materi bagian hukum
Post on 13-Jan-2015
1.778 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Oleh:
MAMAN SUHARDIMAN A., S.H.
KASUBBAG PEMBINAAN DAN BANTUAN HUKUM
Disampaikan dalam Kegiatan
BIMBINGAN TEKNIS ORIENTASI TATA KERJA APARATUR PEMERINTAH DESA SE KABUPATEN BEKASI
2012
merupakan salah satu unsur dari birokrasi pemerintah memiliki peran cukup strategis dalam melakukan
upaya reformasi hukum, mengingat tugas dan fungsinya dalam birokrasi pemerintah.
memiliki tugas sebagai ujung tombak dalam melakukan perancangan peraturan perundangan,
bantuan hukum atau konsultan hukum, dokumentasi dan informasi hukum.
I. HIERARKIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN ASAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
II. PRODUK HUKUM DESA
III. TUNTUTAN HUKUM MASYARAKAT
IV. MENGENAL LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERKAITAN DENGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapa MPR
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah Provinsi.
f. Peraturan Daerah kabupaten /Kota.
Peraturan yang ditetapkan oleh:
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
1. Asas Hierarkhi
Lex superior derogat lex inferiori (Peraturan yg lebih tinggi derajatnya
mengesampingkan peraturan yg lebih rendah derajatnya)
Peraturan hanya dpt dicabut, diubah atau ditambah oleh atau dg peraturan yg sederajat atau yg lebih tinggi tingkatannya
Peraturan yg lebih rendah tingkatannya tdk mempunyai kekuatan hukum dan tdk mengikat apabila bertentangan dg peraturan yg lebih tinggi tingkatannya
Materi muatan yg seharusnya diatur oleh peraturan yg lebih tinggi tingkatannya tdk dpt diatur oleh peraturan yg lebih rendah tingkatannya
2. Lex specialis derogat lex generalis (UU yang bersifat khusus mengesampingkan UU yang bersifat umum)
3. Asas non retroaktif (UU tidak boleh berlaku surut)
4. Lex posterior derogat lex priori (UU yang baru mengesampingkan UU yang lama)
Produk Hukum Desa adalah bentuk produk hukum di lingkungan Pemerintahan Desa yang ditetapkan oleh
pemerintahan desa
Bentuk Produk-produk Hukum
dilingkungan Pemerintahan Desa meliputi:
1. Peraturan Desa;
2. Peraturan/Keputusan Kepala Desa;
3. Keputusan bersama
4. Instruksi Kepala Desa.
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 126 TAHUN 2003 TENTANG BENTUK PRODUK - PRODUK HUKUM DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN DESA
Peraturan Desa adalah semua peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas bersama oleh Badan Permusyawaratan Desa serta mengikat kepada seluruhWarga Masyarakat Desa yang bersangkutan.
Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa baik yang bersifat pengaturan (peraturan Kepala Desa) maupun penetapan (Keputusan Kepala Desa), .
Keputusan Bersama Kepala Desa adalah keputusan yang di buat oleh dua atau lebih Desa untuk mengatur suatu urusan yang menyangkut kepentingan bersama.
1nstruksi Kepala Desa adalah perintah kepada bawahan untuk melaksanakan tugastugas pemerintahan atau untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan.
a. Tata tertib BPD;
b. Kerja sama desa;
c. APBDES
d. Pengelolaan Keuangan Desa;
e. Pungutan desa
f. Sistem keamanan lingkungan;
g. Dst.
11
1) Perdes disampaikan kepada Pemerintah paling lama 7 hari setelah ditetapkan
2) Perdes yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah daerah
3) Keputusan Pembatalan Perdes ditetapkan doleh Bupati paling lama 60 hari sejak diterimanya Peraturan Desa
4) Paling lama 7 hari setelah keputusan pembatalan, Kepala desa harus memberhenti-kan pelaksanaan Perdes dan selanjutnya BPD bersama Kepala Desa mencabut Perdes dimaksud
12
1) RaPerdes tentang APBDesa yang telah disetujui bersama dan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang penjabaran APBDesa sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 hari disampaikan kepada Bupati untuk dievaluasi
2) Hasil evaluasi disampaikan oleh Bupati kepada Kepala Desa paling lama 20 hari terhitung sejak diterima
3) Apabila Bupati menyatakan hasil evaluasi sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa menetapkan RaPerdes dan rancangan dimaksud menjadi Perdes dan Peraturan Kepala Desa
4) Apabila Bupati menyatakan hasil evaluasi tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama dengan BPD melakukan menyempurnaan paling lama 7 hari sejak diterimanya hasil evaluasi
5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala Desa tetap menetapkan RaPerdes dan rancangan dimaksud menjadi Perdes dan Peraturan Kepala Desa, Bupati membatalkan Perdes dan Paraturan Kepala Desa sekaligus manyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun sebelumnya
13
Proses penetapan rancangan Perdes yang berkaitan
dengan pungutan, dan tata ruang termasuk
didalamnya perubahan APBDesa menjadi Perdes,
berlaku ketentuan sebagaimana di atas,
Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam Undang-Undang ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk Keputusan Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Pimpinan DPR, Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan Ketua Mahkamah Agung, Keputusan Ketua Mahkamah Konstitusi, Keputusan Ketua Komisi Yudisial, Keputusan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan, Keputusan Gubernur Bank Indonesia, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Badan, Keputusan Kepala Lembaga, atau Keputusan Ketua Komisi yang setingkat, Keputusan Pimpinan DPRD Provinsi, Keputusan Gubernur, Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota, Keputusan Bupati/Walikota, Keputusan Kepala Desa atau yang setingkat
Tuntutan hukum dalam hal ini adalah upaya seluruh masyarakat baik secara
non litigasi terutama secara litigasi terhadap pemerintah guna mewujudkan
atau memperoleh hak-haknya selaku warga negara .
Tuntutan secara litigasi
Pengadilan tata usaha negara;
Mengadili keabsahan dan legalitas suatu keputusan tata usaha negara baik karena menerbitkan suatu keputusan tun maupun karena menolak auatu permohonan dengan cara mengeluarkan keputusan penolakan atau karena tidak mengabulkan permohonan secara tidak menjawab.
Peradilan umum
Mengadili sengketa –sengketa yang timbul karena perbuatan melawan hukum (onrechmatige overheidsdaad) juga karena tindakan ingkar janji (wanprestasi) meliputi seluruh akibat hukum yang timbul dari perbuatan melawan hukum dan ingkar janji al: ganti rugi, denda, bunga danpemenuhan prestasi.
Peradilan pidana
Mengadili tindakan-tindakan yang diatur dalam ketentuan pidana umum (penipuan, penggelapan pencurian dst.) dan ketentuan tindak pidana khusus yakni tipikor.
Tuntutan socio politis (non litigasi)
Dimaksudkan sebagai tuntutan non litigasi yang
didasarkan pada dan untuk memperoleh standar
penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang sering
dilakukan oleh gerakan-gerakan politik praktis melalui
LSM. (komisi ombudsman/komisi informasi)
Prevensi dan solusi
Prevensi dan solusi yang dimaksud adalah bagaimana
meminimalisasi timbulnya tuntutan hukum dan bagaimana
solusinya agar tuntutan hukum tersebut tidak timbul ataupun
apabila timbul.
Dasar: Peraturan Bupati Bekasi Nomor 26 Tahun 2010 tentang Bantuan Hukum
Terjadinya sengketa hukum
Hak Uji Materiil PUU : Regeling
Sengketa Tata Usaha Negara: Beschiking
Sengketa Perdata: Perjanjian & PMH.
Sengekta informasi publik
Menunjuk kuasa hukum;
A. Kuasa hukum dari advokat :
B. aparatur bagian hukum sesuai tupoksi ;
C. Jaksa Pengacara Negara.
Pembuatan surat kuasa khusus;
Persiapan berkas untuk beracara di Pengadilan.
1. Pasal 123 ayat (2) H.I.R atau Pasal 147 ayat (2) Rbg: yang bertindak sebagai kuasa atau wakil dari Negara atau Pemerintah dalam perkara perdata adalah: Pengacara yang diangkat Pemerintah; Jaksa; dan Orang tertentu atau pejabat yang ditunjuk
2. Pasal 25 huruf f UU No. 32 Tahun 2004 : "Kepala Daerah
mempunyai tugas dan wewenang mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan“.
1. Sengketa tata usaha negara
2. Sengketa perdata
3. Hak Uji Materiil PUU
4. Sengketa Informasi Publik;
5. Pelayanan publik
IV.
LEMBAGA NEGARA YANG BERKAITAN
DENGAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA
Putusan Ajudikasi Komisi Informasi:
• Menutup sebagian atau keseluruhan informasi, atau
• Membuka sebagian atau keseluruhan
informasi
Ajudikasi Mediasi
Sengketa informasi terbuka
Sengketa informasi yang dikecualikan
Putusan Mediasi Komisi Informasi:
• Kersepakatan yang berifat FINAL dan
MENGIKAT
?
Komisi Informa
si
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri
yang berfungsi menjalankan UndangUndang Keterbukaan
Informasi Publik dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan
petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan
menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi
dan/atau ajudikasi nonlitigasi.
Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi pu-
blik antara para pihak melalui bantuan mediator komisi
informasi (hanya untuk informasi yang tidak dikecualikan).
Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi
publik antara para pihak yang diputus oleh komisi informasi.
Uji Kepentingan
Pemohon Informasi
Uji Konsekuensi
Badan Publik
Pengabaian terhadap putusan Ajudikasi Komisi Informasi terhitung 14 hari kerja sejak
diputuskan sama dengan menerima putusan.
Anatomi Kerahasiaan Menurut
Pasal 17 UU KIP
Pengecualian Informasi
RN
Penegakan hukum
Pertahanan & keamanan Ketahanan ekonomi nasional Hubungan internasinal
Kekayaan alam
Surat dan memo di badan publik
RB Hak kekayaan intelektual
Rahasia dagang RP
Rahasia Menurut UU Lain
Ombudsman Republik Indonesia
(sebelumnya bernama Komisi Ombudsman Nasional)
adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan
Lembaga ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
top related