merawat semangat keberagaman
Post on 16-Oct-2021
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MERAWAT SEMANGATKEBERAGAMAN
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 231 . JANUARI 2019IS
SN 0
215
-29
16
NYAK PECATURBERJAYA DI ASIA
TOLERANSI CERDAS MENGINDAHKAN AKIDAH
WAJAH BARU KAMPUS FISIP
EDISI 231 . JANUARI 2019
40 MUTU
Ragam model
pembelajaran
berkembang pesat
dengan berbagai
sebutan, seperti
Science Technology, Engineering,
and Mathematics (STEM), Problem
Based Learning (PBL), Project Based
Learning (PBL), Inkuiri, dan lain-
lain. Semua model pembelajaran
tersebut menggunakan pendekatan
Student Center Learning (SCL) yang
merupakan kebalikan dari sistem kuliah
konvensional yang disebut Teacher
Center Learning.
Upaya ini bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi mahasiswa
dalam pembelajaran, sehingga mereka
tidak hanya sebagai pendengar saja,
dan dosen bukan sekadar penyampai
informasi. Secara umum pembelajaran
dari dosen. Isinya dapat berupa me-
review isi bahan ajar dan menjawab
pertanyaan yang telah dipersiapkan,
merancang produk baru, melakukan
riset kecil dan lain-lain. Diperlukan
cara untuk meminimalkan saling
contek, sehingga proses belajar dapat
berlangsung dengan baik. Upaya
tersebut di antaranya adalah:
1. Memberikan tugas yang berbeda
pada masing-masing mahasiswa;
Menstimulasi Pembelajaran Aktif dengan Student Worksheets
yang melibatkan peran aktif mahasiswa
disebut pendekatan Pembelajaran
Aktif. Sesungguhnya para dosen
ingin mahasiswa terlibat aktif dalam
pembelajaran, tetapi kenyataannya
mahasiswa enggan berperan aktif.
Bahkan, diminta bertanya pun sering
kali mereka tidak mau.
Kendala seperti ini dapat diantisipasi
dengan mempersiapkan lembar kerja
atau blanko isian yang berupa perintah
PROF. DR. ADLIM, M.SCKetua LP3M Unsyiah
Sesungguhnya para dosen ingin mahasiswa terlibat aktif dalam pembelajaran, tetapi kenyataannya mahasiswa enggan berperan aktif.
“
EDISI 231 . JANUARI 2019
MUTU 41
2. Membuat format khusus untuk slide
PPT agar tidak melakukan plagiasi
dengan meng-copy paste bahan
dari internet;
3. Mengacak nama untuk mendapat
giliran presentasi pada saat mulai
presentasi, sehingga mereka harus
siap setiap saat; dan
4. Memberikan nilai bagi mereka yang
memberikan tanggapan dengan
argumentasi ilmiah.
Lembar kerja atau Student Worksheets
dapat dipahami sebagai lembaran berisi
tugas yang dikerjakan oleh individu
maupun kelompok. Lembaran ini dapat
berupa petunjuk maupun langkah-
langkah untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh tenaga pendidik.
Lembar kerja dapat memiliki format
yang berbeda-beda, tetapi isinya
hampir sama yaitu berupa perintah
(pertanyaan) yang jelas dan terukur
untuk mahasiswa kerjakan. Kiranya
kurang tepat menyuruh mereka
membaca buku tertentu tanpa ada
kejelasan informasi apa saja yang harus
mereka catat dan kumpulkan. Setelah
jelas tugas yang diberikan, tahapan
berikutnya adalah memastikan tugas
itu dikerjakan sendiri secara individu
atau kelompok bukan hanya salinan
dari internet .
Terdapat beberapa model tugas yang
dapat diberikan oleh dosen kepada
mahasiswa dalam bentuk lembar kerja,
di antaranya:
1. Tugas makalah;
2. Tugas power point;
3. Tugas diskusi dalam kelompok;
4. Tugas menjawab pertanyaan atau
soal;
5. Tugas praktik, dan sebagainya.
Student Worksheets merupakan
metode yang memiliki strategi
pembelajaran yang sangat baik untuk
pengembangan diri mahasiswa.
Metode ini melatih para mahasiswa
untuk berperan aktif dalam proses
belajar mengajar di kelas. Selain itu,
turut membantu para tenaga pengajar
dalam menemukan konektifitas atau
hubungan antara materi dengan
kondisi pengetahuan dan dunia saat
ini. Selain berisikan pertanyaan atau
tugas, lembar kerja harus memiliki
instruksi atau mekanisme kerja yang
jelas, sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan atau ketidakpahaman
dalam mengerjakan tugas.
Contoh instruksi kerja yang dimaksud,
seperti membuat makalah (minimal
15 halaman dengan spasi 1,5 serta
menggunakan font Times New
Roman), mengikuti format terlampir,
dan diserahkan paling lambat tanggal
3 Maret 2019. Jika terlambat, nilai
ketepatan waktu penyerahan tugas
akan terdegradasi 10 persen per hari.
Jika tugas dikerjakan plagiat, maka
makalah tidak diberikan nilai. Masih
banyak lagi instruksi atau keterangan
tambahan lain yang dapat disampaikan
dalam lembar kerja sesuai dengan
materi ajar.
Materi soal yang diberikan hendaknya
jangan terlalu sederhana. Ini untuk
merangsang berpikir kritis yang
praktiknya sangat diperlukan dalam
kehidupan mahasiswa. Berpikir kritis
juga termasuk keterampilan yang
sangat diperlukan di era revolusi
industri 4.0. Kegiatan berpikir kritis
dapat berupa kemampuan menganalisis
permasalahan, membandingkan
alternatif solusi, dan menyimpulkan
secara ilmiah. Selain tugas individu,
tugas kelompok juga diperlukan untuk
melatih siswa berinteraksi sesama
mereka dan orang lain. Ini bertujuan
agar terbina soft kill di antaranya saling
memahami, menghargai, berkolaborasi,
dan memimpin tim kerja.
Penyajian lembar kerja diharapkan
dapat melatih kemandirian dan
merangsang daya pikir kritis yang
kekinian sesuai dengan ilmu
pengetahuan. Melalui metode
pembelajaran aktif menggunakan
Student Worksheets diharapkan
dapat menambah peran aktif
mahasiswa dalam pembelajaran
dan menghadirkan mahasiswa
yang berpikiran kritis, mandiri, dan
terkemuka di Unsyiah. (Rk)
Berpikir kritis juga termasuk keterampilan yang sangat diperlukandi era RevolusiIndustri 4.0.
“
MEMBANGKITKANKEJAYAAN NILAM ACEH
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 232 . FEBRUARI 2019IS
SN 0
215
-29
16
BENARKAH WANITA DILARANG MEMAKAI
PARFUM?
MENJAWAB KERAGUAN VAKSIN MR
NEELAM PARFUME,PERSEMBAHAN ACEH
UNTUK DUNIA
EDISI 232 . FEBRUARI 2019 EDISI 232 . FEBRUARI 2019
MUTU40 MUTU 41
Sejak dua tahun lalu, Program Hibah Asuh Perguruan Tinggi Unggul dari Kemenristekdikti
yang melibatkan Unsyiah telah mampu memberikan perubahan besar bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Aceh. Sebagai PT Asuh, Unsyiah berhasil meningkatkan mutu dan nilai akreditasi PTS tersebut. Prestasi ini telah menghantarkan Unsyiah meraih Penghargaan Apresiasi dari Direktorat Jenderal pembelajaran dan Kemahasiswaan
Unsyiah dianggap mampu memberikan motivasi dan bimbingan kepada PTS di Aceh untuk menumbuhkan budaya mutu melalui penerapan SPMI berkelanjutan guna meningkatkan kualitas lulusan
PT Asuhan. Progam ini sangat bermanfaat karena membantu PTS meraih nilai terbaik akreditasi institusi dan program studi dari BAN-PT sebagai bentuk pengakuan pemerintah terhadap mutu pendidikan.
Sejak tahun 2017, Unsyiah telah terlibat dalam Program Asuh PT Unggul dan telah membina dua PTS, yaitu Universitas Jabal Ghafur di Sigli dan Universitas Serambi Mekkah di Banda Aceh, serta 30 program studi. Dari sisi mutu, hasil yang diperoleh terlihat jelas kesadaran di dua PTS tersebut, terutama meningkatnya kesadaran pentingnya menjalankan SPMI. Hal ini terlihat dari kesadaran melengkapi dokumen mutu, mengimplementasikan PPEPP di setiap kegiatan akademik, menerapkan sistem audit internal, serta menjalankan program peningkatan mutu berkelanjutan baik di prodi, fakultas, hingga universitas.
Sementara dari sisi SPME, terlihat perkembangan signifikan di nilai akreditasi program studi. Tercatat enam prodi di Universitas Jabal Ghafur yang awalnya berakreditasi C meningkatkan menjadi nilai B. Sementara empat prodi di Universitas Serambi Mekkah meningkat menjadi nilai B di akhir kegiatan.
Di tahun 2018, Unsyiah masih memiliki tanggung jawab untuk terlibat langsung dalam pembinaan implementasi SPMI perguruan tinggi di tanah air, khususnya di Provinsi
Aceh. Pada tahun lalu, Unsyiah telah membimbing enam perguruan tinggi, yaitu Universitas Iskandar Muda di Banda Aceh, Universitas Gajah Putih di Aceh Tengah, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Nasional di Lhokseumawe, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nasional di Lhokseumawe, STKIP Bina Bangsa di Meulaboh, dan Akademik Manajemen Informatika dan Komputer Indonesia (AMIKI) di Banda Aceh. Tercatat 20 program studi yang diasuh terkait SPMI dan akreditasi program studi. Hasil yang dicapai hingga Desember 2018, dari 20 prodi yang diasuh, 6 prodi memperoleh akreditasi B, dan sisanya sedang mengusulkan dan menunggu visitasi asesor BAN-PT.
Berdasarkan data Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah 13 (Desember 2018), di Aceh terdapat 109 PTS dengan nilai AIPT B sebanyak empat PTS dan nilai C sebanyak 13 PTS. Sementara
program studi aktif sebanyak 351 dengan komposisi akreditasi A sebanyak 1 prodi, B sebanyak 138 prodi, C sebanyak 184 prodi, serta 28 prodi belum terakreditasi. Berdasarkan data tersebut, PTS di Provinsi Aceh masih sangat membutuhkan pendampingan, terutama yang didukung oleh Program Hibah Asuh PT Unggul.
Untuk itu, pada tahun 2019 ini, Unsyiah kembali menyiapkan program dan strategi dalam Program Hibah Asuh PT Unggul untuk mendukung peningkatan mutu PTS melalui implementasi SPMI terstruktur, terukur, dan berkelanjutan. Selain itu, juga menjalankan program prioritas mutu untuk level universitas/sekolah tinggi dan program studi. Pada tahun ini, Unsyiah akan membimbing 12 PTS di wilayah Aceh sesuai dengan daftar PTS asuhan yang tercantum dalam panduan hibah asuh PT unggul tahun 2019 Kemenristekdikti. (rk)
Peran Unsyiah dalamPenguatan PTS di Aceh
(Belmawa) Kemenristekdikti. Penghargaan ini diterima Unsyiah selama dua tahun berturut-turut, yaitu 2017 dan 2018 sebagai pelaksana terbaik Program Hibah Asuh PT Unggul di Indonesia.
DR. IR. M. AMAN YAMAN, M.AGRIC.SCKepala Pusat Pengembangan Sistem Manajemen Mutu LP3M Unsyiah/ Ketua Pelaksana Hibah Asuh PT Unggul Unsyiah
LKBH: DARI KAMPUS
UNTUKMASYARAKAT
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 233 . MARET 2019IS
SN 0
215
-29
16
Deretan Dampak Stunting
Kampus Bersih Bebas Sampah
FKH Unsyiah Siap Minimalisir Ancaman Resistansi Antibiotik
EDISI 233 . MARET 2019 EDISI 233 . MARET 2019
MUTU40 MUTU 41
Perguruan tinggi yang unggul merupakan aset bangsa yang mampu membuka mata dunia
terhadap prestasi pendidikan suatu negara. Keunggulan ini dapat menarik peminat dari berbagai lintas daerah maupun negara. Akreditasi merupakan indikator penting yang harus dimiliki untuk bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Tuntutan perguruan tinggi untuk memperoleh akreditasi sangatlah jelas. Apalagi sekarang banyak perusahaan atau kementerian yang merekrut
dari PTN. Diharapkan akreditasi dapat menumbuhkan persaingan sehat dalam dunia pendidikan.
Setiap universitas seyogyanya berbenah agar tidak tertinggal. Perbaikan di bidang mutu pendidikan maupun
manajemen merupakan tahapan awal dalam mengubah tatanan untuk menjadi universitas maju. Berbicara mutu berarti merujuk pada akreditasi. Majelis akreditasi BAN-PT telah memuat suatu kebijakan penting dalam proses meningkatkan mutu perguruan tinggi berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012, Permeristekdikti Nomor 51 Tahun 2018, dan Permenristekdikti Nomor 15 Tahun 2018. Selain itu ada juga Peraturan BAN-PT Nomor 2 Tahun 2017 dan Nomor 59 Tahun 2018 yang menjadi landasan perguruan tinggi dalam menjalankan akreditasi.
Menurut peraturan BAN-PT Nomor 4 Tahun 2017, terdapat beberapa dimensi penilaian dan instrumen akreditasi yang mencakup empat hal yaitu:
1. mutu kepemimpinan dan kinerja tata kelola meliputi integritas visi dan misi, kepemimpinan, sistem manajemen, sumberdaya, kemitraan strategis, dan SPMI;
2. mutu dan produktivitas luaran (output), capaian (outcomes), dan dampak (impacts) berupa kualitas lulusan, produk ilmiah dan inovasi, serta kemanfaatan bagi masyarakat;
3. mutu proses mencakup proses pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan suasana akademik; dan
4. kinerja mutu input meliputi sumber daya manusia (dosen dan tenaga kependidikan), mahasiswa, kurikulum, sarana prasarana keuangan (pembiayaan dan pendanaan).
Adapun Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi 3.0 (IAPT 3.0) mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 2018. Di mana peraturan BAN-PT Nomor 59 Tahun 2018 menetapkan Panduan Penyusunan Laporan Evaluasi Diri (LED), Panduan Penyusunan Laporan Kinerja Perguruan Tinggi, dan Matriks Penilaian.
Dengan diberlakukannya instrumen baru APT 3.0 banyak perubahan yang berlaku. Perubahan itu seperti berbasis pada evaluasi diri (strength and weakness), berorientasi pada output dan outcomes, lebih spesifik untuk jenis institusi dan program pendidikan, serta memerlukan kemampuan yang lebih tinggi dari asesor dan tidak mudah discale-up.
Dalam menyiapkan bahan akreditasi, tentu perlu mempersiapkan indikator kinerja utama secara efektif dan efisien. Persiapan itu seperti membuat database terintegrasi yang lengkap, menyajikan klasifikasi sesuai peruntukan, juga cepat dan tepat dalam menyajikan data. Tidak hanya itu, indikator kinerja tambahan juga menjadi kunci sukses dalam penyusunan akreditasi ini. Terdapat sembilan kriteria penilaian yang wajib dilakukan oleh perguruan tinggi dan prodi untuk mencapai akreditasi yaitu:
1. visi, misi, tujuan, strategi;2. tata pamong, tata kelola dan kerja
sama; 3. mahasiswa; 4. sumber daya manusia; 5. keuangan, sarana, dan prasarana; 6. pendidikan; 7. penelitian; 8. pengabdian kepada masyarakat; dan9. luaran serta capaian tridarma.
Poin-poin ini yang harus dipenuhi maksimal oleh universitas dan prodi untuk menghasilkan nilai akreditasi yang unggul.
Nilai paling tinggi APT harus lebih besar dari 361. Hal ini bermakna bahwa status APT-nya unggul. Sementara jika nilainya di antara 300 dan 360, maka status APT-nya baik sekali. Kalau score-nya di antara 200 dan 300, statusnya baik. Tetapi apabila score-nya di bawah 100, maka status APT-nya tidak direkomendasikan.
Instrumen baru ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk dapat mempersiapkan semua dokumen-dokumen mutu. Selain itu, juga dibutuhkan kerja keras pimpinan universitas, fakutas, serta SPMI agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. []
Kebijakan dan StrategiPencapaian Instrumen APT 3.0
pegawainya mengutamakan lulusan dari universitas yang memiliki akreditasi A dan B. Menurut Dikti, saat ini terdapat 122 PT yang aktif baik akademi, universitas, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan akademi komunitas. Belum lagi PTS yang jumlahnya jauh lebih banyak
Dr. Mulia Saputra, SE.Ak. M.Si.Anggota Pusat Pengembangan Sistem Manajemen Mutu LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
MENGHADIRKANINSAN KELAUTANDAN PERIKANAN
BERKUALITAS
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 234 . APRIL 2019IS
SN 0
215
-29
16
Poros MaritimMenguatkan EkonomiRakyat
Nana DelinaPerempuan Tangguh di Bawah Laut
Kesuburan PerairanTeluk Pria LaotSabang
EDISI 234 . APRIL 2019 EDISI 234 . APRIL 2019
MUTU40 MUTU 41
Pendidikan menjadi pondasi kualitas sumber daya manusia. Berkaitan dengan hal tersebut,
pemerintah selaku pengambil kebijakan mencari dan memformulasikan model serta aturan yang paling tepat dalam menjalankan pendidikan di Indonesia. Pemerintah menerbitkan aturan secara umum yang diimplentasikan kepada seluruh institusi pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam pelaksanaannya, institusi pendidikanlah yang paling berat merasakan dan melaksanakan aturan tersebut. Mengingat tidak semua institusi perguruan tinggi memiliki keseragaman sumber daya yang dimiliki.
keleluasaan atau kewenangan dalam pelaksanaan pendidikan atau lebih dikenal dengan “otonomi perguruan tinggi”.
Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, pada pasal 50 ayat 6 menyatakan bahwa
perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan sebagai bentuk implementasi otonomi perguruan tinggi. Terkait hal tersebut, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sepatutnya mengeluarkan peraturan tentang SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) dalam rangka penyusunan standar mutu baik berbasis akademik, vokasi maupun profesi.
Dengan demikian otonomi ini dapat menjadi sebuah ruang besar yang dapat diisi oleh perguruan tinggi sesuai dengan jati diri, visi dan misi yang mengacu pada mekanisme SPMI yaitu Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan (PPEPP).
Penerapan kebijakan mutu secara mutlak untuk diimplementasikan kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia akan disambut baik karena tidak lagi dibatasi dan tanggung jawab di tangan institusi masing-masing. Tetapi, dalam menjalankan kebijakan mutu harus memiliki standar yang berfungsi untuk meminimalisir pelanggaran serta ketidakteraturan guna mencapai kesesuaian penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Meski dapat menentukan sendiri, tidak selamanya implementasi mutu itu akan diterima. Mengingat mutu akan berhadapan dengan kebiasaan umum (status quo) yang sudah lazim dilaksanakan oleh masyarakat organisasi di dalamnya. Untuk itu, diperlukan perubahan sikap dari internal. Mengapa sikap? Karena sikap adalah evaluasi positif atau negatif evaluasi oleh kognitif terhadap stimulus dalam hal ini penerapan mutu.
Secara umum kita menyatakan sikap sama dengan perilaku, nyatanya tidak. Sikap tidak selamanya sejalan dengan perilaku mengikuti standar mutu. Meskipun standar mutu secara kognitif dipandang positif, tetapi belum tentu akan dilaksanakan secara serentak oleh masyarakat organisasinya. Hal ini mengingat akan merubah perilaku dan situasi nyaman yang ada dalam organisasi saat ini.
Mutu harus berhadapan dengan keyakinan masyarakat organisasinya saat ini. Anggapan bahwa mutu melekat dengan perilaku belum sepenuhnya diyakini dan dipastikan akan dijalankan oleh masyarakat organisasi. Sebab mutu menjadi tulisan yang indah di atas kertas serta menjadi pelengkap dalam sebuah dokumen administrasi perguruan tinggi. Faktor lain adalah mutu tidak muncul dalam perilaku, karena masih dihadapkan pada kendala ketersediaan fasilitas pendukung mutu itu sendiri, seperti fasilitas fisik pelengkap pengajaran, pelengkap IT, lingkungan fisik, dan sumberdaya manusia yang belum sepenuhnya seiring sejalan.
Akhirnya implementasi mutu sebatas sikap positif saja dan belum menjadi perilaku berdasarkan mutu atau hanya bersifat temporer. Dalam teori sosiocultural masyarakat organisasi, munculnya perilaku karena faktor belajar dari lingkungan atau sosial. Di mana masyarakat organisasi akan belajar apakah implementasi mutu didukung dengan ketersediaan fasilitas atau tidak. Jika tidak, maka perilaku mutu akan kembali pada perilaku awalnya (krisis kepercayaan).
Perilaku akan muncul sebagai hasil pengkondisian, dan masyarakat
organisasi akan melakukan evaluasi berapa banyak indikator mutu yang mendukung kegiatan masyarakat organisasi dalam kegiatannya. Dan proses belajar dari indikator inilah yang akan menjadi stimulus bagi perilaku untuk muncul didalam diri pribadi masyarakat organisasi perguruan tinggi, begitu juga sebaliknya.
Perencanaan dan pengembangan strategi implementasi mutu yang telah disusun dengan mengaju pada SPMI (PPEPP) menjadi kebutuhan mendasar. Keputusan mengimplementasikan mutu oleh perguruan tinggi kepada masyarakat organisasi adalah proses yang komplek karena mencakup berbagai aktifitas, peran, dan keterlibatan setiap unsur. Harus diingat bahwa masyarakat organisasi memunculkan perilaku mutu berdasarkan hirarki proses penerapannya.
Tujuan utama SPMI adalah menumbuhkembangkan budaya mutu secara sistemik dan berkelanjutan
dengan luaran berupa akreditasi (SPME). Upaya implementasi mutu ini membutuhkan konsistensi dari pengambil kebijakan dan stakeholder agar sikap terhadap mutu dapat terwujud menjadi perilaku mutu yang terstandar. Perguruan tinggi harus mendorong dan mengawal PPEPP secara berkelanjutan, agar muncul keyakinan yang berujung pada terciptanya budaya mutu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi. Institusi pendidikan bertanggung jawab dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas serta handal, sehingga memiliki kemampuan dalam menghadapi ketatnya persaingan global.[]
Konektivitas Perilaku Insan Pendidikan dan Optimalisasi Mutu
Institusi pendidikan adalah tempat pengembangan pengetahuan dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang memiliki keunikan tersendiri berdasarkan keragaman visi dan misinya. Oleh karena itu, tidak layak jika pendidikan harus diseragamkan. Akan lebih baik jika perguruan tinggi diberikan
Mirza, S.Psi, M.Si.Anggota Pusat Audit dan Pembinaan Akreditasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Kedokteran
EDISI 235 . MEI 2019
UNSYIAH MENUJU PTN UNGGUL
ISSN
021
5-2
916
ukm-pa leuser, ekspedisitiada henti
berbagisenyumdi enam desa
Lima prodi siapkan akreditasi internasional
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019
MUTU40 MUTU 41
Salah satu strategi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) adalah mengajukan akreditasi. SPMI yang terimplentasikan dengan baik di setiap unit kerja merupakan langkah jitu untuk menggapai akreditasi yang unggul. Akreditasi merupakan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) sebagai bagian dari SPMI pada suatu perguruan tinggi. Perkembangan terkini dalam pengajuan akreditasi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berdasarkan Peraturan BAN-PT
Nomor 2 Tahun 2019 mengatakan, bahwa untuk pengajuan akreditasi program studi menggunakan instrumen baru yaitu Instrumen Akreditasi Program Studi 4.0 atau yang disingkat IAPS 4.0. Instrumen akreditasi ini berorientasi pada output dan outcome. IAPS 4.0 mulai berlaku efektif per tanggal 1 April 2019, sehingga usulan akreditasi yang disampaikan mulai tanggal 1 April 2019 sudah harus menggunakan IAPS 4.0.
Berdasarkan ketetapan tersebut,
Unsyiah melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) melaksanakan Workshop Penyusunan Akreditasi Program Studi 4.0, dengan mengundang Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ketua Satuan Penjaminan Mutu Fakultas (SJMF), dan seluruh Ketua Program Studi di lingkungan Unsyiah. Workshop ini dilakukan sebagai bentuk sosialisasi tata cara proses administrasi pengusulan akreditasi dan metode penyusunannya.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini APS telah memasuki versi 4.0 yang artinya penyusunan borang akreditasi program studi akan menggunakan sembilan kriteria. Unsyiah sendiri saat ini sedang dalam proses penyusunan dokumen akreditasi perguruan tinggi yang menggunakan sembilan kriteria (APT 3.0) untuk persiapan pengusulan reakreditasi perguruan tinggi.
Berdasarkan ketetapan BAN-PT tersebut, dokumen akreditasi prodi terdiri dari dua bagian, yaitu Laporan Evaluasi Diri Program Studi (LEDPS) dan Laporan Kinerja Program Studi (LKPS). LEDPS merupakan dokumen evaluasi yang disusun secara komprehensif sebagai bagian dari pengembangan program studi yang menggambarkan status capaian masing-masing kriteria serta analisis atas ketercapaian atau ketidaktercapaian suatu kriteria.
Sedangkan LKPS berisi data kuantitatif yang secara bertahap akan diambil dari Pangkalan Dikti Pendidikan Tinggi (PD-Dikti). Data tersebut memuat capaian indikator kinerja Unit Pengelola Program Studi (UPPS) sebagai Unit Pengusul Akreditasi Program Studi serta program studi yang akan diakreditasi. Dokumen LEDPS tersebut disusun oleh UPPS dan dokumen LKPS disusun oleh Program Studi.
Hal ini dikuatkan dengan Surat Keputusan Rektor Unsyiah Nomor
1120 Tahun 2019 tentang Penetapan UPPS dalam Penyusunan dokumen LEDPS. UPPS Unsyiah dalam hal ini adalah Fakultas dan Pascasarjana Unsyiah. Oleh karena itu, fakultas/pascasarjana sebagai UPPS yang menyusun LEDPS dan LKPS disusun oleh program studi.
Workshop Penyusunan Akreditasi Program Studi (APS) 4.0 ini dikoordinir oleh Pusat Audit dan Pembinaan Akreditasi (PAUPA) LP3M Unsyiah. Pemateri pada kegiatan workshop ini merupakan tim internal dari LP3M, Prof. Dr. Adlim, M,Sc (Ketua LP3M), Dr. Ir. Suhendrayatna, M,Eng (Sekretaris LP3M), dan Dr. drh. Rinidar, M.Kes (Ketua PAUPA). PAUPA menjadi salah satu tim penjaminan mutu Unsyiah yang berupaya mengembangkan sistem pembinaan akreditasi, mendampingi, dan membina program studi dalam proses APS. Ini semua dilakukan untuk menjaga standar mutu seluruh program studi di Unsyiah. []
Sosialisasi AkreditasiProgram Studi Berbasis Outcome
Nurlaili, S.Pd., M.Pd.Sekretaris Pusat Audit dan
Pembinaan Akreditasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas FKIP Unsyiah
Unsyiah sendiri saat ini sedang dalam proses penyusunan dokumen akreditasi perguruan tinggi.
“
MENOPANG KUALITAS KESEHATANDENGAN DOKTER SPESIALIS
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 236 . JUNI 2019IS
SN 0
215
-29
16
Ibrahim Ismail Puluhan Tahun Bersama Jenazah
Pentingnya Halal Awareness Bagi Setiap Muslim
Pengembangan Riset Bencana Hidrometeorologi
EDISI 236 . JUNI 2019 EDISI 236 . JUNI 2019
MUTU40 MUTU 41
Pusat Pengembangan Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M)
memiliki peran dalam melakukan proses peningkatan mutu pembelajaran di Universitas Syiah Kuala. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aktivitas utama yang memerlukan standarisasi mutu, sehingga aktivitas ini dapat berjalan sesuai dengan standar yang berlaku.
Tahun 2019, LP3M melanjutkan pemberian bantuan hibah untuk meningkatkan kapasitas civitas
Keberadaan buku ajar memegang peranan sangat penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Terlebih untuk pendidikan bidang vokasi yang menekankan pada penguasaan keahlian terapan. Buku ajar memiliki karakteristik yang berbeda. Buku ajar mampu
menumbuhkan minat dari pembaca khususnya mahasiswa. Tidak seperti buku teks yang lebih didasarkan pada asumsi minat pembaca.
Aspek lain yang hendaknya tercakup dalam buku ataupun modul ajar yang dirancang untuk digunakan oleh mahasiswa, memiliki tujuan instruksional, mengarah pada pencapaian akhir kompetensi pembelajaran, berfokus pada pemberian kesempatan mahasiswa untuk dapat berlatih, mengakomodasikan kesulitan belajar mahasiswa serta mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa. Substansi materi yang terkandung dalam buku ajar juga harus selaras dengan garis besar program pengajaran dan satuan acuan pengajaran yang direncanakan bagi suatu mata kuliah.
Oleh karena itu, dalam proses penyusunannya harus mengikuti suatu kaidah yang runut, sistematis dan rasional serta mampu menggambarkan tujuan akhir pembelajaran, topik bahasan, subtopik bahasan, kriteria penilaian hasil pembelajaran, skema hubungan antartopik bahasan hingga contoh-contoh persoalan ataupun kasus yang relevan di dalam dunia nyata.
Saat ini, dosen yang telah menulis buku ajar di lingkungan Unsyiah jumlahnya relatif sedikit. Hal ini disebabkan sebagian dosen belum memahami tata cara penulisan bahan ajar yang tepat serta belum adanya motivasi dan semangat untuk menulis. Kegiatan hibah buku ajar ini dimaksudkan untuk menyediakan sejumlah dana
yang dapat digunakan oleh dosen untuk penyempurnaan, konsultasi, penggandaan naskah akhir, dan hibah bagi penulis sebelum diterbitkan oleh penerbit.
Kegiatan hibah buku ajar tahun 2019 ini sudah sampai pada seleksi tahap kedua, yakni review naskah oleh reviewer yang berkompeten pada bidangnya masing-masing. Pada seleksi awal terdapat 42 pendaftar, tetapi hanya 28 pendaftar yang melengkapi dokumen. Berdasarkan hasil seleksi awal yang terdiri dari seleksi administrasi dan similarity index melalui turnitin, terdapat 18 pendaftar yang lolos seleksi. Untuk hibah buku ajar tahun 2019, ditargetkan ada 10 orang pemenang dengan besar hibah masing-masing Rp. 15.000.000,-.
Selain hibah buku ajar, bantuan LP3M tahun 2019 juga terkait pengembangan dan penerapan e-learning (pembelajaran online). Pembelajaran berbasis E-learning bertujuan untuk mendampingi pertemuan konvensional di kelas agar proses pembelajaran tetap berlanjut sekalipun pertemuan di kelas sudah selesai. Sistem e-learning Universitas Syiah Kuala telah diintegrasikan dengan sistem akademik dan KRS online, sehingga pengelolaan mata kuliah, pengajar, dan peserta mata kuliah akan dibaca secara otomatis oleh kedua sistem ini. Hal ini tentunya mempermudah pengelolaan data dalam sistem pembelajaran online tersebut.
Namun sayangnya, pemanfaatan e-learning ini belum dioptimalkan oleh dosen pengampu mata kuliah.
Oleh karena itu, LP3M melalui Pusat Pengembangan Pembelajaran (PIJAR) merasa perlu melaksanakan kegiatan hibah yang difokuskan pada pengembangan dan penerapan e-learning. Modul yang dikembangkan terutama meliputi pengembangan bahan ajar interaktif multimedia menggunakan sistem Learning Management System (LMS) yang telah berjalan di laman http://elearning.unsyiah.ac.id. Tujuan dari hibah ini adalah peningkatan aktivitas dan kreativitas pembelajaran. Penerima hibah adalah tim dosen pengajar aktif di Unsyiah. Hibah diberikan selama periode satu semester atau 5 bulan dan dilaksanakan oleh PIJAR LP3M Unsyiah bekerja sama dengan Pusat Informasi dan Evaluasi LP3M Unsyiah dan Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK) Unsyiah.
Hibah e-Learning tahun 2019 ini menjaring 40 orang pemenang, dengan besar hibah masing-masing Rp. 15.000.000,-. Para pemenang hibah telah melakukan presentasi kemauan impementasi tahap 1, pada bulan april lalu. Diharapkan pada bulan Juni nanti, seluruh pemenang hibah e-Learning telah mengumpulkan laporan dan melakukan presentasi tahap akhir. []
Peningkatan Mutu Pembelajaran Melalui Hibah Buku Ajar dan E-Learning
akademika, khususnya dosen dalam bidang pembelajaran yaitu melalui kegiatan penulisan buku ajar serta pengembangan dan penerapan e-learning. Hal ini dilakukan untuk mendukung visi Universitas Syiah Kuala untuk menjadi universitas inovatif, mandiri, dan terkemuka.
Dr. Andi Ulfa Tenri Pada, S.Pd. M.PdAnggota Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanandi_ulfa@unsyiah.ac.id
pemanfaatan e-learning ini belum dioptimalkan oleh dosen pengampu mata kuliah.
“
MTQ MAHASISWA NASIONAL:MEMBUMIKAN ALQURAN DARI KAMPUS
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 237 . JULI 2019IS
SN 0
215
-29
16
Tiga Sekawan Pencinta Alquran
Liaison Officer MTQMN: Gambaran Nyata Kerja Keras
Tumbler dan Relawan Curi Perhatian
EDISI 237 . JULI 2019 EDISI 237 . JULI 2019
MUTU40 MUTU 41
Penyusunan kurikulum di perguruan tinggi merupakan kegiatan yang lahir dari respon terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan pengguna lulusan. Kurikulum yang disusun untuk perguruan tinggi (KPT) harus mampu menyesuaikan tuntutan perubahan zaman dalam rangka menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi yang setara. Kualifikasi ini telah disepakati dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang atur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
pengembangan kurikulum juga memiliki tantangan tersendiri. Di era ini sangat dibutuhkan penjabaran kemampuan yang sesuai jenjang KKNI dan memiliki kemampuan literasi baru, meliputi literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yg berakhlak mulia. Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) yang memiliki spirit, kesungguhan, dan tanggung jawab dari pendidik dalam menyajikan pembelajaran secara profesional akan menghasilkan lulusan yang bermutu dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Ronald M. Harden, seorang profesor yang menekuni desain dan evaluasi kurikulum menyatakan, ‘The curriculum is a sophisticated blend of educational strategies, course content, learning outcomes, educational experiences, assessment, the educational environment and the individual student’s learning style, personal time and program of work”. Jadi menyusun kurikulum memerlukan pemikiran berbagai aspek dan kedalaman yang memenuhi penguasaan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah
menyusun peraturan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat 2 tentang kurikulum. Peraturan ini menjelaskan Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap program studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. Hadirnya pedoman untuk menyusun panduan kurikulum program studi cukup menjelaskan runutan mekanisme penyusunan kurikulum.
Tujuan Penyusunan KurikulumPenyusunan kurikulum bertujuan untuk mendorong mahasiswa berpikir kritis dan melakukan penalaran tingkat tinggi (higher order thinking). Selain itu, juga membantu mengoptimalkan pengembangan potensi mahasiswa menjadi manusia yang diinginkan dan memfasilitasi mahasiswa belajar menjadi manusia yang paripurna.
Tahapan Penyusunan KurikulumGuna menghasilkan rumusan kurikulum yang baik harus dimulai dari penetapan profil lulusan. Profil lulusan ini disusun dengan langkah-langkah meliputi: (a) studi pelacakan (tracerstudy) kepada pengguna potensial yang sesuai dengan bidang, (b) identifikasi peran lulusan berdasarkan tujuan diselenggarakannya program studi sesuai dengan visi dan misi institusi, dan (c) melakukan kesepakatan dengan program studi sejenis untuk menetapkan pencirian umum program studi.
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan capaian pembelajaran (CP) lulusan. Rujukan untuk menyusun CP adalah KKNI dan Standar Nasional Pendidikan
Tinggi. Tahapan yang perlu dilakukan adalah pemilihan dan bobot mata kuliah, membentuk mata kuliah dan satuan kredit semester (SKS), merangkai struktur kurikulum, dan merancang rencana pembelajaran mahasiswa.
Proses penyusunan atau pengembangan/perubahan kurikulum pada program studi tidaklah cukup dilakukan oleh pimpinan dan jajarannya saja. Proses ini harus dibuat mekanisme yang terstruktur dengan melibatkan seluruh staf pengajar dan pihak terkait program studi untuk menjamin konvergensi konstruksi dari kurikulum program studi.
Monitoring dan Evaluasi KurikulumKegiatan monitoring dan evaluasi kurikulum di Unsyiah berada di bawah pemantauan Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M). Pengembangan kurikulum pada dasarnya dilakukan setiap waktu selama proses pendidikan berjalan sesuai konsep continuos improvement. Tetapi, secara praktiknya peninjauan dan revisi kurikulum dilakukan secara berkala, umumnya antara 4-5 tahun.
Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut diperlukan rancangan program monitoring dan evaluasi kurikulum, sehingga ketika dilakukan pengembangan/revisi kurikulum tidak terjadi kendala besar karena sudah direncanakan dengan baik dan dengan data yang mendukungnya. Kualifikasi lulusan dari rumusan kurikulum yang disusun oleh program studi dan pimpinan, harus memastikan bahwa rancangan kurikulum ini mampu
membentuk lulusan baik kompeten di bidang keilmuannya, sikap, dan keterampilan yang dimilikinya. []
PENYUSUNAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI
8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Penerapan KKNI ini juga telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Perguruan Tinggi. Sebagai kesepakatan nasional, ditetapkan lulusan program sarjana−misalnya paling rendah−harus memiliki “kemampuan” yang setara dengan “capaian pembelajaran” yang dirumuskan pada jenjang 6 KKNI, Magister setara jenjang 8, dan doktor setara jenjang 9.
Dr. Sofia, S.Si, M.ScKepala Pusat Pengembangan Pendidikan LP3M Unsyiah/ Dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah
Di samping itu, rincian pengembangan kurikulum juga sudah termaktub di dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN DIKTI) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015. Peraturan ini menjelaskan jika setiap program studi harus membuat pengembangan terhadap keilmuan, sikap, dan keterampilan. Penerapan ini diperlukan karena setiap pengembangan tersebut merupakan pengejawantahan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Di era Revolusi Industri 4.0,
MENGGALI POTENSI DESADENGAN KULIAH KERJA NYATA
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 238 . AGUSTUS 2019IS
SN 0
215
-29
16
TONG SAMPAH PINTAR BERBIAYA MURAH
SKULA;EDUKASI OFFLINE UNTUK NARAPIDANA ANAK
MENJAGA KESEHATAN SAAT KEBAKARAN HUTAN
EDISI 238 . AGUSTUS 2019 EDISI 238 . AGUSTUS 2019
MUTU40 MUTU 41
EDISI 238 . AGUSTUS 2019 EDISI 238 . AGUSTUS 2019
MUTU40 MUTU 41
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan
dan Penjaminan Mutu (LP3M) kembali melaksanakan Penataran dan Lokakarya Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) Tahun 2019, pada tanggal 29 Juli-2 Agustus 2019. Program pelatihan Pekerti ini merupakan kegiatan tahunan Unsyiah yang diperuntukkan bagi dosen muda. Selain Pekerti, juga ada program AA (Applied Approach) berupa pelatihan yang diperuntukkan kepada dosen senior. Dua
Dosen. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dosen berkewajiban merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Di samping itu, juga melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sesuai dengan Standar Pendidik pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dosen yang kompeten melaksanakan tugasnya adalah dosen yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
Upaya pengembangan diri menjadi pendidik profesional dilakukan melalui penguasaan materi pembelajaran dan pendidikan. Atas dasar pentingnya profesionalisme pendidik tersebut, maka perlu adanya pengembangan diri. Oleh karena itu, Pekerti dan AA dirasakan sangat penting bagi dosen untuk meningkatkan penguasaan kemampuan intruksional. Dosen
harus terampil dalam pembelajaran, sehingga mereka tidak lagi mengajar semaunya.
Dengan adanya kegiatan Pekerti ini, diharapkan nantinya dosen dapat: (1) menerapkan paradigma pembelajaran sesuai dengan kurikulum, (2) merancang persiapan pelaksanaan, penilaian pembelajaran yang saling terintegrasi, serta (3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip pedagogik dan metodologi pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa.
Kegiatan yang dinaungi oleh Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M ini diikuti 30 peserta dari berbagai fakultas di lingkungan Unsyiah. Fasilitator Pekerti ini merupakan para ahli pembelajaran yang kebanyakan berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Ini sesuai dengan fungsi dari FKIP adalah mendidik. []
PEKERTI UNTUKTINGKATKAN KOMPETENSI
program ini merupakan pelatihan yang dapat dimanfaatkan dalam rangka peningkatan keterampilan kompetensi profesional dosen dalam memangku jabatan fungsional, terutama untuk meningkatkan keterampilan pedagogis.
Upaya peningkatan kompetensi profesional dosen perguruan tinggi selalu menjadi pokok perhatian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Hal ini didasarkan pada konsepsi bahwa dosen merupakan salah satu komponen yang sangat
Keumala HayatiStaf Subbag InformasiPublikasi LP3M Unsyiah
berperan dalam proses pembelajaran dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas belajar mahasiswa.
Program Pekerti-AA merupakan program pelatihan yang dirancang Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Program Pekerti-AA penting dalam pengembangan profesionalisme dosen karena kurikulum yang ditetapkan oleh Dikti sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
FASILITATOR PROGRAM PEKERTI
Prof. Dr. Adlim, M.Sc (FKIP/LP3M)
Prof. Mustanir, M.Sc (FMIPA)
Dr. Dra Sulastri, M.Si (FKIP)
Dra. Nurulwati, M.Pd (FKIP)
Ners. Darmawati, M.Kep, Sp.Mat (FKEP)
Dr. Rahmah Johar, M.Pd (FKIP)
Dr. Cut Morina Zubainur, M.Pd (FKIP)
Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng (FT/LP3M)
Dra. Asiah MD, MP (FKIP/LP3M)
Dr. M. Hasan, M.Si (FKIP)
Dr. Andi Ulfa Tenri Pada, M.Pd (FKIP/LP3M)
Nana Suraiya, M.Pd (FKIP)
MELUASKAN KIPRAH UNIVERSITAS
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 239 . SEPTEMBER 2019IS
SN 0
215
-29
16
WAPRES JK: JANGKAUAN KEILMUAN UNIVERSITAS HARUS LEBIH LUAS
MERINTIS PRESTASI DARI ILMU AKUNTANSI
MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI; AKREDITASI A SATU-SATUNYA DI INDONESIA
EDISI 239 . SEPTEMBER 2019 EDISI 239 . SEPTEMBER 2019
MUTU40 MUTU 41
EDISI 239 . SEPTEMBER 2019 EDISI 239 . SEPTEMBER 2019
MUTU40 MUTU 41
Akuntabilitas merupakan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugas yang diemban
dengan parameter yang dapat diukur dan dibuktikan. Jika pekerjaan itu dalam bentuk keterampilan fisik seperti merakit komputer, maka keberhasilan pekerjaan mudah diukur. Tetapi pekerjaan dalam bentuk jasa seperti mengajar, maka pengukurannya tidak sama seperti mengukur pekerjaan fisik.
Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi (PT) harus juga dapat diukur dan dipertanggungjawabkan oleh pendidik yang profesional. Namun, masih banyak yang tidak menyadari bahwa dosen adalah pendidik, sehingga terkesan kurang peduli pada profesi pendidik. Sesungguhnya dosen bukan hanya sebagai ekonom, saintis, dokter, insinyur, pakar hukum, tetapi lebih dari itu karena punya idealisme sebagai pendidik profesional di atas profesi tersebut.
Kinerja pembelajaran yang dilakukan oleh dosen tidak dapat diukur tanpa ada dokumentasi yang rapi dan tidak dapat dinilai ketercapaiannya tanpa ada suatu pembanding. Dokumen minimal yang dapat dijadikan pembanding adalah dokumen
Seandainya ada kasus yang mengklaim bahwa kegagalan peserta didik dalam karier karena materi kuliah yang tidak bermanfaat atau terjadi perdebatan antar dosen yang mengklaim paling benar tentang metode atau isi pembelajaran yang berhubungan dengan kurikulum, tentu RPS dan kontrak kuliah yang sudah disahkan dapat dijadikan rujukan untuk membuktikan kebenaran itu.
Keengganan pendidik membuat RPS dan kontrak kuliah boleh jadi karena mereka merasa hampir tidak ada risiko kalau pun itu tidak dilakukan. Padahal penyusunan dokumen tidak memerlukan waktu yang lama. Berbeda halnya risiko bagi seorang arsitek yang jika tidak membuat dokumen perencanaan dengan benar, maka mereka dapat dipidana karena dapat menyebabkan kerugian materi dan malapetaka.
Sebagai pendidik profesional, perlu mengkhawatirkan kompetensi lulusan hasil didikannya termasuk kegagalan mereka berinteraksi di dalam masyarakat atau ketidaksiapan mereka terhadap perkembangan zaman sebagai dampak dari ketidakpedulian pada perencanaan pembelajaran. Memang mengukur keberhasilan mendidik tidak seakurat ukuran keberhasilan mendirikan bangunan, tetapi upaya akuntabilitasnya tetap harus dapat dilakukan secara maksimal.
Dokumen perencanaan pembelajaran yang sudah lengkap
juga belum tentu efektif jika hanya sebatas dokumen dan tidak menjadi pedoman untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Tahap berikutnya diperlukan pengawasan dari ketua program studi sejauh mana konsistensi perkuliahan dan perencanaannya. Pengawalan ini akan lebih efektif menggunakan sistem komputer, sehingga tidak membeda-bedakan dan tidak ada kesungkanan untuk mengingatkan. Dengan sistem software “SIM kuliah” yg terintegrasi dengan finger print, maka dapat diatur keaktifan finger print dengan bersyarat. Dalam sistem ini pokok bahasan setiap kali tatap muka langsung tertera pada print out absen dan dapat dikonfirmasi oleh mahasiswa kesesuaian materi perkuliahan dengan perencanaannya. Dapat secara otomatis mengirimkan SMS untuk mengingatkan jadwal kuliah jika lupa masuk beberapa kali. Ini memang terkesan seperti ada ketidak percayaan pada para pendidik, dulu tidak ada ini-itu, ternyata alumni yang dulu juga baik-baik saja. Zaman sudah berubah, saat ini semuanya dituntut akuntabilitas. Dulu tidak ada akreditasi program studi atau tidak ketat pengawasan pembelajaran di perguruan tinggi. Saat itu perguruan tinggi hanya bertugas mendidik. Namun sekarang, perguruan tinggi dituntut seperti perusahaan yang harus mampu bersaing mendapatkan calon mahasiswa dan lulusan yang berkualitas diiringi efesiensi. Wallahualam. []
AKUNTABILITAS KINERJA PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI
perencanaan pembelajaran yang telah disepakati, seperti RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Sedangkan pedoman teknis pembelajaran yang lebih detail dikenal dengan kontrak kuliah atau kontrak perkuliahan.
Kontrak kuliah akan bermanfaat bagi tim pengajar dan mahasiswa. Tim pengajar dapat menjadikannya sebagai rujukan pembagian tugas
Prof. Dr. Adlim, M.ScKetua LP3M Unsyiah
mengajar, materi perkuliahan, dan tugas yang harus diberikan kepada mahasiswa. Mahasiswa dapat mengetahui tugas dan kompetensi yang harus mereka kuasai agar dapat lulus dengan nilai terbaik. Kedua dokumen ini merupakan bagian dari pertanggungjawaban kinerja pendidik.
Mungkin ada yang mengira jika keberhasilan pembelajaran dapat ditunjukkan dengan penguasaan materi oleh mahasiswa atau kemampuan mengajar yang luar biasa. Semuanya akan benar jika sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tujuan kurikulum yang dapat dilihat di dalam RPS. Jika tidak ada
RPS dan kontrak kuliah, maka hampir tidak ada akuntabilitas karena sukar dibuktikan kesesuaian isi pembelajaran dengan diskripsi mata kuliah, metode dan media yang digunakan, tugas yang ditagih dari mahasiswa, skenario pembinaan softkill, pembinaan pola pikir, dan lainnya jika hal itu termasuk yang diagendakan.
Mungkin saja pembelajaran luar biasa, tetapi hal itu seperti pengakuan yang tanpa bukti atau bangunan tanpa dokumen rancang bangun (desain). Sebab bisa saja seseorang mengisi waktu pembelajaran sesukanya, tetapi sama sekali tidak mencapai tujuan kurikulum sehingga kompetensi lulusan diragukan. Mungkin saja disenangi oleh mahasiswa hanya karena pandai merangkai kata, lucu, dan tidak ada tugas yang membebani mereka apalagi lulus dengan penilaian yang tidak berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang seharusnya. Demikian juga isi dan tingkatan materi pembelajaran yang kurang sesuai, misalnya yang dituntut kurikulum adalah keterampilan, tetapi kenyataannya materi perkuliahan hanya teori-teori abstrak saja. Sering pula beban belajar mahasiswa tidak diperhitungkan atau tidak dilakukan analisis. Ini menyebabkan mahasiswa harus menyelesaikan tugas 2x24 jam tanpa tidur dalam waktu yang sangat sempit. Akibatnya tidak jarang yang putus asa atau tidak lagi mempedulikannya.
KOLABORASI INTELEKTUALDI FORUM GLOBAL
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 240 . OKTOBER 2019IS
SN 0
215
-29
16
MENGGAUNGKANKEMBALI PRODUK SALAMDI PERBANKAN SYARIAH
IMAM DAN LILLA,PRESENTER TERMUDA DI KONFERENSI DUNIA
MENDORONG PENELITI BERKIPRAH DI LEVEL GLOBAL
EDISI 240 . OKTOBER 2019 EDISI 240 . OKTOBER 2019EDISI 240 . OKTOBER 2019 EDISI 240 . OKTOBER 2019
MUTU40 MUTU 41
Tanpa terasa bulan Juli 2020
masa akreditasi institusi
Universitas Syiah Kuala akan
berakhir. Dalam waktu
dekat, beberapa program studi juga
harus melakukan reakreditasi dengan
pendekatan yang jauh berbeda dengan
konsep penilaian akreditasi masa lalu
yang berbasis tujuh standar. Unsyiah
akan menghadap era penting dalam
melakukan reakreditasi institusi (APT
3.0) dan reakreditasi program studi (APS
4.0) seperti juga seluruh perguruan
tinggi lainnya di Indonesia. Bergesernya
konsep penilaian dan tuntutan akreditasi
dari input-proses menjadi output-
outcomes, mengharuskan setiap
perguruan tinggi merubah mindset
dan strategi dalam memenuhi tuntutan
akreditasi berbasis sembilan kriteria.
Termasuk penguatan implementasi
sistem penjaminan mutu internal
(SPMI) di level UPPS dan program studi.
Unsyiah telah menetapkan bahwa
UPPS adalah fakultas dan PPS yang
memiliki tanggung jawab nyata dalam
mempersiapkan dokumen usulan APT
dan APS bersama-sama dengan program
studi.
Hal lainnya yang perlu dipahami
bersama oleh segenap pengambil
keputusan di lingkungan perguruan
Pimpinan tingkat fakultas seharusnya
memiliki program mutu yang lebih
strategis, sehingga elemen LED dapat
dipenuhi melalui impelementasi SPMI
yang dikawal oleh SJMF.
Selain itu, program mutu di tingkat
UPPS harus berujung dan berwujud
output dan outcomes nyata dari
capaian standar mutu sehingga harus
direncanakan, dilaksanakan dievaluasi,
dikendalikan, dan ditingkatan setiap saat.
Komitmen pimpinan di level UPPS untuk
menguatkan program mutu melalui
SJMF sudah seharusnya dilakukan dan
diarahkan tidak semata-mata mencukupi
dan melengkapi dokumen, tetapi harus
diarahkan pada pencapaian dan realisasi
output dan outcomes.
Untuk itu, UPPS harus memiliki
strategi jangka pendek dan jangka
panjang ke depan. Sejak dua tahun
lalu, Unsyiah telah mengembangkan
Rencana Strategis Mutu dalam upaya
mempersiapkan diri memenuhi tuntutan
akreditasi sembilan kriteria. Seluruh
program yang telah dicanangkan
dalam RENSMU UPPS harusnya
diimplementasikan, sehingga mampu
menghasilkan output dan outcomes
yang sesuai untuk mendapatkan
peringkat unggul. Tanpa program
mutu, maka sangat sulit PT dan UPPS
serta program studi menghasilkan
output dan outcomes seperti yang
diharapkan. Apalagi saat ini kualitasnya
telah dituntut pada skala nasional dan
internasional.
Hal yang lebih besar juga harus
dipersiapkan dalam melaksanakan
re-APT Unsyiah. Dimulai dengan
menguatkan kebijakan mutu,
meningkatkan standar mutu, dan
mengubah strategi dalam implementasi
SPMI terstruktur, terukur, dan
berkelanjutan. Berikut beberapa hal
penting yang perlu disikapi secara serius
sebagai tuntutan nyata APT 3.0, antara
lain:
1. Sertifikasi kelembagaan internasional
baik akademis maupun keuangan;
2. Akreditasi internasional program
studi;
3. Rekognisi dosen;
4. Jumah mahasiswa asing;
5. Output-outcomes penelitian, PKM,
dan kegiatan kerjasama;
6. Output-outcomes aktiftas penelitian
dan PKM mahasiswa;
7. Capaian dan luaran tridarma
perguruan tinggi.
Melalui pemahaman terhadap
pentingnya mewujudkan output dan
outcomes dalam menghadapi tuntutan
akreditasi saat ini, diharapkan seluruh
pengambil kebijakan di lingkungan
perguruan tinggi dapat menentukan
strategi jangka pendek dan jangka
panjang baik di tingkat PT dan juga
UPPS. Upaya ini perlu dilakukan segera
agar capaian akreditasi unggul nanti
dapat diraih secara optimal dengan
persiapan yang lebih terencana dan
berhasil guna. Hal ini dapat dimulai
dari mengubah mindset (pemahaman)
terhadap tuntutan APT 3.0 dan APS 4.0,
serta penguatan program mutu internal
sesuai tuntutan output dan outcomes
sembilan kriteria yang telah menjadi
acuan penilaian akreditasi. []
MENGEJAR OUTPUT-OUTCOMES UNTUK MERAIH AKREDITASI UNGGUL DI ERA APT 3.0 DAN APS 4.0
Dr. Ir. M. Aman Yaman, M.Agric.Sc
Kepala Pusat PengembanganSistem Manajemen Mutu LP3M
Unsyiah/Dosen FakultasPertanian Unsyiah
tinggi, bahwa penilaian umum APT
3.0 dan APS 4.0 telah menitikberatkan
pada kemampuan PT dan program
studi dalam memenuhi “standar
mutu nasional pendidikan tinggi
dan standar mutu perguruan tinggi
yang ditetapkan” sesuai peraturan
Kemenristek Nomor 62 Tahun 2016.
Untuk mendapatkan peringkat unggul,
maka:
1. PT dan program studi harus mampu
melampaui SNDIKTI;
2. Menjalankan serta membuktikan
implementasi di setiap elemen
tridarma perguruan tinggi melalui
pencapaian IKU dan IKT;
3. Memiliki luaran kinerja dan prestasi
tridarma PT pada skala nasional dan
internasional;
4. Penguatan data PDPT dan memiliki
sistem pendataan dan dokumentasi
digital sesuai dengan tuntutan
sembilan kriteria akreditasi;
5. Meningkatkan standar mutu baik
secara vertikal maupun horizontal;
dan
6. Menghasilkan output dan outcomes
sebagai capaian tridarma PT pada
level nasional dan internasional.
Pemahaman output dan outcomes
sebagai tuntutan sembilan kriteria APT
3.0 dan APS 4.0 oleh seluruh pengambil
kebijakan PT dan pelaksana akreditasi
perguruan tinggi dan program studi
harus ditingkatkan sehingga dapat
direalisasikan. Dalam pelaksanaannya,
dokumen APS 4.0 terdiri dari Laporan
Evaluasi Diri (LED) yang menggambarkan
status dan analisis capaian sembilan
kriteria dan Laporan Kinerja Akademik
yang memuat data capaian indikator
kinerja program studi.
Suatu perubahan besar terjadi dalam
pelaksanaan akreditasi program studi.
Di mana kebijakan baru pada APS 4.0
menuntut Unit Pengelola Program
Studi (UPPS) menjadi penanggung
jawab penyusunan Laporan Evaluasi
Diri (LED) program studi baik fakultas
maupun jurusan. Posisi Satuan Jaminan
Fakultas (SJMF) menjadi sangat penting
dan strategis dalam menentapkan
strategi persiapan LED, sehingga selaras
dengan Laporan Kinerja (LK) yang
menjadi tanggung jawab program studi.
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 241 . NOVEMBER 2019IS
SN 0
215
-29
16
MENDORONG PRESTASI BELAJARDENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
EDISI 241 . NOVEMBER 2019 EDISI 241 . NOVEMBER 2019
MUTU40 MUTU 41
EDISI 241 . NOVEMBER 2019 EDISI 241 . NOVEMBER 2019
MUTU40 MUTU 41
Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang
Standar Nasional
Pendidikan, setiap satuan pendidikan
pada jalur formal dan nonformal
wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Dosen merupakan
salah satu komponen yang sangat
berperan dalam proses pembelajaran,
dan secara langsung memengaruhi
peningkatan kualitas belajar peserta
didik. Oleh karena itu, sesuai dengan
UU 14/2005 Pasal 1 butir 2, dosen
hendaknya mampu melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dan
ilmuwan yang professional. Menurut
KPPTJP Dikti 1996-2005, agar dapat
berfungsi secara professional, seorang
dosen hendaknya memiliki tiga
kompetensi, yaitu penguasaan bidang
ilmu, keterampilan kurikulum, dan
keterampilan pedagogis (pembelajaran
dan pengembangan cara menyikapi
pemahaman materi ajar). Upaya
meningkatkan kompetensi professional
dosen perguruan tinggi selalu menjadi
pokok perhatian Direktorat Jendaral
Pendidikan Tinggi.
Applied Approach atau yang biasa
disingkat dengan AA adalah pelatihan
yang diselenggarakan oleh Universitas
Syiah Kuala melalui Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan
dunia. SCL dipercaya efektif dalam
meningkatkan proses pembelajaran
guna meningkatkan hasil belajar
peserta didik secara optimal. Ini sesuai
dengan filosofi belajar, bahwa belajar
merupakan kegiatan memperoleh
pengetahuan baru di mana semakin
banyak pengetahuan didapat peserta
didik, semakin besar peluang mereka
untuk terus meningkatkan kualitas
sikap dan perilakunya. Pandangan ini
sejalan dengan pendekatan belajar
yang dikembangkan aliran psikologi
kognitif yang meyakini bahwa para
peserta didik yang memiliki informasi
pengetahuan sangat banyak dapat
melakukan eksplorasi terhadap
sumber-sumber belajar baru, baik
sendiri maupun bersama-sama
dengan peer group-nya.
Selain mendapatkan materi, peserta
diharuskan mengerjakan tugas sebagai
aplikasi dari materi dalam waktu
15 hari. Adapun capaian kegiatan
ini menghasilkan produk seperti
proposal penelitian tindakan kelas,
draft buku ajar, media ajar, e-learning,
instrumen evaluasi pembelajaran,
asesmen alternative, dan mekanisme
rekonstruksi mata kuliah.
Materi baru yang diberikan kepada
peserta pelatihan AA tahun ini
adalah e-learning. Unsyiah telah
mengeluarkan Peraturan Rektor Nomor
1 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pembelajaran
Daring (E-Learning). Dalam peraturan
tersebut, salah satu hal yang sangat
ditekankan adalah pelaksanaan
pembelajaran blended learning, yaitu
proses perkuliahan yang memadukan
antara e-learning dengan proses
perkuliahan berbasis kelas (tatap
muka). E-learning berfungsi sebagai
complement dan supplement, di mana
proporsi perkuliahan tatap muka yang
dapat digantikan dalam satu semester
maksimal 35 persen atau 5 kali
pertemuan tatap muka. Tidak termasuk
UTS dan UAS. Harapannya materi
ini dapat mempersiapkan peserta
pelatihan untuk menjawab tantangan
revolusi industri 4.0.
Animo dosen mengikuti kegiatan AA
sebagai tindak lanjut dari kegiatan
Pekerti sangat tinggi setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan kebutuhan terhadap
pelatihan yang melatih pengembangan
kompetensi pedagogik dosen. Namun,
kuota pelatihan tersebut sangat
terbatas dan sedikit setiap tahunnya.
Untuk tahun 2019, kuota hanya 30
orang dosen untuk seluruh universitas.
Jumlah ini masih kurang memadai.
Oleh karena itu, baiknya kuota
kegiatan AA ditambah pada tahun-
tahun berikutnya.
Sebagai tindak lanjut kegiatan
Applied Approach (AA) ini,
para peserta diharapkan dapat
menerapkan pengetahuan yang
telah didapatkan selama pelatihan di
program studi. Peserta diharapkan
mampu merekonstruksi mata
kuliah, menyusun bahan ajar, serta
melakukan penelitian tindakan kelas
yang bertujuan untuk memperbaiki
proses pembelajaran. []
MENINGKATKAN KUALITAS DOSEN MELALUI APPLIED APPROACH
Dra. Asiah MD, M.PKepala Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Unsyiah
Penjaminan Mutu (LP3M) setiap tahun
untuk para dosen senior yang telah
memiliki pengalaman dalam aktifitas
pembelajaran. AA merupakan lanjutan
dari rangkaian kegiatan Pekerti (Program
Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik
Instruksional) yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik
dan mengembangkan kemampuan
dosen dalam merekonstruksi mata
kuliah, menyusun bahan ajar, serta
melakukan penelitian tindakan
kelas. Kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas diri dosen
dan dapat menyesuaikan keterampilan
mengajar dengan konteks kekinian,
sehingga pembelajaran dapat berjalan
lebih optimal.
Pendidikan merupakan modal dasar
yang sangat diperlukan dalam rangka
menghadapi tantangan revolusi
industri 4.0. Peran dosen dalam
mewujudkan sumber daya manusia
sangat diperlukan. Secara langsung
memengaruhi peningkatan kualitas
belajar peserta didik. Seorang dosen
wajib memiliki tiga kemampuan
dasar yakni kemampuan dalam
merancang proses pembelajaran,
melakukan evaluasi pembelajaran, dan
melaksanakan pembelajaran secara
efektif. Kemampuan tersebut perlu
ditingkatkan melalui pelatihan AA.
Tahun 2019, LP3M melakukan
kegiatan AA selama lima hari, dimulai
dari jam 8.30 sampai jam 18.00 WIB
setiap harinya. Kegiatan berlangsung
pada tanggal 14-18 Oktober 2019
di ruang KPA-02 lantai 3, Kantor
Pusat Administrasi Unsyiah. Kegiatan
ini menghadirkan narasumber dari
dosen Unsyiah yang telah mengikuti
pelatihan di tingkat nasional dan
telah mendapatkan sertifikat nasional.
Mereka merupakan pakar sesuai
bidang materi yang disampaikan.
Peserta kegiatan direkrut sebanyak 30
orang dosen yang berasal dari berbagai
fakultas.
Kegiatan pelatihan AA dilaksanakan
dengan menerapkan pendekatan
Student Center Learning (SCL),
sehingga peserta dituntut untuk aktif
berperan selama proses pelatihan. SCL
merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang kini sangat populer
di kalangan praktisi pendidikan di
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
EDISI 242 . DESEMBER 2019IS
SN 0
215
-29
16
MENDORONGPERTUMBUHAN
PROFESOR
EDISI 242 . DESEMBER 2019 EDISI 242 . DESEMBER 2019EDISI 242 . DESEMBER 2019 EDISI 242 . DESEMBER 2019
MUTU40 MUTU 41
Pendidikan tinggi sekarang diarahkan untuk berorientasi pada pasar. Di banyak
negara, khususnya negara-negara berkembang, semakin khawatir dengan tren ketidaksesuaian antara pendidikan dengan pekerjaaan. Selain karena jumlah rasio lowongan pekerjaan dengan lulusan perguruan tinggi yang
(SKP) terhadap fasilitas dan layanan Unsyiah oleh mahasiswa, dan Survei Kepuasan Pengguna (SKP) terhadap fasilitas dan layanan Unsyiah oleh tenaga kependidikan.
Survei EPBM dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu di bulan Desember untuk evaluasi proses belajar mengajar di semester ganjil dan bulan Juli untuk evaluasi proses belajar mengajar di semester genap. Survei ini menilai kepuasan mahasiswa terhadap proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan setiap dosen yang mengampu mata kuliah di setiap semesternya.
Survei SKP oleh mahasiswa dilaksanakan setiap tahun bersamaan dengan pengisian KRS mahasiswa di semester ganjil yaitu di bulan Agustus. Berbeda dengan survei EPBM, survei SKP lebih fokus kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas dan layanan yang diberikan oleh Unsyiah. Sama halnya dengan SKP oleh mahasiswa, SKP oleh dosen juga dilaksanakan setiap tahun yaitu bersamaan dengan jadwal pengisian Sistem Informasi Pengevaluasian Kinerja Dosen (SIPKD).
Masa pengisian SKP oleh tenaga kependidikan dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya di awal bulan September. Berkat bantuan dan dukungan Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Teknologi (UPT TIK) dan Bagian Kepegawaian Unsyiah, keempat
survei ini dilakukan secara online dan melekat pada sistem informasi yang mewajibkan pengguna sistem informasi tertentu untuk mengisi survei. Hasil dari mekanisme survei seperti ini berhasil menjaring banyak responden sehingga beragam respon pengguna Unsyiah dapat diperoleh. Hasil survei ini dimanfaatkan oleh unit dan lembaga di lingkungan Unsyiah sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan kualitas fasilitas dan layanan. Sekaligus sebagai bukti pelaksanaan penjaminan mutu untuk keperluan akreditasi.
Pelaksanaan survei yang dilaksanakan oleh LP3M selama ini mewajibkan pengguna sistem informasi tertentu untuk mengisi survei. Sulitnya memperoleh responden dalam kegiatan survei, LP3M memanfaatkan sistem informasi yang ada untuk menjaring responden. Hasilnya dari segi jumlah responden sangat memuaskan, dan dari sisi hasil survei cukup representatif. Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan Unsyiah diharapkan mencurahkan waktu dan pikiran untuk mengisi survei. Karena melalui respon kritik dan saran yang membangun dari para pengguna Unsyiah, mutu dapat dimonitor dan dikembangkan. Semoga perbaikan fasilitas dan layanan yang dilakukan oleh unit-unit kerja dan lembaga yang ada di Unsyiah mampu mengantarkan Unsyiah menjadi salah satu universitas unggul di Indonesia pada tahun 2020. []
SURVEI SEBAGAI SARANA PENINGKATAN MUTU UNSYIAH
tinggi merupakan hal yang sangat penting. Pengguna perguruan tinggi terbagi menjadi dua kelompok yaitu pengguna internal dan pengguna eksternal. Pengguna internal yaitu dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. Sedangkan pengguna eksternal adalah orang tua mahasiswa, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) telah melakukan upaya untuk peningkatan kepuasan pengguna. Melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan Dan Penjaminan Mutu (LP3M), Unsyiah setiap tahun mengevaluasi kepuasan pengguna internal terhadap fasilitas dan pelayanan universitas. Untuk kepuasan pengguna eksternal dilakukan oleh unit dan lembaga lainnya di lingkungan Unsyiah.
Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi untuk kebutuhan akreditasi program-program studi juga dilakukan survei kepuasan pengguna baik internal dan eksternal. Dengan adanya pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 2018 yang baru, dan perubahan Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) dan Instrumen Akreditasi Program Studi (APS) yang lebih mengarah ke outcome base, Unsyiah perlu merevisi mekanisme survei dan instrumen survei serta menyediakan berbagai survei yang menjaring respon dari para orang tua, pengusaha, pemerintah, masyarakat, mitra, dan komunitas keilmuwan agar sesuai dengan pedoman SPMI dan instrumen akreditasi.
LP3M saat ini telah melaksanakan secara rutin empat survei di lingkungan internal. Keempat survei tersebut, yaitu Survei Evaluasi Proses Belajar Mengajar (EPBM), Survei Kepuasan Pengguna (SKP) terhadap fasilitas dan layanan Unsyiah oleh dosen, Survei Kepuasan Pengguna
Rahmaddiansyah, S.Si, M.ScPusat Informasi dan Evaluasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Pertanian Unsyiah
tidak seimbang, kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh perguruan tinggi harus menjadi prioritas. Untuk mempersiapkan lulusan yang berkualitas, tentu mutu fasilitas dan layanan pendidikan di perguruan tinggi harus baik dan terus ditingkatkan.
Usaha untuk menyenangkan dan memuaskan pengguna perguruan
top related