metode penelitian kimia
Post on 21-Jan-2016
174 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL
Pemanfaatan Kitosan Pada Cangkang Kepiting (Callinectes Sapidus )
sebagai Pengobatan Alternatif Penyakit Kencing Manis ( Diabetes Mellitus )
RAVIKA MUTIARA
101314038
JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rabbi semesta
alam, pemilik dan pencipta segala apa yang ada di langit dan di bumi serta yang
ada di antara keduanya. Alhamdulillah berkat rahmat dan kesabaran yang
diberikan oleh Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal
metode penelitian dengan judul “ Pemanfaatan Kitosan Pada Cangkang Kepiting
(Callinectes sapidus ) sebagai Alternatif Pengobatan penyakit kencing manis
( Diabetes Mellitus ) ” sebagai salah satu persyaratan akademis guna melengkapi
struktur penilaian pada mata kuliah metode penelitian pada Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari berbagai hambatan, namun
berkat bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Netty Heriawaty, M.Si dan Alimin, M.Si selaku dosen penanggung
jawab dan Keluarga besar Kimia 2010 terimakasih atasa motivasi yang diberika
kepada penulis demi terselesaikannya proposal ini. Teristimewa kepada Ayahanda
dan Ibunda, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala
pengorbanan untuk keberhasilan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kekurangan,
olehnya itu kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, April 2013
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis adalah Diabetes
Melitus (DM) dengan prevalensi yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.1,2,3 Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Mellitus
adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih
dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam-diam atau silent killer. Sering
kali manusia tidak menyadari kalau dirinya telah menyandang penyakit diabetes
mellitus, dan begitu mengetahui semuanya sudah terlambat karena sudah
komplikasi.
Diabetes mellitus biasanya berjalan dengan lambat dengan gejala-gejala
yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat komplikasi
akut maupun kronis. Komplikasi kronis yang paling utama adalah penyakit
kardiovaskular, stroke, kaki diabetik, retinopati, serta nefropati diabetik, dengan
demikian sebetulnya kematian pada diabetes mellitus terjadi tidak secara langsung
akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang terjadi.
Komplikasi menahun diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas Neuropati
60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetik 15%, retinopati 10%, dan
nefropati 7,1%. Diabetes mellitus dibandingkan dengan bukan penderita diabetes
mellitus mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit jantung
koroner dan penyakit pembuluh darah, 5 kali lebih mudah menderita
ulkus/gangrene, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali
lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina.
Saat ini pemanfaatan obat antidiabetik (OAD) oral maupun injeksi masih
memilki banyak kekurangan dalam pengobatan diabetes mellitus. Disamping
memilki beberapa efek samping, OAD juga memiliki efek kerja yang singkat dan
masih belum optimal hal ini terlihat pada semakin banyaknya pasien penderita
diabetes mellitus yang harus melakukan proses oprasi bahkan sampai pada tahap
amputasi pada bagian organ tubuh tertentu bahkan pada proses pasca amputasi
tidak sedikit pasien yang mengalami kematian karena penyakit tersebut.
Sebagai negara yang sebagian besar terdiri dari perairan menyebabkan
negara Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah utamanya
pada hasil laut. Kepiting sebagai salah satu hasil alam yang dapat diperoleh
dengan mudah baik di daerah lautan maupun kawasan perairan lainnya, masyrakat
Indonesia sejauh ini belum memanfaatkan limbah kepiting yang berasal dari
cangkang kepiting secara maksimal padahal pada cangkang tersebut terdapat
beberapa senyawa kimia salah satunya adalah chitosan yang memiliki berbagai
manfaat dalam meningkatkan kesehatan manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin di
angkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah proses yang terjadi pada perubahan kitin menjadi kitosan pada
penelitian ini ?.
2. Bagaimanakah peranan chitosan dalam proses penyembuhan penyakit diabetes
mellitus ?
3. Apakah benar kitosan pada cangkang kepiting mampu mengatasi diabetes
mellitus ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses yang terjadi pada perubahan kitin menjadi kitosan
2. Mengetahui peranan chitosan dalam proses penyembuhan penyakit diabetes
mellitus
3. Mengetahui kebenaran bahwa kitosan dan cangkang kulit kepiting mampu
digunakan sebagai alternative pengobatan penyakit diabetes mellitus.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini antara lain :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi dokter atau para ahli kesehatan ( dinas
pemerintahan ) bahwa limbah cangkang kepiting mampu mengatasi masalah
diabetes mellitus sehingga dibutuhkan adanya pengembangan lebih lanjut.
2. Sebagai bahan masukan bagi masyrakat agar lebih memanfaatkan hasil dari
limbah rumah tangga dalam hal ini adalah cangkang kepiting.
3. Sebagai reverensi bagi peneliti lain yang berminat meneliti metode pada
penelitian ini dan mengkaji lebih dalam mengenai penelitian ini.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian hewan
2.1.1 Habitat dan morfologi
Kepiting adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari
upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat
pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau
yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh
kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan
dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain bagi kepiting.
Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat,
khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di
perairan laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni
perairan tawar (sungai dan danau) ( Wikipedia, 2012 ).
Rajungan termasuk hewan dasar laut yang dapat berenang ke permukaan
pada malam hari untuk mencari makan. Rajungan hidup di daerah pantai berpasir
lumpur dan di perairan depan hutan mangrove. Rajungan biasanya hidup dengan
membenamkan tubuhnya ke dalam pasir (Indriyani, 2006).
Rajungan jantan berwarna dasar biru dengan bercak-bercak putih terang,
sedangkan rajungan betina berwarna dasar hijau kotor dengan bercak-bercak putih
kotor (Indriyani, 2006). Cangkang memiliki duri sebanyak sembilan buah terdapat
pada sebelah mata kanan-kiri. Pada duri yang terakhir berukuran lebih panjang
dari duri-duri lainnya dan merupakan titik ukuran lebar cangkang. Perut atau biasa
disebut abdomen terlipat ke depan di bawah cangkang. Abdomen jantan sempit
dan meruncing ke depan. Abdomen betina melebar dan membulat, gunanya untuk
menyimpan telur (Juwana dan Kasijan, 2000).
Rajungan yang ditangkap di perairan pantai pada umumnya mempunyai
mempunyai kisaran lebar cangkang 8-13 cm dengan berat rata-rata 100 gram,
sedangkan rajungan yang berasal dari perairan lebih dalam mempunyai kisaran lebar
cangkang 12-15 cm dengan berat rata-rata 200 gram. Selain itu pernah juga
ditemukan rajungan dengan lebar cangkang 20 cm dan beratnya mencapai 400 gram
(Juwana dan Kasijan, 2000).
2.1.2 Taksonomi
Klasifikasi ilmiah dari kepiting menurut ( Wikipedia, 2012 ) adalah
sebagai berikut
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Upafilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Upaordo : Pleocyemata
Infraordo : Brachyura
2.1.3 Kandungan senyawa dari kepiting
Kepiting Kaya akan protein, Kandungan protein kepiting kurang lebih
sekitar 22 gr/ 100 gr. Kandungan asam aminonya juga berprofil lengkap. Asam
amino yang jumlahnya paling tinggi tiap 100 gramnya adalah glutamate 3474 mg
aspartat 2464 mg arginin 1946 mg lysine 1939 mg dan leusin 1768 mg. Kaya
asam lemak omega-3. Seperti halnya hasil hewani laut lainnya kepiting juga kaya
asam lemak omega-3 yaitu sebesar 407 mg / 100 gr. Tinggi kandungan vitamin
B12. Kepiting mengandung vitamin B yang tinggi yaitu sekitar 10 4 mcg/ 100 mg.
Kandungan ini sudah mencukupi kebutuhan harian vitamin B12 sebesar 174% .
Selain itu kepiting juga mengandung niacin dan riboflavin dalam jumlah yang
cukup baik untuk kesehatan ( Boby, 2012 ).
2.2 Kitin
2.2.1 Karakteristik Kitin
Kitin adalah polisakarida struktural yang digunakan untuk menyusun
eksoskleton dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan hewan-hewan lain
sejenis). Kitin tergolong homopolisakarida linear yang tersusun atas residu N-
asetilglukosamin pada rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa
dengan cabang yang mengandung nitrogen. Kitin murni mirip dengan kulit,
namun akan mengeras ketika dilapisi dengan garam kalsium karbonat. Kitin
membentuk serat mirip selulosa yang tidak dapat dicerna oleh vertebrata. Kitin
adalah polimer yang paling melimpah di laut. Sedangkan pada kelimpahan di
muka bumi, kitin menempati posisi kedua setelah selulosa. Hal ini karena kitin
dapat ditemukan di berbagai organisme eukariotik termasuk serangga, moluska,
krustase,fungi, alga, dan protista ( Wikipedia, 2012 ).
Kitin (C8H13NO5)n merupakan biopolimer dari unit N-asetil-D-glukosamin
yang saling berikatan dengan ikatan β(1→4) dengan rumus molekul C8H13NO5)n
yang tersusun atas 47% C, 6% H, 7% N dan 40% O. Struktur kitin menyerupai
selulosa dan hanya berbeda pada gugus yang terikat di posisi atom C2. Gugus C2 pada
selulosa adalah gugus hidroksil, sedangkan pada C2 kitin adalah gugus N-asetil (-
NHCOCH3, asetamida) (Sugita, dkk, 2009).
Kitin adalah amorf berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
larut dalam air, pelarut organik umumnya, asam-asam anorganik dan basa encer.
Sumber kitin yang sangat potensial adalah kerangka luar Crustacea (seperti
udang, rajungan, dan lobster), serangga, dinding yeast dan jamur, serta mollusca
(Rinaudo, 2006). Kitin yang merupakan polimer alami yang kelimpahannya
terbesar setelah selulosa dan banyak terkandung pada limbah hasil laut, khususnya
golongan Krustacea seperti udang, kepiting, ketam, dan kandungan kitin pada
masing-masing hewan sangat bervariasi antara 0,4% (kepiting Carcinus) sampai 77,0%
(lobster Homarus) ( Tanasaledkk, 2012 )
Adapun struktur kitin adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Struktur kitin
2.2.2 Manfaat Kitin
Unsur zat kithin yang memiliki rangkaian molekul lebih dari 1 juta
kebanyakaterdapat dalam cangkang kepiting namun zat khitin juga terdapat dalam
kulit udang dan kulit mantel pada serangga, juga pada binatang molusca, seperti
cumi-cumi, jamur dan kerang. Zat khitin yang terdapat pada cangkang kepiting
lebih sering dibunag sabagai hasil limbah rumah tangga saja daripada
dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut menurut sebuah penelitian yang dilakukan di
Jepang menjelaskan bahwa dalam kulit kepiting, terkandung zat kithin yang
dikenal sangat efektif untuk menekan pertumbuhan kanker dan menurunkan
kolesterol dalam tubuh.
Manfaat lain dari zat khitin pada kepiting setelah melalui prosese tertentu,
cangkang kepiting mampu menyembuhkan berbagai penyakit mulai dari
kemampuannya yang dapat memperkuat dan meremajakan daya kerja liver,
mencegah dan melawan merambatnya kanker, mempertinggi daya tahan tubuh
dan antibodi, memperkaya bakteri yang berguna dalam usus ( Sumardi, 2009 ).
2.3 Kitosan
2.3.1 Karakteristik Kitosan
Kitosan (bahasa Inggris: Chitosan), pertama kali ditemukan oleh Rouget
pada 1859, adalah biopolimer polisakarida penting dan sangat melimpah. Kitosan
dihasilkan olehdeasetilasi molekul basa N (nitrogen) parsial pada kitin, yang
secara komersil diekstrak dari kulit udang dan kerang. Deasetilasi tersebut
berlangsung secara enzimatis dibantu oleh kitin deasetilase (EC 3.5.1.41).
Polimer kitosan dapat terbentuk dari berbagai tingkat deasetilasi. Kitosan secara
alami ditemukan paada dinding sel fungi kelas Zygomycetes dan
pada kutikulaserangga.
Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri
dari monomer N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan D-glukosamin (GlcN).
Bentukan derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah jenis
polisakarida terbanyak ke dua di bumi setelah selulosa dan dapat ditemukan
pada eksoskeleton invertebrata dan beberapa fungipada dinding selnya. Kitosan
memiliki bentuk yang unik dan memiliki manfaat yang banyak
bagi pangan,agrikultur, dan medis ( Wikipedia, 2012 ).
Gambar 2. Struktur kitosan
Chitosan merupakan produk alamiah yang merupakan turunan dari
polisakarida chitin. Chitosan mempunyai nama kimia Poly D-glucosamine ( beta
(1-4) 2-amino-2-deoxy-D-glucose), bentuk chitosan padatan amorf bewarna putih
dengan struktur kristal tetap dari bentuk awal chitin murni. Chitosan mempunyai
rantai yang lebih pendek daripada rantai chitin. Kelarutan chitosan dalam larutan
asam serta viskositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat
degradasi polimer. Chitosan kering tidak mempunyai titik lebur. Bila chitosan
disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama pada suhu sekitar 100oF maka
sifat kelarutannya dan viskositasnya akan berubah. Bila chitosan disimpan
lamadalam keadaan terbuka (terjadi kontak dengan udara) maka akan terjadi
dekomposisi, warnanya menjadi kekuningan dan viskositas larutan menjadi
berkurang. Hal ini dapat digambarkan seperti kapas atau kertas yang tidak stabil
terhadap udara, panas dan sebagainya ( Wardaniati dan Setyaningsih, 2006 ).
2.3.2 Manfaat Kitosan
Kitosan diproduksi secara komersil dalam skala besar di berbagai belahan
dunia, termasuk Jepang, Amerika Utara, Polandia, Italia, Rusia, Norwegia,
dan India. Banyaknya permintaan akan kitosan dipicu fakta akan keunikan
karakteristik biologisnya seperti biodegradabilitas, biokompabilitas, dan tidak
beracun, sehingga memungkinkan aplikasi di berbagai bidang. Meskipun sangat
berlimpah di alam, namun pemanfaatan kitosan baru berkembang pada dua
dekade terakhir. Kini kitosan banyak digunakan di
bidang pangan, farmasi, medis, tekstil, pertanian, dan industri lain
misalnya purifikasi limbah. Beberapa tahun terakhir, kitosan menarik banyak
perhatian karena menunjukkan aktivitas antimikrobial terhadap fungi, bakteri,
dan virus. Aplikasi komersil dari aktivitas komersil kitosan antara lain
penggunaan sebagai pengawet makanan, obat anti infeksi, dan tekstil bebas
mikroba ( Wikipedia, 2012 ). Chitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
bahan antimikroba, karena mengandung enzim lysosim dan gugus
aminopolysacharida yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan efisiensi
daya hambat khitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan
khitosan. Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan chitosan
memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri dan kapang ( Wardaniati dan Setyaningsih, 2006 ).
Manfaat dan Kegunaan Chitosan Kitin mempunyai kegunaan yang sangat
luas, tercatat sekitar 200 jenis penggunaannya, dari industri pangan, bioteknologi,
farmasi, dan kedokteran, serta lingkungan. Di industri penjernihan air, kitin telah
banyak dikenal sebagai bahan penjernih. Kitin juga banyak digunakan di dunia
farmasi dan kosmetik, misalnya sebagai penurun kadar kolesterol darah,
mempercepat penyembuhan luka, dan pelindung kulit dari kelembaban. Sifat
kitosan sebagai polimer alami mempunyai sifat menghambat absorbsi lemak,
penurun kolesterol, pelangsing tubuh, atau pencegahan penyakit lainnya. Kitosan
bersifat tidak dapat dicernakan dan tidak diabsorbsi tubuh, sehinga lemak dan
kolesterol makanan terikat menjadi bentuk non absorbsi yang tak berkalori. Sifat
khas kitosan yang lain adalah kemampuannya untuk menurunkan kandungan LDL
kolesterol sekaligus mendorong meningkatkan HDL kolesterol dalam serm darah
sehingga mencegah datangnya penyakit diabetes ( Winan, 2008 ).
Menurut ( Salsa, 2008 ) hitosan mempunyai keistimewaan yang tidak
dimiliki serat, sekarang ini merupakan satu-satunya serat hewan yang dapat
dimakan yang mengandung ion positif, juga merupakan unsur penting ke-6 selain
protein, zat gula, lemak, vitamin dan mineral. Chitosan merupakan satu-satunya
zat molekul tinggi pembawa listrik positif yang ada di alam bebas. Begitu masuk
ke dalam tubuh manusia, chitosan dengan sensitif akan menangkap asam lemak
yang membawa listrik negatif, mengelilinginya dan menolak diserap saluran usus,
lalu diekresi keluar dari tubuh. Serat chitosan tak hentinya merangsang gerakan
saluran pencernaan, sehingga makanan dengan cepat melewati saluran
pencernaan. Dengan demikian, konsep chitosan berkaitan erat dengan
“menurunkan berat tubuh dengan aman”. Bukan hanya itu saja, seratnya juga
dapat menyatu dengan kolesterol, mencegah agar tidak diserap ke dalam darah.
Chitin yang ada dalam chitosan dan chitosan lainnya yang dimurnikan dan
terbentuk di dalamnya dapat mengaktifkan sel tubuh manusia, mengatur syaraf
simpatik dan sekresi hormon, mendorong gerakan sehat mekanisme tubuh.
Manfaat secara detail dari kitosan adalah :
A. Menghambat tumor
Chitosan berfungsi memperkuat imunitas dan mengaktifkan sel limpa,
dapat mempertinggi nilai PH cairan tubuh, sehingga tercipta lingkungan bersifat
basa, memperkuat kekuatan sel limpa dalam melawan sel tumor, meningkatkan
fungsi dalam membasmi sel kanker. Dalam penelitian tumor, ditemukan bahwa
chitosan mempunyai fungsi menghambat sel tumor, pada waktu bersamaan
mengaktifkan mekanisme imunitas tubuh, dan mendorong pankreas memproduksi
sel T limpa. Pada penyakit kanker, yang menakutkan adalah sifat metastatisnya,
khasiat chitosan dalam mengendalikan kanker metastatis telah terbukti dengan
berbagai cara yang diteliti para ilmuwan kedokteran biologis berbagai negara, dan
telah mencapai kesuksesan dalam uji klinis yang bersangkutan. Chitosan juga
mempunyai keistimewaan untuk menempel dengan ion yang menempel pada
permukaan sel kulit dalam pembuluh darah, dapat menolak menempelnya sel
tumor dengan sel kulit dalam pembuluh darah. Berkhasiat mencegah serangan
periferi jaringan kanker.
B. Memperkuat mekanisme liver
Chitosan dapat menghambat penyerapan kolesterol di dalam saluran usus,
untuk mengurangi kepekatan kolesterol dalam plasma darah, sehingga kolesterol
tidak dapat mengendap di dalam liver, agar dapat mengurangi adanya kolesterol
tak baik di dalam liver. Begitu liver terasa tak nyaman, selalu telah mengalami
cidera serius, sedangkan chitosan dapat berfungsi menghambat peningkatan nilai
kolesterol di dalam plasma darah, sehingga dapat mencegah timbulnya liver
berlemak.
C. Mencegah diabetes
Patologi dasar diabetes adalah kekacauan metabolisme yang timbul
karena sekresi insulin secara mutlak atau secara relatif tidak mencukupi. Sewaktu
tubuh manusia berada dalam keadaan basa, maka dapat meningkatkan persentase
penggunaan insulin, pada waktu bersamaan dapat mengatur pengasaman cairan
tubuh yang timbul karena asam organik yang diurai dan diproduksi oleh lemak
dalam tubuh pada penderita diabetes. Chitosan mempunyai daya serap lebih kuat,
mempunyai volume tertentu di dalam saluran usus, dapat mengurangi penyerapan
zat gula dalam makanan, menurunkan dan menunda nilai puncak gula darah,
dengan demikian dapat mencegah timbulnya diabetes. Fungsi “Chitosan” untuk
penyakit diabetes adalah Merubah sifat asam, meningkatkan PH, menurunkan
kadar gula yang tinggi, Mengaktifkan fungsi kelenjar insulin, mengeluarkan getah
insulin, Mengeluarkan sifat asam yang berlebihan dalam tubuh, Memiliki daya
rekat tinggi yang dapat mengurangi penyerapan usus terhadap glukosa dalam
makanan dan mengurangi terjadinya nilai puncak glukosa darah, yang akhirnya
dapat mencegah terjadinya diabetes/kencing manis.
D. Menyerap logam berat dan mengeluarkan dari tubuh
Khitosan yang membawa ion positif dapat menyerap logam berat dan
mengeluarkannya dari dalam tubuh, sehingga mengurangi endapan logam berat di
dalam tubuh, menjaga kesehatan dengan menjaga keseimbangan penguraian
listrik di dalam tubuh.
E. Memperbaiki mekanisme pencernaan
Chitosan dapat meningkatkan fungsi bakteri berguna dalam melawan
bakteri, meningkatkan perkembang-biakan bakteri berguna di dalam saluran usus,
memperbaiki fungsi saluran usus, sehingga tubuh dapat secara efektif menyerap
gizi.
2.4 Proses Perubahan Kitin menjadi Kitosan
Khitin terdapat sebagai mukopoli sakarida pada cangkang kepiting yang
berikatan dengan garam-garam anorganik, terutama kalsium karbonat (CaCO3),
protein dan lipida termasuk pigmen-pigmen. Oleh karena itu untuk memperoleh
chitin dari cangkang udang melibatkan proses-proses pemisahan protein
(deproteinasi) dan pemisahan mineral (demineralisasi). Sedangkan untuk
mendapatkan chitosan dilanjutkan dengan proses deasetilasi. Reaksi pembentukan
chitosan dari chitin merupakan reaksi hidrolisa suatu amida oleh suatu basa.
Chitin bertindak sebagai amida dan NaOH sebagai basanya. Mula-mula terjadi
reaksi adisi, dimana gugus OH- masuk ke dalam gugus NHCOCH3 kemudian
terjadi eliminasi gugus CH3COO- sehingga dihasilkan suatu amida yaitu chitosan.
Reaksi Pembentukan Chitosan dari Chitin :
Gambar 3. Pembentukan Chitosan dari Khitin
( Wardaniati dan Setyaningsih, 2006 ).
2.5 Kencing Manis ( Diabetes Mellitus )
2.5.1 Deskripsi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
menjadi permasalahan di seluruh dunia. Kelainan metabolisme ini diakibatkan
oleh penurunan kadar insulin dengan ditandai dengan kadar glukosa yang kurang
dari rentang 80-120 mg/dl (4,4-6,6 mM). Diabetes mellitus bisa menyebabkan
kematian dan cacat pada tubuh. Banyak komplikasi dari penyakit ini diantaranya
penyakit jantung, gagal ginjal atau kebutaan ( Samsudin, 2008 ).. Menurut data
WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
Diabetes mellitus (DM) di dunia. Prevalansi Diabetes mellitus (DM) termasuk
tinggi di Indonesia yaitu mencapai 7,5% pada tahun 2001 dan 10,4% pada tahun
2004. (Depkes RI, 2008).
Penyakit Diabetes Melitus ( DM ) di kalangan masyarakat luas lebih di
kenal dengan sebutan kencing manis, yaitu penyakit yang timbul akibat
kekurangan hormon insulin, baik secara abslout maupun relatif. Absolut berarti
jumlah insulin yang di produksi memang berkurang,sedangkan relatif berarti
jumlah insulin yang di produksi cukup, tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
yang terjadi akibat beberapa keadaan. ” Gagal atau menurunnya fungsi sel yang
memproduksi insulin “.
( Mahardika,
2007 )
2.5.2 Kebiasaan Penyebab Diabetes Mellitus dan Penanganannya
Menurut ( Hari, 2009 ) beberapa hal kebiasaan hidup sehari-hari yang bisa
menjadi penyebab diabetes:
a) Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula
darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira
mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita
dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis
saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi
beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya:
obesitas dan diabetes.
Pengganti: Air putih, teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih dari
dua sendok teh sehari.
b) Gorengan
Gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama
penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah
koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan
kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di
masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat
dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.
c) Suka ngemil
Membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas
dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong
camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan
kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta
pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan
glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di
dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Pengganti: Buah potong segar.
d) Kurang tidur
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset
para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari
mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya,
risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon
dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan
tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah
naik.
Solusi: Tidur tidak kurang dari 6 jam sehari, atau sebaiknya 8 jam sehari.
e) Malas beraktivitas fisik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-
negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10
tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda.
Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak
Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas
fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda,
jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Solusi: Bersepeda ke kantor.
f) Sering stress
Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine
dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas.
Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun,
kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan
keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Solusi: Bicaralah pada orang yang dianggap bermasalah, atau ceritakan pada
sahabat terdekat.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, oven, thermometer
1000C, Corong Buchner, Gelas Ukur 10 ml, Batang Pengaduk, Botol semprot,
stopwatch, Gelas Kimia 250 dan 500 ml, Gelas Erlenmeyer 250 ml, pipet tetes,
FTIR (Fourier Transform Infrared ) 8201 PC, XRD (XRay Diffraction).
Bahan yang digunakan adalah cangkang kepiting, NaOH 1 M, kertas saring
whatman, aquadest, kertas lakmus, HCl 2 M,
3.2 Prosedur
Bahan baku yang digunakan adalah cangkang kepiting kering. Cangkang
tersebut tersebut dihancurkan hingga menjadi serbuk. Kemudian dilakukan proses
deproteinasi. Proses ini dilakukan pada suhu 75-80°C, dengan menggunakan
larutan NaOH 1 M dengan perbandingan serbuk udang dengan NaOH = 1 : 10 (gr
serbuk/ml NaOH ) sambil diaduk konstan selama 60 menit. Kemudian disaring
dan endapan yang diperoleh dicuci dengan menggunakan aquadest sampai pH
netral. Proses ini dilanjutkan dengan proses demineralisasi pada suhu 25-30°C
dengan menggunakan larutan HCl 2 M dengan perbandingan sampel dengan
larutan HCl = 1 : 10 (gr serbuk/ml HCl ) sambil diaduk konstan selama 120 menit.
Kemudian disaring dan endapan yang diperoleh dicuci dengan menggunakan
aquadest sampai pH netral. Hasil dari proses ini disebut chitin. Chitin kemudian
dimasukkan dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 20%W pada suhu 90-100°C
sambil diaduk konstan selama 60 menit pada proses deasetilasi. Hasil yang berupa
slurry disaring, lalu dicuci dengan aquadest sampai pH netral lalu dikeringkan.
Hasil yang diperoleh disebut chitosan.Kitosan yang diperoleh kemudian di
masukkan ke dalam tablet khusus dan dapat dikomsumsi langsung.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
Hari. 2009. 10 Kebiasaan Penyebab Diabetes. http://doktersehat.com/10-
kebiasaan-penyebab-diabetes/
http://ayodyafarm.com/berita-180-manfaat-cangkang-kepiting.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitin
http://b57ev.wordpress.com/info-kesehatan/diabetes/
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=5&doc=5e6
http://www.jpnn.com/read/2012/10/10/142794/Cangkang-Kepiting-jadi-Biskuit-http://nasional.kompas.com/read/2008/01/10/23135026/Chitosan.Limbah.Kulit.Udang.untuk.Diabetes.dan.Hipertensihttp://klikfood.blogspot.com/2008/12/chitosan.html
http://greencornet.weebly.com/chitin-chitosan-capsule.html
http://nasional.kompas.com/read/2008/01/10/23135026/
Chitosan.Limbah.Kulit.Udang.untuk.Diabetes.dan.Hipertensi
top related