b4 sumiyati - simdos.unud.ac.id · peran teknik pertanian dalam pengembangan agroindustri berbasis...
TRANSCRIPT
Makalah Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian ISSN 2081-7152
Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009
Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal
B24
ANALISIS PERUBAHAN SIFAT FISIK TANAH
PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI BESAR (CAPSIUM ANNUM L)
DENGAN PEMUPUKAN MENGGUNAKAN KOMPOS
Sumiyati
Yohanes Setiyo
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Udayana
PENDAHULUAN
Umumnya struktur tanah yang dikehendaki dalam bidang pertanian adalah
struktur tanah remah. Struktur tanah tersebut mempunyai pori – pori diantara agregat
lebih banyak daripada tanah yang berstruktur gumpal. Tanah berstruktur remah
mempunyai perbandingan antara bahan padat dengan ruang pori relatif seimbang,
sehingga menyebabkan kandungan air dan udara mencukupi bagi pertumbuhan
tanaman dan bahan padatnya menyebabkan akar dapat cukup kuat untuk bertahan
(Suripin, 2004).
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik
halus (humus). Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur),
berwarna hitam atau coklat, dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang
tinggi. Bahan yang banyak mengandung bahan organik mempunyai lapisan humus
yang tebal dan mempunyai sifat fisik yang baik (Suripin, 2004).
Tanah mempunyai kemampuan tertentu untuk memproduksi jenis – jenis
produk pertanian, maka orang mulai mengawetkannya. Kebanyakan masyarakat tani
kini telah menggunakan pupuk baik alami maupun buatan. Namun, terjadi dampak
dari munculnya kemajuan teknologi khususnya dalam memelihara kelestarian
lingkungan (Rafi’i, 1982).
Menurut Tjwan (1986) ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah, yaitu
dengan: (1) menggunakan pupuk kandang, pupuk hijau atau kompos, (2)
mengusahakan dikembalikannya sisa – sisa tanaman ke dalam tanah, dan (3)
melakukan pertanaman secara tumpang sari, sehingga tanah akan tertutup oleh
tumbuh – tumbuhan untuk menghindari penguraian atau oksidasi bahan organik yang
berlebihan bila tanah langsung disinari matahari.
Dahulu pupuk yang banyak digunakan dalam pertanian di Indonesia adalah
pupuk organik, seperti pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan pupuk dari
tulang hewan. Namun, keperluan akan hara yang relatif besar tidak dapat dipenuhi
Makalah Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian ISSN 2081-7152
Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009
Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal
B25
oleh bahan organik saja, sehingga diperlukan tambahan beberapa pupuk anorganik.
Penggunaan bahan kimia sintetis memberikan dampak negatif yang serius.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesadaran manusia ditambah dengan meningkatnya tingkat kesejateraan, didorong
juga oleh akan diberlakukannya era perdagangan bebas, maka cara bertani dengan
istilah kembali ke alam (back to nature) atau dikenal orang dengan budidaya organik
mulai dilirik lagi. Oleh karena itu perlu untuk diketahui bagaimana perubahan sifat
fisik tanah pada budidaya tanaman cabai besar (Capsium annum L) dengan
pemupukan menggunakan kompos dan apakah perubahan sifat fisik tanah pada
budidaya tanaman cabai besar (Capsium annum L) dengan pemupukan menggunakan
kompos tersebut mampu meningkatkan produktivitas.
Tujuan Penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui perubahan sifat fisik
tanah pada budidaya tanaman cabai besar dengan pemupukan menggunakan kompos;
dan (2) Untuk mengetahui sejauh mana perubahan sifat fisik tanah pada budidaya
tanaman cabai besar (Capsium annum L) dengan pemupukan menggunakan kompos
tersebut mampu meningkatkan produktivitas.
METODE PENELITIAN
Bahan untuk penelitian adalah kompos hasil pengomposan sampah organik
perkotaan dan tanaman sayuran. Bahan penunjang lainya polybag, dan tanah. Alat
untuk analisa sifat fisik tanah adalah botol timbang, timbangan, tabung sampel tanah
tak terusik (undisturb soil sample), picnometer, eksikator, mistar ukur, dan oven.
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Sumberdaya Alam Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Unud. Waktu penelitian berlangsung selama
6 bulan
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu
dosis kompos dengan level 3 level yaitu:
D0 = dosis pemupukan 0 kg kompos per kg media tanam (tanpa pupuk)
D1 = dosis pemupukan 1 kg kompos per 2 kg total media tanam (1 : 1)
D2 = dosis pemupukan 2 kg kompos per 3 kg total media tanam (1 : 2)
D3 = dosis pemupukan 3 kg kompos per 4 kg total media tanam (1 : 3)
D = dosis pemupukan 1 kg kompos per kg media tanam (kompos murni)
Makalah Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian ISSN 2081-7152
Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009
Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal
B26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat volume (Bulk density)
Berat volume (bulk density) adalah perbandingan antara berat tanah dalam
keadaan kering mutlak dengan volume tanah total. Nilai rata - rata berat volume pada
pengamatan selama 12 minggu dapat dilihat pada gambar 1.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
0 2 4 6 8 10 12
Minggu ke-
Bera
t V
olu
me (
g/c
m3)
Do
D1
D2
D3
D
Gambar 1. Nilai rata - rata berat volume pada pengamatan selama 12 minggu
Tanah organik mempunyai berat volume (bulk density) lebih rendah
dibandingkan dengan tanah mineral. Dapat dilihat pada gambar 1. bahwa perlakuan D
(kompos murni) memiliki nilai berat volume (bulk density) jauh di bawah perlakuan
Do (tanah murni).
Nilai berat volume (bulk density) pada tanah organik biasanya berkisar 0,1 –
0,6 g/cm3. Pada penelitian ini perlakuan D (kompos murni) memiliki nilai berat
volume (bulk density) 0,3 g/cm3, sedangkan perlakuan Do (tanah murni) 0,89 g/cm
3
dan campuran tanah dan kompos berkisar 0,34 – 0,53 g/cm3.
Berat jenis (particle density)
Berat jenis (particle density) merupakan perbandingan antara berat tanah
kering mutlak dengan volume padatan tanah yang bersangkutan. Nilai rata - rata berat
jenis pada pengamatan selama 12 minggu dapat dilihat pada gambar 2.
0
1
2
3
4
0 2 4 6 8 10 12
Minggu ke-
Bera
t Jenis
(g/c
m3)
Do
D1
D2
D3
D
Gambar 2. Nilai rata - rata berat jenis pada pengamatan selama 12 minggu
Makalah Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian ISSN 2081-7152
Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009
Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal
B27
Tanah terdiri dari partikel mineral dan partikel organik dengan komposisi yang
bervariasi dan densitas yang beragam. Rata – rata berat jenis (particle density) pada
tanah mineral biasanya berkisar pada nilai 2,65 g/cm3. Tanah yang digunakan pada
penelitian ini mempunyai nilai berat jenis (particle density) 2,52 g/cm3, sedangkan
setelah dicampur dengan kompos nilai berat jenis (particle density) menjadi menurun.
Porositas tanah
Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume ruang pori (makro
dan mikro) dengan volume contoh tanah. Nilai rata - rata porositas pada pengamatan
selama 12 minggu dapat dilihat pada gambar 3.
50
60
70
80
90
0 2 4 6 8 10 12
Minggu ke-
Po
rosit
as (
%) Do
D1
D2
D3
D
Gambar 3. Nilai rata - rata porositas pada pengamatan selama 12 minggu
Dari gambar 3. diketahui bahwa perlakuan Do (tanah murni) memiliki ruang
pori yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Ruang pori dalam
tanah dapat ditempati oleh air dan atau udara, disamping juga merupakan ruang gerak
terhadap air dan atau udara untuk melakukan sirkulasi atau aerasi. Ruang pori
digunakan sebagai jalan bagi binatang kecil dalam tanah dan juga memberikan ruang
bagi akar tanaman untuk tumbuh.
Gerakan air dalam tanah terutama tergantung pada ukuran pori – pori tanah,
gerakan dan difusi gas sangat tergantung pada porositas total. Difusi gas biasanya
juga dipengaruhi oleh kontinuitas ruang pori.
Titik Layu Permanen dan Kapasitas Lapang
Kapasitas Lapang (KL) merupakan kondisi pada saat tanah menerima input air
(hujan / irigasi), maka sebagian air tak mampu lagi diikat oleh tanah dan terus
bergerak ke bawah oleh gaya gravitasi. Titik Layu (TL) merupakan kondisi dimana
Makalah Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian ISSN 2081-7152
Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009
Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal
B28
kadar air yang dikandung oleh tanah tidak dapat lagi dimanfaatkan oleh tanaman
karena tegangan yang tinggi sehingga daya serap akar tak mampu melawan tegangan
tersebut.
37,4
16,4
42,1
17,9
38,1
21,3
46,1
25,4
51,1
23,0
0
10
20
30
40
50
60
Pro
se
nta
se
ka
da
r a
ir (
%)
Do D D1 D2 D3
Perlakuan
KL TL
Gambar 4. Nilai rata - rata Kapasitas Lapang dan Titik Layu setelah 12 minggu
Dari gambar 4. dapat dilihat bahwa semakin besar campuran kompos yang
diberikan pada tanah, maka semakin tinggi kapasitas penyimpanan air pada media
tanam. Hal ini dikarenakan rentang selisih antara kapasitas lapang dan titik layu
menjadi lebih besar, sehingga rentang kadar air yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman
menjadi lebih besar.
KESIMPULAN
a. Perlakuan D (kompos murni) memiliki nilai berat volume (bulk density) jauh
dibawah perlakuan Do (tanah murni).
b. Setelah tanah dicampur dengan kompos, nilai berat jenis (particle density) media
tanam menjadi menurun.
c. Perlakuan Do (tanah murni) memiliki ruang pori yang lebih kecil dibandingkan
dengan perlakuan yang lain.
d. Semakin besar campuran kompos yang diberikan pada tanah, maka semakin tinggi
kapasitas penyimpanan air pada media tanam.
Makalah Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian ISSN 2081-7152
Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009
Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal
B29
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius (AAK), 2007, Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
EPA. 1985. Composting of Municipal waste water sludges. U.S Environmental
Protection Agency report. No 490/9-81-011. Cicinnati.
Foth, Henry D., 1990. Fundamentals of Soil Science. John Wiley & Sons. New York.
Giusquiani PL, Pagliai M, Gigliotti G, Businelli D, and Benetti A. 1995. Urban waste
compost: effect on physical, chemical and biological soil properties. J.
Environ. Qual. 24:175 – 182.
Harada YK, Haga, Tosada, and Kashino M. 1993. Quality of produced from animal
waste. JARQ 26:238-246.
Indrasti, N.S dan Wilmot S. 2001. Standar mutu kompos Indonesia. Second Milestone
Report Feasibility Study for composting in Indonesia. Reid Crowter
International. Indonesia.
Kardinan, Agus, dan Agus Ruhnayat, 2003, Budidaya Tanaman Obat Secara Organik,
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Lasaridi K., Protopapa I., Kotsou M., Pilidis G., Manios T., and Kyriacou A. 2006.
Quality assessment of compost in the Greek market: The need for standards
quality assurance. J Environmental Management 80: 58-65.
Novizan, 2005, Petunjuk Pemupukan yang Efektif, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Redaksi Trubus, 2001, Bertanam Cabai dalam Pot, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiyo, Y. 2007. Pengembangan Model Simulasi Proses Pengomposan Sampah
Organik Perkotaan. Disertasi S-3. IPB. Bogor.
Sunaryono, H. Hendro, 1989, Budidaya Cabe Merah, Sinar Baru, Bandung.