makalah ilmu gizi
Post on 26-Oct-2015
163 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa
Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika
dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Di bidang kesehatan, bangsa
Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan
kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain menjadikan tingkat kesehatan
masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan.
Tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia
sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Ironisnya, dibeberapa daerah lain
atau pada sekelompok masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota
besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya
kelebihan gizi; meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia
akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi
serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Tentu
hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus dan bukan merupakan isapan jempol
belaka. Jika ini dibiarkan terus menerus, makin banyak penduduk yang
menngalami penyakit bahkan meninggal akibat masalah gizi ini. Untuk itu , disini
penulis membahas mengenai isu-isu mengenai masalah gizi yang ada di
Indonesia.
1
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Gizi yang diberikan dosen yang bersangkutan serta
memberitahukan dan menjelaskan apa-apa saja masalah gizi utama di
Indonesia.
b. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami mengenai
permasalahan gizi di Indonesia
b. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami penyakit – penyakit
yang disebabkan oleh permasalahan gizi di Indonesia
c. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami penyebab
permasalahan gizi di Indonesia
d. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dampak permasalahan
gizi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Masalah Gizi di Indonesia
Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang,
kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara
asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi
penyakit (infeksi). Ketidakseimbangan ini mengakibatkan gizi kuranag maupun
gizi lebih.
Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukkan 2 kondisi yang ekstrim. Mulai
dari kelaparan sampai pola makanan yang mengikuti gaya hidup, yaitu rendah
serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Hal
yang sama juga terjadi di indonesia. Saat sebagian besar bangsa indonesia masih
menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan
timbul masalah gizi lain, yaitu gizi lebih yang berdampak pada obesitas. Hal ini
akan menghambat laju pembangunan, karena status gizi suatu masyarakat
berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa.
Kemiskinan menjadi faktor utama penyebab kekurangan gizi.
Konsumsi makanan beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi
kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang. Gizi pada ibu hamil
sangat berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari minggu keempat
pembuahan sampai lahir dan hingga anak berusia 3 tahun (golden age).
Data riset kesehatan dasar (riskesdes) – 2010 menunjukkan bahwa rata-
rata asupan kalori dan protein anak balota indonesia masih di bawah Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Sekitar sepertiga anak masih mengalami status gizi
pendek (termasuk sangat pendek) dan seperempat balita masih mengalami gizi
kurang (termasuk gizi buruk). Akibatnya tinggi badan rata-rata balita indonesia
3
lebih pendek daripada standar rujukan WHO 2005 dan mempunyai resiko
kehilangan tingkat kecerdasan.
Gizi buruk pada anak masih menjadi masalah di indonesia, bahkan sampai
tahun 2011 ada sekitar 1 juta anak yang mengalami gizi buruk diantara 240 juta
penduduk indonesia. Kasus tersebut mayoritas berada di daerah timur indonesia,
seperti di Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Salah satu faktor penyebabnya
adalah letak geografis yang jauh dan fasilitas kesehatan. Penyebab lainnya adalah
faktor prilaku, seperti pengelolaan pangan yang tidak benar, akibat faktor
pendidikan yang rendah di masyarakat.
2.2 Gizi Kurang
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada
tahap awal akan menyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu
berat badan akan menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja.
Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi krangan dan
gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang
mencukupi, tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan kematian.
Kekurangan zat gizi secara umum baik kurang secara kualitas dan
kuantitas menyebabkan gangguan pada proses-proses tubuh, seperti:
Gangguan pertumbuhan
Gangguan produksi kerja
Gangguan pertahanan tubuh
Gangguan struktur dan fungsi otak
4
Gizi kurang dibedakan menjadi zat gizi makro (makronutrien) dan zat gizi
mikro (mikronutrien). Dalam memenuhi asupan gizinya, tubuh membutuhkan
makronutrien, yaitu karbohidrat, lemak, protein, dan mikronutrien, vitamin, yodium,
zat besi, seng, asam folat, dan lain sebagainya. Kekurangan mikronutrien dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan, seperti kekurangan vitamin A (KVA), gangguan
akibat kekurangan iodium (GAKI) dan anemia yang megacu pada berat bayi lahir
rendah (BBLR), gangguan intelektual, gangguan pertumbuhan, penurunan kekebalan
bahkan kematian.
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Bayi dengan berat lahir rendah adalah akibat dari ibu hamil penderita
kurang energi kronis (KEK) da mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, yang akan
berdampak terhadap kualitas generasi mendatang, yaitu memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan (IQ). setiap anak yang berstatus gizi buruk
mempunyai resiko kehilangan IQ 10 – 13 poin.
Gizi Kurang pada Balita
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di
indonesia. rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-
hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Gangguan Pertumbuhan
Dampak gizi buruk pada anak balita adalah terjadinya gangguan
pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Kurang Energi Kronis
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil
(bumil). KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
5
Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Pemantauan kesehatan dan status gizi pada WUS merupakan pendekatan
yang potensial dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan ibu
dan anak. Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan
menghasilkan bayi dengan kualitas yang baik, dan akan mempunyai risiko
yang kecil terhadap timbulnya penyakit selama kehamilan dan melahirkan.
Dari data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa status gizi pada
WUS yang menderita KEK (LILA < 23.5 cm) sebanyak 24.2 %. Hasil
analisis IMT pada 27 ibukota propinsi menunjukkan KEK pada wanita
dewasa (IMT< 18.5) sebesar 15.1 %.
Pada Ibu Hamil (Bumil)
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak
pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan,
sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Data SDKI tahun 1997 angka kematian bayi adalah 52.2 per 1000
kelahiran hidup dan dari data SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah
390 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari data
Susenas pada tahun 1999, ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah
27.6 %.
PENYEBAB MASALAH
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.)
sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.
Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
6
a. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit secara langsung menyebabkan gizi kurang. timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga
penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit,
dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak
memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan
akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ketahanan pangan keluarga kurang memadai. setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
Anggota keluarga dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun
mutu gizinya.
Pola pengasuhan anak kurang memadai.setiap keluar dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu,perhatian dan dukungan
terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik secara
fisik,mental maupun social.
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. System
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penjaminan
air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan.
Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan
sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan
kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang
7
menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya
kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak
memadai.
Tidak tersedianya makanan secara adekuat terkait langsung dengan kondisi
sosial ekonomi. Kadang-kadang bencana alam, perang maupun kebijakan politik
maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
Kemiskinan sangat identik dengan tersedianya makan yang adekuat. Data
Indonesia dan negara lain menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara kurang
gizi dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah
gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin
kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di negara-
negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan
paling mendasar yaitu pangan pun sering tidak bisa terpenuhi. Laju pertambahan
penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan
akan menyebabkan krisis pangan. Inipun menjadi penyebab munculnya penyakit
kurang gizi.
Pengangguran meningkat sehingga mencari makan susah, biaya pendidikan
dan biaya hidup meningkat yang menyebabkan masyarakat tidak mampu membeli
makanan yang berkualitas.
8
Berikut masalah gizi kurang yang dialami sebagian penduduk Indonesia:
KEP (Kurang Energi Protein) / Protein Energi Malnutrition (PEM) / Protein
Calorie Malnutrition (PCM)
Suatu penyakit kurang gizi karena tubuh kurang memperoleh makanan
berupa sumber zat tenaga (energy) dan sumber zat pembangun (protein) dalam
waktu yang lama. Bila ditimbang, titik berat badan anak pada KMS terletak
dibawah garis merah atau kurang 60% dari berat anak seharusnya. Pravelensi
tinggi terjadi pada balita,ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui.
KEP berat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu: tipe kwarshiorkor dan tipe marasmus
atau tipe marasmikwashiorkor.
Gejala klinis KEP ringan adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan berkurang atau bahkan berhenti
Berat badan berkurang,terhenti bahkan menurun
Ukuran lingkar lengan menurun
Maturasi tulang terlambat
Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
Tebal lipat kulit normal atau menurun
Aktivitas dan perhatian kurang
Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Adapun penyebab KEP ringan yaitu:
Masukan makanan baik kuantitas dan kualitas yang rendah
Gangguan system pencernaaan atau penyerapan makanan
Pengetahuan yang kurang tentang gizi
9
Dampak KEP
KEP dapat mengakibatkan dampak secara luas, ada dua dampak utama dari
KEP. Pertama, dampak terhadap kematian anak. Suatu penelitian menunjukkan
bahwa jelas terdapat hubungan KEP dengan kematian bayi dan anak, hal tersebut
tidak berdiri sendiri melainkan hasil kombinasi dari KEP dan kekurangan zat gizi
lainnya, misalnya angka kematian bayi lahir yang tinggi ada hubungannya dengan
KRP dan kekurangan yodium. Selain itu dampak kedua utama dari KEP sangatlah
berhubungan dengan menurunnya produktivitas kerja. Penelitian di Guatemala
menunjukkan sekelompok anak yang memperoleh makanan tambahan yang kaya
energi dan protein menujukkan pertumbuhan badan dan tingkat kecerdasan yang baik
dibanding dengan teman-temannya yang tidak mendapatkan makanan tambahan.
Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan dan
produktivitas kerja.
Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan,rentan terhadap
penyakit, terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan menurunnya tingkat
kecerdasan.
Anak dengan KEP akan mengalami gangguan bebeapa organ, antara lain adalah:
saluran pencernaan, pankreas, hati, ginjal, sistem hematologik, sistem kardiovaskuler,
dan sistem pernafasan
Dampak Kekurangan Energi Protein (KEP)
Pada anak-anak:
- Menghambat pertumbuhan
- Rentan terhadap penyakit infeksi
- Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
10
Pada orang dewasa :
- Menurunkan produktifitas kerja
- Menurunkan derajat kesehatan
- Rentan terhadap serangan penyakit
Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan
sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan protein dalam makanan,gangguan
penyerapan protein,kehilangan protein secara tidak normal, infeksi kronis ataupun
karena pendarahan. Berikut ini adalah gejala kwashiorkor:
Wajah seperti bulan “moon face” , sinar mata sayu
Pertumbuhan terganggu,berat dan berat tinggi badan lebih rendah
dibandingkan dengan berat badan normal.
Perubahan mental (sering menangis,pada stadium lanjut menjadi apatis)
Rambut merah,jarang, mudah dicabut.
Jaringan lemak masih ada.
Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak
keriput).
Terkadang terjadi pembengkakan tubuh (oedema) sehingga menyamarkan
penurunan berat badan dan Jaringan otot mengecil
.
11
Marasmus
marasmus adalah kekurangan energy pada makanan yang menyebabkan
cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”.
Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi
makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang diare.
Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan konsumsi zat gigi atau kalori
dalam makanan, kebiasaan makanan yang tidak layak dan penyakit-penyakit infeksi
saluran pencernaan. Berikut adalah gejala penderita marasmus:
Wajah seperti orang tua
Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng
Feces lunak atau diare
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang
hingga turgor kulit menghilang
Kulit keriput,dingin,kering dan mengendur
Perut buncit
12
Kwashiorkor-marasmik
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmur dan
kwashiorkor.
Program pemerintah untuk menanggulangi KEP diprioritaskan pada daerah-
daerah miskin dengan sasaran utama ibu-ibu hamil,bayi,balita dan ank sekolah
dasar.program tersebut mencakup berbagai kegiatan seperti penyuluhan
gizi,peningkatan pendapatan keluarga,peningkatan pelayanan kesehatan, KB-
Keluarga berencana. Adapun pemantauan tumbuh kembang anak diupayakan melalui
keluarga, dasawisma dan posyandu.
Kekurangan vitamin A (KVA)
Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari
luar tubuh,dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena
tidak larut dalam air. Kekurangan asupan vitamin A bisa menyebabkan diare yang
bisa berujung pada kematian dan pneumonia.
Pravelensi tertinggi terjadi pada balita. Hal ini disebabkan oleh intake
makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah,rendahnya konsumsi
vitamin A dan pro vitamin A pada ibu hamil sampai melahirkan sehingga
mempengaruhi kadar vitamin A yang terkandung dalam ASI. Selain itu dapat
13
disebabkan oleh MP-ASI yang kurang kandungan vitamin A, gangguan absorbs
vitamin A atau pro vitamin A (Penyakit pancreas,diare kronik,KEP),gangguan
konversi pro vitamin A menjadi vitamin A.
Akibat kekurangan vitamin A:
Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi (misalnya
sakit batuk,diare dan campak)
Rabun Senja (anak tak dapat melihat suatu benda,jika ia tiba-tiba berjalan dari
tempat yang terang ke tempat yang gelap). Rabun senja dapat berakhir pada
kebutaan.
Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A:
Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung sumber vitamin A, seperti
hati ayam.
Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna
Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau dimasak dengan
santan,sebab vitamin a larut dalam minyak santan
Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan di posyandu.
Kenapa di jawa barat dan di sumatera barat banyak yang mengalami kekurangan
vitamin A? padahal orang jawa barat mempunyai kebiasaan mengkonsumsi sayuran
dan pasokan pangan dan ketersediaan pangan sumber vitamin A pun banyak
Jawaban : karena rata-rata orang jawa barat mengkonsumsi makanan yang
mengandung rendah lemak dan protein padahal lemak itu diperlukan dalam
metabolisme vitamin A dan vitamin A dapat larut dalam tubuh karena adanya lemak.
14
Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada ibu segera setelah melahirkan.
Pemerintah terus berupaya menanggulangi penyakit gizi ini hingga sejak tahun 2006
telah dapat ditangani,namun karena kekurangan vitamin A (KVA) pada balita dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Maka,suplementasi vitamin A tetap harus diberikan
pada balita. Berikut upaya yang telah dilakukan pemerintah:
Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
Fortifikasi vitamin A (Susu,MSG,tepung terigu,mie instan).
Distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU
pada bulan februari dan agustus ), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-
12bulan (100.000 IU)
Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
UNICEF/HKI/IVACG, 1996 sebagai berikut:
1. Buta Senja (XN)
Penyakit ini terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.Pada keadaan
ringan sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang
setelah lama berada di cahaya terang.Penglihatan menurun pada senja hari,
dimana penderita tak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya,
sehingga disebut buta senja. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup
menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga kadar vitamin A
darah yang menurun yang berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh retina
mata untuk membentuk pigmen penglihatan rodopsin. Kemampuan melihat
dalam kedaan samar-samar dihubungkan dengan ujung-ujung saraf
(road dan cone) yang terdapat dalam retina.Cone terutama bereperan dalam
cahaya siang dan membedakan warna sedangkan roadmengontrol penglihatan
pada malam hari (Almatsier 2006).
2. Xerosis Konjungtiva (X1A)
15
Penyakit ini merupakan pengeringan selaput permukaan kelopak mata dan
bola mata (Depkes 2003).
3. Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B)
Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan
tanda khas pada penderita xerophtalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria
penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.Pada keadaan berat
tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva, konjungtiva
tampak menebal berlipat-lipat dan berkerut (Depkes 2003).
4. Xerosis Kornea (X2)
Pada penyakit ini kornea akan tampak suram dan kering dengan permukaan
tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita
penyakit infeksi dan sistemik lain) (Depkes 2003).
5. Keratomalasia dan Ulcus Kornea (X3A dan X3B)
Keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi
kornea (kornea pecah). Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir
dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat
tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat
memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus
melalui tahap-tahap awal xerophtalmia (Depkes 2003).
Kekurangan vitamin A pada taraf ringan seperti XN dan XIB dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin A
berpengaruh terhadap sintesis protein dan perkembangan tulang dan sel epitel
yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Makin rendah kadarserum
Vit. A makintinggi penyakitinfeksi dan kurangenergi protein. Pada
kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak
normal.Vitamin A berupa asam retinoat berperan dalam anak-anak yang
terjadi kegagalan dalam pertumbuhan (Almatsier 2006)
GAKY (GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM)
16
GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi suatu
masyarakat melainkan dengan geografis. Penyakit ini merupakan masalah dunia
yang terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium. Kekurangan yodium saat janin yang berlanjut dengan gagal
dalam pertumbuhan anak sampai usia 2 tahun dapat berdampak buruk pada
kecerdasan secara permanen.
Definsi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjer tiroid
secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjer gondok. Beriku spektrum
gangguan akibat kekurangan yodium.
Pada fetus (janin): abortus,lahir mati,kematian parinatal,kematian
bayi,kretinisme nervosa (bisu tuli,defisiensi mental,mata juling), cacat
bawaan,kretinisme,kerusakan psikomotor.
Anak dan remaja: gondok,gangguan fungsi mental (IQ rendah),gangguan
perkembangan.
Dewasa: gondok,hipotiroid,gangguan fungsi mental.
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) dapat di atasi melalui garam yang
telah difortifikasi yodium sesuai standar berikut adalah
pencegahan/penanggulangan GAKY:
Setiap kali memasak,selalu gunakan garam beryodium di rumah
tangga.
Untuk daerah gondok endemik,anak-anak 1-5 diberi kapsul yodium
selama 1 tahun.
Bila anak dengan pembesaran kelenjer gondok atau kerdil harus segera
melaporkannya pada petugas kesehatan di puskesmas.
Program pemerintah dalam pencegahan kekurangan yodium :
17
- Suntik yodium setiap 4 tahun
- Kapsul yodium
ANEMIA GIZI BESI (AGB)
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu
atau beberapa bahan yang di perlukan untuk pematangan eritrosit. Anemia gizi
besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
Prevalensi tertinggi terjadi di daerah miskin,gizi buruk dan penderita infeksi.
Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi menjadi salah satu
penyebab terjadinya disfungsi oleh permanen. Difisiensi zat besi menurunkan
jumlah oksigen untuk jaringan,otot keangka,menurunnya kemampuan berfikir srta
erubahan tingkah laku.
Penderita anemia gizi besi akan mengalami gejala seperti berikut:
pucat,lemah,lesu,sering berdebar, sakit kepala,dan jantung membesar. Hal ini
akan mengakibatkan produktivitas rendah.
AGB dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengandung zat besi, konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi,infeksi
penyakit. Selain itu juga dapat disebabkan oleh distribusi makanan yang tidak
merata ke seluruh daerah.
Anemia, gizi kurang zat besi masih ditemukan pada 26,3% balita
indonesia tahun 2006. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko bayi
yang dilahirkan menderita kuang zat besi juga yang berdampak pada penurunan
kecerdasan anak. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk
menanganinya diantaranya:
Pemberian komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) serta suplemen
bertambah pada ibu hamil maupun menyusui.
18
Pembekalan KIE keada kader dan orang tua serta pemberian suplemen
dalam bentuk multivitamin pada balita.
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agarlebih
memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemberian suplemen
tambahan kepada anak sekolah.
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian
suplemen kepada tenaga kerja wanita.
Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB oada wanita usia
subur.
2.3 GIZI LEBIH
Seiring dengan perkembangan teknologi,termasuk teknologi
pertanian,transportasi,dan informasi,terjadi juga perubahan aktifitas fisik dari pola
aktivitas aktif menjadi pola aktifitas kurang aktif. Hal ini di ikuti pula oleh transisi
gizi yang ditandai dengan perubahan pola makan,taraf aktivitas fisik,dan
komposisi tubuh.
Pola makan berubah menjadi fastfood atau junkfood. Aktivitas fisik
berubah dari aktivitas fisik aktif menjadi kurang aktif akibat perubahan struktur
pekerjan dan waktu luang untuk menonton televisi. Dengan pola aktivitas yang
semakin rendah mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang mengalami
kelebihan gizi, berupa overweight dan obesitas.
Obesitas adalah penyakit gizi berupa akumulasi jaringan lemak secara
berlebihan diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh prilaku makan yang
berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan,aktifitas fisik yang
rendah,gangguan psikologis,laju pertumbuhan yang sangat cepat,genetik atau
faktor keturunan juga gangguan hormon.
19
Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang melebihi
kebutuhan tubuh dan biasanya disertai aktivitas jasmani. Ciri-ciri obesitas adalah
sebagai berikut:lebih berat dan lebih tinggi dari anak seusianya, hidung dan mulut
relatif kecildengan dagu yang berbentuk ganda, perut cenderung membuncit,
karna malu malas untuk bergaul danbermain dengan teman.
Kegemukan menurut distribusi lemak
Tipe andarioid (banyak pada pria/wanita yang menopouse)
Tipe ginoid (banyak pada wanita (berisiko lebih kecil,sukar turun
BB)
Kegemukan menurut kondisi sel
Tipe hiperlastik (jml.sel lemak)
Tipe hipertropik (ukuran sel >)pada wanita
Tipe hiperlastik-hipertropik
Kegemukan menurut umur
Saat bayi,anak-anak,dewasa
Kegemukan menurut tingkatan
Simple obesity (>20% BB ideal)
Mild obesity (>20-30% BB ideal)
Moderat obesity (>30-60% BB ideal)
Morbid obesiy (>60%)
Program pemerintah dalam mengatasi masalah gizi kurang
20
Program perbaikan gizi makro diarahkan pada kelompok wanita usia subur,
pria/wanita dewasa, bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu
yang mempunyai balita, balita dan anak sekolah.
1. Tujuan Umum:
Menurunkan masalah gizi makro utamanya masalah kurang energi protein
terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan.
2. Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan keadaan gizi keluarga dengan mewujudkan perilaku keluarga
yang sadar gizi
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerataan kegiatan pelayanan gizi ke
seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu
untuk menurunkan prevalensi masalah gizi kurang dan gizi lebih
4. Meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk yang
benar-benar membutuhkan.
Subsidi langsung
Subsidi diberikan dalam bentuk paket dana (BLT) untuk pembelian makanan
tambahan,RASKIN dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan ibu hamil kurang
energi kronis
21
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi
merupakan hal yang komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada lima masalah gizi
utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi
(AGB), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) dan Obesitas. Energi dan protein merupakan zat gizi makro, sedangkan
zat besi, vitamin A dan Iodium merupakan zat gizi mikro. Banyak faktor yang
mempengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari
masalah-masalah di atas terus meningkat, yang secara otomatis juga
meningkatkan angka kematian penduduk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kekurangan pangan, penyakit infeksi seperti cacingan, lingkungan
yang kurang bersih serta penyebab tidak langsung lainnya seperti pola asuh orang
tua.
b. Saran
Sebaiknya, untuk mengurangi angka kematian akibat masalah-masalah
gizi di atas pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan
berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi
bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro,
meningkatkan program gizi berbasis masyarakat, dan memperbaiki sektor lain
yang treakit erat dengan gizi (pertanian, air dan sanitasi, perlindungan,
pemberdayaan masyarakat dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit angka-
angka akibat masalah gizi di atas dapat dikurangi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. “Masalah-Masalah Gizi di Indonesia” dalamhttp://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/ diakses pada 27 November 2012 pukul 21.00
Anonim. 2012.”Gangguan Akibat Kekurangan Yodium” dalamhttp://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/05/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.08
Anonim. 2012. “Anemia Gizi Besi” dalamhttp://keperawatankomunitas.blogspot.com/2012/01/anemia-gizi-besi.htmldiakses pada 27 November 2012 pukul 21.10
Anonim.2010. “Obesitas Kini Semakin Mewabah” dalamhttp://health.kompas.com/read/2010/11/02/09285713/Obesitas.Kini.Semakin.Mewabah diakses pada 27 November 2012 pukul 21.10
Anonim. 2011. Gizi Buruk Ancam 4 Juta Anak Indonesia” dalamhttp://liputankita.com/berita-liputankita/gizi-buruk-ancam-4-juta-anak-indonesia-liputankita.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.18
23
top related