). Proses Penelitian berlanggsung dari bulan juni-
januari 2018. Data dianalisis secara univariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 63 responden (100%), sebagian besar usia rata-rata dalam kategori usia
lansia (60-74 tahun) sebanyak 28 responden (44,4%), pendidikan sebagian besar
responden berpendidikan rendah yaitu sebanyak 63 responden (100%), dan
sebagian responden tidak bekerja sebanyak 41 responden (65,1%).
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan karakteristik responden Lansia
Hipertensi di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Tanggal 19-21 Bulan Januari 2018 n = 63
Karakteristik Frekuensi (N) Persentase (%)
1. Jenis kelamin
Perempuan
63
100,0
2. Usia
a. Usia pertengahan (45 – 59 tahun)
b. Lansia (60 – 74 tahun) c. Lansia tua (75 – 90 tahun)
16
28
19
25,4
44,4
30,2
3. Pendidikan
Tidak Sekolah
63
100,0
4. Pekerjaan
a. Tidak Bekerja b. Petani
41
22
65,1
34,9
5. Hipertensi
a. Hipertensi Ringan b. Hipertensi Sedang c. Hipertensi Berat
34
16
13
54,0
25,4
20,6
6. Aktivitas Fisik
a. Aktivitas Ringan b. Aktivitas Sedang c. Aktivitas Berat
13
38
12
20,6
60,3
19,0
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
7. Jenis Aktivitas
a. Bekerja berat b. Bekerja Sedang c. Trasnportasi d. Rekreasi
23
46
32
46
63,5
73,0
50,8
73,0
Rerata Aktivitas Fisik
Aktivitas Bekerja (MET-
menit/minggu)
1302,22
Aktivitas Trasportasi (MET-
menit/minggu)
168,57
Aktivitas Rekreasi
(MET-menit/ minggu)
287,17
PEMBAHASAN
Hasil Karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 63 responden (100%), sebagian besar usia rata-rata dalam kategori
usia lansia (60-74 tahun) sebanyak 28 responden (44,4%), pendidikan sebagian
besar responden berpendidikan rendah yaitu sebanyak 63 responden (100%), dan
sebagian responden tidak bekerja sebanyak 41 responden (65,1%).
Berdasarkan hasil penelitian, gambaran aktivitas fisik pada lansia
hipertensi didapatkan data bahwa sebagian besar lansia termasuk dalam kategori
aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 38 orang (60,3%), sebanyak 13 orang
(20,6%) masuk dalam kategori aktivitas fisik ringan dan 12 orang (19,0%)
diantaranya adalah termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat. (Anggara, 2013)
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi diantaranya
adalah usia, pendidikan, pekerjaan, dan kebiasaan berolahraga atau beraktivitas.
Faktor tersebut terbukti berhubungan secara statistik dengan tekanan darah yang
dapat dibuktikan dari hasil p value dimana (p < 0,05). (Ambardini, 2010)
menunjukkan beberapa aktivitas fisik intensitas sedang dapat menurunkan tekanan
siastolik 11 poin dan tekanan diastolik sebanyak 8 poin. Aktivitas intensitas
sedang ini merupakan aktivitas yang membuat seseorang dapat menahan beban
tubuhnya sendiri seperti berjalan maupun aktivitas yang tidak secara langsung
dapat menahan beban tubuhnya sendiri seperti bersepeda.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Firdaus
Mayasari, dimana terdapat hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi dengan p value sebesar 0,012 (α = 0,05). Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa responden aktivitas fisik dengan kategori baik
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
memiliki kategori hipertensi yang ringan. responden yang aktif melakukan jalan
kaki (20 menit dalam 1,6 km) (45,2%) dan menyapu daun kering (45,0%)
sehingga tekanan darah sistolik paling tinggi 150 mmHg dengan tekanan diastolik
90 mmHg.
Aktivitas fisik merupakan pergerakan dari seluruh anggota tubuh yang
dapat menjadi penyebab pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat sepanjang hari (Fatmah, 2010: 166). Aktivitas fisik dapat membantu
meningkatkan kondisi kesehatan seseorang. Dalam penelitian ini aktivitas fisik
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu kategori aktivitas fisik ringan, aktivitas
fisik sedan dan aktivitas fisik berat. Kategori aktivitas fisik dikelompokkan
berdasarkan pertanyaan dari kuesioner Global Physical Activity Questionnaire
(GPAQ). Kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) ini membagi
pertanyaan menjadi 6 sub kategori pertanyaan. Diantara pertanyaan yang
diberikan kepada responden adalah pertanyaan mengenai aktivitas bekerja berat,
aktivitas bekerja ringan, aktivitas pada saat transportasi, aktivitas
rekreasi.olahraga berat, aktivitas rekreasi/olahraga sedang serta aktivitas menetap.
Aktivitas bekerja berat yang diteliti adalah berapa lama dan berapa sering
seseorang melakukan aktivitas berat seperti membaa barang berat, berkebun,
bersepeda serta mengangkat barang yang berat. Pada aktivitas bekerja ringan yang
diteliti adalah aktivitas fisik yang meliputi 40% dari aktu yang digunakan adalah
untuk duduk dan berdiri serta 60% untuk kegiatan bekerja khusus dalam bidang
pekerjaannya. Contoh aktivitas yang diteliti pada sub bagian aktivitas bekerja
sedang adalah mencuci kendaraan, bersepeda pergi dan pulang beraktivitas,
berjalan sedang dan cepat, menggosok lantai, mencuci kendaraan serta menanam
tanaman. Pada aktivitas transportasi yang diteliti meliputi berapa lama seseorang
melakukan perjalanan ke tempat aktivitas atau ketika berbelanja dan beribadah
diluar rumah yang dilakukan minimal 10 menit secara rutin baik dengan
menggunakan kendaraan seperti sepeda motor, sepeda maupun berjalan kaki.
Aktivitas rekreasi atau aktivitas olahraga yang di teliti adalah seberapa
lama dan sering seseorang melakukan kegiatan rekreasi/olahraga baik olahraga
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
berat maupun olahraga/rekreasi yang tergolong sedang seperti berjalan cepat,
berenang dan bersepeda yang dapat mengakibatkan peningkatan nafas dan denyut
nadi minimal 10 menit secara rutin. Sub aktivitas rekreasi/olahraga berat yang
diteliti adalah intensitas dan durasi dari responden mengenai aktivitas olahraga
dan rekreasi yang berat yang meliputi lari, dan sepak bola. Kemudian sub ketiga
mengenai aktivitas menetap. Aktivitas menetap ini merupakan aktivitas yang tidak
memerlukan banyak gerak seperti duduk ketika bekerja, duduk di dalam
kendaraan, berbaring maupun menonton televisi.
Aktivitas fisik yang teratur dilakukan dapat meningkatkan efisiensi
jantung. Secara umum seseorang yang memiliki keaktivan dalam beraktivitas
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena
tekanan darah tinggi. Penyebabnya adalah seseorang yang aktif akan memiliki
fungsi otot dan sendi yang lebih kuat dan lentur serta dapat mempertahankan
kebugaran dan ketahanan kardio-respirator (Eliopoulos, 2010). Perubahan-
perubahan dalam tubuh didapatkan ketika seseorang rutin melakukan aktivitas.
Aktivitas fisik dapat menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh darah, otot
polos pada jantung pun akan cenderung lebih kuat sehingga denyut nadi dan
frekuensinya pun kuat dan teratur, selain itu elastisitas pembuluh darah akan
bertambah akibat adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak
berkurang dan dapat meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah.
Kerusakan jantung dan pembuluh darah diakibatkan oleh karena kondisi
jantung dan pembuluh darah yang rusak akibat dari meningkatnya sistem kerja
otot jantung dan akibat pembuluh darah yang menerima aliran darah yang
bertekanan tinggi. Sebaliknya, kondisi daya pompa jantung yang kurang optimal
akan terjadi pada seseorang yang cenderung rendah aktivitasnya dimana ketika
rendahnya aktivitas seseorang, aliran darah dalam tubuh tidak lancar. Aktivitas
fisik sangat penting untuk dilakukan guna terbentuknya otot jantung yang kuat
ketika memompakan darah. Hal tersebut dapat dilihat dari fakta yang ada di
lapangan dimana dari hasil aancara yang menggunakan kuesioner berdasarkan
Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) didapatkan data bahwa lansia
hipertensi yang beraktivitas fisik sedang sebanyak 38 orang (60,3%), sebanyak 13
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
orang (20,6%) masuk dalam kategori aktivitas fisik ringan dan 12 orang (19,0%)
diantaranya adalah termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beragam nilai MET dari lansia
penderita hipertensi yang meliputi aktivitas dengan nilai MET-menit/minggu yaitu
mulai dari nilai terendah 0 MET-menit/minggu dan nilai tertinggi 7480 MET-
menit/minggu. Dari hasil penelitian diperoleh data sebanyak 38 responden
(60,3%) memiliki nilai MET dalam interval 3000 > MET ≥ 600 sehingga dapat
dikategorikan sebagai aktivitas fisik dengan kategori sedang. Sebanyak 13
responden (20,6%) memiliki nilai MET dalam interval 600 < MET yang termasuk
dalam kategori aktivitas ringan. Dikategorikan aktivitas berat ketika nilai MET
berada pada interval MET ≥ 3000 yaitu sebanyak 12 responden (19,0%) lansia
hipertensi. Nilai MET dari keseluruhan lansia penderita hipertensi memiliki rata-
rata sebesar 1757,97 MET-menit/minggu yang berada pada interval 3000 > MET
≥ 600 sehingga dapat disebutkan dari hasil tersebut sebagian besar aktivitas fisik
lansia penderita hipertensi di posbindu sumber sehat di desa kangkung kecamatan
mranggen kabupaten demak termasuk dalam kategori aktivitas fisik sedang. Hasil
rerata median untuk total aktivitas fisik adalah 1320,00 dengan st.deviasi
1576,960.
Hasil penelitian pun menjelaskan bahwa waktu terlama yang diperlukan
untuk melakukan aktivitas fisik adalah waktu ketika aktivitas bekerja. Nilai MET-
menit/minggu untuk aktivitas ketika rekreasi dan transportasi tidak berbeda jauh.
Hasil penelitian menunjukkan waktu yang digunakan untuk aktivitas menetap
lebih lama sehingga dapat dikatakan bahwa lansia cenderung pasif dalam
beraktivitas dibandingkan dengan waktu untuk rekreasi maupun untuk
transportasi. Hal tersebut dikarenakan oleh lansia yang semakin lemah dan mudah
lelah ketika melakukan sedikit aktivitas meskipun aktivitas tersebut tergolong
ringan seperti berjalan perlahan, mencuci piring dan memasak.
Hasil rerata nilai MET-menit/minggu berdasarkan kategori setiap aktivitas
yaitu 1302,22 MET-menit/minggu untuk aktivitas bekerja, 168,58 MET-
menit/minggu untuk aktivitas transportasi dan perjalanan, kemudian aktivitas
rekreasi bernilai 287,17 MET-menit/minggu serta aktivitas yang menetap
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
memiliki nilai 455,40 MET-menit/minggu. Nilai MET-menit/minggu untuk
aktivitas bekerja cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kategori aktivitas
lainnya hal ini terjadi karena beberapa lansia memiliki berbagai macam kegiatan
dengan intensitas yang sedang dan berat baik ketika sedang berada dirumah
maupun ketika berada diluar rumah seperti berkebun, bersepeda, merawat hewan
peliharaan, maupun berjalan membawa beban berat di atas kepala. Aktivitas
rekreasi memiliki nilai waktu yang lebih besar dari nilai aktivitas perjalanan atau
transportasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan aktivitas transport memiliki nilai waktu
yang lebih sedikit dibanding dengan nilai pada setiap kategori aktivitas fisik. Hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas untuk bekerja, dan aktivitas rekreasi
memberikan dukungan terbanyak terhadap total aktivitas fisik. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa selain aktivitas bekerja yang tinggi yang dilakukan baik di
rumah maupun diluar rumah lansia masih menyempatkan untuk melakukan
aktivitas rekreasi meski harus mengimbangi aktivitas bekerjanya yang tinggi.
Sebagian besar lansia hipertensi di posbindu sumber sehat di Desa
Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak memiliki kategori aktivitas
fisik sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meski aktivitas perjalanan
atau transportasi cenderung lebih rendah namun lansia penderita hipertensi di
posbindu sumber sehat di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak mencapai kriteria MET-menit/minggu yang minimal untuk kriteria lansia
sehat dengan lebih banyak melakukan aktivitas fisik intensitas sedang baik ketika
bekerja, rekreasi maupun perjalanan. Berdasarkan data total aktivitas fisik lansia
penderita hipertensi memiliki jumlah MET-menit/minggu 93,7% lebih tinggi
dibandingkan dengan lansia penderita hipertensi laki-laki. Lansia penderita
hipertensi yang cenderung baeraktivitas fisik rendah sebagian besar disebabkan
oleh kegiatan aktivitas bekerja yang rendah. Hal ini terjadi akibat adanya proses
degeneratif.
Aktivitas fisik yang cenderung rendah akan meningkatkan frekuensi
denyut jantung sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras setiap kontraksi.
Semakin kuat dan semakin sering otot jantung memompa, semakin besar pula
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
tekanan yang dibebankan pada arteri. Sehingga aktivitas rendah cenderung
menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan kesehatan khususnya penyakit
kardiovaskuler (Sherwood, 2014). Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal
30 menit dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kegiatan
yang perlu dilakukan yaitu seperti berkebun, menyapu halaman, bersepeda, dan
bermain dengan anak. Aktivitas fisik secara teratur direkomendasikan untuk
meningkatkan kebugaran fisik, membantu membangun dan menjaga kesehatan
tulang, otot, dan sendi serta dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan
membantu pengontrolan tekanan darah (Harikedua, 2012). (Kementerian
Kesehatan RI, 2016) menambahkan bahwa salah satu upaya pengendalian faktor
resiko terjadinya hipertensi yaitu dengan rajin beraktivitas fisik. Semua kegiatan
olahraga, gerakan tubuh, pekerjaan, rekreasi serta semua kegiatan sehari-hari
sampai kegiatan pada waktu berlibur atau waktu senggang tersebut merupakan
beberapa cakupan dari aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh semua orang
(Suiraoka: 149, 2012). Dapat disimpulkan bahwa lansia yang beraktivitas fisik
berat cenderung memiliki tekanan darah ringan begitu sebaliknya responden
lansia yang beraktivitas fisik ringan cenderung lebih besar beresiko terkena
hipertensi berat. Jadi aktivitas fisik dapat mempengaruhi hipertensi pada lansia.
KESIMPULAN
Hasil penelitian di masyarakat Kelurahan Rowosari Kota Semarang dengan
responden sebanyak 63 didapatkan, sebagian besar responden dengan aktivitas
sedang sebanyak 38 orang (60,3%), sedangkan 13 orang (20,6%) memiliki
kategori aktivitas fisik ringan, dan yang terendah 12 orang (19,0%). Berdasarkan
kategori hipertensi sebagian besar responden memiliki kategori hipertensi ringan
yaitu sebanyak 34 orang (54,0%), sedangkan 16 orang (25,4%) memiliki kategori
hipertensi sedang, dan yang terendah 13 orang (20,6%) memiliki kategori
hipertensi berat. Hasil ini menunjukkan ada hubungan dan pengaruh yang
signifikan antara aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi (hipertensi) pada lansia
penderita hipertensi di Posbindu Sumber Sehat di Desa Kangkung Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
SARAN
Bagi masyarakat diharapkan masyarakat mampu mengatur antara aktivitas yang
dilakukan dirumah dan aktivitas yang dilakukan di luar rumah khususnya bagi
lansia yang masih bekerja sehingga dapat meminimalisir terjadinya peningkatan
tekanan darah. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dengan adanya penelitian ini
institusi pendidikan dapat menciptakan generasi penerus yang dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam hal penelitian tentang aktivitas fisik
beserta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian hipertensi. Bagi
Responden diharapkan lansia (lanjut usia) tetap berolahraga atau minimal aktif
dalam melakukan aktivitas fisik untuk menjaga vitalitas tubuh sehingga dapat
mengurangi resiko terkena penyakit degenerative, diharapkan lansia perlu
melakukan kegiatan aktivitas fisik maupun berolahraga sesuai dengan
kemampuan, jangan memaksakan, serta diharapkan lansia (lanjut usia) untuk lebih
teratur dalam mengikuti kegiatan posbindu lansia supaya lansia dapat mengetahui
status kesehatan secara umum dan dapat memeriksakan tekanan darahnya secara
rutin dan teratur. Bagi perawat atau teman sejawat diharapkan penelitian ini dapat
memberikan wawasan baru dan informasi tambahan tentang seperti apa gambaran
aktivitas fisik dan pengaruhnya terhadap perubahan tekanan darah pada lansia.
Bagi Peneliti diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman yang
nyata dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah dalam rangka
mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi perawatan sebagai perawat
peneliti yang dapat digunakan dalam penelitiannya. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan dapat meneliti mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat memotivasi
lansia dalam melakukan aktivitas fisik yang perlu dilakukan oleh lansia khususnya
lansia yang menderita hipertensi.guna menurunkan angka kejadian hipertensi,
melakukan penelitian yang sejenis dengan variabel yang berbeda, sampel yang
lebih besar serta lokasi yang berbeda misalnya di daerah pesisir pantai. Sehingga
dapat diketahui apakah ada perbedaan faktor-faktor resiko hipertensi dan faktor-
faktor pengendali hipertensi.
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
-
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Kangkung
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak khususnya lansia penderita hipertensi
yang sudah membantu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ketua
Kader beserta anggota Kader di Posbindu Sumber Sehat yang sudah membantu
ketika proses penelitian berlangsung. Kepada Kepala Desa di Desa Kangkung
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak yang sudah bersedia memberikan izin
dalam penelitian ini serta Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas
Rowosari.
DAFTAR PUSTAKA
Ambardini, R. L. (2008). Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia, 1–10. Retrieved from
https://schoolar.google.co.id/
Anggara, F. H. (2013). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tekanan Darah
Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 5. Retrieved from https://schoolar.google.co.id/.
Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC,
NOC. Jakarta: Trans Info Media.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak. (2015). Statistik Daerah Kabupaten
Demak Tahun 2015. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak.
https://doi.org/1101002.3321
Brunner & Suddart. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.).
Jakarta: EGC.
Darmojo, B. (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Eliopoulos, C. (2010). Gerontological Nursing (7th ed). China: Wolters Kluwer
Health/ Lippincott Williams & Wilkins.
Farizati, K. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.
Depkes RI.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: PT Penerbit Erlangga.
http://repository.unimus.ac.id
https://schoolar.google.co.id/https://schoolar.google.co.id/http://repository.unimus.ac.idhttps://schoolar.google.co.id/.https://doi.org/1101002.3321
-
Harikedua, Vera., Naomi, M. (2012). Aktivitas Fisik dan Pola Makan Dengan
Obesitas Sentral Pada Tokoh Agama Di Kota Manado. Jurnal Gizido, 4
No.1, 289–298. Retrieved from https://schoolar.google.co.id/. Diakses pada
Tanggal 23 Juni 2017 Pukul 22.57 WIB.
Kemenkes RI. (2013). Data Dasar Puskesmas. Journal of Chemical Information
and Modeling (Vol. 53). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1 Desember 2013.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Infodatin Lanjut Usia (lansia). Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Khomarun, Wahyuni, E. S., & Nugroho, M. A. (2014). Pengaruh Aktivitas Fisik
Jalan Pagi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi Stadium I Di Posyandu Lansia Desa Makamhaji. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan, 3.2(Nopember), 41–155. Retrieved from
https://schoolar.google.co.id. Diakses pada Tanggal 02 Juni 2017 Pukul
12.50 WIB.
Manungkalit, & Maria. (2016). Perbedaan Efektifitas Senam Kebugaran Jasmani
(SKJ) 2012 dan Rendam Kaki Air Hangat dalam Menurunkan Tekanan
Darah Lansia dengan Hipertensi Ringan. Jurnal Ners Lentera, 4(2), 114–
123. Retrieved from
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/875. Diakses pada
Tanggal 08 Juni 2017 Pukul 23.30 WIB.
Mubarak. W.H. (2006). Pengantar Keperawatan Komuniitas 2. Jakarta: Sagung
Seto.
Mutiarawati, R. (2009). Hubungan Antara Riwayat Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Usia 45-54 Tahun Study Di wilayah Kelurahan
Tlogosaari Kulon Semarang Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 63.
Retrieved from http.schoolar.google.co.id. Diakses pada Tanggal 17 Juni
2017 Pukul 22.01 WIB.
Notoatmodjo, S. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2014). Situasi Kesehatan Jantung.
(Kementerian Kesehatan RI, Ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Rasdi, N, dkk. (2006). Analisis Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Pada Dewasa
Muda Di Unit Rawat Jalan RSU Labuang Baji Makassar. Kemas. Volume II,
No.1. Januari-Maret 2006.
http://repository.unimus.ac.id
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/875.http://repository.unimus.ac.idhttps://schoolar.google.co.id/.https://doi.org/1https://schoolar.google.co.id.
-
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperaatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.
Soesanto, E. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik
Lansia Hipertensi Dalam Mengendalikan Kesehatannya Di Puskesmas
Mranggen Demak. Jurnal Keperawatan, 3(2), 98–108. Retrieved from
http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses pada Tanggal 23 Juni 2017 Pukul 23.03
WIB.
Stanley, Mickey., P. G. B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.).
Jakarta: EGC.
Suiraoka, IP. (2012). Penyakit Degeneratif, Mencegah, Mengenal, dan
Mengurangi Faktor Resiko Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.
U.S Departement of Health and Human Services. (2008). 2008 Physical Activity
Guidelines for Americans. (U.S Departement of Health and Human Services,
Ed.), U.S Departement of Health and Human Services. washington D.C: U.S
Departement of Health and Human Services. Retrieved from
www.health.gov/paguidelines. Diakses pada Tanggal 02 Agustus 2017 Pukul
12.12 WIB.
WHO. (2016). Global Physical Activity Qustionnaire Analysis Guide. Diunduh
darihttp://www.who.int/ncds/surveillance/steps/resources/GPAQ_Analysis_G
uide.pdf pada tanggal 30 Desember 2017, pukul 21.00 WIB.
http://repository.unimus.ac.id
http://www.who.int/ncds/surveillance/steps/resources/GPAQ_Analysis_Guide.pdfhttp://www.who.int/ncds/surveillance/steps/resources/GPAQ_Analysis_Guide.pdfhttp://jurnal.unimus.ac.id.http://www.who.int/ncds/surveillance/steps/resources/GPAQ_Analysis_Ghttp://repository.unimus.ac.idwww.health.gov/paguidelines.
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ike Fitri Handayani
Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 3 Maret 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jalan Sakura II No.6 Rt 07 Rw 06 Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal
Alamat Email : ifhandayani95@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Mangkukusuman (MKK) 02 Kota Tegal : 1999 – 2006
2. SMP Negeri 08 Kota Tegal : 2006 – 2009
3. MA Negeri 01 Kota Tegal : 2009 – 2012
4. Akademi Keperawatan Pemerintah Kota Tegal : 2013 – 2016
5. Universitas Muhammadiyah Semarang : 2016 – Sekarang
http://repository.unimus.ac.id
mailto:ifhandayani95@gmail.comhttp://repository.unimus.ac.id
top related