manusia sebagai individu dan makhluk hidup

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai suatu individu dan sosial memiliki fungsinya masing-masing didalam menjalankan peranannya di masyarakat. peran manusia sebagai makhluk individu dan sosial tersebut sangat menentukan komunikasi/interaksi yang terjadi di dalam masyarakat. Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. 1

Upload: ayu-sinta-dewi

Post on 01-Feb-2016

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai suatu individu dan sosial memiliki fungsinya

masing-masing didalam menjalankan peranannya di masyarakat. peran

manusia sebagai makhluk individu dan sosial tersebut sangat

menentukan komunikasi/interaksi yang terjadi di dalam masyarakat.

Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu

sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat

yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.

Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,

manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan

masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya

dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan

selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai

makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan

kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia

juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-

tengah manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial?

2. Bagaimana fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk

sosial?

3. Bagaimana interaksi sosial tentang akulturasi, asimilasi, dan inovasi?

1

Page 2: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan makhluk

sosial.

2. Untuk mengetahui fungsi dan peran manusia sebagai individu dan

makhluk sosial.

3. Untuk mengetahui interaksi sosial tentang akulturasi, asimilasi, dan

inovasi.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini

menggunakan studi kepustakaan yang bersumber dari berbagai media

buku maupun media cetak/elektronik yang sesuai dengan materi yang

akan dibahas.

Page 3: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial

Di dalam diri manusia itu sendiri terdapat dua kepentingan,

yaitu kepentingan individu dan kepentingan bersama. Kepentingan

individu didasarkan manusia sebagai makhluk individu, karena pribadi

manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama

didasarkan manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang ingin

memenuhi kebutuhan bersama.

Dalam perjalanannya, kepentingan-kepentingan tersebut

kadang saling berhadapan dan kadang pula saling berkait. Terkadang

muncul muncul suatu penolakan dan penerimaan yang pada akhirnya

bermuara pada etika, yaitu suatu ajaran tentang norma dan tingkah laku

yang berlaku dalam suatu kehidupan manusia.

Menurut Jurgen Habermas (2001), masyarakat memiliki tiga

jenis kepentingan yang memiliki pendekatan rasio berbeda. Kepentingan

tersebut yaitu:

1. Kepentingan teknis (objective-welt)

Kepentingan ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan sumber

daya natural dan juga kerja (instrumentalis).

2. Kepentingan interaksi (social-welt)

Merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia

sebagai makhluk sosial.

3. Kepentingan kekuasaan

Di satu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan

dalam masyarakat. Di sisi lain, adanya sebuah kebutuhan dasariah

manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk dominasi atau

kebebasan.

3

Page 4: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

4

Manusia sebagai makhluk individu merupakan suatu sebutan

yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil

dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai satu kesatuan yang

tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu

sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan

“orang-seorang atau “manusia perorangan”.

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga

masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari pengaruh

orang lain. Setiap manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh dari

masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar

manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Manusia juga tidak

mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu

ada. Yakni memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

1. Dorongan untuk makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.

Dalam perkembangannya, manusia mempunyai kecenderungan

sosial untuk selalu meniru guna membentuk diri dala kehidupan

masyarakatnya. Di antara kebutuhan untuk meniru adalah dalam hal:

1. Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, yaitu menerima bentuk-

bentuk pembaruan yang berasal dari luar sehingga dalam diri

manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

2. Pengetahuan tenaga, yaitu tindakan meniru untuk tidak terlalu

menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia

dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual

membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial sehingga terbentuk

interaksi sosial antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara

Page 5: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

5

garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri

dari tiga hal yakni:

1. Tenakan emosional

Kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi bagaimana

manusia berinteraksi satu sama lai.

2. Harga diri yang rendah

Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang direndahkan,

maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan

orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan

secara spontan ia membutuhkan kasih sayang dari pihak lain atau

dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembli seperti

semula.

3. Isolasi sosial

Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh komunitasnya

atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan

interaksi dengan orang yang sepaham aatau sepemikiran agar

terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Dengan demikian, sebagai individu perlu tumbuh dan

berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota

masyarakat ia perlu menjalankan kewajiban dan haknya dalam tatanan

suatu kehidupan bersama.

B. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial

Manusia dalam berinteraksi dengan sekitar, ada hubungan

secara vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan secara horizontal

(hubungan dengan sesama manusia, alam sekitar, dan makhluk lainnya).

Manusia sejak lahir sampai sampai masuk liang kubur selalu

membutuhkan kehadiran orang lain selain dirinya. Jika manusia tidak

berhubungan atau interaksi dengan dengan sesama manusia lainnya,

Page 6: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

6

maka orang tersebut belum bisa dikatakan manusia. Karena itu, dalam

hubungan sesama manusia terdapat model dan kualitasnya berbeda.

Ada teori yang dapat membantu menerangkan model dan

kualitas hubungan antarmanusia (Achmad Mubarok, 2009):

1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)

Menurut teori ini, hubungan antarmanusia (interpersonal)

berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-

masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau

malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan, maka hubungan

itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan

terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.

2. Teori peran

Dalam masyarakat telah disusun skenario yang harus dijalankan oleh

manusia dalam pergaulan sosial. Skenario tersebut mengatur apa dan

bagaimana peran setiap manusia dalam pergaulannya. Menurut teori

ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmonis,

tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh dan ditegur.

3. Teori permainan

Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu

anak-anak, orang dewasa, dan orang tua.

Manusia memang tidak akan bisa lepas dari berhubungan

dengan orang lain. Dalam hubungan itu kita harus bisa memahami

peranan dan kedudukan masing-masing. Jangan sampai terjadi kesalahan.

Karena hal itu bisa membuat tidak harmonisnya hubungan kita dengan

sesama manusia.

Untuk menjaga hubungan yang harmonis sebagai individu dan

makhluk sosial, umumnya setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai dan

tradisi yang dapat dikembangkan menjadi model kedamaian yang

kondusif bagi keeratan antar-suku bangsa, agama, ras, dan perbedaan

lainnya.

Page 7: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

7

Dalam praktiknya hubungan transaksional bermacam-macam

sifatnya. Adakalanya bersifat barter atau pertukaran langsung seperti jual

beli di pasar, dimana masing-masing individu mendapat manfaat dari

proses interaksi secara langsung dan seketika. Dapat pula transaksi

bersifat kekeluargaan. Jenis transaksional lainnya adalah hubungan

pertukaran bersifat pertemanan atau kesetiakawanan.

C. Dinamika Interaksi Sosial: Akulturasi, Asimilasi, dan Inovasi

1. Akulturasi budaya

Akulturasi budaya adalah proses sosial yang timbul apabila

suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu

sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan lain

sehingga unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-

unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas

kebudayaan asli.

Kajian akulturaasi meliputi lima hal pokok (Koentjaningrat

(1997)):

a. Masalah mengenai metode untuk mengobservasi, mencatat dan

melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.

b. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima

dan yang sukar diterima oleh maasyarakat

c. Masalah unsur kebudayaan yang mana saja yang mudah diganti

dan diubah dan unsur kebudayaan mana saja yang tidak mjdah

diganti dan diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.

d. Masalah mengenai indiidu-individu apa yang mudah dan cepat

menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat

menerima unsur-unsur kebudayaan asing

e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis sosial yang

timbul akibat adanya akulturasi.

Page 8: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

8

Dampak akulturasi terhadap masyarakat meniscayakan seorang

peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

a. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai

berjalan

b. Individu-individu dari kebudayaan assing yang membawa unsur-

unsur kebudayaan asing itu

c. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing

untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima

d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh

unsur-unsur kebudayaan asing tadi

e. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing

2. Asimilasi Budaya

Proses asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal sebagai berikut:

a. Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan

yang berbeda-beda

b. Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensif dalam kurun

waktu yang lama

c. Pertemuan budaya-budaya antarkelompok itu masing-masing

berubah watak khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling

berubah sehingga memunculkan suatu watak kebudayaan yang

baru/campuran

Faktor penghambat adanya proses asimilasi budaya:

a. Kurangnya pengetahuan terhadap unsur kebudayaan yang

dihadapi (dapat) bersumber dari pendatang ataupun penduduk

asli

b. Sifat takut terhadap kebudayaan yang dihadapi

c. Perasaan ego dan superioritas yang ada pada individu-individu

dari suatu kebudayaan terhadap kelompok lain

Page 9: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

9

Faktor yang memudahkan/penarik terjadinya asimilasi budaya:

a. Faktor toleransi, kelakuan saling menerima dan memberi dalam

struktur himpunan masyarakat

b. Faktor kemanfaatan timbal balik, memberi manfaat kepada dua

belah pihak

c. Faktor simpati, pemahaman saling menghargai dan

memperlakukan pihak lain secara baik

d. Faktor perkawinan

3. Inovasi (pembaruan) campuran, bermanfaat bagi proses asimilasi

Proses pembaruan (inovasi) dapat digolongkan dalam bentuk:

a. Discovery, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru

berupa gagasan individu atau kelompok

b. Invention, atau tindak lanjut inovasi berupa pengakuan,

penerimaan, dan penerapan proses discovery oleh masyarakat

Pemanfaatan hasil inovasi bergantung:

a. Persepsi masyarakat pendukung dalam kelompok. Sebuah

penemuan perlu mendapat dukungan kelompok guna pengakuan

sebagai kebutuhan dasar

b. Mutu serta ketahanan SDM. Dalam sebuah kelompok pasti ada

individu yang tidak puas dan merasa kekurangan sehingga

individu ini melaksanakan aktivitas pengkajian, penelitian

terhadap situasi yang dihadapinya

c. Sistem perangsan, penghargaan, dan pengakuan dapat berupa

pengakuan ilmiah, pemberian gelar, rangsangan materi dan

fasilitas lain

d. Harus memberikan manfaat untuk masa depan.

Page 10: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

10

Setiap gagasan baru atau inovasi pasti akan mendapat penolakan

dari beberapa kelompok masyarakat. Terdapat 12 prinsip yang dapat

mengurangi penolakan (resistance) atas gagasan baru. Penolakna-

penolakan tersebut akan berkurang apabila:

a. Seluruh perangkat masyarakat merasa bahwa inovasi tersebut

adalah milik mereka bukan sesuatu yang direncanakan dan

dilaksanakan oleh orang lain

b. Inovasi tersebut secara jelas mendapat dukungan sepenuhnya dari

pimpinan tertinggi dari sistem kehidupan masyarakat itu.

c. Partisipan melihat perubahan itu sebagai upaya pengurangan

beban mereka sekarang dan justru bukan menambah beban

d. Inovasi itu sesuai dengan nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang

telah lama diketahui masyarakat

e. Partisipan merasa bahwa kemandirian dan kemanan mereka

terjamin

f. Program inovasi tersebut menawarkan jenis pengalaman yang

dapat menarik minat partisipan

g. Partisipan diikutkan dalam upaya diagnostik yang membawa

mereka untuk menyetujui apa yang menjadi problema mendasar

dan untuk yang merasakan bahwa hal itu penting dipecahkan dan

dicarikan jalan keluarnya

h. Inovasi itu diadopsi atas dasar keputusan kelompok itu sendiri

i. Penganjur mampu untuk memperkenalkan diri secara baik/jelas

terhadap penerima anjuran, memperkenalkan kesulitan-kesulitan

yang berarti atau perlu diatasi serta mengambil langkah-langkah

seperlunya terhadap hal-hal yang tidak pantas ditakuti

j. Diberitahukan dengan bijaksana atas penolakan terhadap inovasi

karena kesalahpahaman dan salah penafsiran, dan jika ketentuan

yang dibuat untuk memanfaatkan umpan balik persepsi

Page 11: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

11

masyarakat tentang inovasi serta penjelasan-penjelasan beriktnya

sesuai dengan yang mereka butuhkan

k. Partisipan mendapatkan penerimaan, dukungan, pembenaran

serta kepercayaan dari teman-teman mereka satu sama lainnya.

l. Inovasi itu terbuak atas kritikan perbaikan dan pertimbangan

ulang jika dibutuhkan untuk mendapatkan perubahan yang lebih

memuaskan. (Warner G. Bennis, 1969: 56-57)

Proses adopsi terjadi disebabkan oleh lima tahap, yaitu:

a. Awareness (kesadaran)

Semula individu atau kelompok yang bersangkutan tidak

mengetahui dan mengabaikan inovasi itu. Kemudia atas

kesadarannya mereka mulai belajar tentang inovassi yang belum

diketahui tadi, meskipun sebelumnya ia telah memiliki

pengetahuan lama. Tahap ini penggunaan inovasi masih

ditangguhkan selama mempertimbangkan nilai hakiki yang

terkandung di dalamnya sambil membandingkannya dengan cara

lama.

b. Interest (menaruh minat)

Individu yang bersangkutan mulai memperluas informasi

sebanyak-banyaknya tentang adat istiadat, agama, pendapat warga

masyarakat umumnya, yang berkaitan dengan dorongan dan

larangan berupa beban sosial dan finansial jika inovasi itu

digunakan. Jadi ia mempelajari keadaan.

c. Evaluation (penilaian)

Individu yang bersangkutan meniali inovasi itu dan mendorong

jiwanya memilih hal-hal yang sesuai dengan dirinya.

Page 12: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

12

d. Trial (percobaan)

Individu bersangkutan mulai memberanikan diri untuk

menggunakan inovasi sebagai percobaan terlebih dahulu. Ketika

gagal, dicobanya lagi hingga berhasil.

e. Adopsi (penggunaan)

Individu bersngkutan menerima inovassi itu digunakan seterusnya

atas dasar percobaan yang berhasil sebelumnya. Akan tetapi, jika

pada penggunaan berikutnya terus menerus gagal, maka

penggunaan itu akan dihentikan.

Sebaliknya penolakan terjadi karena tahapan-tahapan berikut:

a. Awareness (kesadaran)

Individu yang bersangkutan belum memiliki pengetahuan tentang

inovasi dan telah memiliki pengetahuan lama. Ketika mengikuti

pelajaran, inovasi itu dirasakan lebih kompleks dan sulit

dimengerti hingga terjadi kesalahpahaman lalu penggunaan

inovasi ditangguhkan.

b. Indifference (acuh tak acuh)

Individu yang bersangkutan semakin acuh tak acuh setelah

melihat keadaan. Meskipun inovasi itu kelihatan logis, tetapi

kurang mereka perhatikankarena belum biasa dalam masyarakat,

diragukan bertentangan dengan agama, adat istiadat, norma, nilai

dan pendapat orang umumnya.

c. Denial (penolakan)

Pada masa kebutuhan pemilihan inovasi yang sesuai untuk

dirinya, individu bersangkutan tidak memahami betul fungsi itu

sehingga ia menyangkal kehadiran inovasi.

d. Trial (percobaan)

Ketika individu bersangkutan atau orang lain melakukan

percobaan dengan inovasi itu, terjadi insiden atau kegagalan,

Page 13: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

13

individu bersangkutan tidak lagi berusaha untuk mencoba hingga

berhasil, akan tetapi kembali lagi pada cara lama yang telah dia

ketahui dan biasa diparktikkan.

e. Rejection (penolakan)

Individu bersangkutan akan mengakhiri dengan penolakan

seterusnya terhadap inovasi tersebut dan tetap mempraktikkan

cara biasa. Konsekuensi logis dari penolakan ini, pemutusan

penggunaan akan berlangsung dalam waktu panjang yang tidak

dipastikan (Zaltman, et al., 1972:624).

D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian

tanpa bantuan orang lain . Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan),

kebutuhan sosial (pergaulaan, pengakuan, sekolah, pekerjaan), dan

kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasan

religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi

jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun

berat. Pada saat–saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial

dari orang–orang sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai,

diperhatikan, dan dicintai. Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan

alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat dirumah

sakit , maka sanak saudara maupun teman–teman biasanya datang

berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu

merasa mendapat dukungan sosial.

Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb

(1983) sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang

nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orang yang akrab

dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

dan hal–hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang

Page 14: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

14

merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega

karena diperhatikan , mendapat saran atau kesan yang menyenangkan

pada dirinya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sarason (19830

yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan

menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb

yang mendifinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan,

perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima

kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun

kelompok. Sarason (1983) berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu

mencangkup dua hal yaitu:

1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia , merupakan persepsi

individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat

individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas)

2. Tingkatan kepuasan atau dukungan sosial yang diterima, berkaitan

dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi

(Pendekatan berdasarkan kualitas)

Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin

memberikan dukungan sosial, karena menyangkup persepsi tentang

keberadaan (availability) dan ketepatan (adequacy) dukungan sosial

bukan sekadar memberikaan bantuan, tetapi yang penting adalah

bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu

erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan,

dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat

bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan

kepuasan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima oleh

individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada

dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa

Page 15: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

15

diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang menerima dukungan

sosial yang diberikan oleh orang lain.

Sumber – sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu

dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak

sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan .

sumber dukungan sosial merupakaan aspek paling untuk diketahui dan

dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut , seseorang

akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai

dengan situasi dan keinginannya yang spesifik,sehingga dukungan sosial

memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan

sosial yaitu :

1. Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam

kebutuhan primer seeorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana

alam melalui berbagai sumbangan sosial.

2. Sumber natural adalah dukungan sosial yaang diterima seseorang

melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan

orang- orang yang berada disekitarnya, misalnya anggota keluarga

(anak, istri, suami, dan kerabat), teman dekat atau relasi.

Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan

sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial. Adapun perbedaannya

sebagai berikut:

a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya

tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat

spontan

b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan

norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan

c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang

telah berakar lama

Page 16: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

16

d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang

nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan

salam

e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label

psikologis.

Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi

kedalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Misalnya Weiss

(Cutrona dkk, 1994; 371) , mengemukakan adanya enam komponen

dukungan sosial yang disebut “ The Social Provision Scale “ , di mana

masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-diri ,namun satu sama

lain saling berhubungan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:

1. Kerekatan emosional (emotional attachment)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang

memperoleh kerekatan (kedekataan) emosioanal sehingga

menimbulkan rasaa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima

dukungan sosial semacam ini merasaa tenteram, aman, dan damai

yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber

dukungan semacam ini yang paling sering dan umum adalah

diperoleh dari pasangan hidup , atau anggota keluarga / teman dekat/

sanak keluarga/ yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.

Bagi lansia adanya orang kedua yang cocok, terutama yang tidak

memiliki pasangan hidup, menjadi sangat penting untuk dapat

memberi dukungan sosial atau dukungan moral (moral support)

2. Integrasi sosial (social integration)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia untuk

memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang

memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan

kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber

dukungan semacam ini memungkinkan lansia mendapat rasa aman,

Page 17: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

17

nyaman, serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya

kepedulian masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan melakukan

kegiatan bersama tanpa adaa pamrih akan banyak memberikan

dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat

mencurahkan segala ganjalan yang ada pada dirinya untuk bercerita,

atau mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan

lansia. Hal itu merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat

bagi lansia.

3. Adanya pengakuan ( Reanssurance of worth )

Dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas

kemampuan dan keahliannya serta mendaapat penghargaan dari

orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini berasal

dari keluarga atau lembaga/instansi atau perusahaan / organisasi,

dimana lansia pernah berkerja. Karena jasa, kemampuan dan

keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan santunan dalam

berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin dapat dianggap

sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga. Bentuk lain dukungan

sosial berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada setiap

event/ hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut

bersama-sama dengan para pegawai yang masih berusia produktif.

Contoh: setiap hari besar TNI maka para mantan pejabat yang telah

pensiun / memasuki masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara

ataupun resepsi yang diadakan oleh instansi tersebut.

4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable reliance)

Dukungan sosial ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan

bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia

membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada

umumnya berasal dari keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga,

misalnya pada Sasana Werdha ada petugas yang selalu siap untuk

Page 18: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

18

membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut, sehingga para

lansia mendapat pelayanan yang memuaskan.

5. Bimbingan ( guidance)

Adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang

memungkinkan lansia mendapatkan informasi, saran, atau nasihat

yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi

permasalahan yang dihadapi, Jenis dukungan sosial ini bersumber

dari guru, alim, ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan

dan juga orang tua.

6. Kesempatan untuk mengasuh ( opportunity for nurturance)

Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan

dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan

lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung

padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss (Cotuna

dkk, 1994), sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak)

dan pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat banyak lansia yang

merasa sedih dan kurang bahagia jika beradaa jauh dari cucu-cucu

ataupun anak-anaknya.

Page 19: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Individu yang artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan

sedangkan sosial itu selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.

Dalam hal ini ada keterkaitan antara manusia sebagai makhluk individu

dengan manusia sebagai makhluk sosial, diantara keduanya juga terdapat

fungsi yang sebenarnya saling melengkapi. Seperti contohnya fungsi dari

manusia sebagai makhluk sosial yang salah satunya adalah terbentuknya

konsep jati diri seorang individu dan fungsi manusia sebagai makhluk

individu yaitu mengetahui karakteristik yang khas dari seseorang. Hal ini

menunjukan bahwa dengan menjadi makhluk sosial maka manusia

tersebut juga akan mengetahui jati dirinya sendiri begitu juga sebaliknya,

ketika manusia tersebut menjadi makhluk individu maka dia akan

mengetahui karakteristik orang lain.

B. Saran

Menyadari bahwa kelompok kami masih jauh dari kata

sempurna, selanjutnya kelompok kami akan lebih fokus dan details dalam

menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih

banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

19

Page 20: manusia sebagai individu dan makhluk hidup

DAFTAR PUSTAKA

Tumanggor, Rusmin, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya dasar. Jakarta: Kencana Perdana Media Group

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_2_PLSBT.baru.pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2014.

20