makalah simulasi ibu menyusui new
Post on 05-Dec-2014
57 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS MANAGEMEN
POA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah managemen dasar dari Bapak Holil
M Par’i
Disusun oleh
Diah Anggraeni
Elsa Sihotang
Muhammad Muayyad Billah
Gumiwang inten sosoca
Fida Husnul
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan nikmat, sehingga kita dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan lancar dan
semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung , baik
bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal yang
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kalanya hanya
menuruti ego pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik maupun saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-mudahan apa
yang kami susun memberikan manfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Tabel
Komposisi Pangan Indonesia) sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.
Cimahi, 25 Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................6
1.5 Metode Penulisan..................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................7
2.1 Anatomi payudara.................................................................................................................7
2.2 Fisiologi Laktasi......................................................................................................................8
2.3 Pengeluaran ASI (Oksitosin)................................................................................................10
2.4 PROSES LAKTASI...................................................................................................................10
2.5 Pengaturan Hormon............................................................................................................12
2.6 Pembentukan air susu.........................................................................................................13
2.7 Proses Sekresi Air Susu........................................................................................................16
2.8 Posisi pemberian ASI............................................................................................................16
2.9 Pemberhentian Laktasi........................................................................................................18
PENUTUP BAB III.................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
3.2 Saran....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSusu manusia adalah makanan ideal bagi neonatus. Seperti dikaji oleh American College
Of Obsetricians dan ginecologis (2000), ASI mengandung nutrien spesifik spesies dan
spesifik usia, faktor imunologis dan sifat antibakteria serta faktor-faktor yang berfungsi sinyal
biologis untuk meningkatkan pertumbuhan dan difesiensi sel.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita
melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI
tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar
protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari
selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat
kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir
dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran
karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat
pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang
berperan dalam produksi ASI (Suharyono, 1990).
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI
dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan
frekuensi pengisapan ( suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai
respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan
( ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu
mengalirnya
ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui
puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu
kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah
ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari)dimana kadar lemak dan laktosa lebih
tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan ³ 21 hari setelah melahirkan dengan volume
bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume
ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan
sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6
bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi
Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan
adalah 400 – 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari.
Pemberian makanan yang optimal pada bayi dan anak merupakan intervensi yang paling
efektif untuk memperbaiki kesehatan anak. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang
kaya akan gizi dan sangat penting untuk pertumbuhan anak. Dengan memberikan ASI saja
sejak lahir maka terganggunya pertumbuhan anak yang diawali dengan kekurangan gizi dapat
diatasi. Menyusui memberikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang baik bagi bayi
maupun ibu, antara lain membantu melindungi anak dari beragam kelainan akut dan kronik.
Berbagai studi dari negara berkembang menunjukkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI
memiliki kecenderungan 6 hingga 10 kali lebih besar kemungkinannya meninggal pada bulan
pertama kehidupan dibandingkan bayi yang diberi ASI. Diare dan pneumonia lebih umum
terjadi dan lebih berat pada anak yang tidak diberi ASI, bahkan pada keadaan higien yang
adekuat. Infeksi akut lainnya, seperti otitis media, meningitis Haemophilus influenzae, dan
infeksi saluran kemih lebih jarang dan ringan pada bayi yang diberi ASI.2
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa anatomi payudara ?
2. Apa fisiologi laktasi ?
3. Apa proses laktasi ?
4. Apa saja hormon yang berperan dalam laktasi ?
5. Apa pembentukan air susu ?
6. Apa penyebab pemberentan laktasi ?
1.3 Tujuan PenulisanPenulisan makalah ini memiliki tujuan, antara lain
1. Mengetahui anatomi payudara
2. Mengetahui fisiologi laktasi
3. Mengetahui proses laktasi
4. Mengetahui hormon yang berperan dalam laktasi
5. Mengetahui pembentukan air susu
6. Mengetahui pemberentian laktasi
1.4 Manfaat PenulisanPenulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
tentang sasaran pelayanan dan lahan praktik kebidanan bagi para mahasiswi program studi
kebidanan dan bagi masyarakat luas.
1.5 Metode PenulisanDalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan
ialah studi pustaka dengan membaca buku-buku atau sumber-sumber lain sebagai referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi payudara
Bakal kelenjar mamae terdapat dirigi ektoderm yang membentuk permukaan ventral
mudigah dan meluas ke lateral dari tungkai depan ke tungkai belakang pasang tonjolan (bud,
papil) secara normal lenyap dari mudigah kecuali satu pasang didaerah pektoralis yang
alkhirnya berkembang menjadi kelenjar mamaria. Akan tetapi, kadang-kadang papil-papil
ditempat lain tersebut mungkin akan tidak lenyap seluruhnya papil-papil tersebut mungkin
ikut serta dalam pola pertumbuhan yang menadai dua kelenjar mamaria normal.
Pada pertengahan kehamilan, masing-masing dari kedua tonjolan payudara mulai
tumbuh dan membelah. Janin yang ditakdirkan untuk membentuk payudara mulai tumbuh
dan membelah. Hal ini menyebabkan terbentuknya 15 hingga 25 papil sekunder yang
merupakan dasar untuk pembentukan sistem duktus dipayudara dewasa. Setiap papil
sekunder memajang membentuk sebuah korda, bercabang dan diferensiasi menjadi dua
lapisan konsentrik sel kuboid dan sebuah lumen ditengahnya. Sel-sel di lapisan dalam
akhirnya menghasilkan epitel sekretorik yang mengsintesis susu. Lapisan sel luar berubah
mejadi mioepitel yang menghasilkan menkanisme untuk menyemprotkan susu
Secara anatomis, masing-masing kelenjar mamaria matang terdiri atas 15 sampai 25
lobus yang berasal dari papil sekunder. Lobus tersusun secara radial dan dipisahkan satu
sama lain oleh lemak dalam jumlah yang bervariasi. Setiap lobus terdiri dari beberapa lobus
yang sebaliknya tersusun oleh sejumlah besar alveolus. Setiap alveolus memiliki sebuah
duktus kecil yang bersatu dengan duktus yang lain untuk membentuk satu duktus besar untuk
setiap lobus. Duktus laktiferosa ini
bermuara
secara terpisah
diputing
tempat duktus
tersebut membentuk orifisium keci, tetapi jelas. Efitel sekretorik alveolus menghasilkan
berbagai konsituen susu.
2.2 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
Dan pengeluaran ASI (oksitosin) .
a. Produksi ASI (Prolaktin)Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulaimenstruasi.
Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu
maturasi alveoli.Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga
pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek
yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
2. Refleks aliran (let down reflek)
1. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat
lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus leutum
maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting
susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsangpengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin.Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapanbayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan
seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
2. Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkanoksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini
menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikirankacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
1. Refleks menangkap (rooting refleks)
2. Refleks menghisap
3. Refleks menelan
1. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke
arah sentuhan. Bibir bayidirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkapputing susu.
2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI keluar.
3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
2.3 Pengeluaran ASI (Oksitosin)Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga
keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang
terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosindikeluarkan oleh
hipofisis.
2.4 PROSES LAKTASIHormon-hormon yang berpengaruh dalam proses laktasi:
a. Estrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan proliferasi
lactiferous duct, pembentukan kelenjar alveolus, deposit lemak pada payu
dara. Hal inilahyang menyebabkan pembesaran payudara pada ibu hamil.
b. Progesteron memiliki efek menghambat efek prolaktin terhadapkelenjar
mamae
c. Prolaktin
Prolaktin berfungsi untuk mengaktifkan kelenjar alveolusmensekresikan air susu serta
menopang sekresi casein, asam lemak,laktosa dan volume sekresi air susu.Ketika bayi
menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan
hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon
Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian
besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses
menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin
sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini,
sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI.
Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan
tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas,
maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering
dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti
menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
a. Hormon Oksitosin
Oxytocin berfungsi untuk pengeluaran air susu. Oxytocinmenyebabkan kontraksi sel-sel
myoepithel pada alveolus untuk mengosongkan lumen alveolar. Selain itu, oxytocin
juga menyebabkankontraksi pada myometrium. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
cram di daerah perut pada saat menyusui . Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak
juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi
lebih cepat daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju
payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi.
Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir
melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga
keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks
pelepasan ASI.
Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara.
Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar
suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi,
sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu
memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar.
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami
kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang
hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti
seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap
memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini
sangat penting bagi bayi.
2.5 Pengaturan HormonSelama kehamilan, jumlah prolaktin mengalami peningkatan. Dimulai dariminggu ke-8
kehamilan, jumlah prolaktin terus meningkat dari sekitar 10-25 ng/mlhingga akhirnya
mencapai puncak menjadi sekitar 200-400 ng/ml.Peningkatan jumlah prolaktin dalam tubuh
paralel dengan peningkatan jumlahestrogen selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena
estrogen menekan pengeluaranhypothalamic Prolactin Inhibiting Hormon (dopamine)
dan memberikan stimulasisecara langsung terhadap pembentukan prolactin gene transcription
di dalam hipofisis.Dengan kata lain, GnRH melalui perantaraan estrogen memberikan feed
back positif pada hypothalamus untuk menghasilkan Prolactin Releasing Hormon
(PRH)sehingga memberikan perintah pada hipofisis anterior untuk meningkatakan
sekeresi prolaktin.Pada saat kehamilan, peningkatan kadar estrogen dalam tubuh disertai
dengan peningkatan kadar progesterone. Hal inilah yang menyebabkan produksi air
susudigantikan oleh kolostrum selama kehamilan. Produksi kolostrum ini bertahan sampai
hari ke-4 setelah persalinan, karena pada saat itu kadar estrogen dan progesterone belum
sepenuhnya turun.Setelah persalinan, produksi estrogen dan progesterone menurun secara
tajamsehingga memberikan feed back negative pada hypothalamus.
Pelepasan PituitaryInhibiting Hormon (PIH) oleh hypothalamus menyebabkan penurunan
produksi prolaktin di dalam tubuh.Oxytocin memiliki efek pengisian kembali alveolar di
samping pengeluaran air susu. Oleh karena itu, secara tidak langsung pengeluaran oxytocin
memberikan feed back positive kepada hypothalamus untuk mensekresikan PRH sehingga
produksi prolaktin meningkat kembali. Hal ini merupakan mekanisme untuk
menjagakeseimbangan antara produksi dan pengeluaran air susu.Stimulus untuk pengeluaran
oxytocin, diatur melalui impuls saraf denganmekanisme:
Sensor tactile yang berada di areola teraktifasiImpuls berjalan melalui saraf sensoris
thoracicyang berasal dari saraf no. 4, 5, dan masuk ke serat saraf sensori afferent sampai ke
nuclei paraventricular dan supraopticyang berada di hypothalamus Sintesis dan transport
oxytocin ke posterior pituitary Di sampaikan ke system duktus alveolar payudara melalui
perantaraan darah.
sel-sel myoepithel berkontraksi dan terjadi pengosongan lumen alveolar Proses pelepasan
cepat ASI disebut "let-down".Dalam banyak kejadian, aktivasi pelepasan oxytocin tidak
membutuhkan inisiasidari stimulus tactile. Sistem saraf pusat dikondisikan untuk merespon
kehadiran bayi,sehingga pada saat bayi menangis hal itu menginduksi hypothalamus
untuk mensekresikan oxytocin. Pelepasan oxytocin juga penting untuk kontraksi
uterus yang berkontribusi terhadap involusi uterus.Pengosongan lumen alveolus secara
berkala penting untuk menjaga sekresi air susu dalam jumlah yang cukup.Efek oxytocin
adalah fenomena pelepasan yang berpengaruh terhadap sekresidan penyimpanan ASI. Oleh
karena itu, prolaktin harus dalam jumlah yang cukupuntuk melanjutkan sekresi agar dapat
menggantikan air susu yang telah dikeluarkan.Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah air
susu yang dihasilkan sama dengan jumlahair susu yang dikeluarkan.Payudara dapat
menyimpan air susu maksimal selama 48 jam sebelum hasil produksi tersebut
dikurangi.Selama menyusui menyusui, neural input dari nipple mencapai hypothalamusdan
menyebabkan hypothalamus menghasilkan neurotransmitter yang menekan pelepasan GnRH.
2.6 Pembentukan air susu Air susu ibu mengandung lebih dari 100 zat. Air susu ibu merupakan emulsi lemak dalam
fase cairan yang isotonik dengan plasma. Air susu manusia telah matang mengandung 3-5 %
lemak, 1 % protein, 7% laktosa dan 0,2% mineral serta memberikan kalori sebesar 60-75 %.
Laktosa merupakan jenis gula utama pada susu manusia. Asam amino bebas, urea, kreatin
juga terdapat pada susu manusia. Hormon peptida termasuk EGF merupakan faktor
pertumbuhan transformasi. Air susu yang pertama dikeluarkan adalah kolostrum.
Sel epitel alveolus yang memproduksi susu merupakan sel yang terpopulasi dan sangat
Berdiferensiasi yang berfungsi mengakumulasi, mensintesis, mengemas dan
mengeluarkan komponen-komponen air susu. Empat jalur transeluler dibutuhkan untuk
pembentukan air susu yang sesuai dengan di dalam alveolus payudara. Jalur yang pertama
meliputi sekresi kation monovalen, jalur ke dua meliputi trasnpor imunoglobin yang
termediasi reseptor, jalur ketiga sintesis dan trasnpor lemak susu dan jalur yang terakhir
meliputi eksositoris vesikel sekretorik yang mengandung protein susu spesifik, kalsium
fosfat, sitrat dan laktosa . jalur yang kelima dibutuhkan untuk pembentukan susu dan jalur ini
bukan merupakan jalur trasnseluler namun paraseluler, imunoglobulin seperti IgA, plasma
protein dan lekosit yang bergerak diantara sel alveolar yang telah kehilangan persambungan
eratnya.
Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang masing- masing berperan sebagai
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu:
1. Refleks Prolaktin.
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,
namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan
kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sari-at berkurang,
ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara,
akan merangsang ujung - ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus akan
menekan pengeluaran faktor - faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor - faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin.
Hormone ini merangsang sel - sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada
isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal
pada minggu ke 2 - 3. pada ibu yang menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan
seperti :
o Stress atau pengaruh psikis
o Anastesi
o Operasi
o Rangsangan puting susu
2. Reflek Letdown
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior ( neurohipofise ) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi
pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya
menbalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor - faktor yang meningkatkan let down adalah :
- Melihat bayi
- Mendengarkan suara bayi
- Mencium bayi
- Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor - faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti:
- Keadaan bingung / pikiran kacau
- Takut
- Cemas
2.7 Proses Sekresi Air SusuAlveoli pada kelenjar mamae merupakan kumpulan bulat sel-sel epitel selapiskuboid
yang menjadi struktur yang aktif mensekresi air susu selama kehamilan. Hasilsekresi sel-sel
tersebut berkumpul dalam lumen alveolus sampai ke duktuslactiferous.Pada bagian apical
kutub sel sekresi terdapat beberapa tetes lemak dan vakualsekresi bermembran yang
mengandung satu sampai beberapa kumpulan protein susu padat seperti kasein, α-laktalbumin
dan IgA. Tetes lemak tersebut (terutama mengandung TAG netral) ke luar dari sel dan
memasuki lumen , dalam proses inilemak tersebut di bungkus oleh sebagian dari membrane
sel apical. Protein susu jugadilepaskan ke dalamlumen melalui proses eksositosis. Laktosa
disintesis dari glukosadan galaktosa.
2.8 Posisi pemberian ASI Untuk menstimulasi puting dan mengeluarkan susu dari dada ibu, dan untuk memastikan
pemberian yang adekuat dan aliran susu yang baik,bayi harus menempel dengan baik.
Kesulitan bisa terjadi karena bayi tidak memasukkan dada secara baik. Ketika bayi
menghisap, aliran dari lidah dari depan ke belakang, menekan dada dengan palatum ,sehingga
menekan susu untuk keluar dari sinus ke mulut bayi lalu ditelan. Jika bayi menempel dengan
baik, mulut dan lidahnya tidak melukai kulit ibu.(Gambar 1)
Gambar 1. Perlekatan anak yang baik8
Gambar 2 Perlekatan anak yang kurang baik
Gambar 2 menggambarkan apa yang terjadi pada mulut jika bayi tidak bisa menempel
dengan baik pada dada ibu. Yang harus diperhatikan ialah, hanya puting ibu yang masuk ke
dalam mulut anak, bukan jaringan payudara, lidah bayi dibelakang atau di dalam mulutnya,
sehingga tidak bisa menekan duktus untuk menekannya.
Bayi bisa menyusui dalam berbagai posisi: sepanjang dada dan perut ibu, di bawah tangan
ibu, atau seiring badan ibu. Apapun posisi ibu dan bayi, ada 4 hal penting dalam posisi
pemberian ASI, yaitu:
a. Badan bayi harus lurus, tidak ditekuk. Kepala bayi bisa ekstensi sedikit untuk membantu
dagunya mendekati payudara ibu
b. Bayi harus menghadap ke payudara. Puting susu biasanya mengarah ke bawah, sehingga
bayi tidak terlentang pada dada atau perut ibu, tetapi sedikit mengarah ke dalam.
c. Badan bayi harus dekat ke ibu sehingga bayi bisa mendekati payudara ibu dan minum
dengan mulut penuh
d. Tubuh bayi harus disokong, bisa dengan tempat tidur atau bantal, atau tangan ibu,
sehingga bukan hanya kepala bayi yang disokong.
2.9 Pemberhentian LaktasiLaktasi dapat dihentikan dengan cara tidak melanjutkan untuk menyusui bayi.Karena
tidak ada proses ejeksi selama beberapa hari mak alveolus yang membengkak menekan
pembentukan air susu melalui local pressure effect. Cairan tersebut akandiresorpsi sehingga
mengurangi ukuran payudara dalam beberapa hari.Normalnya sekresi ASI akan menurun
pada bulan ke-7 sampai bulan ke-9 postpartum dan bisa berlanjut sampai beberapa tahun jika
proses menyusuidilanjutkan secra berkesinambungan
PENUTUP
BAB III
3.1 Kesimpulan Seorang bayi sangat membutuhkan ASI sebagai asupan makanannya. ASI sangat bermanfaat
terhadap kesehatan dan daya tahan tubuh bayi . seperti pengeluarana air susu pertama pada
ASI adalah kolostrum . kolostrum itu bermanfaat bagi daya tahan bayi. Didalam prosesnya
terdapat banyak hormon yang berperan seperti hormon prolaktin, hormon oksitosin.
3.2 Saran Seoarng ibu harus memberikan ASI kepada bayi karena makanan utama bayi adalah ASI
yang sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
http://books.google.co.id/books?id=t46O5s5O-
bYC&pg=PA55&dq=mekanisme+laktasi&hl=id&sa=X&ei=P2GmT5q0DM2mrAfy5cz7Ag
&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=mekanisme%20laktasi&f=false
obsetri wiliam edisi 21, penerbit buku kedokteran
http://www.lusa.web.id/fisiologi-laktasi/
top related