makalah ibuprofen
Post on 01-Jan-2016
1.071 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibuprofen, turunan asam propionat fenil, berfungsi sebagai anti-inflamasi non-steroid,
analgesik, dan antipiretik. Dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Kelarutan sangat buruk dalam air
dan penyerapan dalam oral terbatas, yang mengarah ke masalah bioekuivalen. Dengan
demikian, pelepasan yang diinginkan adalah penyerapan ibuprofen yang cepat, yaitu
prasyarat untuk onset of action cepat.
Bioavailabilitas obat tergantung pada kelarutan dan atau laju disolusi, dan tingkatan
pelepasan untuk menentukan awal aktivitas terapeutik. Oleh karena itu, obat yang sulit larut
dalam air seperti ibuprofen memiliki karakteristik biovaibilitas yang rendah karen penyerapan
yang kurang, yang menjadi perhatian dalam dunia industri farmasi. Beberapa cara dapat
meningkatkan kelarutan obat yang sulit larut dalam air, salah satunya adalah metode freeze-
drying dan mikroemulsi.
Freeze-drying, biasa dikenal juga dengan lyophilization adalah proses dehidrasi yang
membuat material/zat aktif mudah dalam transportasi dan penyimpanan. Freeze-drying
bekerja dengan membekukan material dan mengurangi tekanan sekitar untuk membebaskan
air es yang ada dalam material untuk langsung mensublimasi dari fase padat ke fase gas,
memberikan obat cepat larut bila kontak dengan air. Beberapa cara untuk meningkatkan
kelarutan dan bioavaibilitas obat adalah dengan metode freeze-drying dan mikroemulsi.
Mikroemulsi mampu melindungi obat terhadap oksidasi, hidrolisis enzimatik dan
meningkatkan kelarutan obat yang tentunya akan meningkatkan bioavaibilita. Formulasi
mikroemulsi membuat bioavaibilitas dan konsentrasi plasma obat lebih di reproduksi yang
tentunya sangat penting dalam mengatasi efek samping yang cukup serius. Freeze-drying
mempercepat ibuprofen untuk larut dalam air dengan menggunakan beberapa bahan
tambahan.
1.2 Tujuan
Dapat memahami pembuatan mikrokapsul dengan menggunakan metode freeze-
drying
1
Mengetahui sifat bahan aktif dan bahan tambahan yang akan digunakan
Membuat formulasi yang sesuai dengan metode freeze-drying
Mengetahui cara memperbaiki waktu paruh dan kelarutan yang sesuai
1.3 Rumusan Masalah
Mikrokapsul metode freeze-drying
Sifat fisika-kimia bahan aktif
Kelarutan bahan aktif
Pengertian bahan aktif dan bahan tambahan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah proses fisik dimana bahan aktif (bahan inti), seperti partikel
padatan, tetesan air ataupun gas, dikemas dalam bahan sekunder (dinding), berupa lapisan
film tipis. Proses ini digunakan untuk melindungi suatu zat agar tetap tersimpan dalam
keadaan baik dan untuk melepaskan zat tersebut pada kondisi tertentu saat digunakan. Ide
dasar mikroenkapsulasi berasal dari sel, yaitu permeabilitas selektif membran sel
memberikan perlindungan terhadap inti sel dari kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan
berperan dalam pengaturan metabolisme sel. Mikroenkapsulasi yang berkembang saat ini
menggunakan prinsip yang sama untuk melindungi bahan aktif dari kondisi lingkungan yang
tidak mendukung.
Proses mikroenkapsulasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu metode kimia,
metode fisikokimia dan mekanik. Metode kimia meliputi polimerisasi antar permukaan,
polimerisasi in situ, dan insolubilisasi. Metode fisikokimia meliputi pemisahan fase dari
larutan air, pemisahan fase dari pelarut organik, kompleks emulsi dan powder bed.
Sedangkan yang termasuk dalam metode mekanik adalah penyalutan suspensi udara atau
metode wurster, penyemprot kering, penyalutan hampa udara dan aerosol elektrostatik.
(Bartkowiak, 2001)
Gambar. Wujud mikrokapsul dalam mikrosop elektron.
3
Pada umumnya mikroenkapsulasi dengan metode pemisahan fase terjadi melalui tiga
tahap dalam suatu pengadukan yang sinambung (Bakan, 1986), yaitu:
a. Tahap pembentukan fase kimia yang tidak saling bercampur yaitu fase
cairan pembawa, fase bahan inti dan fase bahan penyalut.
b. Penempelan penyalut pada permukaan inti yang terjadi jika polimer diadsorbsikan
pada antar permukaan yang terbentuk antara materi inti dan pembawa/air.
c. Tahap pengerasan dinding mikrokapsul.
2.2 Metode Freeze-drying
Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metoda pengeringan yang
mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk
produk-produk yang sensitif terhadap panas. Pengeringan beku merupakan proses
pengeluaran air dalam keadaan beku dari suatu produk melalui cara sublimasi, yang
dilakukan pada suhu dan tekanan rendah (Fajri 2002).
Proses pembekuan pada pengeringan beku akan menentukan hasil akhir produk yang
dikeringkan. Pembekuan lambat akan menyebabkan terbentuknya kristal es yang besar yang
tersususn pada ruang antar sel dengan ukuran pori-pori yang besar dan ukuran pori yang
dihasilkan akan berbanding lurus dengan suhu yang digunakan pada proses pembekuan
(Heldman dan Singh, 1981).
Fennema (1964) menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi laju pembekuan
bahan pangan, yaitu; (1) beda suhu antara produk dengan medium pendingin, (2) cara pindah
panas ke dalam produk dan di dalam produk, (3) ukuran, bentuk dan tipe kemasan, (4) ukuran
, bentuk dan sifat termofisik bahan yang dibekukan.
Liapis dan Bruttini (1995) mengatakan bahwa proses pengeringan beku
melibatkan tiga tahap berikut :
a. Tahap pembekuan; pada tahap ini bahan pangan atau larutan didinginkan
hingga suhu di mana seluruh bahan menjadi beku.
b. Tahap pengeringan utama; di sini air dan pelarut dalam keadaan beku dikeluarkan
secara sublimasi. Dalam hal ini tekanan ruang harus kurang atau mendekati
tekanan uap kesetimbangan air di bahan baku. Karena bahan pangan atau larutan
4
bukan air murni tapi merupakan campuran 18 bersama komponen-komponen
lain, maka pembekuan harus dibawah 0°C dan biasanya di bawah -10°C atau
lebih rendah, untuk tekanan kira-kira 2 mmHg atau lebih kecil. Tahap utama ini
berakhir bila semua air beku telah tersublim.
c. Tahap pengeringan sekunder; tahap ini mencakup pengeluaran uap air hasil
sublimasi atau air terikat yang ada di lapisan kering. Tahap pengeringan sekunder
dimulai segera setelah tahap pengeringan utama berakhir.
2.3 Bahan Aktif
Ibuprofen
Sebuah hablur putih atau hampir putih, kristal bubuk atau kristal berwarna. M.p. 75 °
sampai 78 °. praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam aseton, dalam
diklorometana, dan dalam metil alkohol, larut dalam larutan encer hidroksida alkali dan
karbonat (Ph. Eur. 6.2).
Sebuah hablur putih atau hampir menyerupai putih bubuk kristal memiliki bau yang
sedikit khas. Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam alkohol, dalam aseton, dalam
kloroform, dan dalam metil alkohol, sedikit larut dalam etil asetat. Simpan dalam kedap udara
(USP 31).
Ibuprofen diserap dari saluran penceraan dan konsentrasi plasma obat puncaknya
adalah 1-2 jam setelah dikonsumsi. Ibuprofen juga bisa diserap pada penggunaan rektal. Juga
ada pada penggunaan topikal, penyerapan pada kulit dari gel sekitar 5% dari dosis oral.
Terikat pada protein plasma dan memiliki waktu paruh sekitar 2 jam. Hal ini cepat
diekskresikan dalam urin sebagai hasil metabolit dan konjugasi. Sekitar 1% diekskresikan
dalam urin sebagai ibuprofen yang tidak berubah dan sekitar 14% sebagai ibuprofen yang
terkonjugasi.
Memiliki efek yang sedikit dalam saluran pencernaan dari pada obat antinflamasi
non-steroid lainnya, walaupun begitu dapat menyebabkan dispepsia, mual dan muntah,
pendarahan saluran cerna serta tukak lambung.
5
2.4 Bahan Tambahan
Gelatin
Sebuah protein murni diperoleh baik secara parsial hidrolisis asam (tipe A), dengan
hidrolisis basa parsial (tipe B), atau dengan hidrolisis enzimatik kolagen dari hewan
(termasuk ikan dan unggas), tetapi juga dapat menjadi campuran dari berbagai jenis.
Hidrolisis menyebabkan pembentuk gel dan non-gel nilai produk. Nilai pembentuk gel
dicirikan oleh kekuatan gel (nilai Bloom). Hal ini tidak cocok untuk digunakan parenteral
atau untuk keperluan khusus lainnya. Sebuah padat coklat kekuningan agak kuning atau
cahaya, biasanya terjadi sebagai lembar tembus, cabik, bubuk, atau butiran. Nilai gel gelatin
membengkak dalam air dingin dan pemanasan memberikan solusi koloid yang pada
pendinginan selanjutnya membentuk lebih atau perusahaan kurang gel. Gelatin praktis tidak
larut dalam organik umum pelarut. Gelatin yang berbeda membentuk larutan air yang
bervariasi dalam kejelasan dan warna. Sebuah solusi 1% dalam air pada sekitar 55 ° memiliki
pH 3,8-7,6. Melindungi dari panas dan kelembaban. (Ph Eur. 6.2).
Gelatin digunakan dalam penyusunan pasta, pastiles, supositoria, tablet, dan keras dan
lunak kerang kapsul. Hal ini juga digunakan untuk mikroenkapsulasi obat-obatan dan bahan
industri lainnya. Telah digunakan sebagai kendaraan untuk suntikan: pencair Pitkin, yang
terdiri dari gelatin, glukosa, dan asam asetat, telah digunakan dalam bentuk modifikasi untuk
heparin sementara dihidrolisis gelatintelah digunakan untuk corticotropin.
Sorbitol
RM : C66H14O6
B BM : 182,17
Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih rasa manis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol,
metanol dan asam asetat.
K Konsentrasi : 20 – 35%
Khasihat : Pemanis.
Stabilitas : Dapat bercampur dengan kebanyakan bahan tambahan, stabil di
udara, keadaan dingin dan asam basa encer.
6
O OTT : Ion logam divalent dan trivalent dalam asam kuat dan suasana basa.
P Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
Sorbitol yang dikenal juga sebagai glusitol, adalah suatu gula alkohol yang
dimetabolisme lambat di dalam tubuh. Sorbitol diperoleh dari reduksi glukosa, mengubah
gugus aldehid menjadi gugus hidroksil, sehingga dinamakan gula alkohol.
Sorbitol digunakan sebagai pemanis buatan pada produk permen bebas gula dan sirup
obat batuk. Zat ini juga dikenal sebagai pemanis yang memiliki nilai gizi karena mengandung
energi sebanyak 2,6 kkal per gram. Selain digunakan sebagai pemanis pengganti gula,
sorbitol juga digunakan sebagai obat pencahar non stimulan. Sorbitol bekerja dengan cara
menarik air menuju usus besar, sehingga merangsang pergerakan usus.
(FI IV hal. 756, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 679)
R
Formaldehid
(Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : FORMALDEHID
Nama Lain : Formalin
RM / BM : C2H4O / 30,03
Pemerian : Cairan tidak berwarna, uap dapat mengeluarkan air
mata, baunya sangat merangsang selaput lendir hidung
dan tenggorokan.
Kelarutan : dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95 %).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
sebaiknya pada suhu diatas 20oC.
Formaldehid adalah suatu zat kimia yang mengandung unsur-unsur (elemen) karbon,
hidrogen dan oksigen. Mempunyai formula kimia HCHO, sedangkan berat molekulnya (berat
massanya) 30,03 g/mol. Dalam keadaan normal berbentuk gas (titik didihnya -19,3oC).
Formaldehid berbau sangat keras dan irritan. Biasanya dijual dalam bentuk cairan yang terdiri
dari formaldehid 37% -73% dalam air, dan metanol 0,5% – 15% untuk mencegah
pembentukan polimer. Bisa juga dijual dalam bentuk puyer atau tablet yaitu dalam bentuk
paraformaldehid, yang mengandung 91% atau lebih formaldehid. Beratnya dalam bentuk gas
hampir sama dengan udara yaitu 1,03 kali berat udara.
7
Paraffin Liquid
(Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI IV hlm. 652)
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak
berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin
dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat : Laksativ (pencahar)
Dosis : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.
Paraffin liquid adalah minyak putih yang banyak digunakan untuk pembuatan kosmetik dan/
atau untuk tujuan medis. Namun para ahli tidak mengajurkan menggunakan untuk jangka
waktu yang lama.
Glycine
Hal ini diperoleh dengan penyulingan, pemutihan, hidrogenasi, dan deodorisasi
minyak kedelai. Ini terutama terdiri dari trigliserida asam palmitat stearat dan dan merupakan
putih atau hampir putih massa atau bubuk yang meleleh yang jelas, cairan kuning pucat
ketika dipanaskan. Praktis tidak larut dalam air, sangat sedikit larut dalam alkohol; bebas
larut dalam diklorometana, dalam roh minyak setelah pemanas, dan toluena. Lindungi dari
cahaya (Ph Eur. 6.2).
Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada skleroprotein.
Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil hidrolisis gelatin.
Lesitin
Lesitin merupakan suatu protein yang dapat membentuk emulsi yang terbuat dari
jaringan protein hewan (Kinsela, 1979). Sifat fungsional lesitin dapat membentuk film atau
8
lapisan tipis dan gel yang cukup baik selain fungsinya sebagai penstabil atau emulsifier.
Fungsi lain lesitin lainnya adalah sebagai antioksidan (Winarno, 1988).
Carboxymetil selulosa (CMC)
CMC (carboxymethyl cellulose) dapat berfungsi sebagai penguat dari dinding
mikrokapsul. Bahan kimia seperti formaldehida, benzoat, flourida, senyawa sulfit dan borak
dapat ditambahkan ke dalam bahan pangan berlemak dengan tujuan untuk mempertahankan
atau menghambat pertumbuhan mikroba. Pemakaian antiseptik tersebut dalam bahan pangan
perlu mendapat perhatian khusus karena dapat meracuni atau mempengaruhi metabolisme
tubuh bahkan dapat menimbulkan kanker dari akulmulasinya (Bartkowiak, 2001).
Gum Arab
Gum arab yang tidak larut dalam minyak dan juga tidak larut pada pelarut organik
memiliki sifat yang unik, larut dalam air pada konsentrasi 40 - 50 % (Gliksman,1969).
9
BAB III
METODOLOGI
3.1 Mikroenkapsulasi Freeze-drying Ibuprofen
Sekitar 2% b/v larutan gelatin dalam air disiapkan terlebih dahulu dengan cara
merendam gelatin dalam air sampai hidrasi lengkap. Gelatin yang terhidrasi diaduk
menggunakan pengaduk sampai solusi yang jelas diperoleh. Bobot yang berbeda glisin dan
sorbitol yang ditambahkan ke dalam larutan gelatin sambil diaduk sampai benar-benar
dibubarkan. Glycine (digunakan untuk mencegah penyusutan tablet selama manufaktur) dan
sorbitol (digunakan untuk menanamkan kristalinitas, kekerasan, dan elegan untuk tablet)
adalah bahan terkenal dan diterima digunakan dalam menyiapkan tablet freeze-dry.
Persentase eksipien digunakan dioptimalkan selama proses formulasi untuk menghasilkan
tablet yang kuat dan elegan yang dapat dilakukan dengan mudah. Sejumlah serbuk ibuprofen
(10% b / v) kemudian disebarkan di larutan gelatin, glisin, dan sorbitol. Salah satu suspensi
yang dihasilkan dituangkan ke masing-masing kantong kemasan blister tablet untuk
menghasilkan ibuprofen dosis 100 mg dalam setiap tabletnya. Setiap kemasan blister tablet,
masing-masing berisi 10 tablet, kemudian dipindahkan ke freezer pada -22 ° C dan disimpan
dalam freezer selama 24 jam. Tablet beku ditempatkan dalam lyophilizer selama 24 jam
menggunakan Novalyphe-NL 500 Freeze Dryer (Savant Instrumen, Holbrook, NY) dengan
suhu kondensor -52 ° C dan tekanan 7 × 10-2 mbar. Para LTs disimpan dalam desikator
selama kalsium klorida (0% kelembaban relatif) pada suhu kamar sampai digunakan lebih
lanjut. Empat kemasan blister berisi total 40 tablet diproduksi dalam menjalankan setiap.
Delapan tablet dipilih secara acak (dua dari masing-masing pack) diuji untuk keseragaman
kandungan obat. Isi obat rata-rata% ditemukan menjadi 94,1% ± 1,20.
3.2 Karakteristik Mikrokapsul
Karakteristik mikrokapsul yang dilakukan uji meliputi pemeriksaan morfologi,
distribusi ukuran partikel, kandungan ibuprofen dalam mikrokapsul, dan profil pelepasan
ibuprofen dari mikrokapsul.
10
3.2.1 Morfologi Mikrokapsul
Pemeriksaan morfologi mikrokapsul dan serbuk ibuprofen dilakukan dengan
menggunakan mikroskop elektron. Sampel mikrokapsul dan serbuk ibuprofen dilapisi "emas"
sesuai dengan prosedur standar untuk pengukuran menggunakan mikroskop elektron.
3.2.2 Distribusi Ukuran Partikel
Penentuan distribusi ukuran partikel delakukan dengan cara menggunakan pengayak
bertingkat otomatis dengan menggunakan pengayak bertingkat otomatis dengan diameter
lubang yang berbeda-beda (315, 400, 500, 680, dan 710 mikronmeter). Mikrokapsul dari tiap
fraksi dikumpulkan dan ditimbang kemudian ditentukan presentase bobot tiap fraksi terhadap
bobot total mikrokapsul yang diperoleh.
3.2.3 Uji Disolusi Ibuprofen dari Mikrokapsul
Pengujian dilakukan dengan alat disolusi tipe 2 (dayung). Mikrokapsul yang setara
dengan 100mg ibuprofen ditempatkan pada labu disolusi dalam medium simulasi cairan usus
yaitu dapar fosfat pH 72 pada suhu 37oC dengan kecepatan putar 100rpm selama 24 jam
pengamatan. Uji pelepasan juga dilakukan dalam medium simulasi cairan lambung, yaitu
pada larutan HCl pH 1,2 selama 2 jam. Kadar ibuprofen diukur dengan sprektofotometer UV
pada panjang gelombang max 223nm.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Contoh-contoh Formulasi
Formula
Zat
Perbandingan dalam (%) b/v
1 2 3 4 Karakteristik
Ibuprofen
10 10 10 10Pemerian : Sebuah hablur
putih atau hampir
menyerupai putih bubuk
kristal memiliki bau yang
sedikit khas. Praktis tidak
larut dalam air; sangat
larut dalam alkohol,
dalam aseton, dalam
kloroform, dan dalam
metil alkohol, sedikit
larut dalam etil asetat.
Simpan dalam kedap
udara
Gelatin
1 1 1,5 1,5 Pemerian : Gelatin
praktis tidak larut dalam
organik umum pelarut.
Gelatin yang berbeda
membentuk larutan air
yang bervariasi dalam
kejelasan dan warna.
Sebuah solusi 1% dalam
12
air pada sekitar 55 °
memiliki pH 3,8-7,6.
Melindungi dari panas
dan kelembaban
Sorbitol
1 - - 1 Sorbitol yang dikenal
juga sebagai glusitol,
adalah suatu gula alkohol
yang dimetabolisme
lambat di dalam tubuh.
Sorbitol diperoleh dari
reduksi glukosa,
mengubah gugus aldehid
menjadi gugus hidroksil,
sehingga dinamakan gula
alkohol.
Parafin cair
- - 10 - Pemerian : Transparan,
tidak berwarna, cairan
kental, tidak
berfluoresensi, tidak
berasa dan tidak berbau
ketika dingin dan berbau
ketika dipanaskan.
Kelarutan : Praktis tidak
larut etanol 95%, gliserin
dan air.
Larut dalam jenis minyak
lemak hangat.
Formaldehid - - 5 - Pemerian : Cairan tidak
berwarna, uap dapat
mengeluarkan air mata,
baunya sangat
merangsang selaput
13
lendir hidung dan
tenggorokan.
Kelarutan : dapat
dicampur dengan air dan
dengan etanol (95 %).
Glycine 1 - 1 1 Glisin adalah asam amino
yang paling sederhana
dan terdapat pada
skleroprotein. Pada tahun
1820 Braconnot
menemukan glisin dari
hasil hidrolisis gelatin.
CMC - 10 - - CMC (carboxymethyl
cellulose) dapat berfungsi
sebagai penguat dari
dinding mikrokapsul.
Bahan kimia seperti
formaldehida, benzoat,
flourida, senyawa sulfit
dan borak dapat
ditambahkan ke dalam
bahan pangan berlemak
dengan tujuan untuk
mempertahankan atau
menghambat
pertumbuhan mikroba.
Gum Arab - 3 - - Gum arab yang tidak
larut dalam minyak dan
juga tidak larut pada
pelarut organik memiliki
sifat yang unik, larut
dalam air pada
konsentrasi 40 - 50 %
14
(Gliksman,1969).
Lesitin - 5 - - Lesitin merupakan suatu
protein yang dapat
membentuk emulsi yang
terbuat dari jaringan
protein hewan (Kinsela,
1979). Sifat fungsional
lesitin dapat membentuk
film atau lapisan tipis dan
gel yang cukup baik
selain fungsinya sebagai
penstabil atau emulsifier.
Fungsi lain lesitin lainnya
adalah sebagai
antioksidan (Winarno,
1988).
Pada formulasi 1: Pada formulasi ini menggunakan sorbitol dengan glisin 1 : 1 yang dapat
memberi kekuatan pada tablet dan memberikan bentuk yang baik serta memberi kesan
elegan.
Pada formulasi 2 : Pada formulasi ini gelatin dan gum arab akan bekerja bersama untuk
mengemulsi si ibuprofen, yang kemudian menggunakan asam amino lesitin serta tambahan
CMC.
Pada formulasi 3 : Pada formulasi ini, mikrokapsul terbentuk karena emulsifikasi gelatin
ketika memasuki fase organik. Penambahan formaldehid tersebut akan menyebabkan
terjadinya pengerasan pada mikrokapsul karena terjadi reaksi antara formaldehid dan gelatin.
Dari beberapa formulasi yang tersedia, formulasi kami adalah menurut kami yang terbaik
karena akan membentuk tablet yang sangat baik dari formulasi lain, dengan gelatin 2%
diharapkan dapat membentuk bentuk tablet yang baik dan elegan.
15
Kami menunjukkan bahwa mikroenkapsulasi ibuprofen terbuat dari bahan banyak
digunakan, aman, eksipien larut dalam air adalah layak untuk meningkatkan kelarutan dan
meningkatkan laju disolusi ibuprofen. Karena teknologi untuk skala produksi pembuatan
sekarang tersedia, kami rasa bahwa formulasi yang kami kembangkan ini layak untuk
memudahkan industrialisasi, up scaling, dan manufaktur. Hasil yang diperoleh dikaitkan
dengan pembentukan amorf obat dalam matriks terliofilisasi berpori dan mungkin
pengurangan dari ukuran partikel obat.
16
BAB V
KESIMPULAN
Faktor yang mempengaruhi karakteristik mikrokapsul adalah seperti kecepatan
pengadukan,perbandingan konsentrasi gelatin dengan ibuprofen dan waktu pengerasan
mikrokapsul. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mikroenkapsulasi adalah antara lain
sifat fisika-kimia bahan aktif dan tambahan, medium mikroenkapsulasi, metode
mikroenkapsulasi sifat dan struktur dinding mikrokapsul dan kondisi dari penggunaan
mikrokapsul. Hasil penelitian yang kami buat adalah mikrokapsul Ibuprofen freeze-dry.
Pengeringan beku telah dikenal dan diakui sebagai metode pengeringan yang dapat
memberikan mutu hasil pengeringan paling baik dibandingkan dengan metode pengeringan
lainnya (Liapis dan Bruttini, 1995). Proses pengeringan beku terdiri dari tiga tahap, yaitu
tahap pembekuan, tahap pengeringan primer dan tahap pengeringan sekunder (Liapis dan
Bruttini, 1995). Keunggulan produk hasil pengeringan beku antara lain adalah mempunyai
struktur yang tidak mengkerut sehingga memungkinkan rehidrasi yang cepat, retensi flavor
tinggi karena pengeringan berlangsung pada suhu rendah, daya hidup, dan rekonstitusi sel-sel
hidup pada produk kering beku tetap tinggi.
Ibuprofen memiliki waktu paruh biologis yang pendek yaitu lebih kurang dua jam
sehingga perlu digunakan berulangkali dalam sehari. Dalam bentuk tablet, pada umumnya
digunakan dengan dosis 200 mg sampai 800 mg, tiga sampai empat kali sehari. Hal ini yang
menyebabkan ibuprofen sesuai untuk diformulasikan dalam sediaan lepas lambat
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi Keempat. Jakarta : Depkes RI. Ditjen POM.
Bakan JA dan JL Anderson. 1978. Micoencapsulation. The Theory and Practise
of Industrial Pharmacy 1978; 2nd edition; 384.
Liapis, A. I., and R. Bruttini. 1995. Freeze Drying, p. 309-343. In arun S.
Mujumdar (ed). Handbook of Industrial Drying. Marcel Dekker. Inc.
New York.
Martindale. (2009). Martindale – The Complete Drug Reference. - 36th Edition ed.
Pharmaceutical Press.
Journal :
Mohammad M. N*, dkk. 2013. Formulation and Evaluation of a Flash Ibuprofen Emulsified
Tablet Using Freeze-Drying Technique. Department of Pharmaceutics, College of Pharmacy,
The University of Umm Al-Qura, Holy Mekkah. KSA.
Lannie Hadisoewignyo dan Achmad Fudholi. 2007. Studi pelepasan in vitro ibuprofen dari
matriks xanthan gum yang dikombinasikan dengan suatu crosslinking agent.
Yogaswara Ghema. 2008. Mikroenkapsulasi Minyak Ikan Dari Hasil Samping Industri
Penepungan Ikan Lemuru (Sardiniella Lemuru) Dengan Metode Pengeringan Beku (Freeze
Drying.
18
top related