membaca indonesia melalui sna

Post on 18-Jan-2017

911 Views

Category:

Internet

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Membaca IndonesiaMelalui SNA

(Social Network Analysis)

Ismail Fahmi, PhD.Drone Emprit

Ismail.fahmi@gmail.com

Diskusi Publik – Fraksi PAN DPR RITata Kelola Konten Di Era Post-Trush Society

12 Januari 2017

Pertanyaan 1 Miliar Rupiah

Misinformasi sudah menjadi epidemi:• Masalahnya ada di mana?• Bagaimana kita menghadapinya?

2

Dua Isu Terkini

Isu 10 juta tenaga kerja China

Sentimen negatif terhadap Gerakan Anti Hoax

3

Isu 10 Juta Tenaga Kerja Cina

4

Klarifikasi

5

15September2016

Klarifikasi (2)

6

Tren: Bukan Sekedar Hoax

Publik mulai tidak percaya media mainstream?

Polarisasi pemerintah -Publik

Polarisasi anak ‘baik’ dan anak ‘nakal’?

Tindakan: Blokir, Tapi Tidak Efektif

12

DomainbaruDomaindiblokir

HasilpenelitiandarisebuahTimdariUniversitasKolumbia:DiTwittersphere,titik ungu =orangyg menyebar berita hoax.Titik kuning =orangyangmengcounter.Ternyata:diclusterkanan (tanpa counter)hoaxmenyebar luar biasa,diclusterkiri (dg2counter)hoaxlebih sedikit disebar.

Bagaimana Cara Menghadapi?

Hoax Buster

Kontra narasi, engagement, paradigma ‘bapak’ bagi semua

15

Contohlah @_TNIAU, dekat dg netizen, humanis, kredibel

Airmin in Action!

16

Paradigma sebagai ‘Bapak’

17

• Jokowi dulu dikenal dengan figur‘bapak’-nya ketika di Solo.

• Paradigma yang memandangpengkritik pemerintah sebagaihaters ini harus diubah.

• Pemerintah harus menempatkan dirisebagai ‘bapak’ bagi seluruhrakyatnya.

• Engagement di sosial media oleh KL harus mencerminkan paradigma ini.

KirabpemindahanPKLdiSolo

Sentimen Negatif Terhadap Gerakan Anti Hoax

18

Tren Percakapan ‘Anti Hoax’

19

20

Alienasi/polarisasi karena ketidakpercayaan?

Yang Mendominasi Percakapan

21

Sosial Media: Negatif

22

Media Online: Positif

23

Salah satu problem

24Sumber:FAFHH(11Jan2017)

Perlu tim/lembaga, prosedur dan kriteria pelabelan pelaku hoax/fitnah yang kredibel, jelas, dan diterima oleh semua pihak.

Contoh pertanyaan publik: • Republika (produk

jurnalisme) à pelaku hoax/fitnah?

• Seword (produk opini dan bias) à tidak masuk daftar?

Kesimpulan

• Problem:• Berita yang menyebar di sosial media sangat terpolarisasi.• Yang mengganggu bukan hanya berita palsu (hoax), tapi juga

opini.• Banyak situs opini yang sangat tendensius, bias dan menyerang;

dan ini berkembang jauh lebih subur dan terbuka dari pada hoax.• Faktor ketidakpercayaan (distrust) terhadap pemerintah turut

mendorong munculnya berita dan opini yang bias dan mempolarisasi.• Komunikasi pemerintah di sosial media masih belum tepat

sasaran.

25

Kesimpulan (2)

• Pendekatan:• Blokir situs ternyata mudah diakali sehingga tidak terlalu efektif.• Pemerintah, ubah paradigma ’hater vs lover’, jadilah ‘bapak’

bagi semua rakyatnya untuk membangun trust.• Buat kontra narasi yang kredibel terhadap hoax/opini yang

menyesatkan, dan komunikasikan dengan tepat.• Jadikan @_TNIAU sebagai role model bagi pola komunikasi

pemerintah di sosial media; ini cara yang efektif untuk membangun literasi media dan menjembatani polarisasi.• Tim/lembaga, kriteria dan prosedur pelabelan situs/artikel

sebagai hoax harus dibuat lebih jelas, dan diterima oleh semua pihak agar terbangun trust terhadap pelaksanaan UU.

26

Terimakasih

27

Ismail Fahmi, PhDDrone EmpritEmail: ismail.fahmi@gmail.comHp: 0812 8908 3894

top related