pengertian menyusui
DESCRIPTION
menyusuiTRANSCRIPT
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menyusui
2.1.1. Pengertian dan definisi
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana
bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui
merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus
dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan
tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli,
2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah
pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam
keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam
Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang
wajar dan mulia seorang ibu.11
2.1.2. Pembentukan Air Susu
Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion clinic dalam
Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang jelas
dan profesi atau tenaga kesehatan. Pendidikan ibu dan keluarga , nutirisi yang
adekuat juga akan mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera mungkin
disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai keinginan bayi,
dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara bergantian, dan
istirahat yang cukup. Begitu juga menurut Sidi (2001), keberhasilan pemberian ASI
7Universitas Sumatera Utara
atau menyusui memerlukan dukungan dari berbagai macam faktor, antara lain
payudara sebagai perangkat pemberian ASI, perlu diperhatikan apakah cukup mampu
menghasilkan ASI dan kondisi putingnya memadai bagi bayi untuk bisa menyusui
dengan mudah. Bayi dibiasakan menyusui sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan, ibu
siap mental untuk menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat
menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik.
Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui,
membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di
rumah.
Hal senada telah diungkapkan oleh Soeharyono (1992), yang mennyebutkan
bahwa keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor ibu
melalui mekanisme fisiologi yang dapat menyebabkan payudara membentuk air susu,
faktor bayi melalui refleks yang secara alami dibawa sejak masih dalam kandungan
yang memungkinkan bayi mendapatkan air susu. Faktor eksternal yaitu petugas
kesehatan yang berperan selaku katalisator proses fisiologi yang dapat membantu ibu
dan bayi sukses dalam proses menyusui. Bantuan utama dari petugas kesehatan
adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering
diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan. 12
Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang
telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu
demi keselamatan bayinya di kemudian hari. Pada seorang ibu yang menyusui
dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks let down ( Lawrence, 1994). 13
Universitas Sumatera Utara
a. Refleks prolaktin
Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran listrik yang bergerak ke
hipotalamus yang kemudian akan menuju kelenjar hipofisis bagian depan.
Selanjutnya kelenjar ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi ASI. Makin sering dan makin lama ASI diberikan, maka kadar
prolaktin akan tetap tinggal dan akan berakaibat ASI akan terus di produksi. Efek lain
dari prolaktin adalah menekan fungsi indung telur ( ovarium). Efek penekanan ini
pada ibu yang menyusui secara ekslusif akan memperlambat kemabalinya fungsi
kesuburan dan haid. Dengan kata lain, menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan.
b. Refleks let down ( milk ejection refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan hisapan bayi selain
disampaikan ke kelenjar hipofisis bagian belakang dimana kelenjar ini akan
mengeluarkan oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di
bawah alveoli dan dinding saluran sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga
memeras ASI keluar. Semakin sering ASI diberikan terjadi pengosongan alveoli,
sehingga semakin kecil terjadi pembendungan ASI di alveoli. Untuk itu dianjurkan
kepada ibu menyusukan bayi tidak dibatasi waktu dan “on demand”, akan membantu
air susu.
Disamping itu kontraksi otot-otot rahim untuk mencegah timbulnya
pendarahan setelah persalinan serta mempercepat proses involusi rahim. Hal yang
membantu refleks oksitosin adalah ibu memikirkan hal-hal yang dapat menimbulkan
rasa kasih sayang terhadap bayi, suara bayi, raut muka bayi, ibu lebih percaya diri.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal tersebut di atas menurut Cunningham (1995), dengan isapan dalam 30
menit setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin yang dapat mengurangi
haemorhagic post partum. Pendapat Cunningham, didukung oleh penelitian Odent
(2002), bahwa meskipun ASI belum keluar, kontak fisik bayi dengan ibu dan
membantu ibu menyusui harus tetap di fasilitasi oleh petugas, Karena pada jam
pertama persalinan pelepasan oksitosin berbanding lurus dengan prolaktin, dalam
level tertinggi sehingga memacu otot polos yang berada di alveoli dan akan
memperlancar produksi ASI. Juga secara psikologis memberi kepuasan kepada ibu
dan manfaat yang tidak kalah pentingnya bagi bayi adalah mendukung kemampuan
untuk menyusui secara naluriah14.
2.1.3. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk
keberhasilannya menyusui seperti :
a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam
mulut.
b. Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup
bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara
dibelakang putting susu, tidak dibenarkan bila bayi hanya menekan putting susunya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke
putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-
langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu
bayi mendapatkan jumlah air susu yang maksimal dan tidak akan menimbulkan luka
pada putting susu ibu.
c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap ( tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan
masuk lambung. Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan
botol. Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat
mengalir dengan mudah dari lubang dot.
2.1.4. Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan
keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif.
Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik kualitas maupun
kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih sayang (bonding), dan
meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi pendarahan pos partum (paska
melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan penderita kanker payudara dan kanker
indung telur, menjarangkan kelahiran, dapat mengembalikan lebih cepat berat badan
dan besarnya rahim ke ukuran normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan
Universitas Sumatera Utara
terutama saat menyusui dimalam hari, juga dapat memberikan kepuasan dan rasa
bahagia bagi ibu (Supriyadi, 2002).15
a. ASI sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau
lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu
khusus untuk makanan bayinya. Komposisi air susu untuk setiap mamalia berbeda
satu sama lainnya. Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya
sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan prematur komposisinya akan
berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan.
Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI
yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda
dengan ASI yang keluar dari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke 10 atau ke-14setelah
kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 ( ASI
matang). ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk,
sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin ( zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali
menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri membuatzat kekebalan cukup
banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12
bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh
badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan akan hilang bila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali
lebih banyak dari susu matang ( mature). Zat kekebalan yang terdapat di ASI antara
lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian di
Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal
karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan
menurunkan kemungkinkan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan
penyakit alergi.
Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu
akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama
bila sakitnya berat.
c. ASI meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas
bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah
pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan
termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak.
Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
sedikit sekali pada susu sapi, antara lain :
c. 1. Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI
Universitas Sumatera Utara
c.2 Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit
sekali terdapat dalam susu sapi.
c.3 Asam lemak ( DHA, omega-3, omega-6) : merupakan asam lemak utama
dalam ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi
yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal
pula. Hasil penelitian Dr. Lucas (1993) secara crossectional terhadap 300 bayi
premature membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (RP = 8,3) dibanding dengan bayi
prematur yang tidak diberi ASI11.
2.2. ASI dan ASI Eksklusif
2.2.1. Air Susu Ibu
ASI adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya yang
baru dilahirkannya. Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi
dan bila diberikan dengan baik dan benar dapat memenuhi kebutuhan untuk tumbuh
kembang bayi secara optimal sampai 6 (enam) bulan. Selain itu ASI mengandung
makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit
tertentu. Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa
terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapatnya hubungan yang erat antara
menyusui ekslusif dan penjarangan kelahiran (Suradi, 2001). Hal yang sama juga
diunkapkan oleh Roesli (2001), ASI sebagai makanan tunggal yang akan mencukupi
kebutuhan tumbuh bayi sampai 6 bulan. Setelah usia 6 (enam) bulan, bayi harus
Universitas Sumatera Utara
mulai mendapatkan makanan padat, sedangkan pemberian ASI dapat terus
dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
2.2.2. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir, kecuali obat dan vitamin ( Depkes, 2003)16. Pemberian ASI
ekslusif dapat berlangsung selama 4-6 bulan. Menurut WHO-UNICEF (1989)
pemberian ASI ekslusif mencakup hal-hal berikut ini, hanya ASI sampai usia 4-6
bulan, menyusui dimulai < 30 menit setelah bayi lahir. Tidak memberikan bayi
makanan prelaktal seperti air tajin, air gula, madu, dsb kepada bayi baru lahir.
Memberikan kolostrum / ASI pada hari-hari pertama keluar yang bernilai gizi tinggi
kepada bayi, menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari.
Cairan yang diperbolehkan hanya vitamin, mineral dan obat dalam bentuk tetes
maupun sirup.
The 54th World Health Assembly WHO (200 1) merekomendasikan pemberian
ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan setelahnya dikenalkan makanan
tambahan dengan nutrisi yang adekuat, aman dan tepat serta pemberian ASI
dilanjutkan sampai 2 tahun.
Lawrence (1994) mendefinisikan kategori pemberian ASI adalah pemberian
ASI penuh (eksklusif dan mendekati eksklusif), pemberian Asi secara parsial ( tinggi)
bila pemberian ASI mencapai 80 %, medium bila mencapai 20-79 %, dan rendah bila
mencapai < 20 %, dan token breasfeeding yaitu ASI diberikan secara berjadwal, baik
frekuensi maupun waktu pemberiannya berdasarkan aturan waktu/jam, dan bayi
diberi air atau air gula dalam botol. Token breasfeeding sangat dilarang karena selain
Universitas Sumatera Utara
mengagalkan pemberian ASI ekslusif, juga mengakibatkan bayi menjadi bingung
putting.
2.3.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
2.3.1 Umur Ibu
Menurut Hartanto (1996) periode umur antara 20-3 5 tahun merupakan periode
usia yang baik untuk melahirkan. Bila umur ibu kurang dari 20 tahun, wanita masih
dalam masa pertumbuhan dari faktor biologis sudah siap namun psikologis belum
matang. Begitu pula jika ibu melahirkan di usia 35 tahun masalah kesehatan sering
timbul dengan komplikasi. Menyusui bayi memerlukan kondisi kesehatan ibu yang
baik.
Penelitian Kristina (2003) dengan desain penelitian crosssectonal,
memberikan hasil tidak ada pengaruh antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-4 bulan ( p > 0.05). Begitu pula penelitian yang dilakukan Madjid (2003)
tidak ada hubungan antara umur ibu melahirkan dengan praktik pemberian ASI
selama tiga hari setelah kelahiran. 17
2.3.2 . Pendidikan Ibu
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada seorang untuk membuka
jalan pikiran dalam menemui ide-ide atau nilai-nilai baru. Ibu yang terpelajar
biasanya mendapatkan keuntungan psikologis dan fisiologis dari menyusui karena
lebih termotivasi, mempunyai fasilitas yang lebih baik serta posisi yang lebih
memungkinkan mereka untuk menyusui dibandingkan dengan ibu yang kurang
terpelajar. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan tinggi
dengan praktik pemberian ASI dalam tiga hari setelah kelahiran ( Madjid, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Penilitian Trisnawati (2008) menunjukkan hasil yang ditelitinya, antara pendidikan
ibu dengan ASI eksklusif tidak ada hubungan yang bermakna. Ibu yang
berpendidikan rendah maupun tinggi telah memiliki kesadaran memberikan ASI
eksklusif.18
2.3.3. Pekerjaaan Ibu
Penelitian yang dilakukan Lebuan (2003) menemukan pemberian ASI selama
perawatan setelah lahir baik pada ibu yang bekerja maupum yang tidak bekerja, tidak
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaaan dengan praktik
pemberian ASI.19
Menurut Soetjaningsih (1997) ada kecendrungan semakin banyak ibu tidak
memberikan ASI pada bayinya. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya ibu yang
bekerja terutama di kota besar. Peran ganda seorang ibu antara mengasuh anaknya
dengan memberikan asi ekslusif, dan membantu ekonomi keluarga mencari nafkah
dengan bekerja di luar maupun di dalam lingkungan rumah tangga, yang membuat
seorang ibu sulit untuk mengatasinya. Bila ibu sebelum berangkat bekerja bayi harus
disusui, selanjutnya ASI diperas dan di simpan untuk diberikan kepada bayi selama
ibu bekerja. Sama halnya dengan Supriyadi (2002), pada waktu ibu bekerja sekalipun ibu
tidak dapat langsung memberikan ASI, namun ibu masih tetap dapat memerah ASI
dan menyimpannya untuk dibawa pulang pada bayinya.
2.3.4. Pengetahuan Ibu
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menggambarkan perubahan perilaku.
Dimana pengetahuan merupakan hasil tidak dari tahu, ini merupakan hasil dari tahu, ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.20
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan, sehingga
pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk melakukan perubahan perilaku
kesehatan, dengan sendirinya pengetahuan dapat diukur atau di observasi atau melalui
media apa yang diketahui tentang objek.
Penilitian yang dilakukan Ibrahim (2000) di provinsi Daerah Istimewah
Aceh, ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai kesempatan dua kali
untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu
yang memiliki pengetahuan kurang.
2.3.5. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dalam
keadaan hidup dengan usia kehamilan yang > 28 minggu . Walaupun berat badan
bayi <_ 1000 gram dan dapat hidup dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka berat
badan bayi < 1000 gram masih digolongkan kedalam paritas.21
Sastrawinata (1980), mengatakan primapara adalah wanita baru pertama kali
melahirkan anak dalam keadaan hidup baik matur maupun prematur. Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan anak >_ 3 orang anak .Caporto et. al (1987)
mengemukakan bahwa grandemulti , yaitu seorang wanita yang telah mengalami
hamil ke 4 atau lebih dan dengan usia kehamilan > 28 minggu.
Iskandar (1987) menyatakan bahwa hubungan paritas dengan pemberian
kolostrum yang dilakukan di daerah pedesaan Jawa dan Bali serta di Sumatera dan
daerah lainnya di tanah air, menyebutkan bahwa jumlah paritas tinggi cenderung
Universitas Sumatera Utara
memberikan kolostrum pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah. Penelitian ini
didukung oleh Suradi (1992) bahwa ASI lebih cepat keluar pada multipara daripada
primapara, walaupun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna.
Penelitian madjid (2003) menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai anak (primapara) memiliki masalah-masalah menyusui. Berbeda
dengan ibu-ibu yang sudah menyusui sebelumnya lebih baik daripada yang pertama.
2.3.6. Jarak Kelahiran
Menurut Hartanto (1996) bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat menyebabkan
kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, sering terkena penyakit dan waktu
bagi ibu untuk menyusui bayi sebelumnya akan berkurang. Jarak kelahiran yang
dianjurkan adalah antara 2-4 tahun, karena kondisi dan kesehatan ibu sudah pulih
kembali. Bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat mengakibatkan ibu menderita anemia
kronis, sehingga produksi ASI akan terganggu. Jadi, semakin rapat jarak kelahiran
bayi mengakibatkan produksi asi menurun dan menyebabkan kegagalan pemberian
ASI eksklusif.
2.3.7. Rencana Kehamilan
Nurjanah (1998) mendefinisikan unwanted pregnancy adalah kehamilan yang
terjadi pada wanita yang tidak diinginkannya pada saat itu maupun waktu yang akan
datang. Menurut kafman (1997), unwanted pregnancy yaitu kehamilan yang tidak
dikehendaki sama sekali, dan mistined kehamilan yang dikehendaki kemudian. Pada
penelitian Iskandar (1991) di luar Jawa ada hubungan bermakna antara kehamilan
yang direncanakan dengan pemberian ASI.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8. Jenis Kelamin Bayi
Di Banglades pemberian ASI untuk bayi perempuan 5 bulan lebih pendek
dari bayi laki-laki (Iskandar, 1991). Bahkan menurut Roesli(2000), konsekuensi fatal
yang sering terjadi pada pemberian Asi, yaitu budaya yang mengutamakan bayi laki-
laki sehingga bayi laki-laki pertumbuhannya normal sedangkan bayi perempuan
terhambat.
2.3.9. Berat Badan Lahir
Bayi dengan berat badan lahir rendah ( premature), seharusnya diberikan ASI
dari ibunya sendiri, bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan,
sepsis, dan malformasi, maka sebagian besar bayi premature biasanya mampu
menyusui dengan segera (Supriadi, 2002).
2.3.10. Dukungan Suami Dan Orang Tua
Peran suami selaku pendukung dalam memberikan ASI, telah banyak
dilaporkan dalam literatur. Khususnya bila suami mempunyai pemikiran yang positif
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan menyusui dan berpikir bahwa ia
dapat memainkan peran serta dalam masalah ini (Riodan, 1998)21
Dukungan suami dan orang tua mempengaruhi praktik. pemberian ASI, yang
selanjutnya akan mempengaruhi angka sukses pemberian ASI dan usia penyapihan.
Seorang wanita yang suaminya tidak mendukung dalam menyusui, bayinya di sapih
lebih awal.
2.3.11. Perilaku Petugas Kesehatan
Dalam penggunaan ASI peran bidan dan penyuluh kesehatan masyarakat
sangatlah penting. Kegiatan yang dapat dikerjakan oleh bidan antara lain
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan antenatal yang baik, peranan penyuluh kesehatan memberikan
penyuluhan pembinaan, persiapan bersalin, penyuluhan akan pentingnya menyusui
bayi secara ASI eksklusif dan meyakinkan arti penting keluarga berencana (Madjid,
2003).
Universitas Sumatera Utara