materi 4_edit_konsep rumusan perencanaan
Post on 16-Sep-2015
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
KONSEP RUMUSAN PERENCANAAN WILAYAH
- tujakstra - struktur ruang &
- pola ruang - pemanfaatan ruang
Dr. Murshal Manaf
-
TAHAP PERUMUSAN KONSEP
Penentukan arah pengembangan wilayah Kabupaten/Kota, dituangkan dalam bentuk konsep pengembangan wilayah Kabupaten/Kota, yang meliputi materi sebagimana dalam sub-bab analisis.
Konsep arah pengembangan wilayah Kabupaten/Kota dimantapkan dan dijabarkan dalam rumusan konsep RTRW Kabupaten/Kota, dalam beberapa kali iterasi
-
TAHAP PERUMUSAN KONSEP
Pengenalan karakteristis wilayah dari hasil analisis karakteristik wilayah (fisik, sosial kependudukan, keuangan, kedudukan wilayah) menjadi dasar bagi:
1) perumusan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
2) Masukan bagi seluruh penyusunan rencana tata ruang selanjutnya
-
Identifikasi daerah fungsional perkotaan
Analisis sistem perkotaan yang didasarkan dari sebaran daerah fungsional perkotaan
Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
-
Hasil kegiatan perumusan konsep RTRW Kabupaten/Kota berupa:
a. Rumusan Tujuan, kebijakan, dan strategi; b. Rencana struktur ruang; c. Rencana pola ruang; d. Penetapan kawasan strategis; e. Arahan pemanfaatan ruang; f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
-
A. MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA
1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
-
Tujuan Kebijakan Strategi
merupakan
arahan
perwujudan ruang
wilayah yang
diinginkan pada
masa yang akan
datang
merupakan arah
tindakan yang
harus ditetapkan
untuk mencapai
tujuan penataan
ruang wilayah
merupakan penjabaran
masing-masing
kebijakan penataan
ruang wilayah ke
dalam langkah-langkah
operasional untuk
mencapai tujuan
penataan ruang yang
telah ditetapkan
Keterkaitan : Tujuan, Kebijakan, Strategi Penataan Ruang
-
visi dan misi pembangunan wilayah kota (dari RPJP, RPJM)
karakteristik wilayah kota (ciri khas, imej, kearifan lokal, tipologi wilayah, dll)
Isu- isu strategis wilayah kota (berdasarkan SWOT)
kondisi objektif yang diinginkan
DASAR PENYUSUNAN
tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang nasional dan wilayah provinsi
jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
KRITERIA
1.a. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH
-
Terwujudnya penataan ruang wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta sejahtera.
Mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi
Terwujudnya kabupaten Lampung Barat sebagai kota Konservasi yang berbasis
Agro, Kelautan dan Mitigasi Bencana.
Mewujudkan Kota Kupang sebagai Pusat Kegiatan Nasional dengan konsep waterfront city yang berkelanjutan.
Terwujudnya Kota Cilegon sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Jasa terdepan di Pulau Jawa yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Mewujudkan Kota Kediri sebagai sentra Pendidikan, Industri, Perdagangan-Jasa dan Pariwisata, berskala regional yang nyaman dan berkelanjutan.
Contoh kalimat tujuan penataan ruang :
-
tujuan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
karakteristik wilayah kabupaten/kota;
kapasitas sumber daya wilayah kabupaten/kota dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
DASAR PENYUSUNAN
mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kabupaten/kota bersangkutan;
jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten/kota bersangkutan;
mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
KRITERIA
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH
-
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
kapasitas sumber daya wilayah kota dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya
ketentuan peraturan perundang-undangan.
memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang
tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional dan provinsi
jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan secara efisien dan efektif
harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
DASAR PENYUSUNAN
KRITERIA
-
MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA
2 RENCANA STRUKTUR RUANG
-
Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional.
Pusat Pelayanan Kota
Sub Pusat Pelayanan Kota
Pusat Lingkungan
ILUSTRASI RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
o pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional o subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota o pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota
-
SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
RENCANA STRUKTUR
RUANG WILAYAH KOTA
SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT
RENCANA SISTEM JARINGAN UDARA
RENCANA SISTEM JARINGAN ENERGI
RENCANA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
RENCANA SISTEM PUSAT
PELAYANAN
RENCANA SISTEM PRASARANA
UTAMA
RENCANA SISTEM PRASARANA
LAINNYA
SISTEM JARINGAN JALAN
SISTEM JARINGAN KERETA API
SISTEM JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, DAN
PENYEBERANGAN
ALUR PELAYARAN
PELABUHAN LAUT
KKOP
JALUR PENERBANGAN
BANDAR UDARA
PEMBANGKIT LISTRIK
JARINGAN PIPA MIGAS (jika ada)
JARINGAN SUTUT, SUTET, SUTT
JALUR DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK, LOKASI PEMBANGKIT,
GARDU INDUK & SISTEM DISTRIBUSI
SUMBER DAYA ENERGI ALTERNATIF (jika ada)
INFRASTRUKTUR DASAR TELEKONUNIKASI
LOKASI MENARA BTS
PENINGKATAN PELAYANAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI
-
RENCANA SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
SISTEM JARINGAN sda LINTAS NEGARA. PROVINSI/KAB/KOTA
WILAYAH SUNGAI
SISTEM JARINGAN IRIGASI
SISTEM JARINGAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH
SISTEM PENGENDALIAN BANJIR
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
SISTEM PERSAMPAHAN KOTA
SISTEM DRAINASE KOTA
SAR-PRAS JARINGAN JALAN PEJALAN KAKI
JALUR EVAKUASI BENCANA
SAR-PRAS PERKOTAAN LAINNYA (disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan kota, mis : kebutuhan pengguna speda,
jallur trem, transportasi sungai, dll)
LANJUTAN
-
SISTEM JARINGAN JALAN
JARINGAN JALAN TOL DI DALAM WILAYAH KOTA
JARINGAN JALAN INTERNAL (SISTEM SEKUNDER) DALAM KOTA
JARINGAN JALAN PRIMER YANG MELALUI WILAYAH KOTA
LOKASI, JENIS, & KELAS TERMINAL
PENGEMBANGAN SAR-PRAS ANGKUTAN UMUM DAN/ATAU ANGKUTAN MASSAL
SISTEM JARINGAN KERETA API
JALUR KA/ MONORAIL/ SUBWAY
STASIUN KERETA API
ALUR PELAYARAN
PELABUHAN/ DERMAGA
SISTEM JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, & PENYEBERANGAN
SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
Arteri Sekunder Kolektor Sekunder Lokal Sekunder Lingkungan
Sekunder
Arteri Primer Kolektor Primer 1,
2
-
MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA
3 RENCANA POLA RUANG
-
Kriteria Penjabaran peruntukan pemanfaatan ruang lindung dan
budidaya sangat dianjurkan untuk mengikuti tuntunan PP 26/2008 tentang RTRWN sebagai berikut.
Fungsi Lindung Kawasan Hutan Lindung :
Hutan Lindung
Kawasan yang memberikan perlindungan bagi bawahannya : Sempadan Pantai
Sempadan Sungai
Sempadan danau/waduk
Sempadan mata air
Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam & cagar budaya Suaka alam
Suaka alam laut dan perairan lainnya
-
Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut
Cagar alam dan cagar alam laut
Kawasan pantai berhutan bakau
Taman nasional dan taman nasional laut
Taman hutan raya
Taman wisata alam dan taman wisata alam laut
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan rawan gelombang pasang
Kawasan rawan banjir
Kawasan Lindung Geologi
Kawasan cagar alam geologi
Kawasan rawan bencana alam geologi
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
-
Kawasan Lindung Lainnya
Cagar biosfir
Ramsar
Taman buru
Kawasan perlindungan plasma nutfah
Kawasan pengungsian satwa
Terumbu karang
Kawasan koridor satwa
Fungsi Budidaya Hutan Produksi
Hutan produksi terbatas
Hutan produksi tetap
Hutan produksi konversi
Hutan Rakyat
Hutan rakyat
-
Pertanian
Pertanian lahan basah
Pertanian lahan kering
Hortikultura/tanaman semusim
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
dst
Perikanan
Perikanan tangkap
Budidaya perikanan
Pengolahan hasil perikanan
Pertambangan
Minyak dan Gas
Mineral dan batubara
Panas Bumi
Air Tanah
-
Industri
Kecil/Industri rumah
Industri manufaktur
Industri berat
Industri Petro kimia
Pariwisata
Wisata alam
Wisata budaya
Wisata lain
Permukiman
Permukiman perkotaan
Permukiman perdesaan
Lainnya
Instalasi militer
Instalasi pembangkit energi
Instalasi pengolahan limbah
Instalasi lainnya
-
No HIRARKI I HIRARKI II
1 Hutan Lindung Hutan Lindung
2 Kawasan yg memberikan perlindungan bagi bawahannya
a. Kawasan Bergambut b. Kawasan Resapan Air
3. Kawasan perlindungan setempat
a. Sempadan pantai b. Sempadan sungai c. Sekitar danau/waduk d. Sekitar sempadan mata air
4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
a. Taman RT b. Taman RW c. Taman kota d. Permakaman
5. Suaka Alam dan Cagar Budaya
6. Kawasan Rawan Bencana Alam a. Kawasan rawan tanah longsor b. Kawasan rawan gelombang pasang c. Kawasan rawan banjir
7. Kawasan Lindung Lainnya
KLASIFIKASI POLA RUANG WILAYAH KOTA (FUNGSI LINDUNG)
-
No HIRARKI I HIRARKI II
1 Perumahan a. Perumahan Kepadatan tinggi b. Perumahan Kepadatan sedang c. Perumahan Kepadatan rendah
2 Perdagangan dan Jasa a. Pasar tradisional b. Pusat perbelanjaan c. Toko modern
3. Perkantoran a. Perkantoran Pemerintahan b. Perkantoran Swasta
4. Industri Industri rumah tangga/ kecil
5. Pariwisata a. Pariwisata budaya b. Pariwisata alam c. Pariwisata buatan
6. Ruang Terbuka Non Hijau a. RTNH Publik b. RTNH Privat
7. Peruntukkan lainnya a. Ruang evakuasi bencana (melting point) b. Pertanian c. Pertambangan d. Kegiatan sektor informal e. Peruntukkan pelayanan umum (pendidikan, kesehatan,
peribadatan, keamanan, keselamatan) f. Peruntukkan militer; dll
KLASIFIKASI POLA RUANG WILAYAH KOTA (FUNGSI BUDIDAYA)
-
MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA
4 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
-
Sudut Kepentingan Kriteria Kawasan Strategis
KS Ekonomi 1. potensi ekonomi cepat tumbuh; 2. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 3. potensi ekspor; 4. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi; 5. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi. 6. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;
KS Sosial & Budaya 1. tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; 3. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 4. tempat perlindungan peninggalan budaya; 5. tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya; 6. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial; 7. hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan
jatidiri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;
-
JENIS KAWASAN STRATEGIS UNTUK MASING-MASING TIPOLOGI
Sudut Kepentingan Kriteria Kawasan Strategis
KS Sumber Daya Alam/Teknologi tinggi
1. kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
2. memiliki sumber daya alam strategis; 3. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa; 4. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
atau 5. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
KS Lingkungan Hidung 1. tempat perlindungan keanekaragaman hayati; 2. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
3. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
4. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
5. kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup;
6. kawasan rawan bencana alam; dan/atau 7. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
-
MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA
5 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
-
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang meliputi:
1. USULAN PROGRAM UTAMA
2. LOKASI
3. BESARAN
4. SUMBER PENDANAAN
5. INSTANSI PELAKSANA
6. WAKTU & TAHAPAN PELAKSANAAN
program-program utama pengembangan wilayah kab/kota yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan
utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kab/kota sesuai tujuan
penataan ruang wilayah kab/kota
Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama pengembangan wilayah
yang akan dilaksanakan.
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau
masyarakat.
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan
masing-masing pemerintahan), swasta serta masyarakat.
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci
setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi
sesuai kebutuhan. Program utama 5 tahun pertama dapat dirinci ke dalam program utama tahunan.
Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP Daerah
kab/kota
-
MATRIKS SUSUNAN TIPIKAL INDIKASI PROGRAM UTAMA DALAM PENYUSUNAN RTRW KAB/KOTA
susunan minimum yang harus diacu dalam setiap penyusunan arahan pemanfaatan ruang
kab/kota.
Pada masing-masing bagian dapat dijabarkan lebih rinci sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang
atau pengembangan kawasan masing-masing wilayah kab/kota.
-
MUATAN RTRW KABUPATEN/KOTA
6 KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
-
A. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kab/kota adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kab/kota dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kab/kota.
B. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kab/kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
C. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
D. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
1. PENGERTIAN UMUM
-
MATERI DAN PENETAPAN PERATURAN ZONASI
Sebagian peraturan zonasi untuk kawasan lindung sudah diatur dalam PP No. 47/1997 tentang RTRWN.
Ketentuan untuk menyusun arahan peraturan zonasi sistem nasional telah diatur dalam PP No. 26/2008 tentang RTRWN
Jenjang Penetapan
Arahan peraturan zonasi sistem nasional (ps. 36 ayat 3) indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional (ps. 20
ayat 1 huruf f)
Peraturan Pemerintah
Arahan peraturan zonasi sistem provinsi (ps. 36 ayat 3) indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi (ps. 23
ayat 1 huruf f)
Perda provinsi
Peraturan zonasi kabupaten/kota (ps. 36 ayat 3) ketentuan umum peraturan zonasi (ps. 26 ayat 1 huruf f)
Perda kabupaten/kota
arahan peraturan zonasi kawasan metropolitan dan/atau megapolitan (ps. 44 ayat 2 huruf e).
Perda masing2 kab/kota, provinsi (lembaga pengelola u/ wil>1 prov)
arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan (ps. 51 ayat 2 huruf e).
Perda kabupaten (lembaga kerma kab u/ wil>1prov)
Amanat UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
-
STANDAR TABEL KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA
Sesuai rencana
pola ruang
Definisi pola ruang (jenis zona)
Tujuan/kualitas ruang yang
diharapkan serta ketentuan
kegiatan yang diizinkan, dilarang,
atau dibatasi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota harus dapat menjadi acuan dalam penentuan Peraturan Zonasi Kota
Perumahan
Kepadatan tinggi
Perumahan
Kepadatan sedang
Perumahan
Kepadatan rendah
Komersil/
Perdagangan dan
jasa
Perkantoran
Industri
-
CONTOH KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA BUKITTINGGI
-
PERBEDAAN DALAM PENGATURAN ZONASI TINGKAT KABUPATEN/ KOTA
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI PADA WILAYAH KABUPATEN/ KOTA
PERATURAN ZONASI PADA WILAYAH KABUPATEN/ KOTA
Penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif.
mengatur persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Klasifikasi peruntukan ruang mengacu pada klasifikasi dalam Permen PU No. 16 & 17 tahun 2009 yang terdapat di wilayah kab/ kota.
Klasifikasi kegiatan/ penggunaan ruang yang merupakan penjabaran yang lebih detail dari klasifikasi peruntukan dalam Permen PU No. 16 & 17 tahun 2009 yang terdapat di wilayah kab/ kota.
Belum ada sistem pengkodean klasifikasi peruntukan ruang
Sudah ada sistem pengkodean berdasarkan zona peruntukan yang dibagi menjadi sub-sub zona, blok-blok, petak/ persil
untuk kabupaten : Belum mengatur ketentuan instensitas bangunan.
untuk kota : Mengatur kisaran ketentuan intensitas bangunan (range besaran KDB maks, KLB maks, ketinggian bangunan, KDH min).
Sudah mengatur ketentuan instensitas bangunan (besaran KDB maks, KLB maks, ketinggian bangunan, KDH min)
Penyusunan mengacu pada peta rencana pola ruang (skala 1: 50.000 untuk kabupaten, skala 1: 25.000 untuk kota)
Fungsinya melengkapi dan menjelaskan peta zonasi (zoning map) dengan skala tingkat ketelitian peta minimal 1 : 5000
-
B. KETENTUAN PERIZINAN
Muatan minimal ketentuan perizinan dalam RTRW Kab/Kota, yaitu :
1. Bentuk/ jenis izin yang terkait penataan ruang yang berlaku di wilayah kab/kota izin-izin umum dan/atau spesifik yang hanya terdapat di kota yang bersangkutan.
2. Mekanisme perizinan termasuk pengaturan keterlibatan instansi daerah dalam masing-masing perizinan
3. Ketentuan teknis prosedural pengajuan izin menjadi dasar pengembangan SOP Perizinan di wilayah kab/kota.
-
CONTOH KETENTUAN PERIZINAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT
-
Izin
Pemanfaatan
Ruang
diatur oleh Pemerintah & pemda (menurut kewenangan masing-masing)
dikeluarkan dan/atau
diperoleh dgn tidak melalui
prosedur yg benar
diperoleh melalui prosedur
yang benar tetapi kemudian
terbukti tidak sesuai dengan
RTRW
batal demi
hukum
penggantian /
ganti kerugianyg layak
akibat adanya perubahan
RTRW
dapat
dibatalkan
BHK-DJPR/Presentasi/DR
PERIZINAN
Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin sebelum pelaksanaan pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang.
-
bhk-djpr
diberikan oleh pemerintah; menyatakan kegiatan yang dimohonkan secara prinsip
diperkenankan untuk diselenggarakan atau beroperasi; belum dapat dijadikan dasar untuk pelaksanaan kegiatan.
diberikan kepada orang untuk memperoleh ruang yang diperlukan; diperlukan untuk pemanfaatan ruang yang lebih besar dari 1 Ha
untuk kegiatan bukan pertanian dan lebih besar dari 25 Ha untuk kegiatan pertanian.
Izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan dasar untuk permohonan mendirikan bangunan.
Dasar mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang. diberikan berdasarkan peraturan zonasi sebagai surat bukti dari Pemda untuk mendirikan bangunan sesuai
fungsi yang telah ditetapkan
IZINPENGGUNAANPEMANFAATAN
TANAH
IZINLOKASI
IZINPRINSIP
IZINMENDIRIKANBANGUNAN
Bentuk Izin Pemanfaatan Ruang
Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh masing-masing sektor dan/atau instansi yang berwenang
IZIN LAINBERDASARKAN
PERATURAN
PER-UU-AN
-
bhk-djpr
menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan
standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang; menghindari dampak
negatif pemanfaatan
ruang; dan melindungi kepentingan
umum.
Izin Prinsip
Izin Lokasi
Izin
Penggunaan Pemanfaatan
Tanah
Izin
Mendirikan Bangunan
Izin lain
berdasarkan
peraturan
perundang-
undangan
RDTR Kab/Kota
PZ
Izin Pemanfaatan Ruang
Tujuan
RTRW Kab/Kota
Dasar Pemberian Izin
-
Contoh Izin
Pemberi Izin
Pemerintah / Sektor
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kabupaten /
Kota
BIDANG KEHUTANAN
1. izin usaha pemanfaatan kawasan Menteri Gubernur Bupati/Walikota
2. hak pengusahaan hutan Menteri --- ---
3. hak pemungutan hasil hutan --- --- Bupati/Walikota
BIDANG PERTAMBANGAN
4. kuasa pertambangan minyak dan gas bumi Presiden --- ---
5. izin pengeboran dan eksplorasi air bawah tanah
--- Gubernur Bupati/Walikota
6. izin pemanfaatan air bawah tanah --- Gubernur Bupati/Walikota
BIDANG BANGUNAN GEDUNG
7. Izin Lokasi --- --- Bupati/Walikota
8. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) --- --- Bupati/Walikota
9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) --- --- Bupati/Walikota
BIDANG JALAN
10. Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan
Menteri Gubernur Bupati/Walikota
11. izin prinsip pengajuan prakarsa pengusahaan jalan tol
Menteri --- ---
12. Izin pemanfaatan ruang pengawasan jalan --- Gubernur Bupati/Walikota
DJPR-Dep. PU
Izin Lain BerdasarkanPeraturan Perundang-undangan
-
C. KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Muatan minimal ketentuan insentif-disinsentif dalam RTRW Kab/Kota, yaitu:
1. Bentuk, jenis , dan besaran insentif dan disinsentif
2. Penjabaran kawasan yang akan di diberlakukan insentif dan/atau
disinstentif (didorong/ dibatasi pertumbuhannya.)
3. Mekanisme pemberian insentif & disinsentif.
-
PENDEKATAN PERUMUSAN [INSENTIF & DISINSENTIF]
RENCANA
STRUKTUR
RUANG
RENCANA POLA
RUANG
RENCANA
KAWASAN
STRATEGIS
KAW. YANG DIDORONG
PERTUMBUHAN atau
PERKEMBANGANNYA
KAW. YANG
DIKENDALIKAN
PERTUMBUHAN atau
PERKEMBANGANNYA
KAW. YANG DIBATASI
PERTUMBUHAN atau
PERKEMBANGANNYA
INSENTIF/
DISINSENTIF
DISINSENTIF/
INSENTIF
DISINSENTIF/
INSENTIF KETENTUAN UMUM
PERATURAN ZONASI
MUATAN
RTRW
KLASIFIKASI
PERLAKUAN
INSTRUMEN
PENGENDALIAN
-
PERUMUSAN JENIS [INSENTIF & DISINSENTIF]
BENTUK UMUM INSENSTIF/
DISINSENTIF
FISKAL
NON
FISKAL
RESTITUSI/RETRIBUSI
ANGGARAN/SUBSIDI
URUN SAHAM/PINJAMAN
KOMPENSASI/IMBALAN
PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR
TERKAIT PERIZINAN
PROMOSI/FASILITASI
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN SEKTOR
TERKAIT
KETENTUAN UMUM
PERATURAN ZONASI
JENIS INSENTIF/
DISINSENTIF
pengurangan, keringanan & pembebasaran pajak
pengurangan, keringanan & pembebasaran retribusi daerah
Pemberian dana stimulan Pemberian bantuan modal Pemberian beasiswa Pemberian ganti rugi
tanah/bangunan
Penyedian informasi dan fasilitasi komunikasi
Penyediaan kelengkapan prasarana dan sarana usaha
Percepatan pemberian izin dan pemberian keringanan persyaratan
Penyediaan lahan Pemberian bantuan teknis Pemberian Award
Pengenaan pajak yang lebih tinggi/ progresif
Penghentian/tidak memberikan bantuan stimulan/bantuan modal
Persyaratan yang lebih tinggi Pembatasan/tidak
membangun prasarana/ sarana permukiman
Tidak memberikan subsidi dan atau pemotongan anggaran daerah
Membatalkan penghargaan Publikasi tingkat pencapaian
yang rendah (pemerintah/ perusahaan) pada bidang tertentu
Tidak mengeluarkan IMB pada bangunan yang berada pada kawasan lindung/ rawan bencana (tingkat 1)
JENIS INSENTIF JENIS DISINSENTIF
-
CONTOH KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF KABUPATEN LAMPUNG BARAT
-
BHK-DJPR/Presentasi/DR
Pengenaan sanksi penertiban yg dilakukan
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR & peraturan zonasi
Sanksi
AdministratifSanksi Pidana
peringatan tertulis penghentian sementara
kegiatan
penghentian sementarapelayanan umum
penutupan lokasi pencabutan izin pembatalan izin pembongkaran
bangunan
pemulihan fungsi ruang;dan/atau
denda administratif
Sanksi Perdata
PENGENAAN SANKSI
Besar/kecilnya dampak akibat pelanggaran penataan ruang
Nilai manfaat pemberian sanksi untuk pelanggaran penataan ruang
Kerugian publik akibat pelanggaran penataan ruang
Bentuk Kriteria
-
Aspek Lingkungan Hidup Strategis
1. Tujuan Kajian singkat aspek lingkungan strategis rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Buol bertujuan untuk memberikan gambaran awal implikasi kegiatan penataan ruang di Kabupaten Buol terhadap kualitas fisik lingkungan hidup dan potensi dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat.
2. Metode Yang Digunakan Dalam melakukan kajian aspek lingkungan hidup strategis dalam
proses perencanaan ini digunakan metode penapisan awal. Metode ini merupakan pendekatan yang dirasakan paling tepat untuk mengevaluasi kontribusi kebijakan penataan ruang di Kabupaten Buol terhadap kualitas lingkungan dan keberlanjutan dan sekaligus sebagai langkah awal dalam KLHS yang lebih detail yang harus segera disusun oleh pemerintah Kabupaten Buol sebelum proses penetapan perda RTRW Kabupaten Buol.
-
Isu Lingkungan Strategis
Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan
Ketahanan Pangan
Konversi Lahan Hutan
Pertambangan Mineral Logam dan Galian C
Perkebunan
Kebencanaan
-
Identifikasi Dampak (Awal) Penataan Ruang Kabupaten Buol
2011-2030 Potensi Dampak Penerapan RTRW
Potensi Dampak Tanpa adanya RTRW
-
No
Isu Strategis
Pengembangan
Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan Penataan
Ruang
Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak
Positif
1 Kemiskinan dan
Ketimpangan
Pembangunan
1. Kebijakan
Struktur Ruang:
Pengembangan
Pusat
Pertumbuhan
Baru;
pengembangan
jalan lingkar luar
kota Buol;
pembangunan
jalan poros
Boilan-Kota
Nagaya
Memberikan multiplier
effect terhadap kawasan
sekitar pusat
pertumbuhan baru
berupa peningkatan
aktivitas perekonomian,
penciptaan lapangan
kerja, meningkatnya
efisiensi pergerakan
orang dan barang
Terdapat peluang untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat sekaligus
mereduksi kemiskinan
Jika ternyata rencana struktur ruang
gagal mencapai tujuannya maka
potensi kemiskinan akan semakin
meningkat, ketimpangan
pembangunan akan semakin besar,
yang diakibatkan oleh tidak adanya
pemerataan pertumbuhan fisik ruang
Jika terjadi eksploitasi berlebih
hanya pada kawasan pusat
pertumbuhan sementara wilayah
belakang tidak mendapat perhatian
maka resiko kegagalan
pembangunan rentan terjadi
Pengembangan jalur jalan Kolektor
Boilan-Kota Nagaya yang melewati
kawasan hutan lindung berpotensi
meningkatkan tekanan terhadap
eksistensi kawasan lindung
Keberadaan jalur kolektor tersebut
dikhawatirkan akan meningkatkan
laju deforestasi di Kabupaten Buol
- Ketimpangan wilayah
tetap terjadi
Pembangunan
terkonsentrasi di Buol
Pengentasan kemiskinan
mungkin sulit tercapai
Akses masyarakat akan
infrastruktur publik akan
semakin rendah dan
hanya dinikmati
sebagian masyarakat di
perkotaan
Pola pertumbuhan
cenderung sporadis dan
tidak terkendali
Inefisiensi pelaksanaan
program pembangunan
Identifikasi Dampak (Awal) Penataan Ruang Kabupaten Buol 2011-2030
-
No Isu Strategis
Pengembangan Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan Penataan Ruang Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak
Positif
1 Kemiskinan dan
Ketimpangan
Pembangunan
1. Kebijakan Pola Ruang:
Pengembangan
Kawasan Pertanian
(lahan sawah, lahan
kering, perkebunan);
Pengembangan
Kawasan Perikanan,
Pengembangan
kawasan multifungsi
(Kawasan Bahari
Terpadu); Pemantapan
kawasan lindung
Potensi peningkatan rasio
kepemilikan lahan pada tingkat
petani (dari 11,5 ribu Ha menjadi
85,2 ribu hektar), peluang
peningkatan produktivitas
pertanian tanaman pangan;
peluang swasembada beras;
peluang pengembangan sektor
industri pengolahan hasil perikanan
dan pertanian dalam penciptaan
lapangan kerja dan nilai tambah
sektor pertanian. Potensi
peningkatan produktivitas
perikanan budidaya sebagai
sumber pengganti produktivitas
perikanan tangkap akibat
perubahan iklim
Resiko bencana alam dapat
tereduksi seiring dengan
pemantapan kawasan lindung di
Kabupaten Buol
Mengingat lemahnya daya saing
pada sektor sekunder dan tersier
maka tekanan pada sektor primer
akan menjadi titik utama, artinya
eksploitasi SDA akan meningkat
tajam.
Jika akses terhadap sumber daya
alam tidak merata artinya hanya
masyarakat pemilik modal yang
memiliki akses terbesar maka
peluang ketidakberlanjutan
pembangunan semakin
membesarkemiskinan akan terus
tumbuh
Tekanan terhadap biodiversitas
meningkat.
Pengembangan kawasan bahari
terpadu di Lokodidi berpeluang
besar memberikan tekanan
terhadap ekosistem bakau apabila
instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang tidak
dijalankan dengan benar.
Pengembangan kawasan perikanan
budidaya dalam hal ini kegiatan
tambak berpeluang untuk memicu
kerusakan hutan bakau pada
kawasan pesisir, kerusakan ini
akan semakin menambah beban
berat ekosistem pesisir karena
ancama abrasi akan semakin besar
Pengembangan kawasan
perkebunan berpotensi menambah
tekanan terhadap ekosistem
apabila tidak diikuti dengan teknik
konservasi tanah
Ekosistem berubah peluang
percepatan perubahan iklim
- Eksploitasi SDA akan
semakin meningkat tajam
mengingat lemahnya
akses masyarakat miskin
terhadap lapangan kerja
Resiko kerusakan
lingkungan dan
perambahan hutan akan
semakin tinggi
Ancaman terhadap
ketahanan pangan juga
semakin besar
Potensi kebencanaan
semakin tinggi, karena
tidak ada upaya mitigasi
terhadap potensi
kebencanaan di
Kabupaten Buol
-
No Isu Strategis
Pengembanga
n Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan
Penataan
Ruang
Potensi Dampak
Positif
Potensi
Dampak
Negatif
Dampak Positif
3 Konversi
lahan hutan
1. Kebijakan
struktur
ruang
dalam
bentuk
perwujudan
sistem
jaringan
transportasi
Laut
(lokodidi)
dan
jaringan
transportasi
darat
(lingkar luar
dan
kolektor
Boilan Kota
Nagaya)
Dengan adanya
kebijakan struktur
ruang yang jelas
maka proses
pengendalian
terhadap potensi
konversi lahan dapat
dilokalisir dan
diarahkan pada
lokasi-lokasi yang
memiliki tingkat
kesesuaian tinggi
untuk kegiatan
budidaya
nonkehutanan
Proses
konversi lahan
lebih terarah
pada kawasan
perkotaan
yang sudah
berkembang
saja
Semakin sedikit
lahan yang
beralih fungsi
sebagai kawasan
budidaya
Beban kawasan perkotaan yang
sudah ada akan semakin tinggi
sebagai akibat dari terkonsentrasinya
kegiatan pada satu lokasi saja
Resiko bencana nonalam pada
kawasan perkotaan meningkat
sebagai akibat dari kepadatan
bangunan, ketidaksiapan prasarana
dan sarana lingkungan permukiman
-
No Isu Strategis
Pengembangan Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan Penataan
Ruang
Potensi Dampak Positif Potensi Dampak
Negatif
Dampak Positif
2 Ketahanan Pangan 1. Kebijakan Struktur
Ruang:
Pengembangan
Pusat
Pertumbuhan Baru
(berbasis
pertanian);
pengembangan
jalan lingkar luar
kota Buol;
pembangunan
jalan poros Boilan-
Kota Nagaya
Pengembangan pusat
pengembangan agrobisnis
sedikit banyak akan membantu
para petani dalam meningkatkan
produktivitas sektor pertanian
khususnya tanaman pangan, hal
ini disebabkan adanya peluang
pemasaran produk pertanian
secara lebih luas melalui
keberadaan kawasan agropolitan
di Air Terang yang akan mampu
menjadi katalisator
perkembangan sektor pertanian
Pembangunan jalan kolektor dan
lingkar luar akan mampu
mendoro akses pasar yang lebih
luas dari berbagai komoditas
pertanian di Buol
Pengembangan jalur
lingkar dan jalan
kolektor bisa menjadi
kontra produktif
dalam rangka
peningkatan
ketahanan pangan
apabila dampak ikutan
dari pengembangan
prasarana jalan tidak
diantisipasi yaitu
kecenderungan alih
fungsi lahan akibat
pembangunan jalur
transportasi.
Potensi alih fungsi
lahan pertanian tidak
akan meluas pada
wilayah belakang,
meningat pola
perkembangan fisik
kawasan yang lebih
terkonsentrasi pada
kawasan pesisir, atau
sepanjang jalan
nasional trans sulawesi
Tidak adanya aturan
yang jelas terhadap
pola ruang berpotensi
besar mengancam
ketahanan pangan di
Kabupaten Buol.
Kecenderungan orang
untuk mengalihkan
lahan pertanian
produktif menjadi
lahan nonpertanian
akan semakin tinggi
1. Kebijakan Pola
Ruang:
Pengembangan
Kawasan
Pertanian (lahan
sawah, lahan
kering,
perkebunan);
Pengembangan pola ruang
kawasan pertanian secara
ekstensif akan dapat menjadi
media dalam rangka mengatasi
defisit pangan yang saat ini
terjadi di Kabupaten Buol.
Pengembangan sektor
pertanian secara
esktensif dan intensif
tanpa diimbangi
regulasi serta
pendampingan yang
baik dapat menjadi
awal dari bencana
lingkungan,
penggunaan pestisida
dan herbisida serta
pemupukan yang
berlebih dapat
mempengaruhi
kualitas lingkungan di
Kabupaten Buol
Resiko kerusakan
lingkungan akibat
penggunaan insektisida
dan pestisida
berkurang
Keberadaan lahan
pertanian akan
semakin terjepit seiring
dengan peningkatan
kebutuhan lahan untuk
aktivitas nonpertanian,
khususnya pada
kawasan perkotaan,
disatu sisi tidak
terdapat instrumen
yang mampu
menjamin keberadaan
lahan pertanian
-
No Isu Strategis
Pengembanga
n Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan
Penataan Ruang
Potensi Dampak
Positif
Potensi
Dampak
Negatif
Dampak Positif Dampak Negatif
Konversi
lahan hutan
2. Kebijakan Pola
Ruang:
Pemantapan
Kawasan Hutan
di Kabupaten
Buol sesuai
dengan status
Resiko konversi
lahan menjadi
lebih kecil karena
ada aturan yang
jelas bagi para
pelanggar pola
ruang yang telah
ditetapkan
Memberikan
kepastian yang
jelas pada para
pemangku
kepentingan
khususnya
pemilik modal
dalam melakukan
investasi terkait
pemanfaatan
ruang
Resiko
kebencanaan
dapat ditekan
dan diantisipasi
lebih awal
- - Resiko perambahan hutan akan
semakin tinggi mengingat tidak
adanya kejelasan status hutan di
kabupaten Buol
-
No Isu Strategis
Pengembangan
Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan Penataan
Ruang
Potensi Dampak
Positif
Potensi Dampak Negatif Dampak Positif Dampak Negatif
4 Eksploitasi Tambang Penetapan Kawasan
Tambang dan Mineral
Memberikan
kepastian berusaha
bagi pelaku sektor
pertambangan
Dapat memicu
pertumbuhan dan
perkembanan
aktivitas turunan
Adanya batasan yang
jelas dalam
pengusahaan
kawasan
pertambangan
mineral logam di
Kabupaten Buol
Pertumbuhan
kawasan timur buol
yang selama ini jauh
tertinggal dibanding
wilayah barat dapat
dipercepat
Peningkataan
kesempatan kerja
masyarakat
Peluang peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
Ketidaksiapan masyarakat
secara sosial menyikapi
perubahan yang cepat
akibat pertumbuhan fisik
kawasan berpotensi
menimbulkan konflik
sosial
Kegiatan pertambangan
berpotensi menimbulkan
bahan pencemaran
lingkungan yang semakin
tinggi, apabila tidak ada
pengawasan terhadap
aktivitas pertambangan
Jika eksploitasi
sumberdaya alam
(mineral dan tambang)
berlangsung pada tingkat
yang sangat tinggi
sehingga mengancam
keberlanjutan
pembangunan (equity
failure IIc). Proses
produksi yang mengejar
pertumbuhan ekonomi
tinggi tanpa dibarengi
reinvestasi untuk
keberlanjutan yang
memadai
Kerusakan
lingkungan akibat
kegiatan
pertambangan
semakin kecil
Potensi konflik
sosial semakin
kecil
Jika tidak ada arahan
yang jelas kegiatan
penambangan secara
illegal akan marak
terjadi, kibatnya
resiko kerusakan
lingkunan semakin
besar
-
No Isu Strategis
Pengembangan
Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan
Penataan Ruang
Potensi Dampak
Positif
Potensi Dampak Negatif Dampak Positif
5 Perkembangan
Kawasan
Perkebunan
pada wilayah
hulu Kabupaten
Buol
Penetapan
Kawasan
Perkebunan
Resiko kerusakan
lingkungan dapat
diperkecil, karena
sudah ada rencana
mitigasi terhadap
kegiatan perkebunan
Setiap investasi
perkebunan wajib
memberikan kajian
dampak lingkungan
terhadap investasi
yang akan
ditanamkan
Jika eksploitasi
sumberdaya alam
berlangsung pada
tingkat yang sangat
tinggi sehingga
mengancam
keberlanjutan
pembangunan (equity
failure IIc). Proses
produksi yang mengejar
pertumbuhan ekonomi
tinggi tanpa dibarengi
reinvestasi untuk
keberlanjutan yang
memadai
Investasi yang sangat
tinggi pada sektor
perkebunan dapat
menurun seiring dengan
pembatasan lahan untuk
pengembangan kawasan
perkebunan dan aturan
yang ketat terhadap
bentuk konservasi tanah
Peluang peningkatan
perekonomian regional
menjadi berkurang
Jika investasi
perkebunan
rendah, resiko
kebencanaan
dapat ditekan
Jika investasi terhadap
perkebunan tinggi,
resiko konversi lahan
hutan menjadi kawasan
perkebunan akan
semakin tinggi, karena
pemerintah tidak
memiliki ketentuan yang
kuat untuk mengatur
dan mengarahkan
aktivitas perkebunan
Resiko perambahan
hutan akan semakin
meningkat
Potensi bencana alam
akan semakin besar
apabila pelaku sektor
perkebunan
mengabaikan aspek
keselamatan lingkungan
dalam proses budidaya
kawasan perkebunan
-
No Isu Strategis
Pengembang
an Wilayah
RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
Kebijakan
Penataan Ruang
Potensi Dampak Positif Potensi Dampak
Negatif
Dampak Positif Dampak Negatif
6 Kerentanan
terhadap
bencana alam
dan bencana
non alam
Penetapan
kawasan lindung
setempat
Potensi kebencanaan
(khususnya bencana alam)
dapat ditekan
Kerugian akibat bencana
dapat diminimalkan, karena
kawasan rawan bencana
sudah ditetapkan sebagai
kawasan lindung setempat
dan atau kawasan budidaya
nonpermukiman
Resiko abrasi dan sedimentasi
dapat ditekan
Faktor bencana nonalam akan
dapat ditekan, karena
aktivitas budidaya
permukiman diarahkan pada
kawasan yang memiliki resiko
bencana nonalam paling kecil
Melalui penataan kepadatan
permukiman serta penyiapan
prasarana dan sarana
lingkungan permukiman yang
baik resiko bencana nonalam
khususnya penyakit menular
dapat ditekan
Jika tidak ada aturan
main yang jelas serta
upaya penegakan
hukum atas
peraturan daerah
tentang RTRW
Kabupaten Buol
2011-2030 yang
ketat maka
masyarakat akan
berupaya mencuri-
curi kesempatan
memanfaatkan
kawasan lindung
setempat sebagai
kawasan
permukiman
sebagaimana yang
terjadi saat ini
- Resiko kebencanaan
tidak dapat dilakukan
tindakan mitigasi
Resiko kerugian
bencana akan semakin
tinggi baik yang sifatnya
kerugian material
maupun jiwa
Resiko deforestasi
kawasan hutan akan
semakin meningkat,
meningat keterbatasan
akses masyarakat untuk
memanfaatkan sumber
daya nonalam dalam
peningkatan
kesejahteraan hidupnya
Pencurian kayu pada
kawasan hutan akan
semakin marak
-
Pustaka Marif, Samsul, 2010, Proses Penyusunan Tata Ruang Wilayah, Bali. Manaf, Murshal, 2009, Pengembangan Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata, Jakarta Permen 15, 16, 17 Tahun 2010 Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kab/Kota
top related