mandiri skenario 1 mpt
Post on 02-Jun-2018
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
1/24
LO.2.1. Memahami dan menjelaskan definisi imunitas
Imunitas adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu
penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap berbagai
macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita.
LO.2.2. Memahami dan menjelaskan system imun
Klasifikasi Sistem Imun
1. Sistem Imun Non-Spesifik / Innate / Non-Adaptif
Sistem imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap jenis penyakit, oleh
karena itu disebut non-spesifik.Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap
jika tubuh di datangkan suatu penyakit.
Sistem imun non-spesifik punya 4 jenis pertahanan :
a. Pertahanan Fisik / Mekanis
Pertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa / lendir, silia atau rambut pada
saluran nafas, mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi
tubuh dari penyakit yang berasal dari lingkungan atau luar tubuh kita. Pertahanan ini
merupakan pelindung pertama pada tubuh kita.
b. Pertahanan Biokimia
Pertahanan biokimia ini adalah pertahanan yang berupa zat-zat kimia yang akan
menangani mikroba yang lolos dari pertahanan fisik. Pertahanan ini dapat berupa pH
asam yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat, asam lambung yang diproduksi oleh
lambung, air susu, dan saliva. Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme,
demikian pula silia pada mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula merusak dinding sel
mikroorganisme.
c. Pertahanan Humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang larut unutk
melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul yang berada di sekitar
daerah yang dilalui oleh mikroba. Contoh molekul larut yang bekerja pada pertahanan
ini adalah Interferon (IFN), Defensin, Kateisidin, dan Sistem Komplemen.Interferon
adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan sel yang terinfeksi virus, yang bersifat
dapat menghambat replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.
d. Pertahanan Selular
Pertahanan ini melibatkan sel-selsistem imun dalam melawan mikroba. Sel-sel tersebutada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di jaringan. Neutrofil,
Basofil, Eusinofil, Monosit, dan sel NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa
ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan
adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK. Sel NK adalah sel limfosit yang dapat membunuh
sel yang dihuni virus atau sel tumor.
Komplemen dan makrofag
http://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.html -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
2/24
Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam bakteri secara
langsung sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis oleh makrofag
atau leukosit yang distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini
mempunyai reseptor untuk komponen komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat
kemotaktik akan memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke tempat
mikroorganisme dan memfagositnya.Protein fase akut
Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan
jaringan. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive
protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh karena
pertama kali protein khas ini dikenal karena sifatnya yang dapat mengikat protein C dari
pneumokok. Interaksi CRP ini juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang
akan melisis antigen.
2. Sistem Imun Spesifik / Adaptif
Sistem Imun Spesifik adalah sistem imun yang membutuhkan pajanan atau bisa disebutharus mengenal dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Sistem imun ini bekerja
secara spesifik karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda. Sistem imun ini
membutuhkan waktu yang agak lama untuk menimbulkan respon. Namun jika sistem
imun ini sudah terpajan oleh suatu mikroba atau penyakit, maka perlindungan yang
diberikan dapat bertahan lama karena sistem imun ini mempunyai memory terhadap
pajanan yang didapat. Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit
efektor yang spesifik terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi
antigen.Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang
mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell = makrofag) sel limfosit T dan
sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-masing berperan pada imunitas selular
dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan melisis sel target
yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan
memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen
dan lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang
mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell mediated
cytotoxicy(ADCC).
a. Sistem Imun Spesifik Humoral
Yang paling berperan padasistem imun spesifik humoral ini ada Sel B atau Limfosit B. Sel
B ini berasal dari sumsum tulang dan akan menghasilkan sel Plasma lalu menghasilkan
Antibodi. Antibodi inilah yang akan melindungi tubuh kita dari infeksi ekstraselular, virus
dan bakteri, serta menetralkan toksinnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang
kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE. Limfosit B juga berasal dari sel pluripotensial
yang perkembangannya pada mamalia dipengaruhi oleh lingkunganbursa fabriciusdan
pada manusia oleh lingkungan hati, sumsum tulang dan lingkungan yang
dinamakan gut-associated lymphoid tissue (GALT). Dalam perkembangan ini terjadi
http://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.html -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
3/24
penataan kembali gen yang produknya merupakan reseptor antigen pada permukaan
membran. Pada sel B ini reseptor antigen merupakan imunoglobulin permukaan
(surface immunoglobulin). Pada mulanya imunoglobulin permukaan ini adalah kelas
IgM, dan pada perkembangan selanjutnya sel B juga memperlihatkan IgG, IgA dan IgD
pada membrannya dengan bagian F(ab) yang serupa. Perkembangan ini tidak perlu
rangsangan antigen hingga semua sel B matur mempunyai reseptor antigen tertentu.
Pajanan antigen pada sel B
Antigen akan berikatan dengan imunoglobulin permukaan sel B dan dengan bantuan sel
Th (bagi antigen TD) akan terjadi aktivasi enzim dalam sel B sedemikian rupa hingga
terjadilah transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang
mensekresi antibodi dan membentuk sel B memori. Selain itu, antigen TI dapat secara
langsung mengaktivasi sel B tanpa bantuan sel Th.
Antibodi yang disekresi dapat menetralkan antigen sehingga infektivitasnya hilang, atau
berikatan dengan antigen sehingga lebih mudah difagosit oleh makrofag dalam proses
yang dinamakan opsonisasi. Kadang fagositosis dapat pula dibantu dengan melibatkan
komplemen yang akan berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga adhesi kompleks
antigen-antibodi pada sel makrofag lebih erat, dan terjadi endositosis serta
penghancuran antigen oleh makrofag. Adhesi kompleks antigen-antibodi komplemen
dapat lebih erat karena makrofag selain mempunyai reseptor Fc juga mempunyai
reseptor C3B yang merupakan hasil aktivasi komplemen.
Selain itu, ikatan antibodi dengan antigen juga mempermudah lisis oleh sel Tc yang
mempunyai reseptor Fc pada permukaannya. Peristiwa ini disebut antibody-dependent
cellular mediated cytotoxicity (ADCC). Lisis antigen dapat pula terjadi karena aktivasi
komplemen. Komplemen berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga terjadi aktivasi
komplemen yang menyebabkan terjadinya lisis antigen.
Hasil akhir aktivasi sel B adalah eliminasi antigen dan pembentukan sel memori yangkelak bila terpapar lagi dengan antigen serupa akan cepat berproliferasi dan
berdiferensiasi. Hal inilah yang diharapkan pada imunisasi. Walaupun sel plasma yang
terbentuk tidak berumur panjang, kadar antibodi spesifik yang cukup tinggi mencapai
kadar protektif dan berlangsung dalam waktu cukup lama dapat diperoleh dengan
vaksinasi tertentu atau infeksi alamiah. Hal ini disebabkan karena adanya antigen yang
tersimpan dalam sel dendrit dalam kelenjar limfe yang akan dipresentasikan pada sel
memori sewaktu-waktu di kemudian hari.
b. Sistem Imun Spesifik Selular
Padasistem imun ini, sel T atau Limfosit T yang paling berperan. Sel ini juga berasal darisumsum tulang, namun dimatangkan di Timus. Fungsi umum sistem imun ini adalah
melawan bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan tumor. Sel T nantinya
akan menghasilkan berbagai macam sel, yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+, dan Ts (Th3).
Imunitas selular
Imunitas selular adalah imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa
bantuan komponen sistem imun lainnya. Limfosit T adalah limfosit yang berasal dari sel
http://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.htmlhttp://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-sistem.html -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
4/24
pluripotensial yang pada embrio terdapat pada yolk sac; kemudian pada hati dan limpa,
lalu pada sumsum tulang. Dalam perkembangannya sel pluripotensial yang akan
menjadi limfosit T memerlukan lingkungan timus untuk menjadi limfosit T matur.
Di dalam timus, sel prekusor limfosit T akan mengekspresikan molekul tertentu pada
permukaan membrannya yang akan menjadi ciri limfosit T. Molekul-molekul pada
permukaan membran ini dinamakan juga petanda permukaan atau surface marker, dandapat dideteksi oleh antibodi monoklonal yang oleh WHO diberi nama dengan huruf CD,
artinya cluster of differentiation. Secara garis besar, limfosit T yang meninggalkan timus
dan masuk ke darah perifer (limfosit T matur) terdiri atas limfosit T dengan petanda
permukaan molekul CD4 dan limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD8. Sel
limfosit CD4 sering juga dinamakan sel T4 dan sel limfosit CD8 dinamakan sel T8 (bila
antibodi monoklonal yang dipakai adalah keluaran Coulter Elektronics).
Di samping munculnya petanda permukaan, di dalam timus juga terjadi penataan
kembali gen (gene rearrangement) untuk nantinya dapat memproduksi molekul yang
merupakan reseptor antigen dari sel limfosit T (TCR). Jadi pada waktu meninggalkan
timus, setiap limfosit T sudah memperlihatkan reseptor terhadap antigen diri (self
antigen) biasanya mengalami aborsi dalam timus sehingga umumnya limfosit yang
keluar dari timus tidak bereaksi terhadap antigen diri.
Secara fungsional, sel limfosit T dibagi atas limfosit T regulator dan limfosit T efektor.
Limfosit T regulator terdiri atas limfosit T penolong (Th = CD4) yang akan menolong
meningkatkan aktivasi sel imunokompeten lainnya, dan limfosit T penekan (Ts = CD8)
yang akan menekan aktivasi sel imunokompeten lainnya bila antigen mulai tereliminasi.
Sedangkan limfosit T efektor terdiri atas limfosit T sitotoksik (Tc = CD8) yang melisis sel
target, dan limfosit T yang berperan pada hipersensitivitas lambat (Td = CD4) yang
merekrut sel radang ke tempat antigen berada.
Pajanan antigen pada sel TUmumnya antigen bersifat tergantung pada sel T (TD = Tdependent antigen), artinya
antigen akan mengaktifkan sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan dari sel Th
melalui zat yang dilepaskan oleh sel Th aktif. TD adalah antigen yang kompleks seperti
bakteri, virus dan antigen yang bersifat hapten. Sedangkan antigen yang tidak
tergantung pada sel T (TI = Tindependent antigen) adalah antigen yang strukturnya
sederhana dan berulang-ulang, biasanya bermolekul besar. Limfosit Th umumnya baru
mengenal antigen bila dipresentasikan bersama molekul produk MHC (major
histocompatibility complex) kelas II yaitu molekul yang antara lain terdapat pada
membran sel makrofag. Setelah diproses oleh makrofag, antigen akan dipresentasikan
bersama molekul kelas II MHC kepada sel Th sehingga terjadi ikatan antara TCR denganantigen. Ikatan tersebut terjadi sedemikian rupa dan menimbulkan aktivasi enzim dalam
sel limfosit T sehingga terjadi transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel
Th aktif dan sel Tc memori. Sel Th aktif ini dapat merangsang sel Tc untuk mengenal
antigen dan mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Tc
memori dan sel Tc aktif yang melisis sel target yang telah dihuni antigen. Sel Tc akan
mengenal antigen pada sel target bila berasosiasi dengan molekul MHC kelas I . Sel Th
aktif juga dapat merangsang sel Td untuk mengalami transformasi blast, proliferasi, dan
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
5/24
diferensiasi menjadi sel Td memori dan sel Td aktif yang melepaskan limfokin yang
dapat merekrut makrofag ke tempat antigen.Regulasi oleh sel T supresor (Ts)
Dalam tubuh kita terdapat limfosit yang dapat meregulasi limfosit lainnya untuk
meningkatkan fungsinya yang dinamakan sel T helper(Th = CD4). Selain itu terdapat juga
limfosit yang menekan respons imun yang terjadi secara spesifik yang dinamakan sel T
supresor (Ts = CD8). Sel Ts dapat juga diaktifkan pada respons imun normal dengantujuan mencegah respons imun yang tak terkendali. Bagaimana cara sel Ts melakukan
tugasnya belumlah jelas, tetapi secara in vitro dapat diketahui bahwa pada aktivasi sel
Ts akan dilepaskan faktor spesifik yang akan menekan respons imun yang sedang
berlangsung. Sel Ts dapat diaktifkan melalui tiga cara, yaitu 1) oleh antigen yang
merangsang respons imun itu sendiri. Antigen merangsang CD4 yang 2H4+ 4B4-
untuk mengeluarkan faktor supresi antigen spesifik yang akan merangsang sel Ts untuk
menekan sel efektor, 2) oleh antigen yang mengadakan bridgingantara sel Ts dengan
sel limfosit lainnya, seperti sel B dan sel Th, sehingga Ts menekan aktivasi sel B dan sel
Th, 3) oleh sel B atau sel Th yang mempunyai reseptor idiotip dari idiotip sel Ts, sehingga
sel Ts menekan aktivasi sel B dan sel Th.
Limfokin
Limfokin akan mengaktifkan makrofag dengan menginduksi pembentukan reseptor Fc
dan C3B pada permukaan makrofag sehingga mempermudah melihat antigen yang telah
berikatan dengan antibodi atau komplemen, dan dengan sendirinya mempermudah
fagositosis. Selain itu limfokin merangsang produksi dan sekresi berbagai enzim serta
metabolit oksigen yang bersifat bakterisid atau sitotoksik terhadap antigen (bakteri,
parasit, dan lain-lain) sehingga meningkatkan daya penghancuran antigen oleh
makrofag.
Sumber :-Dra. Agnes Sri Harti, M.Si. : Imunologi Dasar & Imunologi Klinis, Graha Ilmu, Yogyakarta
-Karnen Garna Baratawidjaja, Iris Rengganis : Imunologi Dasar Ed.8, FKUI, Jakarta
DR WIDODO JUDARWANTO SpA
LI.3. Memahami dan Menjelaskan antigen dan antibody
LO.3.1. Memahami dan menjelaskan definisi antigen dan antibody
Antigen adalah suatu molekul yang dikenali oleh system imun dan dapat
mencetuskan respon dari sel-sel tersebut. Antigen dapat terdiri dari atas
molekul larut (seperti protein, polisakarida dan nucleoprotein) atau molekul
yang termasuk dalam sel utuh (bakteri,protozoa, sel tumor atau sel yang
terinfeksi virus). Sel-sel imun tidak mengenali dan bereaksi terhadapkeseluruhan molekul antigen tetapi bereaksi terhadap domain molecular
kecil antigen yang dikenal sebagai determinan antigen atau epitope. Respon
organisme terhadap antigen dapat bersifat selular ( dengan limfosit yang
bertugas mengilangkan antigen) atau humoral (dengan antigen yang
disekresi oleh sel plasma terutama berperan dalam menimbulkan respon) .
sejumlah epitope (misalnya polisakarida,dinding bakteri atau lipid) biasanya
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
6/24
memicu respon humoral, sedangkan protein memicu respon humoral dan
selular.
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat
bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen
adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah
bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitopdan paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat
mengenal/ menginduksi pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah
bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop.
Antibody ada lah suatu glikoprotein yang berinteraksi secara spesifik
dengan determinan antigenic, antibody masuk dalam family protein
immunoglobulin. Molekul bebas antibody diseksedi oleh protein plasma yang
terbentuk melalui proiferasi dan diferensiasi terminal klona limfosit B dengan
reseptor yang mengenai dan mengikat epitope spesifik. Antibody yang
disekresi tersebut dapat beredar dalam plasma dan dapat meninggalkan
pembuluh darah yang mencapai jaringan atau terdapat dalam produk sekresi
sejumlah epitel( misal kelenjar payudara atau kelenjar liur). Antibody lain
bukan merupakan molekul bebas tetapi merupakan protein integral
membrane pada permukaan limfosit. Pada kasus apapun setiap antibody
bergabung dengan epitope yang dikenali secara spesifik.
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan)
pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel
plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam
Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.
L O . 3 . 2 Memahami dan menjelaskan struktur antigen dan antibodiLO. 3.3 Memahami dan menjelaskan klasifikasi antigen dan anti bodi
1. Jenis antigen berdasarkan determinannya:
a.
Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu
b. Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu
c. Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan
jumlahnya satu
d. Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu, jumlah
lebih dari satu
2. Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnyaa. Heteroantigen dimiliki banyak spesies
b. Xenoantigen dimiliki spesies tertentu
c. Alloantigen dimiliki satu spesies
d.
Antigen organ spesifik dimiliki organ tertentu
e. Autoantigen berasal dari tubuhnya sendiri
3.Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T:
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
7/24
a. T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan thd sel T dan sel B
untuk merangsang antibodi
b. T Independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B tanpa
mengenal sel T dahulu
4. Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:
a.
Karbohidrat merupakan imunogenikb. Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten
c. Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik
d. Protein merupakan imunogenik
Antibodi
a. Imunoglobulin G
Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk imunitas
bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat
opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan
pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan
komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.
b. Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air
mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/
mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
c. Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat
rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan
mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadapantigen.
d. Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan
eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, trikinosis.
Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
http://4.bp.blogspot.com/-6pjt7Czkt6o/TjY3JKGqeuI/AAAAAAAACCs/ZwRi6uORdp4/s1600/9a4106f9fb2debbd2d6b02d49ed857c8_1419773.gif -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
8/24
e. Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen.
Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
CARA KERJA ANTIBODIAntibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk
melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel
B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan.
Antibodi akan menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem
pertahanan tubuh manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk
mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah
membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.Berada dalam
aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan virus
penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka
mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus
melumpuhkannya.Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak
kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.Tubuh manusia
mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh
yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap
musuh, maka tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi
musuh. Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu
berhasil bagi penyakit lainnya.
Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar
biasa dan proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnyadengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Satu sel B yang
sedemikian kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula dalam
suatu sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang
tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini
untuk melindungi kesehatan manusia.Satu sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan
mencantolkannya ke permukaan luar membran selnya. Antibodi memanjang keluar
seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan
sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua
rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y.Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan
menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu
produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel
memori. Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan
limpa. Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah.
Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag.
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
9/24
LI.4. Memahami dan menjelaskan vaksinasi dan imunisasi
LO.4.1. Memahami dan menjelaskan definisi vaksinasi dan imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikankekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit
lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
atau imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang
individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan
mencegah infeksi (Schwartz,2004)
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan
pemberian bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan (Wahab,2000)
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga
memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Vaksinasi adalah pemberian bahan antigenik (vaksin) untuk merangsang sistem
kekebalan individu untuk mengembangkan kekebalan adaptif terhadap penyakit.
Sumber:http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2280861-
pengertian-imunisasi-vaksinasi/#ixzz30UOmtQld
LO.4.2. Memahami dan menjelaskan jenis vaksinasi dan imunisasi
Jenis vaksinasi:
1.
Live attenuated vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya
virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih
mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin
live attenuated vaccine, yaitu :
Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen
Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis
berganda
Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat.
Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2280861-pengertian-imunisasi-vaksinasi/#ixzz30UOmtQldhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2280861-pengertian-imunisasi-vaksinasi/#ixzz30UOmtQldhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2280861-pengertian-imunisasi-vaksinasi/#ixzz30UOmtQldhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2280861-pengertian-imunisasi-vaksinasi/#ixzz30UOmtQld -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
10/24
Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai
95%
Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan
dosisi asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan
Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid, vaksincampak, gondongan, dan cacar air (varisela).
2.
Inactivated vaccine(Killed vaccine)
Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid)
atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau
bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine,
yaitu:
Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam
bentuk antigen
Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau
tidak menimbulkan imunitas seluler
Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis
ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya
memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul
setelah dosis kedua dan ketiga
Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody
Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah
Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia
pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.
3.
Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan
memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang
dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai
natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.
Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk
memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh
:Vaksin Difteri dan Tetanus
4.
Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukankloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan
vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib)
dan vaksin Influenza.
5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
11/24
sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran
terhadap reseptor pre sel B.
6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virusyang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi
eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA
rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan
virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya,
misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus
vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi
yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme
yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode
gen epitop bagi sel penerima vaksin.
7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam
menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke
dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap
dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom),
selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya.
Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan
yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba
yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembanganpenelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin
DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup
kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.
Jenis imunisasi
Imunisasi dibagi 2yaitu (Agloocon, 2009):
1. IMUNISASI AKTIF
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi proses infeksi
buatan sehingga tubuh mengalami resi imonologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkan sel memori, sehingga apabila benar-benar
terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.Kekebalan aktif terjadi bila seseorang membentuk sistem imunitas dalam tubunya.
Kekebalan bisa terbentuk saat seseorang terinfeksi secara alamiah oleh bibit penyakit
atau terinfeksi secara buatan saat diberi vaksin.
Kelemahan dari kekebalan aktif ini adalah memerlukan waktu sebelum si penderita
mampu membentuk antibodi yang tangguh untuk melawan agen yang menyerang.
Keuntungannya, daya imunitas dapat bertahan lama bahkan bisa seumur hidup.
Imunitsasi aktif dibagi 2 yaitu:
http://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5eht -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
12/24
a. IMUNITAS AKTIF ALAMIAH
Pada saat tubuh kita dimasuki bibit penyakit, terjadi suatu mekanisme pembentukan
sisitem pertahanan tubuh yang spesifik terhadap bibit penyakit yang menyerang.
Dengan demikian bila bibit penyakit itu mencoba kembali menyerang, tubuh sudah siap
dengan pertahanannya.
b. IMUNITAS AKTIF BUATAN (DIDAPAT)Prinsip dari imunitas aktif didapat ini diambil dari imunitas aktif alamiah. Bedanya kita
menyajikan bibit penyakit atau bagian daripadanya agar tubuh membentuk sistem
imunitas spesifik sebelum bibit penyakit itu benar-benar datang. Inilah yang disebut
vaksinasi.
Keuntungan sari pemberian vaksianasi ini adalah kita dapat mengontrol agar masuknya
bibit penyakit (agen) tidak sampai menimbulkan penyakit yang parah pada diri
sipenerima. Walau mungkin tidak sengaja dalam keadaan normal kekebalan taubuh
dapat terbentuk.
2. IMUNISASI PASIF
Merupakan pemberian zat imonoglobulin yaitu suatu at yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan
untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
Kekebalan pasif terjadi bila seseorang mendapat daya imunitas dari luar dirinya.
Kekebalan seperti ini bisa didapat langsung dari luar atau secara alamiah (bawaan).
Keunggulan dari kekebalan pasif adalah langsung dapat dipergunakan tanpa menunggu
tubuh penderita membentuknya. Kelemahannya adalah tidak dapat berlangsung lama.
Kekebalan seperti ini memang biasanya hanya bertahan beberapa minggu atau bulan
saja.
1. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutanpada lengan
atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk
anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung
bakteri Bacillus Calmette-Guerrinhidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis.
Kontraindikasi : BCG tidak dapat diberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan
seperti pada penderita lekemia (kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid
jangka panjang dan penderita infeksi HIV (Wahab, 2000).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal: 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini
berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12
minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
http://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5ehthttp://adf.ly/K5eht -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
13/24
2. Reaksi regional: pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher,
tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu
3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukan abses(penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan.
Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan
disayat.
Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan
Efek samping
`1. Reaksi normal
Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm.Setelah 23 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian
menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan
biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan
sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.
2.Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam,
kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini
disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
3.Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakanmungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat
imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
2. Imunisasi HBV
Imunisasi ini imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan
vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Imunisasi HBV memberikan kekebalan
terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan
kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya
memiliki HBsAgnegatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan
antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara
suntikan HBV II dengan HBV III.
Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum
memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
14/24
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV
pada lengan kiri dan 0,5 mLHBIG (hepatitis B immune globulin)pada lengan
kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga
diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif,
maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai
anak benar-benar pulih.
Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan
sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan),
yang akan hilang dalam beberapa hari.
Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler.
Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian
depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan
karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan.
Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah
dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila
kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5
tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka
dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus
disuntik ulang 3 kali lagi. Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali
suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat
3. Polio
munisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakitpoliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan
dan otot untuk menelan dan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV(Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan
OPV(Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV)efektif melawan semua bentuk polio,
bentuk monovalen(MOPV)efektif melawan 1 jenis polio.
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
15/24
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1
mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
Diare berat
Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi
sampai pada tingkat yang tertinggi.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu
dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerahdimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah
mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan
IPV.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah
pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.
Sebaiknya diberikan OPV.
Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi
HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan
kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid
atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka
benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
4. DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1yang melindungi terhadap difteri,
pertusisdantetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis
berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, sepertipneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang.
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
16/24
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1yang bisa diberikan kepada anak yang berumur
kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang
disuntikkan pada otot lengan atau paha.
vaksin terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri
pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggalsedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus
yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan
(DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6
tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikanDT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster
vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya
memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).
Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin
difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya
komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)
Kejang
Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
Syok(kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak
atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya
membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam
ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau
ibuprofen).Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres
hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang
bersangkutan.
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
17/24
Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan
suspensi.Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang
dalam.Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk
tempat penyuntikkan.(Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak
direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul).Tidak boleh disuntikkan
pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis adalah 0,5 ml.Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan
dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow
Fever.
Kontraindikasi: Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan suntikan
pertama DPT. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-
gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen
pertussis.Imunisasi DPT kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami
gejala-gejala parah pada dosis pertama DPT. Komponen pertussis harus dihindarkan,
dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.Untuk individu penderita
virus human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus
diberi imunisasi DPT sesuai dengan standar jadual tertentu.
5. Campak
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau
lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutandalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38Celsius
gangguan sistem kekebalan pemakaian obat imunosupresan
alergi terhadap protein telur
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitisdan
gejala kataral serta ensefalitis(jarang).
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun.
Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika
sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella) (www.organisasi.org).
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman
penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada
anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu
http://www.organisasi.org/http://www.organisasi.org/ -
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
18/24
menerima imunisasi difteri dan tetanus.Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan
sama dengan imunisasi DPT.Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak
0,5 mL.
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita
demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan
pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus.ATS (Anti Tetanus Serum)juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi
pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan
sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini
disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus
toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongandan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair.
Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa
menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan
kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah
satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan biasmenyebabkan meningitis(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah
zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella)menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin
MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada
hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan
tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur
9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu
diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau
pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
19/24
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun
atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau
baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah
memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut
pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan
gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang
tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi
pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,5 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang
menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelahdisuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi
pada suntikan MMR kedua.
Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung
selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan
MMR.
Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3
hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi
pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yangringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima
suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan
MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang
nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis(pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi
pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang
menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan
pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6
tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam
waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan
demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang
ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
20/24
bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya
ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia,
limfomamaupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran
atau obati imunosupresan.
wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat
yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan,
biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
Imunisasi VarisellaImunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Setiap anak yang
berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani
imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur
13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis
vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka
panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
demam
nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat adalah:
kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
pneumonia
reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,
kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal
ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah
suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
ensefalitis
penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:
Wanita hamil atau wanita menyusui
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
21/24
Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau
yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainanimunosupresif bawaan
Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau
gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau
gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS) Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah
lainnya
Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikanimmunoglobulin .
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering
menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih
serius, seperti meningitis dan bakteremia(infeksi darah). Kepada bayi dan balita
diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih
besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
Indikasi Dan Kontra Indikasi
Indikasi kontra imunisasi. Pada dasarnya, sedikit sekali kondisi yang me-nyebabkan
imunisasi harus ditunda. Pilek, batuk, suhu sedikit meningkat, bukan halangan untuk
imunisasi. Kondisi dimana imunisasi tidak dapat diberikan:
Sakit berat dan akut; Demam tinggi;
Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi
steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (polio oral, MMR, BCG,cacar air).
Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza
Beberapa kondisi di bawah ini bukan halangan untuk imunisasi:
- Gangguan saluran napas atas atau gangguan saluran cerna ringan
- Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga.
- Riwayat kejang dalam keluarga.
- Riwayat kejang demam
- Riwayat penyakit infeksi terdahulu
- Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi
-
Kelainan saraf menetap seperti palsi serebral, sindrom Down-
Eksim dan kelainan lokal di kulit
- Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit metabolik)
- Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata)
- Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir
- Berat lahir rendah
- Ibu si anak sedang hamil
- Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
22/24
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah sebabnya pemberian
imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk
membangun pertahanan tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari
berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.R ealita ini, menurut Departemen
Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI).Menurut Komite NasionalPengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan
kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman
tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus
diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya
KIPI (reaksi cepat). Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K)
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat.Dilihat dari gejalanya pun,
dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi
lainnya," .Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.Pada
keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi
rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan
reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang
bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi.
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan,
sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan."Kejadian yang memang akibat
imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau
pragmatic errors),"
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.Sebagian besar ternyata
tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa
faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
1. Reaksi SuntikanSemua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung
maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.Reaksi suntikan langsung
misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi
suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.
2. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah
diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi
DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa juga
reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh
(misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitanmemusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
Tata Cara Pemberian Imunisasi
a.
Memberitahukan secara rinci tentang risiko vaksinasi dan risiko apabila tidak
diimunisasi.
b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
23/24
c. Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan jangan
lupa mengenai persejutuan yang telah diberikan kepada orang tua.
d. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum
melakukan imunisasi
e. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
f.
Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukang. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
h. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan,
periksa tanggal kadaluwarsa dan cacat hal-hal istimewa, misalnya perubahan
warna menunjukkan adanya kerusakan.
i. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal.
j. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.
k. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
l. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
m. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan, bila diperlukan
n. Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas dan berpegang pada
prinsip-prinsip higienis, surat persejutuan yang valid, dan pemerikasaan
/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan. (Ranuh, dkk., 2001, p.15-16).
LI.5.Memahami dan menjelaskan vaksinasi dan imunisasi menurut ajaran islam
LO.4.1. Memahami dan menjelaskan hukum dan dalil
Pada prinsipnya vaksinasi-imunisasi adalah boleh alias halal karena;
1. vaksinasi-imunisasi sangat dibutuhkan sebagaimana penelitian-penelitian di
bidang ilmu kedokteran,
2. belum ditemukan bahan lainnya yang mubah,
3. termasuk dalam keadaan darurat,
4. sesuai dengan prinsip kemudahan syariat di saat ada kesempitan atau kesulitan.
Ayat tersebut menjelaskan prinsip kemudahan dalam pelaksanaan syariat Islam:
Dalil-dalil dasar:
Sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki yang baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Q.s.17/ Al-Isra:70
-
8/10/2019 mandiri skenario 1 mpt
24/24
Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa, adalah menurut kadar halangannya.apa
yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa
memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.s. 16/An-Nahl:115
Hadist:
Wahai hamba Allah berobatlah, karena sesungguhnya Allah swt tidak menurunkan
suatu penyakit pun kecuali ia telah menciptakan penyembuhnya selain kematian dan
ketuaan. H.r, Ahmad :17726 Musnad al-Imam Ahmad VII:301 No:4267
Dari Abu Darda, ia berkata, SungguhAllah menurunkan penyakit itu beserta obatnya
dan Allah menjadikan obat bagi setiap penyakit. Oleh Karena itu, berobatlah kalian dan
jangan berobat dengan yang haram. H.r. Abu Daud, IV : 6.
Bahwasannya Rasulullah saw. Bersabda,Sesunggunyadarah,harta, dan kehormatan
kamu haram atas kamuSahihAl-Bukhari, I : 71,no.67
top related