manusia sebagai individu dan makhluk hidup
Post on 01-Feb-2016
230 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai suatu individu dan sosial memiliki fungsinya
masing-masing didalam menjalankan peranannya di masyarakat. peran
manusia sebagai makhluk individu dan sosial tersebut sangat
menentukan komunikasi/interaksi yang terjadi di dalam masyarakat.
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu
sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat
yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan
selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan
kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia
juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-
tengah manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial?
2. Bagaimana fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk
sosial?
3. Bagaimana interaksi sosial tentang akulturasi, asimilasi, dan inovasi?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan makhluk
sosial.
2. Untuk mengetahui fungsi dan peran manusia sebagai individu dan
makhluk sosial.
3. Untuk mengetahui interaksi sosial tentang akulturasi, asimilasi, dan
inovasi.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini
menggunakan studi kepustakaan yang bersumber dari berbagai media
buku maupun media cetak/elektronik yang sesuai dengan materi yang
akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial
Di dalam diri manusia itu sendiri terdapat dua kepentingan,
yaitu kepentingan individu dan kepentingan bersama. Kepentingan
individu didasarkan manusia sebagai makhluk individu, karena pribadi
manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama
didasarkan manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang ingin
memenuhi kebutuhan bersama.
Dalam perjalanannya, kepentingan-kepentingan tersebut
kadang saling berhadapan dan kadang pula saling berkait. Terkadang
muncul muncul suatu penolakan dan penerimaan yang pada akhirnya
bermuara pada etika, yaitu suatu ajaran tentang norma dan tingkah laku
yang berlaku dalam suatu kehidupan manusia.
Menurut Jurgen Habermas (2001), masyarakat memiliki tiga
jenis kepentingan yang memiliki pendekatan rasio berbeda. Kepentingan
tersebut yaitu:
1. Kepentingan teknis (objective-welt)
Kepentingan ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan sumber
daya natural dan juga kerja (instrumentalis).
2. Kepentingan interaksi (social-welt)
Merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia
sebagai makhluk sosial.
3. Kepentingan kekuasaan
Di satu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan
dalam masyarakat. Di sisi lain, adanya sebuah kebutuhan dasariah
manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk dominasi atau
kebebasan.
3
4
Manusia sebagai makhluk individu merupakan suatu sebutan
yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu
sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan
“orang-seorang atau “manusia perorangan”.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari pengaruh
orang lain. Setiap manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh dari
masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar
manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Manusia juga tidak
mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu
ada. Yakni memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri
3. Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.
Dalam perkembangannya, manusia mempunyai kecenderungan
sosial untuk selalu meniru guna membentuk diri dala kehidupan
masyarakatnya. Di antara kebutuhan untuk meniru adalah dalam hal:
1. Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, yaitu menerima bentuk-
bentuk pembaruan yang berasal dari luar sehingga dalam diri
manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2. Pengetahuan tenaga, yaitu tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia
dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual
membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial sehingga terbentuk
interaksi sosial antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara
5
garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri
dari tiga hal yakni:
1. Tenakan emosional
Kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi bagaimana
manusia berinteraksi satu sama lai.
2. Harga diri yang rendah
Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang direndahkan,
maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan
secara spontan ia membutuhkan kasih sayang dari pihak lain atau
dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembli seperti
semula.
3. Isolasi sosial
Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh komunitasnya
atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan
interaksi dengan orang yang sepaham aatau sepemikiran agar
terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Dengan demikian, sebagai individu perlu tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota
masyarakat ia perlu menjalankan kewajiban dan haknya dalam tatanan
suatu kehidupan bersama.
B. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial
Manusia dalam berinteraksi dengan sekitar, ada hubungan
secara vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan secara horizontal
(hubungan dengan sesama manusia, alam sekitar, dan makhluk lainnya).
Manusia sejak lahir sampai sampai masuk liang kubur selalu
membutuhkan kehadiran orang lain selain dirinya. Jika manusia tidak
berhubungan atau interaksi dengan dengan sesama manusia lainnya,
6
maka orang tersebut belum bisa dikatakan manusia. Karena itu, dalam
hubungan sesama manusia terdapat model dan kualitasnya berbeda.
Ada teori yang dapat membantu menerangkan model dan
kualitas hubungan antarmanusia (Achmad Mubarok, 2009):
1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)
Menurut teori ini, hubungan antarmanusia (interpersonal)
berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-
masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau
malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan, maka hubungan
itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan
terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
2. Teori peran
Dalam masyarakat telah disusun skenario yang harus dijalankan oleh
manusia dalam pergaulan sosial. Skenario tersebut mengatur apa dan
bagaimana peran setiap manusia dalam pergaulannya. Menurut teori
ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmonis,
tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh dan ditegur.
3. Teori permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu
anak-anak, orang dewasa, dan orang tua.
Manusia memang tidak akan bisa lepas dari berhubungan
dengan orang lain. Dalam hubungan itu kita harus bisa memahami
peranan dan kedudukan masing-masing. Jangan sampai terjadi kesalahan.
Karena hal itu bisa membuat tidak harmonisnya hubungan kita dengan
sesama manusia.
Untuk menjaga hubungan yang harmonis sebagai individu dan
makhluk sosial, umumnya setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai dan
tradisi yang dapat dikembangkan menjadi model kedamaian yang
kondusif bagi keeratan antar-suku bangsa, agama, ras, dan perbedaan
lainnya.
7
Dalam praktiknya hubungan transaksional bermacam-macam
sifatnya. Adakalanya bersifat barter atau pertukaran langsung seperti jual
beli di pasar, dimana masing-masing individu mendapat manfaat dari
proses interaksi secara langsung dan seketika. Dapat pula transaksi
bersifat kekeluargaan. Jenis transaksional lainnya adalah hubungan
pertukaran bersifat pertemanan atau kesetiakawanan.
C. Dinamika Interaksi Sosial: Akulturasi, Asimilasi, dan Inovasi
1. Akulturasi budaya
Akulturasi budaya adalah proses sosial yang timbul apabila
suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan lain
sehingga unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-
unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas
kebudayaan asli.
Kajian akulturaasi meliputi lima hal pokok (Koentjaningrat
(1997)):
a. Masalah mengenai metode untuk mengobservasi, mencatat dan
melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
b. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima
dan yang sukar diterima oleh maasyarakat
c. Masalah unsur kebudayaan yang mana saja yang mudah diganti
dan diubah dan unsur kebudayaan mana saja yang tidak mjdah
diganti dan diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
d. Masalah mengenai indiidu-individu apa yang mudah dan cepat
menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat
menerima unsur-unsur kebudayaan asing
e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis sosial yang
timbul akibat adanya akulturasi.
8
Dampak akulturasi terhadap masyarakat meniscayakan seorang
peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai
berjalan
b. Individu-individu dari kebudayaan assing yang membawa unsur-
unsur kebudayaan asing itu
c. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing
untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima
d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh
unsur-unsur kebudayaan asing tadi
e. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing
2. Asimilasi Budaya
Proses asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal sebagai berikut:
a. Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan
yang berbeda-beda
b. Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensif dalam kurun
waktu yang lama
c. Pertemuan budaya-budaya antarkelompok itu masing-masing
berubah watak khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling
berubah sehingga memunculkan suatu watak kebudayaan yang
baru/campuran
Faktor penghambat adanya proses asimilasi budaya:
a. Kurangnya pengetahuan terhadap unsur kebudayaan yang
dihadapi (dapat) bersumber dari pendatang ataupun penduduk
asli
b. Sifat takut terhadap kebudayaan yang dihadapi
c. Perasaan ego dan superioritas yang ada pada individu-individu
dari suatu kebudayaan terhadap kelompok lain
9
Faktor yang memudahkan/penarik terjadinya asimilasi budaya:
a. Faktor toleransi, kelakuan saling menerima dan memberi dalam
struktur himpunan masyarakat
b. Faktor kemanfaatan timbal balik, memberi manfaat kepada dua
belah pihak
c. Faktor simpati, pemahaman saling menghargai dan
memperlakukan pihak lain secara baik
d. Faktor perkawinan
3. Inovasi (pembaruan) campuran, bermanfaat bagi proses asimilasi
Proses pembaruan (inovasi) dapat digolongkan dalam bentuk:
a. Discovery, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru
berupa gagasan individu atau kelompok
b. Invention, atau tindak lanjut inovasi berupa pengakuan,
penerimaan, dan penerapan proses discovery oleh masyarakat
Pemanfaatan hasil inovasi bergantung:
a. Persepsi masyarakat pendukung dalam kelompok. Sebuah
penemuan perlu mendapat dukungan kelompok guna pengakuan
sebagai kebutuhan dasar
b. Mutu serta ketahanan SDM. Dalam sebuah kelompok pasti ada
individu yang tidak puas dan merasa kekurangan sehingga
individu ini melaksanakan aktivitas pengkajian, penelitian
terhadap situasi yang dihadapinya
c. Sistem perangsan, penghargaan, dan pengakuan dapat berupa
pengakuan ilmiah, pemberian gelar, rangsangan materi dan
fasilitas lain
d. Harus memberikan manfaat untuk masa depan.
10
Setiap gagasan baru atau inovasi pasti akan mendapat penolakan
dari beberapa kelompok masyarakat. Terdapat 12 prinsip yang dapat
mengurangi penolakan (resistance) atas gagasan baru. Penolakna-
penolakan tersebut akan berkurang apabila:
a. Seluruh perangkat masyarakat merasa bahwa inovasi tersebut
adalah milik mereka bukan sesuatu yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh orang lain
b. Inovasi tersebut secara jelas mendapat dukungan sepenuhnya dari
pimpinan tertinggi dari sistem kehidupan masyarakat itu.
c. Partisipan melihat perubahan itu sebagai upaya pengurangan
beban mereka sekarang dan justru bukan menambah beban
d. Inovasi itu sesuai dengan nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang
telah lama diketahui masyarakat
e. Partisipan merasa bahwa kemandirian dan kemanan mereka
terjamin
f. Program inovasi tersebut menawarkan jenis pengalaman yang
dapat menarik minat partisipan
g. Partisipan diikutkan dalam upaya diagnostik yang membawa
mereka untuk menyetujui apa yang menjadi problema mendasar
dan untuk yang merasakan bahwa hal itu penting dipecahkan dan
dicarikan jalan keluarnya
h. Inovasi itu diadopsi atas dasar keputusan kelompok itu sendiri
i. Penganjur mampu untuk memperkenalkan diri secara baik/jelas
terhadap penerima anjuran, memperkenalkan kesulitan-kesulitan
yang berarti atau perlu diatasi serta mengambil langkah-langkah
seperlunya terhadap hal-hal yang tidak pantas ditakuti
j. Diberitahukan dengan bijaksana atas penolakan terhadap inovasi
karena kesalahpahaman dan salah penafsiran, dan jika ketentuan
yang dibuat untuk memanfaatkan umpan balik persepsi
11
masyarakat tentang inovasi serta penjelasan-penjelasan beriktnya
sesuai dengan yang mereka butuhkan
k. Partisipan mendapatkan penerimaan, dukungan, pembenaran
serta kepercayaan dari teman-teman mereka satu sama lainnya.
l. Inovasi itu terbuak atas kritikan perbaikan dan pertimbangan
ulang jika dibutuhkan untuk mendapatkan perubahan yang lebih
memuaskan. (Warner G. Bennis, 1969: 56-57)
Proses adopsi terjadi disebabkan oleh lima tahap, yaitu:
a. Awareness (kesadaran)
Semula individu atau kelompok yang bersangkutan tidak
mengetahui dan mengabaikan inovasi itu. Kemudia atas
kesadarannya mereka mulai belajar tentang inovassi yang belum
diketahui tadi, meskipun sebelumnya ia telah memiliki
pengetahuan lama. Tahap ini penggunaan inovasi masih
ditangguhkan selama mempertimbangkan nilai hakiki yang
terkandung di dalamnya sambil membandingkannya dengan cara
lama.
b. Interest (menaruh minat)
Individu yang bersangkutan mulai memperluas informasi
sebanyak-banyaknya tentang adat istiadat, agama, pendapat warga
masyarakat umumnya, yang berkaitan dengan dorongan dan
larangan berupa beban sosial dan finansial jika inovasi itu
digunakan. Jadi ia mempelajari keadaan.
c. Evaluation (penilaian)
Individu yang bersangkutan meniali inovasi itu dan mendorong
jiwanya memilih hal-hal yang sesuai dengan dirinya.
12
d. Trial (percobaan)
Individu bersangkutan mulai memberanikan diri untuk
menggunakan inovasi sebagai percobaan terlebih dahulu. Ketika
gagal, dicobanya lagi hingga berhasil.
e. Adopsi (penggunaan)
Individu bersngkutan menerima inovassi itu digunakan seterusnya
atas dasar percobaan yang berhasil sebelumnya. Akan tetapi, jika
pada penggunaan berikutnya terus menerus gagal, maka
penggunaan itu akan dihentikan.
Sebaliknya penolakan terjadi karena tahapan-tahapan berikut:
a. Awareness (kesadaran)
Individu yang bersangkutan belum memiliki pengetahuan tentang
inovasi dan telah memiliki pengetahuan lama. Ketika mengikuti
pelajaran, inovasi itu dirasakan lebih kompleks dan sulit
dimengerti hingga terjadi kesalahpahaman lalu penggunaan
inovasi ditangguhkan.
b. Indifference (acuh tak acuh)
Individu yang bersangkutan semakin acuh tak acuh setelah
melihat keadaan. Meskipun inovasi itu kelihatan logis, tetapi
kurang mereka perhatikankarena belum biasa dalam masyarakat,
diragukan bertentangan dengan agama, adat istiadat, norma, nilai
dan pendapat orang umumnya.
c. Denial (penolakan)
Pada masa kebutuhan pemilihan inovasi yang sesuai untuk
dirinya, individu bersangkutan tidak memahami betul fungsi itu
sehingga ia menyangkal kehadiran inovasi.
d. Trial (percobaan)
Ketika individu bersangkutan atau orang lain melakukan
percobaan dengan inovasi itu, terjadi insiden atau kegagalan,
13
individu bersangkutan tidak lagi berusaha untuk mencoba hingga
berhasil, akan tetapi kembali lagi pada cara lama yang telah dia
ketahui dan biasa diparktikkan.
e. Rejection (penolakan)
Individu bersangkutan akan mengakhiri dengan penolakan
seterusnya terhadap inovasi tersebut dan tetap mempraktikkan
cara biasa. Konsekuensi logis dari penolakan ini, pemutusan
penggunaan akan berlangsung dalam waktu panjang yang tidak
dipastikan (Zaltman, et al., 1972:624).
D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian
tanpa bantuan orang lain . Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan),
kebutuhan sosial (pergaulaan, pengakuan, sekolah, pekerjaan), dan
kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasan
religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi
jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun
berat. Pada saat–saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial
dari orang–orang sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai,
diperhatikan, dan dicintai. Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan
alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat dirumah
sakit , maka sanak saudara maupun teman–teman biasanya datang
berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu
merasa mendapat dukungan sosial.
Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb
(1983) sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orang yang akrab
dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran
dan hal–hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang
14
merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega
karena diperhatikan , mendapat saran atau kesan yang menyenangkan
pada dirinya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sarason (19830
yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan
menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb
yang mendifinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan,
perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima
kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok. Sarason (1983) berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu
mencangkup dua hal yaitu:
1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia , merupakan persepsi
individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat
individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas)
2. Tingkatan kepuasan atau dukungan sosial yang diterima, berkaitan
dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi
(Pendekatan berdasarkan kualitas)
Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin
memberikan dukungan sosial, karena menyangkup persepsi tentang
keberadaan (availability) dan ketepatan (adequacy) dukungan sosial
bukan sekadar memberikaan bantuan, tetapi yang penting adalah
bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu
erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan,
dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat
bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan
kepuasan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima oleh
individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada
dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa
15
diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang menerima dukungan
sosial yang diberikan oleh orang lain.
Sumber – sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu
dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak
sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan .
sumber dukungan sosial merupakaan aspek paling untuk diketahui dan
dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut , seseorang
akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai
dengan situasi dan keinginannya yang spesifik,sehingga dukungan sosial
memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.
Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan
sosial yaitu :
1. Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam
kebutuhan primer seeorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana
alam melalui berbagai sumbangan sosial.
2. Sumber natural adalah dukungan sosial yaang diterima seseorang
melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan
orang- orang yang berada disekitarnya, misalnya anggota keluarga
(anak, istri, suami, dan kerabat), teman dekat atau relasi.
Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan
sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial. Adapun perbedaannya
sebagai berikut:
a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya
tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat
spontan
b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan
norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan
c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang
telah berakar lama
16
d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam
penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang
nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan
salam
e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label
psikologis.
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi
kedalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Misalnya Weiss
(Cutrona dkk, 1994; 371) , mengemukakan adanya enam komponen
dukungan sosial yang disebut “ The Social Provision Scale “ , di mana
masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-diri ,namun satu sama
lain saling berhubungan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
1. Kerekatan emosional (emotional attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang
memperoleh kerekatan (kedekataan) emosioanal sehingga
menimbulkan rasaa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima
dukungan sosial semacam ini merasaa tenteram, aman, dan damai
yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber
dukungan semacam ini yang paling sering dan umum adalah
diperoleh dari pasangan hidup , atau anggota keluarga / teman dekat/
sanak keluarga/ yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
Bagi lansia adanya orang kedua yang cocok, terutama yang tidak
memiliki pasangan hidup, menjadi sangat penting untuk dapat
memberi dukungan sosial atau dukungan moral (moral support)
2. Integrasi sosial (social integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia untuk
memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang
memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan
kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber
dukungan semacam ini memungkinkan lansia mendapat rasa aman,
17
nyaman, serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya
kepedulian masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan melakukan
kegiatan bersama tanpa adaa pamrih akan banyak memberikan
dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat
mencurahkan segala ganjalan yang ada pada dirinya untuk bercerita,
atau mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia. Hal itu merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat
bagi lansia.
3. Adanya pengakuan ( Reanssurance of worth )
Dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas
kemampuan dan keahliannya serta mendaapat penghargaan dari
orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini berasal
dari keluarga atau lembaga/instansi atau perusahaan / organisasi,
dimana lansia pernah berkerja. Karena jasa, kemampuan dan
keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan santunan dalam
berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin dapat dianggap
sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga. Bentuk lain dukungan
sosial berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada setiap
event/ hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut
bersama-sama dengan para pegawai yang masih berusia produktif.
Contoh: setiap hari besar TNI maka para mantan pejabat yang telah
pensiun / memasuki masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara
ataupun resepsi yang diadakan oleh instansi tersebut.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable reliance)
Dukungan sosial ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan
bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia
membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada
umumnya berasal dari keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga,
misalnya pada Sasana Werdha ada petugas yang selalu siap untuk
18
membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut, sehingga para
lansia mendapat pelayanan yang memuaskan.
5. Bimbingan ( guidance)
Adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang
memungkinkan lansia mendapatkan informasi, saran, atau nasihat
yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi, Jenis dukungan sosial ini bersumber
dari guru, alim, ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan
dan juga orang tua.
6. Kesempatan untuk mengasuh ( opportunity for nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan
lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung
padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss (Cotuna
dkk, 1994), sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak)
dan pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat banyak lansia yang
merasa sedih dan kurang bahagia jika beradaa jauh dari cucu-cucu
ataupun anak-anaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Individu yang artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan
sedangkan sosial itu selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dalam hal ini ada keterkaitan antara manusia sebagai makhluk individu
dengan manusia sebagai makhluk sosial, diantara keduanya juga terdapat
fungsi yang sebenarnya saling melengkapi. Seperti contohnya fungsi dari
manusia sebagai makhluk sosial yang salah satunya adalah terbentuknya
konsep jati diri seorang individu dan fungsi manusia sebagai makhluk
individu yaitu mengetahui karakteristik yang khas dari seseorang. Hal ini
menunjukan bahwa dengan menjadi makhluk sosial maka manusia
tersebut juga akan mengetahui jati dirinya sendiri begitu juga sebaliknya,
ketika manusia tersebut menjadi makhluk individu maka dia akan
mengetahui karakteristik orang lain.
B. Saran
Menyadari bahwa kelompok kami masih jauh dari kata
sempurna, selanjutnya kelompok kami akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Tumanggor, Rusmin, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya dasar. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_2_PLSBT.baru.pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2014.
20
top related