manajemen terminasi umar bin khattab dalam kasus
Post on 02-Jun-2022
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 351
MANAJEMEN TERMINASI UMAR BIN KHATTAB
DALAM KASUS PEMBERHENTIAN
KHALID BIN WALID
Andi Susanto
STID Al-Hadid, Surabaya
andisusanto@stidalhadid.ac.id
Abstrak: Artikel ini berangkat dari permasalahan terminasi SDM, yang mengakibatkan gejolak dalam organisasi dan berpotensi memecah belah kekuatan organisasi sehingga tidak bisa mencapai tujuan organisasi. Hal ini, khususnya pada SDM yang memilki peran besar dalam berkembangnya organisasi dakwah atau organisasi dengan misi dakwah. Artikel ini, mengangkat manajemen terminasi yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam kasus terminasi Khalid bin Walid sebagai SDM. Artikel ini, menggunakan pendekatan teori Good Endings: Managing Employee Terminations, dan menggunakan pendekatan metode kualitatif library research. Hasil dari studi ini menunjukkan (1) Umar bin Khattab melakukan manajemen terminasi dengan mengembangkan pedoman temu duga pemutusan hubungan kerja dengan Khalid bin Walid, (2) Umar bin Khattab melakukan terminasi kepada Khalid bin Walid dengan mempertimbangkan penyampai terminasi yang tepat, perihal terminasi sesuai pedoman yang sudah dibuat, momen penyampaian terminasi yang sesuai dengan konteks masalah, tempat disampaikannya terminasi yang bisa netral diterima, penyampaian alasan yang logis terminasi yang bisa diterima, dan cara penyampaian terminasi yang bisa diterima. Kata kunci: Manajemen terminasi SDM, Umar bin Khattab, pemberhentian Khalid bin Walid
Umar Bin Khattab’s Termination Management – The Dismissal Case Of Khalid Bin Walid. Abstract: The study is grounded in a case of terminating a human resource, causing organizational turmoil and potentially divide the organizational strength so that they cannot achieve its goals. It especially happens when the human resource has a big role in the development of da’wah organization. This article reveals the termination management carried out by Umar bin Khattab in the dismissal case of Khalid bin Walid as his human resource. It uses a theoritical approach of Good Endings: Managing Employee Termination and a qualitative library research method approach. It indicates that (1) Umar bin Khattab carried out a termination management by developing a question and answer guideline for terminating Khalid bin Walid; (2) Umar bin Khattab terminated Khalid bin Walid by considering for the right person to deliver the termination news, the matter of termination related to the guideline made, the moment for delivering termination which was suitable to the problem context, the place where the termination delivery place which was fairly accepted, accepted logical reasoning of termination and the way of termination delivery which was accepted. Key words: Human Resource Termination Management, Umar bin Khattab, dismissal case of Khalid bin Walid
Andi Susanto
352 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
Pendahuluan Sutrisno dalam Maringka,1 sumber daya
manusia (SDM) adalah aset dari perusahaan
atau organisasi yang memiliki kontribusi
demi tercapainya tujuan perusahaan atau
organisasi tersebut. Kompetensi mereka
berperan penting dalam pencapaian
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
atau organisasi. Manajemen sumber daya
manusia menurut Sedamayanti dalam
Winarti,2 mulai dari tahapan perencanaan
ketenagakerjaan, sampai
pemensiunan/terminasi pegawai. Maka
dibutuhkan manajemen sumber daya
manusia (MSDM) oleh manajer perusahaan
atau organisasi dalam mengelola sumber
daya manusia dengan baik agar tujuan dari
perusaahaan atau organisasi bisa tercapai
dengan baik.
Manajemen sumber daya manusia sesuai
dengan hadist Nabi yaitu: Rasulullah saw.,
bersabda: “apabila amanah telah dicabut
maka tunggulah kehancuran (kiamat)”, Abu
Hurairah bertanya “bagaimana dicabutnya
amanah ya Rasulullah?” Nabi menjawab:
“apabila sesuatu telah diserahkan kepada
yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancuran.” Dengan demikian tujuan
1. Inggrit Natalia Maringka, Lotje Kawet, Irvan Trang, “Hubungan Lingkungan kerja dan kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank SULUTGO Cabang Utama Manado”, Jurnal EMBA vol. 5, No. 2 (Juni 2017):2251-2259, doi: https://doi.org/10.35794/emba.v5i2.16653 2. Endah Winarti, “Perencanaan Manajemen Sumber Daya Manusia Lembaga Pendidikan”, Jurnal Tarbiyatuna vol. 3, no. 1 (2018): 1-26, http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tarbiyatuna/article/download/3434/2577/ 3. Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukharyal-Ja’fi, al-Jami al-Shahih al-Muhtashar, Jilid I, (Beirut: Dar ibn Katsir, 1987/1407), 33. 4. Mawey Z. Alfa, Sri Murni, Ferdy Roring, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Rayon Manado Utara”, Jurnal EMBA vol. 4, no. 1 (Maret 2016): 261-271, doi: https://doi.org/10.35794/emba.v4i1.11594
manajemen sumber daya manusia adalah
menempatkan SDM yang ahli dalam suatu
pekerjaan, dan memberhentikan SDM jika
dirasa tidak ahli, dikarenakan bisa
menyebabkan kehancuran.3
Salah satunya, dalam dinamika manajemen
sumber daya manusia adalah
pemberhentian SDM, atau disebut dengan
terminasi. Menurut Kuncoro dalam Alfa,
Murni dan Roring,4 pemberhentian kerja
didefinisikan sebagai berhentinya hubungan
kerja secara permanen antara perusahaan
dengan karyawannya, dengan berbagai
alasan. Salah satu alasan yang bisa diterima
dalam proses pemberhentian pegawai
adalah berupa kesalahan serius dari pegawai
yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan
dari organisasi.5 Menurut Prameswari dan
Handayani,6 manajemen terminasi perlu
dilakukan agar bisa menentukan langkah
yang “paling tidak pahit” bagi kedua belah
pihak, dengan demikian bisa meminimalisir
dampak bagi perusahaan atau organisasi
yang melakukan terminasi.
Namun kenyataannya, terdapat
permasalahan yaitu manajemen terminasi
pengurus dari organisasi dakwah. Mengutip
berita,7 salah satunya pemberhentian salah
5. Robert A. Finnie, JR dan Paul B. Sniffin, Good Endings: Managing Employee Terminations, (Washington: College and University Personnel Associations, 1984), 9. 6. Karina Prameswari dan Emi Puasa Handayani, “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja Antara Karyawan Dengan Perusahaan”, Mizan: Jurnal Ilmu Hukum vol. 8, no. 1 (Juni 2018): 99-112. https://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/Mizan/article/view/923/734 7. Huzair Zainal, “Kisruh Lebaran Lebih Awal, Imam Masjid Dipecat”, Okenews.com, 2 September 2011, https://news.okezone.com/read/2011/09/02/340/498279/kisruh-lebaran-lebih-awal-imam-masjid-dipecat. (diakses tanggal 9 November, 2020).
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 353
satu pengurus di kepengurusan masjid
menimbulkan ketegangan dan kekisruhan
dalam organisasi dakwah pasca
pemberhentian, bagi yang pendukung
pengurus yang dipecat menyatakan
pemberhentian dianggap semena-mena.
Pernyataan tersebut dikarenakan pengurus
masjid yang tidak mendapatkan
pemberitahuan, langsung diberhentikan
oleh pihak yang berwenang melakukan
pemberhentian dan tidak melakukan dialog
dengan pengurus yang diberhentikan.
Terlepas mengenai benar dan salah alasan
pemberhentian SDM organisasi dakwah,
manajemen terminasi yang dilakukan oleh
suatu organisasi terhadap SDM-nya
mengalami perlawanan dan berujung pada
gejolak di dalam internal organisasi tersebut.
Terlihat dari manajemen pemberhentian
(terminasi) khususnya dalam tahapan
penyampaian saat terminasi pihak
berwenang memberhentikan terhadap SDM
tidak berjalan dengan baik, yang
menyebabkan ketidakstabilan dalam
internal organisasi masjid.
Hal ini, berbeda dengan yang dilakukan oleh
Umar bin Khattab, Umar melakukan
terminasi kepada salah satu panglima besar
Islam Khalid bin Walid yang merupakan salah
satu panglima muslim yang pada saat itu
sangat disegani oleh semua pasukan
8. Muhammad Husain Haekal. Umar bin Khattab, penerjemah: Ali Audah. (Jakarta: PT Pustaka Litera antarNusa, 2013), 309. 9. Saifullah yang memiliki arti dalam Bahasa Indonesia adalah Pedang Allah, dan ini adalah suatu gelar, serta gelar ini diberikan oleh Rasulullah kepada Khalid bin Walid, mengutip Shadiq Ibrahim Argoun, Rasulullah saw., pun menggelari Khalid dengan Saifullah (pedang Allah), Turmudzi meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata “Kami singgah di suatu tempat bersama Rasulullah, semua orang berjalan melewati beliau. Rasulullah lantas menanyakan
muslimin untuk menegakkan kalimat tauhid
dalam memenangkan peperangan di daerah
Irak sampai Syam,8 Khalid bin Walid Sang
Saifullah.9
Umar melakukan manajemen terminasi
terhadap pemberhentian Khalid bin Walid
dalam kasus tersebut salah satunya dengan
mendelegasikan tugas pemecatan kepada
SDM yaitu Abu Ubaidah, dan dalam
pemberhentian tersebut muncul gejolak
dalam diri Khalid, dan dalam proses
manajemen terminasi yang dilakukan oleh
Umar, akhirnya gejolak dari diri Khalid bisa
meredam dan menerima hasil dari
pemberhentian dirinya dengan melakukan
serangkaian langkah-langkah manajemen
terminasi, Khalid dengan keimanan Islam
yang kuat di dada berkata “Selama Umar
masih hidup, tidak” menolak ajakan
memberontak kepada Umar atas
pemberhentian dirinya.10
Umar bin Khattab mampu melakukan
langkah-langkah manajemen terminasi yang
tidak berlarut-larut dan stabilitas organisasi
bisa terjaga dalam mencapai tujuan
organisasi, dengan meredam gejolak dalam
diri Khalid selama proses terminasi dan
meredam segala gejolak umat Islam saat itu.
Artikel ini, berangkat dari peristiwa
manajemen terminasi yang dilakukan oleh
Umar bin Khattab dalam pemberhentian
siapa mereka masing-masing. Beliau bersabda, “Siapa orang itu?” Aku menjawab, “Fulan,” Sampai kemudian Khalid bin Walid berjalan melewati beliau. Kemudian Rasulullah saw., bertanya, “Siapa orang itu?” Aku menjawab, “Khalid bin Walid.” Kemudian, beliau bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah adalah orang itu. Ia Adalah Salah satu pedang Allah.” Dalam dalam Shadiq Ibrahim Argoun, Khalid Bin Walid Sang Legenda Militer Islam, (Tinta Medina: Solo, 2015), 68. 10. Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, 320.
Andi Susanto
354 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
Khalid bin Walid dalam pekerjaan di
kekhalifahan. Maka, demikian fokus masalah
studi ini adalah bagaimana manajemen
terminasi Umar bin Khattab dalam kasus
pemberhentian Khalid bin Walid. Tujuan
artikel ini adalah untuk menganalisis
manajemen terminasi Umar bin Khattab
dalam kasus pemberhentian Khalid bin
Walid.
Kontribusi bagi perkembangan manajemen
dakwah, yaitu menjadi sumber referensi
manajemen terminasi yang dilakukan oleh
manajer terhadap SDM organisasi dakwah di
masa kini, langkah-langkah apa saja yang
bisa dilakukan untuk bisa mencapai tujuan
terminasi yang baik yaitu SDM menerima
pemberhentian atas dirinya dan tidak
menimbulkan gejolak dalam organisasi
dakwah kedepan. Dengan begitu manajer
bisa fokus pekerjaan yang selainnya pasca
terminasi SDM tersebut.
Artikel-artikel sebelumnya yang membahas
terkait terminasi Khalid bin Walid oleh Umar
bin Khattab, antara lain, pertama, artikel
jurnal “Peran Umar Bin Khattab dalam
Manajemen Konflik”,11 artikel ini bertujuan
menggambarkan manajemen konflik salah
satunya adalah adanya konflik di dalam
pemberhentian Khalid bin Walid oleh Umar
bin Khattab dan bagaimana Umar
melakukan menajemen konflik di dalam
situasi tersebut. Artikel tersebut dengan
artikel ini sama-sama menjelaskan mengenai
pemberhentian Khalid bin Walid oleh Umar
bin Khattab, tetapi perbedaanya dalam
11. Agni Miranti, Yuana Tri Utomo, dan Wijiharta, “Peran Umar Bin Khattab dalam Manajemen Konflik”, AT-TAUZI’: Jurnal Ekonomi Islam vol. 16, no. 1 (2017), 95 – 109, http://jurnalhamfara.ac.id/index.php/attauzi/article/view/28
perspektif. Dalam studi ini berdasarkan
manajemen sumber daya manusia
spesifiknya adalah manajemen terminasi
(pemberhentian), sedangkan artikel
tersebut menjelaskan lewat perspektif
manajemen konflik.
Artikel kedua, jurnal “The Appointment and
Dismissal of Khalid B. Al Walid Form the
Supreme Command A Study of The Political
Strategy of The Early Muslim Caliphs in
Syria”,12 artikel ini bertujuan
menggambarkan analisa-analisa sejarah
alasan yang menjadi penyebab
diberhentikannya Khalid bin Walid dari dinas
kemiliteran oleh Umar bin Khattab dalam
sudut pandang strategi politik. Artikel
tersebut dengan artikel ini sama-sama
membahas alasan pemberhentian, tetapi
perbedaanya dalam subyek penelitian.
Dalam studi ini membahas mengenai
manajemen terminasi (pembehentian) dari
sudut pandang teori manajemen terminasi
Finnie dan Sniffin, sedangkan artikel
tersebut lebih mendeskripsikan analisa
sejarah alasan Khalid diberhentikan dalam
dinas kemiliteran oleh Umar bin Khattab.
Signifikansi artikel ini secara keseluruhan
adalah melengkapi perspektif peristiwa
terminasi/pemberhentian Khalid bin Walid
oleh Umar bin Khattab, sesuai dengan
perspektif manajemen sumber daya
manusia khususnya dalam manajemen
terminasi sehingga bisa melihat perspektif
manajemen terminasi yang mampu
menghindari permasalahan yang berlarut-
12. Khalil Athamina, The Appointment and Dismissal of Khalid B. Al Walid Form the Supreme Command A Study of The Political Strategy of The Early Muslim Caliphs in Syria, Arabica E.J Brill Leiden, Tome XLI (1994): 253-272, doi: https://doi.org/10.1163/157005894X00191
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 355
larut yang mengakibatkan kerugian waktu,
tenaga pikiran dan materi.
Artikel ini menggunakan metode library
research, dengan subjek artikel manajemen
terminasi dan objek artikel peritiwa
pemberhentian Khalid bin Walid oleh Umar
bin Khattab. Sumber primer yang digunakan
adalah buku Umar bin Khattab karya
Muhammad Husein Haekal, Khalid bin Walid
Penglima Tak Terkalahkan karya Manshur
Abdul Hakim, Khalid Bin Walid Sang Legenda
Militer Islam karya Shadiq Ibrahim Argoun,
Biografi Umar bin Khattab karya Ali
Muhammad Ash-Shalaby dan artikel The
Appointment and Dismissal of Khalid B. Al
Walid Form the Supreme Command A Study
of The Political Strategy of The Early Muslim
Caliphs in Syria, karya Khalil Athamina.
Sumber sekunder/ penunjang adalah buku-
buku dan artikel jurnal terkait yang
membahas masalah terminasi/
pemberhentian Khalid bin Walid oleh Umar
bin Khattab. Menurut Huberman dan
Miles,13 analisis data dilakukan secara
kualitatif mengikuti model Miles dan
Huberman yaitu mulai reduksi data
(pemilahan data), penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Manajemen Terminasi
13. Ismail Nawawi, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), 256-259. 14. M. Nazar Almasri, ”Manajemen Sumber Daya Manusia: Implimentasi Dalam Pendidikan Islam”, Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan vol. 19, no. 2 (Jul-Des 2016): 133-150, http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/view/2547 15. Herly Dwiyanto, “Manajemen Sumber Daya Manusia Madani di Universitas Negeri”, Jurnal
Manajemen sumber daya manusia
merupakan pengaturan dan pengelolaan
terhadap sumber daya manusia. Menurut
Edwin Flippo yang dialih bahasakan oleh
Moh. Masud dalam Almasri,14 manajemen
sumber daya manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian atas pengadaan tenaga kerja,
pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan
kerja dengan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran perorangan, organisasi,
dan masyarakat.
Proses manajemen SDM terbagi ke dalam 2
(dua) fungsi, yakni fungsi manajerial dan
fungsi operasional. Fungsi manajerial dalam
manajemen SDM meliputi planning atau
perencanaan, organizing atau
pengorganisasian, directing atau
pengarahan, dan controlling atau
Pengendalian. Sementara itu, yang termasuk
dalam fungsi operasional manajemen SDM
adalah pengadaan tenaga kerja/karyawan,
pengembangan, pengintegrasian,
pemeliharaan, kompensasi, dan pemutusan
hubungan kerja (PHK).15
Menurut Sonhaji,16 terminasi adalah sanksi
pelanggaran bagi pekerja/buruh yang paling
berat dalam hubungan kerja yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan
Prodi Manajemen Pertahanan vol. 3, no. 2 (2017): 61-72, http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MP/article/view/178 16. Sonhaji, “Analisis Yuridis Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Kesalahan Berat Pekerja”, Administrative Law & Governance Journal vol. 2, no.1 (Maret 2019): 60-78, doi: https://doi.org/10.14710/alj.v2i1.60-78
Andi Susanto
356 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
kewajiban antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
Manajemen terminasi merupakan bagian
dari manajemen sumber daya manusia guna
melaksanakan salah satu fungsi operasional
dari manajemen SDM. Pengertian
manajemen terminasi sendiri adalah
kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian atas
pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
oleh manajer. Manajemen terminasi muncul
ketika pekerja melakukan pelanggaran dan
diberikan sanksi berat berupa terminasi,
maka manajer melakukan proses
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian agar proses
terminasi tersebut bisa mencapai mencapai
tujuan organisasi.
Mengutip Prameswari dan Handayani,17
manajemen terminasi dilakukan guna
menentukan langkah yang “paling tidak
pahit” bagi kedua belah pihak, dengan
demikian bisa meminimalisir dampak bagi
perusahaan atau organisasi yang melakukan
terminasi.
17. Prameswari dan Handayani, “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja Antara Karyawan Dengan Perusahaan”, https://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/Mizan/article/view/923/734 18. Indi Nuroini, “Penerapan Perjanjian Bersama Dalam Pemutusan Hubungan Kerja”, Jurnal Yudisial vol. 8, no. 3 (2015): 319-338, doi: http://dx.doi.org/10.29123/jy.v8i3.61 19. Ahmad Zaini, “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Menurut Peraturan Perundangan-undangan Ketenagakerjaan”, Al-Ahkam vol. 13, no. 1 (Juni 2017): 76-110, doi: http://dx.doi.org/10.37035/ajh.v13i1.1753
Macam- Macam Pemutusan Hubungan
Kerja
Diberhentikannya hubungan antara pekerja
dan organisasi dalam hubungan kerja, bisa
dilakukan dengan sukarela dan tidak.18
Menurut Sutedi dalam Zaini,19 diperkuat
oleh Buwana dan Putra,20
pemutusan/terminasi/pemberhentian bisa
dilakukan disebabkan adanya maksud dari
perusahaan atau organisasi, bisa juga dari
pekerja yang berdasarkan keinginannya
ataupun adanya alasan lain yang
menyebabkan hubungan kerja tersebut
harus diputus. Dalam hal ini, jika pekerja
tersebut memutuskan hubungan kerja
sendiri, maka disana ada niatan yang berasal
dari diri pekerja tersebut untuk berhenti, di
sini menandakan adanya keikhlasan dalam
proses tersebut, tetapi jika bukan berasal
dari pekerja itu sendiri, bisa menimbulkan
rasa ketidakrelaan dari pekerja tersebut.
Dalam Muslim,21 bekerja bagi seseorang
yang diberhentikan, dapat dikatakan bahwa
kehilangan pekerjaan atau pemberhentian
merupakan satu peristiwa yang menjadi
sumber stres yang mempengaruhi emosi
seseorang karena dengan kehilangan
pekerjaan, individu tidak lagi memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan diri dan
kehilangan kesempatan untuk
20. Sudibyo Aji Narendra Buwana dan Mario Septian Adi Putra, “Implimentasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Terhadap Pekerja Status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pada PT X Kota Malang”, Jurnal Studi Manajemen vol. 9, no. 2 (Okt 2015): 202-214, https://eco-entrepreneur.trunojoyo.ac.id/kompetensi/article/view/1628 21. Muh. Muslim, “Dilema Pemutusan Hubungan Kerja Bagi Karyawan”, ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis vol. 18, no. 3 (2015): 100-110, https://ibn.e-journal.id/index.php/ESENSI/article/view/100
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 357
mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, manajer bisa melakukan
manajemen terminasi dengan tepat agar
pekerja tidak berlarut-larut dalam emosi
kehilangan pekerjaan dan merugikan
organisasi kedepannya, dengan melakukan
penyampaian pesan terminasi secara
singkat, manusiawi, dan final.
Menurut Widayanti,22 pemberhentian
seringkali menimbulkan ketidakpuasan bagi
salah satu pihak dikarenakan masing-masing
pihak memiliki sudut pandang berbeda
menyikapi pemberhentian. Mengutip
Swasto,23 Fathammubina dan Apriani,24
macam-macam bentuk pemutusan
hubungan kerja yang membuat pekerja tidak
rela yaitu: (1) Pensiun, dikarenakan SDM
mencapai batas usia tertinggi maka
dilakukan pemutusan hubungan kerja.
Dengan begitu, pekerja atau SDM, mau tidak
mau harus berhenti dari pekerjaannya; (2)
Pemecatan, ketika SDM melakukan
kesalahan dan dianggap fatal dalam
pencapaian tujuan organisasi, maka
dilakukan pemecatan terhadap pekerja
tersebut. Terminasi di sini adalah langkah
penghentian hubungan kerja antara
organisasi dengan SDM yang di sini sama
dengan pemecatan atau pemberhentian
SDM atas segala pekerjaan serta jabatan
yang diemban, SDM tersebut diberhentikan
dikarenakan organisasi mengambil
keputusan atas dasar tertentu; (3)
Pengurangan tenaga, ketika organisasi
sedang mengalami kerugian dan
22. Widayanti, “Tinjauan Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”, Hukum dan Dinamika Masyarakat vol. 15, no. 2 (April 2018): 168-176, doi: http://dx.doi.org/10.36356/hdm.v15i2.686 23. Bambang Swasto, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UB Press, 2011), 130.
dilakukannya pengurangan tenaga kerja
untuk efisiensi, maka di sini akan ada
pemutusan hubungan kerja, dan di sini mau
tidak mau dan membuat ketidakrelaan dari
pekerja yang diberhentikan; (4)
Pembubaran organisasi, ketika organisasi
dibubarkan maka di sini akan ada
pemaksaan terhadap pekerja untuk keluar;
(4) Pemutusan hubungan kerja sementara,
ketika pekerjaan yang tersedia musiman,
maka ketika tidak musimnya, maka akan ada
pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja, dan ketika pekerjaan tersebut
masuk musimnya, maka akan dipekerjakan
kembali.
Dengan adanya pemberhentian dengan
segala macam bentuknya seperti yang
disebutkan diatas, pemberhentian ini
dilakukan dengan paksa kepada pekerja,
maka di sini akan menimbulkan gejolak
dalam upaya pemberhentiannya,
dikarenakan sumber financial, lahan
berkarya dalam pekerjaan tersebut hilang
bagi pekerja yang diberhentikan, padahal
pekerjaan selama ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan materiil dan batin
dari pekerja, terlebih ketika pekerja tersebut
menemukan kebermaknaan dalam
pekerjaannya selama ini dan tidak bisa ikut
terlibat dalam pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Menurut Robert A. Finnie, JR dan Paul B.
Sniffin,25 terminasi yang baik tidak akan
menjadi pengalaman yang mahal dan tidak
24. Rohendra Fathammubina, Rani Apriani, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak bagi Pekerja”, Jurnal Ilmiah Hukum De’Jure: Kajian Ilmiah Hukum vol. 3, no. 1 (Mei 2018): 108-130, doi: https://doi.org/10.35706/dejure.v3i1.1889 25 Robert A. Finnie. JR, Paul B. Sniffin, Good Endings: Managing Employee Terminations,
Andi Susanto
358 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
menyenangkan bagi anda dan organisasi
anda, serta individu yang pergi.
Mengutip Robert A. Finnie, JR dan Paul B.
Sniffin,26 oleh sebab itu seorang manajer
atau pimpinan organisasi bisa melakukan
langkah manajemen terminasi yang baik
agar tidak menghasilkan pengalaman yang
mahal dan tidak menyenangkan bagi pekerja
dan tidak menimbulkan gejolak, tanpa rasa
sakit, untuk mencapai tujuan itu seorang
manajer dalam melakukan manajemen
terminasi bisa melakukan tahapan dalam
pemberhentian:
Tahapan sebelum terminasi
Tahapan sebelum terminasi, merupakan
tahapan yang dilakukan oleh manajer
personalia sebelum melakukan tahapan saat
terminasi/pemberhentian kepada SDM yang
telah diputuskan untuk diberhentikan, yang
tahapan saat terminasi berisi penyampaian
keputusan terminasi kepada SDM. Tujuan
tahapan ini dilakukan agar manajer
personalia sebelum melakukan
penyampaian terminasi/pemberhentian
kepada SDM, bisa diberikan masukan opsi-
opsi cara penyampaian terminasi kepada
SDM, dengan begitu manajer personalia bisa
memilih pilihan terbaik dan pilihan
penyampaian tersebut bisa meminimalisir
dampak negative bagi organisasi.
Langkah pertama sebelum masuk ke
dinamika saat terminasi, dalam pendekatan
ini, langkah yang dilakukan adalah: (1)
Merencanakan terminasi, setelah keputusan
untuk menterminasi dibuat, rapat tim
pemutusan hubungan kerja diadakan untuk
mengembangkan pedoman khusus tentang
(Washington DC: College and Univ. Personnel Association, 1984), 9.
bagaimana melakukan temu duga/tanya
jawab pemutusan hubungan kerja, topik
yang akan dibahas meliputi, mulai bantuan
yang akan diberikan setelah pemutusan
hubungan kerja, kelanjutan tunjangan
karyawan, dan informasi latar belakang
orang yang dipecat, termasuk faktor-faktor
khusus seperti masalah keluarga atau
kesehatan, atau kondisi lain yang dapat
memperburuk terminasi; (2) Yakinkan
manajemen senior jika ada, dengan
mengkomunikasikan keseriusan situasi yang
terjadi, rapat dengan pihak-pihak yang
memiliki kepentingan, ketemu dengan
pembuat keputusan lainnya dan dengarkan
pendapat mereka untuk bisa menyusun
komunikasi yang tepat saat terminasi; (3)
Komunikasikan kepada kolega dan staff,
komunikasikan pendekatan terminasi yang
manajer buat kepada kolega dan staff yang
tertarik dalam tema terminasi tersebut, agar
bisa mendapatkan opsi-opsi yang bisa
dilakukan saat terminasi dan bisa
meminimalisir dampak negatif bagi
organisasi.
Tahapan saat terminasi
Dalam tahapan saat terminasi, merupakan
proses dalam pertemuan antara manajer
personalia/pihak yang berwenang
memberhentikan untuk penyampaian
terminasi dengan pekerja, dan dalam
pertemuan tersebut merupakan hal yang
tidak disangka oleh pekerja. Di dalam
organisasi tidak semua jajaran manajemen
bisa mengkomunikasikan dalam pertemuan
tersebut dengan baik, maka manajer harus
bisa menyampaikan pesan dengan cara yang
singkat, manusiawi, dan final. Untuk bisa
mengkomunikasikan terminasi kepada
26 Ibid., 13 – 16.
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 359
pekerja agar bisa mengindari trauma pekerja
yang diterminasi.
Di bawah ini terdapat standar menurut
Finnie dan Sniffin,27 mengkomunikasikan
terminasi tersebut agar terminasi tersebut
bisa memenuhi kelogisan, sensitifitas,
singkat, manusiawi, dan final bagi pekerja
tersebut, yaitu: (1) “Siapa” yang akan
menyampaikan, bisa seseorang yang
dianggap senior atau dihormati untuk
disampaikannya terminasi tersebut; (2)
“Apa” kata-kata yang disampaikan kepada
pekerja yang akan dipecat harus
menunjukkan rasa hormat, bisa juga dengan
bahasa non-verbal menunjukkan rasa
hormat tersebut; (3) “Kapan” waktu yang
tepat untuk menyampaikan pesan terminasi
tersebut, dimana situasi yang bisa diterima
dan momen yang tepat dalam pencapaian
tujuan organisasi; (4) “Dimana” tempat
disampaikannya pesan/hasil keputusan
terminasi tersebut, bisa ditempat netral atau
tempat yang mendukung penyampaian
pesan/hasil keputusan; (5) “Mengapa”
pekerja tersebut diterminasi, yaitu berupa
alasan yang terbaik bagi organisasi dan
pekerja itu sendiri dalam pesan/hasil
keputusan terminasi dirinya; (6)
“Bagaimana” pesan tersebut disampaikan,
yaitu dengan bersikaplah positif,
menenangkan, dan tegas agar situasi bisa
sesuai dengan harapan, dan tunjukkan
pertimbangan dan perhatian, tetapi pastikan
27. Ibid. 28. Husaini, Happy Fitria, “Manajemen Kepemimpinan Pada Lembaga Pendidikan Islam”, Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan vol. 4, no. 1, (Januari-Juni 2019): 43-54, doi: http://dx.doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2474 29. Rahmat Ilyas, “Manusia sebagai Khalifah dalam perfektif Islam”, Mawa`izh vol. 1, no. 7 (Juni
finalitas pesan/hasil keputusan terminasi
tersebut jelas.
Sejalan dengan pendapat Ramayulis dalam
Husaini dan Happy Fitria menyatakan,28
manusia yang diciptakan Allah Swt. Telah
dijadikan sebagai khalifah di bumi sebagai
wakil Allah Swt. Untuk melakukan mengatur
dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya
sebagaimana Allah Swt. Sebagai pengatur
alam raya (manager). Salah satu perannya
adalah jihad di jalan Allah.29
Jihad disyariatkan dengan peperangan.
Tujuan berjihad dalam Islam, Nabi saw., dan
para pengikutnya harus berjihad hingga
terbuka jalan dakwah agar manusia dapat
sampai kepada kemudahan dan tanpa
rintangan. Motif jihad membuka jalan
dakwah yaitu (1) Melindungi kebebasan
dalam beragama, (2) Melindungi kebebasan
dalam beragama, (3) Berperang untuk
mencegah kezaliman.30
Konsekuensi dari peran sebagai Khalifah
adalah memanajemen sumber daya manusia
(SDM) untuk ikut memakmurkan bumi
dalam lingkup pengabdian kepada Tuhan
dengan memanfaatkan seoptimal mungkin
potensi yang telah dianugerahkan oleh
Tuhan. Dalam Islam, pengelolaan sumber
daya manusia mengacu pada apa yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.,
didasarkan pada konsep Islam mengenai
2016): 169-195, doi: https://doi.org/10.32923/maw.v7i1.610 30. Abdul Basith Junaidy, “Perang yang benar dalam Islam”, Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam vol. 8, no. 2 (Oktober 2018): 486-512, doi: https://doi.org/10.15642/ad.2018.8.2.486-512
Andi Susanto
360 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
manusia itu sendiri. 31 Nabi melakukan
manajemen SDM dalam penujukkan Mu’adz
ibn Jabal sebagai gubernur, Umar ibn
Khaththab sebagai bendahara negara, Khalid
ibn Walid sebagai panglima perang.32
Dengan demikian dalam peperangan yang
merupakan peran dari manusia sebagai
Khalifah di muka bumi dibutuhkan
memanajemen SDM yang baik guna
melancarkan mencapai tujuan dalam perang
yaitu berjihad hingga terbuka jalan dakwah
secara spesifik dan melancarkan mencapai
tujuan memakmurkan bumi dalam lingkup
pengabdian kepada Tuhan secara umum.
Menurut tafsir ar-Razi,33 terdapat tingkatan
orang berjihad yaitu (1) Jihad dengan
jiwanya, (2) Jihad dengan hartanya, (3) Jihad
dengan niatnya.
Dengan demikian, Khalifah secara umum
dan spesifik Khalifah Islam, melakukan
kegiatan manajemen SDM dalam peran
peperangan atau jihad. Salah satunya adalah
melakukan manajemen terminasi terhadap
SDM untuk menentukan orang jihad dengan
jiwanya, hartanya dan niatnya.
Sejalan dengan pendapat Muslim, ketika
SDM dalam pencapaian tujuan peperangan
diberhentikan, SDM tersebut akan
menimbulkan gejolak. Dikarenakan SDM
bergabung dalam peperangan disadari
bukan hanya niatan tulus untuk berperang
membuka jalan dakwah demi terwujudnya
tujuan khalifah di muka bumi, tetapi ada juga
31. Husaini, “Manajemen Kepemimpinan”, doi: http://dx.doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2474 32. Sri Harmonika, “Hadist-hadits tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)”, Jurnal At-Tadair Prodi MPI STAI Darul Kalam vol. 1, no. 1 (2017):1-14,
yang berdasarkan finansial yaitu
mendapatkan ghanimah, dan kebutuhan
batin sebagai lahan berkarya mendapatkan
amal. Salah satu alasan tersebut baik motif
finansial dan kepuasan batin/motif agama
menjadi pemicu gejolak bagi SDM yang
diterminasi. Bagi yang bermotif kepuasan
batin/agama, terminasi dalam dinamika
jihad merupakan sesuatu yang membawa
duka, dikarenakan hilangnya lahan
aktuliasasi dalam agama dan juga ladang
pahala, sehingga terkadang menimbulkan
gejolak ketika proses terminasinya tidak
berjalan dengan baik ketika dilakukan oleh
Khalifah.
Oleh karena itu, Khalifah yang melakukan
terminasi, bisa melakukan manajemen
dengan baik di proses terminasi SDM yang
sedang berjihad. Dengan demikian, bisa
memimalisir dampak gejolak yang
ditimbulkan.
Untuk mencapai tujuan diatas Khalifah
melakukan manajemen terminasi, sejalan
dengan konsep Finnie. JR dan Sniffin,34 mulai
dari tahapan sebelum terminasi dengan
melakukan upaya (1) Merencanakan
terminasi, dengan diskusi dengan sahabat
lainnya untuk menemukan metode temu
duga yang tepat untuk menyampaikan
pemberhentian kepada SDM, bantuan bagi
SDM yang diberhentikan dan situasi yang
memperberat psikologis SDM ketika
disampaikan pemberhentinnya, (2)
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/atTadbir/article/view/2990 33. Muh. Muslim, “Dilema Pemutusan”: 100-110, https://ibn.e-journal.id/index.php/ESENSI/article/view/100 34. Robert A. Finnie. JR, Paul B. Sniffin, Good Endings: Managing Employee Terminations, (Washington DC: College and Univ. Personnel Association, 1984), 13-16.
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 361
Mengkomunikasikan dengan atasan, tidak di
lakukan dikarenakan Khalifah merupakan
pemimpin tertinggi, (3) Mengkomunikasikan
dengan SDM yang selainnya, yang memiliki
kepentingan terhadap terminasi tersebut.
Tahapan ini dilakukan agar bisa
mendapatkan opsi-opsi yang bisa dilakukan
saat terminasi dan bisa meminimalisir
dampak negatif, yaitu ketidaksesuaian
terminasi pada SDM yang tidak seharusnya
dan gejolak dari diri SDM yang diterminasi.
Berikutnya, Khalifah dalam melakukan
tahapan saat terminasi, dengan melakukan
pengelolaan sumber daya saat keputusan
terminasi disampaikan, agar tidak terjadi
gejolak dalam diri SDM, mulai dari siapa
seseorang yang dianggap senior atau
dihormati untuk menyampaikan terminasi
tersebut, apa kata-kata yang disampaikan
kepada SDM perang yang akan dipecat harus
menunjukkan rasa hormat, kapan waktu
yang tepat melakukan penyampaian
keputusan terminasi, dimana tempat
disampaikan hasil terminasi, mengapa
terminasi dilakukan kepada SDM tersebut,
dan terakhir bagaimana pesan tersebut
disampaikan.
Umar Bin Khattab Umar bin Khattab adalah seorang Khalifah
kedua, pengganti Rasululah setelah Abu Bakr
As Siddiq. Diangkat oleh Abu Bakr As
35. Haekal, Umar bin Khattab, 79. 36. M. Al Qautsar Pratama, Budi Sujati, “Kepemimpinan dan Konsep Ketatanegaraan Umar Ibn Al-Khattab”, JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam vol. 2, no. 1 (2018): 59-70, doi: http://dx.doi.org/10.30829/j.v2i1.1496 37. Menurut Dahlan dalam Intan. Salmah Intan, “Kekhalifaan Umar Ibn Khattab (13-23 H/ 634-644 M)”, Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan vol. 5, no. 2 (2017): 137-151, http://journal.uin-
Siddiq.35 Umar melanjutkan apa yang sudah
dilakukan Abu Bakar di Irak dan Syam,
Penguasaan Imperium Persia dan Imperium
Romawi menjadi puncak dari keberhasilan
Umar ibn al-Khattab dalam memimpin
Bangsa Arab.36 Nama lengkapnya adalah
Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abdil Uzza
ibn Ribaah ibn Qarth ibn Razaah ibn Ady bin
Ka’b.37
Terminasi Khalid Bin Walid Pada masa Khalifah Abu Bakr, Khalid terlibat
dalam melawan orang-orang murtad di
bawah panji Abu Bakr, mulai dari gerakan
Khalid bin Walid menumpas Nabi Palsu
Musailimah al-Kadzdzab dan peristiwa ini
menjadi permulaan pertempuran Khalid
dengan orang-orang murtad.38 Khalifah Abu
Bakar memerintahkan Khalid bin Walid agar
segera berangkat bersama-sama
pasukannya untuk menuju Syam dan
menjadi panglima perang di sana. Khalid pun
segera melakukan apa yang diperintahkan
Khalifah. Maka, mulailah Khalid melakukan
perjalanan historis dengan menembus
padang sahara yang sebelumnya belum
pernah dia lalui.39
Di masa khalifah Abu Bakr, Khalid bin Walid
menjadi panglima perang berprestasi di
peperangan Syam khususnya di perang
Yarmuk. Di masa khalifah Umar bin Khattab
alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/4167 38. Manshur Abdul Hakim, Khalid bin Walid Panglima yang Tak Terkalahkan. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), x-xii. 39. Muh. Anis, “Perkembangan Politik Masa Al-Khulafa Al-Rasyidun (Abu Bakar as-Siddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib)”, Al Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan vol. 8, no. 1 (2016): 52-72, doi: https://doi.org/10.47435/al-qalam.v8i1.204
Andi Susanto
362 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
turun kedudukannya penjadi komandan
pasukan di perang Damaskus dibawah Abu
Ubaidah sebagai pemimpin, Khalid dari
timur menyerang Damaskus, lalu Abu
Ubaidah menyerang Damaskus dari pintu Al
Jabiyah Al-Kabir, dan dari pintu Al-Jabiyah
Ash-Shaghir Yazid bin Abu Shofyan
menyerang.40
Perang terakhir yang diikuti oleh Khalid bin
Walid sebagai salah satu komandan pasukan
perang setelah jatuhnya Damaskus, Abu
Ubaidah memerintahkan Khalid untuk
mengajak penduduk Qansarin untuk
bertakwa kepada Allah, tetapi tidak bisa
dilakukan secara damai prosesnya dan
malah menantang untuk berperang, Khalid
bin Walid sebagai pihak mendapatkan tugas
untuk mengajak justru diajak untuk
berperang, maka perang tersebut terjadilah
dan akhirnya perang Qansarin dimenangkan
oleh Khalid dan diangkat sebagai wali kota
Qansarin dan memiliki tugas mengawasi
gerak Romawi di daerah utara.41
Khalid membantu Abu Ubaidah di Hims
daerah Syam, akhirnya Muslimin
memenangkan Syam bagian utara dan
kedaulatan Muslim di Irak dan Syam bisa
bertemu. Setelah kedaulatan Islam di Syam
aman, Khalid bin Walid membebaskan
beberapa daerah di Qilqiah dan Armenia dan
mendapatkan harta rampasan yang sangat
banyak, Khalid bin Walid memberikan
hadiah kepada Asy’as bin Qais. Dari
40. Hakim, Khalid bin Walid, 538. 41. Ibid., 551. 42. Haekal, Umar bin Khattab. 229-311. 43. Yat Rospia Brata, Rina Dwi Gustina, “Peranan Abu Ubaidah Bin Jarrah Dalam Perang Yarmuk Tahun 636 M”, Jurnal Artefak vol. 2, no. 1 (2019): 45-58, https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak/article/view/303
peristiwa Khalid memberikan hadiah
menjadi alasan diterminasi oleh Umar bin
Khattab secara total dalam dinas
kemiliteran.42
Menurut Ahmad dalam Brata,43 Khalid bin
Walid di Madinah menerima dengan lapang
dada dan penuh kerelaan padahal saat itu ia
sedang dalam puncak kegemilangan.
Diperkuat Haekal, 44 sikap Khalid menerima
terminasinya, bahkan terdapat pihak-pihak
yang memanas-manasi Khalid untuk
memberontak kepada Umar dikarenakan
terminasinya yang tidak pantas, tetapi Khalid
menentang ide memberontak dan
menerima terminasinya dalam dinas
kemiliteran oleh Umar bin Khattab.
Untuk memahami posisi Umar dan
pandangnya terhadap Khalid sebagai
panglima perang dan komando. Pandangan
Umar terhadap Khalid sebelum menjabat
sebagai Khalifah, Umar menjadi wazir (kaki
tangan/orang kepercayaan) bagi Abu Bakr.45
Mengutip Haekal,46 dalam peristiwa Khalid
membunuh Malik bin Nuwairah, yang saat
itu masih belum jelas kemurtadannya dan
setelah itu mengawini istrinya Laila, Umar
berpendapat bahwa Khalid tergesa-gesa dan
Abu Bakr berpendapat bahwa Khalid
meleset saja dalam perhitungan, sehingga
tidak akan “menyarungkan” pedang Allah.
Tetapi pendapat lain mengatakan dalam
Khalid menikahi Laila menurut Argoun,47
bahwa pernikahan dengan Laila, sudah
44. Haekal, Umar bin Khattab, 320. 45. Uup Gufron, “Etika Birokrasi Al-Ghazali”, Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman vol. 4, no 2 (Des 2017): 221-246, http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/1208 46. Haekal, Umar bin Khattab, 69-70. 47. Ibid., 259-260.
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 363
melewati masa iddah tiga kali sesuai dengan
kebiasaan saat itu, dikarenakan Malik bin
Nuwairah yang telah murtad maka Laila
sudah diceraikan tetapi ditawan saat itu, dan
Khalid menikahi agar Laila yang sudah
ditinggal suaminya tetap pada iman Islam.
Abu Bakar menerima alasan Khalid untuk
membunuh Malik bin Nuwairah,
dikarenakan disatu sisi Umat Islam
membutuhkan kejeniusan Khalid dalam
perang, yang membutuhkan kecepatan
dalam mengambil keputusan, dan disatu sisi
Umar bin Khattab melihat bahwa tidak ada
yang boleh keluar dari disiplin administrasi
pemerintahan, yaitu dalam pengambilan
keputusan yaitu salah satunya pembunuhan
Malik bin Nuwairah yang sifatnya masih
belum terang, harus dikonsultasikan dengan
Khalifah.
Dari realitas diatas yang diungkapkan oleh
Haekal, Umar dalam menyarankan terminasi
Khalid sudah berjalan sejak zaman Abu Bakr
menjadi Khalifah dan Umar menjadi wazir
Abu Bakr, dan sekalipun akhirnya Abu Bakr
tidak memecat Khalid dalam dinas
kemiliteran, Umar menyarankan untuk
Khalid dihukum dan ditegur atas kesalahan-
kesalahannya.
Saat Umar menjabat sebagai Khalifah, Umar
sudah memiliki pandangan dan pendirian
terhadap Khalid, yaitu Khalid sebagai SDM
tergesa-gesa dalam mengambil keputusan
yang harusnya.
Ketika Umar ketika menjadi Khalifah
pengganti Abu Bakr, memberhentikan
Khalid sebagai panglima perang di Syam dan
mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima
48. Ibid., 97. 49. Argoun, Khalid Bin Walid, 485. 50. Ibid., 575.
serta menjadikan Khalid bin Walid dibawah
perintah Abu Ubaidah.48 Diperkuat Argoun,49
dalam Umar mengangkat Abu Ubaidah
sebagai panglima pasukan Khalid.
Umar menjabat sebagai Khalifah, membuat
aturan sistem baru dalam keuangan tiap wali
kota bahwa mereka tidak diperbolehkan
untuk memberikan apapun kepada orang
lain kecuali atas izin Amirul mukminin.50
Sesuai dengan pertimbangan ini nantinya,
yang akan memperkuat pendasaran Umar di
dalam menterminasi Khalid bin Walid dalam
dinas kemiliteran.
Proses terminasi Khalid dimulai dari
pemberian surat yang diberikan Umar
kepada Abu Ubaidah mengutip Haekal,51
untuk menginterogasi Khalid bin Walid dan
mengikatnya dengan serban dan
melepaskan topi kebesarannya sampai
terungkap dari mana harta yang diberikan
kepada Asy’as bin Qais dari harta pribadinya
atau dari rampasan perang, dan berisi juga
tentang pemecatan Khalid dari dinas
kemililiteran.
Mengutip Haekal,52 Abu Ubaidah tidak
menyampaikan pemecatan secara total dari
dinas militer kepada Khalid dalam proses
interogasi yang dilakukan oleh Bilal.
Akhirnya, Umar mengirim surat langsung
kepada Khalid untuk ke Madinah, untuk
disampaikan pemberhentian total dari dinas
milter yang tidak disampaikan oleh Abu
Ubaidah sebelumnya. 53
Terdapat orang-orang fanatik terhadap
Khalid yang menggagap sikap Umar kepada
Khalid, keputusan terminasi Khalid
berlebihan dan Khalid mengatakan kepada
51. Haekal, Umar bin Khattab, 311-315. 52. Ibid. 53. Ibid., 315-317.
Andi Susanto
364 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
Umar bahwa sikap terhadap dirinya tidak
pantas. Umar menjawab bahwa Khalid bagi
Umar sangat mulia, dicintai di mata Umar,
dan nanti Khalid tidak akan menyalahkan
Umar lagi terhadap sikapnya dalam
terminasi diri Khalid. 54
Apakah Umar dalam pemberhentian Khalid
dalam dinas kemiliteran terdapat motif
pribadi? Dikarenakan Umar Ketika menjadi
wazir Abu Bakr pernah menyarankan Khalid
untuk dipecat, atau masih ada dendam
pribadi dikarenakan peristiwa Khalid yang
menyerang penyerbuan dengan pasukan
berkuda di perang Uhud yang berhasil
memojokkan pasukan muslimin. Ini perlu
dibuka, sebagai analisis kritis mengenai
motif pemberhentian Khalid, dengan
demikian kita bisa memahami dengan utuh
proses terminasi dan alasan pemberhentian
yang disampaikan dalam manajemen
terminasi bisa diterima oleh Khalid sebagai
pihak yang diberhentikan. Pendapat Ash-
Shalabi,55 cara pandang melihat pemberian
hadiah kepada Asy’as bin Qais ada
perbedaan antara Umar dan Khalid, Umar
berpendapat fase memikat hati dan
memotivasi dengan harta orang yang lemah
iman sudah lewat, harta lebih difokuskan
pada Muhajirin yang membutuhkan,
sedangkan Khalid berpendapat orang-orang
mujahid bersama dirinya, lemah imannya
sehingga butuh yang mendorong tekad dan
semangat mereka untuk berperang di jalan
Allah.
54. Ibid., 319-320. 55. Ali Muhammad Ash-Shalaby, Biografi Umar bin Khattab. (Jakarta: Yayasan Ash-Shilah, 2014), 403-404. 56. Argoun, Khalid Bin Walid, 580. 57. Hakim, Khalid bin Walid, 570-571.
Umar saat peristiwa mengatakan tidak
memecat Khalid karena benci atau
penghianatan, melainkan takut Umat Islam
akan terlena mengandalkan Khalid, bukan
Allah Swt. Dan Khalid terkena fitnah,
menjadi pendasaran bahwa pemecatan
tersebut bukan karena prasangka buruk atau
dengki dengan Khalid, seperti yang
diungkapkan al-Aqqad dalam Argoun.56
Mengutip Abdul Hakim,57 memberikan
hadiah kepada Asy’as bin Qais yang tidak
berkonsultasikan dengan Amirul mukminin,
serta adanya potensi Umat Islam akan
terlena mengandalkan Khalid, bukan Allah
Swt. Menjadi pendasaran pemberhentian
total Khalid dari dinas kemiliteran.
Manajemen Terminasi Khalid
Bin Walid Oleh Umar Bin
Khattab
Dalam kepemimpinan Khalifah Umar Bin
Khattab melakukan manajemen terminasi
dalam peristiwa pemberhentian Khalid bin
Walid, yang merupakan panglima Islam
Khalid yang baru masuk Islam saat pasca
perjanjian Hudaibiyah antara pihak Nabi dan
kafir Quraisy,58 dan Khalid menerima hasil
terminasi tersebut. Menurut Ash-Shalabi,59
seseorang menghampiri Khalid pasca
pemberhentian total dari dinas militer di dan
mengatakan bahwa pemberhentian Khalid
adalah ujian, dan saat itu Khalid mengatakan
bahwa ini bukanlah ujian, yaitu ujian yang
harus diterima oleh seorang muslim dan
meratapinya, di sini terlihat bahwa sikap
Khalid bukan panglima yang membangun
58. M. Hamdan Basyar, “Etika Perang Dalam Islam dan Teori Just War” Penelitian Politik vol. 17, no. 1 (2020): 17-30, http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/854/554 59. Ash-Shalaby, Biografi Umar bin Khattab, 402.
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 365
“pelaminan agung” diatas merebaknya
fitnah dan kemewahan yang merusak
melainkan panglima yang membangun
kebesaran Islam berdasarkan Iman kepada
Allah Swt. Dan menunjukkan iman yang
orang-orang pilihan dari sahabat-sahabat
khusus Nabi.
Dan diperkuat oleh Haekal, 60 sikap Khalid
menerima terminasinya, bahkan terdapat
pihak-pihak yang memanas-manasi Khalid
untuk memberontak kepada Umar
dikarenakan terminasinya yang tidak pantas,
tetapi Khalid menentang ide memberontak
dan menerima terminasinya dalam dinas
kemiliteran oleh Umar bin Khattab. Proses
manajemen terminasinya sebagai berikut:
Tahapan sebelum terminasi
Tahapan ini memiliki tujuan banyak opsi
yang memungkinkan dalam melakukan
terminasi, agar bisa menghindari konflik
dalam proses terminasi, mengembangkan
temu duga/tanya jawab terminasi secara
padat, dan meminimalisir dampak terminasi
bagi organisasi, dan Umar bin Khattab
melakukan tahapan ini sebagai berikut:
Setelah keputusan untuk menterminasi
dibuat, diskusi dengan sahabat lainnya
untuk pemberhentian SDM diadakan untuk
mengembangkan pedoman khusus tentang
bagaimana melakukan temu duga/tanya
jawab pemutusan kerja SDM untuk
menyampaikan perihal pemberhentian
kepada SDM .61 Umar tidak melakukan
diskusi dengan para sahabat untuk
menemukan metode temu duga/tanya
jawab yang tepat untuk menyampaikan
pemberhentian kepada SDM, tetapi Umar
60. Haekal, Umar bin Khattab, 320. 61. Finnie, dkk, Good Endings, 13.
bin Khattab sudah menyusun metode
terminasi secara total dari Khalid dari dinas
kemiliteran, yaitu metode interogasi yang
dituliskan dalam surat yang ditujukan
kepada Abu Ubaidah dan menjadikan Abu
Ubaidah menyampaikan perihal interogasi
dan penyampaian pemberhentian total
Khalid dari dinas kemiliteran. Dengan
demikian Umar tidak melakukan diskusi
dengan para sahabat terlebih dahulu
mengenai opsi-opsi pedoman
pemberhentian total Khalid dari dinas
kemiliteran saat itu, dan langsung
diputuskan opsi pedoman pemberhentian
Khalid seperti yang di sampaikan dalam surat
kepada Abu Ubaidah.
Tahapan saat terminasi
Manajemen saat terminasi yang dilakukan
oleh Umar bin Khattab kepada Khalid bin
Walid, dibawah ini diuraikan mengenai
pendekatan yang dibuat oleh Umar dalam
menterminasi Khalid dalam dinas
kemiliterannya secara total, yaitu
pendekatannya logis dan sensitif, singkat,
manusiawi, dan final, sebagai berikut:
“Siapa” yang akan menyampaikan, bisa
seseorang yang dianggap senior atau
dihormati untuk menyampaikan terminasi
tersebut,62 Dengan disampaikannya perihal
terminasi secara menyeluruh Khalid bin
Walid dari dinas kemiliteran oleh Umar bin
Khattab, Umar bin Khattab sendiri
merupakan Khalifah pemimpin tertinggi
Umat Islam yang dipilih oleh Abu Bakr,63
Umar sendiri dihormati dalam kalangan
Umat Islam. Umar sendiri merupakan
sahabat Nabi yang ikut dalam semua perang
bersama Nabi dan merupakan penasehat
62. Ibid., 15. 63. Haekal, Umar bin Khattab, 79.
Andi Susanto
366 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
Nabi,64 dibandingkan dengan Khalid yang
baru masuk Islam saat pasca perjanjian
Hudaibiyah antara pihak Nabi dan kafir
Quraisy,65 meskipun demikian dan menurut
Thabari dalam Argoun,66 menurut Abu Bakr
bahwa Khalid dan Umar setara dalam
memimpin pasukan perang.
Dengan adanya kedudukan masing-masing
antara Umar dan Khalid, ketika Umar
menyampaikan perihal pemberhentian
Khalid dalam dinas kemiliteran, Khalid yang
pada waktu itu menyampaikan keluhannya
kepada Umar mengenai pemberhentian
dirinya dan segala macam prosesnya, bisa
menerima apa yang disampaikan oleh Umar,
dikarenakan melihat kedudukan Umar
sebagai pemimpin tertinggi Umat Islam, dan
dengan keimanannya Khalid tidak
melakukan pemberontakan kepada
pemimpin tertinggi Umat Islam atas
pemberhentian dirinya. Juga kesetaraan
dalam memberikan strategi perang,
pengambilan kebijakan ini untuk kejayaan
Umat Islam, dikarenakan adanya potensi
fitnah terhadap Khalid dan lunturnya akidah
umat Islam.
Dengan demikian, Khalid bisa menahan
kemarahannya dan menerima keputusan
sebagai muslim yang baik dan taat terhadap
keputusan terminasi dan tidak akan
melakukan pemberontakan.
64. Fitmawati, “Manajemen Baitul Mal Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab R.A: Sebuah Tinjauan Sejarah”, Jurnal Ilmiah Syi’ar: Kajian Dakwah Dan Wacana Islam vol. 19, no. 1 (2019): 1-29, https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/syiar/article/view/2262 65. M. Hamdan Basyar, “Etika Perang”: 17-30, http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/854/554
“Apa” kata-kata yang disampaikan kepada
SDM perang yang akan dipecat harus
menunjukkan rasa hormat, bisa juga dengan
bahasa non-verbal menunjukkan rasa
hormat tersebut,67 saat Umar memberikan
pemberitahuan bahwa Khalid dipecat, Umar
mengundang sendiri Khalid untuk
memberitahukan terminasinya di Madinah,
menunjukkan sikap hormat kepada Khalid
dengan memberitahuan secara langsung
dan menayakan asal hadiah yang diberikan
Khalid kepada Asy’as bin Qais, dan apapun
jawabannya baik berasal dari hartanya
ataupun rampasan perang yang menjadi
alasan Khalid.68 Serta Umar menyampaikan
bahwa terminasi Khalid untuk kebaikan
Khalid dan mengungkapkan bahwa Khalid
dalam pandangan Umar adalah orang yang
mulia dan dicintai.69 Dengan begitu, Khalid
bisa menahan amarah terhadap
terminasinya dan tidak memberontak
kepada Umar.70 Dengan penyampaian
alasan pemberhentian Khalid kepada Khalid
secara verbal bukan karena benci dan
disertai ungkapan dengan rasa kagum Umar
kepada Khalid, menunjukkan rasa hormat
Umar kepada Khalid selama proses
penyampaian terminasi kepada Khalid.
Dengan demikian Khalid merasa dihormati.
“Kapan” waktu yang tepat untuk
menyampaikan pesan terminasi tersebut,
dimana situasi yang bisa diterima dan
momen yang tepat dalam pencapaian tujuan
organisasi, adanya momen kesalahan Khalid
66. Argoun, Khalid Bin Walid, 488. 67. Finnie, dkk, Good Endings, 16. 68. Hakim, “Khalid bin Walid Panglima Yang Tak Terkalahkan”, 578 69. Haekal, Umar bin Khattab, 319-320. 70. Ibid.
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 367
oleh Umar dalam pemberian hadiah,
kuatnya serta kedudukan Umat Islam
terhadap Persia dan Romawi.71
Diperkuatnya momen tumbuhnya potensi
fitnah terhadap Khalid dan meningkatnya
rasa kagum umat Islam terhadap
kepemimpinan Khalid sebagai SDM perang,
Jika Khalid masih menjadi SDM, berpotensi
menggeser akidah umat Islam yaitu tiada
kemenangan tanpa Khalid. Padahal Umar
berpendapat bahwa kemenangan dari Allah,
dan siapapun yang memperjuangkannya,
bukan hanya karena ada Khalid semata.
Umar ingin menyelamatkan akidah umat
Islam. Maka terminasi Khalid dari dinas
kemiliteran total disampaikan.
“Dimana” tempat penyampaian pesan/hasil
keputusan terminasi tersebut, bisa ditempat
netral atau tempat yang mendukung
penyampaian pesan/hasil keputusan,72
terminasi Khalid secara total dari dinas
kemiliteran disampaikan di Medinah, yang
dianggap tempat yang netral ataupun tidak
memiliki potensi untuk terjadi gejolak ketika
info pemberitahuan diberikan kepada
Khalid, ataupun terdapat gejolak tetapi jauh
dari bekas pasukannya di Qanssirin,
sehingga potensi masih bisa diredam dan
faktanya Khalid menerima dengan lapang
dada terminasi dirinya ketika info
pemberhetian dirinya disampaikan di
Madinah, bahkan tidak mau diajak untuk
melakukan pemberontakan kepada Umar
atas terminasi dirinya.
“Mengapa” pekerja tersebut diterminasi,
yaitu berupa alasan yang terbaik bagi
Khalifah dan SDM itu sendiri dalam
pesan/hasil keputusan terminasi dirinya,73
71. Haekal, Umar bin Khattab, 229-313 72. Finnie, dkk, Good Endings, 16. 73. Ibid.
dalam terminasi Khalid, Umar
menyampaikan alasan mengapa Khalid
diterminasi, yaitu dikarenakan kesalahan
dalam pemborosan harta ghanimah yang
sudah didapatkan, dan tanpa berkonsultasi
kepada Umar mengenai penggunaan harta
ghanimah tersebut, padahal sudah ada
kebijakan bahwa setiap wali/SDM Umar
harus berkonsultasi dalam penggunaan
harta. Disatu sisi sesuai pendapat Haekal,74
ketakutan Umar bahwa banyak orang akan
terpesona terhadap Khalid dan hanya mau
berkorban untuk Khalid, bukan kepada Allah.
Secara tidak langsung Umar menampakkan
watak keras kepada Khalid, menunjukkan
benturan watak keras antara Khalid dengan
Umar dan perbedaan pandangan dalam
kehidupan pemerintahan, serta juga
memiliki kesetaraan kecerdasan dalam
strategi perang, sehingga berpotensi saling
berbenturan hebat dan terlihat dari kasus
sebelumnya dalam peristiwa Malik bin
Nuwairah, dan puncaknya pengelolaan
ghanimah oleh Khalid yang memiliki
pandangan berbeda, dan mengharuskan
salah satu mengalah demi kepentingan
strategi militer yang komperhensif serta
kemaslahatan umat.
“Bagaimana” pesan tersebut disampaikan,
yaitu dengan sikap dari Khalifah yang positif,
menenangkan, dan tegas agar situasi bisa
sesuai dengan harapan, dan ditunjukkan
pertimbangan dan perhatian, tetapi pastikan
finalitas pesan/hasil keputusan terminasi
tersebut jelas.75 Umar menyampaikan
terminasi di Madinah merupakan keputusan
yang final, dan menyampaikan bahwa
terminasi tersebut bukan dikarenakan nafsu
pribadi, tetapi dikarenakan atas rasa cinta
74. Haekal, Umar bin Khattab, 320. 75. Ibid.
Andi Susanto
368 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
serta menghormati Khalid, sehingga Khalid
yang awalnya menyalahkan Umar menjadi
tenang dan menerima terminasi atas
dirinya.76 Dengan demikian, Umar sebagai
Khalifah menyampaikan sendiri perihal
terminasi kepada Khalid, dengan
menunjukkan bahwa keputusan ini sudah
final Khalid tidak diangkat dalam jabatan
apapun yang menandakan diberhentikan
total dari dinas kemiliteran, dan
menunjukkan sikap positif bahwa apa yang
dilakukan didasari rasa cinta serta
menghormati Khalid.
Kesimpulan Dalam proses terminasi Khalid bin Walid,
Umar bin Khattab melakukan manajemen
terminasi dengan: (1) Tahapan sebelum
terminasi. Mengembangkan pedoman
khusus tentang melakukan temu duga/tanya
jawab pemutusan hubungan kerja terhadap
Khalid bin Walid yang dituliskan dalam surat
yang ditujukan kepada Abu Ubaidah dan
pendasaran menterminasi Khalid tidak lepas
dari kriteria yang sudah dibuat oleh Umar
ketika menjabat sebagai Khalifah mengenai
standar wali kota, yaitu keuangan tiap wali
kota bahwa mereka tidak diperbolehkan
untuk memberikan apapun kepada orang
lain kecuali atas izin Umar sebagai Khalifah,
sehingga menjadi pendasaran dalam
terminasi Khalid ketika Khalid melanggar
ketetapan keuangan dengan memberikan
hadiah uang kepada Asy’as bin Qais.
(2) Tahapan saat terminasi. Umar melakukan
terminasi mempertimbangkan: (a)
Penyampai terminasi adalah Khalifah Umar
sendiri dikarenakan kedudukan Khalifah
yang dihormati; (b) Hal yang disampaikan
76. Ibid., 319-320.
adalah keputusan terminasi atas Khalid dan
penyebab diterminasinya Khalid karena
tidak sesuai dengan kebijakan Khalifah; (c)
Momen yang tepat dalam melakukan
terminasi ketika Khalid melakukan kesalahan
dalam perihal keuangan yang tergesa-gesa
dan sudah kuatnya kedudukan Islam di Syam
dan Persia sudah kuat; (d) Tempat yang
netral yang bisa meredam gejolak dari
terminasi yaitu di Madinah sebagai tempat
yang netral dimana tempat yang tidak
dominan pendukung dari Khalid; (e) Alasan
yang logis dan bisa diterima dalam
terminasi, yaitu kesalahan dalam
pemborosan harta ghanimah dan
bertentangan dengan ketetapan
penggunaan keuangan hasil ghanimah; (d)
Pesan terminasi disampaikan dengan baik,
yaitu Umar mampu menenangkan Khalid
sebagai pihak yang terterminasi dan Khalid
menerima secara final terminasi atas dirinya
dengan menujukkan sikap positif terhadap
Umar.
Adanya pembahasan ini, bisa menjadi
hikmah bagi organisasi dakwah khususnya
manajer sumber daya manusia, melakukan
manajemen terminasi bisa berjalan dengan
baik, yaitu setelah keputusan terminasi
terhadap SDM sudah diambil, maka
dilakukan manajemen terminasi mulai dari
tahapan sebelum terminasi dengan:
tahapan saat terminasi dilakukan organisasi
dakwah khususnya manajer sumber daya
manusia adalah standar dalam
mengkomunikasikan terminasi tersebut bisa
direncanakan terlebih dahulu, agar
terminasi tersebut bisa memenuhi kelogisan
diterima oleh SDM yang di terminasi,
sensitifitas tidak terlalu tinggi sehingga SDM
bisa menerima dengan lapang dada, singkat
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 369
dalam penyampaian sehingga SDM
memahami inti terminasi kepada dirinya,
manusiawi dalam proses penyampaian
sehingga SDM merasa di hormati dengan
jasa-jasanya selama ini, dan final bagi
pekerja tersebut sehingga SDM memiliki
kejelasan mengenai nasibnya di organisasi
dan bisa move on. Merencanakan
penyampaian terminasi mulai dari siapa,
apa, kapan, dimana, mengapa dan
bagaimana.
Sehingga, dengan melakukan tahapan
terminasi, maka tujuan terminasi dan tidak
menyebabkan gejolak yang berlarut-larut
yang menyebabkan kerugian tenaga, waktu,
pikiran dan materi, dan terhambatnya
pencapaian tujuan organisasi.
Bibliografi Ahmad Zaini, “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Menurut Peraturan Perundangan-
undangan Ketenagakerjaan”, Al-Ahkam vol. 13, no. 1 (Juni 2017): 76-110. doi:
http://dx.doi.org/10.37035/ajh.v13i1.1753.
Al-Bukharyal-Ja’fi, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. al-Jami al-Shahih al-Muhtashar, Jilid I.
Beirut: Dar ibn Katsir, 1987/1407.
Alfa, Mawey Z. Sri Murni, Ferdy Roring, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemutusan
Hubungan Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Rayon Manado Utara”, Jurnal EMBA vol.
4, no. 1 (Maret 2016): 261-271. doi: https://doi.org/10.35794/emba.v4i1.11594
Almasri, M. Nazari. ”Manajemen Sumber Daya Manusia: Implimentasi Dalam Pendidikan Islam”.
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan vol. 19, no. 2 (Jul-Des 2016): 133-150.
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/view/2547
Anis, Muh. “Perkembangan Politik Masa Al-Khulafa Al-Rasyidun (Abu Bakar as-Siddiq, Umar Bin
Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib)”. Al Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan
vol. 8, no. 1 (2016): 52-72. doi: https://doi.org/10.47435/al-qalam.v8i1.204
Argoun, Shadiq Ibrahim. Khalid Bin Walid Sang Legenda Militer Islam. Tinta Medina: Solo, 2015.
Ash-Shalaby, Ali Muhammad, Biografi Umar bin Khattab. Jakarta: Yayasan Ash-Shilah, 2014.
Athamina, Khalil. The Appointment and Dismissal of Khalid B. Al Walid Form the Supreme
Command A Study of The Political Strategy of The Early Muslim Caliphs in Syria, Arabica
E.J Brill Leiden Tome XLI (1994): 253-272. doi: https://doi.org/10.1163/157005894X00191
Basyar, M. Hamdan Basyar. “Etika Perang Dalam Islam dan Teori Just War”. Jurnal Penelitian
Politik vol. 17, no. 1 (2020): 17-30.
http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/854/554
Brata, Yat Rospia. Rina Dwi Gustina. “Peranan Abu Ubaidah Bin Jarrah Dalam Perang Yarmuk
Tahun 636 M”. Jurnal Artefak vol. 2, no. 1 (2019): 45-58.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak/article/view/303
Buwana, Sudibyo Aji Narendra, Mario Septian Adi Putra. “Implimentasi Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) Terhadap Pekerja Status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pada PT X
Kota Malang”. Jurnal Studi Manajemen vol. 9, no. 2 (Okt 2015): 202-214. https://eco-
entrepreneur.trunojoyo.ac.id/kompetensi/article/view/1628
Andi Susanto
370 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
Dwiyanto, Herly. “Manajemen Sumber Daya Manusia Madani di Universitas Negeri”. Jurnal Prodi
Manajemen Pertahanan vol. 3, no. 2 (2017): 61-72.
http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MP/article/view/178
Fathammubina, Rohendra. Rani Apriani. “Perlindungan Hukum Terhadap Pemutusan Hubungan
Kerja Sepihak bagi Pekerja”. Jurnal Ilmiah Hukum De’Jure: Kajian Ilmiah Hukum vol. 3, no.
1 (Mei 2018): 108-130. doi: https://doi.org/10.35706/dejure.v3i1.1889
Finnie JR, Robert A. Paul B.Sniffin. Good Endings: Managing Employee Terminations.
Washington: College and University Personnel Associations, 1984.
Fitmawati. “Manajemen Baitul Mal Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab R.A: Sebuah Tinjauan
Sejarah”. Jurnal Ilmiah Syi’ar: Kajian Dakwah Dan Wacana Islam vol. 19, no. 1 (2019): 1-
29. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/syiar/article/view/2262
Gufron, Uup. “Etika Birokrasi Al-Ghazali”. Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman vol. 4, no 2
(Des 2017): 221-246.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/1208
Haekal, Muhammad Husain.Umar bin Khattab, penerjemah: Ali Audah. Jakarta: PT Pustaka Litera
antarNusa, 2013.
Hakim, Manshur Abdul. Khalid bin Walid Panglima yang Tak Terkalahkan. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2014.
Harmonika, Sri. “Hadist-hadits tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)”. Jurnal At-
Tadair Prodi MPI STAI Darul Kalam vol. 1, no. 1 (2017):1-14.
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/atTadbir/article/view/2990
Husaini. Happy Fitria. “Manajemen Kepemimpinan Pada Lembaga Pendidikan Islam”. Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan vol. 4, no. 1, (Januari-Juni 2019):
43-54. doi: http://dx.doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2474
Huzair Zainal, “Kisruh Lebaran Lebih Awal, Imam Masjid Dipecat”, Okenews.com, 2 September
2011, diakses pada 9 November 2020,
https://news.okezone.com/read/2011/09/02/340/498279/kisruh-lebaran-lebih-awal-
imam-masjid-dipecat
Ilyas, Rahmat. “Manusia sebagai Khalifah dalam perfektif Islam”. Mawa`izh vol. 1, no. 7 (Juni
2016): 169-195. doi: https://doi.org/10.32923/maw.v7i1.610
Intan, Salmah. “Kekhalifaan Umar Ibn Khattab (13-23 H/ 634-644 M)”. Rihlah: Jurnal Sejarah dan
Kebudayaan vol. 5, no. 2 (2017): 137-151. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/4167
Junaidy, Abdul Basith. “Perang yang benar dalam Islam”. Al-Daulah: Jurnal Hukum dan
Perundangan Islam vol. 8, no. 2 (Oktober 2018): 486-512. doi:
https://doi.org/10.15642/ad.2018.8.2.486-512
Maringka, Inggrit Natalia. Lotje Kawet, Irvan Trang,“Hubungan Lingkungan kerja dan kompensasi
terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank SULUTGO Cabang Utama Manado”. Jurnal EMBA
vol. 5, No. 2 (Juni 2017):2251-2259. doi: https://doi.org/10.35794/emba.v5i2.16653
Miranti, Agni. Yuana Tri Utomo, dan Wijiharta. “Peran Umar Bin Khattab dalam Manajemen
Konflik”. AT-TAUZI’: Jurnal Ekonomi Islam vol. 16, no. 1 (2017), 95 – 109.
http://jurnalhamfara.ac.id/index.php/attauzi/article/view/28
Manajemen Terminasi Umar bin Khattab Dalam Kasus Pemberhentian Khalid bin Walid
Volume 02 - No.02 Januari 2021 371
Muslim, Muh. “Dilema Pemutusan Hubungan Kerja Bagi Karyawan”. ESENSI: Jurnal Manajemen
Bisnis vol. 18, no. 3 (2015): 100-110. https://ibn.e-
journal.id/index.php/ESENSI/article/view/100
Nawawi, Ismail. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.
Nuroini, Indi. “Penerapan Perjanjian Bersama Dalam Pemutusan Hubungan Kerja”. Jurnal
Yudisial vol. 8, no. 3 (2015): 319-338. doi: http://dx.doi.org/10.29123/jy.v8i3.61
Prameswari, Karina. Emi Puasa Handayani. “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja Antara
Karyawan Dengan Perusahaan”. Mizan: Jurnal Ilmu Hukum vol. 8, no. 1 (Juni 2018): 99-
112. https://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/Mizan/article/view/923/734
Pratama, M. Al Qautsar. Budi Sujati. “Kepemimpinan dan Konsep Ketatanegaraan Umar Ibn Al-
Khattab”. JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam vol. 2, no. 1 (2018): 59-70. doi:
http://dx.doi.org/10.30829/j.v2i1.1496
Sonhaji. “Analisis Yuridis Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Kesalahan Berat Pekerja”.
Administrative Law & Governance Journal vol. 2, no.1 (Maret 2019): 60-78. doi:
https://doi.org/10.14710/alj.v2i1.60-78
Swasto, Bambang. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UB Press, 2011
Widayanti. “Tinjauan Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Berdasarkan Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”. Hukum dan Dinamika
Masyarakat vol. 15, no. 2 (April 2018): 168-176. doi:
http://dx.doi.org/10.36356/hdm.v15i2.686
Winarti. Endah. “Perencanaan Manajemen Sumber Daya Manusia Lembaga Pendidikan”. Jurnal
Tarbiyatuna vol. 3, no. 1 (2018): 1-26.
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tarbiyatuna/article/download/34
34/2577/
Andi Susanto
372 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah
top related