mp 01 - peta dan perpetaan -...
Post on 28-Apr-2019
270 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
PENDAHULUAN ........................................................................................ iii
A. Pengertian Peta ....................................................................................... 1
B. Fungsi Peta ............................................................................................. 4
C. Jenis Peta ................................................................................................ 5
D. Komponen Peta ...................................................................................... 6
1. Judul .......................................................................................................... 7
2. Skala .......................................................................................................... 7
3. Simbol ....................................................................................................... 9
4. Legenda ..................................................................................................... 13
5. Orientasi Arah ........................................................................................... 14
6. Grid Koordinat .......................................................................................... 15
7. Pembuat Dan Tahun Pembuatan ............................................................... 16
8. Inset ........................................................................................................... 17
9. Referensi ................................................................................................... 18
E. Proyeksi Peta ............................................................................................ 18
1. Istilah-Istilah Dalam Proyeksi Peta ........................................................... 18
2. Klasifikasi Proyeksi Peta .......................................................................... 19
3. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) ..................................... 24
RANGKUMAN ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26
iii
BIDANG KAJIAN :
Perpetaan, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis
MODUL 1: PETA DAN PERPETAAN
PENDAHULUAN
Peta merupakan sumber informasi sekaligus sebagai data spasial yang
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam modul ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul
berikutnya
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Dalam substansi keilmuan, setiap guru geografi wajib menguasai
pengetahuan geografi yang setara dengan pengetahuan geografi yang dikuasai
oleh Sarjana Geografi.
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Peserta memiliki pengetahuan tentang pengertian peta, fungsi peta, jenis
peta, unsur peta, dan sistem proyeksi.
penting dalam geografi.Pemahaman yang mendalam tentang peta dan perpetaan
sangat diperlukan dalam pemanfaatan dan penerapan peta ini, terutama bagi guru-
guru geografi. Modul ini menjelaskan tentang materi terkait dengan bahasan peta
dan perpetaan yang diuraikan dalam sub-sub bahasan. Modul ini terdiri dari sub
bahasan pengertian peta, fungsi peta, jenis peta, unsur peta, dan sistem proyeksi.
1
URAIAN MATERI :PETA DAN PERPETAAN
A.Pengertian Peta
Pada modul ini akan dijelaskan tentang peta dan perpetaan. Pengetahuan ini
sangat penting bagi mahasiswa Geografi, mengingat bidang ilmu ini sangat erat
dengan masalah peta dan perpetaan.Penjelasan satu fenomena spasial sangat
memerlukan bantuan dari satu atau beberapa peta.Pemecahan masalah spasial
akan menjadi jelas dengan menunjukkannya pada sebuah peta. Pemanfaatan peta
juga telah lama dimanfaatkan oleh peradaban manusia dalam konteks yang lebih
luas.
Pengertian peta telah banyak diuraikan dalam berbagai literatur terutama
dalam kajian ilmu kartografi.Satu contoh definisi tentang peta adalah satu
gambaran muka bumi atau sebagian area muka bumi pada sebuah bidang datar
dua dimensional yang dituangkan menggunakan berbagai simbol dengan satu
sistem proyeksi tertentu.Definisi tersebut mengandung satu pengertian yang
secara tegas membedakan dengan penggambaran lainnya.Mari kita pahami
definisi tentang peta tersebut untuk memperjelas pemahaman kita tentang peta.
Pertama, definisi tersebut secara jelas menyatakan bahwa yang dituangkan
pada bidang datar tersebut adalah muka bumi atau sebagian area muka
bumi.Segala fenomena yang terdapat di muka bumilah yang menjadi fokus
informasi yang dituangkan.Fenomena muka bumi tersebut adalah berupa obyek
alamiah dan obyek buatan.Obyek alamiah seperti sungai, gunung, lembah, laut,
dan lain-lain. Sedangkan obyek buatan adalah seperti jalan, rel kereta api,
jembatan, gedung, saluran air, jaringan listrik, dan lain-lain.Dengan demikian jika
yang digambarkan tersebut bukan muka bumi maka tidak termasuk dalam definisi
tersebut.
Kedua, penggambaran muka bumi dituangkanpada bidang datar dua
dimensi sebagai medianya.Bidang datar dua dimensi tersebut yang paling umum
adalah selembar kertas dengan berbagai ukuran sesuai dengan skala yang
digunakannya.Pada beberapa hal media bidang datar tersebut dapat berupa papan,
2
dinding, dan lain-lain.Batasan ini secara jelas membedakan sebuah peta dengan
globe atau maket.Globe ataupun maket tidak dapat disebut sebagai peta karena
media yang digunakan tersebut bukan media dua dimensional.
Ketiga, penggambaran peta dilakukan menggunakan simbol-simbol.Simbol
pada peta adalah representasi dari obyek senyatanya di muka bumi.Simbol ini
mewakili obyek alamiah sesuai dengan karakteristik dari obyek yang diwakilinya
tersebut.Simbol pada peta terdiri dari simbol titik, garis, dan area.Obyek-obyek
seperti rumah dapat digambarkan menggunakan simbol titik.Obyek jalan
digambarkan dengan simbol garis dengan berbagai ukurannya. Sedangkan satu
wilayah kota dapat digambarkan dengan simbol area atau poligon. Penjelasan
lebih lanjut tentang simbol ini akan diuraikan pada bagian lain dalam modul ini.
Keempat, penggambaran peta menggunakan satu sistem proyeksi
tertentu.Peta adalah representasi suatu lokasi nyata di muka bumi.Setiap obyek
yang tertuang pada peta harus dapat ditentukan koordinat geografis senyatanya di
lapangan.Dengan demikian peta dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mencari
suatu tempat.Terkait dengan hal tersebut, maka sebuah peta harus menggunakan
satu sistem proyeksi yang sebagai dasar penentuan koordinat lokasi pada
peta.Sistem koordinat yang digunakan pada peta mengikuti ketentuan yang
berlaku pada sistem proyeksi tersebut.Beberapa peta seperti peta rupa bumi yang
dikeluarkan oleh BIG mencantukan dua sistem koordinat yang berbeda.Hal ini
memudahkan penggunaan peta tersebut dalam berbagai aplikasi.Penjelasan
tentang sistem proyeksi juga akan diuraikan secara lebih detil pada bagian lain
dalam modul ini.
Peta adalah penyederhanaan dari kenyataan yang ada dilapangan (real
world).Sebagai contoh, jalan yang ada di lapangan memiliki dimensi luas
tertentu.Penggambaran luas jalan dengan tepat pada skala peta tersebut tentu sulit
dilakukan.Namun demikian, informasi keberadaan jalur jalan tersebut harus
digambarkan mengingat pentingnya informasi keberadaan jalan tersebut.Jalan
pada peta tersebut disimbolkan dengan garis berwarna merah.Garis tersebut
digunakan untuk mewakili obyek jalan yang sebenarnya memiliki informasi
luas.Apabila dihitung secara eksak, luas garis tersebut dikalikan dengan skala
tentu tidak akan sesuai.
Berikut adalah contoh dari satu peta yang
administrasi.
Gambar 1. Contoh peta untuk penunjang sebuah penelitian
Gambar 1.merupakan
dalam suatu wilayah penelitian. Peta tersebut
terkait wilayah administrasi
area.Penyederhanaan dilakukan terhadap sim
termuat pada peta tersebut.
pada peta tersebut sebagai
Banyak hal-hal lain yang tentu tidak dapat seluruhnya dituangkan pada
peta.Fenomena lapangan tentu sangat bervariasi baik jumlah maupun
macamnya.Sebuah peta sebaiknya hanya memuat hal
informasi pokok dan sesuai dengan tema peta tersebut.
tertentu harus dilakukan agar peta menjadi lebih informatif. Pemuatan banyak
luas.Apabila dihitung secara eksak, luas garis tersebut dikalikan dengan skala
tidak akan sesuai.
Berikut adalah contoh dari satu peta yang memuat satu tema informasi
Gambar 1. Contoh peta untuk penunjang sebuah penelitian
merupakan satu peta yang menunjukkan batas-batas administrasi
dalam suatu wilayah penelitian. Peta tersebut menggambarkan fakta di muka bumi
terkait wilayah administrasi yang diwujudkan dalam simbol-simbol titik, garis dan
Penyederhanaan dilakukan terhadap simbol-simbol obyek penting yang
termuat pada peta tersebut.Unsur-unsur lain sebagai penunjang peta
pada peta tersebut sebagai acuan dalam membaca peta.
hal lain yang tentu tidak dapat seluruhnya dituangkan pada
peta.Fenomena lapangan tentu sangat bervariasi baik jumlah maupun
macamnya.Sebuah peta sebaiknya hanya memuat hal-hal yang menunjang
informasi pokok dan sesuai dengan tema peta tersebut.Pemilihan informasi
tertentu harus dilakukan agar peta menjadi lebih informatif. Pemuatan banyak
3
luas.Apabila dihitung secara eksak, luas garis tersebut dikalikan dengan skala
memuat satu tema informasi
Gambar 1. Contoh peta untuk penunjang sebuah penelitian
batas administrasi
fakta di muka bumi
simbol titik, garis dan
simbol obyek penting yang
penunjang peta dituangkan
hal lain yang tentu tidak dapat seluruhnya dituangkan pada
peta.Fenomena lapangan tentu sangat bervariasi baik jumlah maupun
hal yang menunjang
Pemilihan informasi
tertentu harus dilakukan agar peta menjadi lebih informatif. Pemuatan banyak
4
informasi yang tidak perlu atau tidak sesuai dengan tema akan membuat peta
menjadi kurang bermanfaat.
Peta pada dasarnya juga sebuah karya seni untuk menyampaikan informasi
spasial dengan berdasar pada aturan-aturan kartografis. Peran estetika pada peta
adalah satu hal sangat perlu diperhatikan dalam proses pembuatannya.
Ketidaktepatan tata letak suatu unsur peta dapat mengurangi faktor keindahan dan
kerapian peta. Keindahan dan kerapian peta akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penyampaian informasi yang dikandung pada peta. Pengabaian
kedua hal tersebut juga memungkinkan munculnya kesalahan interpretasi dan
analisis yang mendasarkan pada peta.
Sejalan dengan perkembangan teknologi terjadi pergeseran pada media dan
fungsi peta. Seperti telah diuraikan di depan, bahwa media pembuatan peta dalam
sistem kartografi tradisional pada umumnya dituangkan secara tercetak pada
selembar kertas (hardcopy). Teknologi digital seperti web, menuangkan informasi
spasial dalam bentuk peta digital.Pembuatan peta digital ini tetap mengikuti
kaidah kartografis yang sama dengan pembuatan pada peta konvensional. Peta ini
ditampilkan pada layar komputer atau media lain seperti gadget. Peta ini memiliki
kemampuan interaktif yang sangat fungsional.Penggunaan peta digital pada saat
ini menjadi sangat luas dan strategis serta merambah pada banyak bidang
kehidupan modern.
B. Fungsi Peta
Peta adalah sumber informasi spasial yang saat ini telah banyak
dimanfaatkan berbagai kepentingan.Peta bukan lagi sesuatu yang asing dalam
kehidupan masyarakat modern.Pemanfaatan peta tidak lagi terbatas pada masalah
akademis, namun telah termanfaatkan dalam keseharian bagi banyak
orang.Meluasnya fungsi dan peran peta dalam kehidupan sangat terpicu oleh
perkembangan teknologi digital dan internet yang semakin mudah diakses oleh
setiap orang (Kraak, 2004).
5
Fungsi awal sebuah peta lebih pada fungsi penampil data dan penyimpan
data.Fungsi penampil data ditunjukkan seperti pada peta referensi.Peta
difungsikan untuk menampilkan informasi secara spasial. Penggunaan peta-peta
ini lebih pada proses pencarian informasi lokasi atau informasi tematik tertentu.
Fungsi penyimpanan data ditujukan untuk mendukung indeks data dan analisis
spasial.
Kraak (2004) menunjukkan bahwa perkembangan teknologi internet dalam
bentuk web telah mendorong pergeseran fungsi tradisional dari peta tersebut.
Fungsi peta digital pada web dapat ditujukan untuk pengindeks informasi spasial,
alat pencarian data, dan visualisasi spasial awal dalam proses pengunduhan
informasi. Kemampuan interaktif pada web memungkinkan peta digital menjadi
sumber informasi yang sangat bermanfaat.Kemanfaatan ini tidak hanya sekedar
penampil informasi namun dalam beberapa hal sekaligus merambah pada fungsi
matematis dan analisis yang kompleks.
Fungsi selanjutnya adalah peta digunakan sebagai sarana navigasi dari
sarana transportasi baik di darat, laut ataupun udara.Hal ini banyak dicontohkan
pada berbagai aplikasi transportasi online ataupun sistem autopiloting pada
pesawat terbang.Kekinian informasi yang terkandung pada peta untuk fungsi-
fungsi ini menjadi satu hal yang sangat penting.
C.Jenis Peta
Jenis peta terkait dengan informasi pokok yang dimuat pada peta
tersebut.Berdasar pada jenisnya peta dapat dibagi menjadi peta umum dan peta
tematik.Peta umum sering disebut sebagai peta dasar dan memuat informasi
umum.Contoh peta jenis ini adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan
atlas.Peta rupa bumi pada beberapa bidang juga disebut sebagai peta
topografi.Selain merepresentasikan obyek pada muka bumi, peta ini juga muat
informasi bentuk dari muka bumi (NRC, 2014).Bentuk muka bumi diwujudkan
sebagai garis-garis kontur dan titik tinggi pada peta topografi ini. Garis kontur
adalah garis imajiner yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
6
ketinggian yang sama. Beda tinggi yang digambarkan oleh dua garis kontur
disebut sebagai interval kontur (countour interval / CI).Garis kontur ini
memungkinkan pengguna peta untuk melakukan pengukuran ketinggian suatu
tempat, kemiringan lereng, dan volume dari sebuah cembungan atau
cekungan.Kemiringan lereng dapat ditentukan dengan menghitung kerapatan garis
konturnya.Bidang miring yang terjal direpresentasikan dengan garis kontur yang
rapat, sebaliknya garis kontur yang jarang merepresentasikan lereng yang
landai.Peta topografi juga memuat informasi lain seperti pada peta referensi
seperti obyek jalan, sungai, nama tempat dan beberapa obyek budaya seperti
jembatan, menara, atau gedung. Obyek tersebut bermanfaat sebagai acuan
geografis dalam pemanfaatan peta tersebut.Keberadaan obyek-obyek tersebut
membantu dalam memahami lokasi suatu tempat pada peta.
Jenis kedua adalah peta tematik.Peta ini memuat informasi khusus yang
mencakup tema-tema tertentu (Gulij, 2010).Satu peta tematik menyajikan satu
tema tertentu.Tema tersebut dituangkan menjadi simbol piktorial grafik ataupun
gradasi warna.Contoh dari peta tematik ini adalah peta kepadatan penduduk, peta
jenis tanah, peta iklim, peta bahasa, dan lain-lain.Informasi tematik dijelaskan
pada legenda peta yang memuat informasi kuantitatif ataupun kualitatif dari
simbol piktorial yang digunakan pada peta tematik tersebut.
Disamping dua jenis peta yang telah disebutkan di muka, ada satu jenis peta
yang bersifat abstrak yaitu peta mental (mental map).Peta ini tidak nyata karena
hanya ada pada ingatan masing-masing individu.Namun demikian peta ini sangat
penting peranannya bagi individu tersebut.Kelengkapan dan akurasi peta sangat
tergantung pada pengalaman tiap orang tentang lokasi tersebut.Peta ini tidak
menjadi pembahasan dalam kaidah kartografis.
D.Komponen Peta
Peta tersusun atas beberapa komponen yang saling berkaitan.Komponen
dalam peta tersebut memiliki fungsi yang penting berkaitan dengan tema pada
peta tersebut.Komponen peta yang penting tentu tidak boleh ditinggalkan dalam
7
proses pembuatan peta. Penyusunan dan pengaturan tata letak komponen peta
dilakukan melalui proses layouting. Komponen yang digunakan dalam pembuatan
sebuah peta terdiri dari judul, skala, simbol, legenda, orientasi arah, grid
koordinat, pembuat dan tahun pembuatan, inset, dan referensi peta. Uraian tentang
komponen peta tersebut akan dijelaskan pada bagian ini.
1. Judul
Judul peta berfungsi sebagai pemberi identitas dari sebuah peta.Judul peta
merupakan unsur yang penting dan tidak boleh ditinggalkan.Isi informasi pokok
yang dimuat pada peta dapat segera diduga oleh pengguna dengan melihat judul
peta tersebut.Judul harus menggambarkan isi informasi dari peta.
Gambar 2.Contoh judul peta
Gambar 2.merupakan contoh dari judul peta. Judul tersebut memberikan
judul dari satu peta kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten
Gunungkidul.Penulisan judul pada peta sebaiknya singkat, padat, dan jelas dengan
kalimat yang benar.Besar-kecilnya huruf disesuaikan dengan ukuran peta secara
keseluruhan.Posisi dari judul ini boleh dimana saja, namun mudah ditemukan.
Penempatan teks judul juga dapat diletakkan di dalam area peta, atau pada tempat
lain yang bukan merupakan area peta.
2. Skala
Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan di muka bumi
senyatanya (USGS, 2002).Skala memiliki fungsi sangat penting.Skala harus ada
pada setiap peta mengingat fungsinya sebagai petunjuk ukuran sebenarnya di
lapangan.Peta merupakan miniatur dan penyederhanaan dari muka bumi, maka
semua obyek di muka bumi disimbolkan dengan ukuran yang lebih kecil dengan
8
perbandingan tertentu.Skala dinyatakan dengan sebuah perbandingan dalam
bentuk skala angka, grafis, dan verbal.
a. Skala Angka
Skala angka memiliki kelebihan yaitu lebih mudah dalam penulisannya,
terutama dalam penyebutannya dalam sebuah narasi atau deskribsi. Namun
demikian jenis skala ini menjadi tidak berguna ketika peta yang telah dicetak
(hardcopy) tersebut diperbesar atau diperkecil, misal melalui proses penyiaman
atau fotokopi. Mengapa demikian ?Tentu hal ini dikarenakan oleh berubahnya
ukuran-ukuran pada peta yang diperbesar atau diperkecil tersebut, sementara
angka skalanya tetap.Bagi pengguna yang belum terlatih dalam memanfaatkan
peta, jenis skala ini juga sulit diterjemahkan.Sementara itu bagi yang telah terlatih
tentu bukanlah satu masalah yang berarti.Contoh bentuk skala angka adalah 1 :
1000, 1 : 25.000, 1 : 50.000, dan seterusnya.Jika pada peta tertulis skala 1 : 1000,
hal ini berarti bahwa ukuran obyek di lapangan adalah 1000 unit dari satuan yang
digunakan pada peta tersebut. Jika satuan yang digunakan adalah sentimeter,
berarti obyek tersebut di lapangan memiliki panjang sebesar 1000 sentimeter.
b. Skala Grafis
Skala grafis yang diwujudkan sebagai bentuk batang berbuku.Skala grafis
ini relatif lebih sulit dibuat pada proses pembuatan manual dibandingkan dengan
menuliskan sebuah skala angka. Namun demikian, apabila proses pembuatan peta
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak, maka hal ini bukan sebuah
permasalahan yang besar. Bentuk skala grafis ini sangat bervariasi jika
pembuatannya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GIS. Prinsip
dasar pada skala grafis ini adalah sama dengan skala angka. Gambar 3.merupakan
contoh dari skala grafis yang dapat digunakan untuk merepresentasikan sebuah
peta dengan ukuran yang sama.
9
Gambar3.Skala grafis
Kedua skala grafis pada Gambar 3.tersebut memiliki nilai perbandingan
yang sama walaupun panjang total atau jumlah bar dari grafis berbeda. Skala
grafis tersebut dapat dibaca satu satuan bar mewakili panjang 2,5 km. Panjang
jarak antar titik pada peta dapat diperbandingkan secara langsung dengan skala
tersebut untuk mengetahui jarak sebenarnya di lapangan. Informasi jarak relatif
lebih mudah untuk diketahui secara visual dibandingkan skala angka ataupun
skala verbal.Skala grafis memiliki keuntungan yaitu akan tetap bermanfaat jika
pada peta tercetak dilakukan perbesaran atau perkecilan secara optis seperti pada
kasus di muka. Perbesaran atau perkecilan akan juga mengubah ukuran skala
grafis tersebut selaras dengan perbesaran atau perkecilan pada petanya. Dengan
demikian skala grafis ini akan tetap memberikan nilai yang benar untuk
perhitungan ukuran obyek pada peta tersebut. Kemudahan lain dari jenis skala
grafis ini adalah kemudahan dalam interpretasi skala tersebut. Panjang suatu titik
ke titik yang lain pada peta dapat perkirakan dengan membandingkan secara
visual pada skala grafis peta. Skala grafis ini selanjutnya juga dapat diaplikasikan
untuk menghitung total panjang dari obyek peta yang berliku. Cara yang mudah
adalah dengan menempelkan sebuah benang pada obyek peta yang berliku
tersebut kemudian membandingkannya dengan skala grafis.
c. Skala Verbal
Jenis skala yang lain adalah skala verbal. Perbandingan nilai skala pada
jenis ini dituliskan dalam bentuk kalimat. Jika sebuah peta memiliki nilai
perbandingan 1 : 1000, maka skala verbal pada peta tersebut akan dituliskan : satu
sentimeter banding seribu sentimeter. Skala verbal ini sering tidak mudah
dipahami dalam pemanfaatannya.Jenis skala ini jarang ditemui dalam peta-peta
kita.
10
Sebuah peta sering menggunakan lebih dari satu jenis skala secara bersama-
sama, seperti skala angka bersama dengan skala grafis.Hal ini ditujukan untuk
memudahkan pemakaian skala tersebut pada peta. Kelebihan dari masing-masing
jenis skala tersebut akan saling menutupi kekurangan jenis skala yang lain.
3. Simbol
Simbol adalah representasi dari obyek nyata yang digambar pada
peta.Simbol pokok pada peta adalah simbol titik, garis, dan poligon atau
area.Simbol peta dapat menggunakan bentuk piktorial yang sesuai dengan bentuk
atau sifat obyek.Pada beberapa peta digunakan simbol abstak yang pada
umumnya dituangkan dalam satu bentuk gradasi warna poligon.Simbol digunakan
untuk merepresentasikan tingkat konsentrasi tertentu yang tersebar pada suatu
lokasi.Contoh dari fenomena ini adalah simbol dari kepadatan penduduk, tingkat
kerentanan, dan lain-lain.
Gambar4.Simbol peta
Penggunaan simbol pada peta harus memperhatikan beberapa hal yaitu skala
peta, sifat alamiah dari obyek yang akan digambarkan, bentuk akhir peta, dan data
yang tersedia. Peran skala dan sifat alamiah obyek dalam pemilihan simbol
dicontohkan sebagai berikut. Sebuah kota kota memiliki dimensi luas yang berarti
seharusnya disimbolkan dengan menggunakan simbol poligon pada skala
menengah hingga besar, namun dalam skala kecil dapat disimbolkan dengan
(Point)(garis)
(poligon)
11
bentuk titik. Bentuk akhir peta menjadi pertimbangan pemilihan simbol.Simbol
pada peta cetak memberikan fungsi informasi visual, sementara pada peta
interaktif simbol dapat digunakan sebagai tautan atau link.
ESRI (1996) menambahkan uraian yang lebih detil dalam pemilihan simbol
ini. Pemilihan simbol didasarkan pada karakteristik simbol yang selanjutnya
disebut sebagai variabel visual.Beberapa variabel visual ini adalah bentuk, ukuran,
orientasi, pola, warna (hue), dan kecerahan (value).Dua variabel terakhir
merupakan properti dari simbol warna.Secara grafis variabel visual tersebut
digambarkan sebagai berikut.
Gambar5.Variabel visual simbol.(Sumber :ESRI, 1996)
Terkait dengan bentuk simbol, variabel visual ini memiliki karakteristik
tertentu.Variabel bentuk dan ukuran dapat digunakan pada simbol titik namun
tidak dapat diaplikasikan pada simbol area atau poligon.Variable pola dapat
digunakan pada simbol area atau poligon, namun tidak dapat diaplikasikan pada
bentuk titik. Variabel visual tersebut juga dikaitkan dengan tipe data yang akan
disimbolkan. Variabel visual simbol tersebut diaplikasikan pada data-data
kualitatif dan kuantitatif.Kesesuaian karakteristik dari variabel visual simbol
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Karakteristik variabel visual simbol
data kualitatif data kuatitatif
Bentuk x
Ukuran x
Pola x
Warna x
Kecerahan x
(Sumber: ESRI, 1996)
Beberapa variabel tidak dapat digunakan pada kedua jenis data.Bentuk dan
pola dapat digunakan untuk merepresentasikan data-data yang bersifat kualitatif
namun tidak dapat digunakan pada data yang bersifat kuantitatif.Ukuran dan
kecerahan dapat digunaka pada data kuantitatif, tetapi tidak dapat digunakan pada
data kualitatif.Gambar 6.merupakancontoh pemakaian simbol dengan
mengaplikasikan variabel visual ukuran simbol.
Gambar6. Ukuran simbol untuk menampilkan informasi jumlah penduduk(Sumber : Budiyanto, 2018)
Pada Gambar 6.tersebut variabel ukuran digunakan untuk menampilkan
informasi jumlah penduduk pada tiap desa. Pemanfaatan variabel visual ini sangat
13
membantu pengguna dalam membaca peta tersebut.Titik dengan ukuran yang
besar menggambarkan wilayah desa dengan jumlah penduduk yang tinggi,
sementara bentuk titik dengan ukuran kecil menggambarkan jumlah penduduk
yang kecil. Selain untuk menampilkan informasi seperti pada contoh tersebut,
variabel visual banyak diaplikasikan untuk banyak kasus yang lain.
Interpretasi terhadap simbol merupakan hal yang penting dalam
pemanfaatan peta-peta khususnya peta tematik.USGS (1993) menetapkan
standarisasi terhadap pembuatan peta topografi.Fitur area peta topografi yang
dikeluarkan oleh USGS menggunakan warna hijau untuk area tutupan vegetasi,
biru untuk tubuh air, dan warna merah untuk area terbangun. Standarisasi lain
dalam pembuatan peta juga telah dilakukan oleh BIG untuk peta-peta referensi
resmi di Indonesia.
4. Legenda
Legenda adalah keterangan yang menjelaskan informasi dari simbol-simbol
dalam peta.Legenda menampilkan informasi kuantitatif ataupun kualitatif dari
simbol peta.Penulisan legenda peta ini harus singkat, padat, dan jelas dan mudah
dipahami.Tidak diperlukan keterangan yang berlebihan untuk memperjelas
simbol-simbol peta tersebut.
Legenda terdiri dari judul legenda, sub judul legenda, simbol legenda, dan
keterangan legenda.Judul legenda biasanya ditulis dengan kata LEGENDA atau
KETERANGAN dengan penempatan pada posisi paling atas.Judul legenda juga
dapat ditulis dengan kata lain yang memiliki kesamaan arti dengan kedua kata
tersebut. Legenda dibagi menjadi sub-sub legenda yang diawali dengan judul sub
judul legenda. Satu sub judul legenda berisi satu tema informasi. Contoh dari sub
judul legenda adalah :Jalan, Drainase, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk,
Tingkat Risiko, dan lain-lain.Gambar 7.merupakan contoh dari sebuah legenda
peta.
14
Gambar7.Lengenda
Gambar 7.menunjukkan satu contoh legenda peta. Judul legenda tersebut
menggunakan kata LEGENDA. Sub judul legenda yang ada yaitu Indeks risiko
pencemaran. Sub judul legenda tersebut memberikan informasi bahwa kelompok
legenda yang ada dibawahnya adalah simbol dari indeks risiko pencemaran.
Simbol peta bagian atas terdiri dari titik, garis, dan kotak.Simbol tersebut adalah
simbol yang digunakan pada peta.
Simbol legenda adalah simbol piktorial, grafis, ataupun gradasi warna sesuai
yang digunakan dalam peta tersebut.Simbol legenda dapat berupa gambar, titik,
garis, kotak atau bentuk poligon lain. Legenda simbol piktorial dan grafis harus
memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan yang ada pada peta. Pada simbol
warna, gradasi warna legenda harus sama dengan tingkat gradasi yang digunakan
pada peta. Kesalahan penggunaan simbol pada legenda akan menimbulkan
kesalahan pembacaan peta.
Keterangan legenda berupa angka atau kalimat yang menjelaskan simbol
legenda.Keterangan legenda dapat berupa satu kata, frasa, atau
klasifikasi.Pemilihan kata, frasa, atau klasifikasi tersebut harus sesingkat mungkin
namun dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya.Kemungkinan
interpretasi ganda terhadap keterangan legenda ini harus sejauh mungkin
dihindarkan.
5. Orientasi Arah
Orientasi arah peta adalah simbol piktorial yang digunakan sebagai acuan
arah pada peta.Orientasi arah peta pada umumnya menggunakan posisi atas
15
sebagai arah utara.Namun demikian dalam kasus tertentu, arah utara dapat
memiliki kemiringan tertentu (oblique).Unsur ini adalah unsur yang penting dan
harus ada pada peta apapun. Pada peta-peta referensi ketepatan orientasi arah
sangat diperlukan, terutama ketika peta tersebut digunakan sebagai pemandu
pencarian lokasi pada medan berat. Kegiatan survey di tengah hutan, penentuan
jalur kapal, atau penentuan arah tembak senjata militer sangat memerlukan
informasi orientasi arah peta dengan tepat.Gambar 8.merupakanbeberapa contoh
dari bentuk orientasi arah.
Gambar8.Bentuk orientasi arah peta
Gambar 8.merupakan adalah contoh dari bentuk orientasi arah peta yang
dapat digunakan dalam pembuatan peta. Simbol piktorial yang digunakan dapat
berupa sebuah ujung anak panah atau simbol kompas yang menunjukkan arah
mata angin secara lengkap.Pada pembuatan peta dengan memanfaatkan perangkat
lunak GIS dapat memberikan kemudahan dalam pembuatan orientasi arah peta
ini.Beberapa simbol orientasi arah peta telah terdapat pada lingkungan perangkat
lunak terebut.
6. Grid Koordinat
Grid koordinat peta digunakan sebagai acuan penentuan lokasi peta.Grid
peta berupa garis imajiner yang melintang atas-bawah dan kiri - kanan pada
peta.Koordinat grid terdapat di sepanjang tepi peta.Satuan dari koordinat grid
ditentukan oleh sistem koordinat yang digunakan pada peta tersebut.Grid
koordinat dapat menggunakan koordinat geografis atau koordinat UTM. Kedua
grid koordinat tersebut dapat digunakan sendiri-sendiri ataupun bersamaan untuk
saling melengkapi, terutama jika pembuatannya dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak GIS.
U
16
Koordinat geografis diwujudkan dalam bentuk lintang dan bujur.Grid
koordinat ini menggunakan satuan derajad, menit dan detik.Pada peta skala besar,
garis imajiner grid terlihat sebagai satu garis lurus, sementara pada peta skala
kecil garis imajiner grid berupa garis yang sedikit melengkung.Lokasi sebuah titik
ditunjukkan dengan koordinat Lintang, Bujur.Contoh dari koordinat sebuah lokasi
tersebut adalah -7o 30' 25" LS, 110o 25' 30" BT. Lokasi area ditunjukkan dengan
koordinat Lintang - Lintang, Bujur - Bujur. Contoh dari koordinat lokasi yang
berujud area adalah -7o 10' 00" LS - -7o 30' 00" LS, 110o 10' 30" BT - 110o 50'
30" BT. Perhitungan jarak antar dua titik pada peta dengan grid koordinat ini
dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau dengan mengkonversi selisih
nilai derajad, menit, detik hasil perhitungan. Menurut Prihandito (1988) panjang
bujur satu derajad di katulistiwa adalah sejauh 111,322 km.
Gambar9.Grid peta menggunakan sistem koordinat UTM
Grid koordinat UTM diwujudkan dalam bentuk meter timur dan meter utara
(easting dan northing).Satuan yang digunakan dalam grid ini adalah meter.
Contoh lokasi titik pada grid dengan sistem koordinat ini adalah 465000 mT,
9110506 mU. Penjelasan lebih detil terkait sistem koordinat ini akan diuraikan
pada bagian lain pada modul ini.
7.Pembuat dan Tahun Pembuatan
Pembuat dan tahun pembuatan merupakan petunjuk siapa yang
mengeluarkan atau membuat peta tersebut, serta kapan peta tersebut
dibuat.Informasi ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakan peta
17
tersebut memiliki kesahihan untuk digunakan atau tidak. Peta-peta resmi yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten akan memiliki kesahihan yang tinggi
sebagai peta referensi dibandingkan dengan peta yang dibuat oleh pihak lain yang
tidak berkompeten. Peta rupa bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh BIG adalah
contoh peta yang memiliki kesahihan tinggi, karena diproduksi oleh lembaga yang
berkompeten dalam bidang ini.
Tahun pembuatan memberikan informasi tentang kekinian isi dari peta
tersebut. Peta dengan tahun pembuatan yang lama akan diragukan kebenaran
isinya, jika peta tersebut memuat tema-tema yang bersifat dinamis seperti jumlah
atau kepadatan penduduk. Tahun pembuatan tidak terlalu bermasalah jika peta
tersebut memuat tema yang bersifat statis.Contoh dari hal ini adalah peta-peta
geologi, geomorfologi, jenis tanah, dan lain-lain.Secara faktual fenomena alamiah
tersebut tidak mengalami perubahan dalam waktu yang cepat.
8. Inset
Inset digunakan sebagai referensi lokasi geografis peta dalam skala yang
lebih kecil. Keberadaan inset peta ini memudahkan pemahaman tentang lokasi
peta dibandingkan dengan lokasi lain di sekitarnya. Inset sangat bermanfaat bagi
pengguna peta yang tidak familiar dengan lokasi peta tersebut.
Gambar 10. Inset peta sebagai referensi posisi geografis
18
Kotak pada Gambar 10.atas adalah peta inset dari peta yang bawah. Inset
tersebut menunjukkan bahwa posisi geografis dari peta tersebut berada di bagian
utara barat dari Propinsi Jawa Timur. Peta inset memiliki skala yang lebih kecil
sehingga mencakup area yang lebih luas dari peta utama.
D.9. Referensi
Referensi peta sering juga disebut sebagai sumber peta.Referensi peta ini
berfungsi untuk menunjukkan sumber data yang digunakan untuk pembuatan peta
tersebut.Referensi peta dapat berupa peta dasar, data citra satelit, ataupun hasil
pengolahan data statistik.
E.Proyeksi Peta
1. Istilah-Istilah dalam Proyeksi Peta
Pendalaman terkait sistem proyeksi ini terdapat beberapa hal penting yang
perlu diingat.Sebelum masuk pada uraian sistem proyeksi perlu kembali
diingatkan secara sekilas tentang istilah-istilah penting yang digunakan dalam
sistem proyeksi. Uraian berikut akan mengingatkan tentang makna dari beberapa
istilah yang banyak digunakan dalam sistem proyeksi ini.
a. Meridian dan Paralel
Meridian adalah garis yang menghubungkan kutub utara dengan kutub
selatan.Paralel adalah garis yang sejajar dengan ekuator.Garis tersebut berupa
suatu lingkaran dengan jumlah tak hingga. Diameter lingkaran terbesar adalah
ekuator dan akan semakin mengecil ke arah kutub utara dan kutub selatan.
Meridian Paralel
Gambar 11. Meridian dan Paralel
19
b. Garis Geodesik dan Orthodrome
Garis geodesik adalah kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada
permukaan elipsoid.Garis geodesik secara faktual adalah sebuah garis lurus pada
permukaan bumi.Proyeksi dari garis geodesik ini disebut juga sebagai garis
orhtodrome. Pada sistem proyeksi mercator, garis orthodrome tergambar sebagai
garis lengkung.Jika dalam satu navigasi ingin mendapatkan jarak terpendek maka
seharusnya mengikuti arah garis geodesik atau garis orthodrome ini. Jika dalam
satu penerbangan yang diikuti adalah garis Loxodrome maka senyatanya akan
selalu mengubah arah pesawat, karena sebenarnya garis ini di muka bumi
bukanlah sebuah garis lurus.
c. Garis Loxodrome
Garis loxodrome disebut juga dengan garis rumbline.Garis ini adalah garis
yang memotong meridian dengan sudut azimut α tetap. Dengan kalimat lain, garis
ini memiliki sudut α yang selalu tetap pada setiap memotong meridian. Karena
memiliki sudut α yang selalu tetap maka garis loxodrome ini memiliki peran yang
penting dalam navigasi seperti penentuan arah kapal.Pada sistem proyeksi
mercator, garis loxodrome tergambar sebagai garis lurus.
2. Klasifikasi Proyeksi Peta
Uraian dimuka menjelaskan bahwa peta tertuang pada bidang datar,
sementara itu muka bumi merupakan permukaan bidang lengkung.Penggambaran
obyek pada bidang lengkung pada sebuah bidang datar disebut dengan
proyeksi.Prihandito (1988) menjelaskan bahwa proyeksi peta adalah suatu sistem
yang memberikan hubungan antara posisi titik di muka bumi dengan di
peta.Proyeksi diperlukan pada area yang memiliki luas lebih dari 30 x 30 km.
Kelengkungan muka bumi dinilai berpengaruh terhadap akurasi peta pada area
diatas luas tersebut.
Penggambaran bidang lengkung pada bidang datar sering menimbulkan
beberapa kesalahan seperti luas, bentuk, arah dan jarak.Sebuah peta yang ideal
adalah jika tidak terjadi kesalahan pada keempat hal tersebut.Namun demikian
20
sulit ditemukan peta dengan ketepatan yang tinggi pada keempat variabel tersebut,
terutama pada peta skala menengah dan kecil.Peta yang relatif ideal dapat dibuat
pada peta-peta skala besar dan kadastral, dimana kelengkungan bumi tidak
signifikan berpengaruh.Pada peta skala kecil, upaya mengurangi distorsi tersebut
dilakukan dengan cara area yang dipetakan menjadi bagian yang tidak luas.
Proyeksi peta menggambarkan permukaan bumi pada satu sistem koordinat
bidang datar.Sistem koordinat ini selanjutnya digunakan sebagai dasar
perhitungan jarak dan arah.Terdapat beberapa macam proyeksi peta yang
diklasifikasikan berdasar bidang proyeksi, titik persinggungan, dan posisi.
Berdasar pada bidang proyeksinya, dikenal adanya proyeksi azimutal,
proyeksi kerucut dan silinder.Proyeksi azimutal mengunakan satu bidang data
sebagai bidang proyeksinya.Proyeksi kerucut menggunakan bidang kerucut,
sedangkan proyeksi silinder menggunakan bidang silinder sebagai bidang
proyeksinya.Bidang kerucut dan bidang silinder tersebut selanjutnya didatarkan
setelah mendapatkan proyeksi muka bumi.
Gambar 12. Proyeksi berdasar bidang proyeksinya
Gambar 12.paling kiri merupakan proyeksi dengan sistem azimutal, dimana
bidang proyeksinya adalah sebuah bidang datar. Gambar
12.tengahmerupakanproyeksi silinder, dimana bidang proyeksinya adalah silinder,
sedang Gambar 12.paling kanan merupakan proyeksi kerucut.
Titik persinggungan bidang proyeksi menghasilkan proyeksi tipe
tangentdan secant.Proyeksi dengan tipe tangent memiliki satu titik persinggunan
21
antara permukaan bumi dengan bidang proyeksi.Proyeksi secant memiliki dua
titik persinggungan pada bidang proyeksi.Proyeksi secant ini seakan-akan
memotong bola bumi pada satu bagian.
Proyeksi tangent menghasilkan satu titik singgung yaitu pada bidang
melingkar.Titik singgung berada pada equator untuk proyeksi silinder dan pada
garis satu garis paralel pada proyeksi silinder.Proyeksi secant menghasilkan dua
titik singgung.Terdapat dua garis melingkar yang merupakan titik singgung antara
muka bumi dengan bidang proyeksi.Lokasi pada garis singgung ini memiliki
kesalahan atau distorsi yang paling kecil. Distorsi akan semakin besar dengan
semakin menjauhnya dari garis singgung. Garis singgung pada proyeksi normal
disebut sebagai paralel standard. Oleh karena itu, pada proyeksi bertipe tangent
akan terdapat satu paralel standard, sedangkan pada proyeksi bertipe secant akan
terdapat dua paralel standard.
Gambar 13. Proyeksi berdasar titik singgungnya
titik singgung
titik singgung
titik singgung
22
Gambar 13 menunjukkan posisi titik singgung dari proyeksi tipe tangent dan
secant.Gambar 13.atas merupakan proyeksi tipe tangent, sedangkan Gambar 13.
bawah merupakan proyeksi tipe secant.
Berdasar posisi bidang proyeksinya diketahui proyeksi normal, miring
(oblique), dan transversal.Proyeksi normal adalah bidang proyeksi yang sejajar
dengan sumbu bumi.Bidang proyeksi pada jenis ini secara visual nampak berdiri
tegak.Gambar 12 dan 13 adalah contoh dari proyeksi normal.Proyeksi miring jika
bidang proyeksi memiliki sudut tertentu terhadap sumbu bumi.Proyeksi
transversal jika bidang proyeksi adalah tegak lurus dengan sumbu bumi.
Gambar berikut akan menjelaskan tentang proyeksi normal, miring, dan
transversal.
Proyeksi normal
Proyeksi miring
23
Proyeksi transversal
Gambar 14. Proyeksi berdasar posisinya
Kondisi-kondisi di atas menentukan sifat dari sistem proyeksi.Satu sistem
proyeksi dapat merupakan kombinasi dari tiga kondisi di atas.Sebagai contoh
adalah jika proyeksi yang digunakan pada peta memiliki cirisilinder, transversal,
dan secant.Hal tersebut berarti bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder,
dengan posisi transversal (datar tegak lurus dengan sumbu bumi), dan memiliki
dua titik singgung.Contoh dari kondisi ini adalah sistem proyeksi Universal
Transverse Mercator (UTM).
Proses proyeksi tidak pernah menghasilkan akurasi pada empat hal yang
telah disebutkan dimuka (luas, bentuk, arah dan jarak). Setiap sistem proyeksi
selalu menghasilkan distorsi paling tidak pada salah satu variabel
tersebut.Berdasar kondisi ini dikenal beberapa tipe proyeksi yang bertujuan untuk
mempertahankan ketepatan paling tidak satu dari empat variabel tersebut.Ditinjau
dari sifat asli yang dipertahankan dikenal proyeksi ekuivalen, konform, dan
ekuidistan.
Proyeksi ekuivalen adalah proyeksi yang mempertahankan ketepatan luas.
Luas pada peta adalah sama dengan luas sebenarnya di muka bumi setelah
dilakukan pengalian dengan skala peta. Proyeksi konform adalah proyeksi yang
mempertahankan ketepatan sudut-sudut.Sedangkan proyeksi ekuidistant adalah
proyeksi yang mempertahankan ketepatan jarak.
Berdasar proses generasinya, dikenal sistem proyeksi geometris, matematis
dan semi geometris. Sistem proyeksi geometris membentuk peta dengan cara
24
proyeksi baik perpsektif atau sentral. Sistem proyeksi matematis tidak membentuk
peta dengan cara proyeksi, namun sepenuhnya melalui perhitungan matematis.
Sistem proyeksi semi geometris adalah campuran dari sistem proyeksi geometris
dan matematis. Pada sistem ini, sebagian peta dihasilkan melalui proyeksi dan
sebagian lain melalui perhitungan matematis.
Sistem proyeksi berdasar sifat eksternal terdapat tiga klasifikasi yaitu
berdasar bidang proyeksi, titik singgung, dan posisinya.Berdasar sifat internalnya
terdapat dua klasifikasi yaitu berdasar sifat asli yang dipertahankan dan
generasinya.
3. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi Universitas Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem
proyeksi yang sering dimanfaatkan terutama untuk pemetaan di Indonesia sebagai
daerah diwilayah ekuator.Proyeksi ini memiliki kemudahan-kemudahan dalam
aplikasinya.Satuan metrik yang digunakan dalam sistem proyeksi ini
memudahkan perhitungan-perhitungan jarak dan luas.Sistem proyeksi ini juga
banyak digunakan dalam navigasi karena memiliki ketepatan sudut antar
titik.Perhitungan jarak terdekat pada sistem proyeksi ini menggunakan garis
loxodrome.
Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) memiliki sifat silinder,
konform, secant, dan transversal.Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang
silinder.Sifat konform berarti proyeksi ini mempertahankan ketepatan pengukuran
sudut.Secant berarti memiliki dua titik singgung antara muka bumi dengan bidang
proyeksi.Sifat secant ini ditujukan untuk mereduksi kesalahan sekecil mungkin
dalam pemetaan muka bumi.Transversal berarti posisi bidang proyeksi tegak lurus
dengan sumbu bumi, atau bidang proyeksinya mendatar.Bidang proyeksi
transversal berarti memiliki titik singgung di sepanjang meridian.Pada meridian
tengah tidak terjadi distorsi.Distrosi membesar dengan semakin jauhnya jarak dari
meridian tengah tersebut, maka untuk mengurangi distorsi ini, muka bumi dibagi
menjadi bagian-bagian yang lebih sempit yang disebut zone.
25
Permukaan bumi pada sistem proyeksi ini dibagi menjadi 60 zone dengan
lebar tiap zone adalah sebesar 6o.Zona 1 dimulai dari bujur 180oBB hingga
174oBB, dan berlanjut ke arah timur sebagai zona 2 dan seterusnya hingga
mencapai zona 60.Tiap zone memiliki meridian tengah sendiri-sendiri.Sistem
koordinat pada proyeksi UTM menggunakan satuan metrik atau meter.Pada setiap
meridian tengah dalam proyeksi UTM diberi nilai 500.000 mT.Terkait dengan hal
ini, wilayah negara Indonesia masuk pada zona 46 hingga 54.Batas tepi paralel
adalah pada lintang 84o LU dan 80o LS. Wilayah di atas lintang tersebut harus
dipetakan dengan menggunakan sistem proyeksi yang lain. Setiap jalur memiliki
lebar seluas 8o. Jalur dimulai dari 80oLS - 72oLS dan di beri nama dengan huruf
C. Jalur berakhir pada huruf X (dengan tidak menggunakan huruf I dan O)pada
72oLU - 84oLU.
RANGKUMAN
Peta merupakan satu gambaran muka bumi atau sebagian area muka bumi
pada sebuah bidang datar dua dimensional yang dituangkan menggunakan
berbagai simbol dengan satu sistem proyeksi tertentu.Peta merupakan
penyederhanaan dari fenomena muka bumi yang dituangkan sebagai informasi
spasial.Peta berfungsi sebagai penampil data dan penyimpan data. Perkembangan
teknologi mendorong perkembangan fungsi peta yaitu sebagai alat pengindeks
informasi spasial, alat pencari data, dan visualisasi awal proses pengunduhan data
hingga alat navigasi. Jenis peta yang pokok adalah peta referensi dan peta
tematik.Jenis lainnya adalah peta mental yang juga memiliki peran penting bagi
tiap individu. Peta memiliki unsur-unsur yaitu judul, skala, simbol, legenda,
orientasi arah, grid koordinat, pembuat dan tahun pembuatan, inset dan referensi.
Mengingat peta adalah penggambaran bidang lengkung pada bidang datar, maka
harus menggunakan satu jenis proyeksi.Terdapat beberapa klasifikasi sistem
proyeksi, yaitu berdasar bidang proyeksinya, titik singgung, posisi, sifat asli yang
dipertahankan dan generasinya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, E., 2018. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untukPenilaian Kerentanan dan Risiko Pencemaran Air Tanah Karst Gunungsewudi Kabupaten Gunungkidul. Disertasi. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
Prihandito, A., 1988. Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Kraak, M.J., 2004. The role of the map in a web-GIS environment. J. GeographySyst. Vol. 6. Hal.83-93.
Gulij, B.M., 2010. Map compiling, map reading, and cartographic design in "pragmatic pyramid of thematic mapping". Quaestiones Geographicae. Vol.29.Hal 1.
ESRI, 1996.Introduction to map design.Environmental System Research InstituteInc. New York
NRC, 2014. Topographic maps : the basics. Minister of Natural ResourcesCanada.
USGS, 2002. Map Scales. Fact sheet 015-02. United States Department of Interior- United States Geological Survey.
USGS, 1993.Topographic map symbol. United States Department of Interior -United States Geological Survey
top related