makalah pancasila kelompok 1 - ready
Post on 19-Jan-2016
26 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang hidup berkelompok (zoon politicon)
yang menampilkan sisi sosialnya (homo politicus) sebagai insan dalam berusaha
(homo economicus). Artinya manusia hidup secara berkelompok untuk mencapai
kesejahteraan bersama dalam kehidupan sosialnya. Suasana kehidupan dalam
kelompok sangat beraneka ragam, apalagi Indonesia yang mempunyai banyak
suku dan budaya. Dalam keragaman kelompok tersebut masing – masing akan
mengadakan penyesuaian pandangan hidupnya sesuai dengan keadaan sosial dan
geografis daerah sehingga terbentuklah pandangan hidup suatu kelompok daerah.
Namun, pandangan hidup suatu kelompok tersebut apabila tidak ada suatu
penggabungan bersama, yang terjadi adalah tiap kelompok yakin bahwa
kelompoknya paling benar dan menganggap pandangan hidup kelompok lain
salah. Oleh karena itu, pandangan hidup dalam kehidupan berkelompok harus
dibawa masuk dalam lingkup bersama, dalam hal ini dalam lingkup negara,
dipikirkan falsafah hidup yang sesuai untuk mengatur ideologi negara. Falsafah
hidup suatu bangsa akan menjelmakan suatu tata nilai yang dicita – citakan
bangsa itu sendiri.
Sehari setelah Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945,
Indonesia menetapkan dasar negara yaitu Pancasila, falsafah hidup yang dimiliki
bangsa ini. Isi dari Pancasila tersebut antaralain:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai – nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara objektif dan
1
historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sehingga nilai – nilai Pancasila
tersebut tidak lain adalah dari jiwa bangsa Indonesia itu sendiri.
Sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang, sinar
Pancasila mulai meredup diawali oleh semangat dan ide – ide untuk membangun
negeri ini oleh presiden Soekarno pada masa orde lama silam yang salah jalan.
Semangat dan ide – ide tersebut dibentuk dengan membangun kekuasaan yang
terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah
revolusi perjuangan melawan penjajah serta ikut menata dunia agar bebas dari
penjajahan bangsa atas bangsa lain. Namun sayangnya jalan tersebut melukai nilai
– nilai Pancasila itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Melalui latar belakang, poin permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa arti, makna, dan hakikat Pancasila?
2. Apa sajakah peristiwa penting mengenai pengamalan pancasila yang terjadi
pada masa orde lama?
3. Bagaimana implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara pada masa orde lama?
4. Mengapa moral dan nasionalisme bangsa Indonesia pada masa orde lama
semakin menurun?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antaralain:
1. Menjelaskan arti dan makna Pancasila.
2. Menjelaskan tentang masa orde lama.
3. Menjelaskan implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara pada masa orde lama.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini antaralain:
2
1. Mahasiswa mengetahui arti dan makna Pancasila
2. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah orde lama
3. Mahasiswa mengetahui implementasi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara pada masa orde lama.
3
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Objek Penulisan
Objek penulisan makalah ini mengenai Pancasila di masa Orde Lama.
Penjelasan akan lebih pada nilai – nilai Pancasila yang terimplementasikan disitu.
Apakah menyimpang dari nilai yang seharusnya atau tidak, lalu dampak apa saja
yang ditimbulkan.
2.2 Dasar Pemilihan Objek
Makalah ini membahas mengenai Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia di masa Orde Lama. Pancasila merupakan hasil pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai pedoman bangsa Indonesia. Pancasila dapat menyatukan masyarakat
Indonesia menuju bangsa yang bermoral dan berintegritas. Akan tetapi, pancasila
juga dapat menjadi legitimator kepentingan penguasa. Oleh karena itu, hal itu
tergantung pada penafsiran pancasila dalam pencarian jati diri Indonesia.
Faktanya,corak kepemimpinan setiap era pemerintahan merefleksikan penafisran
nilai-nilai pancasila yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan kepada pandangan
bahwa setiap era pemerintahan memiliki tantangan dan peluang yang berbeda-
beda sesuai dengan dinamika politik domestik dan perkembangan sistem
internasional Maka dari itu masyarakat perlu mengetahui sejarah Pancasila di
masa dahulu agar dapat memetik pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan
terdahulu yaitu penyimpangan nilai – nilai Pancasila di masa Orde Lama.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan
adalah berbagai sumber literatur (buku dan internet) mengenai Pancasila dan
sejarah Pancasila di masa Orde Lama.
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian, Makna, dan Hakikat Pancasila
3.1.1 Pengertian Pancasila
3.1.1.1 Pengertian Pancasila secara Etimologis
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta
perkataan “Pancasila” memiliki dua macam arti secara leksikal
yaitu: “Panca” artinya “Lima”, “syila” vokal i pendek artinya “batu
sandi”, “alas”, atau “dasar”. “Syiila” vokal i panjang artinya
“peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”. Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia
diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh
karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan
adalah istilah “Panca Syila” dengan vokal i pendek yang memiliki
makna leksikal “berbatu sandi lima” atau secara harafia “dasar
yang memiliki lima unsur”. Menurut ajaran Buddha adalah
merupakan lima aturan (larangan) yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam.
3.1.1.2 Pengertian Pancasila secara Historis
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang BPUPKI Ir.
Soekarno berpidato secara lisan tanpa teks mengenai calon
rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberi nama
istilah dasar negara tersebut Soekarno memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas
saran dari seorang temannya sebagai ahli bahasa.
3.1.2 Makna Pancasila
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
5
disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945
di mana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah istilah perkataan Pancasila telah menjadi bahasa
Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksud dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, yang kemudian secara spontan diterima oleh
peserta sidang secara bulat pada sidang PPKI. Disitulah makna Pancasila
mulai muncul secara formal sebagai ideologi bangsa, filsafah Republik
Indonesia yang harus dijadikan pedoman disetiap langkah kehidupan yang
rakyat Indonesia jalani.
3.1.3 Hakekat Pancasila
3.1.3.1 Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapa dirinci sebagai
berikut :
a. Pancasila sebagai dsar negara merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan
demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum
Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih
lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari
Undang – Undang Dasar 1945.
c. Mewujudkan cita – cita hukum bagi hukum dasar negara (baik
hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis.
d. Mengandung norma yang mengharuskan Undang – Undang
dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain –
lain penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai
dan golongan fungsional) memegang teguh cita – cita moral
6
rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pokok
pikiran keempat yang bunyinya sebagai berikut “.....Negara
berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab”.
e. Merupakan sumber semangat bagi Undang – Undang Dasar
1945, bagi penyelenggara negara, para pelaksana pemerintahan
(juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional). Hal
ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, karena masyarakat
dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang
seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika
masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas
kerohanian negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka
dinamika masyarakat dan negara aka tetap diliputi dan
diarahkan asas kerohanian negara.
3.1.3.2 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut
sebagai pegangan hidup, pedoman hidup, atau petunjuk hidup.
Meskipun ada banyak istilah mengenai pengertian pandangan
hidup, tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama. Lebih
lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan
sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari – hari masyarakat
Indonesia baik dari segi sikap, maupun perilaku harus selalu
dijiwai oleh nilai – nilai luhur Pancasila. Menerapkan nilai – nilai
luhur Pancasila dalam kehidupan sehari – hari merupakan hal yang
sangat penting, karena akan tercipta tata kehidupan yang harmonis
diantara masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa pada dasarnya merupakan perwujudan dari nilai – nilai
budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan
kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia
7
sendiri yang sudah ada, tumbuh dan berkembang selama berabad –
abad.
Oleh karena itu, Pancasila adalah milik bangsa Indonesia
sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila
mengandung nilai – nilai yang sama yag tekandung dalam adat
isyiadat, kebudayan, dan agama – agama yang ada di Indonesia.
Maka dari itu, Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Bukan hanya itu, Pancasila
juga berperan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nila – nilai yang terkandung dalam
Pancasila dapat diterapkan dalam seluruh aspek, baik itu aspek
politik, ekonomi, sosila budaya, dan pertahanan dan keamanan.
3.1.3.3 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia
Istilah ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti
“gagasan, konsep, pengertian dasar, cita – cita” dan “logos” yang
berarti “ilmu”. Kata “idea” berasal dari bahasa Yunani ”eidos”
yang artinya “bentuk”. Di samping itu, ada kata “eiden” yang
artinya “melihat”. Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu
pengetian – pengetian dasar. Idelogi negara dalam arti cita – cita
Negara atau cita – cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem
kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai derajad yang tertinggi sebaga nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan.
b. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian,
pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan
8
dipertahankan dengan kesediaan beekorban (Notonegoro,
Pancasila Yuridis Kenegaraan, tanpa tahun, hal. 2,3)
3.2 Sejarah Era Orde Lama
Dalam sejarah Indonesia, masyarakat dikenalkan dengan orde dari rezim
kekuasaan yang berkuasa saat itu. Orde Lama merupakan sebuah jaman dimana Ir.
Soekarno, salah satu founding fathers Indonesia memimpin. Namun, nama orde
lama seakan-akan memiliki kesan negatif, karena ada kata lama disitu. Sekilas
tergambarkan bahwa kata lama merupakan era dimana keadaaan saat itu masih
berada dalam suasana yang tertinggal. Padahal di masa itulah negara ini terjadi
dialog politik intens yang sangat menentukan arah Indonesia kedepannya. Saat era
itulah pondasi politik Indonesia mulai dibangun.
Di dalam era kepemimpinan Ir. Soekarno ini, terdapat tiga periode cara
kepemimpinan yang berbeda. Tak lain untuk mengetahui bagaimana jati diri
Indonesia yang tepat harus di arahkan. Era orde lama sendiri berlangsung dari
tahun 1945 sampai 1967, atau ketika negara ini baru merdeka sampai naiknya
Soeharto menggantikan kursi kepresidenan Soekarno yang lalu disebut dengan
Orde Baru.
3.2.1 Periode 1945 – 1950
Konstitusi awal yang digunakan saat itu adalah Pancasila dan UUD
1945 yang presidensiil. Namun dalam praktek kenegaraannya, sistem
presidensiil tidak dapat diwujudkan dengan baik. Pada tanggal 14
November 1945, KNIP mengeluarkan maklumat tentang perubahan sistem
pemerintahan presidensiil menjadi parlementer. Tidak hanya itu, di masa
periode ini Indonesia beralih halauan lagi menjadi negara yang
mempunyai sistem federasi yang diberi nama Republik Indonesia Serikat
Pada tahun 1948 – 1950 terjadi banyak sekali pemberontakan yang
dilakukan oleh PKI dan DI/TII. Tujuan mereka tidak lain untuk mengubah
dasar negara Pancasila menjadi komunis (PKI) atau mengubahnya menjadi
halauan Islam (DI/TII).
9
3.2.2 Periode 1950 – 1959
Upaya pemerintah untuk mengembalikan Indonesia menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akhirnya menjadi kenyataan
setelah rapat gabungan Senat RIS dengan parlemen tanggal 15 Agustus
1950. Dalam rapat tersebut Presiden Soekarno membacakan piagam
terbentuknya NKRI.
Namun, selama 9 tahun Indonesia dalam menerapkan kembali
sistem parlemener, terjadi 7 kali pergantian kabinet. Kabinet-kabinet pada
masa tersebut adalah Kabinet Natsir (1950-1951), Kabinet Sukiman
Suwirjo (1951-1952), Kabinet Wilopo (1952-1953), Kabinet Ali
Sastroamidjojo I (1953-1955), Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-
1956), Kabinet Ali Sastroamidjojo II ( 1956-1957), dan Kabinet Djuanda
(1957-1959). Hal ini merupakan petunjuk nyata kalau sistem parlementer
tidak cocok diterapkan di Indonesia. Selain itu, salah satu kabinet yang
mengadakan pemilu waktu itu (Kabinet Burhanuddin Harahap), dimana
telah berhasil memilih badan konstituante untuk menyusun Undang-
Undang Dasar yang baru sebagai ganti UUDS 1950, ternyata gagal.
Situasi saat itu semakin buruk ketika daerah-daerah
memperlihatkan gejolak dan gejala separatisme serta tidak lagi mengakui
pemerintaan pusat dan membentuk pemerintahan sendiri misalnya
PRRI/Permesta. Lalu demi keselamatan bangsa dan negara, tanggal 5 Juli
1959 di istana merdeka diumumkan Dekrit Presiden. Dengan
dikeluarkannya Dekrit Presiden tersebut, maka kabinet terakhir yaitu
kabinet Djuanda dibubarkan. Maka diberlakukanlah sebuah era demokrasi
baru yang disebut demokrasi terpimpin.
3.2.3 Periode 1959 – 1967
Pada jaman ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin. Demokrasi
bukan berada dalam kekuasaan rakyat tetapi pada genggaman kekuasaan
Soekarno. Akibatnya terjadi berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
10
Pancasila dalam konstitusi. Presiden Soekarno menjadi otoriter, diangkat
menjadi presiden seumur hidup, penolakan RAPBN yang diajukan
presiden berimbas pada dibubarkannya DPR, politik konfrontasi, serta
menggabungkan konsep Nasionalis, Agama dan Komunis yang ternyata
tidak cocok bagi negara Indonesia. Dalam penerapan pancasila, presiden
Soekarno melakukan pemahaman paradigma baru yang disebut dengan
USDEK. Untuk memberikan arah perjalanan bangsa, beliau menekankan
pentingnya memegang teguh UUD 1945, sosialisme ala Indonesia,
demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional.
Hasilnya terjadi kudeta terhadap PKI dan kondisi ekonomi yang
memperihatinkan.
Soekarno berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia yang
pertama ditandai dengan adanya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret 1966),
yang menurut versi yang dikeluarkan oleh Markas Besar Angkatan Darat bahwa
menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga
keamanan negara dan institusi kepresidenan. Setelah pertanggungjawabannya
ditolak MPRS pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno
diberhentikan dari jabatannya sebagai Presiden pada sidang istimewa MPRS di
tahun yang sama dan mengangkat Presiden Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia yang baru. Dengan keluarnya Supersemar tersebut, maka berakhirlah
era pemerintahan Ir. Soekarno dan lahirnya era Orde Baru kepemimpinan
Soeharto.
3.3 Implementasi Pancasila
Pada masa orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada
saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial budaya berada dalam suasana transisi dari masyarakat terjajah
menjadi masyarakat merdeka.
3.3.1 Periode 1945 – 1950
11
Implementasi Pancasila mengalami banyak kendala. Bahkan pada
masa ini terdapat beberapa pemberontakan yang bertujuan untuk
mengganti dasar negara. Pertama, dari golongan nasionalis-religius yang
belum menerima Pancasila seutuhnya. Dalam Piagam Jakarta, sila pertama
berbunyi “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk – pemeluknya” mengalami perubahan ketika ditetapkan tanggal
18 Agustus 1945 menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Prinsip sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Soekarno dalam pidatonya tanggal 1
Juni 1945 adalah masing – masing orang Indonesia bertuhan Tuhannya
sendiri. Negara harus memberi kebebasan kepada setiap warganya untuk
memeluk agama dan keyakinannya, sebagaimana tuntutan hak asasi
manusia. Golongan ini masih menginginkan nilai Pancasila yang ada
dalam Piagam Jakarta dengan menjadikan Negara Islam Indonesia dan
muncul pemberontakan DI/TII.
Kedua, dari golongan nasionalis-komunis. Golongan ini dimotori
oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI menginginkan Negara
Indonesia sebagai negara komunis. PKI kemudian menjadi dalang dalam
pemberontakan yang beberapa kali terjadi pada masa itu. Puncaknya
adalah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Peristiwa ini menjadi
pemicu tumbangnya pemerintahan orde lama (Soekarno) dan berkuasanya
Orde Baru (Soeharto).
Walaupun banyak yang ingin mengganti Pancasila namun kondisi
ini justru menjadi penyemangat bangsa untuk terus mempertahankan
kemerdekaan dengan cara mengusir Belanda yang ingin kembali lagi
menjajah serta meredakan berbagai pemberontakan yang dilakukan warga
Indonesia sendiri. Pancasila terasa sebagai alat pemersatu dalam
membangun semangat nasionalisme yang saat itu masih seumur jagung.
Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan
musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang
diterapkan adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya
berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang
12
oleh perdana menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas
pemerintahan. Kesimpulannya walaupun konstitusi yang digunakan adalah
Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun dalam praktek
kenegaraan sistem presidensil tak dapat diwujudkan.
3.3.2 Periode 1950 – 1959
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui perjanjian
Konferensi Meja Bundar (KMB). Dalam proses pengakuan kedaulatan dan
pembentukan kelengkapan negara, ditetapkan pula sistem demokrasi yang
dipakai yaitu sistem demokrasi liberal. Dalam sistem demokrasi ini
presiden hanya bertindak sebagai kepala negara. Presiden hanya berhak
mengatur formatur pembentukan kabinet. Oleh karena itu, tanggung jawab
pemerintah ada pada kabinet. Presiden tidak boleh bertindak sewenang-
wenang. Adapun kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai besar seperti
Masyumi,PNI,dan PKI mempunyai partisipasi yang besar dalam
pemerintahan. Dibentuklah kabinet-kabinet yang bertanggung jawab
kepada parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat ) yang merupakan kekuatan-
kekuatan partai besar berdasarkan UUDS 1950.
Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat dukungan mayoritas
dalam parlemen (DPR pusat). Bila mayoritas dalam parlemen tidak
mendukung kabinet, maka kabinet harus mengembalikan mandat kepada
presiden. Setelah itu, dibentuklah kabinet baru untuk mengendalikan
pemerintahan selanjutnya.
Implementasi Pancasila juga tidak begitu sesuai dengan kenyataan
dimana hasil pemilihan bukan dilaksanakan berdasarkan hasil musyawarah
mufakat namun langsung pada hasil suara terbanyaak melalui voting. Ini
menunjukan bahwa pada periode pertama maupun periode kedua sila ke- 4
belumlah diterapkan secara benar.
Selain itu, pemerintahan lebih mementingkan hak-hak individu
daripada kepentingan bersama. Ini menunjukan bahwa moral pra petinggi
13
negara Indonesia mulai menurun karena sejak dahulu bangsa Indonesia
telah diajarkan untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama
dibandingkan hak individu melalui sila ke-5 pada Pancasila. Para
pemegang kekuasaan mulai menggunakan wewenang dan jabatannya
untuk kepentingan pribadi tanpa meperhatikan bahwa hal itu telah
menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan. Keserakahan para
pemimpin bangsa mulai menjadi-jadi yang mengakibatkan rakyat
menderita. Tentu saja banyak rakyat yang ingin membebaskan diri dari
jerat penderitaan ini oleh karena itu mereka mulai melakukan
pemberontakan-pemberontakan untuk melepaskan diri dari NKRI. Contoh
dari pemberontakan tersebut adalah yang dilakukan oleh RMS, PRRI.
Rasa persatuan dan cinta damai yang dulu dimiliki oleh rakyat Indonesia
semakin menipis karena kesewenang-wenangan para pemimpin pada saat
itu.
Lalu demi keselamatan bangsa dan negara, tanggal 5 Juli 1959 di
istana merdeka diumumkan Dekrit Presiden yang berisi bubarkan
kostituante, kembali ke UUD 1945 tidak berlakunya UUDS 1950, dan
pembentukan MPRS dan DPAS. Dekrit ini merupakan tonggak sejarah
diberlakukannya sistem demokrasi terpimpin.
3.3.3 Periode 1959 – 1967
Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1950 dipersoalkan
keabsahannya dari sudut yuridis. Sebab menurut UUDS 1950, Presiden
tidak berwenang memberlakukan atau tidak memberlakukan sebuah UUD,
seperti yang dilakukan melalui dekrit. Dekrit sendiri menjadikan haluan
politik negara berubah, dari condong ke kanan menjadi condong ke kiri.
Kebijakan ini dimanfaatkan oleh kekuatan politik di Indonesia yang
berhaluan kiri yaitu PKI. Pada periode 1959 – 1967 mulai berlaku
demokrasi terpimpin. Menurut Tap MPR No. VIII/MPRS/1965, demokrasi
terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berintikan musyawarah untuk
14
mufakat secara gotong-royong antara kekuatan nasional yang progresif
revolusioner berporoskan Nasakom. Dalam pidato Soekarno pada 17
Agustus 1959, beliau menguraikan demokrasi terpimpin berisikan Undang
– Undang Dasar 1945, sosialisme Indonsia, demokrasi terpimpin, ekonomi
terpimpin, dan kepribadian Indonesia (USDEK) yang kemudian dikenal
sebagai Manipol-USDEK. Pada masa demokrasi terpimpin, MPRS
mengangkat Presiden Soekarno menjadi presiden seumur hidup.
Pengangkatan itu menggambarkan pemerintahan benar – benar terpusat
pada satu titik.
Sebagai dasar negara, Pancasila secara normatif akan selalu
dijadikan acuan oleh pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan
kenegaraan. Pada posisi ini Pancasila bisa disebut sebagai doktrin dalam
membuat kebijakan. Namun itu bukan tugas mudah, kerumitan dalam
menuangkan nilai-nilai Pancasila sebagai kebijakan operasional bisa
terjadi karena tiga faktor penting.
Pertama, Pancasila sudah terlalu lama terseret dalam berbagai kepentingan politik yang menjadikan wajah Pancasila babak belur, persis rezim yang menyalahgunakannya. Kedua, norma-norma yang dikandung Pancasila terkadang tidak mudah diterjemahkan menjadi kebijakan nyata. Ketiga, dalam mencari pemahaman baru akan Pancasila tidah mudah menepis pengaruh-pengaruh global. (Ali :2009)Orde Lama sebagai pemegang kekuasan pertama di negara ini juga
mengimplementasikan Pancasila dan tentu saja dalam proses
mengimplementasikannya bertemu dengan permasalahan yaitu tiga faktor diatas.
Semasa pemerintahan Soekarno, terdapat pula berbagai kebijakan yang
menyimpang dari Pancasila. Penyimpangan tersebut antara lain
1. Presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum 1955 dan membentuk
DPR Gotong Royong. Hal ini dilakukan karena DPR menolak rancangan
pendapaan dan belanja Negara yang diajukan pemerintah.
2. Pimpinan lembaga-lembaga Negara diberi kedudukan sebagai menteri-
menteri Negara yang berarti menempatkannya sebagai pembantu presiden.
3. Kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan didalam UUD
1945. Hal ini terbukti dengan keluarnya beberapa ketetapan presiden
15
sebagai produk hukum yang setingkat dengan UUD tanpa prsetujuan DPR.
Penetapan ini antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Penyederhanaan kehidupan partai-partai politik dengan dikeluarkannya
Penetapan Presiden nomer 7 tahun 1959
b. Pembentukan Front Nasional dengan Penetapan Presiden nomer 13
tahun 1959.
c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota-anggota MPRS, DPA dan
MA oleh presiden.
4. Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan
rancangan undang-udang APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.
Di balik itu semua, kita sebenarnya patut untuk untuk memberikan apresiasi yang tinggi kepada Soekarno karena beliau telah mendedikasikan diri untuk membangun Indonesia mulai dari sebelum kemerdekaan hingga akhir masa jabatannya. NASAKOM yang dibentuk oleh Presiden Soekarno sebenarnnya bertujuan baik yaitu menyatukan semua golongan di Indonesia meskipun ternyata tidak sesuai dengan bentuk negara kita saat itu. Presiden Soekarno juga mengajarkan rasa nasionalisme yang tinggi pada rakyat Indonesia dengan cara tidak memihak kepada blok barat maupun blok timur (gerakan non-blok) dan menjadikan Indonesia menjadi negara berdikari dan kuat di mata dunia.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Orde lama merupakan masa pemerintahan awal di Indonesia yang
sekaligus merupakan rezim kekuasaan pertama yang menerapkan Pancasila
sebagai dasar negara. Konsekuensi dari diterapkannya Pancasila sebagai dasar
negara adalah semua aturan kebijakan pemerintah yang diperuntukkan untuk
mengatur negara Indonesia tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Orde lama
dianggap tidak melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen yang
ditandai dengan berbagai penyimpangan – penyimpangan yang terjadi. Selain itu,
terdapat pula beberapa peristwa yang mengaburkan identitas nasional bangsa
Indonesia dan menunjukan kemerosotan moral bangsa Indonesia.
Meskipun orde lama terdapat keburukan, sebenarnya itu hal yang wajar
karena pada saat itu Indonesia masih berada pada masa transisi dari negara
terjajah menjadi negara merdeka. Apabila dilihat dari segi positifnya, orde lama
adalah masa dimana Indonesia menjunjung tinggi nasionalisme. Indonesia
berusaha menjadi bangsa yang besar tanpa bantuan dan campur tangan pihak lain.
Soekarno berusaha membangun negara yang ideal bagi bangsa Indonesia. Namun,
Soekarno dan para pemimpin pada masa itu tetaplah manusia. Sifat egoisme
dalam diri mereka untuk membangun negeri sebenarnya baik, agar Indonesia
dapat terarah tanpa birokrasi yang rumit tetapi pada hakikatnya hal tersebut tidak
mutlak benar. Negara ini bukan hanya milik Soekarno dan para petinggi, negara
ini adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Pemimpin yang memimpin secara
otoriter cenderung akan dibenci oleh orang – orang disampingnya, bahkan oleh
rakyat sendiri.
4.2 Saran
Menjaga konsistensi untuk mematuhi pedoman hidup bukan hal yang
mudah. Pemerintahan dibawah komando Soekarno telah membuktikan penyataan
tersebut. Jangan sekali – kali melupakan sejarah karena sejarah merupakan bahan
17
pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk ke depannya. Peristiwa yang terjadi
pada orde lama mengajarkan kita untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Pelajaran tersebut dapat kita jadikan pedoman untuk menata diri maupun
kelompok agar tetap memegang teguh tujuan hidup, terlebih dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
18
top related