makalah tusi kementerian keuangan part 2
Post on 14-Apr-2017
1.068 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas dan fungsi di kementerian keuangan
Kelompok 3:
1. Aditya Ritosativa (1)2. Arsdy Novalentio (8)
3. Fandy Anggara Putra (13)4. Fitroh Atikah (14)
5. Octivia Rian Fatmawati (22)6. Randi Hermawan (25)
Sekretaris Jenderal Kementerian KeuanganTugas:
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Keuangan
Fungsi:
koordinasi kegiatan Kementerian Keuangan;
koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Keuangan;
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi
Kementerian Keuangan;
pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi
hukum;
penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan
barang/jasa; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Struktur organisasi:
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana jangka
menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, mengolah, menelaah, dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan Kementerian,
penyusunan anggaran Kementerian, pengelolaan dan pembinaan perbendaharaan
Kementerian, dan melaksanakan sistem akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
Kementerian.
2. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional pada semua satuan organisasi di
lingkungan Kementerian.
3. Biro Hukum
Biro Hukum mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan perumusan peraturan
perundang-undangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian
masalah hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian
4. Biro Bantuan Hukum
Biro Bantuan Hukum mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan penelaahaan
kasus hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum, pertimbangan hukum yang
berkaitan dengan tugas Kementerian, eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN),
Bank Dalam Likuidasi (BDL), Hak Uji Materiil dan Sengketa Kepegawaian, serta Sengketa
Internasional, Arbitrase, pemulihan aset negara dan menganalisa peraturan perundang-
undangan terkait tugas Kementerian.
5. Biro Sumber Daya Manusia
Biro Sumber Daya Manusia yang selanjutnya dalam Peraturan ini disebut Biro SDM
mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan penyiapan pembinaan dan
pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Kementerian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Biro Komunikasi dan Layanan Informasi mempunyai tugas mengkoordinasikan aktivitas
komunikasi, layanan informasi kebijakan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara serta
kebijakan Kementerian Keuangan di bidang lainnya kepada para stakeholders,
penyelenggaraan rapat pimpinan dan pembahasan RUU, penyusunan strategi komunikasi
kehumasan, penyusunan program komunikasi publik, monitoring opini publik, pengelolaan
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), dan pengelolaan pusat referensi
Kementerian Keuangan.
7. Biro Perlengkapan
Biro Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan administrasi dan
pengelolaan perlengkapan/kekayaan Kementerian berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
8. Biro Umum
Biro Umum mempunyai tugas membina pelaksanaan ketatausahaan Kementerian dan
melaksanakan urusan tata usaha, rumah tangga serta pemberian pelayanan pelaksanaan
tugas kantor pusat Kementerian
Risiko Tugas
1. Dalam fungsi perencanaan keuangan yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal,
terdapat risiko dimana perencanaan yang dibuat tidak berdasar data yang relevan atau
tercampuri dengan urusan pribadi atau golongan. Terkait dengan hal ini perlu adanya
pengendalian yang baik yang dilakukan pada saat perumusan anggaran. Anggaran juga perlu
dikaji oleh bagian yang berwenang sebelum ditetapkan.
2. Dalam fungsi komunikasi dan layanan informasi, terdapat risiko dimana informasi yang
belum terverifikasi disebarluaskan tanpa otorisasi pejabat yang berwenang. Dalam era
media sosial yang berkembang dengan pesat, informasi akan dengan cepat menyebar.
Proses penyebaran informasi ini akan lebih cepat apabila info yang diberikan bersifat
sensitif. Oleh karena ini, organisasi perlu memiliki mekanisme yang jelas terkait dengan
penyampaian informasi sehingga masyarakat akan lebih percaya pada informasi yang
disampaikan secara resmi.
3. Dalam fungsi bantuan hukum, terdapat risiko permainan hukum oleh pihak eksternal yang
merugikan organisasi. Hal ini diakibatkan belum sempurnanya penegakan hukum yang ada di
Indonesia. Organisasi dapat mengatasinya dengan menguatkan divisi hukum terkait agar
mampu menangani masalah hukum yang melibatkan Kementerian Keuangan.
4. Dalam hal managemen sumber daya manusia, terdapat risiko dimana kementerian merekrut
pegawai yang tidak sesuai dengan kompetensinya. Risiko ini dapat disebabkan oleh berbagai
hal antara lain prosedur penyelenggaraan rekrutmen yang tidak mampu menangani risiko
tersebut atau terdapat prosedur rekrutmen yang dilanggar oleh penyelenggara.
Inspektorat JenderalVisi dan Misi
Inspektorat Jenderal memiliki visi “Menjadi unit audit yang profesional dan berintegritas untuk
mewujudkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan keuangan negara.”
Dalam upaya mencapai visi tersebut, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan menetapkan
6 (enam) misi sebagai berikut:
1. Tata Kelola; mewujudkan sistem pengendalian intern, manajemen risiko, dan tata kelola yang
baik.
2. Efisiensi dan Efektifitas; mendorong efisiensi dan efektivitas pengelolaan Kementerian
Keuangan.
3. Kepatuhan; mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Akuntabilitas; mewujudkan pengelolaan keuangan yang berkualitas, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Pelayanan; mendukung reformasi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik.
6. Integritas; mencegah dan menindak penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang
Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Bab XII Peraturan Menteri Keuangan nomor 184/PMK/2010, Inspektorat Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Keuangan
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Keuangan terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Keuangan
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Keuangan
5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan terdiri atas:
1. Sekretariat
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Inspektorat Jenderal. Di bawah sekretariat ini sendiri terdapat lima bagian yaitu:
a. Bagian Organisasi dan Tata Laksana,
b. Bagian Perencanaan dan Keuangan,
c.Bagian Kepegawaian,
d. Bagian Sistem Informasi Pengawasan,
e. Bagian Umum.
2. Inspektorat I
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya pada unit yang menangani bidang pajak, serta penyusunan laporan hasil
pengawasan.
3. Inspektorat II
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya pada unit yang menangani kepabeanan dan cukai, serta penyusunan
laporan hasil pengawasan.
4. Inspektorat III
Inspektorat III mempuyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya pada unit yang menangani bidang perbendaharaan dan pengelolaan
utang, serta penyusunan laporan hasil pengawasan.
5. Inspektorat IV
Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya pada unit yang menangani bidang kekayaan negara dan kebijakan fiskal,
serta penyusunan laporan hasil pengawasan.
6. Inspektorat V
Inspekorat V mempuyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya pada unit yang menangani bidang anggaran dan perimbangan keuangan,
serta penyusunan laporan hasil pengawasan.
7. Inspektorat VI
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Keuangan, Inspekorat VI mempuyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan pengawasan intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri, pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya pada unit yang menangani bidang pembinaan
dan pemberian dukungan administrasi, pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, dan
bidang pendidikan dan pelatihan keuangan, serta penyusunan laporan hasil pengawasan.
8. Inspektorat VII
Inspektorat VII mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya pada unit yang menangani bidang pengawasan intern, serta penyusunan
laporan hasil pengawasan.
9. Inspektorat Bidang Investigasi
Inspektorat Bidang Investigasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan pengawasan intern, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri,
pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit investigasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya terhadap unsur Kementerian Keuangan, serta penyusunan
laporan hasil pengawasan.
Risiko dan Hambatan di Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai unit yang melaksanakan pengawasan intern
di lingkungan Kementerian Keuangan, pegawai pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
dapat menghadapi berbagai risiko dan hambatan. Beberapa risiko dan hambatan yang dapat
dihadapi oleh pegawai di Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut.
1. Terganggunya Independensi Auditor Intern
Sebagian besar pegawai pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan merupakan auditor
intern yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada instansi-instansi di
bawah Kementerian Keuangan. Secara ideal, auditor intern dikatakan independen apabila dapat
melaksanakan tugasnya secara bebas dan obyektif. Dengan kebebasannya, memungkinkan internal
auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan tidak berpihak.
Sebagai pegawai pada Kementerian Keuangan, internal auditor mendapatkan penghasilan dari
organisasi di mana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat bergantung kepada
organisasinya sebagai pemberi kerja. Disini internal auditor menghadapi ‘ketergantungan’ hasil kerja
dan kariernya dengan hasil auditnya. Internal auditor sebagai pekerja di dalam organisasi yang
diauditnya akan menghadapi dilema ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin
mempengaruhi atau tidak menguntungkan kinerja dan karirnya.
2. Penyalahgunaan Informasi Rahasia Auditi
Dalam melakukan tugasnya sebagai auditor intern, pegawai Inspektorat Jenderal sering
mendapatkan informasi yang bersifat rahasia. Hal ini tentu dapat menimbulkan risiko berupa
penyalahgunaan data dan informasi yang bersifat rahasia tersebut untuk kepentingan pribadi
maupun kepentingan golongan. Seorang auditor intern juga diwajibkan untuk dapat menjaga
informasi rahasia yang diperolehnya agar tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
3. Adanya Suap dan Gratifikasi
Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengawasan, auditor intern pada Inspektorat
Jenderal dapat berisiko memperoleh suap dan gratifikasi dari auditi agar auditor dapat mengubah
hasil audit yang diperolehnya. Hal-hal yang masih dalam batasan pemberian yang diperbolehkan
diantaranya adalah pemberian makanan dan minuman yang disediakan kantor auditi dan
penyediaan sarana transportasi oleh auditi. Jika auditor menerima barang atau fasilitas lebih dari itu,
patut diduga barang atau fasilitas ersebut merupakan suap.
4. Hilangnya Bukti Audit
Auditor diwajibkan untuk menjaga kertas kerja audit beserta bukti-bukti audit dengan baik,
baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy-nya. Apabila kertas kerja audit beserta bukti-bukti
audit tidak dijaga dengan baik, maka akan mengakibatkan kertas kerja dan bukti audit tersebut jatuh
ke tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga dapat mempengaruhi keputusan
hasil audit.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR)
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro telah mengukuhkan organisasi Direktorat Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJP2R), yang semula menggunakan nomenklatur Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang. perubahan nomenklatur organisasi DJPU menjadi DJP2R bertujuan
untuk mengefektifkan dan mempertajam tugas serta fungsi dalam pengelolaan pembiayaan dan
risiko.
Visi
DJPPR memiliki visi untuk Menjadi unit yang profesional dalam mendukung
pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko yang terukur untuk mempertahankan
kesinambungan fiscal.
Misi
Dalam upayanya mencapai visi nya, DJPPR menetapkan beberapa misi yang hendak diraih,
yakni:
Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan
akuntabel;
Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang
yang mendukung stabilitas fiskal;
Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya
mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan
domestik yang efisien dan stabil;
Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan
alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.
Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menyelenggarakan
fungsi :
perumusan kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan pembiayaan
dan risiko;
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
dan
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.
Susunan Organisasi
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko terdiri dari :
Sekretariat Direktorat Jenderal;
Direktorat Pinjaman dan Hibah;
Direktorat Surat Utang Negara;
Direktorat Pembiayaan Syariah;
Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara;
Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur;
Direktorat Starategi dan Portofolio Utang;
Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen.
Bagian yang Memiliki Risiko Penyalahgunaan Wewenang
Pekerjaan yang memiliki risiko terpapar korupsi atau tindakan penyalaghunaan wewenang dalam
DJPR ini antara lain pekerjaan yang terkait dengan :
• Pengadaan barang Jasa
• Bagian Keuangan
• Penetapan yield imbalan SBN dan Lelang SBN
Hambatan Yang Dihadapi DJPPR
Hambatan yang dihadapi DJPPR dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sangat banyak.
Namun yang paling signifikan adalah rendahnya Penyerapan Hutang LN, sehingga menghambat
upaya pngelolaan utang yang efektif dan efisien.
Sistem yang belum terintegrasi, baik internal maupun eksternal (misal penerimaan hibah oleh
kementerian lain yng tidak dilaporkan) dalam mewujudkan pengelolaan utang negara yang efektif
dan efisien
Direktorat Jenderal Bea dan CukaiTugas dan Fungsi
Tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan adalah
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan
dan cukai. Dalam mengemban tugas tersebut, DJBC melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kepabeanan dan cukai;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kepabeanan dan cukai; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Selain melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, DJBC juga mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan
perdagangan illegal (community protector);
b. memfasilitasi perdagangan dan industri (trade facilitator);
c. melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang berkepentingan dengan lalu
lintas barang yang melampaui batas-batas negara;
d. memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal untuk
kepentingan penerimaan keuangan negara (revenue collector)
Risiko Tugas dan Fungsi DJBC
Risiko Tugas dan Fungsi DJBC antara lain sebagai berikut:
a. Risiko operasional (Operational risk): risiko kegagalan proses, orang, dan sistem,
misalnya
Sehubungan dengan salah satu fungsi DJBC yaitu memfasilitasi perdagangan dan
meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen, untuk itu DJBC memberikan
pelayanan kepada pengguna jasa selama 7 hari 24 jam. Sementara dengan
terbatasnya jumlah pegawai, mengakibatkan bertambahnya jam kerja beberapa
pegawai menjadi 12 jam.
b. Risiko keuangan (Financial risk): risiko kegagalan pihak ketiga dalam memenuhi
kewajibannya, misalnya berkaitan dengan salah satu tugas DJBC yaitu sebagai
revenue collector. Adakalanya pihak ketiga tidak memenuhi kewajibannya untuk
membayar utang Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor, sehingga Juru Sita Bea
Cukai melakukan tugasnya menagih kepada pihak tersebut. Namun dalam
pelaksanaanya sering kali terjadi perlawanan dari pihak terutang sehingga
keselamatan jiwa Juru Sita Bea Cukai terancam.
c. Risiko strategis dan kebijakan (Strategic and policy risk): DJBC sebagai community
protector melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan obat–obatan
terlarang selalu berhadapan dengan mafia Internasional.
d. Risiko kecurangan (Fraud risk): adanya risiko tindakan fraud, misalnya berkaitan
dengan salah satu tugas DJBC sebagai revenue collector, importir tidak mengisi
pemberitahuan impor barang dengan benar, baik itu jumlah barang, jenis barang
maupun harga barang impor tersebut sehingga mengakibatkan berkurangnya
penerimaan negara.
e. Risiko kepatuhan (Compliance risk): pelanggaran terhadap peraturan dan ketentuan
yang berlaku, misalnya: terjadinya penyelundupan barang impor.
Hambatan Tugas dan Fungsi DJBC
a. Masih minimnya pemahaman masyarakat mengenai aturan kepabeanan dan cukai;
b. Kurangnya jumlah SDM yang ada;
c. Luasnya wilayah NKRI menyebabkan sulitnya pengawasan terhadap keluar atau
masuknya barang larangan dan pembatasan;
d. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak;
e. Sarana prasarana yang terbatas;
f. Dilematis, pengawasan vs. pelayanan;
Struktur Organisasi Kantor Pusat DJBC
1. Sekretariat Direktorat Jenderal,
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
semua unsur di lingkungan direktorat jenderal.
Melakukan fungsi :
a) koordinasi kegiatan direktorat jenderal;
b) penyelenggaraan pengelolaan urusan organisasi dan ketatalaksanaan,
kepegawaian dan keuangan, dan pembinaan jabatan fungsional pada direktorat
jenderal;
c) pelaksanaan tata usaha, kearsipan, dan dokumentasi direktorat jenderal; dan
d) pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan direktorat jenderal.
Tugas Bagian-bagian dari Sekretariat Direktorat Jenderal
a) Bagian Organisasi dan Tata Laksana : melaksanakan penyiapan koordinasi
penyusunan rancangan kebijakan dan standardisasi teknis Direktorat Jenderal,
penataan organisasi, ketatalaksanaan, analisa jabatan, analisa beban kerja,
evaluasi peringkat jabatan, pengembangan kinerja organisasi, dan penyusunan
jabatan fungsional.
b) Bagian Kepegawaian : melaksanakan urusan kepegawaian Direktorat Jenderal.
c) Bagian Keuangan : melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat
Jenderal
d) Bagian Perlengkapan : melaksanakan urusan perlengkapan Direktorat Jenderal.
e) Bagian Umum : melaksanakan urusan tata usaha, kearsipan, dan rumah tangga
kantor pusat Direktorat Jenderal.
2. Direktorat Teknis Kepabeanan;
Direktorat Teknis Kepabeanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang teknis kepabeanan
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang teknis kepabeanan;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknis kepabeanan;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknis
kepabeanan;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknis
kepabeanan; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Tugas-tugas Sub-Direktorat Teknis Kepabeanan :
a) Subdirektorat Impor mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan
rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi
pelaksanaan di bidang impor, Tempat Penimbunan Sementara dan Tempat
Penimbunan Pabean serta pelaksanaan di bidang penangguhan pembayaran bea
masuk.
b) Subdirektorat Ekspor mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan
rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi
pelaksanaan di bidang ekspor dan bea keluar
c) Subdirektorat Klasifikasi Barang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi
dan pelaksanaan di bidang identifikasi dan klasifikasi barang, profil komoditi, dan
tarif bea masuk.
d) Subdirektorat Nilai Pabean mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi
dan pelaksanaan di bidang nilai pabean dan data harga.
e) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata persuratan
dinas, kearsipan, rumah tangga, dan kepegawaian serta menyusun rencana
strategik dan laporan akuntabilitas Direktorat.
3. Direktorat Fasilitas Kepabeanan;
Direktorat Fasilitas Kepabeanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang fasilitas kepabeanan.
Fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang fasilitas kepabeanan;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitas kepabeanan;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang fasilitas
kepabeanan;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitas
kepabeanan; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Tugas-tugas Sub-Direktorat Fasilitas Kepabeanan :
a) Subdirektorat Pembebasan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi
dan pelaksanaan di bidang pembebasan atau keringanan bea masuk.
b) Subdirektorat Fasilitas Pertambangan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis,
evaluasi dan pelaksanaan fasilitas kepabeanan di bidang pertambangan.
c) Subdirektorat Kemudahan Impor Tujuan Ekspor dan Tempat Penimbunan Berikat
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rumusan kebijakan,
standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi pelaksanaan di bidang kemudahan
impor tujuan ekspor dan tempat penimbunan berikat, serta pelaksanaan
pemberian perijinan dan fasilitas di bidang tempat penimbunan berikat.
d) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata persuratan
dinas, kearsipan, rumah tangga dan kepegawaian, serta menyusun rencana
strategik dan laporan akuntabilitas
4. Direktorat Cukai
Tugas : merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang cukai.
Fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang cukai;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang cukai;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang cukai;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang cukai; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Tugas-tugas Sub-Direktorat Cukai :
a) Subdirektorat Cukai Hasil Tembakau mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan di bidang cukai hasil tembakau, pelaksanaan pengkajian
tarif cukai, harga dasar, produksi, ekspor, impor, perkembangan harga pasar
dalam rangka intensifikasi cukai dan pemberian fasilitas di bidang cukai hasil
tembakau.
b) Subdirektorat Aneka Cukai mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan di bidang cukai etil alkohol, minuman mengandung etil
alkohol dan Barang Kena Cukai lainnya, pelaksanaan pengkajian tarif cukai, harga
dasar, produksi, ekspor, impor, perkembangan harga pasar dalam rangka
intensifikasi cukai, pemberian fasilitas di bidang Aneka Cukai serta penambahan
dan pengurangan jenis Barang Kena Cukai.
c) Subdirektorat Pita Cukai dan Tanda Pelunasan Cukai Lainnya mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan
bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan di bidang pita cukai dan tanda
pelunasan cukai lainnya, serta pelaksanaan urusan penyediaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pengembalian pita cukai dan tanda pelunasan cukai lainnya.
d) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata persuratan
dinas, kearsipan, rumah tangga dan kepegawaian serta menyusun rencana
strategik dan laporan akuntabilitas Direktorat.
5. Direktorat Penindakan dan Penyidikan;
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penindakan dan penyidikan kepabeanan dan cukai.
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penindakan dan penyidikan
kepabeanan dan cukai;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penindakan dan penyidikan
kepabeanan dan cukai;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penindakan dan penyidikan kepabeanan dan cukai;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penindakan dan
penyidikan kepabeanan dan cukai; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
6. Direktorat Audit;
Tugas : merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang audit kepabeanan dan cukai.
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang audit kepabeanan dan cukai;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang audit kepabeanan dan cukai;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang audit
kepabeanan dan cukai;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang audit kepabeanan
dan cukai; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
7. Direktorat Kepabeanan Internasional;
Tugas :
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penerimaan dan peraturan kepabeanan dan cukai.
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerimaan dan peraturan
kepabeanan dan cukai;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerimaan dan peraturan
kepabeanan dan cukai;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penerimaan dan peraturan kepabeanan dan cukai;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penerimaan dan
peraturan kepabeanan dan cukai; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
8. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai; dan
Tugas : merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang penerimaan
dan peraturan kepabeanan dan cukai.
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerimaan dan peraturan
kepabeanan dan cukai;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerimaan dan peraturan
kepabeanan dan cukai;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penerimaan dan peraturan kepabeanan dan cukai;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penerimaan dan
peraturan kepabeanan dan cukai; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
9. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai.
Tugas : merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang informasi kepabeanan dan cukai.
Fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang informasi kepabeanan dan cukai;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang informasi kepabeanan dan cukai;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang informasi
kepabeanan dan cukai;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi
kepabeanan dan cukai; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganDirektorat Jenderal Perimbangan Keuangan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perimbangan keuangan. Dalam
melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang perimbangan keuangan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perimbangan keuangan;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perimbangan keuangan; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Susunan Organisasi
Menurut PMK nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan, struktur organisasi di DJPK adalah sebagai berikut:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Dana Perimbangan
c. Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
d. Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah
e. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Fungsi Dan Tugas Struktur Organisasi DJPK
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di lingkungan direktorat Jenderal.
Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
koordinasi kegiatan direktorat jenderal;
koordinasi dan fasilitasi penyusunan peraturan di bidang hubungan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
penyelenggaraan pengelolaan urusan organisasi dan ketatalaksanaan, kepegawaian, dan
keuangan serta pembinaan jabatan fungsional pada direktorat jenderal;
koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana anggaran, rencana strategik, dan laporan
akuntabilitas kinerja direktorat jenderal;
koordinasi dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional
dan pengawasan masyarakat;
koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pendampingan hukum dan pertimbangan hukum;
pelaksanaan tata usaha, kearsipan, dokumentasi, dan perpustakaan direktorat jenderal; dan
pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan direktorat jenderal.
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
Bagian Perencanaan dan Organisasi;
Bagian Kepegawaian;
Bagian Keuangan;
Bagian Umum; dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Dana Perimbangan
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang dana perimbangan. Direktorat Dana Perimbangan menyelenggarakan fungsi:
penyiapan perumusan kebijakan di bidang dana perimbangan;
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang dana perimbangan;
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang dana perimbangan;
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dana perimbangan; dan
pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Direktorat Dana Perimbangan terdiri atas:
Subdirektorat Dana Bagi Hasil Pajak;
Subdirektorat Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam;
Subdirektorat Dana Alokasi Umum;
Subdirektorat Dana Alokasi Khusus;
Subdirektorat Pelaksanaan Transfer I;
Subdirektorat Pelaksanaan Transfer II;
Subbagian Tata Usaha; dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang pajak daerah dan retribusi daerah. Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
menyelenggarakan fungsi:
penyiapan perumusan kebijakan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah;
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah;
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah;
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pajak daerah dan retribusi
daerah; dan
pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri atas:
Subdirektorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah I;
Subdirektorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah II;
Subdirektorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah III;
Subdirektorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah IV;
Subdirektorat Sinkronisasi dan Dukungan Teknis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
Subbagian Tata Usaha; dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
d. Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang pembiayaan dan kapasitas daerah. Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah
menyelenggarakan fungsi:
penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembiayaan dan kapasitas daerah;
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan dan kapasitas daerah;
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pembiayaan dan
kapasitas daerah;
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembiayaan dan kapasitas
daerah; dan
pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah terdiri atas:
Subdirektorat Pinjaman Daerah;
Subdirektorat Hibah Daerah;
Subdirektorat Pembiayaan Penataan Daerah;
Subdirektorat Investasi dan Kapasitas Keuangan Daerah;
Subdirektorat Penatausahaan Pembiayaan Daerah;
Subbagian Tata Usaha; dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
e. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang evaluasi pendanaan dan informasi keuangan daerah. Direktorat Evaluasi Pendanaan
dan Informasi Keuangan Daerah menyelenggarakan fungsi:
penyiapan perumusan kebijakan di bidang evaluasi pendanaan dan informasi keuangan
daerah;
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang evaluasi pendanaan dan informasi keuangan
daerah;
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang evaluasi pendanaan
dan informasi keuangan daerah;
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang evaluasi pendanaan dan
informasi keuangan daerah; dan
pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah terdiri atas:
Subdirektorat Evaluasi Dana Desentralisasi dan Perekonomian Daerah;
Subdirektorat Evaluasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
Subdirektorat Akuntansi dan Pelaporan Transfer ke Daerah;
Subdirektorat Data Keuangan Daerah;
Subdirektorat Informasi dan Dukungan Teknis;
Subbagian Tata Usaha; dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam
berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
2) Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal.
3) Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
Melihat struktur organisasi Direktorak Jenderal Perimbangan yang begitu komplek dan besar
merupakan hal yang sesuai bila dibandingkan dengan tugasnya sebagai pengatur keseimbangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Mengingat pentingnya tugas tersebut dan sangat
rawan dengan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pengatur, tentu dibutuhkan suatu sistem
yang mampu mengatasi risiko tersebut. Dilihat dari struktur organisasinya, DJPK memiliki pembagian
yang cukup detail disertai dengan evaluasi yang dilaksanakan Direktorat Evaluasi dan Pendanaan. Hal
itu merupakan pertanda bahwa DJPK telah mempunyai alat control dalam pelakasanaan tugasnya
sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan tugas.
Badan Kebijakan FiskalTugas dan Fungsi BKF
Badan Kebijakan Fiskal mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan, penetapan, dan pemberian
rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Kebijakan Fiskal menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program analisis dan perumusan rekomendasi
kebijakan fiskal dan sektor keuangan serta kerja sama ekonomi dan keuangan internasional;
b. pelaksanaan analisis dan perumusan rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan;
c. pelaksanaan kerja sama ekonomi dan keuangan internasional;
d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan serta kerja sama
ekonomi dan keuangan internasional;
e. pelaksanaan administrasi Badan Kebijakan Fiskal; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Struktur Organisasi
Badan Kebijakan Fiskal terdiri atas:
1. Sekretariat Badan;
Sekretariat Badan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di lingkungan badan.
2. Pusat Kebijakan Pendapatan Negara;
Pusat Kebijakan Pendapatan Negara mempunyai tugas melaksanakan analisis, evaluasi dan
perumusan rekomendasi kebijakan di bidang pendapatan negara terkait subjek, objek, dan tarif.
3. Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mempunyai tugas melaksanakan
analisis, pemantauan, perumusan rekomendasi, proyeksi, dan evaluasi kebijakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
4. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro;
Pusat Kebijakan Ekonomi Makro mempunyai tugas melaksanakan analisis, pemantauan,
evaluasi, proyeksi dan perumusan rekomendasi kebijakan ekonomi makro.
5. Pusat Kebijakan Sektor Keuangan;
Pusat Kebijakan Sektor Keuangan mempunyai tugas melaksanakan analisis, evaluasi, dan
perumusan rekomendasi kebijakan, serta penyusunan peraturan perundang-undangan di
bidang jasa keuangan, pemantauan dan analisis kondisi sistem keuangan, serta analisis dan
evaluasi kebijakan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan.
6. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral; dan
Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral mempunyai tugas melaksanakan
analisis, evaluasi, dan perumusan rekomendasi kebijakan perubahan iklim, serta analisis,
evaluasi, perumusan rekomendasi kebijakan, koordinasi, pelaksanaan, dan pemantauan kerja
sama ekonomi dan keuangan pada forum G20, multilateral, dan OECD.
7. Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral.
Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral mempunyai tugas melaksanakan analisis, evaluasi,
perumusan rekomendasi kebijakan, koordinasi, pelaksanaan, dan pemantauan kerja sama
ekonomi dan keuangan ASEAN, interregional, bilateral, dan kerjasama perdagangan.
Risiko Tugas dan Fungsi BKF
a. Kesiapan BKF dalam menjalankan tugas tambahan yaitu memberikan rekomendasi kebijakan
fiskal dan sektor keuangan. Dalam Perpres Nomor 14 Tahun 2014, Presiden merumus ulang
tugas dari BKF yang sebelumnya bertugas melakukan analisa pada bidang fiskal dan sektor
keuangan, kini ikut pula melakukan rekomendasi dalam pelbagai bidang fiskal ataupun sektor
keuangan. Tambahan tugas ini menjadi resiko tersendiri bagi BKF.
b. Resiko integritas, terkait banyaknya informasi penting di tingkat pembuat kebijakan. Informasi
penting ada yang sifatnya rahasia, hal ini perlu dijaga oleh para pegawai yang terlibat langsung
dengan pembuat keputusan agar tidak bocor kepada pihak yang tidak bertanggungjawab.
c. Resiko fraud. Terkait adanya kepentingan pribadi atau golongan terkait perumusan
rekomendasi di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan.
d. Resiko Finansial. Resiko terjadinya pemborosan anggaran dan tenaga kerja dalam
melaksanakannya.
e. Risiko operasional. BKF tidak dapat menjalankan fungsinya secara efektif dan maksimal.
Hambatan Tugas dan Fungsi BKF
a. Organisasi tidak memenuhi kriteria ideal terkait dalam hal komposisi pegawai. BKF dipenuhi
oleh orang-orang berkompetensi tinggi di bidang ekonomi, keuangan, dan moneter sedangkan
yang dibutuhkan adalah komposisi pegawai dengan berbagai level kompetensi dan keilmuan.
b. Pegawai tidak menyadari tugas, fungsi dan perannya di dalam organisasi secara optimal.
Seharusnya setiap pegawai mempunyai kesadaran yang tinggi akan tugas fungsi dan perannya
di dalam institusi, sehingga dapat memberikan hasil kerja yang maksimal dan handal.
c. Pegawai tidak dapat menjalankan tugasnya secara efektif sesuai masing-masing bidang karena
formasi sdm yang tidak proporsional.
d. Uncontrollable factor. Adanya variabel-variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah.
Misalnya perekonomian dunia yang tidak dapat diprediksi. Hal tersebut dapat menyebabkan
pelaksanaan tugas dan fungsi BKF terhambat.
top related