makalah spk
Post on 04-Aug-2015
374 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, dengan membuka pintu hati dan pikiran penulis sehingga penulis dapat menyusun
makalah yang berjudul ― TINGKAT BERPIKIR TAKSONOMI BLOOM, AFEKTIF,
KOGNITIF, DAN PSIKOMOTORIK‖
Makalah ini dibuat untuk pedoman atau untuk memperdalam pemahaman tentang tingkat
berpikir taksonomi bloom, afektif, kognitif, dan psikomotorik dan sebagai sumber informasi bagi
penulis khususnya.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis dan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca. Dalam pembuatan
makalah ini kami sebagai penulis tentunya sadar bahwa manusia tidak terlepas dari kesalahan
dan kekhilafan. Dan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan sarannya.
Pekanbaru, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………2
II.1.TINGKAT BERPIKIR TAKSONOMI BLOOM…………………………….
II.2.TINGKAT BERPIKIR AFEKTIF……………………………………………
II.3.TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF…………………………………………..
II.4.TINGKAT BERPIKIR PSIKOMOTORIK…………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………
III.1.KESIMPULAN…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka
evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan
evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik,
baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek
kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa
mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu,
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan
karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk
mencapai ―pemahaman‖ yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan ―pengetahuan‖ yang
ada pada tingkatan pertama
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.TAKSONOMI BLOOM
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos
yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian- sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian
mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan
ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap
kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah
pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke
dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk
inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat dideskripsikan
dalam dua pernyataan di bawah ini:
Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep
itu.
Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih
dahulu memahami isinya
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan
jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi
taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan
nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari
urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan
sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu
tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya
tidak ada.
Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata
kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di
bawah ini
Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan,
mengulangi , menemukan kembali dsb.
Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan,
menjelaskan, mebeberkan dsb.
Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan,
memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang,
mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan,
membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,
mebenarkan, menyalahkan, dsb.
Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb.
Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu
proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah :
Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai
Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui
Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya,
dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam
menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas
individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu
sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi.
Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam
kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah
maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen
yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek
tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir
secara kritis.
Implementasi Berbasis TIK
Secara umum di bawah ini terdapat sejumlah batasan pada setiap level berpikir yang akan
mendasari sistem pengelolaan pembelajaranberbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Creating Merumuskan ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu.
Evaluating Menetapkan keputusan dari hasil penilaian atau penghitungan
atau melalui beberapa tahap pengujian
Analysing Mengurai informasi ke dalam bagian lebih rinci, terkait satu
dengan yang lain dan dapat dipahami.
Applying Menerapkan informasi pada siatuasi yang berbeda
Understanding Menjelaskan ide atau konsep
Remembering Mengingat kembali informasi
Mengingat (Remembering)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas
pendukung
Produk
1 Menamai file Word, Excell,
power point
Memberikan kode pada
penamaan file
2 Meringkas materi kedalam bentuk bullet
pointing
Power point, word, Membuat bullet, pointing,
colouring mengenai
informasi penting
3 Mengidentifikasi web dan nara sumber
yang mendukung materi pelajaran
Mozilla firefox,
internet explorer
Membookmarking/
favouriting web atau nara
sumber terkait
4 Menceritakan kembali topik diskusi yang
ada di situs jejaring social
Facebook, twitter Mendaftar sebagai anggota
di situs jejaring sosial, situs
dagang
5 Menjelaskan ulang informasi dari
internet
Search engine :
goolgle, yahoo, msn
Melakukan pencarian data
melalui search engine
(googling)
Memahami (Understanding)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas
pendukung
Produk
1 Mengutarakan pendapat atas sebuah
berita yang dimuat secara online
kompas.com;
detik.com;
Memberikan komentar
singkat dan catatan pada
artikel di web
2 Membedakan berbagai dokumen yang
dimiliki berdasarkan mata pelajaran
Word, excel,
powerpoint,
Mengklasifikasikan file,
website dan bahan ke dalam
folder
3 Mendiskusikan topik pelajaran Forum di internet Menyampaikan opini
tertentu (www.forumsains.com,
/www.indoforum.org,
/forum.detik.com)
dalam forum internet
4 Menjelaskan ulang materi pelajaran
ke dalam blog
wordpress.com,
blogspot.com, multiply.com
Laporan berupa catatan
dan tugas harian dalam
blog
5 Menerjemahkan materi pelajaran
berbahasa asing dari internet
Internet, google translate,
translation2.paralink.com
Materi pelajaran dalam
dua bahasa
Mengaplikasikan (Application)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas
pendukung
Produk
1 Menguji pemahaman materi pelajaran
melalui e-learning
Program e-learning Menjalankan sebuah
program
2 Mengilustrasikan proses biologi dalam
bentuk flow chart
Microsoft office
vissio, Power point,
word
Mengaplikasikan
beberapa program
3 Mengaplikasikan program excel untuk
penyelesaian soal MIPA
Excel Memodifikasi aplikasi
program
4 Menguji kemampuan daya nalar Web games online;
games.co.id, sudoku
Memainkan sebuah
games online berbasis
pendidikan
5 Menyusun fakta-fakta sejarah menjadi
sebuah kliping / catatan sejarah online
Web, buku sejarah,
google, ziddu.com,
rapidshare
Mengupload materi
/informasi ke dalam
sebuah web
Menganalisis (Analysing)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas
pendukung
Produk
1 Mengintegrasikan data, tabel, grafik dan
flow chart ke dalam sebuah artikel
Word, excel, visio,
blog/web
Mengintergrasikan
beberapa sumber data
ke dalam satu
web/blog
2 Menghubungkan topik mata pelajaran yang
dipelajari dengan informasi terupdate saat
ini
Google, yahoo dan
search engine lainnya
Menetapkan link web
yang berhubungan
dengan materi yang
sedang dipelajari
3 Menguraikan biografi tentang tokoh sains
terkemuka
Google, yahoo,
wikipedia
Biografi tokoh sains
4 Mereview dan menilai informasi hasil
browsing
Google, yahoo Memvalidasi
ketelitian dan
kebenaran data yang
berasal dari web
5 Mengorganisir data yang dimiliki sesuai
dengan mata pelajaran dan jenis file
Web, blog, pdf, mp2,
word, excel
Mengorganisir data
online
Mengevaluasi (Evaluating)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas
pendukung
Produk
1 Merekomendasikan web/sumber online
sebagai bahan belajar
Google, yahoo, web,
blog
Daftar dan link web
yang direkomendasi
2 Mengkritisi sebuah topik yang sedang
dibahas
Forum diskusi online Mengomentari topic
tertentu pada forum
diskusi
3 Menilai kelayakan suatu karya untuk
ditampilkan ke public
Forum online sekolah, Memoderatori sebuah
forum diskusi
4 Memantau kemajuan kolaborasi Web/blog/forum Membangun
kolaborasi dan
jaringan di situs social
5 Menghitung efisiensi kerja sebuah aplikasi
program
Excel, e-learning Menguji prosedur
kerja sebuah aplikasi
program
Menciptakan (creating)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas
pendukung
Produk
1 Menciptakan aplikasi program sederhana Power point, excel Mengembangkan
kreasi dengan power
point,
Mengembangkan
kreasi kreasi dengan
excel
2 Menciptakan aplikasi multimedia
sederhana
Adobe photoshop Mengembangkan
animasi sederhana
untuk alat peraga
belajar
3 Medesain tampilan blog/website pribadi Webhosting gratis
(www.rumahweb.com,
www.000webhost.com,
www.webs.com ); blog
wordpress, blogspot
Website / blog pribadi
4 Berkolaborasi menghasilkan suatu karya
untuk dipublikasikan secara online
Internet, blog, website Mengembangkan
kerja sama
mengembangkan
karya tulis bersama
berbasis jaringan
internet.
5 Membuat rekaman kegiatan sekolah/ karya
dalam bentuk audio (podcasting)
Software atau pemutar
mp3, perekam audio,
Podcast untuk
dipublikasikan secara
online
6 Merancang web/blog komersial Web, blog Memiliki toko usaha
online
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa dalam kosep pendidikan moderen kompetensi siswa
dirancang dalam tiga ranah yaitu pengetahuan keterampilan dan sikap. Hasil belajar siswa
berupa kompetensi penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan menerapkan ilmu
pengetahuan. Pengetahuan diuji dengan alat ukur berupa soal-soal sebagai perangkat tes.
Keterampilan menerapkan ilmu pengetahuan diukur dengan kecakapan siswa dalam menerapkan
ilmu pengetahuan. Sikap dapat diobservasi bagaimana siswa berprilaku dalam belajar dan
bekerja.
II.2.TINGKAT BERPIKIR AFEKTIF
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi
untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau
rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding
(3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex
Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan
yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan
untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar
mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau
menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah
hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan,
sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (= menanggapi) mengandung arti ―adanya partisipasi aktif‖. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang
ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah
peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi,
ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan
tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam
proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan
tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan ―itu adalah
baik‖, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di
camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta
didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada
diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai
yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung
penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada
peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten
pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif
tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai
yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik ―pola hidup‖ tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh
hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya
peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan,
baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai,
Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek
diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.
Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat
terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek
tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu,
pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan
negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh
subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif
(Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua,
perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah
intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa
perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian
orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan
berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan
itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila
intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam
suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari
perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi
sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang
target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta
didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa
target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap
suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,
kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap
peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta
didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia
(1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal
penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang
memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan
peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah
kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta
didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah
sebagai berikut:
Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
o Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
o Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
o Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input
peserta didik.
o Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
o Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
o Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
o Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
o Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
o Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
o Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk
instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
o Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
o Peserta didik mampu menilai dirinya.
o Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
o Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan
nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan
perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan
tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek,
aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan
kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide
sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan
pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi
positif terhadap masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya
mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema
hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan
terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan
keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi
moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:
Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan
orang lain.
Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan
artistik.
Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang
sama dalam memperoleh pendidikan.
Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan
yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan
(Receiving)
Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan)
terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian
terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
- senang membaca puisi
- senang mengerjakan soal matematik
- ingin menonton sesuatu
- senang menyanyikan lagu
Responsi
(Responding)
Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu
dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
ü mentaati aturan
ü mengerjakan tugas
ü mengungkapkan perasaan
ü menanggapi pendapat
ü meminta maaf atas kesalahan
ü mendamaikan orang yang bertengkar
ü menunjukkan empati
ü menulis puisi
ü melakukan renungan
ü melakukan introspeksi
Acuan Nilai
( Valuing)
Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung
nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang
pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan
komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
mengapresiasi seni
menghargai peran
menunjukkan perhatian
menunjukkan alasan
mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran
HAM
menjelaskan alasan senang membaca novel
Organisasi
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu
sistem menentukan saling hubungan antar nilai
memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di
mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan
diterima di mana-mana
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu
sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
rajin, tepat waktu
berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara
independen
objektif dalam memecahkan masalah
mempertahankan pola hidup sehat
menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan
saran perbaikan
menyarankan pemecahan masalah HAM
menilai kebiasaan konsumsi
mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik
antar- teman
II.3.TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali
tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling
rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat
al-‗Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi
pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‗Ashar secara lancar dan jelas.
Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi
yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi
ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-
bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-
tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis
kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif
dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.
Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan
maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau
kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin
dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang
bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian,
bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental
yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu
evaluasi.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi.
Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara
hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada
tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya
sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut
untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta
didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan
asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada
tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau
teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya
judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu
evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda.
Keenam tingkat tersebut yaitu:
1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu
mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta,
rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini
peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar
dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta
memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu
fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap
komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta
didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari.
5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan
dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk
pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan
peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan,
metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan,
pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali
diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka
hasil pendidikan akan lebih baik.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek kognitif
No Tingkatan Deskripsi
1 Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi,
nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
Mengemukakan arti
Menentukan lokasi
Mendriskripsikan sesuatu
Menceritakan apa yang terjadi
Menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar
konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨ Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan
kata-kata sendiri
¨ Membedakan atau membandingkan
¨ Mengintepretasi data
¨ Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨ Menjelaskan gagasan pokok
¨ Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
3 Aplikasi Arti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari
Contoh kegiatan:
Menghitung kebutuhan
Melakukan percobaan
Membuat peta
Membuat model
Merancang strategi
4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan
antar bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
Mengidentifikasi faktor penyebab
Merumuskan masalah
Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
Membuat grafik
Mengkaji ulang
5 Sintesis Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi
satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai
berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v Membuat desain
v Menemukan solusi masalah
v Menciptakan produksi baru,dst.
6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-
buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
II,4.TINGKAT BERPIKIR PSIKOMOTOR
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam
bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor
apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut
agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari
hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah;
1).peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh
kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-
lain;
2).peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat
kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan;
3).peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau
kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan
diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat;
4).peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku
disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat;
5).peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke
sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag
dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh
sekolah, dan lain-lain;
6).peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar,
disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan
rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain;
7).peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat,
seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu
membeli karcis, dan lain-lain, dan
8).peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam
beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik
Tingkat Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
- mengupas mangga dengan pisau
- memotong dahan bunga
- menampilkan ekspresi yang berbeda
- meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
- meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa
angin
II Gerakan dasar
(basic fundamental
movements)
Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
ditebak
Contoh kegiatan belajar:
· contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar
· contoh gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari,
meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
· Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,
menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
· Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan
Persepsi
( Perceptual
obilities)
Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
kemampuan perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨ menangkap bola, mendrible bola
¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali
sambil menjaga keseimbangan
¨ memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨ membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨ melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola gerak tarian
¨ memukul bola tenis, pingpong
¨ membedakan bunyi beragam alat musik
¨ membedakan suara berbagai binatang
¨ mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨ membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV. Gerakan
Kemampuan fisik
(Psycal abilities)
Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan
dan belajar
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu
berlari jauh
mengangkat beban
menarik-mendorong
melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
V. gerakan
terampil (Skilled
movements)
Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,
tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
(kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga
menari, berdansa
membuat kerajinan tangan
menggergaji
mengetik
bermain piano
memanah
skating
melakukan gerak akrobatik
melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah
dan kreatif
(Non-discursive
communicatio)
Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
- gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien
dan indah
- gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari baletr
v melakukan senam tingkat tinggi
v bermain drama (acting)
v keterampilan olahraga tingkat tinggi
BAB III
PENUTUP
III.1.KESIMPULAN
1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci
lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5)
characterization by evalue or calue complex.
3) Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh
Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
4) Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi
5) Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk
diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan
dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang
termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau
kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat
dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat
dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan
yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran
dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau
bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target
mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan.
6) Ranah kogniti berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan
mengevaluasi
7) Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah: Ingatan (C1), Pemahaman (C2),
Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6).
8) Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai,
Mengorganisasi.
9) Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran
selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi
(1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik,
diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
http://gurupembaharu.com/home/?p=186. Diakses Tanggal 21 September 2011
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik.
Diakses Tanggal 21 September 2011
http://nurulfikri.sch.id/index.php/isi-situs/kolom/kolom-guru/466-eksplorasi-bloom-tingkat-
tinggi.html. Diakses Tanggal 21 September 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom. Diakses Tanggal 21September 2011
top related