makalah ji'alah
Post on 10-Feb-2017
910 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang seseorang mendapatkan musibah
berupa kehilangan anak atau barang-barang berharga yang tinggi nilainya.
Terlepas dari sebab hilangnya tersebut apakah dicuri atau hilang karena kelalaian
pemiliknya, yang jelas berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan benda
atau barang yang dimilikinya. Biasanya pemilik barang tersebut membuat
pengumuman untuk khalayak ramai dengan memberikan imbalan/komisi tertentu
bagi siapa saja yang bisa mengembalikan barangnya. Amalan yang demikian
merupakan bentuk mu’amalah yang disebut dalam Islam sebagai al ju’alah.
Ju’alah adalah jenis akad atas manfaat sesuatu yang diduga kuat akan
diperolehnya. Dalam konsep teori ju’alah memang terlihat sederhana dibanding
jenis muamalah lainnya seperti sewa-menyewa, mudharabah, murobahah dan
lainnya. Namun demikian konsep ju’alah berkembang pesat pada dunia
pendidikan dan bisnis dewasa ini. Dalam dunia dunia pendidikan di berbagai
instansi seringkali memberikan hadiah bagi para pelajar/mahasiswa yang kreatif
melakukan penelitan dan riset yang bermanfaat bagi perkembangan zaman.
Namun harus dicermati bahwa tidak semua sayembara berhadiah sesuai dengan
konsep ju’alah yang dibolehkan.
Dari paparan singkat diatas maka perlu dan penting bagi kita mengakaji
konsep ju’alah dalam tinjauan Islam . Selain dalam rangka tafaqquh fiddin
(mendalami agama) kitapun bisa mengimprovisasikannya dalam muamalah
modern baik dalam dunia pendidikan maupun bisnis yang senantiasa dituntut
untuk inovatif dan kreatif sesuai dengan perkembangan zaman.
B. Pembahasan
1. Pengertian Ji’alah
Kata ji’alah atau Ju’alah adalah sayembara. Menurut bahasa artinya mengupah.
Secara syara’ sebagaimana oleh sayyid Sabiq:
عقد على منفعة يظن حصو لهArtinya: “sebuah akad untuk mendapatkan materi (upah) yang diduga kuat
dapat diperolah”
Secara terminologi, istilah ji’alah dapat diartikan sebagai akad yang menjanjikan
pemberian uapah kepada pihak yang telah berhasil melakukan pekerjaan tertentu.
Ji’alah bukan hanya terbatas pada barang yang hilang namun dapat setiap
pekerjaan yang dapat menguntungkan seseorang. Kata ji’alah dapat dibaca jaalah.
Dan ji’alah telah dipratikkan sejak zaman Rasulullah. Tujuan dari ji’alah untuk
memberikan motivasi kepada para karyawan untuk melakukan pekerjaan secara
ekstra atau semangat yang lebih, sehingga mencapat target tertentu.1
Sedangkan menurut kompilasi hukum ekonomi syari’ah ji’alah adalah perjanjian
imbalan tertentu dari pihak pertama kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu
tugas/pelayanan yang dilakukan olah pihak kedua untuk kepentingan pihak
pertama.2
1 2 http://lailahamkha.blogspot.com/2014/04/jialah-sayembara_25.htmlTgl 09/04/15. Jam 09.30
2. Landasan Hukum Ji’alah
Jumhur Fukaha sepakat bahwa hukum ji’alah adalah mubah. Hal ini didasari karena
ji’alah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ji’alah akad yang sangat manusiawi,
karena seseorang dalam hidupnya tidak mampu memenuhi semua pekerjaan dan
keinginannya, kecuali jika ia memberikan upah kepada orang lain untuk membantunya.3
Dalam kehidupan muamalah, terkadang dijumpai adanya pekerjaan yang membutuhkan
khusus untuk menyelesaikannya. Karena akad ji’alah disyari’atkan untuk memberikan
motivasi kepada pihak yang ingin berpartisipasi dalam melakukan pekerjaannya. Adapun
dasar hukum menurul Al-qur’an terdapat pada QS. Yusuf ayat 72.
قا لو نفقد صو ا ع ا لملك ولمن جا ء نه حملبعير و ا نا به ز عيم
Artinya: kami kehilangan piala raja maka sipa yang dapat mengembalikannya,
meka ia akan medapatkan bahan makanan seberat beban unta. Dan aku, menjamin
terhadapnya.4
Adapun hukum menurut Al-Hadits, diriwayatkan, diantara sahabat nabi pernah
menerima imblan hadiah melalui ji’alah berupa seekor kambing setelah salah
seorang di antara mereka berhasil mengobati orang yang dipatuk kalajengking
dengan membaca Al-fatihah. Ketika mereka menceritakan kejadian tersebut
kepada Rasulullah,, karena takut hadia tidak halal. Rasulullah Saw pun kemudian
tertawa seraya bersabda: “Tahukah kalian, bahwa itu adalah jampi-jampi (yang
positif). Terimalah hadiah itu dan beri saya sebagian.5
Dalam hal lain, yang masih ji’alah Rasulullah memperbolahkan upah atas jasa
mengobatan yang menggunakan bacaan al-Qur’an dengan surat al-Fatihah.
3 4 1425 159
top related