makalah generasi muda
Post on 05-Jul-2015
3.055 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu kebijakan pendidikan nasional di Indonesia terbaru adalah dengan
melaksanakan pendidikan berkarakter nilai nilai bangsa pada sekolah sekolah yang
ada di Indonesia. Berdasarkan UU Sistem Pendidikan nasional No 20 tahun 2003
pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi: Mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pelaksanaannya di mulai tahun pelajaran 2010/2011, merupakan Salah satu
tindakan dalam mencapai prioritas dalam pembangunan nasional pada sektor
pendidikan seperti tertuang dalam Inpres No. 1 Tahun 2010 : 4 tentang
“Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai‐nilai
budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh,kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik,berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,(16) Peduli
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab.
Untuk membentuk bangsa tangguh yang mempunyai 18 nilai sumber dari
agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional, dimulai dari pendidikan
dan pembentukan karakter generasi muda sebagai generasi penerus perjuangan
bangsa. Salah satu cara untuk pembentukan karakter generasi muda yaitu dengan
“Pendidikan Kewarganegaraan”
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa itu Pendidikan yang berkarakter bangsa?
2. Apa Peran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pembentuk
karakter generasi muda?
BAB I
1
1
1.3 Tujuan
Setelah kita membahas mengenai makalah ini diharapkan kita akan
mengetahui mengenai pendidikan yang berkarakter, Poin peran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai wahana pembentuk karakter generasi muda.
2
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan yang berkarakter bangsa
Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat
pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam
proses pendidikannya.
18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:
a) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e) Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
g) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
h) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
i) Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
BAB II
3
1
j) Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k) Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
l) Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
m) Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
n) Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
o) Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p) Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q) Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
r) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter warga negara yang baik merupakan tujuan universal yang ingin
dicapai dari pendidikan kewarganegaraan di negara-negara mana pun di
dunia.Sebagai contoh,di kanada pembentukan karakter warga negara yang baik
melalui pendidikan kewarganegaraan diserahkan kepada pemerintah negara-negara
bagian.Dalam konteks indonesia,di era orde baru pembentukan karakter warga negara
tampak ditekankan kepada mata pelajaran seperti pendidikan moral pancasila (PMP),
4
1
maupun pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) bahkan pendidikan
sejarah perjuangan bangsa (PSPB).Di era pasca orde baru,kebijakan pendidikan
karakter pun ada upaya untuk menitipkanya melalui pendidikan agama di samping
pendidikan kewarganegaraan.
Persoalan apakah nilai-nilai pembangunan karakter yang di ajarkan dalam
setiap mata pelajaran harus bersifat ekplisit atau kah implisit saja,ini perlu dilakukan
agar dapat dipahami betapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan di setiap periode
kehidupan bernegara di indonesia untuk membangun warga negara yang baik
meskipun dengan aksentuasi yang berbeda.
2.2 Pembangunan Karakter Berbasis Pendidikan Kewarganegraan
Perkembangan pendidikan kewarganegaraan di indonesia mengalami
perubahan naik turun dari nama pelajaran,muatan,isi kurikulum,maupun buku teks
serta inivasi pembelajarannya.
Ada beberapa konsep tentang pendidikan kewarganegaraan,Cogan (1998:5)
mengartikan pendidikan kewarganegaraan berperan penting sebagai penyiapan
generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki identitas dan
kebangaan nasional,serta memiliki pengetahuan dan kecakapan serta nilai-nilai yang
diperlukan untuk menjalankan hak dan kewajibannya.
Penelitian IEA terhadap implementasi pendidikan kewarganegraan di 28
negara secara umum ditemukan bahwa komponen pendidikan kewarganegaraan
meliputi aspek civiv knowledge,civic engagement dan civic attitudes serta konsep
lainnya (Torney-purta,et.al,2001:179).
Pada tahun 1990-an,pendidikan kewarganegaraan di sejumlah negara di
pahami secara berbeda-beda.Dari kajian Print (1999;2000) terhadap pelaksanaan
pendidikan kewarganegraan di asia dan pasifik,ditemukan ada yang menyebut
pendidikan kewarganegaraan sebagai civic education yang mencakup kajian tentang
pemerintahan,konstitusi,rule of law,serta hak dan tanggung jawab warga
negara.Untuk lainnya,pendidikan kewargenegaraan disebut dengan citizenship
education dengan cakupan dan penekanan meliputi proses demokrasi,parisipasi aktif
warga negara dan keterlibatan warga negara dalam suatu civil society.Namun kajian
civic education memasikan pembelajaran yang berhubungan dengan institusi-institusi
dan sistem yang melibatkan pemerintah,budaya politik,proses demokrasi,hak &
tanggung jawab warga negara,administrasi publik dan sistem peradilan (Print,
1999;2000).
A. Pembentukan Karakter Warga Negara Era Orde Baru
5
1
Dalam kasus rezim orde baru di indonesia,pembentukan karakter warga
negara secara eksplisit dimuat dalam produk politik tertinggi lembaga
negara,MPR ,berupa GBHN yang pada gilirannya diterjemahkan ke dalam
produk policy operasional bidang pendidikan oleh kementrian pendidikan dalam
setiap kabinet pembangunan di bawah presiden soeharto.
Hal menarik dari tujuan pendidikan nasional selam orde baru ialah
bagaimana pendidikan nasional mampu melahirkan manusia-manusia
pembangunan,memiliki karakter diantaranya adalah:sehat jasmani dan
rohani,memiliki pengetahuan dan keterampilan,sikap demokrasi dan penuh
dengan tenggang rasa,cerdas,berbudi pekerti yang luhur,bekerja keras,inovatif
dan kreatif,berkepribadian,dll.
Selama periode orde baru,pendidikan sebagai instrumen pembentukan
karakter warga negara menampakan wujudnya dalam standarisasi karakter warga
negara.Standarisasi itu mencerminkan civic virtues (kebijakan-kebijakan warga
negara) yang disajikan dalam mata pelajaran PMP dan atau PPKn denan
memasukan tafsir pancasila menurut P4 sebagai kontennya.Dibidang
pendidikan,konsekuensi P4 sebagai keharusan pedoman atau arah tingkah laku
warga negara sangat membebani misi pendidikan kewarganegaraan dalam PMP
maupun PPKn.
Dari gambaran tersebut,nilai-nilai yang menjadi materi pokok buku
pembelajaran PMP dan PPKn berasal dari atas (rezim yang sedang
berkuasa),bukan dari kehendak masyarakat pendidikan (arus
bawah).Konsekuensinya nilai-nilai yang menjadi meteri pembelajaran pun
cenderung distortif dan jauh dari aspirasi ilmiah (keilmuan),sehingga PMP
ataupun PPKn terkesan tidak jjauh beda dengan mata pelajarab civics atau pun
kewargaan negara pada masa rezim soekarno 1960an yang cenderung
indoktrinatif.
Di indonesia pendidikan nilai yang mengejawantahkan civic virtues
dalam proses pembelajaran datang dari atas (top down) pengalaman indonesia
tersebut memperkuat anggapan bahwa pendidikan kewarganegaraan sangat kuat
dipengaruhi oleh kepentingan politik.
B. Pembentukan Karakter Warga Negara Era Reformasi
Di masa transisi setelah ketetapan MPR tentang P4 dicabut pada sidang
istimewa MPR November 1998,pendidikan kewarganegaraan sebagaimana mata
pelajaran lainnya pun mengalami reposisi dan revitalisasi.Reposisi yang
dimaksud ialah penyempurnaan beban pembelajaran dan struktur kurikulum
untuk semua satuan pendidikan.Revitalisasi tampak dengan digulirkanya
6
1
kurikulum berbasis kompetensi sebagai penganti model kurikulum sebelumnya
yang sarat dengan beban meteri pelajaran.
Kajian pendidikan kewarganegraan pada awal reformasi di indonesia
mulai diperkenalkan menjelang 2004 dikenal sebagai KBK .Oleh banyak
kalangan,pendidikan kewarganegaraan Dinilai sangat kering dengan muatan nilai
moral,khususnya nilai moral pancasila,namun sangat erat dengan kajian konsep-
konsep politik dan hukum.Cakupan substasi kajian dan kompetensi
kewarganegraan yang diharapkan dari PKN itu sendiri yaitu upaya pembentukan
warga negara yang baik (good citizen) dalam warga negara demokratis yang
bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sistem politik
negaranya,direduksi hanya menjadi semata-mata menghapal nilai-nilai moral.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan secara normatif
dimaksudkan untuk membentuk warga negara yang cerdas,terampil,dan
berkarakter baik,serta setia kepada bangsa dan negara indonesia berdasarkan
pada pancasila dan UUD 1945.Sedangkan tujuan mata pelajaran PPKn ialah
untuk membentuk kemampuan:
1. Berfikir secara kritis,rasional,dan kreatif dalam menaggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab.
3. Pembentukan diri yang didasarkan karekter-karakter positif yang
demokratis.
Secara internal,perubahan politik melalui gerakan reformasi nasional
telah mendorong pembaharuan pendidikan kewarganegraan sebagai bagian dari
gerakan reformasi pendidikan nasional secara keseluruhan.Pilihan reformasi
pendidikan kewarganegaraan tidak semata-mata merubah paradigma kajian yang
menekankan kepada penguasaan subject matters yang dominan aspek
afektif.Tetapi reformasi berarti juga bergeser (berganti) kepada paradigma kajian
yang menekankan kepada penguasaan kompetensi kewarganegaraan bagi siswa
meliputi aspek pengetahuan,aspek keterampilan/kecakapan dan perilaku
(Samsuri,2010).
C. Pengembangan Karakter Warga Negara Demokratis
Bagaimanapun pada hakekatnya,pendidikan kewarganegaraan di negara
manapun di dunia,yang menjadi great ought-nya ialah dasar sistem politik dari
negara yang bersangkutan.Indonesia sudah pasti bahwa dasar kehidupan
berbangsa bernegaranya ialah pancasila,yang dengan sendirinya pendidikan
kewarganegaraan sebagai upaya pembentukan warga negara yang akan
mendasarkan diri kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagaimana diketahui
7
1
P4 merupakan materi pokok dari pendidikan kewarganegaraan selama orde
baru.Penjelasan ini memperlihatkan bahwa reformasi pendidikan khususnya
pendidikan kewarganegaraan tidak dapat dilepaskan dari kepentingan politik
nasional.Dengan demikian,sistem politik sangat kuat mempengaruhi arah politik
pendidikan. (Samsuri,2010:204-205).
Mengikuti rumusan john J.Patrick (1999),peran warga negara baik secara
individual maupun kelompok seperti di lembaga-lembaga kemasyarakatan,dalam
perumusan dan pengambilan keputusan untuk kebijakan publik merupakan salah
satu karakteristik dari sebuah negara demokrasi.Melalui keterlibatan warga
dalam partisipasi publik,warga negara mengembangkan
pengetahuan,kecakapan,kebijakan dan kebiasaan yang membuat demokrasi dapat
bekarja.
Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) atau dengan model
portofolio merupakan pilihan model pembelajaran yang sekarang sering dipilih
sebagai model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.Dalam model
portofolio yang dalam praktik merupakan penerjemahan model project citizen
banyak melatih dan menumbuhkan karakter warga negara tang ideal
(demokratis).Nilai-nilai demokratis,partisipatif,kerjasama,peduli dan peka
terhadap persoalan publik di sekitar siswa,serta belajar otentik terhadap persolan
kewargaan dan publik merupakan sesuatu yang dikembangkan dalam project
citizen
2.3 Peran Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik
yang fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang
kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai
dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara (Prewitt & Dawson, dan Aziz dkk dalam Cholisin,
2004:10). Pendidikan Kewarganegaraan lebih merupakan bentuk pengajaran politik
atau pendidikan politik. Sebagai pendidikan politik berarti fokusnya lebih
menekankan bagaimana membina warga Negara terutama generasi muda yang lebih
baik (memiliki kesadaran politik dan hukum) lewat suatu proses belajar mengajar
(Cholisin, 2004:11). Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana
untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
A. Tujuan dan hal-hal yang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan Pendidikan
Kewarganegaraan pada generasi muda.
9
1
Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan menurut Kurikulum 2004 adalah
untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
a) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;
b) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara;
c) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
d) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (Standar Kompetensi Kewarganegaraan SMA/Aliyah Tahun
2003).
Selain itu, dari sisi teori dan implementasinya mata pelajaran PKn mempunyai
peran yang sangat penting dalam pendidikan untuk mengembangkan pembangunan
karakter melalui peran guru PKn. Sesuai dengan salah satu misi mata pelajaran PKn
paradigma baru yaitu sebagai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang perlu didukung dengan baik
dan nyata, dengan pendidikan karakter yang tepat akan dihasilkan output generasi
muda yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas secara lahir maupun
batin.
PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki muatan dalam
pendidikan moral dan nasioalisme, merupakan sebuah mata pelajaran yang wajib
mengambil bagian dalam proses pendidikan karakter melalui peran guru PKn.
Dengan menerapkan metode pengajaran yang tepat dan didukung oleh semua jajaran
personel dilembaga pendidikan tersebut, maka guru PKn dapat mengambil inisiatif
untuk menjadi pendorong berlangsungnya program pembelajaran karakter tersebut.
Sebagai output dari pembelajaran PKn ini akan diperoleh generasi yang memiliki
sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
Untuk mewujudkan pendidikan PKn sebagai bagian dari pendidikan karakter
yang mengandung moral, nilai, demokrasi serta Pancasila, maka ada beberapa hal
yang perlu dilakukan guru PKn, yakni sebagai berikut:
a) Dalam pembelajaran PKn sebaiknya dilakukan dengan pendekatan
komprehensif, baik komprehensif dalam isi, metode, maupun dalam
keseluruhan proses pendidikan. Isi pendidikan PKn hendaknya meliputi
semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai pribadi sampai nilai-
8
1
nilai etika yang bersifat umum. Selain itu, guru PKn juga perlu memahami
dengan baik mengenai konsep dan indikator karakter yang hendak
diinternalisasikan kepada peserta didik supaya guru PKn dapat membuat
silabus dan RPP dengan baik sehingga dapat melaksanakan pembelajaran
secara efektif.
b) Metode pembelajaran PKn yang digunakan oleh guru PKn, harus
mengembangkan pembelajaran aktif dengan menggunakan banyak metode
belajar seperti penanaman nilai melalui studi pustaka, klarifikasi nilai melalui
mengamati/mengobservasi, analisis nilai melalui pemecahan masalah/kasus,
maupun diskusi kelas untuk menanamkan nilai berpikir logis, kritis, kreatif
dan inovatif.
c) Guru PKn hendaknya menjadi model atau contoh bagi peserta didik sebagai
guru yang berkarakter. Jadi dalam setiap sikap dan tindakan guru PKn harus
menggambarkan karakter yang diinternalisasikan kepada peserta didiknya.
d) Untuk mewujudkan PKn sebagai bagian dari pendidikan karakter maka harus
menciptakan kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter
peserta didik. Sehingga, kultur sekolah yang berupa norma-norma, nilai-nilai,
sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah yang telah diwariskan
dan dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap, dan pola
tindakan seluruh warga sekolah. Karena kultur sekolah yang positif dan sehat
akan berdampak pada motivasi, prestasi, produktivitas, kepuasan serta
kesuksesan siswa dan guru.
Dalam mencapai tujuan ini tentunya Pendidikan PKn tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi harus bisa berkolaborasi dengan mata pelajaran yang lain, seperti mata
pelajaran agama. Pekerjaan ini memang bukan hanya bertumpu pada mata pelajaran
PKn tetapi mata pelajaran PKn akan menjadi dasar dan motor dalam setiap kegiatan
dan aktivitas yang ada, dan guru PKn akan menjadi pengontrol dan pembimbing
dalam pelaksanaannya. Tentu saja, untuk mewujudkan tujuan ini, guru PKn harus
didukung dan dibantu oleh semua warga sekolah melalui kerjasama yang baik antara
semua pihak, baik oleh kepala sekolah, guru, siswa, serta komite sekolah.
Karakter suatu masyarakat khususnya generasi muda adalah identitas
masyarakat itu sendiri, dan eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter
yang dimiliki. Pemerintah telah sering mengkampanyekan pembentukan karakter
bangsa terutama bagi generasi muda karena di tangan merekalah nasib bangsa
Indonesia di masa depan. Fenomena globalisasi sebagai ancaman yang berpotensi
melunturkan nilai-nilai karakter bangsa. Semua perilaku negatif generasi muda jelas
menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan
oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping
karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Pendidikan merupakan wahana
10
7
1
yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui
Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era
globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya
diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif,
serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Peran penting dari generasi
muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai
pembangun kembali karakter (character enabler), Pemberdaya karakter (character
builders) dan Perekayasa karakter (character enginee).
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa masih
terlihat kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ada kecenderungan
ketidaktertarikan siswa pada pelajaran PKn yang dianggap sebagai pelajaran yang
hanya mementingkan hapalan, kurang menekankan aspek penalaran sehingga
menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Penyebab rendahnya hasil belajar PKn dapat dibagi atas faktor internal dan
eksternal siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan
rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar siswa, seperti;
guru sebagai pembina kegiatan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana,
kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru
dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (focus on
learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan
kontekstual dalam kehidupan nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat
pada siswa.
B. Strategi Pembelajaran generasi muda
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pemikiran
yang mendasari penggunaan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran
yang efektif tidak hanya menekankan pada penguasaan materi secara hapalan.
11
71
Siswa harus terlibat secara psikologis dalam mencerna secara bermakna apa yang
dipelajari.
Untuk merangsang siswa berfikir, mereka perlu diorientasikan pada
situasi bermasalah yang nyata, termasuk bagaimana belajar dengan menggunakan
fenomena di dunia nyata sekitar.
Pembelajaran berbasis masalah dapat ditempuh melalui lima tahap sebagai
berikut:
Tahap 1: orientasi siswa kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
dan bahan-bahan yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Tahap 3: membimbing penyelidikan, baik yang dilakukan secara individual
maupun yang dilakukan secara kelompok. Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalahnya.
Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan,
video, dan model, serta membantu mereka membagi tugas dan
bekerjasama dengan temannya.
Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dari proses yang mereka gunakan.
2. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) dalam PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan
Masalah
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka
“nation and character building”:
1. PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai
disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi,
12
7
1
psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk
melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan
perilaku demokrasi warganegara.
2. PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan
warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan
perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic
intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
3. PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan
pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran
PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang
dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar,
elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai
pengalaman langsung (hand of experience).
4. Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap
dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui „mengajar
demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang
secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy).
Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi
juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga
dapat lebih berhasil di masa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh
termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, diperlukan model pembelajaran
interaktif, menarik, di mana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa
sebagai subjek belajar, dan lebih mengutamakan proses daripada hasil. Selain itu,
diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan
siswa secara aktif, baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam
proses belajar mengajar.
Pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa secara
totalitas adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model
pembelajaran ini berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah bersama temannya
serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Lebih jauh lagi, melalui model pembelajaran tersebut, siswa mengerti
makna belajar, manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Muncul kesadaran
bahwa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidup mereka nantinya.
Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) tugas
guru adalah mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan
13
7
1
lama dengan pengetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak memahami
makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa terbiasa
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan penuh
dengan ide-ide.
Pembelajaran model Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, karena model pembelajaran
tersebut memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya,
menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya,
kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, serta merefleksikan apa
yang diperolehnya. Dengan demikian peningkatan hasil belajar yang didapat
bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi melakukan sesuatu
seperti mencari, memecahkan kasus dan diskusi sehingga hal yang didapatkan
jauh lebih bermakna.
14
7
1
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun karakter bangsa,
semakin urgen seiring dengan merosotnya nilai, moralitas dan karakter bangsa
saat ini. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program kurikuler di lembaga
pendidikan formal, berperan sebagai wahana penanaman karakter bangsa pada
siswa sebagai generasi muda. Penyiapan dan pembekalan siswa sesuai dengan
potensinya agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and good
citizen). Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa untuk mendidik anak menjadi
warganegara yang cerdas dan baik harus dilakukan secara sadar dan terencana
dalam suatu proses pembelajaran agar mereka secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai gerakan sosio-kultural yang
berperan sebagai wahana aktualisasi diri warganegara baik secara perorangan
maupun kelompok sesuai dengan hak, kewajiban, dan konteks sosial budayanya,
melalui partisipasi aktif secara cerdas dan bertanggung jawab. Kewarganegaraan
bertalian dengan masyarakat, karena disamping secara historis konsep tersebut
tumbuh bersamaan dengan perkembangan identitas manusia sebagai makhluk
sosial politik, juga disebabkan oleh adanya usaha mewujudkan sikap sosial yang
baik dan diharapkan (desirable) melalui penguatan nilai dan norma dalam
masyarakat. Karena yang dibangun dalam gerakan sosio-kultural itu pranata
sosial yang berunsurkan sistem nilai dan norma, maka masyarakat dan komunitas
dalam hal ini perlu menyediakan ruang publik bagi warganegara untuk
berkarakter.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menunjukkan bahwa akar dari
berbagai masalah karakter bangsa ini terkait dengan masalah kekeluargaan,
kerukunan, kepedulian, kemandirian, dan demokrasi. Proses pembinaan karakter
generasi muda diharapkan dapat memperkecil ataupun mempermudah
penyelesaian masalah karakter bangsa dengan meningkatkan kualitas karakter
diri. Karakter bangsa sangat tergantung dengan karakter generasi muda yang
terbentuk sejak dini, jika karakter generasi muda tidak mempunyai 18 nilai moral,
maka karakter bangsa akan terjadi ketidak seimbangan dalam membentuk
kekeluargaan, kerukunan, kepedulian, kemandirian, dan demokrasi dikemudian
hari.
BAB III
15
7
1
3.2 Saran
Sebaiknya sebagai pendidik menerapkan 18 poin karakter bangsa dan
membimbing peserta didik untuk menerapkan 18 poin tersebut karena pada
dasarnya karakter bangsa yang berupa penjabaran dari segala aspek kehidupan
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi generasi muda
16
71
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEBAGAI WAHANA PEMBENTUK
KARAKTER GENERASI MUDA
Yang berkarakter bangsa
OLEH :
GITA DWI AYU
LEONARD ERAWAN
FREDI BATAUGA
AYU LESTARI
ISMAIL
SARTINI
KADEK GEGEL
ARLIZA AUZY
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
T.A 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah, dan KaruniaNya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang penjelasan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
wahana pembentuk karakter generasi muda.
Kami dari semua anggota kelompok 2 (dua) Mahasiswa Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi pendidikan matematika, mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Dan
kami juga mengaharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga meningkatkan
kualitas makalah ini dimasa mendatang. Semoga bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya.
Wawotobi, 16 Desember 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..i
DAFTAR ISI ..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..……………….……1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….………………..1-2
1.3 Tujuan……………………………………………………………..………….….2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pendidikan Yang Berkarakter Bangsa…………………………………….........3-4
2.3 Pembangunan Karakter Berbasis Pendidikan Kewarganegraan ………………...5
A. Pembentukan Karakter Warga Negara Era Orde Baru………………6
B. Pembentukan Karakter Warga Negara Era Reformasi………………7
C. Pengembangan Karakter Warga Negara Demokratis………………..8
2.4 Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan……………….8
karakter generasi muda.
A. Tujuan dan hal-hal yang perlu dilaksanakan untuk ……………….9-11
mewujudkan Pendidikan Kewarganegaraan pada generasi muda.
B. Strategi Pembelajaran generasi muda…………………………….12-14
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN……………………………………………………….…15-16
3.2 SARAN……………………………………………………………….…....16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……...iii
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Maryonis. Pendidikan Berkarakter.
http://kebijakanpendidikankaraktr.blogspot.com/ (diakses tanggal 31 Maret 2012)
Dian, Mizan. 18 poin pendidikan karakter.
http://mizandsjogja.blogspot.com/2011/11/18-poin-pendidikan-karakter.html (diakses
tanggal 31 Maret 2012)
Subroto, Waspodo Tjipto. Peran pendidikan ips dalam membangun budaya dan
karakter bangsa di tengah arus globalisasi.
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/waspodo-tjipto-subroto/peran-pendidikan-ips-
dalam-membangun-budaya-dan-karakter-bangsa-di-tengah-arus-globalisasi#id
(diakses tanggal 31 Maret 2012).
http:// Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pembangunan Karakter Bangsa (Prospek
dan Tantangan di Tengah Masyarakat yang Multikultural)May 19, 2011 by Dikdik
Baehaqi Arif
http:// Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Pembelajaran (Building
Character Of Young Generation Through Learning Education) Weni Lestari, SP
Membangun Karakter Generasi Muda. http://www.beritaindonesia.co.id (diakses
tanggal 6 Juli 2011)
Peranan Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Karakter Bangsa.
www.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 28 Juni 2011)
iii
top related