makalah pernapasan
Post on 06-Jul-2015
333 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia,
maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen-patogen yang dapat mempengaruhi
pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis
umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang , obstruksi aliran
udara berlangsung secara reversibel, dan bronkuspasme. Dari tahun ke tahun prevalensi
penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14
tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in
Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003
menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia
mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma
diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di
Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus
yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3%
penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang
mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas
sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan
rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami
oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di
USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi
dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat
sangat dibutuhkan.Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan
pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.
2. Rumusan Masalah
a. Menjelaskan tentang pengertian asma
b. Menjabarkan tentang anatomi fisiologi sistem pernafasan
c. Menjelaskan klasifikasi asma
d. Menjabarkan tentang etiologi asma
e. Menyebutkan manifestasi klinik dari asma
f. menjabarkan tentang patofisiologi
g. Menjelaskan penatalaksaan
h. Menyebutkan komplikasi asma
i. Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma
j. Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma
3. Manfaat
Manfaat bagi penulis :
Makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang penyakit asma dan penyusunan
asuhan keperawatan klien dengan gangguan asma.
Manfaat bagi Pembaca :
- Pembaca dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan diri.
- Pembaca dapat mencegah sejak dini penyakit asma.
- pembaca dapat mengetahui masalah gangguan penyakit asma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asma
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan
bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luar
saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan (Buku Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI).
Asthma Bronchiale adalah penyakit yang mempunyai karakteristik dengan
peningkatan respon trakhea dan bronkus dengan berbagai macam stimulasi:
psikologis, otonom, infeksi, endokrin, kekebalan imun dan biokimia. (Nancy
Holloway Medical, Surgical Nursing Care Plan).
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan
dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B. Anatomi fisologi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang mengantarkan udara
luas agar bersentuhan dengan membran-membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar
udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, pharing, laring, bronkus dan bronkioulus
yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia.
a. Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel-partikel yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat di dalam hidung,
sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior di dalam saluran pernafasan
bagian bawah.
b. Pharing
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher.
Hubungan pharing dengan rongga-rongga lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung
dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga
mulut. Tempat hubungan ini bernama istmus fausium lubang esophagus.
Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening. Perkumpulan getah bening dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah
tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tengkorak)
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga tekak dibagi menjadi 3 bagian:
1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring.
3. Bagian bawah skali dinamakan laringofaring.
c. Laring
Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot pita suara.
Laring dianggap berhubungan dengan fibrasi tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh
lebih penting. Pada waktu menelan laring akan bergerak ke atas glotis menutup.
Alat ini berperan untuk membimbing makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus
sehingga kalau ada benda asing masuk sampai di luar glotis maka laring mempunyai fungsi
batuk yang membantu benda dan sekret dari saluran inspirasi bagian bawah.
d. Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang yang fungsinya untuk mempertahankan oagar trakea tatap
terbuka. Trakea dilapisi oleh lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, jurusan silia ini
bergerak jalan ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir halus yang
turut masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
e. Bronkus
Dari trakea udara masuk ke dalam bronkus. Bronkus memiliki percabangan yaitu bronkus
utama kiri dan kanan yang dikenal sebagai karina. Karina memiliki syaraf yang menyebabkan
bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak
simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar yang arahnya hampir vertikal, sebalinya
bronkus ini lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus bercabang lagi menjadi
bronkus lobaris dan kemudian segmentalis. Percabangan ini berjalan terus dan menjadi
bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
f. Bronkiolus
Saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorik,
duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis, alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya
oleh dinding septus atau septum.
Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada waktu inspirasi dan
mencegah kolaps alveolus pada ekspirasi.
Peredaran Darah Paru-Paru
Paru-paru mendapat dua sumber suplai darah yaitu dari arteri bronkialis (berasal dari aorta
thorakhalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus) dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sitemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme paru.
Vena bronkialis besar bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah
ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah ke vena
pulmonalis. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan jantung mengalirkan darah
vena campuran ke paru-paru. Di paru-paru terjadi pertukaran gas antara alveoli dan darah,
darah yang teroksigenasi dikembalikan ke ventrikel kiri jantung melalui vena pulmonalis,
yang selanjutnya membagikannya melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh.
Proses pernafasan dipengaruhi oleh:
Ventilasi : pergerakan mekanik udara dari dan paru-paru.
Perfusi : distribusi oksigen oleh darah keseluruh pembuluh darah di paru-paru.
difusi : pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
C. Klasifikasi asma
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan
emfisiema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang aling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non alergik.
D. Etiologi
Asma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma
tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada
patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya
alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asthma
Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
- ngestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas
cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
Tingkat I :
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
Tingkat II :
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada
asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
F. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,
kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya
sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta
meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan
penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan
gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti
eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien
dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak
jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan
asma.
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :
1. Abenis (Beta)
Medikasi awal untuk mendilatasi otot-otot polos bronchial, meningkatkan gerakan siliarism,
menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan menguatkan efek bronkodilatasi dari
kortikosteroid. Contoh: Epinenin, Abuterol, Meraproterenol
2. Methil Santik
Mempunyai efek bronkodilator, merileksasikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan
gerakan mukus, dan meningkatkan kontraksi diafragma. Contoh: Aminofilin, Theofilin
3. Anti Cholinergik
Diberikan melalui inhalasi bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk antibodi
dan methil santin karena penyakit jantung. Contoh: Atrofin
4. Kortikosteroid
Diberikan secara IV, oral dan inhalasi. Mekanisme kerjanya untuk mengurangi inflamasi dan
bronkokonstriktor. Contoh: hidrokortison, prednison dan deksametason
5. Inhibitor Sel Mast
Contoh: natrium bromosin adalah bagian integral dari pengobatan asma yang berfungsi
mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik.
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg
atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
H. Komplikasi
Efisema
Atelektasis
Bronkiektasis
Bronkopneumonia
Status asmatikus
Kegagalan jantung
Kegagalan pernafasan
Pnemu thoraks
Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup
memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas
melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental.
Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk
melakukan ventilasi.
Kematian
I. Pemeriksaan Lab/ Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara
dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN GANGGUAN ASMA
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang
Tgl MRS : 10 April 2008
Dx Medis : Asma bronkial, susp gastritis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Z
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang
Hub dg ps : Suami
c. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datanng jam 15.00 dengan keluhan sesak nafas
mulai tadi siang, mual, muntah 2 kali dan perut sakit ulu hati
Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan pernah obname kurang lebih satu tahun
yang lalu dengan penyakit yang sama
Riwayat penyakit keluarga/keturunan : Pasien mengatakan orang tua pernah sakit
asma dan hipertensi
d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Survei Primer
a. Airway (A) :
Bunyi ronchi basah dan wheezing
b. Breathing (B) :
Nafas spontan, RR: 22kali/menit, ada retraksi dada
c. Circulation (C) :
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 156 x/m, Suhu : 36,4 oC, Saturasi 93% dan akral dingin
Survei Sekunder
a. Tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 156x/menit
Suhu : 36,4 o C
RR : 22 x/m
b. Kesadaran
Composmentis, GCS : E=4, M=6, V=5
c. Keadaan umum
Sadar, sesak nafas dan lemas
d. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Bentuk mesochepale, tak ada lesi, bersih
2. Rambut : Warna kehitama, tak rontok bersih
3. Mata : Kongtiva anemis, sclera anikterik, pupil isokor
4. Hidung : bersih, panjang O2 masker 8 liter / menit
5. Telinga : Bersih, tak ada hematom/ perdarahan, serumen kental
6. Mulut : bersih, tak ada lesi, tak ada perdarahan
7. Gigi : Lengkap, terdapat caries gigi dan bersih
8. Thorax : Pergerakan simetris, bunyi sonor, auskultasi ada ronchi basah, dan
weezhing
9. Abdomen :
I : simetris, tak ada pembesaran
A : peristaltik 25 x/menit
P : nyeri tekan pada ulu hati dan epigastrik skala 5 (0-10)
P : bunyi hipertimpani
10. Kulit : Pucat bersih, tak ada lesi
11. Genetalia : Bersih, tak ada phimosis
12. Extremitas ROM penuh, aktif tanpa bantuan, capillary refill time < 3 detik
e. Pola Kesehatan Fungsional
No Pola Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pasien mengatakan jika sakit selalu
berobat ke dokter pasien mengatakan akan tetap berobat sampai sembuh,
badan enak
2. Pola nutrisi dan metabolisme Pasien mengatakan makan 3 kali sehari (nasi,
sayur, lauk, minum teh) Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang.
Pasien dari tadi siang belum makan hanya minum hangat.
3. Pola eliminasi Pasien mengatakan BAB 1x ssehari dan BAK 7-8x/hr Sejak
tadi siang Bak 1x
4. Pola aktivitas dan latihan keluarga mengatakan pasien aktif bekerja ibu rumah
tangga, mengurus anak keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau
dibawa bekerja tambah sesek
5. Pola istirahat dan tidur keluarga mengatakan tidur biasanya 6-7 jam/ hari, tak
ada gangguan tidur
6. Pola persepsi dan konsep diri keluarga mengatakan yakin penyakitnya akan
segera sembuh
7. Pola hubungan dan peran keluarga mengatakan hubungan keluarga selalu
harmonis, selama di UGD anak dan adik menunggui
8. Pola reproduksi seksual Pasien mengatakan mempunyai anak 4 orang, sudah
besar-besar
9. Pola perssepsi kognitif Pasien mengatakan memang penyakitnya kadang
kamuh-kambuhan dan segera akan sembuh, tapi kok yang sekarang ada mual-
mualnya
10. Pola penganggulangan stress pasien mengatakan apabila ada masalah penting
yang menganggu pikiran saya kan cerita sama anak dan suami jadi lega
11. Pola nilai dan kepercayaan Pasien mengatakan Tuhan akan menyembuhkan
penyakit saya dan saya akan berusaha berobat
f. Data Penunjang
1. GDS = 131 mg/dl
2. SaO2 = 96%
3. Therapi obat
a. Sesdent = papaferin 1 ml
b. Zantidine 1 ampul oplos 20cc dengan NaCl
2. Analisa Data
Nama : Ny. S No RM : 11001233
Umur : 32 tahun
Dx Medis : Asma bronkial
Ruang : UGD
No tgl/wkt Data Fokus Etiologi problem
10 april 2008 DS : Pasien mengatakan sesak nafas dan mempunyai riwayat peyakit
asma
DO : Pasien sesak, RR : 22x/menit, bunyi ronchi basah, wheezing. Nadi : 156 x/m,
SaO2 : 96 % , TD : 110/70 mmHg, tak batuk peningkatan sekresi dan bronchospasme
Gangguan jalam nafas.
10 april 2008 DS : Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang, ulu hati nyeri
sepert diremes-remes dengan skala 5 (0-10)
DO : Pasien muntah, wajah tampak tegang, turgor kulit elastis, Nadi : 156 x/m, TD :
110/70 mmHg , S : 36,4 OC Peningkatan asam lambung Gangguan rasa nyaman
nyeri( epigastrik)
10 april 2008 DS : Keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau dibawa aktivitas
tambah sesak
DO : Pasien tampak membatasi aktivitas, kulit pucat Nadi : 156 x/m, SaO2 : 96%,
TD : 110/70 mmHg ketidak seibangan suplai oksigen dengan kebutuhan Intoleransi
aktifitas
3. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru
3. Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Diagnosa keperawatan 1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan : jalan nafas kembali efektif
Kriteria hasil : sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan
sputum, wheezing berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan
umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya bunyi nafas
R/ beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas
redup dengan ekpirasi mengi (empysema), tidak ada fungsi nafas (nafas berat).
b. Kaji frekuensi pernfasan catat rasio inspirasi dan ekpirasi.
R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan
selama stress atau adnay proses infeksi akut. Pernfasan dapat melambat dan ekpirasi
memanjang di banding inspirasi.
c. Kaji posisi klien yang aman,
R/ Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
keefektifan memperbaiki upaya batuk.
e. R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut.
f. Berikan air hangat. R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
g. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1x1 ( inhalasi).
h. R/ membebaskan spasme jalan nafas, mengi dam produksi mukosa.
Diagnosa Keperawatan 2
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru.
Tujuan : pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal, TTV dalam batas normal, batuk
berkurang, ekpansi dada paru mengembang.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada,catat upaya pernafasan ter
pengguinaan otot bantu pernafasan atau pelebaran nasal.
R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman bervariai tergantung derajat gagal nafas.
Ekpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasi atau nyeri dada.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.
R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi.
e. Bantu klien dalam nafas dan latihan batuk.
R/dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya bernafas.
f. Kolaborasi berikan O2 tambahan- berikan humidifikasi tambahan, misalnya:
nebulezer.
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban
membran pada mukosa dan membantu pengenceran sputum.
Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : keadaan mukosa baik, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien
menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 x/menit, BB normal.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjuntiva )
R/ menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
b. Jekaskan pada kliententang pentingnya makanan
R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan
kperawatan.
c. Timbang BB dan TB
R/ Penurunan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien .
e. Anjurkan klien minum air hangat setelah makan.
R/ air hangat dapat mengurangi mual.
f. Kolaborasi dengan tim gizi.
R/ menentukan kaloiri individu dan kebutuahan dalm pembatasan. Berikan obat sesuai
indikasi.
Diagnosa Keperawtan 4
Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil : keadaan umum baik, badan tidak lemah,klien dapat beraktivitas secra
mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.
Intervensi :
a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dyspnea peningkatan,
kelemahan, kelelahan dan perubahan terhadap tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ menetapkan kebutuhan atau kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi.
b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
R/ tirah barting di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.
R/ klien mungkin nyaman denagn kepala tinggi atau menunduk kedepaan meja atau
bantal.
d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang di perlukan. Berikan kemjuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan.
R/ menimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.
Diagnosa Keperawatan 5
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : pengetahuan klien tentang proses penyakitnya menjadi bertambah.
Kriteria hasil : klien mengerti definisi penyakit asma, penyebab dan pencegahan dari
asma, komplikasi dari asma.
Intervensi :
a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakitnya, lamanya penyembuhan, harapan
kesembuhan.
R/informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah
berlebihan.
b. Berikan infomasi dalam bentuk tulisan dan vrbal.
R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi atau
mengikuti program medik.
c. Tekankan pentingnya melanjukna batuk efektif atau latihan nafas.
R/ selama 6-8 minggu setelah pulang klien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya
d. Identifikasi tanda dan gejala yang memrlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah, meminimalkan komplikasi.
e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatn umum dan kesejahteraan, misalnya:
istiurahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
R/ menaikan pertahanan imunitas, membatasi terpajan pada patogen.
4. Perencanaan
Perencanaan disusun bersama pasien dan keluarga disesuaikan dengan gangguan yang
terjadi. Perencanaan lebih ditekankan mengobservasi tanda-tanda vital terutama pernafasan.
Membantu anak mendapatkan posisi tidur yang nyaman guna lebih meningkatkan
pengembangan paru, melatih nafas dan batuk efektif, membantu anak dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya, dan memberi penyuluhan tentang pentingnya kesehatan, serta
memberikan informasi kepada keluarga guna pencegahan terhadap serangan asma.
5. Imlementasi
Semua rencana keperawatan yang disusun dapat dilaksanakan dari implementasi
dilaksanakan dalam bentuk observasi, tindakan keperawatan dan penyuluhan pada pasien
dan keluarga.
6. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan evaluasi berdasarkan masalah
yang muncul pada pasien: ketidakefektifan jalan nafas sudah teratasi karena anak tidak
mengeluh sesak lagi. Batuk agak berkurang, therapi oksigen sudah dihentikan dan pernafasan
21 x/menit. Gangguan pola nafas sudah teratasi karena anakmengatakan dapat bernafas lega.
Intoleransi aktivitas sudah teratasi karena anak sudah tidak sulit bernafas, infus Dextrosa 5%
sudah di aff, anak dapat melakukan kebutuhan dasarnya seperti mandi, makan minum, serta
buang air besar dan buang air kecil secara mandiri.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Penyakit imflamasi kronik saluran
nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik
berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari.
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap
rangsangan tertentu. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma, Faktor predisposisi :Genetik. Faktor presipitasi :
Alergen,Perubahan cuaca,Stress, Lingkungan kerja, Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala :
Intermintten,Persisten ringan, Persisten sedang,Persisten berat.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasrkan berat ringannya gejala:
1. Serangan asma akut ringan,
2. Serangan asma akut sedang,:
3. Serangan asma akut berat,
2. Saran
Bagi para pembaca yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit
asma anda dapat mencarinya di buku-buku tentang penyakit asma atau tentang kesehatan
lainya tentang pernafasan bagian atas. Atau anda dapat mengunjungi situs-situs tentang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates ,
2000
Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.
Jakarta , EGC, 2002
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 1997
Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001
Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas komunikasi terapeutik. Dalam makalah ini
kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguam Asma” yang sangat
berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Safariah Amd.kep selaku guru mata
pelajaran Komunikasi Terapeutik yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun makalah asuhan keperawatan ini hingga kami mampu
menyelesaikannya. Untuk selanjutnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang cara penyusunan asuhan keperawatan bagi kami sendiri dan
juga bagi siswa-siswi Smks Kesehatan Karya Persada Muna, khususnya bagi siswa-siswi
jurusan keperawatan.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga makalah yang kami susun ini
berguna bagi kita semua. Amin-amin yarabbal ‘alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Raha
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG................................................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH............................................................................... 2
3. MANFAAT.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. PENGERTIAN ASMA................................................................................. 3
B. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................ 3
C. KLASIFIKASI ASMA................................................................................. 6
D. ETIOLOGI ASMA...................................................................................... 6
E. MANIFESTASI KLINIK........................................................................... 8
F. PATOFISIOLOGI....................................................................................... 9
G. PENATALAKSANAAN........................................................................... 9
H. KOMPLIKASI............................................................................................... 10
I. PEMERIKSAAN LAB/PENUNJANG....................................................... 11
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN............................................................................................... 12
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................. 15
3. PERENCANAAN....................................................................................... 15
4. IMPLEMENTASI....................................................................................... 20
5. EVALUASI................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN............................................................................................. 21
2. SARAN....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22
TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S”
DENGAN GANGGUAN ASMA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. ZULFIA
2. ASNARTI
3. NURSIA
SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA
KABUPATEN MUNA
2014
TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S”
DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. SITTI WULAN PURNAMA WAHDA SYAM
2. MUSTIKA SARI
3. ROSLI
4. DARMITA
SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA
KABUPATEN MUNA
2014
top related