mi/wendy mehari sabtu, 26 februari 2011 | … · ini tidak zamannya lagi untuk melakukan boikot...

Post on 30-Aug-2018

216 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

SETELAH Sekretaris Kabinet Dipo Alam enggan untuk me-minta maaf atas pernyataannya yang akan memboikot iklan dan melarang wawancara staf khu-sus kepresidenan dengan media massa yang kritis terhadap pemerintah, Media Indonesia dan Metro TV akan mengadukan Dipo Alam ke kepolisian. Pasal-nya, somasi yang dilayang kan telah melewati tenggat 3x24 jam.

“Laporan sudah kami selesai-kan. Kami akan menggugat dua hal. Gugatan pidana dan per-

data. Rencananya besok (hari ini) kami akan mengadukan ke Mabes Polri,” ujar OC Kaligis, kuasa hukum kedua media ter-sebut, di Jakarta, kemarin.

Sebelumnya, Dipo dalam dua kali kesempatan di DPR dan Dewan Pers menyatakan siap melayani somasi karena apa yang dilakukannya sebagai bagian dari hak koreksi.

Sementara itu, penolakan ter-hadap langkah Dipo Alam kian meluas, termasuk dari Menteri Kehutanan Zulkifl i Hasan. “Ti-dak perlu itu (pemboikotan),”

katanya di Medan, Sumatra Utara, kemarin.

Menurut Zulkifl i Hasan, saat

ini tidak zamannya lagi untuk melakukan boikot terhadap media massa. “Ini zaman ke-bebasan pers,” ujarnya. Hanya saja, ia juga berharap pers fair dalam membuat pemberitaan.

Ketua Umum AJI Nezar Pa-tria menegaskan tindakan Dipo tidak patut, terlebih larangan wa wancara. “Pemerintah wajib memberikan informasi yang dibutuhkan publik,” ujarnya.

Dipo juga seharusnya menge-tahui antara iklan dan sikap kri-tis media massa dua hal terpi-sah. “Jangan dicampuradukkan.

Kalau itu dilakukan Dipo, akan menimbulkan kesimpulan di masyarakat bahwa media yang mendapat iklan dari pemerintah dianggap tidak kritis.”

Insan pers di Ponorogo, Jom-bang, Jatim, dan Pare-Pare, Sul-sel, juga turun ke jalan menge-cam Dipo Alam.

Saat dihubungi, Dipo mem-bantah tudingan langkahnya diinstruksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Tidak benar.” (Wta/Nav/Ant/X-6)

Berita terkait hlm 2

BUNGA PERTIWI ADEK PUTRI

KOMITE Banding Pe-milihan Komite Ekse-kutif PSSI 2011-2015 tak mampu mem buat

keputusan tegas dan terkesan linglung. Perseteruan menuju kursi Ketua Umum PSSI pun berlarut-larut.

Dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin, Ketua Komite Ban ding Tjipta Lesmana tidak hanya meng umumkan mementahkan banding yang diajukan bakal calon Ketua Umum/Wakil Ke-tua Umum PSSI, Jenderal TNI George Toisutta dan Arifi n Pa-ni goro, tapi juga menolak kepu-tusan Komite Pemilihan.

Sebelumnya, Komite Pemilih-an menggugurkan George dan Arifi n serta meloloskan Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie seba-gai kandidat ketua umum.

Menurut Tjipta, keputusan ter-sebut didasarkan pada sejum lah pijakan seperti Statuta dan Stan-dard Electoral Code FIFA serta Statuta PSSI, termasuk kondisi di lapangan yang kian memanas. Ia menyebut pula sikap Men-po ra Andi Mallarangeng ikut me menga ruhi sikap Komite Ban ding. An di pernah mende-sak Komite Banding mengoreksi keputusan Komite Pemilihan.

“Banyak tekanan dan ancam-an. Kami memperhatikan ada cam pur tangan pemerintah, da-lam hal ini Menpora dan KONI/KOI. Sekarang kami serahkan kepada PSSI, atau bila peme-rintah ingin intervensi, ini saat yang tepat,” cetus Tjipta.

Hal senada diungkapkan Wa kil Ketua Komite Banding, Ga yus Lumbuun. Menurut po-li tikus PDIP itu, pemerintah pu-nya ruang menginterven si PSSI. “Silakan gunakan itu.”

Dengan keputusan Komite Banding, proses pemilihan Ke-tua Umum PSSI bisa jadi ha rus kembali dari nol. Namun ketika ditanya wartawan soal itu, Ga-

yus tidak bisa tegas menjawab. Kongres yang sedianya dige-

lar di Bali, 26 Maret, pun teran-cam molor. Konfl ik ho rizontal antara pendukung per ubahan dan pro-status quo di PSSI yang sudah menjurus ke bentrok fi sik bakal berkepanjangan pula.

Belum bersikapPengamat olahraga Fritz E

Si mandjuntak menilai Komite Banding tidak berbuat apa-apa. ‘’Lha kok dikaitkan dengan te-kanan, intimidasi, sampai cam-pur tangan pemerintah. Kalau memang tidak tunduk pada te-kanan, buat dong keputusan.’’

Menurut Fritz, kini yang per-lu dilakukan adalah menekan pe milik suara yang akan ber-kong res. ‘’Kasus ini mirip Mei 1998 ketika rakyat meminta Pak Harto turun, tapi Ketua MPR Har moko berkeras. Masyarakat tidak lagi menghendaki Nurdin, ya harus didengar,’’ tegasnya.

PSSI sendiri belum bersikap. Anggota Komite Eksekutif PSSI Muhammad Zein mengatakan banyak kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk pemunduran kongres. ‘’Karena kami ha rus menyebar surat suara ke pemi-lik suara satu bulan sebelum kongres,” ungkapnya.

Begitu pula dengan Menpora. “Saya perlu melihat dan mem-pe lajari secara utuh dulu.”

Pengacara Arifi n dan George, Timbul Thomas Lubis, menyam-but baik keputusan Ko mite Ban-ding yang menolak keputusan Komite Pemilihan soal Nurdin dan Nirwan. ‘‘Itu sesuai dengan memori banding kita.’’ (Eko/Rin/Jaz/FD/R-1)

bunga@mediaindonesia.comBerita terkait hlm 18-19

MASA kejayaan Presiden Moa-mar Khadafi yang telah berkua-sa di Libia selama 42 tahun mung kin tinggal hitungan hari. Ada yang menduga Khadafi ba kal mengakhiri hidupnya sen diri ketimbang mundur dari jabatannya seperti tuntutan massa antipemerintah.

“Khadafi sebentar lagi tum-bang. Sama seperti Hitler di akhir Perang Dunia II, dia lebih memilih bunuh diri daripada mundur atau kabur,” kata man-tan Menteri Kehakiman Libia Mustafa Mohamed Abub Al Jeleil dalam wawancara dengan surat kabar Swedia, Expressen, di Libia, kemarin.

Tekad serupa disampaikan seorang putra Khadafi , Seif al-Islam. Kepada jaringan televisi CNNTurk, Seif bersumpah kelu-

arganya tidak akan pernah me-ninggalkan Libia walau nyawa taruhannya. “Berbeda dengan Tunisia dan Mesir, unjuk rasa di Libia dilakukan para teroris.”

Di sisi lain, kelompok penen-tang Khadafi kemarin kembali meminta rakyat turun ke jalan. Serua itu dibalas pemerintah dengan mengetatkan penjagaan di Kota Tripoli dan menahan sejumlah aktivis.

Penentang Khadafi kini me-nguasai hampir seluruh bagian timur Libia, mulai dari perba-tasan Mesir sampai ke Pelabuh-an Breqa. Adapun kekuasaan Khadafi diperkirakan tinggal di ibu kota dan wilayah sekitarnya, kawasan gurun pasir di selatan, serta beberapa daerah tengah yang jarang penduduknya.

Terkait dengan kerusuhan

di Libia, Komisaris Tinggi PBB untuk Masalah HAM, Navi Pil-lay, kemarin mendesak Dewan HAM PBB menggunakan segala cara demi membentuk panel penyelidik independen untuk meng ungkap dugaan pelanggar-an HAM oleh pasukan Libia.

Sementara itu, pemerintah Indonesia akan mengevakuasi WNI dari Libia ke Tunisia me-nyusul memburuknya situasi. Evakuasi gelombang pertama terhadap sekitar 200 WNI akan menggunakan pesawat Tunis Air, Jumat (25/2) malam waktu setempat.

Selanjutnya rombongan akan dipulangkan ke Tanah Air pada Senin (28/2). Tunisia dipilih ka-rena jaraknya yang relatif dekat dan dinilai aman. (Mps/Mad/MG/AP/Reuters/I-1)

REZIM berganti, tetapi kemiskinan tetap komoditas seksi di Republik ini. Ia salah satu alat ukur keberha-silan perekonomian sehingga lama-lama ada kecen-derungan pemerintah sebenarnya hanya hirau pada angka-angka statistik kemiskinan.

Bagaimana menurunkan angka kemiskinan di atas kertas sehingga cantik lebih menjadi kepeduli-an pemerintah ketimbang bagaimana menurunkan kemiskinan itu di alam nyata.

Lihat saja enam program baru prorakyat yang di keluarkan pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan. Salah satu program itu berangan-angan memberikan rumah seharga Rp5 juta-Rp10 juta bagi orang miskin.

Program tersebut terdengar ‘wah’. Ia memuncul-kan kesan ada empati besar pemerintah terhadap me-reka yang tidur beratap langit atau yang bertetangga dengan sampah buangan. Namun di alam nyata, bisakah membangun rumah dengan uang segitu? Pertanyaan lain tidakkah sub stansi program itu sama saja dengan bantuan langsung tunai?

Program memberikan bantuan langsung ha nya menjadikan orang mis-kin sebagai ob jek pe-nerima bantu an, tetapi tumpul me numpas kemiskinan. Buk tinya pemerintah mengklaim angka ke miskinan terus turun men jadi 31,02 juta orang pada tahun lalu, tetapi jumlah penerima beras bagi rakyat miskin ternyata masih 60 juta orang atau sekitar 25% jumlah penduduk.

K e t i d a k s e s u a i a n ang ka kemiskinan itu-lah antara lain disebut tokoh lintas agama se-bagai kebohongan pemerintah.

Pemerintah berkukuh angka 60 juta muncul karena mereka juga menghitung masyarakat hampir miskin, sebanyak 29,38 juta jiwa, sebagai penerima beras un-tuk orang miskin. Tidak jelas betul pembeda antara si miskin dan si hampir miskin itu. Yang pasti, mereka sama-sama penerima beras bagi rakyat miskin.

Demikian pula kalau melihat anggaran untuk pe-nanggulangan kemiskinan. Jika pemerintah meng-klaim jumlah orang miskin turun, mengapa alo kasi anggarannya justru naik? Pada 2010 anggar an untuk program-program penanggulangan kemiskinan Rp80,1 triliun, dan pada 2011 naik 7% menjadi Rp86,1 triliun.

Masih banyaknya penerima beras bagi rakyat mis kin, yakni hampir 25% jumlah penduduk, dan meningkatnya anggaran penanggulangan kemiskin-an sebesar 7%--lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi--menunjukkan ada yang salah dalam para-digma kebijakan pengentasan rakyat miskin.

Memberikan bantuan saja tidak akan pernah mampu mengatasi kemiskinan. Itu justru mencipta-kan ketergantungan. Itulah kesalahan kuno yang di-lakukan pemerintahan modern. Bukankah memberi kail, bukan ikan, merupakan kearifan klasik?

Upaya memerangi kemiskinan harus dengan membongkar problem struktural dan kultural yang menjerat mereka. Pertama, pemerintah harus mampu membuka lapangan kerja. Kedua, memberdayakan mereka yang miskin sehingga mampu menjadi warga produktif. Ketiga, menumbuhkan harga diri. Tidak hanya menyuapi mereka dengan beras bagi orang miskin.

Yang perlu digarisbawahi, kemiskinan adalah masalah sosial yang apabila terus ditumpuk bisa menjadi frustrasi sosial yang kemudian meledak menjadi kemarahan sosial.

Karena itu, jangan pemerintah puas dengan statis-tik cantik di atas kertas.

EDITORIAL

Statistik Cantik

PENELITIAN di Belanda menemukan bakteri dan jamur yang tergolong sebagai mikroorganis-

me dapat mengurangi risiko anak-anak mengidap asma.

Peneliti membandingkan ke-sehatan puluhan anak-anak yang tinggal di peternakan atau pertanian dengan anak-anak yang tinggal di kota. Mereka

mengambil sampel mikroorga-nis me dari pakaian, kamar tidur,

peralatan sekolah, lingkungan, dan DNA mereka.

Hasilnya, anak-anak yang tinggal di lingkungan peter-nakan maupun pertanian memiliki risiko terserang asma lebih kecil jika dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di kota. (Sciencedaily/*/X-5)

Jamur dan Risiko AsmaPAUSE

REUTERS/RUSSELL CHEYNEMI/WENDY MEHARI

SABTU, 26 FEBRUARI 2011 | NO.10951 | TAHUN XLI I | 24 HALAMAN

Silakan tanggapiEditorial ini melalui:mediaindonesia.com

Kemiskinan adalah

masalah sosial yang apabila terus ditumpuk bisa menjadi frustrasi sosial yang meledak menjadi kemarahan.”

PATA AREADI

Pemasangan Iklan & Customer

ServiceNo Bebas Pulsa:

08001990990 e-mail:

cs@mediaindonesia.com

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa

+ ongkos kirim)

SIMPAN SEMUA BARANGRumah yang berantakan bisa menjadi sumber depresi penghuninya. Langkah

pertama, siapkan wadah untuk menyimpan semua barang.

Home & Living, Hlm 13

KUYT SELAMATKANLANGKAH LIVERPOOLJulukan lucky player layak disematkan kepada Dirk Kuyt. Lewat gol tunggalnya, Liverpool akhirnya memastikan lolos ke babak 16 besar Liga Europa.

Olahraga, Hlm 9

KomiteBandingLinglungKonflik horizontal antara pendukung perubahan dan pro-status quo di PSSI dikhawatirkan kian berkepanjangan.

Khadafi Pilih Bunuh Diri daripada Menyerah

Kirimkan tanggapan Andaatas berita ini melalui e-mail:

interupsi@mediaindonesia.comatau mediaindonesia.com

Dipo Alam Dibidik Pidana dan Perdata

MI PANCA SYURKANI

OC KaligisKuasa hukum MI dan Metro TV

top related