melaluipendekatansaintifik melihat, dan menyimak berbagai kasus pelanggaran ham yang terjadi di...
Post on 28-Mar-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Pembelajaran
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
KATA PENGANTAR
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ....................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ............................................................................ 3
D. Landasan Hukum ........................................................................ 3
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK .......................... 5
A. Prinsip Pembelajaran ................................................................... 5
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ....................................................................... 6
C. Model Pembelajaran dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ....................................................................... 9
1. Inquiry Based Learning ....................................................................... 9
2. Discovery Based Learning ................................................................ 10
3. Project Based Learning ..................................................................... 13
D. Langkah-Langkah Pemilihan Model Pembelajaran ......................... 19
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ...................................................................... 20
1. Penilaian Kompetensi Sikap ............................................................. 21
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan ................................................ 23
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan ................................................ 24
BAB III ANALISIS KOMPETENSI ...................................................................... 29
A. Kompetensi ............................................................................... 29
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku
guru dan buku siswa); ................................................................ 30
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 39
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan
tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap
satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang
benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi
lulusan.
Kompetensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dikembangkan untuk
mendorong peserta didik memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic
Knowledge), sikap kewarganegaraan (civic Disposition) dan keterampilan
kewarganegaraan (civic Skill) terutama yang berikatan dengan proses
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 2
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
penegakkan hak asasi manusia, penelaahan konstitusi negara dan sistem
hukum nasional, sistem politik, serta kesadaran berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian strategi pembelajaran PPKn harus dapat menunjang
terwujudnya seluruh kompetensi tersebut. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran
merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta
didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok dengan
mengacu pada Silabus.
Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan
teknik, bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan
pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan
program remedial bagi peserta didik yang tergolong pembelajar lambat dan
program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pembelajar
cepat.
Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013
menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah
12.633 wajib melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk
menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran saintifik, serta melakukan penilaiain autentik, Pemerintah telah
melatih guru inti dan guru sasaran, serta menyediakan silabus, buku guru, dan
buku teks untuk peserta didik.
Dalam menyiapkan kemampuan guru terutama merancang dan melaksanakan
pembelajaran saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik,
perlu penjabaran operasional dalam mengembangkan materi pembelajaran,
mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan
penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku (buku guru dan buku siswa).
Oleh karena itu Direktorat Pembinaan SMA menyusun naskah berisi rambu-
rambu yang bisa memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam
mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus,
strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 3
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini bertujuan
untuk:
1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti
dan kompetensi dasar.
2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari
silabus.
4. Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik.
5. Merancang penilaian autentik.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran PPKn
3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran PPKn
4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 4
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang
Implementasi Kurikulum
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor
420/176/SJ tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi
Kurikulum
11. Peraturan lain tentang Kurikulum 2013 yang berlaku
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5
BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. Prinsip Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar
Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki
karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran. Sikap diperoleh
melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut berkaitan
erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan
menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong
kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta
dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok.
Pendidik disarankan untuk menggunakan model pembelajaran, antara lain
model inkuiri, discovery, problem, dan projek.
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan
paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;
(2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses
sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5)
pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 6
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan
fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun
kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11)
pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
(12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual
dan latar belakang budaya peserta didik.
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Sebagai pendidikan nilai, moral, dan norma prinsip
pembelajaran kurikulum 2013 sangat sesuai dengan karakteristik PPKn.
Pencapain tujuan mata pelajaran PPKn menghendaki bukan saja agar peserta
didik mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, tetapi juga dalam proses pembelajaran peserta didik
dituntut untuk dapat berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 7
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut maka harus dilakasanakan pendekatan
pembelajaran yang mengedepankan pendekatan proses.
Pembelajaran sintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Pembelajaran tersebut tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, tetapi proses pembelajaran dipandang sangat penting. Pendekatan ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi
pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati, menanya,
mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan
konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses
mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan atau menyimak.
Contoh:
Membaca berbagai kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai
literatur dan media cetak
Mengamati berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi dilingkungan
masyarakat sekitar
Mendengar, melihat, dan menyimak berbagai kasus pelanggaran HAM
yang terjadi di Indonesia dari berbagai sumber.
1. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun
pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum
dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar peserta didik
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara
kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dapat dilakukan melalui
kegiatan diksusi, kerja kelompok, dan diskusi kelas. Praktik diskusi
kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan
bahasa sendiri termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.
Contoh: menanyakan contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 8
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
2. Kegiatan mengeksplor/mengumpulkan informasi, bermanfaat untuk
meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan
kreatifitas, dan keterampilan berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui membaca sumber lain selain buku teks, mengamati aktivitas,
kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan
menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar sesuai
dengan karakteristik kompetensi dasar (KD).
Contoh:
Menentukan sumber data akurat yang ada di lingkungannya berkaitan
dengan kasus-kasus pelanggaran HAM
Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan
elektronik tentang kasus pelanggaran HAM di Indonesia
3. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir
dan bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi
yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga peserta didik
melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan,
membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi
dengan memanfaatkan lembar kerja, diskusi atau praktik.
Contoh:
Mencari hubungan pelanggaran HAM dengan aspek sosial budaya
dalam kehidupan masyarakat Indonesia
Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan kasus pelanggaran
HAM di Indonesia
Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram,
grafik, atau perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu
mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta
kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk
kerja.
Contoh:
Mempresentasikan berbagai kasus pelanggaran HAM di wilayahnya
berdasarkan hasil temuannya di lapangan
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 9
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Menyampaikan hasil temuan tentang kasus pelanggaran HAM dalam
bentuk lisan, tulisan, gambar atau media lainnya
C. Model Pembelajaran dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PPKn
sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik,
antara lain: Inquiry, Discovery Based Learning, Project Based Learning,
dan Problem Based Learning.
1. Inquiry Based Learning
Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006).
Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas
agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (mulyasa, 2008).
Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut
a. Observasi/Mengamati
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban/ mengasosiasi atau
melakukan penalaran
d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan/memprediksi dugaan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan
berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,
e. mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 10
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
2. Discovery Based Learning
Discovery Based learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta
didik sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang
diharapkan. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan stimulus
Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat
peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena
dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta
yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks atau
fenomena yang menimbulkan kontroversi. Pada tahap ini, misalnya,
peserta didik diminta untuk mengamati fakta melalui tayangan video
untuk menyaksikan seorang anak berusia 7 tahun yang disuruh ibunya
untuk mengamen di sebuah persimpangan jalan. Dan dijelaskan
bahwa kondisi keluarga anak tersebut sangat miskin, dimana ayah dari
anak tersebut adalah seorang yang tidak memiliki pengahasilan tetap..
Dengan demikian, tahapan ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan perhatian, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di
samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lain yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap
ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan.
Bruner memberikan contoh stimulasi dengan menggunakan teknik
bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong
eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-
teknik dalam memberi stimulus agar tujuan mengaktifkan peserta didik
untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b. Menyiapkan pernyataan masalah
Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 11
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran. Kemudian peserta didik memilih salah satu masalah dan
dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat misalnya: Apakah
perbuatan orang tua dengan menyuruh anaknya yang masih berusia 7
tahun merupakan pelanggaran HAM?.
c. Mengumpulkan data/mencoba
Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya pernyataan masalah tersebut.
Dalam hal ini informasi yang dikumpulkan berfungsi untuk
membuktikan pernyataan masalah dalam contoh kasus pengamen.
Pembuktian ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
(collecting) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, dan sebagainya.
Dengan demikian, peserta didik secara aktif menemukan pengetahuan
baru yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan
informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan
metode lainnya, lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah
dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan untuk
memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan
masalah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. Pada kegiatan ini guru
dapat memberikan konfirmasi terhadap solusi atau jawaban peserta
didik.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 12
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
f. Menarik kesimpulan
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi,
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah
menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. Pada
kegiatan ini juga guru dapat mengajukan pertanyaan atas pemahaman
peserta didik, sehingga peserta didik benar-benar dapat memb uat
suatu simpulan atau rumusan tentang suatu konsep yang berkaitan
dengan permasalahan dan solusinya.
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung
untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:
a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih
baik pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang
kurang terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi;
b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya;
c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;
d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan
pembelajaran.
Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:
a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 13
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
bagaimana cara belajarnya;
b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena
pemerolehannya bersifat pribadi;
c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa
penyelidikan dan berhasil;
d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan dengan keecepatannya sendiri;
e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan
melibatkan akal dan motivasinya;
f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena
memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;
g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah
pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan
kegiatannya;
h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam
merumuskan hipotesis;
i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;
j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari
berbagai jenis sumber belajar.
3. Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan pertanyaan mendasar.
Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 14
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
dengan sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat
mengangkat topik yang relevan untuk para peserta didik sesuai dengan
tuntutan kompetensi. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal
semester agar dapat merancang kegiatan selanjutnya.
b. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta
didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” proyek tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai subjek yang mungkin,
dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
c. Menyusun Jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
2. membuat deadline penyelesaian proyek,
3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain,
pemdidik berperan sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas.
Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah proses monitoring dan
merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 15
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
e. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur
ketercapaian kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu pendidik
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap
ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan
persyaratan untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:
a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga
proyek tidak memakan waktu terlalu lama;
b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di
laboratorium;
c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;
d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
proyek.
e. Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara
lain:
f. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
g. mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
h. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 16
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
masalah dan berpikir kritis;
i. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumber daya;
j. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
k. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
l. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik
maupun guru menikmati proses pembelajaran.
4. Problem Based Learning (PBL)
a. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada
masalah.
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based
Learning, tahapan ini sangat penting karena guru harus menjelaskan
dengan rinci apa yang akan dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh
pendidik serta menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi
proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi
agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran yang akan dilakukan.
Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting
dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,
2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai
jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau
kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali
bertentangan,
3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 17
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun
peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan
temannya, dan
4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Semua peserta didik diberi peluang untuk berperan serta pada
penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
model Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar
berkolaborasi. Dalam memecahkan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu,
pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam
konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi
antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya.
Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah
dan telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,
dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat
menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta memamerkannya.
Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap
aktivitas peserta didik selama penyelesaian proyek. Pengawasan
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 18
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta
didik. Untuk mempermudah proses monitoring, guru membuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun
pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan
data dan eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan
pemecahan masalah. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan
aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong
peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
(mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi
situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun
ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan
tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
pemecahan masalah. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data
dan menentukan permasalahan tentang fenomena yang mereka
selidiki, mereka mulai merumuskan hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan masalah.
Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk
menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape
(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model
(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 19
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan
artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat berpikir peserta didik. Langkah
selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil karyanya dan pendidik
berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam
pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, Guru
lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai”
atau pemberi umpan balik.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase
ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan serta pola pikir yang mereka gunakan.
Selama fase ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan
belajarnya.
D. Langkah-Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan
saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan
model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.
1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan
faktual dan konsepetual, guru dapat memilih Discovery Learning,
sedangkan untuk pengetahuan prosedural Project Based Learning dan
Problem Based Learning.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar
dari KI- 4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery
Learning dan Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan
konkrit menggunakan Project Based Learning.
3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun
sikap sosial (KI-2).
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 20
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan
dimensi pengetahuan dan keterampilan.
Tabel 1 Pemilihan model dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan
Dimensi Pengetahuan
Dimensi Keterampilan
Abstrak Konkrit
Faktual Discovery Learning Discovery Learning
Konseptual Discovery Learning Discovery Learning
Prosedural Discovery Learning
Problem Based Learning
Discovery Learning
Problem Based Learning
Metakognitif
Discovery Learning Project
Based Learning
Problem Based Learning
Discovery Learning Project Based Learning
Problem Based Learning
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output)
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik,
bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan
dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya,
mencoba, menalar, membangun jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian
autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 21
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari
mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang
ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi
utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.
Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut;
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart
of,not apart from instruction),
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems),
bukan masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian
Pendidikan.
Penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa Perancis sebagai berikut;
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Pengumpulan informasi terkait sikap peserta didik pada pembelajaran
bahasa Prancis dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian
antar teman, dan jurnal, disesuaikan dengan karakteristik KD pada KI-1
dan KI-2. Penilaian sikap dilaksanakan pada saat kegiatan belajar
berlangsung, dimulai dari proses mengamati, menanya, mengeksplor data,
mengasosiasi, sampai mengkomunikasikan hasil pembelajarannya.
Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti 1 dan
2, dengan Kompetensi Dasar 1.1, 1.2, 2.1, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5, dan 2.6.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 22
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Contoh Lembar Observasi/Pengamatan Sikap
Mata Pelajaran : PPKn
Waktu Pengamatan : ...........................
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar: (lihat Lampiran Permendikbud
Nomor 69 tahun 2013)
Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat
KI-2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Sikap spiritual dan sosial yang dikembangkan di atas adalah
melaksanakan salah satu ajaran agama (sholat bagi yang
beragama Islam) atau ke tempat ibadah sesuai agam yang
dianutnya sebagai perwujudan rasa syukur, serta berperilaku santun dan
peduli. Penilaian sikap dinyatakan secara kualitatif dengan kriteria Sangat
Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).
Dari contoh KD pada KI-1 dan KI-2 di atas dapat dibuat rubrik penilaian
melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah (sikap spiritual) dan
santun (sikap sosial) sebagai berikut:
Sikap spiritual: melaksanakan sholat dzuhur berjamaah (bagi yang
beragama Islam) di sekolah sebagai perwujudan rasa syukur.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 23
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Tabel 3. Contoh rubrik penilaian sikap
Kriteria Indikator
Sangat Baik (SB) Selalu melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
Baik (B) Sering melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
Cukup (C) Kadang-kadang melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
Kurang (K) Tidak pernah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah disekolah
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pengumpulan informasi terkait pencapaian pengetahuan peserta didik
dilakukan melalui tes dengan teknik tes tertulis, tes lisan dan pemberian
tugas. Pengetahuan PPKn terakumulasi pada Kompetensi Inti 3, dengan
Kompetensi Dasar 3.1, 3,2, 3.3, dan seterusnya.
a) Tes tulis merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas dalam bentuk
tulisan yang direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi
tentang kemampuan peserta tes. Tes tulis menuntut adanya respon
dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari
kemampuan yang dimilikinya.
Instrumen tes tulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian
dilengkapi pedoman penskoran.
b) Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut
peserta didik menjawab secara lisan. Instrumen tes lisan disiapkan oleh
pendidik berupa daftar pertanyaan yang disampaikan secara langsung
dalam bentuk tanya jawab dengan peserta didik. Kriteria instrumen tes
lisan antara lain: (a) dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi
pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai; (b) Pertanyaan tidak
boleh keluar dari bahan ajar yang ada; (c) Pertanyaan diharapkan
dapat mendorong peserta didik dalam mengonstruksi jawabannya
sendiri; (d) Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan
yang komplek.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 24
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
c) Penugasan berupa tugas pekerjaan rumah dan/atau proyek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas. Kriteria instrumen penugasan
• Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
• Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
• Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
• Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta
didik.
• Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
• Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik menunjukkan kompetensi individualnya meskipun
tugas diberikan secara kelompok.
• Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
• harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan
penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
Contoh penilaian keterampilan melalui tes praktik.
Tabel 4. Penilaian tes praktik
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Mengidentifikasi dan mengungkapkan isu
3 Baik
2 Kurang baik
1 Tidak baik
Mengumpulkan data 3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 25
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Menganalisis 3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Menyimpulkan 3 Tepat
2 Kurang tepat
1 Tidak tepat
Kriteri
3 (baik) : jika....
2 (kurang baik : jika..........
1 (todak baik) : jika.............
3 (sesuai) : jika..........
2 (kurang sesuai) : jika................
1 (tidak sesuai) : jika.................
Contoh penilaian keterampilan melalui proyek.
Kelas/Semester : X / 1
Indikator :
Peserta didik dapat melakukan penelitian mengenai kasus pelanggaran
HAM yang terjadi pada masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Rumusan tugas:
Lakukan penelitian mengenai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di
lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggalmu, dan bagaimana upaya-
upaya penanganannya. Tuliskan rencana penelitianmu, lakukan, dan
buatlah laporannya. Dalam membuat laporan perhatikan latar belakang,
perumusan masalah, kebenaran informasi/data, kelengkapan data,
sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan tampilan laporan!
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 26
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Tabel 5. Contoh Pedoman penskoran
No Aspek yang dinilai Skor maks
1 Perencanaan
Latar Belakang (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Rumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Catatan:
3 (tepat) jika:...
2. (kurang tepat) jika.......
1. (tidak tepat) jika................
6
2 Pelaksanaan
a.Pengumpulan data/informasi (akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak akurat = 1)
b. Kelengkapan data (lengkap= 3; kurang lengkap = 2; tidak lengkap = 1)
c. Pengolahan/analisis data (sesuai = 3; kurang sesuai = 2; tidak sesuai = 1)
d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1)
Catatan:
3 (akurat) jika:...
2 (kurang akurat) jika.......
1 (tidak akurat) jika................
12
3 Pelaporan hasil
a. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah = 2; tidak sesuai kaidah = 1)
c. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak kesalahan =1)
d. Tampilan (menarik= 3; kurang menarik= 2; tidak menarik= 1)
12
Skor maksimal 30
Nilai proyek = (skor perolehan : skor maksimal) x 4.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 27
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Tabel 6. Contoh Rubrik penilaian portofolio laporan hasil observasi
KRITERIA SKOR INDIKATOR
Persiapan (Skor maks = 2)
2 Pemilihan sumber data tepat
1 Pemilihan sumber data kurang tepat
Pelaksanaan (Skor maks = 6) a. Teknik
Pengumpulan data
b. Instrumen data
3 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
2 Langkah kerja atau waktu pelaksanaan tepat
1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat
3 Instrumen data ada dan lengkap
2 Instrumen data ada tetapi tidak lengkap
1 Instrumen data tidak ada
Hasil (Skor maks = 6) a. Pengolahan
data
b. Simpulan
3 Pengolahan data tepat
2 Pengolahan data kurang tepat
1 Pengolahan data tidak tepat
3 Simpulan tepat
2 Simpulan kurang tepat
1 Simpulan tidak tepat
Laporan (Skor maks = 3)
3 Tampilan menarik dan bahasa sesuai kaidah
2 Tampilan menarik atau bahasa sesuai kaidah
1 Tampilan tidak menarik dan bahasa tidak sesuai kaidah
Tabel 7. Contoh pengisian format penilaian portofolio
No Nama Skor untuk Juml
skor Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan
1
Adi
2
5
5
2
14
3.29
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 28
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Keterangan:
Skor maksimal = jumlah skor tertinggisetiap kriteria.
Pada contoh di atas, skor maksimal = 2 + 6 + 6+ 3 = 17.
Nilai portofolio = (Jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4.
Pada contoh di atas nilai portofolio = (14 : 17) x 4 = 3.29.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
29
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
penilaian yang diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju
semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti
adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada
tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata
pelajaran tersaji dalam rumusan kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA
adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Kompetensi Inti kelas X
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 30
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat
kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat
kompetensi ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi
kelas X sesua Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut;
Tabel 9. Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku
guru dan buku siswa);
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum
dapat digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 31
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Gambar 1. Kajian Silabus
Penjelasan Gambar 1;
1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai
berikut;
a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
yang harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran
(though curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara
langsung (direct teaching) kepada peserta didik.
b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial
yang harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant
effects) yang merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect
teaching)
c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran
secara utuh atau terpadu.
2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media
a. Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus
b. Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan
yang tercangtum di salabus, maka dilakukn peneyesuain dengn hasil
kajian (sesuai karakteristik materi pemeblajaran)
3. Pengembangan Materi Pembelajaran
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 32
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru
dapat mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercantum dalam
silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pengembangan materi
pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus dan kompetensi
dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan).Dalam
penjabaran materi pembelajaran tetap diperlukan untuk melihat linierisasi
dengan kompetensi inti keempat (keterampilan).
Hasil pengembangan materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural (untuk kelas X), serta pengetahuan
metakognitif (untuk kelas XI dan XII).
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang kejadian atau peristiwa
yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh, atau diamati. Contoh
peserta didik dapat menyebutkan kasus pelanggaran hak asasi manusia
Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan tentang ide yang
mempersatukan fakta-fakta yang saling berhubungan. Contoh Menganalisis
upaya-upaya dalam penegakkan HAM di Indonesia
Pengetahuan prosedural merupakan sederetan langkah yang bertahap dan
sistematis dalam menerapkan konsep/prinsip. Langkah prosedural
merupakan bagian dari kompetensi pada aspek keterampilan. Contoh
menjelaskan dan menyususn laporan tentang proses peradilan dalam
menyelesaikan kasus pelanggaran HAM.
Selain itu, guru juga harus dapat mengembangkan materi yang
kontekstual, baik materi yang sudah tercantum dalam buku maupun
pengembangan dengan menggunakan sumber lain. Materi yang
kontekstual dapat mengintegrasikan muatan lokal yang mencakup
keunggulan lingkungan setempat atau materi kekinian yang sedang
menjadi pembicaraan, misalnya . “Kedaulatan Rakyat dalam Kontek Negara
Hukum” dapat dikaitkan dengan kegiatan yang terjadi di lingkungan
masyarakat, contohnya tentang tentang pemilihan kepala desa.
Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau
mengembangkannya dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam
kegiatan kepramukaan. Dari materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 33
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
berisi nilai-nilai kepramukaan untuk diserahkan dan dilaksanakan kepada
dan oleh Pembina Pramuka pada saat kegaiatan kepramukaan yang
terjadwal.
Selain itu materi juga dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order
Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), misalnya ;
a. Menyebutkan contoh kasus pelanggaran HAM (LOTS)
b. Menganalisis kasus-kasus pelanggaran HAM dalam rangka
pelindungan dan pemajuan HAM (HOTS)
Melalui pemahaman keterkaitan kompetensi (SKL-KI-KD), maka dapat
dirumuskan indikator pencapaian kompetensi pengetahuan terkait dengan
dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif, serta indikator
keterampilan berkaitan dengan keterampilan bertindak dan keterampilan
berfikir (keterampilan abstrak dan konkret).
Berikut ini contoh pengembangan indikator pengetahuan serta indikator
keterampilan pada mata pelajaran PPKn kelas XI Semester 1;
a. Indikator Pengetahuan
Kompetensi Dasar
Indikator Peng. faktual
Indikator Peng.
konseptual
Indikator Peng. prosedural
Indikator Peng. Metakognitif
1.1. Menganalisis kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM ) dalam rangka pelindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM.
Memberi contoh kasus pelanggaran HAM di masaya-rakat sekitar-nya
Menjelaskan bentuk –bentuk pelanggar-an HAM
Menjelaskan prosedur penangganan kasus pelanggaran HAM di peradilan HAM
Menemukan upaya-upaya pencegahan pelanggaran HAM yang efektif
b. Contoh pengembangan indikator ketrampilan abstrak dan kongkrit
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 34
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi Dasar
Keterampilan Abstrak
Keterampilan Konkret
Metode yang disarankan
4.1.Menyaji hasil análisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam pelindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM .
Membuat rekomendasi prosedur penanganan kasus Pelanggaran HAM yang lebih efektif
Melaporkan hasil observasi kasus pelanggaran HAM di sekitarnya
Debat Penugasan Proyek
4. Pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;
3) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas
yang akan dilakukan untu mempelajari suatu materi dan
menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan atau tugas.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pada kegiatan inti
pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
saintifik yang meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, asosiasi, dan komunikasi.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 35
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan
memaksimalkan panca indra dengan cara melihat, mendengar,
membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah
materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau beristiwa
dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta
langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya.
Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa
konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau
diskusi kelas.
Mengumpulkan data: mengumpulkan data dari berbagai sumber
termasuk media cetak dan elektronik tentang kasus pelanggaran
HAM
Mengasosiasi peserta didik mencari hubungan pelanggaran HAM
dengan aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
Mengomunikasikan peserta didik menyampaikan hasil temuan
tentang kasus pelanggaran HAM dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar atau media lainnya.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang
terkait dengan sikap jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat
aturan, menghargai pendapat orang lain yang terantum dalam
silabus dan RPP.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama peserta didik
dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran,
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terporgram, memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedy, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik individual maupun kelompok.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 36
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Catatan:
Agar lebih jelas bagaimana merancang dan menyusun, serta melaksanakan
penilaian, lihat naskah Model Penilaian di SMA).
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
37
BAB IV
PENUTUP
Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin
efektif kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan
sebaliknya, semakin tidak efektif kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil
belajar yang tidak optimal.
Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2,
KI-3, dan KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran
langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung
adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung
dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan
pembelajaran dn langkah-lamgkah pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung
peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik yaitu melalui
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis,
dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.
Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternative kegiatan
pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah
proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak
dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan
pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran
tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3
dan KI-4 berupa kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya,
dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi
wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA 38
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun
kelompok yang mengacu pada Silabus.
Naskah Pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
39
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University
Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of
poverty. Educational Policy, 12, 525-541. http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and
Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press. Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan
atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses
Pendidkan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum. Jakarta UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun
2003 No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.
top related