makalah biokim fix
Post on 09-Dec-2015
92 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
BIOKIMIA PANGAN
METABOLISME LEMAK
Disusun oleh :
INKA AGRITIA 1433010021
RINA APRILIA 1433010022
IDA MARIA 1433010023
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2014/201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Metabolisme
Lemak ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Ibu Dedin Finatsiyatul Rosida, DR. STp, MKes selaku dosen mata kuliah Biokimia
Pangan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai metabolism lemak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini yang telah disusun ini dapat 1memberi manfaat bagi kami sendiri, teman-
teman mahasiswa maupun orang-orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan terima kasih.
Surabaya, September 2015
Penyusun
~ i ~
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................................................... i
Daftar isi..............................................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
Bab II. Pembahasan
2.1 Metabolisme lipid..............................................................................................3
2.2 Metabolisme gliserol..........................................................................................5
2.3 Anabolisme asam lemak....................................................................................6
2.4 Katabolisme asam lemak.................................................................................15
2.5 Triasilgliserol...................................................................................................25
2.6 Katabolisme triasilgliserol...............................................................................28
2.7 Regulasi metabolisme triasilgliserol................................................................29
2.8 Kolesterol.........................................................................................................30
2.9 Anabolisme kolesterol.....................................................................................30
2.10 Regulasi metabolisme kolesterol...................................................................33
2.11 Garam empedu...............................................................................................34
2.12 Hormon steroid..............................................................................................35
2.13 Lipoprotein.....................................................................................................36
2.14 Proses ketogenesis.........................................................................................39
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan......................................................................................................46
3.2 Saran................................................................................................................47
Daftar pustaka.....................................................................................................................iii
~ ii ~
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid yang terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak, oleh karena itu
metabolism yang akan dibahas terutama adalah metabolism lemak. Pada umumnya lipid
merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi
untuk mencegah terjadinya kehilangan panas dari tubuh. Makin banyak jumlah lemak,
makin baik fungsinya mempertahankan panas dalam tubuh. Pada proses oksidasi 1 gram
lemak dihasilkan energy sebesar 9 kkal, sedangkan 1 gram karbohidrat maupun protein
hanya menghasilkan 4 kkal. Selain itu, lemak mempunyai fungsi melindungi organ-organ
tubuh tertentu dari kerusakan akibat benturan atau goncangan. Lemak juga merupakan
salah satu bahan makanan yang mengandung vitamin A, D, E dan K.
Pencernaan lemak terutama terjadi dalam usus, karena dalam mulut dan lambung
tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis lemak. Dalam usus, lemak diubah
dalam bentuk emulsi, sehingga mudah berhubungan dengan enzim steapsin dalam cairan
pankreas. Hasil akhir proses pencernaan lemak ialah asam lemak, gliserol, monogliserida,
digliserida serta sisa trigliserida. Pengeluaran cairan pankreas dirangsang oleh hormon
sekretin dan pankreozimin. Sekretin meningkatkan jumlah elektrolit dan cairan pankreas,
sedangkan pankreozimin merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pankreas.
Lemak yang ke luar dari lambung masuk ke dalam usus erangsang pengeluaran hormone
kolesistokinin yang pada gilirannya menyebabkan kantung empedu berkontraksi hingga
mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum. Lipid lain yang dapat terhidrolisis
oleh cairan pankreas antara lain adalah lesitin oleh fosfolipase, fosfatase dan esterase;
ester kolesterol oleh kolesterol esterase dihidrolisis menjadi kolesterol dan asam lemak.
~ 1 ~
Absorbsi hasil pencernaan lemak yang sebagian yang sebagian besar (70%)
adalah asam lemak dan sebagian lagi (20%) monogliserida terjadi pada usus kecil. Pada
waktu asam lemak dan monogliserida di absorbs melalui sel-sel mukosa pada dinding
usus, mereka diubah kembali (resintesis) menjadi lemak atau trigliserida. Lemak yang
terjadi ini berbentuk partikel-partikel kecil yang disebut kilomikron dan dibawa ke dalam
darah melalui cairan limfa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme Anabolisme Asam Lemak
2. Bagaimana mekanisme Katabolisme Asam Lemak
3. Bagaimana prinsip Metabolisme Gliserol
4. Bagaimana prinsip Metabolisme Kolesterol
5. Bagimana mekanisme pengangkutan Lipid melalui Protein
6. Bagaimana proses Ketogenesis
1.3 Tujuan
1. Menerangkan tahap-tahap reaksi pada proses oksidasi asam lemak
2. Menjelaskan energi yang terjadi pada proses oksidasi asam lemak
3. Menjelaskan pembentukan dan metabolism senyawa keton
4. Menjelaskan sintesis asam lemak
5. Menerangkan biosintesis trigliserida dan fosfolipid
~ 2 ~
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metabolisme Lipid
Lipid yang diperoleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral,
yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari
pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa
monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju
hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.
Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar berada di sisi dalam
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka
diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel
epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk
menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut
kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan
bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini
kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.
~ 3 ~
Struktur kilomikron. Perhatikan fungsi kilomikron sebagai pengangkut trigliserida
Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi
asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut,
dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini
dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid,
trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-
sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan
lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang
memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
~ 4 ~
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak
dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida
sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi
dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika
harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini
dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian.
2.2 Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi.
Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis.
Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-
fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi
aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis.
~ 5 ~
Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol
2.3 Anabolisme Asam Lemak
Ketika asam lemak yang masuk memiliki jumlah yang lebih banyak dari yang
dibutuhkan, maka akan disimpan dalam bentuk triasilgliserol dan adipose. Jumlah lemak
yang dapat disimpan pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia adalah tidak terbatas.
Kelebihan Glukosa dan Karbohidrat lain yang tertelan akan langsung dibentuk energi
sesuai yang dibutuhkan dan juga dikonversi menjadi lemak. Kelebihan glukosa
disimpan dalam bentuk glikogen, tapi hanya jumlah yang terbatas Polisakarida hidrofilik
yang dapat terakumulasi. Ketika penyimpanan glikogen yang terbatas tersebut telah
tercapai, maka glukosa akan didegradasi menjadi Asetil KoA (oleh glikolisis dan piruvat
dehydrogenase kompleks), yang kemudian digunakan untuk sintesis asam lemak. Berikut
adalah diagramnya :
~ 6 ~
Diagram: Hubungan antara metabolisme karbohidrat dan asam lemak pada hewan (Boyer, 1999).
Sintesis asam lemak melibatkan kondensasi unit dua karbon, dalam bentuk Asetil-
Koa, membentuk rantai hidrokarbon panjang pada reaksi tersebut. Reaksi ini
mengeluarkan asam lemak sintetase kompleks menggunakan NADPH sebagai reduktan.
Asam lemak secara kovalen berikatan dengan acyl carrier protein (ACP) selama sintesis.
Selama langkah enzimatis dilibatkan, prosesnya bukan berlawanan β-oxidation. Sintesis
asam lemak melibatkan rangkaian yang terpisah dari reaksi pembentukan rantai panjang
hidrokarbon dari unit asetil KoA. Perbedaan kunci sintesis asam lemak dan
penguraiannya adalah :
~ 7 ~
Glukosa 1-
fosfat
Glikog
en
Glukos
a
Glukosa 6-
fosfat
Asetil Koa
pyruvate
ATP diproduksi oleh
fosforilasi oksidatif
Siklus Asam
Sitrat
Triasilgliserol
Asam Lemak
Asam Lemak
dietMetabolism
energi
penyim
panan
Sintesis asam lemak terjadi di sitosol baik di prokariot dan eukariot sedangkan
degradasinya terjadi di mitokondria pada eukariot
Sintesis asam lemak menggunakan NADPH sebagai reduktan sedangkan NADH
diproduksi di β-oksidasi
Selama sintesis, asam lemak berikatan kovalen menjadi sebuah Acyl Carrier
Protein (ACP) sebagai lawan KoA pada proses degradasi
Aktivitas enzim pada sintesis asam lemak pada organisme tingkat tinggi hadir
dalam bentuk tunggal, rantai polipeptida multifungsi (sebagai dimer) yang disebut
sintesis asam lemak, sedangkan β-oksidasi sebagai aktivitas individual yang hadir
dari enzim yang terpisah (Hooper, 2005).
Menurut Boyer (1999) terdapat perbedaan antara asam lemak β oksidasi dan sintesis asam lemak
adalah sebagai berikut:
Karakteristik Β oksidasi Biosintesis
Lokasi seluler Matriks mitokondria Sitoplasma
Aktivasi dan pelabelan
intermediate
CoA thioester Thioester asil karier protein
(ACP)
Enzim Empat nyata, protein nonasosiasi Asam lemak sintase, sebuah
multienzim pada mamalia
Proses Dua fragmen karbon berpindah
sebagai asetil KoA
Dua karbon elongasi
menggunakan malonyl ACP
Ukuran asam lemak Sebuah ukuran didegradasi Hanya palmitat yang dibuat
Reaksi redoks kofaktor NAD +/NADH dan FAD/FADH2 NADP+ /NADPH
(Boyer, 1999).
~ 8 ~
a. Transport ke Sitosol
Sejak sintesis asam lemak berada di sitosol, asetil koa dihasilkan dari piruvat yang
telah ditransportkan keluar mitokondria. Bagaimanapun, membran mitokondria dalam
tidak permeable untuk senyawa ini, jadi pertama digabungkan dengan oksaloasetat
menjadi bentuk sitrat yang siap melintasi membran. Di sitosol sitrat membelah untuk
regenerasi membentuk Asetil KoA (Hooper, 2005).
b. Jalur
Sintesis asam lemak dari Asetil KoA terjadi di sitoplasma. Semua jalur yang
memproduksi Asetil KoA (piruvat dehydrogenase kompleks dan β-oksidase) terjadi di
matriks mitokondria. Mitokondria Asetil KoA tidak mampu berdifusi melewati membran
dalam sitoplasma. Sebuah sistem transport shuttle carbon asetil KoA seperti sitrat yang
melewati membran. Di mitokondria, asetil KoA bereaksi dengan oksaloasetat untuk
memproduksi sitrat (sitrat synthase). Sitrat ditransport oleh protein integral membran,
tricarboxilate translocase, kedalam sitoplasma, dimana akan dipecah menjadi asetil KoA
dan oksaloasetat (sitrat liase). Oksaloasetat akhirnya kembali ke mitokondria, tapi asetil
KoA di sitoplasma sekarang telah siap untuk sintesis asam lemak. Produk akhir dari asam
lemak synthase kompleks adalah palmitat.
~ 9 ~
Gambar: Proses pengangkutan asam sitrat dari mitokondria ke sitoplasma melalui enzim
trikarboksilat translokase (Boyer, 1999).
Asam sitrat dalam sitoplasma akan diuraikan menjadi asam oksaloasetat dan asetil KoA
oleh enzim sitrat liase
Asetil KoA sitoplasmik akan digunakan pembentukan asam lemak. Asam oksaloasetat
akan diubah oleh enzim malat dehydrogenase dan malat menjadi piruvat yang akan
diangkut ke mitokondria, asam piruvat akan diubah menjadi asam oksaloasetat dan sitrat
oleh PEP karboksikinase dan sitrat sintase.
Sintesis Palmitat dimulai pada terminal akhir methyl dan dihasilkan karboksilat. Pertama,
dua karbon pada rantai palmitat (carbon 15 dan 16) berasal dari asetil KoA. Semua karbon lain
datang dari asetil KoA tapi harus diaktifkan sebagai malonil KoA. Asetil KoA karboksilase,
sebuah biotin memerlukan enzim, mengkatalisis bentuk dari malonyl KoA (Boyer, 1999).
Gambar: Reaksi pembentukan asam lemak.
Reaksi ini yang mana dapat dipertimbangkan sebagai langkah pertama dalam sintesis
asam lemak, yang merupakan langkah dasar terbatas. Pengatur positif untuk enzim alosterik
adalah sitrat. Enzim dihambat oleh Palmitoyl KoA, produk akhir dari sistem sintesis asam lemak.
Gambar: Sintesis karbon pada palmitat di sitoplasma.
~ 10 ~
Dari semua poin ini, semua dihubungkan oleh molekul protein berat yang disebut
asil carier protein (ACP-SH), yang mana merupakan komponen sintase asam lemak.
Seperti yang kita prediksi sebelumnya, ACP memiliki komponen sama dengan CoASH.
Vitamin asam panthothenic adalah sebuah komponen kedua kelompok pengaktivasi.
Penghubung untuk sintesis asam lemak dihubungkan melalui ikatan thioester—kelompok
SH satu akhir ACP.
Persiapan untuk sintesis asam lemak, satu asetil KoA dan satu malonyl KoA harus
dibawa ke kompleks sintase. Mereka dilampirkan ke – kelompok SH, satu pada enzim, β-
ketoasil-ACP sintase (K-SH) dan satu pada ACP (malonil KoA). Reaksi ini, menyerupai
sintesis asam lemak. Enzim yang mengkatalisis perpindahan kelompok asetil dari
CoASH melalui ACP-SH ke K-SH adalah asetil-KoA-ACP transasilatase.SH-kelompok
bebas di ACP sekarang dapat menerima sebuah unit malonil. Malonil KoA-ACP
transferase katalisis untuk masuk kelompok malonil ke asam lemak sintase. Dua prekusor
memulai untuk sintesis asam lemak sekarang diaktifkan dan sintesis rantai asam lemak
dimulai. Sebuah rangkaian empat langkah kimia dibawa keluar dengan asetil dan
kelompok malonil. Reaksi ini terdiri dari reaksi spiral yang merupakan kebalikan kimia
dari β oksidasi: (1) Formasi carbon-carbon ikatan tunggal, (2) reduksi dari kelompok
keto, (3) dehidrasi ke bentuk carbon-carbon ikatan ganda dan (4) reduksi ikatan ganda
membentuk rantai asam lemak jenuh (Boyer, 1999).
Pada poin ini, unit C16 dihidrolisis dari ACP, menghasilkan palmitat bebas.
Enzim hidrolitik palmitoyl thiosterase merupakan bagian dari sintase asam lemak
kompleks. Jaringan reaksi untuk sintesis asam lemak menunjukkan inisial asetil KoA
starter dan memasuki atom karbon sebagai unit malonil. Asam lemak lebih panjang
daripada palmitat yang disintesis oleh enzim pemanjangan sistem di reticulum
endoplasma. Reaksi ini sama dengan salah satu tampak seperti sintase asam lemak,
dengan ditambahkan karbon baru pada bentuk malonil KoA. Semua intermediate,
diaktivasi oleh penambahan CoASH dibandingkan ACP.
~ 11 ~
Pada sesi pertama sintase asam lemak spiral telah memproduksi kelompok
karboksil empat karbon (butiril) dihubungkan ke ACP. Sesi kedua, dua karbon lagi
ditambahkan dari malonil-ACP ke unit butiril untuk membuat C6 β-keto intermediate
yang akan pergi selama reduksi, dehidrasi, dan reduksi. Dua karbon baru menjadi nomor
11 dan 12 pada produk palmitat. Jumlah tujuh putaran pada empat set reaksi memiliki
hasil pada palmitoyl-ACP.
Gambar: struktur CoASH dan ACP untuk aktivasi asam lemak di β oksidasi dan biosintesis.
Berikut merupakan urutan reaksi pembentukan asam lemak dari asetil-KoA(Boyer, 1999)
~ 12 ~
Pada poin ini, unit C16 dihidrolisis dari ACP, menghasilkan palmitat bebas.
Enzim hidrolitik palmitoyl thiosterase merupakan bagian dari sintase asam lemak
kompleks. Jaringan reaksi untuk sintesis asam lemak menunjukkan inisial asetil KoA
starter dan memasuki atom karbon sebagai unit malonil. Asam lemak lebih panjang
daripada palmitat yang disintesis oleh enzim pemanjangan sistem di reticulum
endoplasma. Reaksi ini sama dengan salah satu tampak seperti sintase asam lemak,
dengan ditambahkan karbon baru pada bentuk malonil KoA. Semua intermediate,
diaktivasi oleh penambahan CoASH dibandingkan ACP.
c. Biosintesis Asam Lemak Tak Jenuh
Sintesis asam lemak tak jenuh terjadi di dalam reticulum endoplasma oleh enzim
lemak asil-KoA desaturase. Enzim-enzim tersebut mengkatalisis reaksi oksidasi-oksidasi
yang unik. Sebagai contoh adalah dehydrogenase asam stearate (18: ∆9) :
~ 13 ~
Stearoil KoA + NADPH + H+ +O2 oleoil KoA + NADP+ + 2H2O
Dalam reaksi ini, molekul oksigen berperan sebagai substrat yang menerima 4
elektron, yaitu 2 dari stearoil KoA dan 2 dari NADPH. Dua macam asam lemak, yaitu asam
linoleat (18:2 ∆9,12) dan asam linolenat (18:3 ∆9,12,15) merupakan asam lemak esensial yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Asam lemak ini hanya terdapat pada
tumbuhan dan tidak disintesis pada hewan. Manusia dapat memperoleh asam lemak tersebut
dari sumber makan nabati. Asam linoleat penting untuk pembentukan sfingolipid pada kulit
dan merupakan prekusor pembentukan sintesis leuketrin, prostaglandin, dan tromboksan
(Amin, 2006).
d. Pengaturan Pembentukan Asam Lemak
Proses pembentukan asam lemak dan β-oksidasi memerlukan pengaturan yang tepat,
sebab kedua proses tersebut tidak dapat berjalan secara bersamaan. Bila proses tersebut
terjadi dalam waktu yang bersamaan, maka akan terjadi siklus substrat yang boros akan
berkembang. Metabolisme asam lemak dikontrol oleh kurangnya nutrisi, karbohidrat, dan
asam lemak itu sendiri. Jika glukosa berlimpah, maka konsentrasi asam sitrat menjadi tinggi.
Asam sitrat merupakan modulator positif untuk enzim asetil KoA karboksilase yang akan
mengkatalis pembentukan malonil KoA sebagai tahap awal pembentukan asam lemak.
Dengan peningkatan asam sitrat, pembentukan asam lemak akan terpicu. Proses β-oksidasi
asam lemak akan dihambat oleh peningkatan pembentukan malonil KoA. Pembentukan
malonil KoA akan menahan kerja enzim karnitin asil transferase I, suatu enzim yang
bertugas mengangkut ester asam lemak KoA kedalam mitokondria untuk oksidasi.
Kecepatan pembentukan asam lemak juga oleh hasil akhir yaitu palmitoil KoA, yang akan
menghambat asetil KoA karboksilase (Hooper, 2005).
~ 14 ~
e. Pembentukan Ikatan Ganda
Enzim untuk memperkenalkan ikatan ganda menjadi rantai acyl juga hadir di
permukaan sitosol RE halus. Asam lemak polyunsaturated linoleat dan linolenat tidak dapat
disintesis oleh mamalia dan oleh karena itu disebut asam lemak esensial seperti mereka akan
ditelan di diet.
f. Regulasi
Poin kunci control sintesis asam lemak adalah Asetil KoA karboksilase yang
dikatalisis menjadi bentukan Malonyl KoA. Asetil KoA karboksilase diinactive kan oleh
fosforilasi oleh sebuah AMP-aktivasi protein kinase. Jadi, ketika energi yang mengisi sel
rendah (AMP tinggi, ATP rendah) Asetil Koa karboksilase tidak aktif. Ini diaktivasi lagi
oleh defosfosrilasi oleh protein fosfatase 2A. Glukagon dan epinefrin menghambat sintesis
asam lemak oleh penghambatan protein fosfatase 2A, sebaliknya insulin menstimulasi
sintesis asam lemak dengan aktivasi fosfatase. Asetil KoA karboksilase juga diregulasi
secara allosteric: sitrat diaktivasi oleh enzim, yang adanya penghambatan dari palmitoyl
KoA (Hooper, 2005).
2.4 Katabolisme Asam Lemak
Asam lemak sebagai bentuk sumber lemak yang digunakan secara intraseluler.
Asam lemak yang merupakan turunan dari triasilgliserol akan dapat digunakan sebagai
sumber energi dalam sel jika memasuki mitokondria. Di dalam mitokondria asam lemak
selanjutnya mengalami beberapa tahapan yang merupakan proses oksidasi asam lemak ~ 15 ~
sehingga akan dihasilkan energi dari proses yang bersifat eksergonik ini (Murray et al.,
2009).
Asam lemak di dalam mitokondria sebelumnya mampu memasuki membran
mitokondria melalui bantuan dari karnitin sebagai molekul pengantarnya. Proses
transport ke dalam mitokondria yaitu dengan cara melewati membran dalam mitokondria.
Molekul asil koA yang berupa rantai dengan ukuran kecil dan medium dengan ukuran
sekitar 10 atom karbon mampu melewati membran dalam mitokondria melalui proses
difusi. Sedangkan molekul asil koA yang panjang tidak mampu melewatinya. Sehingga
cara yang dapat digunakan yaitu dengan cara berikatan dengan molekul karnitin. Molekul
karnitin bersifat polar dan dapat ditemukan di sel tumbuhan serta sel hewan. Proses
pengikatan dengan karnitin dibantu oleh enzim kanitin asiltransferase I. Cara
berikatannya yaitu dengan cara memindahkan gugus koA dan digantikan dengan molekul
karnitin. Selanjutnya gabungan asilkarnitin akan memasuki membran melalui transport
asilkarnitin translokase (Nelson et al., 2004).
Gambar Transport Asam Lemak ke dalam Sel dan Asil koA ke dalam Mitokondria
Sistem transport ini merupakan sebuah protein integral/transmembran yang
mampu memasukkan asilkarnitin dan mampu mengeluarkan karnitin bebas keluar
membrane dalam mitokondria. Selanjutnya asilkarnitin yang telah memasuki matriks
bagian dalam mitokondria akan kembali lepas menjadi gugus yang terpisah yaitu melepas
~ 16 ~
gugus koA , gugus karnitin dan gugus enzim karnitin asiltransferase II yang terletak di
membran dalam mitokondria.
Proses pengoksidasian asam lemak di dalam mitokondria secara umum terjadi
melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama merupakan proses β oksidasi, kedua oksidasi
asam lemak menjadi molekul CO2 dan ketiga adalah transfer elektron pada rantai
respirasi molekul NADH dan FADH2.
Gambar Skema Tahapan Oksidasi Asam Lemak;
tahap pertama merupakan tahap pembentukan asetil
KoA dari rantai panjang asam lemak yang merupakan
tahap β Oksidasi, tahap kedua adalah oksidasi asetil
koA menjadi CO2 dalam siklus asam sitrat dan tahap
ketiga adalah transfer elektron dari dua tahapan
sebelumnya melalui fosforilasi oksidatif.
Tahap pertama merupakan tahapan proses β oksidasi yaitu proses reaksi asam
lemak pada satu tahap melalui sebuah siklus β oksidasi. Siklus β oksidasi terdiri dari
empat tahapan berikut :
1. Oksidasi dari asilkoA menjadi enoil koA membentuk trans Ϫ2 ikatan rangkap pada
rantai asil dan memproduksi FADH2 dengan enzim pengkatalis yaitu asil koA
dehidrogenase.
2. Hidrasi dari trans Ϫ2 enoil koA menjadi 3-hidroksiasill koA (dikatalisis oleh enoil
koA hidratase).
3. Oksidasi dari 3-hidroksiasil koA untuk menjadi 3-ketoasil koA yang juga
memproduksi NADH dikatalis oleh enzim hidroksiasil koA dehidrogenase.
~ 17 ~
Pemutusan atau thiolysis dari molekul 3 ketoasil koA oleh molekul koA yang
kedua menyebabkan pemendekan molekul asetil koA dan asil koA menjadi dua atom
karbon dikatalis oleh β ketothiolase (Murray et al., 2009).
Gambar Skema Enzim pada Membran Mitokondria pada Proses β oksidasi
Gambar Skema Pengoksidasian Asam Lemak dalam Proses β Oksidasi
(Nelson et al., 2004).
~ 18 ~
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tahapan pemecahan asam lemak
tunggal terjadi empat reaksi tahapan secara berulang yaitu oksidasi dengan FAD, hidrasi,
oksidasi oleh NAD+ dan thiolisis. Pemutusan pada ikatan Ϫ2 atau β pada rantai asam
lemak sehingga dikenal dengan nama pemutusan β oksidasi. Rantai asil koA yang telah
diputus selanjutnya akan mengalami siklus pemutusan β oksidasi secara terus menerus
hingga pada siklus terakhir terbentuk asil koA dengan empat atom karbon dan menjadi
dua atom karbon yaitu asetil koA. Sedangkan pada contoh asam lemak palmitoil dengan
rantai karbon berjumlah 16 dengan rantai tunggal atau jenuh akan dipecah menjadi
delapan molekul asetil koA melalui tujuh siklus pemutusan β oksidasi. Reaksi
kesetimbangan pemutusan palmitoil koA adalah sebagai berikut :
(Nelson et al., 2004).
Di dalam mitokondria terdapat tiga jenis enzim asil koA dehidrogenase yang mampu
memutus rantai asil koA yaitu asil koA rantai pendek, rantai sedang dan rantai panjang. Tiga
jenis enzim tersebut bersifat spesifik hanya untuk rantai dengan ukurannya, yaitu enzim enoil
koA hidratase untuk asil KoA rantai pendek, enzim hidroksiasil koA dehidrogenase untuk asil
KoA rantai sedang dan enzim β ketothiolase untuk rantai panjang asilKoA (Hames et al, 2005).
~ 19 ~
Pada sel hewan asetil koA diproduksi dari pemecahan asam lemak. Pemecahan asam
lemak ini tidak dapat diubah menjadi piruvat atau oksaloasetat. Sedangkan dua atom karbon dari
pemecahan asetil koA mampu masuk ke dalam siklus asam sitrat atau disebut siklus Calvin.
Selanjutnya dua atom karbon ini akan dioksidasi menjadi CO2 melalui enzim isositrat
dehidrogenase dan α ketoglutarat dehidrogenase. Kesimpulannya sel hewan tidak mampu
mengubah asam lemak menjadi glukosa. Berbeda halnya dengan sel tumbuhan yang memiliki
enzim tambahan yaitu isositrat liase dan malat sintase yang mana enzim tersebut mampu
mengubah dua atom karbon dari asetil koA menjadi oksaloasetat. Proses ini melalui beberapa
tahapan pada siklus glioksilat dengan enzim dari glioksisom.
Gambar Skema Triasilgliserol sebagai Sumber Glukosa pada Biji Tanaman
(Nelson et al., 2004).
Proses oksidasi asam lemak yang tak jenuh atau memiliki ikatan rangkap
memerlukan tambahan reaksi sebelum memasuki tahapan degradasi dalam β oksidasi.
Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap pada atom karbon ganjil akan langsung
memasuki siklus normal pemecahan asam lemak oleh asil KoA dehidrogenase hingga
membentuk Ϫ3 enoil koA dari siklus ketiga. Ikatan rangkap yang terbentuk diantara atom
karbon nomor 3 dan 4 atau C3 dan C4 akan mencegah pembentukan ikatan rangkap
lainnya pada atom karbon nomor 2 dan nomor 3 atau C2 dan C3. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka terdapat enzim isomerase yang akan mengubah ikatan cis Ϫ3
~ 20 ~
menjadi trans Ϫ2 double bond. Sehingga pembentukan trans Ϫ2 enoil koA selanjutnya
dapat memasuki siklus β oksidasi.
Gambar Skema Pengoksidasian Monoansaturated fatty acid
(Nelson et al., 2004).
Enzim lainnya juga selain isomerase juga terdapat enzim yang mampu memutus
asam lemak polyunsaturated, yaitu asam lemak dengan ikatan ganda pada atom karbon
genapnya. Contohnya 2,4 dienoil yang menggantikan peran asilKoA dehidrogenase
sebagai 2,4 dienoil koA reduktase yang mampu membentuk cis Ϫ2 enoil koA. Selanjutnya
bentuk cis akan diubah menjadi bentuk trans oleh enzim isomerase. Pemecahan asam
lemak polyunsaturated biasanya terjadi pada separuh jenis lemak pada tumbuhan dan
lemak hewan yang tidak jenuh biasanya berbentuk polyunsaturated.
~ 21 ~
Gambar Skema Pengoksidasian Polyunsaturated fatty acid (Nelson et al., 2004).
Oksidasi asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil yang sangat jarang
terdapat di alam bebas juga didegradasi melalui siklus β oksidasi, yang sama halnya
dengan jumlah atom karbon yang genap. Perbedaannya yaitu setelah melalui proses
pemecahan pada siklus β oksidasi akan dihasilkan lemak asil-KoA dengan karbon
berjumlah lima (ganjil). Sehingga molekul berkarbon lima ini jika terpecah akan
menghasilkan asetil koA dan propionil koA (molekul dengan 3 karbon). Asetil koA akan
memasuki siklus asam sitrat sedangkan propionil koA memasuki tahapan baru dengan
tiga enzim pemecahnya. Propionil koA pertama dikarboksilasi menjadi D-stereoisomer
dari metilmalonil koA oleh enzim propionil koA karboksilase yang memiliki faktor
biotin. Sama seperti reaksi siklus asam piruvat, CO2 akan dihidrasi oleh HCO3- dan
biotin. Selanjutnya D-stereoisomer dari metilmalonil koA membentuk L-metilmalonil
koA oleh enzim isomerase. Molekul ini selanjutnya mengalami pengaturan intramolekul
menjadi suksinil koA dan mampu memasuki siklus asam sitrat. Pengaturan intramolekul
ini dibantu oleh enzim metilmalonil koA mutase yang membutuhkan koenzim 5’-
deoksiadenosil kobalamin atau disebut koenzim B12 yang merupakan turunan kobalamin
atau vitamin B12 (Nelson et al., 2004).
~ 22 ~
Gambar Skema Oksidasi Propionil koA dalam Rantai Lemak dengan Jumlah Karbon
Ganjil
Poin utama dari pengontrolan β oksidasi adalah keberadaan asam lemak. Sumber
utama dari asam lemak bebas dalam darah adalah hasil pemecahan triasilgliserol yang
terdapat pada jaringan adipose. Jaringan adipose ini dikontrol oleh enzim lipase yang
bersifat sensitif terhadap hormone triasigliserol. Pemecahan asam lemak dan
pensintesisan asam lemak selalu terkoordinasi dan terkontrol untuk mencegah terjadinya
siklus yang sia-sia.
Pada setiap proses degradasi terjadi pembentukan satu molekul FADH2, NADH,
dan asetil koA. Setiap NADH akan menghasilkan tiga molekul ATP dan setiap molekul
FADH2 akan menghasilkan 2 ATP melalui reaksi fosforilasi oksidatif. Sedangkan setiap
oksidasi satu molekul asetil koA menghasilkan12 ATP dalam siklus asam sitrat. Sehingga
total ATP yang dihasilkan pada setiap siklus pemecahan asam lemak adalah 17 molekul
ATP (Hames et al, 2005).
Pemecahan lengkap dari palmitoil KoA membutuhkan 7 kali siklus β oksidasi
sehingga ATP yang terbentuk 7 x 5 = 35 ATP. Total molekul asetil koA yaitu 8 x 12 = 96
ATP. Sehingga total ATP yang diperoleh dari pemecahan satu molekul palmitat adalah
35 + 96 = 131 ATP. Namun demikian satu ATP akan terhidrolisis menjadi AMP dan PPi
untuk proses aktivasi palmitat menjadi palmitoil KoA. Sehingga ATP yang diperoleh
adalah sebesar 129 ATP. Enzim yang berperan dalam proses metabolism asam lemak tak
jenuh tercantum pada gambar dibawah ini.
~ 23 ~
Gambar Pembentukan Keton Bodies (Hames et al, 2005)
Pada saat terjadi pembentukan asetil koA hasil dari siklus β oksidasi akan
semakin meningkat sehingga akan memasuki siklus asam sitrat, maka asetil KoA akan
diubah menjadi asetoasetat dan D-3 hidroksibutirat melalui proses yang dikenal dengan
ketogenesis. D-3 hidroksibutirat, asetoasetat dan pemecahan non enzimatik ini akan
menghasilkan aseton. Aseton yang terbentuk akan menyatu membentuk ketone bodies
(Hames et al, 2005).
Dua molekul dari asetil KoA akan menginisiasi kondensasi dari asetoasetil KoA
yang mana merupakan sebuah rekasi balik (reverse) tahapan thiolisis pada siklus β
oksidasi. Asetoasetil koA akan bereaksi dengan molekul asetil koA membentuk 3-
hidroksi-3-methylglutararil KoA (HMG KoA). Molekul ini selanjutnya akan membelah
menjadi asetoasetat dan asetil koA. HMG KoA juga sebagai molekul pemula adanya
proses biosintesis kolesterol. Asetoasetat selanjutnya akan direduksi menjadi D-3
hidroksibutirat di matrik mitokondria atau mengalami perubahan secara perlahan menjadi
aseton melalui proses dekarboksilasi. Pada penderita diabetes asetoasetat diproduksi lebih
cepat dibandingkan proses metabolismenya. Sehingga penderita diabetes dapat diindikasi
dari tingginya jumlah ketone bodies di dalam darahnya serta adanya aroma keton yang
biasanya tercium dari saluran napasnya.
Asetoasetat dan D-3-hidroksibutirat diproduksi paling banyak di hati dan berperan
tidak hanya pada kepentingan fisiologis dalam skala kecil. Kedua molekul ini digunakan
sebagai pengganti glukosa pada jaringan tertentu misalnya pada jaringan jantung, otot,
dan korteks ginjal. Meskipun secara normal glukosa merupakan sumber utama energi
yang digunakan di otak pada kondisi kelaparan atau diabetes maka jaringan otak mampu
menggunakan asetoasetat sebagai sumber energi utama (Hames et al, 2005).
~ 24 ~
2.5 Triasilgliserol
2.5.1 Struktur dan Fungsi
Triasilgliserol atau disebut juga lemak atau trigliserida merupakan ester
dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol adalah komponen
utama dari lemak penyimpanan pada sel hewan dan sel tumbuhan, tetapi tidak
dijumpai pada membran sel. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik non polar,
karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional
dengan polaritas tinggi.
Triasilgliserol terdapat dalam berbagai jenis tergantung pada jenis dan
letak ketiga komponen asam lemak yang berikatan dengan ikatan ester oleh
gliserol. Jenis triasilgliserol adalah sebagai berikut.
a. Triasilgliserol sederhana: triasilgliserol yang mengandung satu jenis
asam lemak pada ketiga posisi. Contohnya tristeroilgliserol yang
mengandung 3 asam stearat, tripalmotoilgliserol yang mengadung
asam palmitat, dan trioleigliserol yang mengandung 3 asam oleat.
b. Triasilgliserol campuran: triasilgliserol yang mengandung dua atau
lebih asam lemak yang berbeda. Misalnya minyak olive, mentega, dan
lemak makanan lainnya (Lehninger, 1982).
Triasilgliserol yang hanya mengandung asam lemak jenuh merupakan
padatan putih berlemak pada suhu kamar. Triasilgliserol yang mengandung tiga
asam lemak tidak jenuh bersifat cairan, misalnya minyak olive. Mentega
merupakan suatu campuran triasilgliserol, beberapa di antaranya mempunyai
asam lemak dengan rantai yang relatif pendek. Karena asam lemak dengan rantai
lebih pendek mempunyai titik leleh lebih kecil, asam lemak ini membuat mentega
bersifat lunak pada suhu kamar (Lehninger, 1982).~ 25 ~
Triasilgliserol merupakan lemak penyimpanan utama dan lemak yang
terdapat makanan pada manusia. Triasilgliserol adalah penyimpanan dengan
konsentrasi energi tinggi. Energi yang dihasilkan dari oksidasi sempurna dari
asam lemak adalah sekitar 39 kJg-1, sedangkan energi dari karbohidrat atau protein
adalah 13 kJg-1. Komponen hidrofobik penyusun lemak mengakibatkan lemak
tidak larut di dalam air. Lemak dalam tubuh disimpan dalam sel adipose.
Triasilgliserol ditransportasikan ke seluruh tubuh dalam bentuk lipoprotein
(Hames, 2005).
Gambar Struktur Triasilgliserol
(a) Struktur Triasilgliserol Sederhana, (b) Struktur Triasilgliserol Campuran
(Sumber: Hames, 2005)
2.5.2 Anabolisme Triasilgliserol
Triasilgliserol disintesis dari fatty acyl KoA dan gliserol 3-phosphat.
Gliserol 3-phosphat diperoleh dari foforilasi gliserol dan dari glikolisis. Gliserol
yang ada di hati difosforilasi oleh enzim gliserol kinase. Sedangkan pada jaringan
adipose tidak memiliki enzim gliserol kinase, sehingga pasokan gliserol 3-
phosphat di jaringan adipose diperoleh dari jalur glikolisis. Pada jalur glikolisis,
dihydroxyacetone phosphate mengalami reduksi menjadi gliserol 3-phosfat yang
dikatalis oleh enzim Glycerol 3-phosphate dehydrogenase.
~ 26 ~
Proses biosintesis triasilgliserol adalah sebagai berikut :
a. Gliserol 3-phosphat yang sudah tersedia (baik dari fosforilasi gliserol
maupun dari jalur glikolisis) akan ditambahkan dengan gugus asil CoA.
Proses ini dikatalis oleh CoA asiltransferase sehingga membentuk asam
lysofosfatidat.
b. Gugus asil CoA lainnya ditambahkan pada asam lysofosfatidat untuk
membentuk asam fosfatidat. Proses ini dikatalis oleh enzi, asiltransferase.
c. Asam fosfatidat mengalami defosforilasi dan menghasilkan diasilgliserol
d. Siasilgliserol bergabung dengan gugus asil CoA yang lainnya yang
dikatalis oleh asiltransferase membentuk triasilgliserol.
ATP tidak terlibat dalam sintesis triasilgliserol. Reaksi sintesis triasilgliserol
dibantu oleh energi tinggi dari ikatan thioester diantara sebagian asil dan CoA. Asam
fosfatidat dan diasilgliserol (DAG) digunakan dalam sintesis membrane phosfolipid
(Hames, 2005).
Gambar Sintesis Triasilgliserol
~ 27 ~
(Sumber: Hames, 2005)
2.6 Katabolisme Triasilgliserol
Peristiwa awal dalam penggunaan cadangan lemak dan lemak dalam makanan
sebagai sumber energi adalah proses hidrolisis dari triasilgliserol yang dikatalis oleh
enzim lipase. Enzim tersebut melepaskan 3 rantai asam lemak dari molekul gliserol.
Asam lemak kemudian akan dipecah melalui proses β oksidasi untuk menghasilkan
energi, sedangkan gliserol juga digunakan untuk ditransfer menjadi dihydroxyacetone
phosphate dalam glikolisis. Proses ini diktalis oleh 2 enzim, yaitu gliserol kinase yang
menggunakan ATP untuk phosforilasi gliserol membentuk L-gliserol 3-phosphat, dan
enzim gliserol 3-phosphat dehidrogenase yang menghasilkan dihydroxyacetone
phosphate (Hames, 2005).
(b)
(a) (b)
Keterangan : (a) Katabolisme Triasilgliserol
(b) Konversi Gliserol dalam Glikolisis
(Sumber: Hames, 2005)
~ 28 ~
2.7 Regulasi Metabolisme Triasilgliserol
Pemecahan asam lemak dalam proses β oksidasi dikontrol oleh konsentrasi asam
lemak dalam darah yang nantinya tingkat hidrolisis triasilgliserol dalam jaringan adipose
dikendalikan oleh enzim sensitif triasilgliserol lipase. Enzim tersebut mengontrol reaksi
dengan reaksi fosforilasi dan defosdorilasi dalam menanggapi tingkat hormon yang
dikendalikan oleh cAMP.
Jika kadar asam lemak dalam darah rendah, akan memicu pelepasan epinefrin atau
glukagon. Hormon-hormon katabolik seperti glukagon, epinefrin, norepinefrin mengikat
protein reseptor pada permukaan sel dan meningkatkan kadar cAMP dalam sel adipose
melalui aktivas dari adenilat siklase. Aktivitas adenilat siklase melalui protein G akan
emngubah ATP menjadi cAMP. cAMP allosterik mengaktifkan cAMP-dependent protin
kinase atau yang sering dikenal sebagai protein kinase A yang nantinya akan
memfosforilasi berbagai enzim intraseluler termasuk enzim sensitive triasilgliserol lipase.
Aktivasi enzim ini akan merangsang hidrolisis triasilgliserol dan nantinya meningkatkan
kadar asam lemak dalam darah, dan kemudian mengaktifkan β oksidasi dalam jaringan
seperti jaringan otot dan hati. Glukagon dan epinefrin juga mencegah defosforilasi yang
mengakibatkan aktivasi asetil CoA karboksilase sehingga sintesis asam lemak terhambat.
Hormon insulin memiliki efek yang berlawanan dengan glukagon dan epinefrin.
Hormon ini merangsang pembentukan triasilgliserol melalui penurunan cAMP.
Penurunan ini akan mengakibatkan deforforilasi dan inaktivasi enzim sensitive
triasilgliserol lipase. Insulin juga merangsang defosforilasi asetil KoA karboksilase
sehingga mengaktifkan sintesis asam lemak. Jadi sintesis asam lemak dan degradasi yang
dikontrol secara terkoordinasi ini bertujuan
untuk mencegah siklus yang sia-sia (Hames, 2005).
~ 29 ~
2.8 Kolesterol
2.8.1 Struktur dan Fungsi
Kolesterol merupakan golongan steroid dan merupakan komponen dari
membran sel. Kolesterol pada membran sel berfungsi utuk mengurangi fluiditas
membran sel. Kolesterol juga merupakan prekursor atau pembentuk dari hormon
steroid seperti progesterone, testosterone, dan kortisol dan garam empedu.
Kolesterol mempunyai gugus polar pada bagian kepalanya, yaitu gugus karboksil
pada posisi 3. Bagian yang lain merupakan struktur non polar yang relatif kaku
(Lehninger, 1982).
2.9 Anabolisme Kolesterol
Kolesterol sebagian besar disintesis di dalam hati, dan sedikit oleh kelenjar
adrenal, testis, kulit, dan usus. Sintesis kolesterol dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu.
a. Pembentukkan β-hidroksil- β-metilgltaril-KoA (HMG-KoA) dari Asetil KoA
Tahap pertama sintesis kolesterol berlangsung di sitoplasma. Asetil KoA
dihasilkan dari asam lemak atau piruvat dari mitokondria. Kondensasi dua
molekul asetil-KoA membentuk β-ketobutiril-KoA (asetoasetil KoA) dan
dikatalisis oleh enzim tiolase. Reaksi berikutnya yaitu β-ketobutiril-KoA
berkondensasi lagi dengan satu molekul asetil-KoA membentuk HMG-KoA yang
dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase.
b. Pengubahan HMG-KoA menjadi skualena
Enzim HMG-KoA reduktase akan mereduksi HMG-KoA menjadi
mevalonat. Enzim ini berada diretikulum endoplasma. Pada proses reduksi ini
dibutuhkan ekivalen pereduksi yang disuplai oleh NADPH. Mevalonat diubah
menjadi farnesilpirofosfat dalam sitoplasma. Mevalonat kinase mengatalisis ~ 30 ~
terbentuknya fosfomevalonat. Selanjutnya fosfomevalonat dikatalisis oleh
fosfomevalonat kinase menghasilkan 5-pirofosfomevalonat. Selanjutnya 5-
pirofosfomevalonat diubah menjadi isopentenil pisofosfat yang melibatkan reaksi
dekarboksilasi dan dehidrasi oleh enzim mevalonat 5-pirofosfat dekarboksilase.
Tahap selanjutnya isopentenil pisofosfat akan diubah menjadi isomernya yaitu
dimetilalil pifosfat yang dikatalisis oleh isopentenil pisofosfat isomerase.
Kondensasi antara isopentenil pisofosfat dengan dimetilalil pifosfat akan
menghasilkan geranilpirofosfat yang dikatalisis oleh dimetilalil transferase.
Selanjutnya geranilpirofosfat dikatalisis ooleh geranil transferase dan
menghasilkan farnesilpirofosfat. Reaksi kondensasi dua molekul farnesilpirofosfat
akan membentuk skualena dengan bantuan farnesil transferase atau nama lainnya
yaitu skualena sintase yang reaksinya memebutuhkan NADPH sebagai donor
elektron.
c. Pengubahan skualena menjadi kolesterol
Tahap terakhir dalam lintasan biosintesis kolesterol dimulai dari terikatnya
skualena pada protein pengangkut spesifik yang ada di sitoplasma dikenal sebagai
protein pengangkut sterol (sterol carrier protein). Skualena yang bertemu dengan
O2 akan dikatalisis oleh enzim skualena monooksigenase dengan donor elektron
dari NADPH membentuk skualena-2, 3-epoksida. Skualena-2, 3-epoksida
melepasakan elektron ketika dikatalis oleh 2, 3-oksidoskualena lanosterol siklase
menjadi lanosterol. Lanosterol akan berikatan dengan protein pengangkut yang
kedua dalam reaksi sampai selesai. Lanosterol yang diubah menjadi kolesterol
melalui 20 reaksi yang dikatalis oleh enzim-enzim dalam membrane mikrosom.
Salah satu reaksinya yaitu yang terkahir setelah lanosterol diubah menjadi 7-
dehidrokolesterol melalui 19 reaksi, produk ini kemudian direduksi oleh NADPH
membentuk kolesterol (Hames, 2005).
~ 31 ~
Gambar Sintesis Isopentenyl Pyrophosphate.
(Sumber: Hames, 2005)
Gambar Isopentenil Pisofosfat Diubah Menjadi Isomernya (Dimetilalil Pifosfat)
(Sumber: Hames, 2005)
~ 32 ~
Gambar Sintesis Kolesterol
(Sumber: Hames, 2005)
2.10 Regulasi Metabolisme Kolesterol
Kolesterol diperoleh baik dari makanan atau dari sintesis kolesterol terutama di
hati. Tingkat sintesis kolesterol tergantung pada kadar kolesterol di dalam sel. Tingginya
kadar kolesterol dan metabolitnya mengontrol biosintesis kolesterol itu sendiri melalui :
a. Umpan balik penghambatan aktivitas HMG CoA reduktase, yaitu enzim yang
mengkatalis tahapan dalam proses biosintesis kolesterol.~ 33 ~
b. Mengurangi jumlah HMG CoA reduktase dengan mengurangi sintesis dan
terjemahan dari mRNA.
c. Mengurangi jumlah HMG CoA reduktase dengan meningkatkan laju degradasi.
Seperti halnya KoA karboksilase dalam sintesis asam lemak, HMG CoA
diinaktivasi oleh AMP-aktivated protein kinase melalui fosforilasi dan disimpan dalam
bentuk inaktif di bawah pengaruh glucagon selama kelaparan. HMG CoA reduktase dapat
dihambat dengan pemberian obat lavostatin yang secara kompetitif menghambat kerja
enzim tersebut sehingga dapat menurunkan tingkat biosintesis kolesterol. Oleh karena itu,
senyawa ini secara rutin digunakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia (tingginya
kadar kolesterol darah) (Hames, 2005).
2.11 Garam Empedu
Garam empedu adalah turunan kolesterol polar dan merupakan merupakan jalur
utama dalam eksresi kolesterol pada mamalia. Di dalam hati, kolesterol diubah dan
diaktifkan menjadi cholys CoA yang kemudian bereaksi dengan kelompok asam amino
glisin menjadi glicocholate atau dengan kelompok asam amino taurin memebntuk
taurocholate. Setelah disintesis di dalam hati, garam empedu glicocholate dan
taurocholate disimpan dan terkonsentrasi di dalam kantung empedu, sebelum dilepaskan
ke dalam usus. Keberadaan daerah polar dan non polar (amphipatik) menyebabkan garam
empedu efektif digunakan sebagai detergent atau bertindak sebagai pelarut lemak.
Penyerapan vitamin A, D, E, dan K yang larut di dalam lemak juga memerlukan bantuan
dari garam empedu.
~ 34 ~
2.12 Hormon Steroid
Kolesterol merupakan precursor lima kelas utama hormon steroid. Sintesis
hormon steroid dimulai dengan menghilangkan sebuah unit berkarbon 6 dari unit
berkarbon 20 dari rantai samping kolesterol untuk membentuk pregnolone yang
merupakan precursor umum dari semua hormon steroid. Serangkaian reaksi dikatalis oleh
sitokrom p450 yang memodifikasi pregnolon menjadi masing-masing hormon.
Sitokrom P450 adalah sekelompok enzim heme (heme-containing enzim) yang
dinamai berdasarkan spectrum panjang gelombang yang dapat diserapnya ketika terikat
dengan karbon monoksida. Sitokrom ini ada di dalam mitokondria dan SER dari banyak
sel. Enzim ini mengkatalis semua reaksi yang dikenal dengan reaksi mono-oksigenase,
yaitu satu atom oksigen dari molekul eksigen dimasikkan ke dalam molekul substrat, dan
oksigen yang lain dari air. Elektron yang diperlukan untuk membawa reduksi oksigen
membentuk air disupali oleh rantai transport elektron khusus yang secara fungsional
terkait dengan enzim sitokrom P450. Rantai transport electron tersebut biasanya
mengandung NADPH sebagai donor elektron utama, sehingga reaksi yang dikatalis oleh
sitokrom P450 sering ditandai dengan keterlibatan O2 dan NADPH (Hames, 2005)
Tabel Kelas Hormon Steroid
Class Site of Synthesis Hormone Action
Progrestagenes Corpus luteum Progesterone
Prepares uterine lining for egg
implantation;
maintenance of pregnancy
Androgens Testis TestosteroneDevelopment of male secondary
sex characteristics
Estrogens Ovary EstroneDevelopment of female
secondary sex characteristics
Glucocorticoidss Adrenal cortex Cortisol Promotes gluconeogenesis and
glycogen formation;
enhances fat and protein
~ 35 ~
degradation
Gambar Jalur Biosintesis Hormon Steroid
(Sumber: Hames, 2005)
2.13 Lipoprotein
2.13.1 Struktur dan Fungsi
Triasilgliserol, fosfolipid, dan kolesetrol relatif ridak larut dalam pelarut
air. Oleh karena itu mereka diangkut ke seluruh tubuh dalam darah dalam
komponen lipoprotein. Lipoprotein adalah senyawa globular, seperti misel yang
terdiri dari inti hidrofobik dari triasilgliserol dan ester kolesterol yang dikelilingi
oleh mantel amphiphatik dari protein, fosfolipid dan kolesterol. Komponen
protein dari lipoprotein disebut dengan apolioprotein atau apoprotein.
Apopoliprotein atau apoprotein pada permukaan lipoprotein membantu untuk
melarutkan lipid dan bertindak sebagai sinyal sel target.. Ada 5 tipe dari
lipoprotein berdasarkan sifat fungsional dan fisiknya, yaitu Chylomicron, very low
density lipoproteins (VLDLs), intermediate density lipoproteins (IDLs), low
density lipoproteins (LDLs), and high density lipoproteins (HDLs). Fungsi utama
~ 36 ~
dari lipoprotein adalah untuk mengangkut triasilgliserol, kolesterol, dan fosfolipid
ke seluruh tubuh (Hames, 2005).
a. Chylomicron
Chylomicron adalah lipoprotein terbesar dan paling padat yang disintesis
di dalam usus. Chylomicron mengangkut triasilgliserol dari makanan (eksogen)
ke jaringan lain terutama jaringan otot dan jaringan adipose, dan mengangkut
kolesterol tertelan dari usus ke jaringan lain dalam tubuh terutama hati. Pada
jaringan target triasilgliserol dihidrolisis oleh lipoprotein lipase yang berada di
permukaan sel yang diaktifkan oleh APOC-II, salah satu apoprotein pada
permukaan Chylomicron. Asam lemak dan monoasilgliserol yang dilepaskan
diambil oleh jaringan untuk produksi energy atau reesterifikasi triasilgliserol
untuk penyimpanan. Setelah melepaskan triasilgliserol, Chylomicron menyusut
dan membentuk sisa Chylomicron yang kaya kolesterol yang diangkut dalam
darah menuju ke hati.
b. VLDLs, IDLs, dan LDLs
VLDLs disintesis di hati dan bertugas mengangkut lipid ke jaringan lain
terutama jaringan adipose dan sel rangka. Seperti halnya Chylomicron,
triasilgliserol pada VLDLs dipecah oleh lipoprotein lipase dan menghasilkan asam
lemak yang diambil oleh jaringan. Sisa VLDLs tetap di dalam darah, pertama
sebagai IDLs dan kemudian menjadi LDLs. VLDLs yang telah kehilangan asam
lemak berubah menjadi IDLs. IDLs setelah dihidrolisis oleh lipase akan
kehilangan asam lemak kemudian berubah menjadi LDLs. LDLs memberikan
kolesterol ke jaringan untuk sintesis membran sel dan hormon steroid. Dalam
transformasi LDLs, banyak kolesterol yang diesterifikasi pada gugus karboksil
~ 37 ~
pada C nomor 3 oleh penambahan asam lemak rantai dari fosfatidikolin (lisetin)
oleh enzim lesitin-kolesterol asil transferase (LCAT). Selain itu semua apoprotein
lain selain apoB-100 dihilangkan. LDLs kemudian diambil oleh sel target melalui
reseptor-mediated endositosis. Reseptor LDLs, yang berupa glikoprotein
transmembran berada di permukaan sel target, khusus mengikat apoB-100 pada
mantel LDLs. Reseptor tersebut kemudian membentuk klaster ke dalam lubang
clathrin berlapis dan diinternalisasikan. Setelah di lisosom, LDLs bersama dengan
ester kolesterol dihidrolisis oleh lipase lisosomal menghasilkan kolesterol. Hasil
hidrolisis ini kemuadian digabungkan ke dalam membran sel dam kelebihannya
diesterifikasi untuk penyimpanan oleh asil CoA kolesterol acyltransferase
(ACAT). Untuk mencegah penumpukan kolesterol dan turunan dari dari ester
kolesterol di dalam sel, kadar kolesterol yang tinggi mengakibatkan:
1) Menurunkan sintesis LDLs reseptor sehingga mengurangi tingkat
penyerapan kolesterol oleh eceptor-mediated endocytosis, dan
2) Menghamabar biosintesis kolesterol seluler melalui penghambatan CoA
reduktase.
c. HDLs
HDLs memiliki fungsi yang berlawanan dengan LDLs yang membuang
kolesterol dari jaringan. HDLs di dintesis dalam darah terutama dari komponen
hasil degradasi lipoprotein lainnya. HDLs kemudian mendapatkan kolesterol dari
membrane sel dan mengubahnya ke dalam ester kolesterol melalui katalis LCAT.
HDLs kemudian diambil langsung oleh hati atau mentransfer ester kolesterol
untuk VLDLs, di mana sekitar setengah diambil oleh hati dengan endositosis
reseptor-mediated. Hati adalah satu-satunya organ yang dapat membuang
kolesterol dalam jumlah yang signifikan, terutama dalam bentuk garam empedu
(Hames, 2005).~ 38 ~
Gambar Transport Triasilgliserol dan Kolesterol melalui Lipoprotein
(Sumber: Hames, 2005)
2.14 Proses Ketogenesis
Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi asam lemak akan memasuki daur
asam sitrat hanya jika pemecahan lemak dan karbohidrat terjadi secara berimbang.
Karena masuknya asetil KoA ke dalam daur asam sitrat tergantung pada tersedianya
oksaloasetat untuk pembentukan sitrat. Tetapi konsentrasi oksaloasetat akan menurun
jika karbohidrat tidak tersedia atau penggunaannya tidak sebagaimana mestinya.
Oksaloasetat dalam keadaan normal dibentuk dari piruvat. Pada diabetes, oksaloasetat
dipakai untuk membentuk glukosa pada jalur glukoneogenesis dan demikian tidak
tersedia untuk kondensasi dengan asetil KoA. Pada keadaan ini asetil KoA dialihkan ke
pembentukan asetoasetat dan D-3- hidroksibutirat. Asetoasetat, D- 3- hi droksibutirat
dan Aseton disebut dengan zat keton.~ 39 ~
Asetoasetat dibentuk dari asetil KoA dalam tiga tahap.Dua molekul asetil KoA
berkondensasi membentuk asetoasetil KoA. Reaksi yang dikatalisis oleh tiolase ini
merupakan kebalikan dari tahap tiolisis pada oksidasi asam lemak. Selanjutnya astoasetil
KoA bereaksi dengan asetil KoA dan air untuk menghasilkan 3 - hidroksi – 3 –
metilglutaril KoA ( HMG – KoA) dan KoA . Kondensasi ini mirip dengan kondensasi
yang dikatalisis oleh sitrat sintase.Keseimbangan yang tidak menguntungkan bagi
pembentukan asetoasetil KoA diimbangi oleh reaksi ini, yang keseimbangannya
menguntungkan karena hidrolisis iaktan tioester . 3 – Hidroksi – 3 – metilglutaril KoA
kemudian terpecah menjadi asetil KoA dan asetoasetat.
Hidroksibutirat terbentuk melalui reduksi asetoasetat di matriks mitokondria.
Rasio hidroksibutirat terhadap astoasetat tergantung pada rasio NADH/NAD+ di dalam
mitokondria. Karena merupakan asam keto – β, asetasetat secara lambat mengalami
dekarboksilasi spontan menjadi aseton. Bau aseton dapat dideteksi dalam udara
pernafasan seseorang yang kadar asetoasetat dalam darahnya tinggi.
2.14.1 Ketogenesis terjadi jika laju oksidasi asam lemak dihati tinggi
Dalam kondisi metabolik dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi,
hati menghasilkan banyak asetoasetat dan D(-) 3 hidroksibutirat (β
hidroksibutirat). Asetoasetat secara terus menerus mengalami dekarboksilasi
spontan untuk menghasilkan aseton. Ketiga zat ini secara kolektif dikenal sebagai
badan keton (juga disebut badan aseton). Asetoasetat dan 3 hidroksibutirat dapat
saling terkonversi oleh enzim mitokondria, yakni D (-) 3 hidroksibutirat
~ 40 ~
dehidrogenase, keseimbangan dikendalikan oleh rasio (NAD) ATAU (NADH)
mitokondria. Status redoks. Konsentrasi badan keton total dalam darah pada
mamalia cukup gizi secara normal tidak melebihi 0,2 mmol/L, kecuali pada
pemamah biak yang membentuk 3 hidroksibutirat secara terus menerus dari asam
butirat (suatu produk fermentasi pada pemamah biak) di dinding perut pertamanya
(rumen). In vivo, hati tampak nya adalah satu-satunya organ pada hewan non
pemamah biak yang menambahkan keton dalam jumlah banyak ke dalam darah.
Jaringan di luar hati menggunakan badan keton ini sebagai substrat respirasi.
Aliran netto badan keton dari hati ke jaringan ekstrahepatik terjadi karena sintesis
aktif oleh hati dan tingkat pemakaian yang rendah. Situasi sebaliknya terjadi di
jaringan ekstrahepatik.
2.14.2 Badan keton berfungsi sebagai bahan bakar bagi jaringan Ekstrahepatik
Sementara mekanisme enzimatik aktif menghasilkan asetoasetat dari
asetoasetil-Koa di hati, asetoasetat yang telah terbentuk tidak dapat direaktivasi
secara langsung kecuali di sitosol, tempat zat ini digunakan di jalur yang jauh
kurang aktif sebagai prekusor dalam sintesis kolesterol. Inilah yang menyebabkan
pembentukan netto badan keton oleh hati.
Di jaringan ekstrahepatik, asetoasetat diaktifkan menjadi asetoasetil-KoA
oleh suksinil –KoA-asetoasetat KoA transferase. KoA dipindahkan dari suksinil-
KoA untuk membentuk asetoasetil-KoA. Asetoasetil-KoA dipecah menjadi asetil-
KoA oleh tiolase dan dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Jika kadarnya dalam
darah meningkat, oksidasi badan keton meningkat sampai, (pada konsentrasi
sekitar 12 mmol/L) badan-badan keton ini menyebabkan perangkat oksidatif
mengalami kejenuhan. Jika hal ini terjadi, sejumlah besar konsumsi oksigen
diperlukan untuk mengoksidasi badan keton.
Pada kebanyakan kasus, ketonemia disebabkan oleh meningkatknya
produksi bahan bahan keton oleh hati bukan karena defisiensi pemakainnya oleh ~ 41 ~
jaringan diluar hati. Sementara asetoasetat dan D(-)-3_hidroksibutirat mudah
dioksidasi oleh jaringan oleh jaringan ekstrahepatik, aseton sulit dioksidasi in vivo
dan umumnya dikeluarkan dari paru.
Pada ketoneia moderat, pengeluaran badan keton melalui urin hanya
mencerminkan sebagian kecil produksi dan pemakaian badan keton total. Karena
terdapat efek mirip ambang ginjal (tidak terdapat ambang sejati) yang berbeda-
beda antar spesies dan individu, pengukuran ketinemia dan bukan ketonuria
merupakan metode yang dianjurkan untuk menilai derajat keparahan ketosis.
Gambar Jalur ketogenesis di Hati (Sumber: Murray, 2009)
2.14.3 Ketogenesis diatur di tiga tahap penting
~ 42 ~
a. Ketosis tidak terjadi in vivo, kecuali jika terjadi peningkatan kadar asam
lemak bebas dalam darah yang berasal dari lipolisis triasilgliserol di jaringan
adiposa. Asam lemak bebas adalah prekusor badan keton di hati. Hati, baik
dalam keadaan kenyang maupun puasa, mengekstraksi sekitar 30% asam
lemak bebas yang melewatinya sehingga pada konsentrasi tinggi, aliran asam
lemak yang melewati hati cukup banyak. Karena itu faktor-faktor yang
mengatur mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa penting untuk
mengontrol ketogenesis.
b. Setelah diserap oleh hati, asam lemak bebas mengalami oksidasi-β menjadi
CO2 atau badan keton atau teresterifikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid.
Masuknya asam lemak kedalam jalur oksidatif diatur oleh karnitin
palmitoiltransferase-I (CPT-I), dan asam lemak lainnya yang terserap
diesterifikasi. Dalam keadaan kenyang, aktfitas CPT-I rendah sehingga
oksidasi asam lemak berkurang. Pada keadaan puasa, aktivitas enzim ini
meningkat sehingga oksidasi asam lemajk juga meningkat. Malonil-KoA, zat
antara awal pada biosintesis asam lemak yang dibentuk oleh asetil KoA
karboksilase dalamkeadaan kenyang adalah inhibitor protein bagi CPT-I .
pada keadan-keadaan ini, asam lemak bebas masuk ke sel hati dalam
konsentrasi rendah dan hampir semua teresterifikasi menjadi asetil-gliserol
dan diangkut keluar hati dalam bentuk lipoprotein berdensitas (berberat jenis)
sanagt rendah (very low density lipoproteins, VLDL). Namun, seiring dengan
meningkatnya konsentrasi asam lemak bebas pada keadaan lapar asetil-KoA
karboksilase dihambat secara langsung oleh asil-KoA, dan (Malonil-KoA)
menurun, yang membebaskan inhibisi terhadap CPT-I dan memungkinkan
lebih banyak asil-KoA yang mengalami oksidasi-β. Proses-proses ini
diperkuat dalam keadaan kelaparan oleh menurunnya rasio insulin/glukagon.
Jadi, oksidasi –β dari asam lemak bebas dikontrol oleh gerbag masuk CPT-I
~ 43 ~
ke dalam mitokondria, dan keseimbangan ambilan asam lemak bebas yang
tidak dioksidasi mengelami esterifikasi.
c. Pada gilirannya, asetil-KoA yang dibentuk dalam oksidasi-β dioksidasi dalam
siklus asam sitrat, atau memasuki jalur ketogenesis untuk membentuk badan
keton. Seiring dengan meningkatnya kadar asam lemak bebas yang diubah
menjadi keton dan semakin sedikit yang dioksidasi melaui siklus asam sitrat
menjadi CO2. Pemisahan asel-KoA antara jalur ketogenik dan jalur oksidasi
menjadi CO2 diatur sedemikian rupa sehingga energi bebas total yang terserap
dalam ATP yang terbentuk dari oksidasi asam lemak bebas akan konstan
waktu konsentrasinya dalam serum erubah. Hal ini dapat dipahami jika
disadari bahwa oksidasi sempurna 1 mol palmitat menyebabkan produksi
netto 106 mol ATP melalui oksidasi-β dan pembentukan CO2 dalam siklus
asam sitrat, sementara hanya 26 mol ATP dihasilkan jika asetoasetat adalah
produk akhirnya dan hanya 21 mol jika 3-hidroksibutirat adalah produk
akhirnya. Jadi, ketogenesis dapat dianggap sebagai mekanisme yang
memungkinkan hati mengoksidasi asam lemak dalam jumlah besar meskipun
terdapat pembatasan-pembatasan yang ditimbulkan oleh sistem fosforilasi
oksodatif.
Secara teoritis, penurunan konsentrasi oksaloasetat, terutama didalam
mitokondria, dapat mengganggu kemampuan siklus asam sitrat metabolisme asetil
KoA dan mengalihkan oksidasi asam lemak menuju ketogenesis. Penurunan
semacam ini dapat terjadi karena meningkatnya rasio NADH/NAD+ akibat
meningkatnya oksidasi-β yang mempengaruhi keseimbanganantara oksaloasetat
dan malat. Hal ini menyebabkan berkurangnya konsentrasi oksaloasetat. Namun,
piruvat karboksilase yang mengkatalisis perubahan piruvat menjadi oksaloasetat,
diaktifkan oleh asetil-KoA. Oleh sebab itu, jika terdapat asetil-KoA dalam jumlah
~ 44 ~
signifikan, jumlaj oksaloasetat akan memadai untuk memulai reaksi kondensasi
pada siklus asam sitrat.
Gambar transport badan keton dari hati serta jalur pemakaian dan oksidasi di jaringan
ekstrahepatik (Sumber: Murray, 2009)
~ 45 ~
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lipid memiliki sifat umum yaitu relatif kurang larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
nonpolar
Metabolisme asam lemak dikontrol oleh kurangnya nutrisi, karbohidrat, dan asam lemak
itu sendiri. Jika glukosa berlimpah, maka konsentrasi asam sitrat menjadi tinggi
Sistesis asam lemak rantai panjang dilaksanakan oleh dua sistem enzim, asetil –KoA
karboksilase dan sistase asam lemak
Katabolisme asam lemak adalah tahapan pemecahan asam lemak tunggal terjadi empat
reaksi tahapan secara berulang yaitu oksidasi dengan FAD, hidrasi, oksidasi oleh NAD+
dan thiolisis. Pemutusan pada ikatan Ϫ2 atau β pada rantai asam lemak sehingga dikenal
dengan nama pemutusan β oksidasi
Triasilgliserol adalah lipid utama untuk menyimpan energi , sedangkan fosfogliserol ,
sfingomielin dan glikosfingolipid bersifat amfipatik dan memiliki fungsi struktural di
membran sel serta peran khusus lainnya.
Kolesterol, suatu lipid amfipatik adalah suatu komponen penting membran. Senyawa ini
adalah molekul induk yang menjadi sumber terbentuknya steroid lain dalam tubuh.
Karena lipid nonpolar dan tidak larut dalam air, agar dapat dipindah antar jaringan di
dalam plasma darah lipid tersebut dikombinasikan dengan lipid amfipatik dan protein
untuk membentuk lipoprotein yang dapat bercampur dengan air.
Asetil KoA yang terbentuk pada oksidasi asam lemak akan memasuki daur asam sitrat
hanya jika pemecahan lemak dan karbohidrat terjadi secara berimbang, Ketosis bersifat
ringan pada keadaan kelaparan, tetapi parah pada diabetes melitus dan ketosis pemamah
biak.~ 46 ~
3.2 Saran
Penulis mengharapkan adanya koreksi atau saran dan kritik mengenai isi dari
makalah mengenai Metabolisme Lipid. Penulisan yang lebih sistematis dan terperinci
mengenai Metabolisme Lipid.
~ 47 ~
~ 48 ~
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Mohamad, dkk. 2006. Biokimia. Malang:Universitas Negeri Malang
Boyer, R. 1999. Concepts in Biochemistry. Brooks: Cole publishing,co.
Hames, B. D and N. M Hooper. 2005. Instant Notes Biochemistry Second Edition. School
of Biochemistry and Moelcular Biology. University of Leeds. UK.
Hooper, Nigel dan David, Hames. 2005. Biochemistry. UK: Taylor and Francis Group.
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. 1998.
Jakarta: Erlangga
Murray, R. K., David A. B., Kathleen M.B., and Peter K. 2009. Harper’s Illustratted
Biochemistry. Lange Mc Graw Hill.
Nelson, D. L. and Michael M. Cox. 2004. Lehninger Principle of Biochemistry. Fourth
Edition. W.H Freeman & Company.
~ iii ~
top related