mengkuantifikasi hubungan antara infeksi campylobacter dan syndrome guillain-barre

Post on 24-Jul-2015

28 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Disusun oleh : Setio Leksono

Pembimbing : Dr. Jan Andries Tangkilisan

Sindrom guillain-barre adalah penyakit neurologis yang menyebabkan kelumpuhan yang berlanjut dan dipicu oleh infeksi bakteri atau virus sebelumnya.

beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan SGB memiliki perjalanan infeksi dikarenakan oleh Campylobacter jejuni.

Syndrome Guillain-Barre (SGB) telah menjadi penyebab paling sering dari kelumpuhan neuromuskuler akut

SGB adalah penyakit neurologis akut, yang dipicu oleh autoimunitas dan aktivitas molekuler pada tahap respon imunologi didalam tubuh yang dimediasi oleh sel dan humoral terhadap myelin saraf perifer

Asbury dan Cornblath SGB klinis didefinisikan sebagai suatu kelemahan progresif motor yang lebih dari satu lokasi dengan refleks yang rendah atau tidak ada dan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasikan

Kejadian global pada SGB berkisar 0,4-4,0 kasus per 100.000 orang per tahun, lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dari pada anak-anak. Pada fase akut, SGB bisa menyebabkan kecacatan yang parah dan bahkan menyebabkan kematian

SGB diperkirakan 40-70% yang didahului oleh penyakit infeksi akut, dimana 22-53% adalah infeksi saluran pernapasan atas dan 6-26% adalah infeksi pencernaan, salah satu yang paling umum yaitu enteritis yang disebabkan oleh Campylobacter

SGB dapat digolongkan ke dalam subtipe yaitu:• demielinasi neuron : (AIDP)• tidak ada demielinasi: (AMAN) dan

(AMSAN)

Campylobacter jejuni pertama kali dihubungkan dengan SGB pada tahun 1982 oleh Rhodes dan Tattersfield

Dikatakan positif terinfeksi C. jejuni jika dikaitkan dengan SGB karena bakteri, biasanya dieliminasi dari tubuh dalam waktu 16 hari setelah terinfeksi dan sebelum timbulnya gejala neurologis, yang biasanya mulai 10 hari sampai 3 minggu setelah timbulnya diare

Bahan penelitian: PubMed yang diterbitkan dari Juli 1982 hingga 28 Juni 2010 yang meneliti hubungan antara infeksi Campylobacter dan SGB, Medical Subyek Pos (mesh), dan referensi daftar pustaka yaang diambil untuk mengidentifikasi studi tambahan

Metode :• Menggunakan studi kohort : terhadap orang

dengan hasil laboratorium positif infeksi karena Campylobacter

• diikuti secara prospektif : untuk menilai kasus SGB selanjutnya

• dan retrospektif, studi kasus-kontroli : untuk uji infeksi Campylobacte antara kasus SGB yang dikonfirmasi dan kontrol non-SGB.

Sudi kasus-kontrol, untuk menghitung rentang median dan interkuartil (IQR)

studi kasus-kontrol, tingkat infeksi Campylobacter bervariasi antara pasien SGB dan kontrol dari 4,8% menjadi 71,7%, dan 0% sampai dengan 28,1% . positif rata-rata untuk Campylobacter dengan kasus SGB yaitu 35,4% (IQR 28,3-44,9), dan di antara kontrol, itu adalah 4,4% (IQR 1,2-8,8), menunjukkan bahwa 31,0% kasus GBS mungkin disebabkan oleh infeksi Campylobacter.

Dalam pengulangan data ini, dengan 32 studi memenuhi kriteria inklusi eksklusi dan dinilai hubungan infeksi Campylobacter dengan SGB. Salah satu kesulitan dalam menentukan kejadian SGB terkait Campylobactert adalah bahwa banyak kasus Campylobacter tidak dilaporkan.

Salah satu keterkebatasan dari analisis adalah mengendalikan heterogenitas antara studi yang memenuhi kriteria inklusi

Tergantung pada apakah penelitian digunakan tes serologi atau sampel tinja untuk diagnosis Campylobacter

Serologi adalah mekanisme deteksi yang disukai karena Campylobacter antibodi spesifik dapat dideteksi dalam serum pasien untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dibandingkan dengan Campylobacter antigen dalam sampel tinja, yang dibersihkan,hanya terdeteksi dalam waktu 16 hari setelah terinfeksi.

Lebih baik penelitian menggunakan serologi untuk memenuhi kriteria yang ketat untuk diagnosis terbaru dari Campylobacter (ELISA positif yaitu untuk minimal 2 kelas antibodi) untuk menghindari hasil positif palsu.

Meskipun infeksi karena Campylobacter tidak biasanya terkait dengan tingginya kematian di negara maju, 4-15% pasien dengan SGB dapat menyebbabkan kematian dalam tahun pertama setelah onset

C. jejuni telah diidentifikasi sebagai prediktor potensi hasil yang buruk pada orang yang menderita SGB untuk mendorong respon autoimun yang lebih parah dan kerusakan aksonal yang lebih besar

Untuk mengurangi terjadinya peningkatan SGB, tindakan harus diambil secepatnya. Hal ini dapat dicapai melalui pengurangan frekuensi kasus Campylobacter dengan meningkatkan sanitasi, mencegah penularan Campylobacter melaluhi fekal-oral.

TERIMA KASIHGBU ALL

top related