manajemen pelatihan pendidikan dasar ulama (pdu...
Post on 30-May-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PELATIHAN PENDIDIKAN DASAR ULAMA (PDU-MUI)
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT DALAM MENCIPTAKAN
ULAMA MUDA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh :
Sumiyati
NIM : 108053000023
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILAMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
JAKARTA
2013 M/ 1434 H
V
i
Sumiyati
108053000023
Manajemen Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi
Jakarta Barat dalam Menciptakan Ulama Muda.
ABSTRAK
Islam saat ini sedang dihadapi oleh masalah umat yang begitu kompleks,
maka peran seorang ulama sangat dibutuhkan dalam hal ini. Akan tetapi figur
seorang ulama yang bagai manakah yang dapat mengatasi hal ini! MUI sebagai
organisasi Islam yang merupakan wadah berkumpulknya ulama cukup memberi
perhatian dalam hal ini. Terbukti dengan membentuk program pelatihan
Pendidikan Dasar Ulama (MUI) yang dilakukan oleh MUI Provinsi DKI Jakarta.
Program ini cukup penting bagi kegiatan dakwah yang berlangsung di Jakarta,
terutama bila dilihat dari kondisi masyarakat Ibu Kota Jakarta. Di mana program
ini bertujuan untuk menciptakan generasi ulama muda.
Bila dilihat dari pentingnya pelatihan ini, maka manajemen merupakan hal
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itulah, maka dalam
penelitian ini penulis ingin mengetahui penerapan fungsi manajemen yang
dilakukan PDU dalam menciptaklan ulama serta untuk mengetahui keterkaitan
antara unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang lainnyda dalam
menciptakan ulama muda.
Metodelogi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan dengan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. dalam
pengumpulan data, teknik yang penulis gunakan adalah dokumentasi, observasi,
dan wawancara.
Program pelatihan ini merupakan program yang melatih generasi muda
yang berminat dan memiliki pengetahuan keagamaan, untuk kemudian di latih
sebagai penerus ulama yang ada sekarang, dengan tidak dikenakan biaya sama
sekali. Pada program ini para peserta di berikan pengetahuan keagamaan yang
meliputi pengetahuan Al-Qur’an, Hadits, sejarah, Fiqih, dan ilmu-ilmu lain yang
akan mendukung dari tujuan yang diharapakan pihak penyelenggara. Pelatihan ini
lebih menekankan metode kuliah. Di mana peserta pelatihan ini dikenal dengan
mahasiswa sedangkan pelatihnya dikenal dengan dosen. Karena pelatihan ini
memakai metode kuliah, maka mahasiswanya lebih banyak berada di ruang kelas.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohman Nirrohim
Terukur rasa syukur kupersembahkan kepada Allah AWT, karena telah
melimpahkanrezeki dan nikmat yang berlimpah ruang kepada penulis. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta para
keluarga, sahabat, sera orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman,
karena beliaulah yang senantiasa menjadi suri auladan bagi umatnya agar menjadi
insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Tidak lupa penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin, tanpa bantuan dan
dukungan tersebut sulit rasannya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebasar-besarnya kepada :
1. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Pembantu Dekan bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, bapakDrs. H. Mahmud
Jalal, MA, dan bapak Drs. Study Rizal LK, MA
3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah dan bapak H. Mulkanasir, BA. Spd. MM selaku Sekertaris Jurusan
Manajemen Dakwah, karena telah mengizinkan penulis untuk menggunakan
iii
judul ini serat telah banyak memberikan banyak nasihat dan saran kepada
penulis.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi ini, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah begitu
bannya memberikan begitu banyak wawasan ilmu pengetahuan yang sangat
berharga.
6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang
tercinta, Ayahanda H. Muhammad dan Ibunda Asiyah serta semua keluarga.
Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka berdua kiranya merupakan
dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat
ini.
7. Seluruh staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan meminjamkan koleksi buku-
bukunya sebagai bahan referensi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh staff Badan Pelaksana PDU (M. Naufal Al-Haq. SPd.i) yang telah
banyak membantu penulis dan telah memberi ijin kepada penulis untuk
melakukan pebelitian serta terimakasih atas masukan yang berarti bagi penulis.
9. Sahabat-sahabatku Eni Yurtianah, Nur Hikmah, dan Astrianih yang selalu
menemani suka duka selama menempuh mendidikan di UIN ini.
10. Teman-temanku jurusan MD (A dan B) yang selama ini telah bersama-sama
menempuh pendidikan selama hampir 4 tahun (kenangan itu akan selalu ada).
iv
Akhirnya penulis do’akan semoga segala bantuan mereka menjadi amal
shaleh yang akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SAW dan
mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca yang baik. Aamiin.
Jakarta, 28 Oktober 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. v
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
E. Metodelogi Penelitian ......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9
Bab II. Landasan Teoritis
A. Manajemen Pelatihan
1. Pengertian Manajemen Pelatihan ............................................ 11
2. Unsur-unsur Manajemen Pelatihan ......................................... 14
3. Langakah-langkah Manajemen Pelatihan ................................ 23
B. Pendidikan Dasar Ulama (PDU)
1. Pendidikan ................................................................................. 26
2. Ulama ......................................................................................... 30
3. Gambaran Umum Pendidikan Dasar Ulama (PDU).................... 34
Bab III. Gambaran Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI)
vi
A. Sejarah Singkat Majlis Ulama Indonesia (MUI) .............................. 45
B. Visi – Misi Majlis Ulama Indonesia (MUI) ..................................... 48
C. Peran Majlis Ulama Indonesia .......................................................... 49
D. Susunan Pengurus Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi
Jakarta Barat ...................................................................................... 52
Bab IV. Temuan Lapangan dan Analisisa Manajemen Pelatiahan Pendidikan
Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat dalam
Menciptakan Ulama Muda
A. Temuan Lapangan dan Analisa Penerapan Fungsi Manajemen
Terhadap pelakanaan Program Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama
(PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan
Ulama Muda ..................................................................................... 54
1. Perencanaan (Planning) ............................................................. 55
2. Pengorganisasian (Organizing) ................................................ 60
3. Penggerakan (Actuatung) ........................................................ 65
4. Pengawasan (Controlling) ....................................................... 73
B. Temuan Lapangan dan Analisis Unsur Manajemen Pelatihan yang
Memiliki Keterkaitan dalam Proses Pendidikan Dasar Ulama
(PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan
Ulama Muda ................................................................................... 79
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan ....................................................................................... 82
B. Saran ................................................................................................. 83
vii
Daftar Pustaka
Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang sempurna, karena di dalam Islam
memuat berbagai macam persoalan kehidupan yang dialami manusia. Islam
juga memberi petunjuk bagi kehidupan manusia dan semua persoalan yang
dialami oleh manusia, karena Islam adalah agama yang berdasarkan ilmu, baik
ilmu yang berkaitan dengan dunia maupun ilmu yang berkaitan dengan akhirat,
di mana ilmu itu sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Bahkan pada wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW, sangat jelas menggambarkan bahwa Islam merupakan
agama ilmu, yang senan tiasa belajar dan membaca. Wahyu tersebut adalah
suarat Al-Alaq ayat 1-5, yaitu:
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
1
2
Selain tercermin dari ayat tersebut, bukti kalau Islam merupakan agama
Ilmu juga terlihat pada sikap Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada era-
Madinah yang merupakan proses awal berdirinya kelembagaan pendidikan
Masjid, terutama setelah Rasulullah mendirikan Masjid Quba.1
Dari kenyataan di atas semakin menegaskan bahwa Islam sangat
menaruh perhatian terhadap Ilmu. Oleh karena itulah sebagai penerus agama
Islam kita dituntut untuk terus belajar, baik untuk mempelajari ilmu
pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum yang saat ini lebih
didominasi oleh bangsa Barat.
Bila dilihat dari sisi agama Islam, kita sebagai umat Islam mengemban
tugas sebagai penyampai risalah Rasulullah SAW kepada generasi berikutnya
dan tidak mungkin kita menyampaikan risallah Rasulullah tanpa bekal ilmu.
Terlebih lagi bila dilihat dari tantangan yang harus dihadapi, terutama
bagi mereka yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta. Di mana menurut
informasi yang diperolah dari berbagai mass media dapat diketahui bahwa
masyarakat Jakarta saat ini dihadapkan pada berbagai masalah yang cukup
berat, seperti : adanya konflik sosial antara suku dan kelompok, tawuran antara
pelajar, penjarahan, pembunuhan, penggunaan obat-obat terlarang (Narkotika),
1 Samsul Nizar, sejarah dan pergolakan pemikiran pendidikan Islam, (Jakarta:Quantum
Teaching, 2005), h. 13.
3
pelanggaran tata tertib lalu lintas serta berbagai pelanggaran hak-hak asasi
manusia lainnya.2
Walupun dalam agama Islam setiap umatnya dianjurkan untuk
menyampaikan ilmu (risalah Rasulullah), akan tetapi ada orang-orang yang
lebih khusus dan fokus dalam menyampaikan risalah ini yang dikenal dengan
Ulama, Ustad atau Kiyai.
Bila dilihat dari kondisi yang terjadi tersebut, untuk menghasilkan
pendidikan (penyampaian ilmu) yang baik khususnya yang berkaitan dengan
agama Islam, maka dibutuhkan strategi pembinaan kualitas bagi para calon
penyampai agama Allah SWT (ulama muda) atau pun bagi ulama yang sudah
terbilang berpengalaman. Di mana pembinaan ini berfungsi sebagai bekal
dalam menyampaikan ilmu (risalah Rasulullah), pembinaan ini bisa melalui 2
jalur pendidikan. Pertama, melalui jalur pendidikan formal. Di mana mereka
harus diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikan pada perguruan tinggi
yang secara khusus mencetak para mubaligh/ulama. Kedua, melalui jalur
pelatihan secara terperogram sebagaimana yang dilakukan oleh Koordinator
Da’wah Islam (KODI) DKI Jakarta selama ini.3
Strategi ini pulalah yang dilakukan oleh MUI sebagai organisasi Islam
yang berada di Indonesia. Strategi yang dilakukan MUI adalah dengan
membentuk sebuah program pelatihan bagi calon-calon ulama yang dianggap
layak untuk mengikuti program pelatihan ini dengan memenuhi syarat-syarat
2 Abuddin Nata, manajemen pendidikan, (Jakarta : PRENADA MEDIA, 2003), h. 148.
3 Ibid., h. 156.
4
yang telah ditetapkan. Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan
ulama muda yang berkualitas. Salah satu syarat untuk mengikuti pelatihan ini
ialah : calon peserta harus berijazah minimal madrasah Aliyah/sederajat dan
bermukim di Jakarta. Program pelatihan ini dikenal dengan PDU (Pendidikan
Dasar Ulama) yang dibentuk oleh MUI khususnya MUI Propinsi DKI Jakarta.
Program pelatihan PDU ini mempelajari materi-materi ke Islaman
ditambah dengan praktek, yang meliputi : pelatihan berpidato atau ceramah,
pelatihan pengurusan jenazah dan lain-lain.
Pelatihan ini diadakan oleh MUI Provinsi DKI Jakarta yang berada di
setiap Kota Administrasi, yaitu : Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan,
Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Jika dilihat dari nama program pelatihan ini,
maka tenaga pelatih yang direkrut dalam program ini merupakan pelatih yang
terbilang kompeten khususnya dibidang pengetahuan agama Islam.
Pelatihan ini merupakan program MUI yang kedudukannya sudah tidak
diragukan lagi khususnya bagi bangsa Indonesia, akan tetapi bukan berarti
dalam pelaksannya program pelatihan ini tidak memiliki kekurangan. Hal ini,
dapat dilihat pada pelaksanaan manajemen yang dilakukan PDU ini yang
meliputi: 1) Sosialisasi yang dilakukan masih dirasa kurang, karena pada
kenyataannya kegiatan ini hanya diketahui oleh segelintir orang saja yang
mengakibatkan respon masyarakat yang timbul pun sedikit, 2) Kurang tegasnya
pelaturan yang diberlakukan, sehingga berkurang pula tingkat kedisiplinan
peserta dalam mengkuti pelatihan ini, 3) dari segi materi yang diterapkan pun
5
masih dirasa kurang, di mana materi yang disampaikan hanya seputar agama
saja tanpa ada materi pendukung seperti teknologi.
Dari masalah-masalah yang dihadapi tersebut maka diperlukan sebuah
manajemen yang baik. Terutama bila dilihat dari pentingnya pelatihan ini bagi
dunia Islam agar benar-benar dapat menciptakan Ulama-ulama yang
berkualitas, Karena tanpa adanya manajemen yang baik maka pelatihan ini
kemungkinan tidak berarti apa-apa.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti lebih gamblang mengenai manajemen pelatihan
Pendidikan Dasar Ulama yang kemudian penulis beri judul “Manajemen
Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi
Jakarta Barat dalam Menciptakan Ulama Muda”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Memperhatikan luasnya masalah yang diuraikan maka penulis
pemfokuskan dan membatasi pada masalah manajemen, yaitu POAC yang
dilakukan pada program ini, serta untuk mengetahui keterkaitan antara unsur
manajemen pelatihan yang satu dengan yang lain dalam menciptakan ulama
muda yang selama ini berlangsung dalam proses pelaksanaan program PDU.
Untuk lebih membatasi masalah yang akan penulis lakukan, maka penulis
hannya melakukan penelitian pada angkatan ke lima.
6
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana penerapan fungsi manajemen (POAC) yang dilakukan oleh
PDU Kota Administrasi Jakarta Barat dalam menciptakan ulama
muda?
b. Apakah ada keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang satu
dengan yang lain dalam menciptakan ulama muda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitin
1. Tujuan penelitian
a. Mendeskripsikan praktek fungsi manajemen dalam aktivitas PDU Kota
Administrasi Jakarta Barat.
b. Mendeskripsikan pelatihan apa saja yang dilakukan PDU Kota
Administrasi Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda.
c. Untuk mengetahui keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang
satu dengan yang lain dalam menciptakan ulama muda
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sumbangan
sebagai bahan untuk memperkaya khasanah keilmuan.
b. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perbaikan
berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini.
D. Tinjauan Pustaka
1. Mamanajemen Pelatihan Dakwah pada Pondok Pesantren AL-Hikmah
Curug Tangerang. Penulis Susilawati thn 2007. Skripsi ini membahas
7
mengenai manajemen yang dilakukan pada pondok pesantren AL-Hikmah,
di mana manajemen yang dibahas pada skripsi ini mengenai fungsi
manajemen ( POAC) dan faktor pendukung serta penghambat yang dialami
oleh pondok pesantren ini.
2. Implementasi Unsur-Unsur dan Fungsi Manajemen pada Pondok Pesantren
AL-Hamidia Sawangan Depok penulis Muhammad Ridwan thn 2009.
Skripsi ini membahas tentang unsur-unsur manajemen yang terdiri dari 6M
yaitu : man (manusia), money (uang), matrial (Bahan), machines (mesin),
methods (metode), dan market (pasar). Serta rungsi-fungsi manajemen
yang terdiri dari : POAC (planning), organizing, actuating, controlling.
Yang diterapkan oleh pondok pesantren AL-Hamidia Sawangan Depok
dalam kegiatannya.
3. Aktivitas Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Jakarta Barat dalam
Memdidik Ulama. Penulis Slamet Khumaedi (KPI ). Skripsi ini membahas
mengenai aktivitas PDU dalam mendidik calon ulama, di mana penulis
membahas mengenai segala aktivitas yang dilakukan PDU yang meliputi:
kegiatan formal dan informal yang dilakukan oleh pengurus PDU. Serta out
put yang diharapkan.
E. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian lapangan (field Research) di mana peneliti langsung terjun
8
kelapangan (objek penelitian) untuk langsung mengamati. Dalam hal ini
mengenai manajemen pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota
Administrasi Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif : yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.4 Dalam
hal ini yang penulis teliti adalah manajemen pelatihan Pendidikan Dasar
Ulama (PDU-MUI) Kota Administras Jakarta Barat dalam menciptakan
ulama muda.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor MUI Jakarta Barat yang berada di
gedung Walikota Administrasi Jakarta Barat Jln. Raya Kembangan No. 2.
Sedangkan waktu penelitian berkisar antara bulan Mei-Oktober.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik dalam pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini, meliputi:
a. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang ada.
b. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung yang peneliti
lakuakan pada pelaksanaan manajemen PDU Jakarta Barat untuk
4 Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.2007), cet. Ke-33, h. 4.
9
memperoleh gambaran yang jelas mengenai manajemen yang dilakukan
oleh PDU ini.
c. Wawancara yang penulis lakukan secara langsung dengan pihak pelaksana
PDU.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh semua terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan
analisis data melalui pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, untuk
kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian,
kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini maka penulis akan
memberikan penjelasan dan gambaran kedalam beberapa bab, yaitu:
Bab I : Dalam bab I ini penulis menggambarkan beberapa hal yang meliputi :
latar belakang yang menjadi awal pemikiran dalam mengambil judul
skripsi ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis: dalam bab II ini penulis akan memaparkan teori
tentang manajemen pelatihan dan ruang lingkup Pendidikan Dasar
Ulama.
A. Bab III : Gambaran umum Majlis Ulama Indonesia (MUI): pada bab
III ini penulis akan memaparkan gambaran umum Majlis Ulama
Indonesia kedalam beberapa aspek yang terdiri dari : sekilas sejarah
10
berdirinya, visi – misi, peran MUI, da struktur kepengurusan Majlis
Ulama Indonesia Jakarta Barat..
Bab IV : Hasil penelitian: pada bab ini terdiri dari deskripsi data dan analisis
data mengenai fungsi manajemen terhadap program pelatihan yang
diterapkan Pendidikan Dasar Ulama dalam menciptakan ulama muda
dan keterkaitan unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang
lainnya dalam menciptakan ulama muda.
Bab V : Penutup: dalam bab V ini adalah akhir yang meliputi kesimpulan dan
saran bagi badan penyelenggara PDU Kota Administrasi Jakarta Barat.
Daftar Pustaka
Lampiran
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Pelatihan
1. Pengertian Manajemen Pelatihan
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau
at-tanzhim yang berarti suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.1
Sedangkan secara istilah banyak sekali pendapat para ahli yang
mengartikan istilah manajemen. Diantaranya sebagai berikut :
a. Menurut George R. Terry, manajemen adalah suatu proses yang
membeda-bedakan atas perencanaa, pengorganisasian, penggerakan
pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun
seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.2
1 M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, manajemen Dakwah, cet. 2, ( Jakarta : kencana prenada
Medi Group, 2009), h. 9.
2 Soewarno Handayaningrat, Pengantar study Ilmu Administrasi dan Managemen,
(Jakarta: Guning Agung), h. 20.
11
12
b. Menurut Robert Kreitner, manajemen adalah proses bekerja dengan dan
melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
lingkungan yang berubah.3
c. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan SDM dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.4
Sedangkan pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang
digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pakerjannya sekarang.5 Sedangkan dalam
sumber lain, mendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematik perubahan
perilaku para pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan
organisasional.6
Dari pengertian manajemen dan pelatihan di atas, dapat penulisa
kimpulkan bahwa : Manajemen pelatihan adalah suatu proses kerja yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pegawai dengan merubah prilaku
pegawai dalam satu arah untuk dapat meningkatkan pekerjannya yang
melibatkan sumberdaya manusia maupun sumber-sumber lain dengan proses
3 Zaini Muahtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, cet. 2, (Yogyakarta : Al-Amin
Press, 1996), h. 36.
4 Malayu S.P. Hasibuan, manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2001), h. 2.
5 Mutiara S. Pangabean, manajemen sumber daya manusia, cet. 2, (Bogor: Ghalia
Indonnesia, 2004), h. 41.
6 Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, manajemen sumber daya manusia (konsep, teori
dan pengembangan dalam konteks organisasi publik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 219.
13
kerja yang meliputi : perancanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan organisasional.
Dalam setiap manajemen memiliki fungsi yang harus dilalui agar proses
manajemen dapat berjalan dengan baik begitu pula dengan manajemen
pelatihan. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa fungsi manajemen
berdasarkan pendapat beberapa ahli, sebagai berikut :7
a. Menurut Dr. S.P Siagian, M.P.A fungsi-fungsi manajemen ada 5
macam yaitu : 1) Planning, 2) Organizing, 3) Motivating, 4)
Controlling, dan 5) Evaluating.
b. Menurut William Sringel, fungsi-fungsi manajemen ada 3, yaitu : 1)
Planning, 2) Organizing, dan 3) Controlling. William Sringel tidak
menggunakan istilah actuating atau aktivitas karena dianggap sudah
inklusif di dalam organizing. maksudnya organizing sudah mencakup
actuating, yaitu ketika sang manajer menggerakkan sumber daya
organisasi berarti ia telah melakukan kegiatan atau aktivitas organisasi.
c. Menurut Henri Fayol, fungsi-fungsi manajemen ada 5 yang disebut
dengan POC3, yaitu : 1) Planning, 2) Organizing, 3) Commanding, 4)
Cordinating, dan 5) Controlling.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa
paling tidak ada empat macam fungsi manajemen, yang lebih dikenal dengan
POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Di mana ke-4
7 Mufham Al-Amin, manajemen Pengawasan : Refreksi dan Kesaksian Seorang Auditor,
(Tanggrang, 2006), h. 39-40.
14
fungsi manajemen tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
George R. Terry seperti : 8
a. Perencanaan (Planning) : adalah suatu pemilihan yang berhubungan
dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-
asumsi yang berhubungn dengan waktu yang akan datang dalam
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan
dengan penuh keyakinan untuk tercapai hasil yang dikehendakinya.
b. Pengorganisasian (Organizing): menentukan, mengelompokkan dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai
tujuan dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai,
dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap
setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas tersebut.
c. Penggerakan (Actuating) : usaha agar semua anggota kelompok suka
melaksanakan tercapainnya tujuan dengan kesadarannya dan
berpedoman pada perencanaan dan usaha pengorganisasianya.
d. Pengawasan (Controlling) : proses penentuan yang harus diselesaikan
yaitu pelaksanaan dan penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan
tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan
rencana.
2. Unsur-Unsur Manajemen Pelatihan
Berdasarkan pendapat Drs. H. Ibrahim Lubis, unsur-unsur
manajemenada enam yang dapat pula dikatakan bahwa ke enam unsur ini
8 Soewarno Handayaningrat, Pengantar study Ilmu Administrasi dan Managemen, h. 25-
26.
15
merupakan gabungan dari unsur-unsur majemen yang di kemukakan oleh M.
Manulang dan George R. Terry. Keenam unsur tersebut meliputi : 1) Men
(orang), 2) Material (bahan), 3) Machines (mesin), 4) Methods (metode), 5)
Money (uang), dan 6) Markets (pasar)9.
Bila diaplikasikan dalam unsur-unsur manajemen pelatihan meliputi :
a. Men (pelatih)
Men adalah tenaga (orang) yang terlibat dalam sebuah kegiatan.
Dalam manajemen pelatihan, Men dapat diaplikasikan pada pelatih, karena
pelatih merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan ini. Di
mana Pelatih memegang peran yang cukup penting terhadap kelancaran dan
keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih pelatih yang
ahli, dan berkualifikasi profesional. Berikut ini beberapa syarat seorang
penatar atau pelatih yang baik, sebagai berikut :10
1) Teaching Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan
untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan
petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta. Ia harus
dapat memberikan semangat, membina dan mengembangkan agar
peserta mampu untuk bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan
kepercayaan pada dirinnya.
2) Communication Skills : Seorang pelatih harus mempunyai
kecakapan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan.
9 Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, cet. 3, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 110-111.
10 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Manusia, cet. 10, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2007), h. 74-75.
16
Jadi suarannya jelas, tulisannya baik, dan kata-katannya mudah
dipahami peserta.
3) Personality Authority : Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan
terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat dan kepribadiannya
disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.
4) Social Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam
bidang sosial agar terjamin kepercayaan dari para peserta. Ia harus
suka menolong, objektif, dan senang jika anak didiknya maju serta
dapat menghargai pendapat orang lain.
5) Technical Competent : Seorang pelatih harus berkemampuan teknis,
kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil keputusan.
Stabilitas Emosi : Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek
terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat
kebapakkan/keibuan, keterbukaan, tidak pendendam, serta mampu
memberikan penilaian yang objektif.
b. Material (Bahan Pelatihan)
Bahan pelatihan sebaiknya disiapkan secara tertulis agar mudah
dipelajari oleh para peserta. Penulisan bahan dapat ditulis dalam bentuk
buku paket yang berisi materi pelatihan dengan memperhatikan faktor-
faktor : tujuan pelatihan, tingkatan peserta pelatihan, harapan lembaga
penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan.11
11
Oemar Hamalik, manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan terpadu,( jakarta :
Bumi Aksara, 2007), cet 4, h. 36.
17
c. Machines
Machines adalah alat yang yang di pergunakan dalam produksi
ataupun kegiata, karena dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan maka alat
yang di pergunakan dalam kegiatan ini adalah : meja, kursi, papan tulis, dll.
d. Methods (Metode)
Metode manajemen pelatihan terbagi dua, yaitu berdasarkan bentuk
dan berdasarkan jenis metode yang di lakukan. Berdasarkan bentuk, metode
manajemen pelatihan meliputi :12
1) Belajar sambil bekerja (learning on the job).
2) Belajar melalui observasi (asisten yang diperbantukan).
3) Kuliah (lectures).
4) Pemecahan masalah (problem solving).
5) Bacan-bacan khusus yang direncanakan.
6) Kursus studi (studi course).
7) Konferensi dan seminar.
8) Pengajaran dengan mesin (teaching machine).Kepanitiaan
(committee).
9) Pertemuan-pertemuan khusus.
10) Rotasi jabatan.
11) Keanggotaan dalam asosiasi profesional, dll.
12
Ibid, h. 36-37.
18
Sedangkan metode manajemen pelatihan berdasarkan jenis metode
yang diberikan meliputi :
1) Metode On the job training (latihan sambil bekerja)
Hampir 90% pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan
diperoleh melalui motode on the job training. Prosedur motode ini
berupa informal, observasi sederhana, dan mudah serta praktis.
Pegawai mempelajari pekerjaannya dengan mengamati pekerja
yang lebih senior yang sedang bekerja, dan kemudian
mengobservasi prilakunya.13
Metode on the job training merupakan upaya melatih
karyawan untuk mempelajari suatu pekerjaan sambil
mengerjakannya di tempat kerja yang sesungguhnya. Oleh
karenannya, pelatih pada metode ini merupakan pegawai dalam
yang dianggap mempunyai kemampuan yang bidang tersebut.
Metode on the job training meliputi program magang, rotasi
pekerjaan, dan understudy atau coacing.14
a) Program Magang : Program magang menggabungkan
pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan dengan instruksi
yang didapatkan dari ruang kelas. Seorang karyawan baru
13
Anwar Prabu Mangkunegara, perencanaan dan pengembangan SUMBER DAYA
MANUSIA,( Bandung : PT Rafika Aditama, 2006), h. 62.
14 Ibid., h 45-46.
19
ditugaskan pada karyawan yang ada saat itu selama jangka
waktu yang ditentukan.
b) Rotasi Pekerjaan : metode ini mengharuskan karyawan
berpindah dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lain
dalam jangka waktu yang direncanakan.
c) Understudy atau Coaching : Understudy atau coaching yaitu
teknik pelatihan yang dilakukan dengan praktik langsung
dengan orang yang sudah berpengalaman atau atasan yang
dilatih.
2) Metode Off the job training
Metode ini merupakan metode pelatihan yang
dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat kerja. metode
off the job training meliputi :
a) Bimbingan berencana (programmed instruction) : Metode
bimbingan berencana terdiri dari serangkaian langkah yang
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Metode bimbingan berencana meliputi langkah-
langkah yang telah diatur terlebih dahulu melalui prosedur
yang berhubungan dengan penguasaan keterampilan khusus
atau pengetahuan umum. Bimbingan berencana dapat
dilakukan dengan menggunakan buku dan mesin petunjuk
pengajaran (teaching machine).
20
b) Metode konfrensi : Konfrensi merupakan suatu pertemuan
formal tempat terjadinnya diskusi atau konsultasi tentang
suatu yang penting. konfrensi menekankan adanya diskusi
kelompok kecil, materi pembelajaran yang terorganisasi dan
melibatkan peserta aktif.
c) Metode kuliah : Kuliah merupakan suatu ceramah yang
disampaikan secara lisan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Keuntungan metode kuliah adalah dapat digunakan untuk
kelompok besar sehingga biaya peserta menjadi rendah dan
dapat disajikan banyak bahan dalam waktu yang relatif
singkat. Sedangkan kelemahannya adalah, peserta lebih
bersikap pasif, komunikasi hanya satu arah, sehingga tidak
ada umpan balik dari peserta. Oleh karena itu, metode kuliah
harus dikombinasikan dengan metode-metode lainnya
seperti diskusi dan tanya jawab.
d) Studi kasus : Studi kasus adalah uraian tertulis atau lisan
tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu
tertentu yang nyata maupun secara hipotesis. Pada merode
studi kasus, peserta diminta untuk mengidentifikasi masalah-
masalah dan merekondasi pemecahan masalahnya.15
e) Vestibule training : Training ini dilakukan dalam suatu
ruangan khusus terpisah dari tempat kerja biasa dan
disediakan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan
15
Ibid., h. 64-65.
21
pada pekerjaan sebenarnya. Contohnya, seorang calon
astronot yang mensimulasikan kondisi penerbangan di
NASA.
f) Management games : Petatar dibagi dalam kelompok-
kelompok di mana masing-masing kelompok bersaing dalam
simulasi pasar. Contoh : masing-masing kelompok tersebut
ditugaskan mengambil keputusan yang tepat dan cepat
tentang harga pokok produksi, jumlah barang, dan harga
pemasaran.
g) Seminar : Metode seminar ini bertujuan untuk
mengembangkan keahlian dan kecakapan peserta untuk
menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif
mengenai pendapat orang lain (pembawa makalah). Peserta
dilatih agar dapat mempersepsi dan mengevaluasi serta
memberikan saran-saran, meneriman atau menolak pendapat
atau usul-usul orang lain.
h) Permainan peran (role playing) : Petatar memainkan peran
tertentu di mana diberikan suatu permasalahan dan
bagaimana seandainya petatar tersebut menangani
permasalahan yang ada. Teknik ini dapat digunakan untuk
mengubah sikap petatar. Seperti misalnya menjadi lebih
toleran terhadap perbedaan individual dan juga dapat
22
digunakan untuk mengembangkan keterampilan untuk
berhubungan dengan orang lain (antarpribadi).16
e. Money
Money adalah unsur yang penting dalam sebuah kegiatan, begitu
pula dengan manajemen pelatihan yang memerlukan anggaran yang
pastinya lumayan besar. Karena dengan adannya money aspek-aspek yang
dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan, seperti : tenaga pelatih, bahan, dan
alat-alat dapat terpenuhi sebagai syarat tercapainya tujuan yang diinginkan.
f. Market (Peserta)
Dalam aplikasi manajemen pelatihan market dapat di aplikasikan
pada peserta, karena peserta merupakan sasaran yang telah dirancang dalam
sebuah pelatihan. Sehingga dalam merancang sebuah program pelatihan
harus sesuai dengan market (peserta), dengan mempertimbangkan :17
1) Akademik : ialah jenjeng pendidikan dan keahlian.
2) Jabatan : apakah yang bersangkutan telah menempati pekerjaan
tertentu, akau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
3) Pengalaman kerja : ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam
pekerjaan.
4) Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
5) Pribadi : menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
16
Mutiara S. Pangabean, manajemen sumber daya manusia, h. 49.
17 Oemar Hamalik, manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan terpadu, h.35.
23
6) Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang diketahui
melalui tes seleksi.
3. Langkah-langkah Manajemen pelatihanan
Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahapan kegiatan
yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri, tahap-tahap
manajemen pelatihann terdiri atas : 18
a. Analisis Kebutuhan
Dalam menganalisis kebutuhan pelatihan maka perlu di perhatikan
tujuan dari analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi keterampilan perstasi kerja khusus yang
dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas.
2) Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program
persebut cocok untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan
keterampilan, begitu juga sikap dan motivasi seseorang.
3) Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan
objektif. Dalam tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan
kinerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bukan disebabkan
ketidak puasan terhadap kompensasi.
18
Ibid., h. 42-51.
24
b. Rancangan Instruksional
Dalam tahapan ini, isi dari yang sebenarnya dari pelatihan harus
disiapkan yang meliputi :
1) Kumpulkan sasaran instruksional, motode, media, latihan, dan
kegiatan. Organisasikanlah semua itu kedalam sebuah kurikulum
yang natinya akan dijadikan cetak biru untuk pengembangan
program.
2) Pastikanlah semua bahan, seperti naskah video dan buku kerja
peserta saling melengkapi dan ditulis secara jelas yang kemudian
dicocokkan langsung dengan sasaran belajar yang ditetapkan.
c. Validasi
Dalam tahap ini pelatihan diperkenalkan dan divalidasi sebelum
disajikan kepada peserta. Revisi akhir ini perlu dilakukan untuk menjamin
bahwa program ini dapat berhasil.
d. Implementasi
Pada tahapan implementasi pelatihan terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap awal yang mencakup : pengumpulan peserta, penyediaan
fasilitas dan logistik, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap
pelatihan), tahap kedua, yang mencakup : penyampaian materi pelatihan,
dan tahap ketiga, yang merupakan pelaksanaan test terhadap hasil
pelatihan.
25
e. Evaluasi
Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan
dengan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara. Donald
L. Kirkpatrick mengidentifikasi empat tingkatan di mana pelatihan dapat
dievaluasi, meliputi :19
1) Reaksi : Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan
dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner
kepada mereka.
2) Pembelajaran : Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi
dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah mempelajari
ide, konsep, teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan
secara umum digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan
dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah pelatihan untuk
membandingkan hasilnya.
3) Prilaku : Mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku berarti : (1)
mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui
wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, dan
(2) mengamati kinerja pada pekerjaan.
4) Hasil : Para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan
mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan
organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas,
19
Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Human Resource Managemen : Manajemen
Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Salemba Empat, 2006), h. 330-331.
26
waktu, penjualan, dan biaya secara relatif konkret, jenis evaluasi ini
dapat dilakukan dengan membandingkan data-data sebelum dan
setalah pelatihan.
B. Pendidikan Dasar Ulama (PDU)
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik
yang mendapat awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana
dijelaskan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah perbuaatan, (hal,
cara, dan sebagainya) mendidik.20
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membimbing keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai di
dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah
pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.21
Sedangkan secara istilah Ahmad D. Marimba mendefinisikan
pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pemilik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik terhadap
20
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Hakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 4.
21 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindi Persada, 2006), h.
1.
27
terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan pengertian ini,
Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu, (1)
usaha (kegiatan ) yang bersifat bimbingan, pimpinan, dan pertolongan
yang dilakukan secara sadar. (2) ada pendidik, pembimbing atau penolong,
3) ada yang didik atau si terdidik, 4) adanya dasar dan tujuan dalam
bimbingan tersebut, dan 5) dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang
dipergunakan.22
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah bimbingan yang dilakukan seseorang atau kelompok di mana hal
tersebut dilakukan secara sadar untuk mencapai tingkat hidup yang lebih
tinggi.
Sedangkan dalam konteks agama Islam, kata pendidikan mengacu
kepada tiga kata yaitu al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga
istilah tersebut yang populer digunakan dalam praktek pendidikan adalah
al-tarbiyah.23
Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa pendapat yang
dikemukan oleh beberapa ahli. Di mana para ahli pendidikan Islam ini telah
mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam, diantaranya
adalah :
22
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h. 9
23 Al-Rasyidin, dan Samsul Nizar, filsafat Pendidikan Islam : pendekatan historis, teoritis
dan praktis,( Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 25.
28
1) Al- Syaibaniy : Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.24
2) Muhammad Fadhil al-Jamaly : Mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak peserta
didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi
dan kehidupan yang mulia.25
3) Sedangkan dalam buku karangan Zakiah Darajat : Mendefinisikan
pendidikan Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar
nantinnya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah
diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran Islam itu
suatu pandangan hidup demi keselamatan hidup dunia dan akhirat
kelak.26
Berdasarkan pengertian beberapa ahli tersebut dapat di simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses bimbingan
yang secara sadar dari pengajar kepada si terdidik untuk mengubah tingkah
laku individu yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani
berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan mulia.
24
Ibid., h. 31.
25 Ibid., h. 31.
26 Slamet khumaedi, aktivitas pendidikan dasar ulama (PDU-MUI) jakarta barat dalam
mendidik ulama, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2009), h. 13.
29
Mengacu pada pembahasan yang penulis inginkan, bahwa
pendidikan di sini adalah pendidikan Islam yang nantinya bertujuan untuk
menjadikan seorang Ulama (ahli dalam agama Islam).
b. Dasar Pendidikan Islam
Bila dilihat dari aktifitas dalam proses memimbing kepribadian
muslim, maka dasar dari pendidikan Islam ini adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Penetapkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam
dikarenakan kebenaran yang didapat dalam kedua dasar tersebut dapat
diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau
pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al-Qur’an tidak ada keraguan
padanya, sebagai mana firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 2, yang
berbunyi:
Artinya : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa”.
Demikian pula dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua dari
pendidikan Islam. Secara umum, hadits dipahami sebagai segala sesuatu
30
yang didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
serta ketetapannya.27
c. Tujuan pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam terbagi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Menurut Ali Khalil Abu al-Aynain, mendefinisikan tujuan umum
pendidikan Islam adalah membentuk pribadi yang beribadah kepada Allah.
Sifat dari tujuan umum ini tetap, berlaku disepanjang tempat, waktu dan
keadaan. Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan
berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan keadaan
geografis, ekonomi, dan lain-lain yang ada di tempat itu. Tujuan khusus ini
dapat dirumuskan berdasarkan ijtihad para ahli ditempat itu.28
2. Ulama
a. Pengertian Ulama
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para mufasir salaf
mengenai Ulama, yaitu:29
1) Hasan Basri : Ulama adalah orang yang takut kepada Allah, suka
kepada setiap sesuatu yang disukai Allah, dan menolak segala
sesuatu yang dimurkai-Nya.
27
Al-Rasyidin, dan Samsul Nizar, filsafat Pendidikan Islam :pendekatan historis, teoritis
dan praktis, h. 34-35.
28 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h. 108.
29 Badruddin Hsubky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995), h. 45-46.
31
2) Sayyid Qutub : Ulama adalah orang yang senantiasa berfikir keritis
akan kitab Al-Qur’an (yang mendalam maknannya) sehingga
mereka akan ma’rifat secara hakiki kepada Allah. Mereka ma’rifat
karena memperhatikan tanda bukti ciptan-Nya. Mereka yang
merasakan kemaha besaran-Nya melalui segala ciptan-Nya.
3) Syekh Nawawi Al-Bantani : Ulama adalah orang-orang yang
menguasai segala hukum syara untuk menetapkan sahnya agama,
baik sahnya i’itikad maupun amal syariat lainnya
Dalam kitab suci Al-Qur’an kata ulama dinyatakan di dalam
potongan surat al-Fathir ayat 28, yang berbunyi:”
Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba
hamba-Nya, hanyalah ulama”.
Sedangkan dalam buku fikih kemenangan dan kejayaan ulama
adalah orang-orang yang Allah jadikan sebagai pilar manusia untuk
bersandar dalam urusan fikih, ilmu, dan masalah-masalah agama dan dunia.
Mereka adalah fikih-fikih Islam, di mana fatwa sanantiasa berada dilisan
32
mereka karena merekalah yang mengambil kesimpulan hukum dan sangat
peduli dalam menentukan kaidah-kaidah halal dan haram30
.
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
ulama adalah orang yang takut kepada Allah dengan senantiasa berfikir
keritis akan kibab Al-Qur’an serta orang yang menguasai segala hukum
syara untuk menetapkan sahnya agama, baik sahnya i’itikad maupun amal
syariat lainnya sehingga kepada ulamalah umat bersandar dalam urusan
fiqih dan masalah-masalah mengenai agama lainnya.
b. Macam-Macam Ulama
Menurut Imam Ghazali Ulama terdiri dari 2 macam, yaitu : ulama
dunia dan ulama akhirat. Dengan rinci ia mengemukakan tanda-tanda
ulama akhirat, adalah : 31
1) Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak
memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia.
2) Prilakunya sejalan dengan ucapannya, tidak menyuru orang untuk
berbuat kebaikan sebelum ia mengamalkannya.
3) Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senentiasa
mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya
kepada Allah SWT dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.
30
Ali Muhammad Ash-Shalabi, fikih Kemenangan dan Kejayaan : meretas jalan
kebangkitan umat Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 314.
31 Badruddin Hsubky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, h. 57-58.
33
4) Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan
menunaikan berbagai ibadah.
5) Menjauhi godaan penguasa jahat yang didasarkan berdasarkan
sabda Nabi Muhammad SAW yang artinnya “sejahat-jahatnya
ulama adalah yang mendatangai penguasa dan sebaik penguasa
adalah yang mendatangi ulama” (HR. Ibnu Majah).
6) Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
7) Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah SWT.
c. Keriteria Ulama
Dari tanda-tanda ulama akhirat yang dikemukakan oleh Imam
Ghozali dan pada pengertain-pengertain yang dikemukakan dapat terlihat
kriteria ideal seorang ulama, maka berikut ini akan penulis paparkan
beberapa kriteria ulama berdasarkan pengertian-pengertia ulama, yang
meliputi : 32
1) Menguasai ilmu agama Islam dan sanggup membimbing umat
dengan memberikan bekal ilmu-ilmu ke Islaman yang bersumber
dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas.
2) Ikahlas melaksanakan ajaran Islam.
3) Mampu menghidupkan sunnah Rasul dan mengembangkan Islam
secara kaffah.
32
Ibid., h. 47.
34
4) Berakhlak luhur, berfikir kritis, aktif menolong masyarakat,
melakukan perbuatan positif, bertangguang jawab, dan istiqomah.
5) Berjiwa besar, kuat mental dan fisik, tahan uji, hidup sederhana,
amanah, tawadhu’, kasih sayang terhadap sesama, dan tawakal
kepada Allah SWT.
6) Mengetahui dan peka terhadap situasi zaman serta mampu
menjawab setiap persoalan untuk kepentingan Islam dan umatnya.
7) Berwawasan luas dan dapat Menerima pendapat orang lain yang
tidak bertentangan dengan Islam.
d. Kewajiban Ulama
Berikut ini adalah kewajiban ulama yang perlu dikembangkan
secara berkesinambungan, sebagai berikut : 33
1) Menegakkan dakwah dan membentuk kader Ulama.
2) Mengkaji dan mengembangkan Islam.
3) Melindungi Islam dan Umatnya.
C. Gambaran umum Pendidikan Dasar Ulama (PDU)
Dari pengertian Pendidikan dan Ulama di atas dapat penulus simpulkan
bahwa, Pendidikan Dasar Ulama adalah suatu program pendidikan atau pelatihan
dasar (awal) yang mengajarkan para pesertannya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
33
Ibid., h. 66.
35
keulamaan, yang melatih untuk selalu takut dan taat kepada Allah dan senantiasa
untuk membimbing umat agar senantiasa sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
1. Sejarah Singkat Pendidikan Dasar Ulama
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, maka diperlukanlah sebuah wadah yang dapat mengayomi dan mewakili
umat Islam Indonesia dalam berbagai hal. Salah satu wadah Islam yang cukup
berperan dalam negara Indonesia adalah MUI (Majelis Ulama Indonesia),
organisasi ini berkedudukan di Ibukota Negara Repubrik Indonesia. Organisasi
ini merupakan organisasi yang dijadikan sebagai tempat berkumpulnya para
ulama, zuama, dan cendikiawan muslim khususnya dalam membicarakan dan
memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Organisasi yang terbentuk pada tanggal 17 Rajab 1375 H yang
bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 M ini merupakan suatu wadah yang
berfungsi :34
a. Sebagai wadah musyawarah para ulama, zuama, dan cendekiawan
muslim dalam mengayomi umat dan mengembangkan kehidupan yang
Islami.
b. Sebagai wadah silaturahmi para ulama, zuama, dan cendekiawan
muslim untuk mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam dan
menggalang ukhuwah Islamiyah.
34
Majelis Ulama Indonesia (MUI), pedoman penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama
Indonesia, Jakarta : MUI Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), 2007, h. 26.
36
c. Sebagai wadah yang mewakili umat Islam dalam hubungan dan
konsultasi antar umat beragama.
d. Sebagai pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik
diminta maupun tidak diminta.
Sebagai organisasi yang cukup penting bagi umat Islam Indonesia, MUI
sadar bahwa perlu dilakukan kaderrisasi bagi calon ulama yang nantinya akan
membimbing umat Islam dan meneruskan tujuan yang telah ditetapkan MUI,
terlebih lagi bila dilihat pada kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka
suku, bangsa, dan agama. Atas dasar itulah, maka pada tahun 1991 MUI
membuat program yang bertujuan untuk pelatihan para generasi muda Islam
yang berbakat dan berminat, khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan
agama Islam yang kemudian dilatih untuk menjadi ulama muda. Program
pelatihan yang dibentuk MUI ini diberi nama dengan PDU (Pendidikan
Dirasah Ulya) dan PKU (Pendidikan Kader Ulama) untuk jenjang selanjutnya.
Selain untuk mencari dan menciptakan kader ulama muda, sebenarnya
ada beberapa alasan yang mendasari terbentuknaya kedua program ini, yaitu :
pertama, PDU dan PKU terbentuk untuk mengatasi masalah kelangkaan ulama,
kedua : bila dilihat dari kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, di mana para
lulusan SMA/sederajat sukar untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi lagi. Padahal pendidikan merupakan hal yang cukup penting bagi
kelangsungan umat manusia, ketiga : untuk memfasilitasi generasi muda Islam,
baik pria maupun wanita yang berbakat dan berminat dalam ilmu-ilmu agama
37
Islam, sehingga untuk masuk kedalam program pelatihan yang didirikan MUI
ini tidak ada unsur paksaan.35
PDU (Pendidikan Dirasah Ulya) terbentuk pada tahun 2003. Program
pelatihan ini terbentuk berdasarkan amanat musyawarah Daerah Majlis Ulama
Indonesia (MUI) Propinsi DKI Jakarta. Pada Musyawarah yang berlangsung
pada tahun 1991 ini mengamanatkan agar Pendidikan Dirasah Ulya (PDU)
dihidupkan kembali sebagai upaya MUI dalam mengatasi kelangkaan ulama.
Hal ini dikarenakan pada tahun 1991 pernah sempat ada Pendidikan Dirasah
Ulya yang hanya berlangsung ditingkat Provinsi, akan tetapi dikarenakan suatu
hal maka Pendidikan Dirasah Ulya ini berubah menjadi PKU (Pendidikan
Kader Ulama) yang masih berlangsung hingga saat ini. Lulusan PKU inilah
yang nantinya dijadikan sebagai pendukung maupun pelaksana pada program
PDU.36
Karena hal tersebutlah maka pada tahun 2003 berdasarkan SK MUI
Propinsi DKI Jakarta nomor : 178/SK/MUI-DKI/IV/2003 MUI Propinsi DKI
Jakarta membuka kembali Pendidikan Dirasah Ulya (PDU) dilima wilayah
Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta, dengan pertimbangan : 37
a. PDU sebagai program pendidikan yang memberikan dasar-dasar
pengetahuan keulamaan.
35
Wawancara pribadi dengan Naufal Al-Haq S.Pd.I, Jakarta, 8 Juni 2012.
36 Ibid.
37 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU),
(Jakarta : MUI DKI Jakarta 2006), h. 1.
38
b. PDU sebagai jenjang pendidikan yang membekali kompetensi
keulamaan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu
Pendidikan Kader Ulama (PKU).
Atas dasar tersebut di atas, maka setiap lulusan PDU diharapkan untuk
dapat melanjutkan keprogram yang lebih tinggi lagi yaitu Pendidikan Kader
Ulama (PKU), PKU merupakan program pelatihan MUI Provinsi DKI Jakarta
dalam menciptakan ulama muda yang pelaksanaannya hanya ada ditingkat
Provinsi.
Pendidikan Dirasah Ulya merupakan sebuah program pelatihan yang
diselenggarakan oleh MUI tingkat Provinsi DKI Jakarta yang bekerja sama
dengan MUI tingkat Kota Administrasi yang berada di 5 wilayah Kota
Administrasi, yaitu : Kota Administrasi Jakarta Barat, Kota Administrasi
Jakarta Utara, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Administrasi Jakarta
Timur, dan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Pada tahun 2006 berdasarkan SK MUI nomor 015/SK/MUI-
DKI/XI/2006, penggunaan mana Pendidikan Dirasah Ulya, (PDU) diubah
menjadi Pendidikan Dasar Ulama (PDU), hal ini dikarenakan istilah
Pendidikan Dirasah Ulya di negara-negara Islam digunakan untuk pendidikan
Strata 2 (S2). Program palatihan PDU yang dalam bentuk pendidikan ini
diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum tersendiri yang disusun atas
dasar masukan Ulama, Dosen/pengajar PDU, pakar Pendidikan, Lingkungan
sekitar (aspirasi umat), perkembangan Iptek, dan kemampuan belajar peserta.
39
Kurikulum ini nantinya akan dievaluasi secara berkala setiap tiga tahun
sekali.38
Sistem pembelajaran yang digunakan lembaga pelatihan Pendidikan
Dasar Ulama ini menggunakan sistem SKS (Siatem Kredit Semester). SKS
merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan di mana keseluruhan beban
studi peserta, beban kerja tenaga pengajar, dan beban penyelenggaraan
pendidikan dihitung dalam suatu satuan yang disebut semester.39
Karena hal ini
dan beberapa hal lainlah, sering membuat salah persepsi terhadap peserta PDU,
di mana mereka menganggap bahwa PDU ini merupakan lembaga pendidikan
formal yang lulusannya setara dengan D2. Sementara bila dilihat dari hal-hal
yang terdapat pada lembaga atau instansi pendidikan formal, tidak dimiliki oleh
program pelatihan bentukan MUI Propinsi DKI Jakarta ini. Seperti : tidak
memiliki pengakuan dari instansi pendidikan (akreditasi), memiliki kurikulum
tersendiri, dll.
Program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama ini diselenggarakan selama
2 tahun dan dibagi kedalam 4 semester yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan
selama seminggu, di mana pertemuan ini terjadi pada hari Jum’at, Sabtu, dan
Minggu yang dilakukan pada pukul 13.30.
Hingga saat ini program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama telah
berdiri selama kurang lebih 9 tahun dan telah menghasilkan 4 angkatan. Pada
tiap angkatannya program pelatihan ini hanya menerima kurang lebih 50
38
Wawancara pribadi dengan, M. Naufal Al-Haq S.Pd.I.
39 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), h.
14-15.
40
peserta yang terdiri dari peserta pria dan peserta wanita, dengan sayarat telah
menempuh pendidikan MA/sederajat, memiliki wawasan keagamaan yang
memadai, lulus tes seleksi masuk yang telah ditentukan oleh Badan Pelaksana
pelatihan Pendidikan Dasar Ulama, dll. Dari 50 peserta yang diterima, 40
peserta tersebut merupakan peserta tetap dan 10 peserta lainnya merupakan
peserta cadangan.
Untuk mengikuti program ini setiap calon peserta harus memenuhi
kriteria yang telah di tetapkan oleh Badan Penyelengara PDU, yang meliputi :
a. Penduduk Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya dan berusia antara
18-30 tahun.
b. Berijazah Madrasah Aliyah/sederajat (minimal).
c. Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
d. Memiliki wawasan keagamaan Islam yang memadai.
e. Mendaftar dan lulus seleksi masuk
f. Diutamakan aktivis keagamaan dilingkungannya.
2. Visi-Misi danTujuan Pendidikan Dasar Ulama
a. Visi-Misi Pendidikan Dasar Ulama
Visi-Misi merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah
organisasi, karena Visi-Misi merupakan gambaran dari sebuah organisasi,
karena tanpa Visi-Misi, sebuah organisasi akan tidak memiliki dasar tujuan
jangka panjang yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivitas
kesehariannya. Pendidikan Dasar Ulama merupakan sebuah program
pelatihan yang dibentuk oleh MUI, sehingga dalam Visi-Misinya,
41
Pendidikan Dasar Ulama ini mengacu pada Visi-Misi MUI, yang meliputi :
40
Visi : Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah
SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju
masyarakat berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya
kejayaan Islam dan kaum Muslimin (izzul Islam wal-muslimin)
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
manaifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil’alamin).
Misi : a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara
efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah
hasanah), sehingga mampu mengarahkan dan membina umat
Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah,
serta menjalankan syariat Islamiyah;
b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar
dalam mengembankan akhlak karimah agar terwujud
masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek
kehidupan;
c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
40
Wawancara pribadi dengan M. Naufal Al-Haq S.Pd.I.
42
b. Tujuan Pendidikan Dasar Ulama
Tujuan umum Pendidikan Dasar Ulama adalah untuk memfasilitasi
generasi muda Islam yang berbakat dan berminat untuk menjadi kader
ulama muda yang memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan
berakhlakul karimah, serta tanggap terhadap perkembangan masyarakat Ibu
Kota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya41
.
Secara khusus tujuan diselenggarakannya Pendidikan Dasar Ulama
(PDU) sebagai berikut :42
1) Terwujudnya ulama muda yang menguasai ilmu agama Islam.
2) Terwujudnya ulama muda yang memahami dan tanggap terhadap
masalah umat dan perkembangan masyarakat, negara, dan bangsa
sebagai latar wawasan kepemimpinan.
3) Terwujudnya ulama yang berakhlakul karimah, tafaquhfiddin, dan
aqomatuddin sebagai latar wawasan perjungan.
3. Tenaga Pengajar atau Dosen
Tenaga pengajar yang melatih pada program ini merupakan tenaga-
tenaga pengajar dapat dibilang kompeten dalam bidang agama, bahkan hampir
keseluruhan dari pengajar tersebut merupakan ulama yang sudah terbilang
berpengalaman, seperti :43
1. KH. Alawi Moh. Zen MA
41
Ibid.
42 Majlis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), h. 1.
43 Ibid.
43
2. KH. Ahmad Syarifuddin MA
3. Drs. KH. Sulaiman Rais M.Ag
4. Drs. H. M.A Salim Thohir
5. Drs. KH. Mahfud Asirun An-Nadawy
6. H. Sabeni Hamid Al-Duri S.Pd.I
7. Kuserin Tajeri SH.I
8. Drs. KH. Rusli Sidiq
9. M. Naufal Al-Haq S.Pd.I
44
4. Struktur Kepengurusan Pendidikan Dasar Ulama (PDU) Kota
Administrasi Jakarta Barat
Berikut ini akan penulis gambarkan struktur kepengurusan PDU
Kota Administrasi Jakarta Barat, sebagai berikut :
PB PDU Prov DKI Jakarta
KH. Alawi M. Zen M.A
Drs. KH. Sulaiman Rais MA.g
Dr. HC. MGS. H. Idrus Ali
Ketua BP PDU Jakarta Barat
Drs. H. A. Salim Thohir Komite Pendidikan
Bid. Administrasi dan
Keuangan
M. Naufal Al-Haq SP.DI
Dosen Bid. Kemahasiswaan
H. Ahmad Sofyan SA.g
Bid. Akademik
Drs. H. Hasan Asyari M.Pd
PESERTA
45
BAB III
Gambaran Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI)
A. Sejarah Singkat Majlis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia adalah wadah yang menghimpun para ulama,
zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-
langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis
Ulama Indonesia berdiri pada tanggal 17 Rajab 1395 H yang bertepatan dengan
tanggal 26 Juli 1975 M di Jakarta.
Terbentuknya MUI sebagai hasil dari musyawarah para ulama,
cendekiawan dan zu'ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air yang
keseluruhannya berjumlah 53 orang, antara lain meliputi: 26 orang ulama yang
mewakili 26 Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari
ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu : NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam,
Perti, Al Washliyah, Math'laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4
orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI, serta 13 orang
tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. Dari musyawarah tersebut,
maka disepakati untuk membentuk wadah sebagai tempat bermusyawarahnya para
Ulama, Zuama, dan Cendekiawan Muslim yang tertuang dalam “ PIAGAM
BERDIRINYA MUI” yang di tandatangani seluruh peserta musyawarah yang
kemudian di sebut Musyawarah Nasional Ulama.1
1 http://www.mui.or.id, diakses pada 6 Januari 2013.
45
46
Berdirinya MUI di dasarkan karena kesadaran ulama Indonesia sebagai
pewaris tugas-tugas para Nabi. Sehingga mereka merasa terpanggil untuk berperan
aktif membangun masyarakan melalui wadah MUI. Di sisi lain kemajuan sains dan
teknologi yang dapat menggoyahkan etika dan moral, serta budaya global yang
didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang
dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama
dalam kehidupan umat manusia. Selain itu, bila dilihat dari kemajuan dan
keragaman umat Islam Indonesia dalam hal keagamaan, organisasi sosial dan
kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan
bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.
Karena beberapa hal tersebut memungkinkan umat Islam untuk terjebak
dalam egoisme kelompok yang berlebihan. Karena hal tersebutlah kehadiran MUI
cukup dirsakan manfatnya bagi masyarakat. Di mana MUI sebagai pewaris tugas
para Nabi mencoba membimbing umat Islam dalam menghadapi keadaan yang
dihadapi masyarakat.
Adapun Tujuan Majlis Ulama Indonesia adalah Majlis Ulama Indonesia
bertujuan mewujudkan masyarakat yang berkualiatas (khaira ummah), dan negara
yang aman, damai, adil, dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridhai Allah
SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).
47
Untuk mencapai tujuannya, MUI melaksanakan usaha-usaha, yang meliputi :2
a. Memberikan bimbingandan tuntunan kepada umat Islam agar
tercipta kondisi kehidupan beragama yang bisa menjadi landasan
yang kuat dan bisa mendorong terwujudnya masyarakat yang
berkualitas.
b. Merumuskan kebijakan penyelenggaraan dakwah Islam, amar
ma;ruf nahi munkar untuk memacu terwujudnya kehidupan
beragama dan bermasyarakat yang di ridhoi Allah SWT.
c. Memberikan peringatan, nasehat, dan fatwa mengenai masalah
keagamaan dan kemasyarakatan kepada masyarakat dan pemerintah
dengan bijak dan menyejukkan.
d. Merumuskan pola hubungan keumatan yang memungkinkan
terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antar umat
beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Menjadi penghubunga antara ulama dan umara (pemerintah) dan
penterjemah timbal balik antara pemerintah dan umat guna
mencapai masyarakat berkualiatas yang di ridhai Allah SWT.
f. Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga
Islam, dan cendikiawan muslim, serta menciptakan program-
program bersama untuk kepentingan umat.
g. Dan usaha/kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
2 Majelis Ulama Indonesia (MUI), pedoman penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama
Indonesia, Jakarta : MUI Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), 2007, h. 27-28.
48
Dari terbentuknya hingga saat ini Majelis Ulama Indonesia
mengalami beberapa kali kongres atau musyawarah nasional dan
mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum, yaitu:
a. Prof. Dr. Hamka (1977-1981)
b. KH. Syukri Ghozali (1981-1983)
c. KH. Hasan Basri (1983-1990)
d. Prof. KH. Ali Yafie (1990-2000)
e. KH. M. Sahal Mahfudz (2000-sekarang)
B. Visi-Misi Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Visi-Misi merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah organisasi,
karena Visi-Misi merupakan gambaran dari sebuah organisasi, karena tanpa Visi-
Misi, sebuah organisasi akan tidak memiliki dasar tujuan jangka panjang yang
nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Pendidikan
Dasar Ulama merupakan sebuah program pelatihan yang dibentuk oleh MUI,
sehingga dalam Visi-Misinya, Pendidikan Dasar Ulama ini mengacu pada Visi-
Misi MUI, yang meliputi : 3
Visi : Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT
(baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat
berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan
3 Ibid., h.15-16.
49
kaum Muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai manaifestasi dari rahmat bagi
seluruh alam (rahmatan lil’alamin).
Misi : a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara
efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah
hasanah), sehingga mampu mengarahkan dan membina umat
Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta
menjalankan syariat Islamiyah;
b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar
dalam mengembankan akhlak karimah agar terwujud
masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek
kehidupan;
c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
C. Peran Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Berdasarkan jati diri ulama sebagai warasatu al-anbiyaa maka Majlis
Ulama Indonesia mempunyai peran sebagai berikut :4
4Ibid., h. 19-22.
50
1. Sebagai ahli waris tugas para Nabi (Warasatu al-anbiya)
Sebagai ahliwaris tugas para Nabi, MUI menjalankan fungsi
kenabiyan, yakni dengan memperjuangkan perubahan kehidupan agar
berjalan sesuai dengan ajaran Islam, walaupun dengan konsekuensi akan
menerima kritik , tekanan, dan ancaman karena perjuangannya
bertentangan dengan sebagian tradisi, dan budaya.
2. Sebagai pemberi fatwa (Mufti)
MUI berperan sebagai pemberi fatwa bagi umat Islam, baik diminta
maupun tidak diminta. Sebagai lembaga pemberi fatwa MUI
mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi umat Islam Indonesia yang
sangat beragam aliran, paham, dan pemikiran serta organisasi
keagamaannya.
3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ra’iy wa khadim al ummah)
MUI sebagai pelayan umat, yaitu melayani umat dan bangsa dalam
memanuhi harapan, aspirasi, dan tuntutan mereka.
4. Sebagai penegak amar makruf dan nahyi munkar
MUI berperan sebagai penegak amar makruf nahi munkar yaitu
dengan menegaskan kebenaran sebagai pembenaran dan kebatilan sebagai
kebatilan dengan penuh hikmah dan istiqomah. Dengan demikian, MUI
juga merupakan wadah penghidmatan bagi perjuangan dakwah yang
senantiasa berusaha merubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan
51
bangsa dari kondosi yang tidak sejalan dengan ajaran Islam menjadi
masyarakat dan bangsa yang berkualitas.
5. Sebagai pelopor gerakan pembaruan (al-Tajdid)
6. Sebagai pelopor gerakan islah
MUI berperan sebagai juru damai terhadap perbedaan yang terjadi
di kalangan masyarakat. Apabila terjadi perbedaan pendapat di kalangan
umat Islam maka MUI dapat menempuh jalan al-jam’u wat taufiq
(kompromi dan persesuaian) dan tarjih (mencari hukum yang kebih kuat).
Dengan demikian diharapkan tetap terperihara semangat persaudaraan
(ukhuwah) dikalangan umat Islam Indonesia.
52
D. Susunan Pengurus Majlis Ulama Indonesia Kota Administrasi Jakarta
Barat
PENASEHAT*
KETUA UMUM
KH. Alawi Mohammad Zen MA
Bendahara Umum
Dr. MGS. H. Darus Ali
Seketaris Umum
KH. Sulaiman Rais. M.AG
Kom. Kajian
Drs. Munahir
Muchtar HS
Kom. Ukhwah
Drs. KH. Rusli
Sidiq
Kom. Pendidikan
Drs.H. M. A Salim
Thohir
Kom. Dakwah
KH. Baiya Isa.
BSc
Kom. Fatwa
KH. A. Mahmud.
MA
Kom. Pemberdayaan Perempuan
Dra. HJ. Hakimah Amirullah
ANGGOTA
Kom. Ekonomi
Drs. H. Iskandar Achyar H.Si
53
Ket :
Penasehat : - Wali kota Jakarta Barat - KH. Mahfudz Asirun
- KA. KAN. Menag Jakarta Barat - Harun Munir. S. SOS
- Seket Kota Jakarta Barat -KH. Noer Muh. Iskandar SQ
- Drs. H. A. Suady - KH. Suhaimi
- KH. Achyar Al-Anshori - Drs. H.M. Sadeli Sapri
54
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA MANAJEMEN PELATIHAN
PENDIDIKAN DASAR ULAMA (PDU-MUI) KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA BARAT DALAM MENCIPTAKAN ULAMA MUDA
A. Temuan Lapangan dan Analisa Penerapan Fungsi Manajemen yang
Dilakukan dalam Program Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-
MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan Ulama
Muda.
Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan mengenai gambaran
umum Majlis Ulama Indonesia (MUI), baik dari sejarah, tujuan, visi-misi,
sampai struktur kepengurusan Pendidikan Dasar Ulama (PDU).
Dalam mencapai tujuan yang diinginkan, perlu adanya upaya pelatihan
yang terarah dan terpadu. Oleh karena itu, diperlukanlah sebuah manajemen
yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Pendidikan Dasar Ulama pada
para mahasiswanya. Di mana manajemen inilah yang akan mengatur seluruh
proses kegiatan pelatihan, dari mulai perencanaan sampai dengan
pengontrollan dan evaluasi.
Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama merupakan program MUI Provinsi
DKI Jakarta yang berada di 5 Kota Administrasi, yaitu : Kota Administrasi
Jakarta Barat, Kota Administrasi Jakarta Utara, Kota Administrasi Jakarta
Timur, Kota Administrasi Jakarta Selatan, dan Kota Administrasi Jakarta
Pusat. Program ini bertujuan untuk mendidik calon ulama yang nantinya akan
54
55
terjun dalam membimbing umat Islam, sehingga materi yang diberikan kepada
para mahasiswanya merupakan materi-materi yang nantinya akan sangat
diperlukan bagi para mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa yang benar-benar
ingin menjadi calon ulama yang akan berhadapan langsung dengan kondisi
dakwah yang sebenarnya dalam lingkungan masyarakat.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibuatlah
program-program pelatihan yang diharapkan bisa menjadi bekal bagi para
mahasiswa. Untuk merealisasikan program-program pelatihan PDU, maka
perlu diterapkan manajemen yang baik. Di mana dalam manajemen terdapat
fungsi manajemen yang menurut pendapat George R. Terry terdapat empat
fungsi manajemen, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan awal dari setiap kegiatan, karena
perencanaan adalah proses peramalan di masa yang akan datang.
Dalam dalam merencanakan sebuah kegiatan ada beberapa hal yang
harus dilakukan, seperti :
a. Establishis objectives (penetapan tujuan)
Dalam rangka meramalkan seorang manajer harus
menentukan dengan tegas hasil akhir yang diinginkan. Disinilah
pentingnya tujuan, di mana tujuan merupakan gambaran mengenai
hal-hal yang ingin dicapai. Menetapkan tujuan ini merupakan tugas
perencana. Penetapan tujuan (Establishis objectives) yang
56
diinginkan harus dirumuskan dengan sejelas-jelasnya, agar dapat
dipahami oleh orang lain. Adapun tujuan dari Pendidikan Dasar
Ulama (PDU) adalah untuk memfasilitasi generasi muda Islam yang
berbakat dan berminat untuk menjadi kader ulama muda yang
memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan berakhlakul
karimah, serta tanggap terhadap perkembangan masyarakat Ibu
Kota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya1.
Tujuan ini diambil untuk memberi kesempatan bagi generasi
muda yang berbakat dan tidak mampu untuk mengambangkan bakat
yang dimilikinya, sehingga dengan adanya program ini generasi
muda tersebut dapat lebih mengmbangkan bakat yang dimilikinnya,
dengan dibimbing oleh dosen yang cukup berpengalaman. Sehingga
generasi muda ini nantinya akan dibentuk untuk menjadi ulama
muda yang berkualitas.
Oleh karena itu, sasaran program ini ialah generasi muda
yang memiliki wawasan ke Islaman yang cukup dan sudah
dinyatakan lulus untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA/sederajat). Sedangkan untuk dosen yang dilibatkan
merupakan dosen-dosen yang cukup berpengalaman dalam
bidangnya masing-masing (khususnya agama Islam).
1Wawancara pribadi dengan M. Naufal Al-Haq S.Pd.I, pada 8 Juni 2012.
57
b. Programming (pemrograman)
Dalam sebuah program perencanaan harus menetapkan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan yang
diinginkan.
Adapun program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama
meliputi : program pembelajaran yang berupa materi-materi tertulis
yang berkaitan dengan agama Islam, praktek ibadah, Rihlah Ilmiyah
dan study general.
Sedangkan untuk menentukan dosen yang nantinya akan
mengisi program-program ini dilakukan berdasarkah pendidikan
dan keahliannya dibidang ilmu agama pada khususnya yang di
tentukan oleh MUI Provinsi.
c. Schedilung (penjadwalan)
Penjadwalan merupakan hal yang cukup penting dalam
setiap kegiatan, yang dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan.
Penjadwalan ini berguna baik dalam penentuan lokasi maupun
waktu yang dipergunanakan yang dirasa cocok.
Lokasi yang dipergunakan dalam aktivitas program
pelatihan ini berada di dua tempat berbeda, yaitu : di kantor Wali
Kota ADM Jakarta Barat yang di pakai pada hari Jum’at dan di
pondok pesantren Al-Hidayah Basmol, yang dilakukan pada hari
58
Sabtu dan Ahad, karena pada hari tersebut kantor MUI yang berada
di gedung wali Kota ADM Jakarta Barat di tutup. Pelatihan ini
dilakukan setelah sholat zuhur sekitar pukul 14.00-17.00.2
Adapun jadwal perkuliahan Pendidikan Dasar Ulama
meliputi :
JUM’AT
JAM MATA KULIAH PENGAJAR
14.00-15.00 Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Drs. KH. Sulaiman Rais
15.00-16.00 ISTIRAHAT
16.00-17.00 Praktikum Keagamaan M. Naufal Al-Haq Spd.i
SABTU
14.00-15.00 Kapita Selekta Dosen, badan pelaksana, dan tamu
15.00-16.00 ISTIRAHAT
16.00-17.00 Qiraah al Qutub KH. Ahmad Syarifuddin MA
MINGGU
14.00-15.00 Ilmu Tajwid H. Sabeni Hamid Al-Duri SPd.I
15.00-16.00 ISTIRAHAT
16.00-17.00 Akhlak Tasawuf KH. Alawi Moh. Zen MA
2 Ibid.,
59
d. Budgeting (penganggaran)
Dalam setiap kegiatan anggaran merupakan yang tidak boleh
dilupakan. Karenanya penyusunan anggaran harus di lakukan pada
saat perencanaan, agar dalam pelaksanaannya seorang manajer
sudah mengetahui pos-pos pemasukan dan pos-pos pengeluaran
yang nantinnya akan terjadi, sehingga apabila anggaran yang
nantinya diterima atau dikeluarkan tidak kurang atau tidak melebihi
anggaran yang talah ditetapkan sebelumnya.
Asal pendanaan program ini berasal dari APBN dan dana
Hibah APBD Provinsi DKI Jakarta, hal ini sesuai dengan Kepres
215 tahun 2011 tentang belanja hibah, bantuan sosial keuangan
kepada organisasi pemerintah maupun non pemerintah, Ormas,
Kelompok, anggota masyarakat, serta partai politik.3
Adapun pengeluaran PDU-MUI Kota Adm Jakarta Barat
adalah sebagai berikut :4
1) Gaji Dosen
2) Gaji Badan Pelaksana
3) Kegiatan-kegiatan mahasiswa (Rihlah Ilmiyah)
4) Study general
5) Almamater
6) UTS dan UAS
3 Ibid.
4 Ibid.
60
7) Uang transport mahasiswa (bila ada sumbangan)
2. Pengorganisasian (Organizing)
pengorganisasian merupakan penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk menunjukkan
hubungan kewenangan setiap individu.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian adalah sebagai berikut :5
a. Manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai.
Sebelum seorang manajer melakukan pengorganisasian,
maka dia harus terlebih dahulu mengetahui tujuan orgasisasi yang
dipimpinnya yang dalam hal ini adalah profit motive atau service
motive. Bila dilihat dari aktivitasnya tujuan dari program PDU
adalah service motive. Di mana bagi setiap peserta yang mengikuti
pelatihan ini tidak dikenakan biaya sama sekali, bahkan apa bila
memungkinkan pada akhir pelatihan setiap peserta akan diberikan
uang sebagai pengganti transport yang selama ini para peserta
keluarkan selama mengikuti pelatihan.6
b. Penentuan kegiatan-kegiatan.
Pada langkah ini seorang manajer harus mengetahui,
merumuskan, dan menspesifikasikan kegiatan-kegiatan harian yang
5 Malayu S.P. Hasibuan, manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2001), h. 127.
6 Wawancara pribadi dengan M. Naufal Al-Haq S.Pd.I.
61
akan dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan yang diadakan pada
program PDU ini merupakan kegiatan perkuliahan yang
kegiatannya dikenal dengan mata kuliah yang terbagi dalam tiga
bagian yaitu : 7
1) Kompetensi utama, meliputi : Ushul Fiqih, Ulumul
Hadits, Ulumul Qur’an, Ilmu Tauhid, Akhlaq Tasawuf,
Fiqih, Hadits, Tafsir, dan Praktikum.
2) Kompetensi pendukung, meliputi : Bahasa Arab, Ilmu
Dakwah, Tarikh Islam, IPI, Tajwidul Qur’an, dan
Qiraatul Kutub.
3) Kompetensi lain, meliputi : studi pembangunan/kapita
selekta.
c. Pendelegasian wewenang.
Dalam pendelegasian terhadap dosen dan peserta pelatihan,
badan pelaksana PDU menetapkan 3 SKS pada setiap mata kuliah
yang dilakukan dalam satu semester yang setara dengan 16-19 kali
pertemuan. Dalam waktu tersebut seorang pengajar dan peserta di
tuntut untuk dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh badan
pelaksana PDU.
7 Majlis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU),
(Jakarta : MUI DKI Jakarta 2006), h. 12.
62
Sedangkan dalam pelaksanaanya berikut ini akan penulis
jabarkan wewenang MUI Provinsi sebagai pihak penyelenggara dan
serta badan penyelenggara harian, meliputi :
1) MUI Propinsi DKI Jakarta
MUI sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
Pendidikan Dasar Ulama, berperan dalam :
a) Membukukan kurikulum.
b) Mengangkat dewan pelaksana, dewan pendidikan
dan komite pendidikan.
c) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan pendidikan.
d) Menyediakan fasilitas pendidikan.
e) Menerbitkan ijazah (sertifikat kelulusan).
2) Badan pelaksana PDU tingkat Provinsi
a) Badan pelaksana berperan dalam :
Memimpin perkuliahan.
Mengangkat dosen.
Menyusun satuan acara perkuliahan.
Memanfaatkan fasilitas secara efisien.
Menerima masukan dari Dewan
Pendidikan/Komite Pendidikan dalam
menentukan kebijakan yang akan dilaksanakan.
63
Menampung dan memanfaatkan bantuan
masyarakat dan lingkungan sekitar.
b) Badan pelaksana di tingkat Provinsi terdiri dari :
seorang ketua program, seorang wakil, dan seorang
sekertaris.
c) Badan pelaksana tingkat Wilayah Kota/ Kabupaten
terdiri dari : seorang ketua unit program, seorang
wakil, dan seorang sekertaris.
d) Badan pelaksana tingkat Kota Madya/Kabupaten
berperan dalam menampung dan memanfaatkan
fasilitas yang diperoleh dari Komite Pendidikan.
e) Badan pelaksana tingkat Kota Madya/Provinsi
bertangguang jawab kepada ketua program.
3) Dewan Pendidikan
Dewan Pendidikan memiliki peran :
a) Memberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan.
b) Pendukung baik yang berwujud finansial pemikiran
maupun tenaga yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pendidikan.
c) Pengontrol dalam rangka transparansi dana stabilitas
pendidikan.
64
4) Komite pendidikan
Komite pendidikan berperan mendanai dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidkan.
d. Struktur
Berikut ini akan penulis paparkan struktur kepengurusan
Pendidikan Dasar Ulama (PDU) tingkat Provinsi DKI Jakarta :
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
PROVINSI DKI JAKARTA
BADAN PELAKSANA PDU
TINGKAT PROVINSI
BADAN PELAKSANA PDU
TINGKAT
KOTA/KABUPATEN
DEWAN
PENDIDIKAN
KOMITE
PENDIDIKAN
65
3. Penggerakan (Actuatung)
Pada fungsi ini, seorang manajer tidak dapat bekerja sendiri.
Karena pada fungsi ini, semua yang telah dilakukan pada fungsi
perencanaan dan pengorganisasian dilakukan sehingga seorang manajer
memerlukan cukup banyak orang terutama bila ingin mencapai tujuan
yang diingunkan. Karena ini merupakan program pelatihan, maka pada
penggerakannya bukan hanya pihak penyelenggara saja yang terlibat,
akan tetapi juga para dosen dan mahasiswa. Di mana dosen dilibatkan
dalam proses pentransferan ilmu yang dalam hal ini adalah ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan ilmu agama Islam, sedangkan untuk mahasiswa
merupakan penerima pentransferan tersebut.
Adapun penggerakan yang diterapkan pada program pelatihan
Pendidikan Dasar Ulama (PDU) ini, sebagai berikut :
a. Metode
Metode merupakan hal yang penting dalam proses
pelatihan, karena metode merupakan cara seorang dosen dalam
menyampaikan ilmu yang dimilikinnya.
Adapun metode yang di pakai para dosen PDU meliputi :
1) Metode kuliah.
Kuliah merupakan suatu ceramah yang
disampaikan secara lisan untuk tujuan-tujuan
pendidikan. Keuntungan metode kuliah adalah dapat
digunakan untuk kelompok besar sehingga biaya peserta
menjadi rendah dan dapat disajikan banyak bahan dalam
66
waktu yang relatif singkat. Sedangkan kelemahannya
adalah, peserta lebih bersikap pasif, komunikasi hanya
satu arah, sehingga tidak ada umpan balik dari peserta.8
Dalam metode ini, biasannya dosen menjelaskan
tentang sesuatu yang berkaitan dengan mata kuliah,
kemudia diakhir jam perkuliahan dosen mempersilahkan
para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan.
Karena dalam pelaksanaannya pelatihan ini
menggunakan metode perkuliahan, maka dalam materi-
materi yang diberikan dikenal dengan mata kuliah. Di
mana pada tiap-tiap mata kuliah pihak penyelenggara
menentukan 3 SKS.
2) Metode Seminar.
Metode seminar ini bertujuan untuk
mengembangkan keahlian dan kecakapan peserta untuk
menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif
mengenai pendapat orang lain (pembawa makalah). Pada
metode ini peserta dilatih agar dapat mempersepsi dan
mengevaluasi serta memberikan saran-saran, meneriman
atau menolak pendapat atau usul-usul orang lain.9
8 Anwar Prabu Mangkunegara, perencanaan dan pengembangan SUMBER DAYA
MANUSIA,( Bandung : PT Rafika Aditama, 2006), h. 64.
9 Mutiara S. Pangabean, manajemen sumber daya manusia, (Bogor: Ghalia Indonnesia,
2004), h. 49.
67
Dalam metode ini, biasannya mahasiswa dibagi
dalam beberapa kelompok untuk membahas suatu tema,
lalu mempresentasikannya dalam bentuk makalah.
Setelah dipresentasikan biasannya akan terjadi sesi
tanya-jawab antara pemakalah dengan mahasiswa lain,
setelah sesi makalah berakhir kemudian dosen akan
menjelaskan dengan lebih detail mengenai tema tersebut.
3) Metode Observasi
Pada metode ini biasannya mahasiswa diserahi
tugas untuk mengunjungi suatu lembaga tertentu, untuk
kemudia diamati dan di observasi. Setelah mahasiswa
berkunjung, kemudian mahsiswa diberi tugas untuk
membuat laporan dari hasil observasi lembaga tersebut.
b. Mata Kuliah
Adapun mata kuliah yang diberikan pada pelatihan ini
sebanyak 25 mata kuliah, yang akan lebih spesifikasi menjadi
17 mata kuliah. Berikut ini penulis akan mendeskripsikan tiap-
tiap mata kuliah yang diberikan, sebagai berikut :
1) Ushul Fiqih
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami kaidah Ushul Fiqih sebagai alat untuk
mengistimbatkan hukum dari Al-Qur’an dan Hadits,
cakupannya meliputi : pengertian, tujuan, dan ruang
lingkupnya : sejarah perkembangan, sumber-sumber
68
hukum Islam, Ijtihad kaidah Ushuliyah, kaidah-kaidah
Fikih, dan Al-Ahkam.
2) Ulumul Hadits
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami arti penting dari Hadits sebagai salah satu
sumber ajaran Islam, cakupannya meliputi : berbagai
istilah sejarah pembukuan Hadits dan perkembangannya
(Hadits sebagai sumber ajaran Islam, macam-macam
Hadits, sarat-sarat perawi Hadits, dan lain-lain).
3) Ulumul Qur’an
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami Ulumul Qur’an sebagai salah satu alat untuk
memahami isi dan kandungan Al-Qur’an, cakupannya
meliputi : Ulumul Qur’an dan perkembangannya (seperti
: sejarah turun dan pembukuan Al-Qur’an, I’jaz Al-
Qur’an, Tafsir, Ta’wil, Tarjemah, dan lain-lain).
4) Ilmu Tauhid
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami pengertian tauhid dan macam-macam tauhid
(seperti : pengertian wajib dan jaiz pada Allah, tauhid
rububiyah, tauhid uluhiyah, tauhid asma, tauhid sifat,
rukun Iman, sifat-sifat Nabi, dan lain-lain).
69
5) Fiqih
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
berpengetahuan tentang figih, yang meliputi : ibadah
mu’amalah, ibadah munakahat, ibadah mawarits, dan
lain-lain.
6) Hadits
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami arti penting dari Hadits Nabi sebagai sumber
ajaran Islam dan dapat mempraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari, adapun cakupannya mengenai beberapa hal
dalam Abwab Fiqhiyyah.
7) Tafsir
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
mampu memahami, menghafal dan mempraktekan ayat-
ayat yang berkenaan dengan Allah, Rasul, manusia,
alam, dan problematika kontemporer.
8) Akhlaq Tasawuf
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
mampu memahami ajaran tasawuf, ajaran-ajaran inti
serta dapat melakukannya dalam kehidupannya sehari-
hari.
9) Tarikh Islam
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui sejarah dan peradaban Islam dizaman Nabi,
70
Khalafaurrasidin, Umayyah, Abasiyah, priode ahad
tengah, dan priode ahad moderen.
10) Bahasa Arab
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
mampu berbahasa Arab untuk mendalami ilmu-ilmu
agama dan untuk pergaulan sehari-hari.
11) Ilmu Dakwah
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami teori dan kraktek dakwah sebagai
komunikasi keagamaan yang berlangsung dilingkungan
masyarakat.
12) Study Pembangunan/Kapita Selekta
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
memahami program-program pembangunan nasional.
13) Praktikum Ibadah
Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa
mampu menjalani amaliah-amaliah khusus dalam
kehidupan sehari-hari, cakupannya meliputi : Shalat
Jama’ah, Shalat Istisqa, penyelenggaraan Janazah,
Khutbah Jum’at, dan lain-lain.10
10
Majlis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), h. 12-
14.
71
14) Tajwid Al-Qur’an
Dalam mata kuliah ini diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan menguasai secara benar teori dan
praktik melafalkan bacaan Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari. Cakupannya meliputi : Takharikul Huruf,
Shifatul Huruf, dan sebagainya.
15) Qiraat al-Qutub (Tafsir)
Tujuan dari materi ini agar diharapkan
mahasiswa dapat memiliki kemampuan membaca,
membahas, dan menterjemahkan kitab berbahasa Arab
secara tepat, akurat, dan benar. Perkuliahan ini
mengajarkan seperangkat pengetahuan dasar cara
membaca, mengkaji, dan menterjemah kitab kuning
dengan melibatkan bisiplin ilmu lain yang terkait
(Nahwu, Shorof, Qawa’id I’rab, dll). Secara substansif,
materi perkuliahan akan mengakaji bahasan tafsir secara
urut dengan pendekatan bahasa dan gramatika.
16) Qiraat al-Qutub (Hadits)
Tujuan dari materi ini agar diharapkan
mahasiswa dapat memiliki kemampuan membaca,
membahas, dan menterjemahkan kitab berbahasa Arab
secara tepat, akurat, dan benar. Pada perkuliahan ini
mengajarkan seperangkat pengetahuan dasar cara
72
membaca, mengkaji, dan menterjemah kitab kuning
dengan melibatkan bisiplin ilmu lain yang terkait
(Nahwu, Shorof, Qawa’id I’rab, dll). Secara substansif,
materi perkuliahan akan mengakaji bahasan topik-topik
penting dalam kitab Al-Lu’lu wa al-Marjan karya M.
Fuad Abdul Baqi dengan pendekatan kebahasaan dan
gramatika.
17) Ilmu Pendidikan Islam (IPI)
Tujuan dari di adaknnya mata kuliah ini adalah
agar mahasiswa mampu memahami dan mampu
mengimplementasikan konsep dasar dan teori
pendidikan Islam di masyarakat.11
Untuk rihlah Ilmiyan dan study general hannya
dilakukan sekali dalam satu angkatan.
c. Jadwal
Karena dalam aktivitasnya PDU menerapkan sistem
perkuliahan, maka diperlukan sebuah jadwal perkuliahan yang
akan mengatur tiap-tiap mata kuliah, jam, dan dosen. Adapun
jadwal perkuliahan smester V adalah sebagai berikut :
11
Ibid., h. 63-71.
73
JUM’AT
JAM MATA KULIAH PENGAJAR
14.00-15.00 Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Drs. KH. Sulaiman Rais
15.00-16.00 ISTIRAHAT
16.00-17.00 Praktikum Keagamaan M. Naufal Al-Haq Spd.i
SABTU
14.00-15.00 Kapita Selekta Dosen, badan pelaksana, dan tamu
15.00-16.00 ISTIRAHAT
16.00-17.00 Qiraah al Qutub KH. Ahmad Syarifuddin MA
MINGGU
14.00-15.00 Ilmu Tajwid H. Sabeni Hamid Al-Duri SPd.I
15.00-16.00 ISTIRAHAT
16.00-17.00 Akhlak Tasawuf KH. Alawi Moh. Zen MA
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan proses penentuan yang harus
diselesaikan yaitu pelaksanaan dan penilaian pelaksanaan, bila perlu
melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai
dengan rencana.12
Pengawasan yang dilakukan pada program pelatihan PDU ini
dilakukan langsung oleh MUI Provinsi DKI Jakarta, sebagai pihak
penyelenggara dan penanggung jawab program pelatihan PDU ini.
12
Soewarno Handayaningrat, Pengantar study Ilmu Administrasi dan Managemen, h. 55.
74
Dalam pengawasannya MUI Provinsi DKI Jakarta dibantu oleh dewan
pendidikan yang mengontrol dalam rangka transparansi dana dan
stabilitas penyelenggaraan pendidikan.
Adapun untuk mengevaluasi, pihak MUI Provindi DKI Jakarta
menentukan tiga point, yaitu :13
a. Ujian mata kuliah yang dilakukan 2 kali pada setiap
semesternya, yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) yang
dilakukan pada minggu ke -9 dan Ujian Akhir Semester (UAS)
dilakukan pada minggu ke 18. Selain dua ujian tersebut pihak
MUI juga memberi kesempatan bagi dosen untuk melakukan
ujian lain seperti tes atau pemberian tugas. Ujian dapat
berbentuk tulisan, lisan, maupun pengamatan.
b. Penugasaan mahasiswa diukur dengan suatu instrumen
pengukuran yang hasilnya dinyatakan dengan skor. Porsi
pemberian skor terdiri dari : kehadiran 10%, tugas-tugas 20%,
UTS 30%, dan UAS 40%.
c. Indeka Prestasi (IP) adalah bilangan yang menyatakan tingkat
keberhasilan mahasiswa baik kualitas maupun kuantitas. IP
dihitung pada setiap akhir semester. IPK dihitung pada akhir
program.
13
Majlis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), hal :
17
75
IP =
Di mana : K = harga SKS masing-masing mata kuliah
N = nilai masing-masing mata kuliah
= jumlah
Taraf penyusunan :
Skor Predikat Nilai Bobot
80-100 Sangat Baik A 4
70-79 Baik B 3
60-69 Cukup C 2
50-59 Kurang D 1
0-49 Sangat Kurang E 0
Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan akan diadakan
wisuda dengan menggabungkan seluruh mahasiswa program PDU se-
DKI Jakarta.
Selama kurang lebih 9 tahun dalam pelaksanannya, program ini
telah meluluskan IV angkatan dan tahun ini akan meluluskan satu
angkatan lagi, yaitu angkatan ke V. Adapun jumlah lulusan tersebut
sebagai berikut :14
Angkatan I : jumlah mahasiswa yang lulus sebannyak 37, dari
40 mahasiswa tetap dan 10 mahasiswa cadangan
(2003-2005).
14
Wawancara pribadi dengan M. Naufal Al-Haq S.Pd.I.
76
Angkatan II : jumlah yang lulus sebannyak 37 mahasiswa, dari
40 mahasiswa tetap dan 10 mahasiswa cadangan
(2005-2007)
Angkatan III : jumlah yang lulus sebannyak 37 mahasiswa, dari
40 mahasiswa tetap dan 10 mahasiswa cadangan
(2007-2009).
Angkatan IV : jumlah yang lulus sebannyak 37 mahasiswa, dari
40 mahasiswa tetap dan 10 mahasiswa cadangan
(2009-2011).
Angkatan V : diperkirakan jumlah yang lulus untukangkatan
ke V ini sekitar 33 mahasiswa, dari 40 mahasiswa
tetap dan 10 mahasiswa tambahan.
Adapun analisis yang dapat penulis kemukakan terhadap pelaksanaan
fungsi manajemen yang dilakukan Badan Pelaksana PDU, berdasarkan
beberapa temuan yeng selama ini penulis kumpulkan bahwa penerapan fungsi
manajemen sudah cukup bagus. Terbukti dengan diadakannya beberapa
langkah atau kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan program pelatihan
ini.
77
Hal itu dapat dilihat dari pelaksanaan fungsi menejemen yang dimulai
dari:
Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan PDU meliputi : (a) Penetapan Tujuan,
yang bila dilihat dari aktifita yang dilakukan, maka tujuan dasar program ini
adalah service motive. Di mana bagi setiap peserta yang mengikuti pelatihan ini
tidak dikenakan biaya sama sekali, bahkan apa bila memungkinkan pada akhir
pelatihan setiap peserta akan diberikan uang sebagai pengganti transport yang
selama ini para peserta keluarkan selama mengikuti pelatihan. (b)
Pemprograman. Dalam pemprograman, perencanaan yang dilakukan meliputi ;
penentukan kegiatan yang akan di berlakukan dan pemprograman dosen yang
akan membimbing para peserta. (c) Penjadwalan, dalam penjadwalan apa yang
dilakukan MUI dan Badan Penyelenggara PDU menetapkan lokasi dan
pembentukkan jadwal mata kulaah yang apabila diliahat lokasi dan
pelaksanannya penjadwalan ini dirasa sudah cukup tepat, walaupun dalam
pelaksanaannya masih ada kekurangan seperti kehadiran dosen yang tak
menentu. dan (d) Anggaran. Untuk anggaran PDU menerima pemasukan dari
APDN dan APBD, akan tetapi bukan hanya ke dua pemasukan itu saja yang
diterima PDU. Sedangkan untuk pengeluarannya pihak penyelenggara penulis
rasa sudah cukup mengeluarkannya pada pos-pos yang memang diperluakan
seperti rihlah ilmiyah.
78
Pengorganisasian
Dalam pemprograman ini apa yang dilakukan pihak penyelenggara
cukup bagus, terutama dalam menentukan pendelegasian wewenang yang akan
diberikan pada masing-masing bidang. Dalam hal ini MUI Provinsi DKI
Jakarta selaku penyelenggara, membentuk Badan Penyelenggara PDU Provinsi
sebagai badan penyelenggara pusat, selain itu MUI Provinsi juga membentuk
Badan Penyelenggaran PDU Kota yang nantinya akan bertugas sebagai
penyelenggara PDU pada masing-masing Kota.
Penggerakan
Penggerakan yang dilakukan pihak penyelenggara PDU sudah sesuai
dengan perencanaan yang memang telah di tetapkan, hal itu terlihat dengan
menetepkan beberapa mata kuliah yang akan diikuti para peserta serta metode
yang akan di berlakukan dalam pelaksanaan proses pengajaran.
Pengawasan
Pengawasa yang dilakukan pihak penyelenggara PDU penulis rasa
sudah sesuai dengan tujuan sebuah pengawasan, khususnya pengawasan
sebuah program yang berkaitan dalam proses belejar dan mengajar.
79
B. Temuan Lapangan dan Analisis Keterkaitan antara Unsur Manajemen
Pelatihan yang Satu dangan yang lain dalam Menciptakan Ulama Muda
Unsur merupaka suatu hal yang mutlak ada, khususnya dalam
manajemen pelatihan PDU di mana unsur manajemen pelatihan PDU meliputi :
1. Men (Pelatih/dosen)
Unsur men (pelatih/dosen) merupakan unsur yang sangat
penting dalam sebuah kegiatan, khususnya kegiatan pelatihan. Di mana
men (pelatih) adalah pentransfer ilmu/pengetahuan yang memang harus
terjadi pada kegiatan ini.
Untuk tenaga pelatih, pihak penyelenggara PDU memiliah
orang-orang yang sudah cukup kompoten khususnya di bidang agama
Islam. Setiap tenaga pengajar ini diangkat dan ditetapkan oleh Majlis
Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta melalui komisi pendidikan yang
diusulkan oleh Badan Pelaksana di tiap Kota Administrasi.
2. Material (bahan pelatihan)
Bahan pelatihan pada pelatihan ini secara garis besarnya telah
ditentukan oleh Badan Penyelengara yang bisa di sebut sebagai modul,
yang pada tahap selanjutnya modul ini di terapkan sebagai bahan dasar
dalam pencarian bahan pelatihan lainnya. Sehingga bahan pelatihan yang
didapat akan lebih banyak lagi, yang dalam hal ini adalah dalam bentuk
buku-buku referensi yang nantinya akan dipergunakan oleh para mahasiswa
PDU.
80
3. Machines
Mesin adalah alat yang dipergunakan dalam proses manajemen
yang dalam hal ini adalah manajemen pelatihan PDU, adapun mesin yang
di pergunakan dalam pelatihan ini adalah Komputer. Di mana komputer ini
merupakan alat yang akan dipergunakan para mahasiswa dalam membut
sebuah makalah yang nantinya akan dijadikan bahan presentasi yang akan
dipersentasikan.
4. Methods (Metode)
Metode merupakan cara yang dipergunakan oleh dosen dalam
melakukan proses belajar-mengajar. Dalam program pelatihan ini metode
yang di pergunakan adalah metode kuliah, metode seminar, dan metode
observasi. Metode ini sangat tergantung pada dosen (selaku pelaksana) dan
masing-masing mata kuliah.
5. Money
Uang adalah unsur yang sangat penting dalam setiap kegiatan, tanpa
unsur ini maka kemungkinan besar sebuah kegiatan tidak akan berjalan.
Uang merupakan alat yang menentukan ada tidaknya sebuah kegiatan
maupun barang yang akan berlangsung dan akan dipergunakan. Karena
dengan uang maka program-program PDU yang memang rutin dilakukan
pada tiap angkatannya akan berlangsung, seperti rihlah ilmiyah. Uang ini
bisa didapat dari APBN, APBD, Sumbangan masyarakat/lembaga, maupun
berasal dari usaha-usaha sendiri.
81
6. Market (Peserta/mahasiswa)
Market/pasar merupakan sasaran bagi sebuah produk atau jasa. Pada
program pelatihan ini, merket yang penulis maksud adalah peserta. Hal ini
karena, peserta merupakan sasaran dari program ini. Di mana bagi setip
peserta diharuskan memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, seperti :
memiliki ijasah Aliyah/sederajat, penduduk Provinsi DKI Jakarta yang
berusia antara 18-30 tahun, mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar, memiliki wawasan keagamaan (Islam) yang memadai, dan lebih
diutamakan aktivis keagamaan dilingkungannya.
Dari data yang telah penulis dapatkan mengenai unsur-unsur
manajemen pelatihan, maka penulis dapat menganalisis bahwa unsur-unsur
manajemen pelatihan ini saling berkaitan dalam penciptakan generasi muda
ulama. Baik dari men ; (yang dalam hal ini adalah pelatih/dosen) yang dapat
dikatakan sebagai subjek dari program ini, karena pelatih/dosenlah yang
melakukan dan membimbing selama pelatihan, material (bahan pelatihan) dan
machines ; yang merupakan alat yang di pergunakan sebagai media dalam
proses belajar, metode ; yang merupakan hal yang dipergunakan dosen dalam
proses belajar/berlatih, uang ; yang merupakan penentu mengenai ada tidaknya
sebuah kegiatan, dan market/pasar (yang dalam hal ini adalah
peserta/mahasiswa) yang dapat dikatakan sebagai objek pelatihan, karena
mahasiswalah yang dijadikan sasaran pelatihan.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan lapangan dan analisis manajemen pelatihan
pendidikan Dasar Ulama (PDU) yang telah penulis kemukakan pada bab IV,
maka dapat penulis simpulkan bahwa :
1. Penerapan fungsi manajemen (POAC) yang dilakukan oleh PDU
Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda.
Dalam penerapan manajemen, Badan Pelaksana PDU Kota
Administrasi Jakarta Barat melakukan fungsi-fungsi manajemen yang
meliputi : a). Perencanaan ; dalam perencanaan ini pihak pelaksana
melakukan penetapan tujuan, pemprograman, penjadwalan, dan
penganggaran. b). Pengorganisasian ; Badan Pelaksana PDU melakukan
pembagian wewenang yang akan sangat berguna dalam melakukan
tugas pada masing-masing bidang, c). Penggerakan ; yang dilakukan
oleh Badan Pelaksana PDU yaitu dengan menerapkan metode belajar,
mata kuliah, dan jadwal. Sehingga akan jelas bagaimana proses belajar
dilakukan, apa saja mata kuliah yang diterapkan, dan waktu
pelaksanaan perkuliahan. d). Pengawasan ; yang dilakukan Badan
Pelaksana PDU bertujuan untuk mengetahui, apakah kegiatan yang
dilakukan telah sesuai dengan tujuan atau malah sebaliknya Adapun
pengawasan terhadap program ini dilakukan langsung oleh MUI
Provinsi DKI Jakarta yang dibantu oleh Dewan Pendidikan. Dengan
82
83
melakukan Ujian Tengan Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semestr
(UAS), dengan porsi pemberian skor terdiri dari : kehadiran 10%,
tugas-tugas 20%, UTS 30%, dan UAS 40%.
2. Keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang satu dengan
yang lain dalam menciptakan ulama muda.
Unsur-unsur manajemen ada enam, yaitu : men (pelatih/dosen),
material (bahan pelatihan), machines, methods, money, dan market
(peserta/mahasiswa). Dalam keterkaitan unsur menejemen pelatihan
dalam menciptakan ualama muda, penulis dapat menyimpulkan bahwa
keenam unsur manajemen pelatihan tersebut saling berkaitan,
khususnya dalam menciptakan ualama muda. Hal itu dapat dilihat dari
men ; yang bertindak sebagai pelaksana pelatihan, material dan
machines; merupakan alat yang dipergunakan dalam peroses belajar,
metode ; methods ini merupakan cara yang dipergunakan dosen dalam
melakukan pelatihan/perkuliahan, money ; sebagai alat penentu ada
tidaknya sebuah kegiatan, dan market ; yang merupakan
peserta/mahasiswa yang merupakan sasaran dari pelatihan ini.
B. Saran
1. Sekiranya program ini tidak hannya diladakan di Provinsi DKI Jakarta saja,
akan tetapi juga diadakan di wilayah lain.
2. Kepada Badan Pelaksana PDU, penulis menyarankan untuk sosialisasi yang
dilakukan lebih ditingkatkan lagi. Agar lebih banyak masyarakat yang
84
mengetahui program ini, sehingga bukan hannya jumlah peminat saja yang
meningkat akan tetapi akan juga akan mengakibatkan bertambahnya
dukungan dari masyarakat, baik dalam hal pelaksanaan maupun resfon
yang akan ditimbulkan bagi para lulusan yang nantinyaakan terjun
langsung ke masarakat.
3. Sekiranya materi yang diterapkan lebih ditingkatkan bila perlu ditambah
dengan pengetahuan umum seperti materi mengenai Teknologi (IT) dan
psikologi.
4. Hendaknya sarana dan prasarana yang disediakan lebih ditingkatkan lagi,
terutama dalam hal buku-buku referensi yang tersedia dalam perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, mufham Al. manajemen Pengawasan : Refreksi dan Kesaksian Seorang
Auditor. Tanggrang, 2006.
Anoraga, Panji. Manajemen Bisnis. Cet ke-3. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004.
Ash-Ahalabi, Ali Muhammad. fikih Kemenangan dan Kejayaan : meretas jalan
kebangkitan umat Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Hamalik, Oemar. manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan terpadu. Cet
ke-4. jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Handayaningrat, Soewarno. Pengantar study Ilmu Administrasi dan Managemen.
Jakarta: Guning Agung.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindi Persada,
2006.
Hasibuan, Malayu.S.P. manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2001.
_________________. Manajemen Sumberdaya Manusia, cet ke-10. Jakarta :
Bumi Aksara, 2007.
Hsubky, Badruddin Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman. Jakarta: Gema
Insani Press, 1995.
Khumaedi, Slamet. “Aktivitas Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) jakarta barat
dalam mendidik ulama”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.
Munir, M dan Wahyu Ilaihi. manajemen Dakwah. Cet ke-2. Jakarta : kencana
prenada Medi Group, 2009.
Majelis Ulama Indonesia (MUI). pedoman penyelenggaraan Organisasi Majelis
Ulama Indonesia. Jakarta : MUI Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta,
2007.
________________________. Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU).
Jakarta : MUI DKI Jakarta, 2006.
Malayu S.P. Hasibuan, manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2001), edisi revisi, hal : 2.
Mangkunegara, Anwar Prabu. perencanaan dan pengembangan SUMBER DAYA
MANUSIA. Bandung : PT Rafika Aditama, 2006.
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. Human Resource Managemen :
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba 4, 2006.
Moleong, lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. cet Ke-33. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.
Muahtarom, Zaini. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah,cet ke- 2. Yogyakarta : Al-
Amin Press, 1996.
Munir, M dan Wahyu Ilaihi. manajemen Dakwah. Cet ke-2. Jakarta : kencana
prenada Medi Group, 2009.
Nata, Abuddin. manajemen pendidikan. Jakarta : PRENADA MEDIA, 2003.
___________. Filsafat Pendidikan Islam. Hakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Nizar, Samsul. sejarah dan pergolakan pemikiran pendidikan Islam. Jakarta :
Quantum Teaching, 2005.
Pangabean, Mutiara.S. manajemen sumber daya manusia.cet ke-2. Bogor: Ghalia
Indonnesia, 2004.
Rasyidin, Al dan Samsul Nizar. filsafat Pendidikan Islam : pendekatan historis,
teoritis dan praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Sulistiyani, Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, manajemen sumber daya
manusia (konsep, teori dan pengembangan dalam konteks organisasi
publik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal : 219.
SUMBER LAIN
http:// www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. diakses pada 9 Juli 2012.
http://www.mui.or.id, diakses pada 6 Januari 2013.
Wawancara pribadi dengan M. Naufal Al-Haq SPd.I. pada 08 Juni 2012.
Wawancara probadi dengan Yayah Fauziyah. Pada 15 Juli 2012.
Wawancara pribadi dengan Reza Abdullah. Pada 10 Oktober 2012.
V
Hasil Wawancara
Hari/Tgl : Jumat, 08 Juni 2012
Narasumber : M Naufal Al-Haq, SPd.I
Jabatan: : Bid. Administrasi dan Keuangan
Tempat : Kantor sekreariat (PDU-MUI) Kota ADM Jakarta Barat Jln. Raya
Kembangan No. 2
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pendidikan Dasar Ulama (PDU)?
Jwb : Sebenarnya awalnya PDU bukan singkatan dari Pendidikan
Dasar Ulama akan tetapi Pendidikan Dirasah Ulya yang terbentuk pada
tahun 2003 atas dasar amanat musyawarah Daerah Majlis Ulama Indonesia
(MUI) Propinsi DKI Jakarta. Pada musyawarah yang berlangsung pada
tahun 1991 ini mengamanatkan agar Pendidikan Dirasah Ulya (PDU)
dihidupkan kembali sebagai upaya MUI dalam mengatasi kelangkaan
ulama. Hal ini dikarenakan pada saat tahun yang sama sempat ada
Pendidikan Dirasah Ulya yang berlangsung ditingkat Provinsi, akan tetapi
dikarenakan suatu hal maka Pendidikan Dirasah Ulya ini berubah menjadi
PKU (Pendidikan Kader Ulama) yang masih berlangsung hingga saat ini.
Lulusan PKU inilah yang nantinya dijadikan sebagai pendukung maupun
pelaksana pada program PDU.
Berdasarkan SK MUI nomor 015/SK/MUI-DKI/XI/2006,
penggunaan mana Pendidikan Dirasah Ulya, (PDU) diubah menjadi
Pendidikan Dasar Ulama (PDU), hal ini dikarenakan istilah Pendidikan
Dirasah Ulya di negara-negara Islam biasannya dipakai untuk pendidikan
Strata 2 (S2).
2. Apa visi-misi pendidikan ini?
Jwb :Visi : Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan
Allah SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat
berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum
Muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai manaifestasi dari rahmat bagi seluruh alam
(rahmatan lil’alamin).
Misi : a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat
secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai
panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu
mengarahkan dan membina umat Islam dalam
menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta
menjalankan syariat Islamiyah.
b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf dan nahi
munkar dalam mengembankan akhlak karimah agar
terwujud masyarakat berkualitas (khaira ummah)
dalam berbagai aspek kehidupan.
c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan
kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3. Apa tujuan didirikannya pendidikan dasar ulama ini?
Jwb : Tujuan dari PDU ini adalah untuk memfasilitasi generasi
muda Islam yang berbakat dan berminat menjadi kader Ulama muda yang
memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan berakhlakul karimah, serta
tanggap terhadap perkembangan masyarakat Ibu Kota pada khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
4. Apa hubungan pendidikan dasar ulama dengan majlis ulama indonesia
(MUI)?
Jwb : Sangat berhubungan ya. Karena PDU ini merupakan program
MUI yang bertujuan mendidik calon ulama muda. Dalam pelaksanaanya
PDU ini berada di bawah koordinasi MUI itu sendiri, di mana PDU ini
masuk dalam kepengurusan MUI Provinsi DKI Jakarta yang berada dalam
komisi pendidikan.
5. Berapa lama waktu pelatihan yang diselengagarakan pendidikan dasar
ulama ini?
Jwb : Pendidikan Dasar Ulama ini dilakukan selama 2 tahun,
dengan 4 semester.
6. Kapan saja waktu pelaksanaan pelatihan ini?
Jwb : Pendidikan ini dilakukan 3 kali selama seminggu yaitu pada
hari Jum’at, sabtu, dan Minggu (Ahad) yang dilakukan pkl 13.30 WIB.
7. Dimana pelatihan ini dilakukan?
Jwb : Pelatihan ini dilakukan di dua tempat, yaitu : di kantor Wali
Kota ADM Jakarta Barat yang di pakai pada hari Jum’at dan di pondok
pesantren Al-Hidayah Basmol, yang dilakukan pada hari Sabtu dan Ahad,
karena pada hari tersebut kantor MUI yang berada di gedung wali Kota
ADM Jakarta Barat di tutup. Untuk angkatan-angkatan sebelumnya
aktivitas yang berlangsung pada hari Jum’at dilakukan di Masjis As-sahara
yang berada di lingkungan kantor Wali Kota Administrasi Jakarta Barat.
8. Dari mana asal pendanaan pendidikan dasar ulama ini?
Jwb : Asal pendanaan program ini berasal dari kas MUI
diperuntukan unuk
program komisi pendidikan, BAZIS, serta APBN dan dana Hibah APBD
Provinsi DKI Jakarta, hal ini sesuai dengan Kepres 215 tahun 2011 tentang
belanja hibah, bantuan sosial keuangan kepada organisasi pemerintah
maupun non pemerintah, Ormas, Kelompok, anggota masyarakat, serta
partai politik.
9. Apa saja syarat untuk dapat mengikuti pendidikan dasar ulama ini?
Jwb : Syarat untuk masuk program ini meliputi :
a. Penduduk Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya dan berusia antara
18-30 tahun.
b. Berijazah Madrasah Aliyah/sederajat (minimal).
c. Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
d. Memiliki wawasan keagamaan Islam yang memadai.
e. Mendaftar dan lulus seleksi masuk
f. Diutamakan aktivis keagamaan di lingkungannya.
10. Apa saja kriteria yang ditetapkan oleh MUI/pelaksana dalam menetapkan
pengajar/dosen pada pelatihan PDU ini?
Jwb : Tenaga pengajar pada pelatihan PDU ini merupakan
pengajar/dosen yang diangkat berdasarkan pendidikan dan
keahliannya di bidang ilmu agama pada khususnya. Tenaga
pengajar/dosen ini diangkat dan ditetapkan oleh Majlis Ulama
Indonesia Provinsi DKI Jakarta melalui komisi pendidikan yang
diusulkan oleh Badan Pelaksana di Kota Madya.
11. Dalam mengikuti PDU ini, apakah para mahasiswanya di kenakan biaya
pelatihan?
Jwb : Tidak sema sekali, bahkan bila memungkinkan pada akhir
perkuliahan para mahasiswa akan diberikan uang.
12. Apa pengertian ulama menurut pak ustad?
Jwb : Ulama berasal dari kata ‘alima-ya’lamu-‘ilman yang artinya
mengehatui. Isim fa’il-nya ‘aliman dan bentuk jamaknya ‘alimun, ullam
atau ulama yang maknanya orang yang berilmu lawan dari orang bodoh.
13. Apa saja tugas ulama?
Jwb : Tugas ulama adalah tabligh menyampaikan pesan-pesan
agama Islam. kemudian menjelaskan masalah-masalah agama berdasarkan
Al-Qur’an secara jelas, dibarengi dengan uswatun hasanah sehingga
menjadikan dirinya sebagai tauladan yang baik, khususnya yang berkaitan
dengan agama Islam.
14. Apa saja kriteria ulama menurut pak ustad?
Jwb : Menurut saya kriteria ulama yaitu :
a. Menguasai ilmu agama Islam
b. Menguasai dan paham tentang Al-Qur’an dan Hadits.
c. Bersedia membimbing umat dengan ikhlas, sabar, bertanggung
jawab, dan istiqomah.
d. Ucapannya sesuai dengan perbuatnnya.
15. Apakah keriteria ini sudah dimiliki oleh para ulama kita saat ini?
Jwb : Untuk hal ini, saya tidak bisa menjawab. Silahkan Anda
menjawab dengan melihat keadaan yang ada saat ini.
16. Apakah kriteria ini juga menjadi tolak ukur dalam menilai para mahasiswa
pelatihan PDU ini?
Jwb : Dalam hal penilaian kami sebagai pihak penyelanggara
menyerahkannya kepada para dosen, akan tetapi pihak penyelenggara
tingkat pusat tetap menentukan presentasi atau akor yang terbagi dalam 4
penilaian yang terdiri dari : Kehadiran 10%, Tugas-tugas 20%, UTS 30%,
dan UAS 40%.
17. Bagaimana peran pelatihan pendidikan dasar ulama (PDU-MUI) dalam
mendidik ulama muda?
Jwb : Dalam hal aktifitasnya, program PDU ini berperan dalam
melatih calon-calon ulama, khususnya ulama muda yang nantinya akan
menjadi penerus ulama yang talah ada saat ini. Di mana peran ulama yang
berkumpul dalam organisasi MUI meliputi : sebagai ahli waris tugas para
Nabi, sebagai pemberi Fatwa, sebagai pembimbing dan pelayan umat,
sebagai penegak amar makruf dan nahyi munkar, sebagai pelopor gerakan
pembaruan.
18. Apa kurikurum yang diterapkan oleh Pendidikan Dasar Ulama?
Jwb : Kurikulum yang diterapkan PDU merupakan kurikulum
tersendiri yang disusun atas dasar masukan Ulama, Dosen/pengajar PDU,
pakar Pendidikan, Lingkungan sekitar (aspirasi umat), perkembangan Iptek,
dan kemampuan belajar peserta. Kurikulum ini nantinya akan dievaluasi
secara berkala setiap tiga tahun sekali.
19. Metode apa saja yang dilakukan program pendidikan ini dalam proses
pelatihan bagi calon ulama muda?
Jwb : Metode yang diterapkan pada program ini adalam metode
belajar, ceramah, diskusi, seminar, problem solving, dan praktikum.
20. Apa saja aktifitas rutin yang diterapkan oleh pelatihan PDU ini pada para
mahasiswanya?
Jwb : Aktifitas rutin yang sering dilakukan adalah perkuliahan
dengan ceramah maupun diskusi, serta praktek ibadah. Adapun untuk
observasi hannya dilakukan apabila dianggap perlu.
21. Apa saja materi yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan ulama muda
ini?
Jwb : Untuk materi yang di terapkan pada program PDU ini,
sebagai berikut : Ulumul Quran, Tafsir (I dan II), Ulumul Hadits, Hadits (I
dan II), Fiqih (I, II, dan III), Akhlaq Tasawuf, Praktikum (I, II, dan III),
Bahasa Arab (I dan II), Ilmu Tauhid, Tajwid Al-Qur’an, Qiraat al-Qutub
(Tafsir), Qiraat al-Qutub (Hadits), Tarikh Islam, IPI, Ilmu Dakwah, dan
Kapita Selekta
22. Apa saja yang dilakukan PDU dalam mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan?
Jwb : Dalam mengevaluasi pihak penyelenggara ujian tengah
semester dan ujian akhir semester. Selain dua ujian tersebut pihak MUI
juga memberi kesempatan bagi dosen untuk melakukan ujian lain seperti
tes atau pemberian tugas. Ujian dapat berbentuk tulisan, lisan, maupun
pengamatan.
23. Adakah faktor pendukung yang dialami program ini selama
pelakasanaannya?
Jwb : Ada beberapa faktor pendukung selama pelaksanaan PDU ini,
seperti :
a. Adanya dukungan penuh dari pihak MUI Provinsi DKI Jakarta
sebagai pihak penyelenggara.
b. Adanya dukungan dari pihak-pihak lain, seperti : aparat
pemerintahan.
c. Kualitas pengajar yang sudah tidak diragukan lagi, di mana hampir
seluruh tenaga pengajar merupakan ulama.
24. Adakah faktor penghambat yang dialami lembaga ini selama
pelaksanaannya?
Jwb : Terbatasnya dana yang kami terima
Jakarta, 18 Juni 2012
(..............................................)
M Naufal Al-Haq, SPd.I
HASIL WAWANCARA
Hari/Tgl : Selasa, 15 juli 2012
Narasumber : Yayah Fauziyah (alumni PDU angkatan IV)
Tempat : Jln. KH Kasyim Pondok Cabe Kembangan Uara Jakarta Barat Rt:
004/01.
1. Apa alasan anda mengikuti program pelatihan PDU ini?
Jwb : Ingin menambah ilmu agama dengan sebaik-baiknya
untuk bekal di akhirat saya nanti.
2. Dari mana anda mengetahui tentang program PDU ini?
Jwb : saya mengetahui program ini dari orang tua dan saudara-
saudara saya, di mana sbeberapa saudara pernah mengikuti program ini.
3. Apa yang anda ketahui tentang PDU ini?
Jwb :PDU ini adalah program MUI Provinsi DKI Jakarta,
dengan tujuan untuk menciptakan ulama yang berkualitas tinggi serta
bagus dalam masyarakat.
4. Menurut anda, apakah sosialisasi yang dilakukan badan pelaksana PDU
sudah cukup?
Jwb : untuk saya sendiri sudah cukup ya, karena memang saya
tau dari orang tua dan saudara-saudara saya yang memang pernah
mengikutinya. Akan tetapi untuk lingkungan tertentu saya rasa kurang,
seperti pada saat saya membicarakannya pada beberapa teman, mereka
malah tidak mengetahui sama sekali tentang PDU ini.
5. Apa pengertian ulama menurut anda?
Jwb : ulama adalah mubaligh yang mengsyiarkan agama-Nya
melalui ceramah kepada masyarakat, dengan tujuan mengingatkan
masyarakat agar selalu menjalankan printah agama-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
6. Dari pengertian ulama yang anda kemukakan, apakah semua kegiatan
yang ada pada program pelatihan PDU ini sudah bisa mewakili
pengertian tersebut?
Jwb : ya.... saya rasa sudah cukup. Karena materi yang diberikan
merupakan materi-materi yang berkaitan dengan agama Islam, terlebih
lagi dengan di tunjang praktek-praktek keagamaan.
7. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang anda alami
selama mengikuti program ini ?
Jwb : faktor pendukung : (1). Dalam mengukiti program
pelatihan ini, para peserta tidak dipungut biaya sama sekali. Bahkah
pada akhir pelatihan para peserta akan di berikan uang. (2). Antusiasme
jumlah peserta yang mendaftar cukup bagus, terlebih bila dilihat dari
kurangnya sosialisasi yang dilakukan. (3). Pengajar yang cukup
berkualias dan berpengalaman. Faktor penghambat : (1). Lokasi yang
cukup jauh dan kurang strategi. (2). Kurangnnya sosialisasi yang
dilakukan pihak penyelenggara. (3). Kurangnnya kontrol dari pihak
penyelenggara, di mana terkadang daftar kehadiran peserta tidak
berjalan.
Hasil Wawancara
Hari/Tgl : Rabu, 03 September 2012
Narasumber : Reza Abdullah
Tempat : Kantor sekreariat (PDU-MUI) Kota ADM Jakarta Barat Jln. Raya
Kembangan No. 2
1. Apa alasan anda mengikuti program pelatihan PDU ini?
Jwb : untukc menambah ilmu pengetahuan agama Islam dan
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dari SLTA.
2. Dari mana anda mengetahui tentang program PDU ini?
Jwb : saya tahu dari Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid
Indonesia yang kebetulan saya menjadi salah satu pengurusnya.
3. Apa yang anda ketahui tentang PDU ini?
Jwb : PDU ini adalah program pelatihan yang diperuntukan
bagai generasi muda Islam untuk lebih mempelajari pengetahuan
tentang agama.
4. Menurut anda, apakah sosialisasi yang dilakukan badan pelaksana PDU
sudah cukup?
Jwb : belum, karena saya sendiri baru mengetahuinya dari
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia, tepatnya 2 tahun
lalu kemudian saya tertarik untuk mengikutinya.
5. Apa saja kegiatan yang dilakukan selama pelatihan berlangsung?
Jwb : kegiatan perkuliahan (belajar mengajar) yang berlangsung
dalam kelas dan dengan seorang dosen pada tiap-tiap mata kuliahnya,
selain itu juga ada stady banding yang diadakan pada semester 3, kuliah
umum dengan dosen yang tak menentu, dan bedah buku.
6. Apa pengertian ulama menurut anda?
Jwb : orang alim yang suka menyampaikan ilmu yang
dimilikinya kepada masyarakat khususnya umat Islam agar tetap
berpengang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits.
7. Dari pengertian ulama yang anda kemukakan, apakah semua kegiatan
yang ada pada program pelatihan PDU ini sudah bisa mewakili
pengertian tersebut?
Jwb : sudah, karena memang hampir keseluruhan dari isi
pelatihan sudah cukup mewakili cabang-cabang ilmu Islam. sedangkan
untuk bukti nyatanya memang belum terlihat, akan tetapi bukan berarti
tidak ada yang menjadi cikal-bakal ulama.
8. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang anda alami
selama mengikuti program ini ?
Jwb : faktor pendukung : (1) tidak dikenakan biaya pelatihan selama mengikuti
program ini, dan (2). dosen yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan agama
yang luas. Faktor penghambat : (1). kehadiran dosen yang tak menentu, dan (2).
Tempat yang kurang nyaman bagi proses belajar mengajar.
Bobot dan Satuan Kredit program Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI)
Program perkuliahan dilakukan dengan sistem SKS bengan bobot 50 SKS
yang dapat ditempuh selama 2 tahun, adapun bobot SKSnya sebagai berikut :
MATA KULIAH SATUAN KREDIT
SEMESTER I II III IV
A. Kompetensi Utama
1. Ulumul Quran ..... 3 ..... ..... .....
2. Tafsir I ..... ..... 3 ..... .....
3. Tafsir II ..... ..... ..... 3 .....
4. Ulumul Hadits ..... 3 ..... ..... .....
5. Hadits I ..... ..... 3 ..... .....
6. Hadits II ..... ..... ..... 3 .....
7. Ushul Fiqih I ..... 3 ..... ..... .....
8. Ushul Fiqih II ..... ..... 3 ..... .....
9. Fiqih I ..... 3 ..... ..... .....
10. Fiqih II ..... ..... 3 ..... .....
11. Fiqih III ..... ..... ..... 3 .....
12. Akhlaq Tasawuf ..... ..... ..... ..... 3
13. Praktikum I (Ibadah) ..... ..... 3 ..... .....
14. Praktikum II (Qiraat) ..... ..... ..... 3 .....
15. Praktikum III (...) ..... ..... ..... ..... 3
B. Kompetensi Pendukung
16. Bahasa Arab I ..... 3 ..... ..... .....
17. Bahasa Arab II ..... ..... 3 ..... .....
18. Ilmu Tauhid ..... ..... ..... 3 .....
19. Tajwid Al-Qur’an ..... ..... ..... ..... 3
20. Qiraat al-Qutub (Tafsir) ..... 3 ..... ..... .....
21. Qiraat al-Qutub (Hadits) ..... ..... ..... ..... 3
22. Tarikh Islam ..... ..... ..... 3 .....
23. IPI ..... ..... ..... ..... 3
24. Ilmu Dakwah ..... ..... ..... 3 .....
C. Kompetendi Lain
25. Kapita Selekta ..... ..... ..... ..... 3
Total (75 SKS) 18 18 21 18
STRUKTUR ORGANISASI MUI KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA BARAT
PENASEHAT*
KETUA UMUM
KH. Alawi Mohammad Zen MA
Bendahara Umum
Dr. MGS. H. Darus Ali
Seketaris Umum
KH. Sulaiman Rais. M.AG
Kom. Fatwa
KH. A. Mahmud.
MA
Kom. Dakwah
KH. Baiya Isa.
BSc
Kom. Pendidikan
Drs.H. M. A Salim
Thohir
Kom. Kajian
Drs. Munahir
Muchtar HS
Kom. Ukhwah
Drs. KH. Rusli
Sidiq
Kom. Ekonomi
Drs. H. Iskandar Achyar H.Si
ANGGOTA
Kom. Pemberdayaan Perempuan
Dra. HJ. Hakimah Amirullah
Ket :
Penasehat : - Walikota Jakarta Barat - KH. Mahfudz Asirun
- KA. KAN. Menag Jakarta Barat - Harun Munir. S. SOS
- Seket Kota Jakarta Barat -KH. Noer Muh. Iskandar SQ
- Drs. H. A. Suady - KH. Suhaimi
- KH. Achyar Al-Anshori - Drs. H.M. Sadeli Sapri
Struktur Organisasi Pendidikan Dasar Ulama
Berikut ini akan penulis paparkan struktur kepengurusan Pendidikan Dasar
Ulama (PDU) tingkat Provinsi DKI Jakarta :
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
PROVINSI DKI JAKARTA
BADAN PELAKSANA PDU
TINGKAT PROVINSI
BADAN PELAKSANA PDU
TINGKAT
KOTA/KABUPATEN
DEWAN
PENDIDIKAN
KOMITE
PENDIDIKAN
top related