musthalah hadits pengantar mushthalah hadits

Post on 06-Apr-2018

214 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    1/6

    Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    PENDAHULUAN

    Pada awalnya Rasulullah saw melarang para sahabat menuliskan hadits, karena

    dikhawatirkan akan bercampur-baur penulisannya dengan Al-Quran.

    Perintah untuk menuliskan hadits yang pertama kali adalah oleh khalifah Umar bin

    Abdul Aziz. Beliau menulis surat kepada gubernurnya di Madinah yaitu Abu bakar

    bin Muhammad bin Amr Hazm Al-Alshari untuk membukukan hadits.

    Ulama yang pertama kali mengumpulkan hadits adalah Ar-Rabi Bin Shabi dan Said

    bin Abi Arabah, akan tetapi pengumpulan hadits tersebut masih acak (tercampur

    antara yang shahih dengan, dhaif, dan perkataan para sahabat.

    Pada kurun ke-2 imam Malik menulis kitab Al-Muwatha di Madinah, di Makkah

    Hadits dikumpulkan oleh Abu Muhammad Abdul Malik Bin Ibnu Juraiz, di Syam oleh

    imam Al-Auza i, di Kuffah oleh Sufyan At-Tsauri, di Bashrah oleh Hammad Bin

    Salamah.

    Pada awal abad ke-3 hijriyah mulai dikarang kitab-kitab musnad, seperti musnadNaim ibnu hammad.

    Pada pertengahan abad ke-3 hijriyah mulai dikarang kitab shahih Bukhari dan

    Muslim.

    PEMBAHASAN

    Ilmu Hadits:

    ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan

    matan, apakah diterima atau ditolak.

    Hadits:

  • 8/2/2019 Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    2/6

    Apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah saw, berupa perkataan, perbuatan,

    persetujuan, dan sifat (lahiriyah dan batiniyah).

    Sanad:

    Mata rantai perawi yang menghubungkannya ke matan.

    Matan:

    Perkataan-perkataan yang dinukil sampai ke akhir sanad.

    PEMBAGIAN HADITS

    Dilihat dari konsekuensi hukumnya:

    Hadits Maqbul (diterima): terdiri dari Hadits shahih dan Hadits Hasan

    Hadits Mardud (ditolak): yaitu Hadits dhaif

    Penjelasan:

    HADITS SHAHIH:

    Yaitu Hadits yang memenuhi 5 syarat berikut ini:

    Sanadnya bersambung (telah mendengar/bertemu antara para perawi).

    Melalui penukilan dari perawi-perawi yang adil.Perawi yang adil adalah perawi

    yang muslim, baligh (dapat memahami perkataan dan menjawab pertanyaan),

    berakal, terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan rusaknya kehormatan (contoh-

    contoh kefasikan dan rusaknya kehormatan adalah seperti melakukan

    kemaksiatan dan bidah, termasuk diantaranya merokok, mencukur jenggot, dan

    bermain musik).

    Tsiqah (yaitu hapalannya kuat).

  • 8/2/2019 Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    3/6

    Tidak ada syadz. Syadz adalah seorang perawi yang tsiqah menyelisihi perawi

    yang lebih tsiqah darinya.

    Tidak ada illat atau kecacatan dalam Hadits

    Hukum Hadits shahih: dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

    HADITS HASAN:

    Yaitu Hadits yang apabila perawi-perawinya yang hanya sampai pada tingkatan

    shaduq (tingkatannya berada di bawah tsiqah).

    Shaduq: tingkat kesalahannya 50: 50 atau di bawah 60% tingkat ke tsiqahannya.

    Shaduq bisa terjadi pada seorang perawi atau keseluruhan perawi pada rantai

    sanad.

    Para ulama dahulu meneliti tingkat ketsiqahan seorang perawi adalah dengan

    memberikan ujian, yaitu disuruh membawakan 100 hadits berikut sanad-

    sanadnya. Jika sang perawi mampu menyebutkan lebih dari 60 hadits (60%)

    dengan benar maka sang perawi dianggap tsiqah.

    Hukum Hadits Hasan: dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

    HADITS HASAN SHAHIH

    Penyebutan istilah Hadits hasan shahih sering disebutkan oleh imam Tirmidzi.

    Hadits hasan shahih dapat dimaknai dengan 2 pengertian:

    Imam Tirmidzi mengatakannya karena Hadits tersebut memiliki 2 rantai

    sanad/lebih. Sebagian sanad hasan dan sebagian lainnya shahih, maka jadilah dia

    Hadits hasan shahih.

    Jika hanya ada 1 sanad, Hadits tersebut hasan menurut sebagian ulama dan

    shahih oleh ulama yang lainnya.

    HADITS MUTTAFAQQUN ALAIHI

  • 8/2/2019 Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    4/6

    Yaitu Hadits yang sepakat dikeluarkan oleh imam Bukhari dan imam Muslim pada

    kitab shahih mereka masing-masing.

    TINGKATAN HADITS SHAHIH

    Hadits muttafaqqun alaihi

    Hadits shahih yang dikeluarkan oleh imam Bukhari saja

    Hadits shahih yang dikeluarkan oleh imam Muslim saja

    Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim, serta tidak dicantumkan

    pada kitab-kitab shahih mereka.

    Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhari

    Hadits yang sesuai dengan syarat Muslim

    Hadits yang tidak sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim

    Syarat Bukhari dan Muslim: perawi-perawi yang dipakai adalah perawi-perawi

    Bukhari dan Muslim dalam shahih mereka.

    HADITS DHAIF

    Hadits yang tidak memenuhi salah satu/lebih syarat Hadits shahih dan Hasan.

    Hukum Hadits dhaif: tidak dapat diamalkan dan tidak boleh meriwayatkan Hadits

    dhaif kecuali dengan menyebutkan kedudukan Hadits tersebut. Hadits dhaif

    berbeda dengan hadits palsu atau hadits maudhu`. Hadits dhaif itu masih punyasanad kepada Rasulullah SAW, namun di beberapa rawi ada dha`f atau

    kelemahan. Kelemahan ini tidak terkait dengan pemalsuan hadits, tetapi lebih

    kepada sifat yang dimiliki seorang rawi dalam masalah dhabit atau al-`adalah.

    Mungkin sudah sering lupa atau ada akhlaqnya yang kurang etis di tengah

    masyarakatnya. Sama sekali tidak ada kaitan dengan upaya memalsukan atau

    mengarang hadits.

    Yang harus dibuang jauh-jauh adalah hadits maudhu`, hadits mungkar atau

    matruk. Dimana hadits itu sama sekali memang tidak punya sanad sama sekali

    kepada Rasulullah saw. Walau yang paling lemah sekalipun. Inilah yang harus

  • 8/2/2019 Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    5/6

    dibuang jauh-jauh. Sedangkan kalau baru dha`if, tentu masih ada jalur sanadnya

    meski tidak kuat. Maka istilah yang digunakan adalah dha`if atau lemah. Meski

    lemah tapi masih ada jalur sanadnya.

    Karena itulah para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits dha`if,

    dimana sebagian membolehkan untuk fadha`ilul a`mal. Dan sebagian lagi

    memang tidak menerimanya. Namun menurut iman An-Nawawi dalam

    mukaddimahnya, bolehnya menggunakan hadits-hadits dhaif dalam fadailul amal

    sudah merupakan kesepakatan para ulama.

    Untuk tahap lanjut tentang ilmu hadits, silakan merujuk pada kitab Mushthalahul

    Hadits

    Buat kita orang-orang yang awam dengan ulumul hadits, tentu untuk mengetahui

    derajat suatu hadits bisa dengan bertanya kepada para ulama ahli hadits. Sebab

    merekalah yang punya kemampuan dan kapasitas dalam melakukan penelusuran

    sanad dan perawi suatu hadits serta menentukan derajatnya.

    Setiap hadits itu harus ada alur sanadnya dari perawi terakhir hingga kepada

    Rasulullah SAW. Para perawi hadits itu menerima hadits secara berjenjang, dari

    perawi di atasnya yang pertama sampai kepada yang perawi yang ke sekian

    hingga kepada Rasulullah SAW.

    Seorang ahli hadits akan melakukan penelusuran jalur periwayatan setiap hadits

    ini satu per satu, termasuk riwayat hidup para perawi itu pada semua level /

    tabaqathnya. Kalau ada cacat pada dirinya, baik dari sisi dhabit (hafalan) maupun

    `adalah-nya (sifat kepribadiannya), maka akan berpengaruh besar kepada nilai

    derajat hadits yang diriwayatkannya.

    Sebuah hadits yang selamat dari semua cacat pada semua jalur perawinya hingga

    ke Rasulullah SAW, dimana semua perawi itu lolos verifikasi dan dinyatakan

    sebagai perawi yang tisqah, maka hadits itu dikatakan sehat, atau istilah

    populernya shahih. Sedikit derajat di bawahnya disebut hadits hasan atau baik.

    Namun bila ada diantara perawinya yang punya cacat atau kelemahan, maka

    hadits yang sampai kepada kita melalui jalurnya akan dikatakan lemah atau

    dha`if.

  • 8/2/2019 Musthalah Hadits Pengantar Mushthalah Hadits

    6/6

    Para ulama mengatakan bila sebuah hadits lemah dari sisi periwayatannya namun

    masih tersambung kepada Rasulullah SAW, masih bisa dijadikan dalil untuk bidang

    fadhailul a`mal, atau keutamaan amal ibadah.

    Sedangkan bila sebuah hadits terputus periwayatannya dan tidak sampai jalurnya

    kepada Rasulullah SAW, maka hadits ini dikatakan putus atau munqathi`. Dan bisa

    saja hadits yang semacam ini memang sama sekali bukan dari Rasulullah SAW,

    sehingga bisa dikatakan hadits palsu atau maudhu`. Jenis hadits yang seperti ini

    sama sekali tidak boleh dijadikan dasar hukum dalam Islam.

    Untuk mengetahui apakah sebuah hadits itu termasuk shahih atau tidak, bisa

    dilihat dalam kitab susunan Imam Al-Bukhari yaitu shahih Bukhari atau Imam

    Muslim yaitu shahih muslim. Untuk hadits-hadits dhaif juga bisa dilihat pada kitab-kitab khusus yang disusun untuk membuat daftar hadits dhaif.

    Di masa sekarang ini, para ulama yang berkonsentrasi di bidang hadits banyak

    yang menuliskannya, seperti karya-karya Syaikh Nashiruddin Al-Albani. Di

    antaranya kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah yang berjumlah 11 jilid.

    (dakwatuna)

top related