manajemen pasca operasi setelah daycare anaesthesia pada anak-anak
Post on 04-Jul-2015
544 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PASCA OPERASI SETELAH DAYCARE ANAESTHESIA PADA
ANAK-ANAK
PENDAHULUAN
Operasi rutin pada anak-anak sangat sering dilakukan dengan basis perawatan
harian (daycare); contohnya di Inggris dan Amerika Serikat diperkirakan bahwa setidaknya
50-60% dari rutinitas prosedur bedah pediatrik dikelola dalam cara ini (1,2). Operasi daycare
dianggap sebagai pilihan yang baik untuk anak-anak karena memiliki manfaat psikologis,
sosial dan ekonomi bagi anak dan keluarga, dan manfaat ekonomi bagi penyedia layanan
kesehatan (1,3,4).
Tujuan utama dari daycare adalah layanan bedah aman dan efektif yang diberikan
dengan tingkat morbiditas minimal pasca operasi, tingkat masuk rumah sakit tidak terencana
yang rendah dan tingkat kepuasan anak dan orangtua yang tinggi. Untuk mencapai ini
membutuhkan pemilihan dan screening pasien secara hati-hati dengan persiapan pra
operasi yang baik serta suasana lingkungan medis yang disukai anak-anak dan aman
dengan tim yang berisi staf-staf yang terlatih (1,2,5). Untuk anestesi, hal ini menyajikan
tantangan dengan penekanan utama pada pertimbangan pra operasi dan untuk memastikan
bahwa pasien telah dalam keadaan baik dan dapat dipulangkan, daripada perawatan pasca
operasi jangka panjang yang sebagian besar akan berlangsung di rumah. Dalam survei
pada anak-anak dan keluarga yang mengikuti anestesi dan pembedahan secara daycare
telah menunjukkan bahwa nyeri pasca operasi, mual dan muntah pasca operasi atau
postoperative pain, postoperative nausea and vomiting (PONV) dan gangguan perilaku tidak
jarang terjadi, terutama di rumah setelah pasien dipulangkan, dan banyak hal yang perlu
diperhatikan untuk mengembangkan layanan ini(6,9).
NYERI
Manajemen nyeri pasca operasi dilihat sebagai penyebab perhatian utama pada terapi
daycare(10, 11). Manajemen nyeri sub-optimal dapat terjadi baik di periode awal dan akhir
pasca operasi; di rumah sakit, pemberian analgesik kemungkinan akan dihilangkan dalam
upaya mendukung pemulihan lebih cepat, transfer pasien yang lebih efisien dari satu tempat
ke tempat lain atau pemulangan pasien yang lebih cepat (7, 12). Di rumah, orang tua
diharapkan dapat memainkan peran penting dalam manajemen nyeri, ada bukti bahwa
mereka tidak dapat melakukan hal ini dengan baik tanpa dukungan yang seringnya tidak
tersedia atau tidak memadai (13-17).
PONV
Penyebab dan manajemen PONV pada anak-anak telah banyak ditinjau baru-baru ini (18,
19). Profilaksis anti-muntah mungkin mahal dan kontroversial, itu diindikasikan bagi mereka
yang berisiko sedang dan tinggi terjadi PONV; terapi kombinasi mungkin akan lebih efektif
daripada obat tunggal karena beberapa mekanisme bekerja, Tabel 2. Mual sulit didiagnosis
pada anak-anak yang masih kecil sehingga hanya muntah yang dilihat dan diobati.
Ondansetron 50mcg/kg adalah profilaksis lini pertama untuk muntah pada usia tersebut.
Anak-anak lebih dari 3 tahun memiliki insiden yang lebih tinggi untuk muntah dari pada
orang dewasa, perbedaan jenis kelamin tidak muncul sampai usia pubertas. Tindakan
bedah yang sering diikuti muntah pada anak-anak antara lain operasi mata strabismus,
tonsilektomi, adenoidektomi, orkidopeksi dan repair hernia (20).
GANGGUAN PERILAKU
Studi telah melaporkan gangguan perilaku dan pola tidur pada anak-anak terjadi setelah
operasi daycare (13, 21, 22). Penyebab yang tepat dari perubahan perilaku dan setiap
konsekuensi jangka panjang tidak banyak dipahami. Namun demikian peristiwa tersebut
mungkin menyedihkan bagi anak-anak dan orang tua dan upaya harus dilakukan untuk
menguranginya dengan persiapan pra operatif yang baik, perawatan peri-operasi yang
sensitif dan manajemen nyeri yang adekuat.
PRINSIP MANAJEMEN PASCA OPERASI
Manajemen pasca operasi harus direncanakan secara hati-hati dari awal operasi
(24). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri dan morbiditas pada periode pasca
operasi ditunjukkan pada tabel 1. Banyak prosedur, seperti adenoidektomi, tonsilektomi,
sirkumsisi, orkidopeksi dan operasi strabismus, memiliki langkah-langkah pasca operasi dan
profil komplikasi yang sudah diketahui sehingga manajemen pasca operasi dapat dilakukan
dengan pendekatan berbasis protokol. PONV dikaitkan dengan beberapa analgesik pasca
operasi terutama opioid, dan juga dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat,sedangkan
gangguan perilaku dapat dikurangi dengan analgesia yang baik (8, 25, 26).
Tabel 1- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PASCA OPERASI SETELAH OPERASI
DAYCARE
• Jenis operasi
• Karakteristik pasien
• Persiapan praoperasi untuk pasien dan orang tua
• Premedikasi
• Anaesthesia
• Analgesia
• Pencegahan dan manajemen mual dan muntah (PONV)
• Kriteria penilaian discharge
• Kualitas instruksi pasca operasi
• Ketersediaan obat analgesik yang cocok di rumah
• Ketentuan saran pascaoperasi
• Tindak lanjut pasca operasi dan pemeriksaan hasil
Analgesia untuk operasi daycare harus efektif, memastikan kenyamanan pasca
operasi namun menyebabkan sedikit atau tanpa sedasi atau peningkatan mual dan muntah
pasca operasi (PONV). Dalam prakteknya, ini berarti membatasi atau menghindari
penggunaan sedasi long acting dan opioid sementara mengembangkan penggunaan teknik
anestesi lokal. Obat yang dipakai, dosisnya, teknik, waktu dan rute administrasi semua akan
mempengaruhi hasil pasca operasi; analgesia seimbang direkomendasikan untuk mencapai
efikasi terbesar dan efek samping terendah. Tabel 2 menunjukkan contoh analgesik yang
digunakan untuk manajemen nyeri peri-operasi, farmakologi obat tersebut harus dipahami
oleh anggota tim. Petugas kesehatan membutuhkan pendidikan dan pelatihan sehingga
mereka mampu untuk memastikan bahwa analgesik digunakan secara efektif, dan pasien
bebas nyeri selama pemulihan dan setelah pulang rumah sakit. Mereka harus meyakinkan
bahwa keluarga diberi informasi yang terbaik untuk membantu mereka dalam manajemen
nyeri di rumah, tabel 3 (27). Nyeri pasca operasi sebaian besar harus dapat diterapi dengan
obat analgesik yang dapat dibeli tanpa resep yang aman dan mudah didapat oleh orangtua
di rumah, jika tidak, kesesuaian prosedur untuk operasi daycare harus dipertanyakan atau
analgesik spesial yang sudah ditentukan maupun perawatn lainnya harus tersedia (28).
'Paket yang bisa dibawa pulang' berisi analgesik dan informasi khusus yang ditulis
disediakan untuk keluarga, pelayanan via telepon, tim pendukung homecare dan
pemeriksaan efektivitas pengobatan juga dapat meningkatkan kualitas manajemen pasca
operasi (7,29,30).
Tabel 2. ANALGESIK DAN ANTI MUNTAH PADA PASCA OPERASI DAYCARE
Lokal anestesi; bupivakain, ropivakain, lidokain, ametokain, prilokain
Parasetamol
OAINS; ibuprofen, ketoprofen, diclofenac, ketorolac, piroksikam
Opioid potensi rendah; kodein, tramadol, butorphanol
Opioid lain; morfin, oksikodon, xanax
Antiemetik; ondansetron, droperidol, cyclizine, deksametason, perphenazine.
Tabel 3. BAGAIMANA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN LEBIH LANJUT DAN SARAN
SETELAH KELUAR DARI RUMAH SAKIT
Informasi untuk orang tua pada manajemen nyeri pasca operasi
Lokasi dan intensitas nyeri yang diharapkan
Durasi yang diharapkan dari rasa nyeri
Peran mereka dalam manajemen nyeri di rumah
Analgesia, dosis dan frekuensi yang akan diberikan
Efek samping dari analgesik yang diharapkan
LOKAL ANAESTHESIA (LA)
Teknik anaesthesia lokal, dilakukan dengan anestesi umum sebelum atau setelah
operasi dapat mengurangi kebutuhan analgesik dalam periode awal pasca operasi.
Analgesia lebih lanjut ini kemudian diberikan per oral, rektal atau parenteral (lihat di bawah).
Analgesia lanjutan harus dimulai di awal sehingga efektif sebelum efek dari anestesi lokal
telah surut, jika tidak, pasien mungkin mengalami rasa sakit yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tidak LA (6, 14). Karena LA adalah opioid-sparing
selama operasi dan pada periode awal pasca operasi, PONV juga kemungkinan akan
berkurang. Rincian praktis tentang bagaimana prosedur pelaksanaan anestesi lokal dapat
ditemukan dalam teks standar (31-33).
INFILTRASI LUKA
Infiltrasi luka bedah dapat digunakan dalam banyak situasi terutama untuk operasi
yang sangat superfisial. Hal ini sederhana dan efektif tetapi kegunaannya dibatasi terutama
oleh kebutuhan untuk volume besar dari anestesi lokal dan dosis pembatasan karena
toksisitas LA. Infiltrasi telah diteliti pada beberapa kasus umum dengan prosedur operasi
daycare termasuk herniotomy, operasi mata, operasi gigi dan tonsilektomi.
i) Herniorraphy:
Untuk repair hernia inguinalis, kualitas analgesia akibat infiltrasi luka dengan
bupivakain lebih baik dibandingkan dengan analgesia caudal atau blok ilioinguinal (34-36).
Analgesia setelah repair hernia umbilicallis bagus dan sedikit diperbaiki dengan ketorolac
tambahan (37). Tingkat bupivakain plasma setelah infiltrasi 1.25mg/kg adalah dalam kisaran
non-toxin setelah herniotomy inguinalis(38).
ii) Operasi strabismus:
Infiltrasi bupivakain subconjunctival sama efektifnya dengan blok retrobulbar setelah
operasi strabismus (39). Injeksi lidokain subtenons juga menunjukkan peningkatan
analgesia pascaoperasi awal (40).
iii) Operasi gigi:
Infiltrasi bukal (mandibula) bupivakain atau mepivacaine adalah sama efektifnya
dengan blok mandibula untuk prosedur konservatif gigi pada anak-anak tetapi tidak untuk
ekstraksi atau pulpotomies (41, 42).
iv) Tonsilektomi:
Efektivitas infiltrasi peritonsillar dengan anestesi lokal tidak pasti menurut tinjauan
sistematis terbaru (43). Wong dan rekan menemukan bahwa infiltrasi peritonsillar bed
dengan 0,5% bupivakain +1:200,000 adrenalin efektif mengurangi nyeri dini pasca operasi.
Sebaliknya, Stuart menemukan hanya efek moderat dengan 0,25% bupivakain dan Schloem
menemukan 0,5% bupivakain tidak efektif(44 - 46). Baru-baru ini Hung dan rekan
menemukan bahwa bupivakain topikal memperbaiki sejumlah hasil pasca operasi, termasuk
nyeri pada 6 jam (47).
LOKAL ANAESTHESIA TOPIKAL
Lidokain cream telah direkomendasikan sebagai analagesia pasca operasi setelah
sirkumsisi (11, 48). EMLA juga telah digunakan untuk nyeri pasca sirkumsisi (49). Tentang
penerapan lidokain ini bermanfaat juga pasca operasi myringotomy, dan nasal packing, tapi
pasca operasi herniorrhaphy inguinal durasi analgesianya sangat singkat (50-52).
BLOK SIMPLE NERVUS
i) Blok saraf iliohypogastric ilioinguinal
Bedah eksplorasi daerah inguinal meliputi herniorraphy, ligasi prosesus vaginalis
yang paten dan orkidopeksi. Skrotum juga diinervasi oleh cabang syaraf genitofemoral dan
insisi skrotum untuk fiksasi testis sehingga mungkin memerlukan analgesia tambahan.
Dilaporkan komplikasi termasuk kelemahan quadriceps karena blok saraf femoral dan
kerusakan lainnya terhadap struktur misalnya perforasi kolon (53, 54). Fisher dkk yang
mempelajari interval berkemih setelah operasi pada pasien yang diberikan ilioingiunal blok
atau blok caudal epidural tidak menemukan perbedaan waktu untuk berkemih atau efikasi
untuk kedua blok (55). L-bupivakain dan ropivakain tampaknya seefektif bupivakain untuk
blok ilioinguinal (56, 57).
ii) Blok nervus dorsal (Penile block)
Bagian ketiga distal penis disuplai oleh nervus dorsal yang mudah diblok. Analgesia
cocok untuk sirkumsisi, repair minor hipospadia dan operasi pada meatus uretra. Blok
nervus dorsal juga terutama dianjurkan untuk prosedur sirkumsisi neonatal, sering tanpa
anestesi umum (58). Blok nervus dorsal efektif untuk nyeri pasca operasi sirkumsisi, pernah
dilaporkan analgesia bertahan hingga 24 jam (59, 60). Dibandingkan dengan blok cincin
subcutanous penis, blok nervus dorsal lebih handal dan efektif (61). Analgesia ini adalah
serupa dibandingkan dengan blokade caudal epidural (62).Waktu untuk berkemih pertama
yang sedikit lebih pendek dan tidak adanya blok motorik dengan blok nervus dorsal ini juga
merupakan keuntungan (63).
iii) Blok saraf infra-orbita
Saraf infra-orbital mempersarafi bibir atas, kelopak mata bawah dan kulit yang
berdekatan di sekitar pipi dan hidung. Blok saraf infra orbital unilateral atau bilateral dapat
memberikan efek analgesia pasca operasi bibir sumbing dan operasi superficial di daerah
tengah wajah (64, 65). Dua teknik untuk mencapai saraf itu yang mungkin adalah: perkutan
dan intraoral. Blok intraoral dengan bupivakain 0,125% lebih unggul untuk infiltrasi lokal
pada bayi dan anak-anak 4-20 bulan (65).
iv) Blok saraf aurikularis
Blok ini mudah dilakukan dan memberikan efek analgesia dari pinna, mengurangi
rasa sakit dan muntah setelah otoplasty (1).
v) Blok caudal epidural
Sering dilakukannya analgesik caudal pada anak-anak telah mengkonfirmasikan
kegunaan dan keamanan teknik ini di tangan orang yang sudah berpengalaman (66,67).
Distribusi larutan dan besarnya efek analgesia yang ditimbulkan tergantung pada volume
yang disuntikkan dan mungkin berat atau umur pasien (68). Penggunaan volume larutan
terkonsentrasi yang tinggi dalam upaya untuk mencapai dermatom perut bagian atas telah
menyebabkan insiden yang tidak dapat diterima yaitu komplikasi serius (69). Dosis tunggal
maksimum bupivakain untuk blok caudal (2.5mg/kg) tampaknya aman setidaknya untuk usia
satu bulan, dalam periode neonatal ada beberapa kontroversi tentang ambang toksisitas
dan dosis yang lebih rendah kadang-kadang direkomendasikan. Baik levobupivacaine dan
ropivacaine telah digunakan secara efektif untuk analgesia caudal, rendahnya toksisitas
dapat meningkatkan keamanan dari teknik ini (70, 71).
KOMPLIKASI
Blok motoris setelah bupivacane caudal berkaitan dengan konsentrasi larutan,
konsentrasi lebih besar dari 0,25% mungkin tidak perlu untuk analgesia. Dalam prakteknya,
larutan sebesar 0,25% cocok untuk ambulatory atau operasi daycare, blok motorik harus
diidentifikasi jika ada dan orang tua diinformasikan tentang hal ini. Mayoritas anak-anak bisa
berjalan dalam waktu 1-2jam setelah blok caudal dengan bupivakain 0,25% (72).
Konsentrasi atau dosis lebih rendah mungkin juga efektif, bupivakain 0,125% dan
bupivakain 0,2% diketahui dapat menjadi equi-analgesik dengan
0,25% dalam beberapa keadaan (73, 74). Analgesia caudal dikaitkan dengan adanya
penundaan pasase urine setelah operasi bila dibandingkan dengan blok penis untuk
sirkumsisi (63). Analgesia merupakan salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi waktu
berkemih selain asupan cairan baru-baru ini, lokasi operasi, anestesi dan durasi prosedur.
ANALGESIK SISTEMIK
Tabel 4 berisi daftar obat-obatan dan dosis dari beberapa analgesik sistemik yang
sering digunakan untuk nyeri pasca daycare operasi. Pembatasan lisensi obat lokal
mungkin berarti bahwa beberapa analgesik tidak tersedia di beberapa negara atau dosis
dan indikasinya mungkin berbeda. Analgesik dikelompokkan menjadi tiga kelas;
parasetamol, OAINS dan opioid, obat dari kelas yang berbeda sering digunakan bersama-
sama sebagai bagian dari teknik multi-modal. Pendekatan ini memiliki sejumlah keunggulan
seperti meningkatkan analgesia dengan mengurangi efek samping serta
interval antar dosis. Bila ada rasa nyeri, analgesik harus diberikan "sesuai jam" dengan
interval teratur. Dosis pertama dari banyak obat untuk nyeri pasca operasi dapat diberikan
sebelum operasi sebagai premedikasi oral, intravena atau rectal diikuti induksi analgesia
(75-77).
Tabel 4. Dosis dan Rute Analgesia Sistemik
Drug Class of
analgesic
Route of
administratio
n
Doses Notes
Paracetamol
(Acetaminophen)
Antipyretic-
analgesic
Oral *90mg/kg/day
(15mg/kg/qds)
*60mg/kg/day for
neonates
Rectal
Intravenous
(propacetamol)
*90mg/kg/day
180mg/kg/day
Loading dose
required, higher
rectal maintenance
dose may required
Ibuprofen NSAID Oral 20mg/kg/day
(5mg/kg/qds)
Max 800 mg/day
Diclofenac NSAID Oral
Rectal
3mg/kg/day
(1mg/kg/tds)
3mg/kg/day
(1mg/kg/tds)
Max 150 mg/day
Ketorolac NSAID Oral
Intravenous
0,5-1mg/kg/qds
0,5 mg/kg/qds
Dosage restrictions
apply in some
countries
Max dose
40mg/day
Codeine Opioid Oral
Rectal
1mg/kg/qds
1mg/kg/qds
Low efficacy in
impaired CYP2D6
metabolism. Always
combine with
paracetamol
Oxycodone Opioid Oral 0,2 mg/kg/qds
Hydrocodone Opioid Oral 0,2 mg/kg/qds
Tramadol Opioid Oral
Intravenous
1mg/kg/qds
1mg/kg/qds
Novel mode of
action
i) Paracetamol/ Acetaminophen:
Analgesik potensi rendah dapat digunakan sendiri tetapi jauh lebih efektif jika
dikombinasi dengan OAINS dan/atau opioid. Parasetamol telah digunakan secara luas di
semua usia baik sebagai analgesik dan antipiretik. Farmakokinetik parasetamol telah cukup
baik dipelajari pada bayi walaupun data harus diinterpretasikan dengan beberapa
kewaspadaan karena rendahnya jumlah subyek di kebanyakan studi, dosis harian
maksimum yang direkomendasikan juga kadang-kadang dikurangi menjadi 60mg/kg/hari
dalam periode neonatal (78). Kadar dalam plasma sangat tergantung pada rute pemberian,
dosis awal yang tinggi dibutuhkan apabila diberikan per rektal, tabel 4. Hepatotoksisitas
adalah efek samping utama yang merugikan. Dosis kurang dari 150mg/kg/hari jarang
dikaitkan dengan toksisitas, namun penggunaan dosis maksimum untuk lebih dari 5 hari
tidak dianjurkan (79).
ii) OAINS
Walaupun mungkin ada beberapa perbedaan antar-individu dalam respon terhadap
OAINS, obat ini sebagian besar digunakan secara bergantian untuk nyeri akut. Pemilihan
OAINS tergantung pada ketersediaan dan kenyamanan. Beberapa obat pada grup ini
mudah didapat dengan formula dan presentasi yang ramah untuk anak-anak. OAINS tidak
digunakan dalam periode neonatal. Ada sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai
toksisitas OAINS pada awal hidup, tetapi setelah usia 6 bulan OAINS tampaknya memiliki
profil efek samping yang sama dengan yang ada pada anak yang lebih tua. Perhatian telah
disarankan saat menggunakan OAINS sehubungan dengan adanya kerusakan ginjal,
kecenderungan pendarahan dan ulserasi lambung. Obat ini sebaiknya tidak digunakan
untuk pasien yang asma akibat aspirin tapi mungkin aman untuk asma karena penyebab
lainnya (80).
iii) Kodein
Kodein adalah opioid potensi rendah yang efikasinya sebagian besar bergantung
pada metabolisme untuk morfin. Sistem enzim yang bertanggung jawab untuk hal ini adalah
yang diatur secara genetik maupun secara bertahap yang berarti bahwa sejumlah anak-
anak dapat mendapatkan keuntungan kecil dari obat ini (81).
iv) Oxycodone dan Hydrocodone
Opioid semi-sintetik dengan efikasi lebih besar dari kodein. Obat ini tersedia dalam
formulasi oral, baik tablet maupun cair, dan telah direkomendasikan untuk digunakan pada
anak-anak (82). Kedua agen ini tersedia dalam formulasi kombinasi dengan OAINS dan
acetaminophen.
v) Tramadol
Novel analgesik ini mempunyai opioid reseptor-mediated, mekanisme kerja
serotoninergic dan adrenergik. Ini tersedia dalam formulasi oral dan parenteral dan sejauh
ini telah dievaluasi aman untuk anak-anak (83, 84).
vi) Novel analgesik
? -2 adrenoreseptor agonis klonidin diketahui mempunyai efek long-acting analgesik
sistemik dan spinal. Ia juga memiliki efek sedasi dan hipotensi (85). Ketamine adalah
blocker kompetitif dari NMDA reseptor glutamat, yang menjadi penting dalam generasi
centrally mediated hypersensitivity dan ini mungkin menjelaskan efikasinya dalam nyeri
pasca operasi (86). Kedua obat ini mampu memperpanjang efek analgesik dari anestesi
lokal sentral dan oleh karena itu berpotensi baik digunakan untuk operasi daycare. Meskipun
demikian, belum banyak penelitian yang dilakukan untuk merekomendasikannya untuk
tujuan ini pada saat ini.
REFERENSI
1. Brennan LJ. Modern day-case anaesthesia for children.Br J Anaesth. 1999;83:91-103.
2. Hannallah RS, Patel RI. Pediatric Considerations. In: Twersky RS, Ed. The Ambulatory
Anaesthesia Handbook. St. Louis: Mosby; 1995. p. 145-170.
3. Campbell IR, Scaife JM, Johnstone JM. Psychological effects of day case surgery compared with
inpatient surgery. Arch Dis Child. 1988;63:415-47..
4. Thornes R. Just for the day : children admitted to hospital for day treatment. London: NAWCH on
behalf of Caring for Children in the Health Services; 1991.
5. Fishkin S, Litman RS. Current issues in pediatric ambulatory anesthesia. Anesthesiol Clin North
America. 2003;21:305-11.
6. Kokinsky E, Thornberg E, Ostlund AL, Larsson LE. Postoperative comfort in paediatric outpatient
surgery. Paediatr Anaesth. 1999;9:243-251.
7. Grenier B, Dubreuil M, Siao D, Meymat Y. Paediatric day case anaesthesia: estimate of its quality
at home.Paediatr Anaesth. 1998;8:485-49.
8. Kotiniemi LH, Ryhanen PT, Valanne J, Jokela R, Mustonen A, Poukkula E. Postoperative
symptoms at home following day-case surgery in children: a multicentre survey of 551 children.
Anaesthesia. 1997;52:963-99.
9. Amanor-Boadu SD, Soyannwo OA. Complications following day case paediatric surgery. West Afr J
Med. 1997;16:223-226.
10. Howard RF. Current status of pain management in children. JAMA. 2003;290:2464-2469.
11. Wolf AR. Tears at bedtime: a pitfall of extending paediatric day-case surgery without extending
analgesia. Br J Anaesth. 1999;82:319-320.
12. Patel RI, Verghese ST, Hannallah RS, Aregawi A, Patel KM. Fast-tracking children after
ambulatory surgery. Anesth Analg. 2001;92:918-922.
13. Tonz M, Herzig G, Kaiser G. Quality assurance in day surgery: do we do enough for the parents to
prevent stress? Eur J Pediatr. 1999;158:984-988.
14. Warnock FF, Lander J. Pain progression, intensity and outcomes following tonsillectomy. Pain.
1998;75:37-45.
15. Finley GA, McGrath PJ, Forward SP, McNeill G, Fitzgerald P. Parents' management of children's
pain following 'minor' surgery. Pain. 1996;64:83-7.
16. Kankkunen P, Vehvilainen-Julkunen K, Pietila AM, Kokki H, Halonen P. Parents' perceptions and
use of analgesics at home after children's day surgery. Paediatr Anaesth. 2003;13:132-140.
17. Bartley JR, Connew AM. Parental attitudes and postoperative problems related to paediatric day
stay tonsillectomy. N Z Med J. 1994;107:451-42.
18. Rose JB, Watcha MF. Postoperative nausea and vomiting in paediatric patients. Br J Anaesth.
1999;83:104-117.
19. Gan TJ, Meyer T, Apfel CC, et al. Consensus guidelines for managing postoperative nausea and
vomiting. Anesth Analg. 2003;97:62-71.
20. Lerman J. Surgical and patient factors involved in postoperative nausea and vomiting. Br J
Anaesth. 1992;69:24S- 32S.
21. Schmidt CK. Pre-operative preparation: effects on immediate pre-operative behavior, post-
operative behavior and recovery in children having same-day surgery. Matern Child Nurs J.
1990;19:321-330.
22. Kotiniemi LH, Ryhanen PT, Moilanen IK. Behavioural changes following routine ENT operations in
two-to-tenyear- old children. Paediatr Anaesth. 1996;6:45-9.
23. Kotiniemi LH, Ryhanen PT, Moilanen IK. Behavioural changes in children following day-case
surgery: a 4-week follow-up of 551 children. Anaesthesia. 1997;52:970-96.
24. Howard RF. Planning for Pain Relief. In: Lindahl SGE, Ed. Bailliere's Clinical Anaesthesiology. 10.
London: Bailliere Tindall; 1997. p. 657-676.
25. Kokinsky E, Nilsson K, Larsson LE. Increased incidence of postoperative nausea and vomiting
without additional analgesic effects when a low dose of intravenous fentanyl is combined with a
caudal block. Paediatr Anaesth. 2003;13:334-338.
26. Tuomilehto H, Kokki H, Ahonen R, Nuutinen J. Postoperative behavioral changes in children after
adenoidectomy. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2002;128:1159-1164.
27. Sepponen K, Ahonen R, Kokki H. The effects of a hospital staff training program on the treatment
practices of postoperative pain in children under 8 years. Pharm World Sci. 1998;20:66-72.
28. Getting the right start: National Service Framework for Children. London, UK: Department of
Health; 2003. Available at: www.doh.gov.uk/nsf/children/gettingtherightstart. Accessed January 20,
2004
29. Marquardt HM, Razis PA. Prepacked take-home analgesia for day case surgery. Br J Nurs.
1996;5:1114-1118.
30. Shah C, Shahab R, Robb P, Roy D. Role of a home care team in paediatric day-case
tonsillectomy. J Laryngol Otol. 2001;115:39-43.
31. Peutrell JM, Mather SJ. Regional Anaesthesia in Babies and Children. Oxford UK: Oxford
University Press; 1997.
32. Howard RF. Procedures for Pediatric Pain Management. In: Breivic H, Campbell W, Eccleston C,
Eds. Clinical Pain Management. London: Arnold; 2002. p. 431-445.
33. Dalens B. Peripheral nerve blockade in the management of postoperative pain in children. In:
Schechter NL Berde CB Yaster M, Eds. Pain in Infants, Children and Adolescents. Baltimore MA
USA: Williams and Wilkins; 2003. p. 363-395.
34. Fell D, Derrington MC, Taylor E, Wandless JG. Paediatric postoperative analgesia. A comparison
between caudal block and wound infiltration of local anaesthetic. Anaesthesia. 1988;43:107-110.
35. Casey WF, Rice LJ, Hannallah RS, Broadman L, Norden JM, Guzzetta P. A comparison between
bupivacaine instillation versus ilioinguinal/iliohypogastric nerve block for postoperative analgesia
following inguinal
herniorrhaphy in children. Anesthesiology. 1990;72:637-69..
36. Reid MF, Harris R, Phillips PD, Barker I, Pereira NH, Bennett NR. Day-case herniotomy in
children. A comparison of ilio-inguinal nerve block and wound infiltration for postoperative analgesia.
Anaesthesia. 1987;42:658-661.
37. Graham SG, Wandless JG. The effect of ketorolac as an adjuvant to local anaesthetic infiltration
for analgesia in paediatric umbilical hernia surgery. Paediatr Anaesth. 1995;5:161-163.
38. Mobley KA, Wandless JG, Fell D. Serum bupivacaine concentrations following wound infiltration in
children undergoing inguinal herniotomy. Anaesthesia. 1991;46:500-501.
39. Ates Y, Unal N, Cuhruk H, Erkan N. Postoperative analgesia in children using preemptive
retrobulbar block and local anesthetic infiltration in strabismus surgery. Reg Anesth Pain Med.
1998;23:569-74.
40. Sheard RM, Mehta JS, Barry JS, Bunce C, Adams GW. Subtenons lidocaine injection for
postoperative pain relief after strabismus surgery in children: a pilot study. J AAPOS. 2003;7:38-41.
41. Oulis CJ, Vadiakas GP, Vasilopoulou A. The effectiveness of mandibular infiltration compared to
mandibular block anesthesia in treating primary molars in children. Pediatr Dent. 1996;18:301-35.
42. Sharaf AA. Evaluation of mandibular infiltration versus block anesthesia in pediatric dentistry.
ASDC J Dent Child. 1997;64:276-81.
43. Hollis LJ, Burton MJ, Millar JM. Perioerative local anaesthesia for reducing pain following
tonsillectomy (Cochrane review). Oxford: Update Software; 2000.
44. Wong AK, Bissonnette B, Braude BM, Macdonald RM, St-Louis PJ, Fear DW. Post-tonsillectomy
infiltration with bupivacaine reduces immediate postoperative pain in children. Can J Anaesth.
1995;42:770-74.
45. Stuart JC, MacGregor FB, Cairns CS, Chandrachud HR. Peritonsillar infiltration with bupivacaine
for paediatric tonsillectomy. Anaesth Intensive Care. 1994;22:679-82.
46. Schoem SR, Watkins GL, Kuhn JJ, Thompson DH. Control of early postoperative pain with
bupivacaine in pediatric tonsillectomy. Ear Nose Throat J. 1993;72:560-53.
47. Hung T, Moore-Gillon V, Hern J, Hinton A, Patel N. Topical bupivacaine in paediatric day-case
tonsillectomy: A prospective randomized controlled trial. J Laryngol Otol. 2002;116:33-36.
48. Tree-Trakarn T, Pirayavaraporn S. Postoperative pain relief for circumcision in children:
comparison among morphine, nerve block, and topical analgesia. Anesthesiology. 1985;62:519-522.
49. Choi WY, Irwin MG, Hui TW, Lim HH, Chan KL. EMLA cream versus dorsal penile nerve block for
postcircumcision analgesia in children.Anesth Analg. 2003;96:396-9.
50. Lawhorn CD, Bower CM, Brown REJ, et al. Topical lidocaine for postoperative analgesia following
myringotomy and tube placement. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 1996;35:19-24.
51. Kokinsky E, Cassuto J, Sinclair R, Rubensson A, Nilsson K, Larsson LE. Topical wound
anaesthesia in children—atemporary postoperative pain relief. Acta Anaesthesiol Scand.
1999;43:225-229.
52. Kuo MJ, Zeitoun H, Macnamara M, Wagstaff K, Carlin WV, Turner N. The use of topical 5%
lignocaine ointment for the relief of pain associated with post-operative nasal packing. Clin
Otolaryngol. 1995;20:357-359.
53. Derrick JL, Aun CS. Transient femoral nerve palsy after ilioinguinal block. Anaesth Intensive Care.
1996;24:115.
54. Johr M, Sossai R. Colonic puncture during ilioinguinal nerve block in a child. Anesth Analg.
1999;88:1051-1052.
55. Fisher QA, McComiskey CM, Hill JL, et al. Postoperative voiding interval and duration of analgesia
following peripheral or caudal nerve blocks in children. Anesth Analg. 1993;76:173-177.
56. Gunter JB, Gregg T, Varughese AM, et al. Levobupivacaine for ilioinguinal/iliohypogastric nerve
block in children. Anesth Analg. 1999;89:647-649.
57. Dalens B, Ecoffey C, Joly A, et al. Pharmacokinetics and analgesic effect of ropivacaine following
ilioinguinal/iliohypogastric nerve block in children. Paediatr Anaesth. 2001;11:415-420.
58. Snellman LW, Stang HJ. Prospective evaluation of complications of dorsal penile nerve block for
neonatal circumcision. Pediatrics. 1995;95:705-78.
59. McGowan PR, May H, Molnar Z, Cunliffe M. A comparison of three methods of analgesia in
children having day case circumcision. Paediatr Anaesth. 1998;8:403-47..
60. Carlsson P, Svensson J. The duration of pain relief after penile block to boys undergoing
circumcision.Acta Anaesthesiol Scand. 1984;28:432-44.
61. Holder KJ, Peutrell JM, Weir PM. Regional anaesthesia for circumcision. Subcutaneous ring block
of the penis and subpubic penile block compared. Eur J Anaesthesiol. 1997;14:495-48.
62. Yeoman PM, Cooke R, Hain WR. Penile block for circumcision? A comparison with caudal
blockade. Anaesthesia. 1983;38:862-86.
63. Vater M, Wandless J. Caudal or dorsal nerve block? A comparison of two local anaesthetic
techniques for postoperative analgesia following day case circumcision. Acta Anaesthesiol Scand.
1985;29:175-179.
64. Bosenberg AT, Kimble FW. Infraorbital nerve block in neonates for cleft lip repair: anatomical
study and clinical application. Br J Anaesth. 1995;74:506-58.
65. Prabhu KP, Wig J, Grewal S. Bilateral infraorbital nerve block is superior to peri-incisional
infiltration for analgesia after repair of cleft lip. Scand J Plast Reconstr Surg Hand Surg. 1999;33:83-7.
66. Dalens B, Hasnaoui A. Caudal anesthesia in pediatric surgery: success rate and adverse effects
in 750 consecutive patients. Anesth Analg. 1989;68:83-9.
67. Veyckemans F, Van Obbergh LJ, Gouverneur JM. Lessons from 1100 pediatric caudal blocks in a
teaching hospital. Reg Anesth. 1992;17:119-125.
68. Busoni P, Andreuccetti T. The spread of caudal analgesia in children: a mathematical model.
Anaesth Intensive Care. 1986;14:140-14.
69. McGown RG. Caudal analgesia in children. Five hundred cases for procedures below the
diaphragm. Anaesthesia. 1982;37:806-18.
70. Ivani G, Lampugnani E, Torre M, et al. Comparison of ropivacaine with bupivacaine for paediatric
caudal block. Br J Anaesth. 1998;81:247-248.
71. Khalil S, Campos C, Farag AM, Vije H, Ritchey M, Chuang A. Caudal block in children:
ropivacaine compared with bupivacaine. Anesthesiology. 1999;91:1279-184.
72. Saint-Raymond S, O'Donovan F, Ecoffey C. Criteria of recovery from caudal anesthesia in
children. Cah Anesthesiol. 1990;38:246-28.
73. Wolf AR, Valley RD, Fear DW, Roy WL, Lerman J. Bupivacaine for caudal analgesia in infants
and children: the optimal effective concentration. Anesthesiology. 1988;69:102-106.
74. Gunter JB, Dunn CM, Bennie JB, Pentecost DL, Bower RJ, Ternberg JL. Optimum concentration
of bupivacaine for combined caudal--general anesthesia in children. Anesthesiology. 1991;75:57-61.
75. Tay CL, Tan S. Diclofenac or paracetamol for analgesia in paediatric myringotomy outpatients.
Anaesth Intensive Care. 2002;30:55-59.
76. Baer GA, Rorarius MG, Kolehmainen S, Selin S. The effect of paracetamol or diclofenac
administered before operation on postoperative pain and behaviour after adenoidectomy in small
children. Anaesthesia. 1992;47:1078-1080.
77. Kokki H, Tuomilehto H, Tuovinen K. Pain management after adenoidectomy with ketoprofen:
comparison of rectal and intravenous routes. Br J Anaesth. 2000;85:836-840.
78. Southall D. Prevention and control of pain in children- a manual for health care professionals.
London, BMJ Publications. 1997.
79. Howell TK. Paracetamol-induced fulminant hepatic failure in a child after 5 days of therapeutic
doses. PaediatrAnaesth. 2000;10:344-35.
80. Short JA, Barr CA, Palmer CD, Goddard JM, Stack CG, Primhak RA. Use of diclofenac in children
with asthma.Anaesthesia. 2000;55:334-337.
81. Williams DG, Hatch DJ, Howard RF. Codeine phosphate in paediatric medicine. British Journal of
Anaesthesia. 2001;86: 421-427
82. Tobias JD. Weak analgesics and nonsteroidal anti-inflammatory agents in the management of
children with acute pain. Pediatr Clin North Am. 2000;47:527-543.
83. Payne KA, Roelofse JA. Tramadol drops in children: analgesic efficacy, lack of respiratory effects,
and normal recovery times. Anesth Prog. 1999;46:91-96.
84. Pendeville PE, Von MS, Dort JP, Veyckemans F. Double-blind randomized study of tramadol vs.
paracetamol in analgesia after day-case tonsillectomy in children. Eur J Anaesthesiol. 2000;17:576-
582.
85. Nishina K, Mikawa K, Shiga M, Obara H. Clonidine in paediatric anaesthesia. Paediatr Anaesth.
1999;9:187-202.
86. Schmid RL, Sandler AN, Katz J. Use and efficacy of low-dose ketamine in the management of
acute postoperative pain: a review of current techniques and outcomes. Pain. 1999;82:111-125.
top related