makalah seminar i (diare)
Post on 21-Dec-2015
43 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Seorang Anak Lelaki Berusia 2 Tahun dengan Diare yang Sudah
Berlangsung Selama 2 Hari
KELOMPOK 7
03007116 Indah Ramadhani
03007124 Janice Hastiani
03009116 I.G.A Sattwika Pramita
03009118 Ida Udhiah
03009122 Irina Aulianisa
03009123 Irmawati Marlia Rohim
03009124 Ita Indriani
03009128 Katherine Rinova
03009130 Khrisna Paramaartha
03009134 Lailil Indah Seftiani
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta, 16 Juni 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh
dunia, yang menyebabkan satu billiun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di
Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun, pada 16,5 juta anak sebelum usia
5 tahun, menghasilkan 2,1-3,7 juta kunjungan dokter, 220.000 penginapan di rumah sakit,
924.000 hari rumah sakit, dan 400-500 kematian. Mekanisme penularan utama untuk patogen
diare adalah tinja-mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk kebanyakan
kejadian. Enteropatogen yang terinfeksius pada pemasukan (inokulum) yang sedikit (Shigella,
virus enterik, Giardia lambia, Cryptosporidium, dan mungkin Eschericia coli) dapat ditularkan
dengan kontak dari orang ke orang. Faktor-faktor yang menambah kerentanan terhadap infeksi
dengan enteropatogen adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke
daerah endemik, kekurangan ASI, pemajanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan
atau air yang terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan pengunjung pusat perawatan harian. 1
(nelson)
Diare karena alergi makanan dapat juga terjadi pada bayi, terutama disebabkan karena
intoleransi pada protein susu sapi, sering terjadi pada bayi saat disapih dari ASI. Beberapa
mekanisme imunologis mungkin ikut terlibat: hipersensitivitas anafilaktik cepat yang melibatkan
antibody IgE, hipersensitivitas sitotoksik bergantung-antibodi yang melibatkan IgM atau IgG,
hipersensitivitas imun kompleks, dan hipersensitivitas seluler. Manifestasi dapat menghilang
sempurna setelah pemberian susu sapi dihentikan.
Diare dapat menyebabkan dehidrasi. Kehilangan elektrolit melalui dehidrasi
mempengaruhi jumlah air dalam tubuh, aktivitas otot, dan fungsi-fungsi penting lainnya. Tanda-
tanda dehidrasi pada anak diantaranya mulut dan lidah kering, tidak ada air mata ketika menagis,
mata cekung, demam tinggi, dan gelisah. Dehidrasi sangat bahaya pada anak sehingga harus
segera ditangani untuk menghindari masalah kesehatan yang serius, seperti kerusakan organ atau
syok.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dibawa ke puskesmas karena diare yang sudah berlangsung
selama 2 hari. Frekuensi diare setiap hari kira-kira 6-8x dengan tinja cair berlendir tanpa darah
dan setiap diare kira-kira ¼ gelas. Disamping diare disertai pula dengan muntah-mu ntah rata-
rata 3x/hari dan setiap muntah banyak. Disamping diare disertai pula batuk-pilek dan demam.
Pada anamnesis selanjutnya bayi tidak lagi diberi ASI dan diganti susu formula sejak beberapa
hari sebelum diare. Penderita tidak dirawat inap, hanya dirawat selama beberapa jam di ruangan
observasi (One day care center) dengan pemberian oralit secara ad libitum. Dua hari kemudian
dibawa lagi ke rumah sakit karena masih diare, kejang, dan tidak mau minum. Sejak satu hari
terakhir kencing sangat kurang, dan terlihat sangat gelisah. Pada pemeriksaan bayi sangat lemah
BB 6,5 kg, panjang badan 75 cm, suhu tubuh 39oC, pernapasan cepat dengan RR= 56x/menit,
nadi sangat lemah, denyut jantung 152x/menit. Pada pemeriksaan kepala, fonatanel mayor dan
mata kelihatan cekung, dan konjungtiva kelihatan kering. Abdomen kelihatan kembung dan
bising usus sulit di dengar.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas
Nama : -
Usia : 2 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : -
Alamat : -
Agama : -
Status Pernikahan : -
Nama orangtua : -
2. History taking (anamnesis)
A. Keluhan Utama :
1. Diare yang sudah berlangsung selama 2 hari, 6-8x/hari dengan tinja cair berlendir
tanpa darah, setiap diare kira-kira ¼ gelas.
2. Muntah rata-rata 3x/hari dan banyak.
3. Batuk-pilek, dan demam.
B. Keluhan Tambahan : -
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi tidak lagi diberi ASI dan diganti susu formula sejak beberapa hari sebelum diare.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
E. Riwayat Penyakit Lain
F. Kondisi sosial, ekonomi, serta mata pencaharian
Perlu ditanyakan untuk mengantisipasi apabila gatal dan keputihan yang diderita ini
diberikan penatalaksanaan jangka panjang sehingga perlu diketahui apakah penderita
mampu untuk menjalankan penatalaksanaan yang diberikan atau tidak.
G. Riwayat Penyakit Keluarga
H. Riwayat Kebiasaan
I. Riwayat Pengobatan
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
- Keadaan umum: Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda vital :
o TD : -
o RR : 56x/menit
o Suhu : 39oC
o HR : 152x/menit
- Antropometri :
o BB : 6,5 kg
o TB : 75 cm
o Status gizi : -
- Kulit : -
- Kepala : -
- Mata : -
- Telinga : -
- Hidung : -
- Mulut : -
- Leher
o JVP
o Massa
o Tiroid
o Limfonodi
- Kelenjar Getah Bening
- Thoraks
o Paru-paru : -
o Jantung : -
- Abdomen : -
- Ekstremitas
o Ekstremitas atas
o Ekstremitas bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN
Secara anatomis, sistem pencernaan
terdiri atas saluran gastrointestinal dan organ-
organ pencernaan aksesoris. Organ dari
saluran gastrointestinal adalah rongga mulut,
pharynx, oesophagus, gaster/lambung,
intestinum tenue, dan intestinum crasum.
Organ aksesoris pencernaan adalah gigi, lidah,
kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan
pankreas.
Mulut
Mulut terbentang dari bibir sampai ke
isthmus faucium, yaitu peralihan dari mulut ke
pharynx. Mulut dibagi dalam vestibulum oris
(bagian antara bibir dan pipi disebelah luar dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan
cavitas propria (terletak di dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi geligi). 1 Didalam mulut ada
beberapa organ aksesori pencernaan, antara lain:
- Gigi geligi
- Lidah
Lidah adalah massa otot lurik yang ditutupi oleh membrana mucosa. Duapertiga bagian
anteriornya terdapat di dalam mulut, dan
sepertiga bagian poseriornya terletak di
pharynx.
- Kelenjar saliva
Kelanjar saliva merupakan kelenjar
pencernaan aksesoris yang menghasilkan saliva.
Terdapat 3 pasang kelenjar saliva di luar rongga
mulut yang memproduksi sebagian besar dari
saliva yang dialirkan ke rongga mulut melalui saluran tertentu. Kelenjar parotid merupakan
kelenjar saliva terbesar, yang berada di bagian depan-bawah dari daun telinga, di antara kulit dan
otot masseter. Saliva yang diproduksi kelenjar ini dialirkan melalui duktus parotid (Stensen’s)
yang keluar di rongga mulut berhadapan dengan gigi molar atas kedua. Kelenjar submandibular
berada di bawah mandibula, di sisi dalam dari rahang, ditutupi otot mylohioid. Saliva dari
kelenjar ini dialirkan melalui duktus submandibularis (Wharton’s), yang keluar di dasar mulut di
bagian lateral dari frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis berada di bawah membran mukosa
dari bagian dasar mulut, dangan saliva yang dikeluarkan melalui duktus sublingual (Rivinus’
duct) yang keluar di dasar mulut pada area posterior dari papilla ductus submandibularis.
Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya miri corong dengan
bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit
dilanjutkan sebagai oespophagus setingi vertebra cervicalis enam. Pharynx dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx. 1
Oesophagus
Oesophagus merupakan sebuah tabung otot yan dapat kolaps, panjangnya sekitar 10 inchi
(25 cm), yang menghubungkan pharynx dengan gaster. Sebagian besar oesophagus terletak
didalam thorax. Oesophagus masuk ke abdomen melalui lubang yang terdapat pada crus dextrum
diaphragma. Setelah berjalan sekitar ½ inchi (1, 25 cm), oesophagus masuk ke dalam gaster
disebelah kanan garis tengah. Di anterior oesophagus berhubungan dengan facies posterior lobus
hepatis sisnister dan di posterior dengan crus sinistrum diaphragma. Nervus vagus sinistra dan
dextra masing-masing terletak pada permukaan anterior dan posterior oesophagus.
Secara anatomi tidak terdapat sphincter pada ujung bawah oesophagus. Namun, lapisan
sirkular otot polos pada daerah ini berperan secara fisiologis sebagai sbeuah sphincter. Sewaktu
makanan berjalan turun melalui oesophagus, terjadi relaksasi otot yang terdapat pada ujung
bawah oesophagus lebih dahulu dari gelombang peristaltic sehingga makanan masuk keg aster.
Kontraksi tonik sphincter ini mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam
oesophagus.1
Gaster / lambung
Gaster terletak dibagian atas abdomen,
terbentang dari permukaan bawah arcus
costalis sinistra sampai regio epigastrica dan
umbilicalis. Sebagian besar agster terletak
dibawah costae bagian bawah.
Gaster relatif terfiksasi ada kedua ujungnya,
tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster
sangat mudah bergerak. Gaster dibagi
menjadi bagian-bagian berikut:
- Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak disebelah kiri ostium
cardiaca. Biasanya fundus berisi penuh
udara.
- Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu
lekukan yang selalu ada pada bagianbawah curvatura minor.
- Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.
- Pylorus, merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding otot pylorus yang tebal
membentuk musculus sphincter pyloricum. Rongga pylorus dinamakan canalis pyloricus.
- Curvatura minor, membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum
samapi pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus.
- Curvatura mayor, jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor, dan terbentang dari
sisi kiri ostium cardiacum, melalui kubah fundus, dan sepanjang kiri gaster sampai ke
pylorus.
- Ostium cardiacum, merupakan tempat oesophagus masuk ke gaster.
- Ostium pyloricum, dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 1 inci (2,5 cm)
Hubungan gaster ke anterior adalah dengan dinding abdomen, arcus costae sinistra,
pleura pulmi sinister, diaphragma, dan lobus hepatis sinister. Ke posterior berhubungan dengan
bursa omentalis, diaphragma, lien, glandula suprarenalis sinistra, bagian atas ren sinister, arteri
renalis, pancreas, mesocolon transversum, dan colon transversum. 1
Intestinum tenue (usus halus)
Intestinum tenue merupakan bagian terpanjang dari saluran pencernaan dan terbentang
dari pylorus pada gaster sampai junctura ileocaecalis. Intestinum tenue berada di bagian tengah
dan bawah dari rongga abdominal dan disokong oleh mesenterium, kecuali bagian awalnya.
Mesenterium tersebut berfungsi untuk memberikan kemampuan bagi usus untuk bergerak namun
mencegah usus menjadi terpilin atau bengkok. Di dalam mesenterium terdapat pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfa. Intestinum tenue pada manusia hidup memiliki panjang kurang lebih
3m dengan diameter 2,4 cm, akan tetapi panjangnya akan menjadi dua kali lipat pada cadaver,
dimana muskularis externanya mengalami relaksasi.
Intestinum tenue merupakan organ pencernaan utama dan daerah utama penyerapan
nutrisi. Intestinum tenue dipersarafi oleh pleksus mesenteria superior, diperdarahi oleh arteri
mesenteria superior dan cabang-cabang dari arteri celiaca dan arteri mesenteria inferior, dan
memiliki sistem drainase melalui vena mesenterika superior. Intestinum tenue terbagi menjadi 3
bagian:
1. Duodenum
Berbentuk C, dengan ukuran 25 cm, dari sphincter pylorus sampai fleksura duodenojejunum.
Terkecuali sebagian kecil yang menempel dengan lambung, duodenum merupakan organ
retroperitoneal. Bagian konkafnya yang menghadap sinistra menerima sekresi empedu dari hati
dan kandung empedu melalui duktus choledochus dan sekresi pankreas melalui duktus
pancreaticus major. Dua saluran ini menyatu membentuk jalan masuk ke duodenum yang
disebut hepatopancreatic ampulla (ampulla Vaterii), yang menembus dinding duodenum, yang
keluar di duodenum pada papilla duodeni major. Di sanalah empedu dan enzim pankreas
masuk ke dalam usus halus. Papilla duodenal dapat dibuka-tutup oleh sphincter ampulla (Oddi).
2. Jejunum
Jejunum merupakan terusan duodenum ke ileum, memiliki panjang 1 m dengan lumen yang
lebih besar dan pelipatan internal yang lebih banyak dibandingkan ileum.
3. Ileum
Berukuran panjang 2 m, ujung terminal dari ileum mengarah ke bagian medial dari sekum
melalui katup ileocecal. Pada ileum juga banyak ditemui Peyer’s patch. Perbedaan lainnya
adalah mesenterium dari ileum memiliki vasa arcades yang lebih banyak dibanding jejunum
disertai dengan vasa recta yang pendek.
Intestinum crasum (usus besar)
Usus besar berukuran panjang 1,5 m dengan diameter 6,5
cm. Dibagi menjadi caecum, colon, rectum, dan anal canal.
1. Caecum. Merupakan bagian intestinum crasum yang
terletak diperbatasan ileum dan interstinum crasum.
Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada
fossa iliaca dextra.
2. Appendix vermiformis
Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk
tabung yang mempunyai otot dan mengandung banyak
jaringan limfoid. Panjang Appendix vermiformis bervariasi
dari 3-5 inci.
3. Colon ascendens, transversum, descendens, sigmoid
Bagian superior dari dari sekum berlanjut menjadi colon, yang terdiri dari kolon asendens,
kolon transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid.
4. Rectum
Ujung terminal 20 cm dari saluran GI adalah rektum, dengan 2-3 cm dari rektum merupakan
canalis analis. Rectum berada pada anterior dari sacrum, dan terikat kuat dengan peritoneum.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar.
5. Canalis analis
Anus merupakan bukaan keluar dari canalis analis. Dua otot sphincter menjaga bukaan anus,
yaitu internal anal sphincter yang merupakan otot polos dan external anal sphincter yang
merupakan otot rangka. Membran mukosa dari canalis analis tersusun dalam pelipatan
longituinal yang memiliki vaskularisasi yang tinggi, yaitu kolum anal.
Hepar/ Hati
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam
tubuh manusia. Hepar berstruktur lunak, lentur, dan
terletak dibagian atas cavitas abdominalis tepat dibawah diaphragma. Sebagian besar hepar
terletak di profunda arcus costalis detra, dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari
pelura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai
hemidiaphragma sinistra. 1
Batas bagian atas:
- Kanan : Linea Mammae ICS IV
- Tengah : junct xiphosternalis
- Kiri : antara Linea Parasternalis dan Mammae ICS VI
Batas bagian bawah: dari kanan 1 cm dibawah arcus costae sampai garis tengah processus
xiphoideus pusat kemudian ke ujung kiri batas atas antara Linea Parasternalis dan Mammae ICS
VI.
Hepar dibagi menjadi lobus hepatis
dexter yang besar dan lobus hepatis
sinister yang kecil oleh perlekatan
ligamenum peritoneale, ligamentum
falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi
lagi menjadi lobus quadratus dan lobus
caudatus oleh adanya vesica biliaris,
fissura ligamenti teretis, vena cava
inferior, dan fissura ligamenti venosi.
Porta hepatis atau hilus hepatis,
terdapat pada facies visceralis atau terletak
anatara lobus caudatus dan lobus quadratus. Bagian atas ujung ebbas omentum minus melekat
pada pinggir-pinggir porta hepatis. Pada tempat ini, terdapat ductus hepatis dexter dan sinister,
ramus dexter dan sinister arteri hepatica, vena porta hepatis, serta serabut-serabut saraf simpatis
dan parasimpatis. Disini terdapat beberapa kelenjar limfe hepar. Kelenjar-kelenjar limfe ini
menampung cairan limfa hepar dan vesica biliaris dan mengirimkan serabut saraf eferennya ke
nodi lymphoidei coeliaci.
Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, tetapi hanya sebagian ditutupi oleh
peritoneum. Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Terdapat ligamen-ligamen seperti ligamen
falciform, ligamen teres hepatis, ligamen gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis,
ligamen Coronaria Anterior ki–ka dan Lig coronaria posterior ki-ka, ligamen triangularis ki-ka.
Vena sentralis pada masing-masing lobulus bermuara ke vena hepatica. Di dalam ruangan di
antara lobulus-lobusus, terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang a. hepatica, v. porta
hepatis, dan sebuah cabang ductus choledocus. Darah arteri dan vena berjalan diantara sel-sel
hepar menuju sinusoid dan dialirkan ke v.sentralis. 1
Ductus biliaris hepatis
Empedu disekresikan oleh sel-sel hepar, kemudian disimpan dan dipekatkan di dalam
vesika biliaris, kemudian dikeluarkan ke duoenum.
Ductus biliaris hepatis terdiri dari ductus hepaticus
dexter dan sinister, ductus hepaticus communis,
ductus choledocus, vesica biliaris (kantung
empedu), dan ductus cysticus.
- Ductus hepaticus
Ductus hepaticus dexter dan sinister keluar dari
lobus hepatis dexter dan sinister pada porta hepatis.
Keduanya segera bersatu membentuk ductus hepaticus communis. Ductus ini bergabung dengan
ductus cysticus dari vesica biliaris yang ada di sisi kanannya membentuk ductus choledocus.
- Ductus choledochus
Panjang ductus choledochus adalah sekitar 3 inci. Pada bagian pertama perjalanannya,
ductus ini terletak di pinggir bebas omentum minus, didepan foramen epiploicum. Disini
ductus choledochus terleta didepan pinggir kanan vena porta hepatis dan pada sisi kanan
arteri hepatica. Pada bagian kedua perjalanannya, ductus terletak di belakang pars superior
duodenum di sebelah kanan a. gastroduodenalis. Pada bagian ketiga perjalannya, ductus
terletak di dalam sulcus yang terdapat pada facies posterior caput pancreatic. Disini ductus
choledochus bergabung dengan ductus pancreaticus. Dan bermuara ke dalam ampulla kecil
di dinding abdomen yang disebut ampulla hepatopancreatica (ampulla vater). Ampulla
ini bermuara ke dalam lumen duodenum melalui sebuah papila kecil, yaitu papilla duodeni
major. Bagian terminal kedua ductus beserta ampulla dikelilingi oleh serabut otot sirkular
yang disebut musculus sphincter ampullae (sphincter oddi). 1
Vessica fellea
Merupakan suatu kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah
(facies visceralis) hepar. Vesica biliaris mempunyai kemampuan menampung empedu sebanyak
30-50 ml dan menyimpannya,, serta memekatkan empedu dengan cara mengabsorbsi air. 1
Pancreas
Pancreas merupakan kelenjar endokrin dan eksokrin, organ ini memanjang dan terletak
pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding
posterior abdomen dibelakang peritoneum. Pancreas menyilang planum transpyloricum.
Pancreas terdiri dari:
- Caput pancreatic
- Collum pancreatic
- Corpus pancreas
- Cauda pancreas
- Ductus pancreaticus, mulai dari cauda pancreatic dan berjalan disepanjang kelenjar,
menerima banyak cabang pada perjalanannya. Ductus ini bermuara ke pars desendens
duodenum disekitar pertengahannya bersama dengan ductus chledochus pada papilla
duodeni major.
Ductus pancreaticus accesorius (bila ada) mengalirkan getah pancreas dari bagian atas
caput dan kemudian bermuara ke duodenum sedikit di atas muara ductus pancreticus pada
papilla duodeni minor. 1
Vaskularisasi organ gastrointestinal
1. Truncus coeliacus
Truncus coeliacus sangat pendek dan berasal dari percabangan aorta adominalis setinggi
vertebra thoracalis XII. Pembuluh ini dikelilingi oleh plexus coeliacus dan terletak dibelakang
bursa omentalis. Truncus coeliacus mempunyai 3 cabang terminal:
a. Arteri gastrica sinistra
Arteri gastrica sinistra ini kecil dan berjalan ke ujung pars cardiaca gaster, memberikan
beberapa rami oesophageal, kemudian membelok ke kanan sepanjang curvatura minor.
Pembuluh ini beranastomosis dengan arteri gastrica dextra.
b. Arteri lienalis
Arteri lienalis ini besar dan berjalan ke iri dengan berkelok-kelok sepanjang pinggir atas
pancreas dan dibelakang gaster. Sewaktu mencapai ren sinistra, pembuuh ini masuk ke
dalam ligamentum lienorenale dan berjalan ke hilum lienale. Arteri ini memiliki 3
cabang yaitu: rami pancreatici, arteri gastroomentalis sinistra, dan arteria gastricae
breves.
c. Arteri hepatica communis
Arteri ini termasuk ukuran sedang, berjalan ke depan dan kanan, dan kemudian berjalan
ke atas di antara lapisan-lapisan omentum minus. Pembuluh ini terletak di depan
foramen epiploicum dan terletak sebelah kiri ductus choledochus dan di depan vena
porta hepatis. Pada porta hepatis pembuluh ini bercabang dua menjadi ramus dexter dan
sinister untuk mendarahi lobus hati yang sesuai.
Cabang-cabangnya yaitu: arteri gastrica dextra (beranastomosis dengan a. gastrica
sinistra), arteri gastroduodenalis (bercabang menjadi arteria gastroomentalis dextra dan
arteria pancreaticoduodenalis superior), dan ramus dexter dan sinister arteri hepatica
propria. 1
2. Arteria mesenterica superior
Berasal dari aorta abdominalis, tepat dibawah truncus coeliacus dan berjalan ke bawah dan
ke kanan dibelakang collum pancreatic dan di depan pars horizontalis duodenum. Cabang-
cabangnya yaitu:
a. Arteria pancreaticoduodenalis inferior. Memperdarahi pancreas dan bagian
duodenum di dekatnya.
b. Arteria colica media. Mendarahi colon transversum dan bercabang dua menjadi dextra
dan sinistra.
c. Arteria colica dextra. Mendarahi colon ascendens dan bercabang menjadi ramus
ascendens dan desendens.
d. Arteria ileocolica. Mempercabangkan ramus superior yang akan beranastomosis
dengan arteria colica dextra dan ramus inferior yang akan beranastomosis dengan ujung
arteria mesenterica superior.
e. Arteria jejunales dan ileales. Setiap arteri bercabang 2, yang masing-masing saling
berhubungan dengan cabang yang ada di dekatnya untuk membertuk arcade. Arcade
pada jejunum lebih sedikit dibandingkan dengan ileum.
3. Arteri mesenterica inferior
Pembuluh ini dipercabangkan dari aorta abdominalis sekitar 1,5 inci di atas percabangannya.
Selanjutnya arteri ini berjalan ke bawah dan kiri menyilang arteri iliaca communis sinistra.
Cabang-cabangnya yaitu:
a. Arteria coloca sinistra. Mendarahi sepertiga distal colon transversum, flexura coli
sinistra, dan bagian atas colon descendens. Pembuluh ini bercabang dua menjadi ramus
descendens dan ramus ascendens.
b. Arteria sigmoideae berjumlah 2 atau 3 buah dan mendarahi colon descendens dan
sigmoid.
c. Arteria rectalis superior merupakan lanjutan dari aretia mesenterica inferior pada
tempat arteria mesenterica inferior menyilang arteria iliaca comunis sinistra. Mendarahi
rectum dan setengah bagian atas canalis analis.
Darah vena dari sebagian besar tractus gastrointestinalis dan organ-organ asesorisnya
bermuara ke hepar oleh system vena porta.
Vena porta hepatis
Vena ini mengalirkan darah dari bagian abdomen tractus gastrointestinalis mulai dari sepertiga
bagian bawah oesophagus sampai setengah bagian atas canalis analis. Ada beberapa vena yang
bermuara ke vena porta hepatis, antara lain: Vena lienalis, Vena mesenterica inferior, Vena
mesenterica superior, Vena gastrica sinistra, Vena gastrica dextra, Vena cystica.
II. HISTOLOGI SISTEM PENCERNAAN
ANAT
OMI
HISTOLOGI GAMBAR
Mulut Membran mukosa, epirel berlapis gepeng,
lamina propria longgar
Oesopha
gus
- Terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk
- Submukosa: kelenjar oesophagus
penghasil mukus
- Lamina propria: kelenjar kardiak
oesophagus (penghasil mukus)
- Distal oesophagus: sel otot polos
- Tengah oesophagus: campuran otot polos
dan otot rangka
- Ujung proksimal: sel otot rangka
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Gaster - Pada peralihan dari oesophagus ke gaster
( epitel selapis torax)
- Terdapat sel-sel gaster yang memproduksi
enzim-enzim pencernaan
a. Chief cell ( sel zimogenik) memproduksi
pepsinogen
b. Neck cell memproduksi mukus asam
c. Parietal cell memproduksi faktor intrinsik
gaster dan HCl
d.Sel tunas (stem cell) untuk regenerasi sel-sel
mukosa
e. Sel-sel enteroendokrin
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Duoden
um
- Mukosanya terdiri dari epitel selapis torax
dengan sel goblet yang mempunyai micro
villi
- Terdapat villi- villi intestinalis, yang
berfungsi menyerap sari-sari makanan
- Dalam vilus intestinalis, terdapat juga
central lacteal (pembuluh limfa), serat otot
polos (T. muscularis mukosa), dan
pembuluh darah
- Terdapat kriptus liberkunh yang di dasarnya
terdapat sel paneth yang berfungsi
menghancurkan dinding bakteri tertentu,
agar flora normal tetap terjaga
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Jejunum - Epitel selapis torax dengan sel goblet,
lapisan mukosanya kurang lebih sama
dengan duodenum tetapi villus intestinalnya
lebih langsing dan sel gobletnya lebih
banyak
- Terdapat plica semi sirkularis kerkringi pada
T. Mukosa dan T. Sub mukosa
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Ileum - T. mukosanya mirip dengan jejunum tetapi
lebih banyak sel goblet.
- Terdapat plaque payeri, yang merupakan
kelompokan nodulus limfatikus
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Usus
Besar
- Membran mukosa tanpa lipatan, kecuali
daerah rectum.
- Epitel selapis torax, dengan sel goblet
- Lamina propria: sel limfoid dan nodul yang
menyebar sampai submukosa
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Anus Bagian dalam epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan taduk. Lapisan tanduk ini semakin ke
luar, semakin menebal. 2
III. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Jalur gastrointestinal meliputi empat proses: motilitas, sekresi, pencernaan, dan absorpsi.
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi daluran pencernaan. Proses
yang kedua adalah sekresi seperti mucus, air, enzim, dan garam empedu. Dalam keadaan normal, sekresi
pencernaan di reabsorpsi dalam satu bentuk atau bentuk lain untuk di kembalikan ke darah setelah produk
sekresi tersebut ikut serta dalam proses pencernaan. Proses pencernaan merupakan proses yang ketiga,
mengacu kepada perubahan struktur makanan dari yang kompleks menjadi lebih sederhana dibawah
pengaruh hidrolitik enzimatik (menambahkan H20 dan ikatan-ikatan kompleks dapat dilepaskan). Setelah
dicerna, nutrien yang sederhana kemudian diserap. Sebagian besar penyerapan terjadi di intestinum tenue.
Bersama air, vitamin, dan dan elektrolit dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau
limfe.
ORGAN MOTILITAS SEKRESI PENCERNAAN PENYERAPAN
Mulut dan
kelenjar
liur
Mengunyah Saliva: amilase,
mukus, lisozim
Pencernaan karbohidrat
dimulai
Makanan tidak,
beberapa obat
(nitrogliserin)
Pharynx
dan
oesophagus
Menelan Mukus - -
Gaster Relaksasi,
reseptif,
Getah lambung
(HCl, pepsin,
Pencernaan KH
berlanjut di badan
Mekanan tidak,
beberapa zat
peristaltis mukus, faktor
intrinsik)
lambung, pencernaan
protein mulai di antrum
lambung
yang larut lemak
(alkohol, aspirin)
Pancreas - Enzim
pencernaan
pancreas (tripsin,
kimotripsin,
karboksi
pepidase,
amilase, lipase),
sekresi NaHCO3
Enzim-enzim pancreas
menyelesaikan
pencernaan di
duodenum
-
Hepar - Empedu (garam
empedu, sekresi
alkali, bilirubin)
Empedu tidak
mencerna apapun,
tetapi garam empedu
mempermudah
pencernaan dan
penyerapan lemak di
duodenum
-
Usus halus Segmentasi;
komplek
motilitas
migratif
Sukus enterikus
(mukus, garam)
enzim usus halus
tidka
diekskresikan,
tetapi berfungsi
intrasel di brush
border
Dalam lumen, dengan
enzim pancreas
pencernaan KH dan
protein berlanjut dan
pencernaan lemak
selesai, di brush border
pencernaan KH dan
proterin selesai
Semua nutrien,
sebagian besar
elektorlit dan air
Usus besar Hasutrasi,
pergerakan
massa
Mukus - Garam dan air,
mengubah isi
menjadi feses
PROSES PENCERNAAN MAKANAN
A. Karbohidrat
Karbohidrat berupa kanji dan glikogen dari makanan diubah menjadi disakarida maltosa
melalui kerja amilase liur dan pankreas. Maltosa dan disakarida diet, yaitu laktosa dan sukrosa,
diubah menjadi monosakarida masing-masing oleh disakaridase (maltase, lactase dan sukrase)
yang terdapat di brush border sel epitel usus halus. Monosakarida glukosa dan galaktosa diserap
ke dalam interior sel dan akhirnya masuk ke darah melalui mekanisme transportasi aktif
sekunder yang bergantung pada Na+ dan energi. Monosakarida fruktosa diserap ke dalam darah
melalui mekanisme difusi terfasilitasi pasif.
B. Protein
Protein dari makanan dan protein
endogen dihidrolisis menjadi
konstituen-konstituen asam amino
mereka dan beberapa fragmen peptida
kecil oleh pepsin lambung dan enzim
proteolitik pankreas. Asam amino
deserap ke dalam sel epitel usus halus
dan akhirnya masuk ke dalam darah
melalui mekanisme transportasi aktif
sekunder yang bergantung pada Na+ dan energi. Berbagai asam amino diangkut oleh pembawa
yang spesifik bagi mereka. Peptida-peptida kecil, yang diangkut oleh jenis pembawa yang
berbeda, diuraikan menjadi asam-asam amino oleh aminopeptidase yang terdapat di brush border
sel epitel atau oleh peptidase
intrasel.
C. Lemak
Karena tidak larut dalam air,
lemak harus menjalani serangkaian
transformasi agar dapat dicerna
dan diserap. Lemak dalam
makanan yang berada dalam
bentuk trigliserida diemulsifikasi oleh efek deterjen garam-garam empedu. Emulsi lemak ini
mencegah penyatuan butir-butir lemak, sehingga luas permukaan yang dapat diserang oleh lipase
pankreas meningkat. Lipase menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak
bebas. Produk-produk yang tidak larut ini diangkut di dalam misel yang larut air, yang dibentuk
oleh garam empedu dan konstituen-konstituen empedu lainnya, ke permukaan luminal sel epitel
usus halus. Setelah meninggalkan misel dan berdifusi secara pasif menembus membran luminal,
monogliserida dan asam lemak bebas disintesis ulang menjadi trigliserida di sel epitel.
Trigliserida-trigliserida ini menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein untuk
membentuk kilomikron yang larut air. Kilomikron kemudian dikeluarkan melalui membran basal
sel secara eksositosis. Kilomikron tidak mampu menembus membran basal kapiler, sehingga
mereka masuk ke dalam pembuluh limfe, yaitu lacteal pusat. 3
PEMBAGIAN CAIRAN TUBUH
Saluran cerna berperan dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh. Dalam keadaan normal,
jumlah cairan dan elektrolit yang masuk di usus harus sama dengan jumlah cairan dan elektrolit
yang diekskresikan oleh tubuh. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Volume yang masuk ke usus halus setiap hari :
Dari makanan dan minuman 2500 ml
Sumber disekresikan dari plasma :
Air liur 1500 ml
Getah lambung 2000 ml
Getah pankreas 1500 ml
Empedu 500 ml
Getah usus 1500 ml
9500 ml
Volume yang diserap oleh usus halus per hari 9000 ml
Volume yang masuk ke colon dari usus halus setiap hari 500 ml
Volume yang diserap colon setiap hari 350 ml
Volume feces yang dieliminasi dari colon setiap hari 150 ml
Pembagian cairan tubuh
Tubuh manusia terdiri dari 60 % cairan terdiri dari :
1. Cairan intraseluler (2/3 bagian = 40 % BB)
2. Cairan ekstraseluler (1/3 bagian = 20 % BB)
Kira-kira 20% dari cairan ekstrasael berada dalam pembuluh darah yang dikenal dengan
plasma darah. Selebihnya 80% merupakan cairan intertisial (terletak di antara sel), sebagian kecil
adalah cairan limfe (dalam pembuluh limfe), LCS (di otak), cairan synovial (di sendi), aqueous
humor dan vitreus body (di mata), endolymph dan perilymph (di telinga), cairan pleural,
pericardial, peritoneal dan filtrate glomerulus dalam ginjal.
Ada 2 mekanisme yang membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh yaitu:
1. Rasa haus, yang membantu mengatur water gain. Mekanisme ini berhubungan dengan
sistem Renin Angiotensin Aldosteron. Tetapi pada siklus ini, angiotensin lebih berperan
pada pengaturan tekanan darah. Sedangkan yang sangat berperan pada pengaturan
keseimbangan cairan tubuh adalah aldosteron. Aldosteron akan merangsang penyerapan
natrium di tubulus ginjal dimana klorida dan air juga akan terserap secara pasif. Dengan
ini, keseimbangan cairan tubuh akan terpenuhi. Angiotensn II juga merangsang hipofisis
anterior untuk rasa haus pada saat dehidrasi sehingga meningkatkan intake air ke dalam
tubuh.
2. Mekanisme countercurrent (di ginjal), yang membantu pengaturan water loss melalui
apparatus juxta glomerulus. Jika viskositas darah meningkat, maka apparatus juxta
glomerulus akan merangsang arteriol afferent sehingga arteri afferent akan vasodilatasi.
Hal ini menyebabkan volume darah yang difiltrasi di glomerulus meningkat sehingga air
yang direabsorbsi di tubulus proximal dan distal dari ginjal meningkat. Begitu pula
sebaliknya.
Normal water loss yaitu pengeluaran cairan tubuh secara obligatoar. Pengeluarannya terdapat 4
jalan, yaitu :
1. Melalui kulit : keringat yang terlihat dan penguapan yang tidak terlihat.
2. Melalui paru : uap air yang tidak terlihat.
3. Melalui ginjal : urin.
4. Melalui usus : feses.
Dalam keadaan normal water loss = water intake
Jumlah dan pembagian cairan tubuh
Intrasel Ekstrasel Jumlah
Bayi premature >> infant >> infant >> infant
Bayi cukup bulan 35 % 35 – 40 % 70 – 75 %
Anak 35 % 30 % 65 %
Dewasa 40 – 45 % 15-20 % 55 – 56%
Komposisi elektrolit cairan tubuh :
No Komposisi Plasma darah Cairan intertitial Cairan intrasel
1 Na+ 142 145 10
2 K+ 1 1 160
3 Mg2+ 3 2 35
4 Ca2+ 5 3 2
5 Cl- 103 115 8
6 HCO3- 25 30 160
Keseimbangan antara cairan intrasel dan ekstrasel dipertahankan oleh :
1. Kontrol keseimbangan garam, penting untuk pengaturan tekanan darah arteri karena
beban garam tubuh mempengaruhi penentuan osmotik volume cairan ekstrasel (CES).
Peningkatan beban garam CES meningkatkan tekanan darah.
2. Kontrol keseimbangan air :
a. Mencegah perubahan osmolaritas CES yang berbahaya karena dapat
menimbulkan pergeseran osmotic air antara sel dan CES (sel menyusut atau
membengkak)
b. Natrium daya penahan osmotik menurunkan pengeluaran diatur oleh sekresi
aldosteron
c. H2O mengencerkan zat-zat CES hipotonitas CES mendorong H2O masuk ke
dalam sel
d. Kekurangan H2O memekatkan zat-zat di CES keluar dari sel untuk masuk
ke CES yang hipertonik
3. Hormon aldosteron, mengatur ion Na+ untuk di reabsorbsi ke dalam darah diikuti dengan
ekskresi K+ ke dalam urin
Pada anak dengan gizi buruk, terjadi atrofi dinding saluran pencernaan yang
menyebabkan terganggunya proses absorbs di lumen usus halus. Terganggunya proses absorbs
ini disebabkan karena adanya hambatan sekresi enzim-enzim pencernaan dan perubahan
gambaran histologist dari vili-vili usus halus yang memendek dan melebar sehingga absorbs
nutrient terganggu, menyebabkan anak yang gizi buruk mengalami kondisi lebih buruk apabila
terkena diare.
MEKANISME TERJADINYA ASIDOSIS
Keseimbangan asam-basa cairan tubuh adalah pengaturan konsentrasi ion hidrogen
(dinyatakan sebagai pH) yang essensial untuk fungsi normal sel. Status asam-basa dapat
dievaluasi dalam darah arteri sistemik. pH normal darah arteri adalah 7,4. pH normal darah vena
dan cairan interstitial agak lebih asam karena kandungan CO2-nya yang membentuk asam
karbonat. Asidosis adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan pH darah arteri sampai di
bawah 7,35. Alkalosis terjadi jika pH arteri di atas 7,45. Rentang pH yang sesuai untuk
kehidupan berkisar antara 7,0 sampai 7,70.
Asidosis metabolik, ditimbulkan oleh perubahan keseimbangan antara produksi dan
eksresi asam. Asidosis sistemik dapat disebabkan oleh peningkatan konsentrasi ion hidrogen
darah maupun ketidakseimbangan ekresi ion hidrogen atau kehilangan bikarbonat berlebihan dari
urin atau tinja. Akibat asidosis sistemik dan peningkatan PCO2 merangsang pusat respirasi untuk
meningkatkan kecepatan respirasi, sehingga meningkatan laju eksresi CO2. PCO2 plasma dan
kadar asam karbonat turun, secara aprsial atau total mengoreksi asidosis tetapi dengan
mengakibatkan penurunan bikarbonat plasma dan PCO2. Tanda fisik terpenting pada pasien yang
mengalami asidosis metabolik adalah hiperventilasi yang pada keasaan ekstrim berupa
pernapasan cepat dan dalam (pernapasan kussmaul), yang diperlukan untuk kompensasi
respirasi. 4
Asidosis respiratorik. Eksresi CO2 paru yang tidak adekuat pada keadaan produksi
normal gas ini akan menimbulkan asidosis. Keadaan ini dapat timbul pada obstruksi jalan napas,
seperti bronko spasme. Asidosis dan peningkatan CO2 merangsang ginjal untuk meningkatkan
eksresi ion hidrogen dalam bentuk ammonium dan asam tertitrasi dan untuk mengabsorbsi lebih
banyak bikarbonat. Kadar bikarbonat dalam plasma dapat meningkat diatas normal. Pada
keadaan ini, peningkatan kadar bikarbonat plasma mengkompensasi peningkatan primer PCO2
sehingga pH dapat kembali normal dan asidosis respiratori telah “dikompensasi” oleh
mekanisme ginjal. 4
ETIOLOGI DIARE
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral: infeksi pada GIT (penyebab utama)
Bakteri : Vibrio cholerae, Salmonella spp, E. coli dll Virus : Rotavirus (40-60%), Coronavirus, Calcivirus dll Parasit : (Ascaris, Oxyuris,dll), Protozoa (Entamoba histolica,Giardia Lambia, dll) Jamur (Candida Albicans)
b. Infeksi parenteral: infeksi di luar GIT (OMA, BP, Ensefalitis,dll)
2. Faktor malabsorbsi : Sindrom malabsorbsi dapat berupa gangguan absorbsi (a). Karbohidrat. (b). Lemak. (c). Protein. (d) Vitamin.
3. Faktor makanan : basi/ beracun, alergi
4. Faktor psikologis : takut dan cemas
PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit di
saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada kemungkinan sebagai berikut: 5
Diare osmotik, dapat terjadi dalam beberapa keadaan:
1. Intolenransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila seseorang
makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.
2. Waktu pengosongan lambungyang cepat. Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk
ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan
cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang
sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang
masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan
elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan
tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang
berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses
absorbsi intestinal.
3. Defisiensi enzim. Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah
enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi
monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel
usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai
umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan
Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang Asia,
Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan
mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum
susu.
4. Laksan osmotik. Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke
lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa
karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif.
Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi
akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan
dekstrose5%.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat
diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.
Diare sekretorik. Pada diare jenis ini terdapat peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2
kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam
plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain
mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi
terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada
ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena
mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik). Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel
(iritatif) yang asalnya psikogen dan hipertiroidisme.
Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)
Intoleransi laktosa adalah gangguan penyerapan laktosa yang disebabkan oleh karena
defisiensi enzim laktosa dalam brush border usus halus. Laktosa merupakan karbohidrat utama
dari susu (susu sapi mengandung 50mg laktosa perliter). Maka pada bayi dan balita diare akibat
intoleransi laktosa mendapat perhatian khusus karena menjadi penyebab yang cukup sering.
Penyebab:
Sebagian besar karbohidrat yang dimakan sehari-hari terdiri dari disakarida dan
polisakarida. Karbohidrat dapat dibagi dalam monosakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa),
disakarida (laktosa atau gula susu, sukrosa atau gula pasir dan maltosa) serta polisakarida
(glikogen, amilum, tepung). Setelah masuk ke dalam usus, disakarida akan diabsorbsi dan masuk
ke dalam mikrovili usus halus dan dipecah menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase
(laktase, sukrase, dan maltase) yang ada di permukaan mikrovili tersebut.
Pada intoleransi laktosa terjadi defisiensi enzim laktase dalam brush border usus halus.
Bila laktosa tidak dihidrolisis masuk usus besar, dapat menimbulkan efek osmotik. Tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat dan akan mengakibatkan sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Bakteri kolon juga meragikan laktosa yang
menghasilkan asam laktat dan asam lemak yang merangsang kolon, sehingga terjadilah
peningkatan pergerakan kolon. Diare disebabkan oleh peningkatan jumlah molekul laktosa yang
aktif secara osmotik yang tetap dalam lumen usus menyebabkan volume isi usus meningkat.
Kembung dan flatulens disebabkan oleh produksi gas (CO2 dan H2O) dari sisa disakarida di
dalam colon.
Klasifikasi
- Defisiensi laktosa primer. Defisiensi laktose primer terjadi sebagai akibat induksi sintesis
laktose menurun, sebab laktose merupakan enzim yang sintesisnya dapat diinduksi.
- Defisiensi laktosa sekunder. Defisiensi laktose sekunder yang menyertai malabsorbsi dapat
terjadi pada kerusakan mukosa usus halus, misalnya akibat infeksi. Kejadian ini sering kali
dijumpai pada anak diare setelah minum botol. Tentunya laktose tidak defisiensi lagi, bila
kerusakan mukosa usus telah membaik dan infeksi telah teratasi.
Gejala klinis:
Pada bayi-bayi kecil, awitan penyakit ini biasanya terjadi secara akut dan ditandai dengan
muntah-muntah serta diare seperti air. Baik pada bawaan maupun pada yang didapat penderita
menunjukkan gejala yang sama, ditemukan diare yang sangat sering, cair, bulky, dan berbau
asam, meteorismus, flatulens dan kolik abdomen. Akibat gejala tersebut pertumbuhan anak akan
terlambat bahkan tidak jarang terjadi malnutrisi.
Flora Usus pada Bayi yang Minum ASI
Air susu ibu adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan –
bulan pertama. Susunya segar dan bebas dari kontaminasi bakteri, yang akan mengurangi
peluang gangguan gastrointestinal. Walaupun hanya ada perbedaan kecil dalam angka mortalitas
bayi peminum susu formula dan bayi peminum ASI yang mendapat perawatan baik, pada
kelompok sosial ekonomi rendah dan mereka yang hidup pada keadaan tidak sehat, bayi
peminum ASI lebih mungkin bertahan hidup.
ASI berisi antibodi bakteri dan virus, termasuk kadar antibody igA sekretori yang relatif
tinggi, yang mencegah mikroorganisme melekat pada mukosa usus. Flora usus bayi peminum
ASI dapat melindunginya terhadap infeksi yang disebabkan oleh beberapa spesies E.coli.
berbeda dengan susu formula ialah susu sapi yang diformulasikan menyerupai ASI dan
kandungan yang ada di dalam susu formula itu tidak 100 % sama dengan ASI. Selain itu
antibodi, lactobacillus, immunoglobulin itu semua tidak ada di susu formula, dan hanya ada di
ASI. Dan yang perlu diperhatikan juga adalah laktosa. Laktosa yang berada di susu formula dan
ASI berbeda. Walaupun dari strukturnya sama, namun laktosa ini selalu menjadi masalah ketika
bayi mengkonsumsi susu formula. Laktosa ASI mudah diserap sedangkan susu formula belum
tentu diserap oleh bayi. Itulah mengapa ada kasus bayi yang tidak cocok dengan susu formula
atau bayi yang mengalami diare setelah mengkonsumsi susu formula
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. In: Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ, Susilawati, Nisa TM, Prawira J, et al,
Editors. Anatomi Klinik. 6th ed. Jakarta:EGC;2006. p. 206-66, 792-801.
2. Junqueira. In: Dany F, editor. Saluran Cerna. Histology Dasar Teks & Atlas. 10th ed.
Jakarta: EGC; 2007.p.288-311.
3. Sherwood L. Sistem Pencernaan; indra. In Santoso B. Fisiologi manusia dari Sel ke
Sistem. 2nd . Jakarta: EGC:2001. P537-89.
4. Adelman R, Solhung M. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi Cairan. In: Wahab A,
Editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Jakarta: EGC; 2000. p. 254-6.
5. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and Constipation. In : Kasper DL, Braunwald E,
Fauci AS, Hauser SL (eds) Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Mc Graw-
Hill. New York 2005: 224-32.
top related