majalah fraksi

Post on 11-Mar-2016

246 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

MAJALAH FRAKSI

TRANSCRIPT

KABARKABAR

FRAKSI FRAKSI GERINDRA

TERUS TERUS BERSAMABERSAMA RAKYATRAKYAT

Edisi Januari 2013

halaman 4

Opini Lipsus

Liputan Utama

Resensi

halaman 5-6

halaman 23

Tahun 2012, Tahun 2012, Bekerja dan BekerjaBekerja dan Bekerja

Berjuang Bersama Berjuang Bersama RakyatRakyat

hahahah lallal mamamam n 232323

Menggugat Logika APBN Menggugat Logika APBN Politik Anggaran Partai Gerindra Politik Anggaran Partai Gerindra

SUSUNAN REDAKSI :

Pemimpin Umum :

H. Ahmad Muzani

Wakil Pemimpin Umum :

Martin Hutabarat, SH

Dewan Redaksi :

Desmond J. Mahesa, SH. MH

Edhy Prabowo, MM., MBA

Dr. Sumarjati Arjoso, SKM

Pemimpin Redaksi :

Ir. Fary Djemy Francis, MMA

Redaktur Pelaksana

Muh. Arief

Anggota Redaksi :

Yeremias Ndoen

Ali Mustofa

Idin Rosidin

Abdul Kholik

Kusfi ardi

Dzurrotun Nafi sah

Desain Grafi s :

Gagan

Sekretaris Redaksi :

Susanna Renyaan

Alamat Redaksi :

Ruang Fraksi Partai Gerindra DPR RI,

Gedung Nusantara I Lt.17, Jl.Jend.Gatot

Soebroto, Senayan, Jakarta Selatan. Telp.

(021) 5755669 Fax. (021) 575 5668

Facebook : Fraksi Partai Gerindra DPR RI

Email Redaksi : fraksigerindra_dprri@

yahoo.com

Diterbitkan Oleh :

Divisi Humas dan Pemberitaan Fraksi

Partai Gerindra DPR RI.

HALAMAN 4HALAMAN 4

HALAMAN 5-6HALAMAN 5-6

HALAMAN 22HALAMAN 22

KABARKABAR

FRAKSI FRAKSI GERINDRA

Tahun 2012, Bekerja dan Bekerja

Berjuang Bersama Rakyat

Revisi UU Pilpres, Apakah Perlu?

KONTEN

Opini

PENGANTAR REDAKSIPENGANTAR REDAKSIPUJI dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa pada hari ini kita kembali menjalankan aktivitas keseharian kita dengan semangat dan kerja nyata terus berbuat yang terbaik, mengabdi buat rakyat. Pekan ini Dewan kembali me-masuki Masa Persidangan III Tahun 2012-2013.

Di awal tahun baru ini sebuah kejutan kecil telah kami siapkan bagi rekan-rekan Ang-gota Fraksi Partai Gerindra dan seluruh kader Gerindra di Tanah Air. Yang mana mulai bulan ini di atas meja para Anggota Dewan telah kami siapkan sebuah majalah yang diterbitkan oleh Fraksi Partai Gerindra.

Majalah ini akan terbit setiap bulan yang diharapkan bisa mengakomodasi dan meng-informasikan kepada para kader mengenai progress dan kinerja fraksi serta seluruh alat kelengkapan Dewan lainnya. Sekaligus majalah ini diharapkan bisa memberikan sedikit pencerahan bagi pembaca mengenai situasi dan perkembangan terkini di Senayan, khu-susnya informasi seputar kinerja Legislasi di Fraksi Partai Gerindra.

Sebagaimana kita ketahui kinerja legislasi anggota Fraksi Partai Gerindra di Dewan mendapat perhatian dan apresiasi publik meski dengan jumlah anggota yang relatif sedikit dibandingkan dengan Fraksi lain. Namun perhatian dan apresiasi itu tidak cukup jika tidak diejawantahkan dalam sebuah media interen yang bisa mengelaborasi dan mewartakan lebih mendalam kinerja anggota Fraksi.

Untuk edisi perdana kami mewartakan topik utama sekelumit progres kinerja Fraksi. Meski bukan fraksi mayoritas di Dewan namun Fraksi Partai Gerindra dalam setahun penuh 2012 mendapat banyak apresiasi dari rakyat. Banyak kebijakan yang mendapat sorotan publik menjadi concern dari Fraksi partai Gerindra diantaranya pembangunan gedung Dewan yang mendapat pro dan kontra. Gerindra tegas menolak pembangunan gedung Dewan karena Gerindra sadar bahwa mengutamakan kepentingan rakyat jauh lebih utama ketimbang harus membangun gedung mewah wakil rakyat. Kenaikan harga BBM juga demikian.

Rencana pemerintah menaikan harga BBM mendapat penolakan keras dari Fraksi Partai Gerindra dan syukurlah kendati dengan anggota minoritas di Dewan Gerindra tetap memperlihatkan kemampuannya.

Hal selanjutnya yang mendapat sorotan publik lainnya adalah soal revisi UU KPK, Gerindra secara tegas menolak revisi UU KPK karena revisi tersebut berpotensi mele-mahkan kewenangan KPK sebagai garda terdepan dalam pemberantasan korupsi.

Selain hal diatas masih banyak yang telah Fraksi Partai Gerindra perjuangkan untuk rakyat termasuk menginisiasi lahirnya sejumlah UU yang pro rakyat serta mengede-pankan pembahasan anggaran untuk rakyat. Dan untuk itulah majalah ini hadir untuk mewartakan hal tersebut setiap waktu.

Selain mewartakan laporan utama pada halaman berikutnya kami memberikan bacaan lain yang tak kalah menarik. Ada pula laporan anggota Fraksi Partai Gerindra per komisi, serta ulasan penting lainnya yang tak kalah menarik, seperti profi l khusus anggota Fraksi Partai Gerindra yang akan kami orbitkan setiap edisi.

Yang ingin kami tekankan bahwa majalah ini diterbitkan oleh Fraksi Partai Gerindra dengan ulasan lugas, menarik, dan kredibel. Kami berharap ini menjadi bahan bacaan yang baik dan bermutu serta menambah wawasan keilmuan kita terutama terkait pro-gress kinerja Fraksi.

Di akhir pengantar ini, tak lupa kami ingatkan kepada pembaca untuk tak segan-se-gan memberi saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga evaluasi dan perbai-kan majalah ini kami lakukan setiap penerbitan.

Salam Indonesia Raya

Ir. Fary Djemy Francis, MMA

Pemimpin Redaksi

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 04

EPANJANG tahun 2012 perpolitikan domestik mengalami “panas-dingin”, termasuk di DPR. Warna-warni politik di Dewan kian terang, tidak lagi samar ketika menyoroti beberapa kebijakan publik. Ada yang pro, ada pula yang kontra dalam menyikapi isu yang lagi dalam sorotan.

Namun Fraksi Gerindra DPR sepanjang 2012 tetap konsisten di jalur yang benar, bersama rakyat memperjuangkan kepentin-gan rakyat Indonesia.

Tak ayal Fraksi Gerindra mendapatkan apresiasi atau simpati publik. Banyak isu krusial yang mengemuka di masyarakat ditangani Gerindra dengan baik. Sejumlah survei menempat-kan Gerindra diurutan teratas yang akan dipilih rakyat jika pemilu diadakan sekarang. Tentu semua pihak termasuk fraksi Gerindra berupaya terus agar prestasi itu dipertahankan hingga Pemilu 2014 mendatang.

Belum hilang dari ingatan kita soal peran penting Fraksi Gerindra menyikapi sejumlah persoalan di masyarakat.

Yang paling mengemuka diantaranya soal penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi, pembangunan gedung baru DPR RI, menolak upaya pelemahan KPK dalam garda terdepan pemberantasan korupsi, larangan kunjungan kerja ke luar negeri, dan sejumlah hal penting lainnya yang mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat.

Kebijakan atau sikap politik yang diambil Fraksi Gerindra mengundang decak kagum dari kalangan masyarakat.

Yang mengemuka misalnya ketika Fraksi Gerindra menya-takan tegas menolak rencana pembangunan gedung DPR RI. Hanya Fraksi Gerindra yang dari awal konsisten menolak pem-bangunan gedung mewah DPR hingga beberapa rekan fraksi lain heran, alasan Gerindra menolak pembangunan gedung.

Sungguh luar biasa, Gerindra memberikan inspirasi bagi fraksi lain untuk membela kepentingan rakyat. Fraksi Gerindra sadar pada beberapa sisi, bahwa gedung Dewan sudah tidak

relevan untuk digunakan. Namun bukankah masih bisa ditem-pati dan masih bisa menahan panas dan hujan.

Bukankah tidak lebih baik jika dana pembangunan gedung Dewan dialokasikan untuk rakyat tidak mampu yang membu-tuhkan subsidi anggaran negara?

Dalam kasus penolakan terhadap kenaikan harga BBM juga demikian. Fraksi Gerindra menyadari potensi jebolnya APBN akibat subsidi yang terus membengkak.

Namun bukan berarti harus memberatkan rakyat kecil untuk memperoleh subsidi BBM. Ada cara lain yang bisa dilakukan agar subsidi tidak membengkak misalnya dengan mengefek-tifkan penggunaan bahan bakar gas (BBG) dan pemerintah sebenarnya memiliki kemampuan menghemat anggaran yang bisa dialokasikan untuk subsidi BBM.

Begitu banyak inspirasi dan hasil konkrit perjuangan Fraksi Gerindra di DPR sepanjang 2012.

Untuk menyebutnya satu-per akan diulas dalam laporan selanjutnya.

Yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa sepanjang 2012, Fraksi Gerindra bekerja keras agar fungsi Dewan sebagai wadah memperjuangkan aspirasi rakyat bisa terlaksana dengan baik. Sejumlah Undang-undang (UU) juga diinisasi dengan baik oleh Gerindra misalnya RUU tentang PPDK dan sebagainya.

Meskipun dengan jumlah anggota yang relatif kecil, hal itu tidak menyurutkan kerja keras Fraksi Gerindra untuk menjadi perpanjangan tangan partai di Dewan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

Semua itu diperoleh dengan visi dan misi kepemimpinan Fraksi Gerindra yang tepat, manajemen fraksi yang baik, kekompakan anggota fraksi, serta kematangan dalam memu-tuskan sikap politik.

Sehingga kita patut bersyukur bahwa tahun 2012 dilalui de-ngan baik oleh Fraksi Gerindra yang ikut memberi andil pada terus membaiknya pandangan masyarakat pada Gerindra.

Itu bisa dibuktikan dari survei beberapa lembaga survei inde-penden yang menempatkan Gerindra sebagai salah satu dari par-tai urutan teratas ditambah popularitas Bapak Prabowo Subianto yang terus diurutan teratas sebagai calon presiden mendatang.

Hasil kinerja yang baik di tahun 2012 bukan berarti tanpa rintangan dan hambatan.

Namun semua dilalui dengan kerja keras dan prinsip berjuang untuk rakyat membangun gerakan untuk Indonesia Raya.

Selamat Tahun Baru 2013. Tahun ini Fraksi Gerindra akan lebih giat bekerja dan bekerja untuk kepentingan rakyat.

Tahun 2013 tentu perpolitikan sedikit mengalami dina-mika menjelang Pemilu 2014.

Tetapi pada prinsipnya Gerindra tetap akan berjuang semaksimal mungkin menjalankan amanah rakyat mem-bawa rakyat adil makmur dan sejahtera.

Sehingga Gerindra tetap mendapat tempat di hati rakyat Indonesia dan menjadi pemenang pada Pemilu 2014 men-datang. (tim)

OPINI LIPSUSOPINI LIPSUS

Tahun 2012, Bekerja dan BekerjaSS

FOTO/ISTIMEWA

LIPUTAN UTAMALIPUTAN UTAMA

Berjuang Bersama Rakyat

WAKTU sepertinya bergulir begitu cepat hingga tak terasa tahun 2012 berlalu, berganti tahun 2013.

Tahun 2012, tahun dengan sejumlah dinamika sosial politik didalamnya, memberi banyak pewarnaan politik dalam negeri tak terkecuali di DPR sebagai sentrum perpolitikan nasional.

Banyak peristiwa penting yang menjadi sorotan publik dan Fraksi Gerindra sebagai bagian dari eksistensi DPR RI banyak memberi andil penting.

Sejumlah isu penting yang menjadi sorotan publik sepanjang 2012 tak luput dari perhatian Fraksi Gerindra.

Diantaranya wacana kenaikan harga BBM bersubsidi, pembangu-nan gedung DPR RI, upaya pelemahan KPK melalui revisi UU KPK, dan sejumlah permasalahan lainnya. Fraksi Gerindra mendapat sim-pati dan apresiasi dari berbagai kalangan karena mampu berada di barisan terdepan menyuarakan kepentingan rakyat dengan menolak berbagai kebijakan yang merugikan masyarakat luas.

Meskipun dengan jumlah anggota yang relatif sedikit dibanding-kan dengan fraksi lain namun tak menyurutkan nyali fraksi Gerindra untuk terus menerus memperjuangkan kepentingan rakyat.

Lihatlah bagaimana Fraksi Gerindra DPR tegas menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.

Disaat fraksi lain, terutama anggota Koalisi pemerintah, bersepa-kat menaikkan harga BBM bersubsidi namun Gerindra terus bekerja keras berupaya menggagalkan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Fraksi Gerindra juga menjalankan fungsi legislasi dan budgeting dengan baik. Sejumlah usul inisiatif pembuatan UU diupayakan oleh fraksi Gerindra termasuk penganggaran dalam APBN pro rakyat yang menjadi perhatian utama Gerindra.

Medio awal 2012 lalu saat ramai pro dan kontra pembangunan gedung Dewan, Gerindra sudah memperlihatkan sikap yang tegas menolak pembangunan gedung DPR.

Beberapa fraksi besar di DPR terus melobi Fraksi Gerindra namun Gerindra dengan motto “bersama rakyat” tiada pernah menjual aspi-rasi dan kepentingan rakyat hanya untuk kepentingan yang mengun-tungkan segelintir elit.

Pembangunan gedung DPR tidak mencerminkan rasa empati elit politik terhadap penderitaan rakyat. Bagaimana mungkin anggota Dewan membangun gedung mewah sementara rakyat masih berku-tat pada jurang kemiskinan.

Perintah Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto tegas menolak pembangunan gedung DPR.

“Kami imbau pembangunan gedung baru DPR tidak usah diterus-kan, karena gedung lama masih baik,” kata Prabowo.

Prabowo mengusulkan, anggaran Rp 1,138 triliun lebih baik

dialokasikan untuk membantu masyarakat miskin agar hidupnya lebih layak. Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ini mencontohkan, jika anggaran Rp 1,138 trilun dialokasikan untuk pengadaan sawah baru maka dana tersebut bisa diwujudkan menjadi sawah seluas sekitar 20.000 hektare.

Sekretaris Fraksi Gerindra Edhy Prabowo menegaskan DPR masih harus menahan diri untuk membangun gedung baru di tengah kondisi masyarakat saat ini. Gerindra telah menyatakan penolakan-nya beberapa waktu lalu dan tak akan menempati ruangan anggota di gedung baru DPR.

“Fraksi kita tetap menolak. Dengan kondisi ini, tidak sebagai pri-oritas. Tapi masalah kemiskinan, subsidi BBM, kekurangan ini yang harus kita selesaikan. Kita harus menahan diri karena pembangunan ini tidak urgent,” kata Edhy.

Tidak bisa dipungkiri komitmen Fraksi Gerindra ini berujung manis dan akhirnya pembangunan gedung Dewan pun akhirnya dibatalkan.

Perjuangan Fraksi Gerindra terus mendapat simpati rakyat. Dalam bidang penegakan hukum sepanjang tahun 2012, Fraksi Gerindra juga memiliki andil besar. Misalnya ketika anggota DPR dari fraksi lain banyak terjerat kasus korupsi maka Gerindra tetap memperlihat-kan bahwa kadernya bersih dari praktik politik yang korup.

Gerindra juga berupaya maksimal menolak upaya pelemahan KPK melalui revisi UU KPK Nomor 30 Tahun 2002 yang banyak disuara-kan fraksi lain di DPR.

Gerindra sadar dengan pelemahan KPK maka upaya pemberan-tasan korupsi di tanah air tidak akan berjalan maksimal.

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRA 05I G

FOTO/ISTIMEWA

Fraksi melihat kesan revisi UU KPK diarahkan untuk mengurangi kewenangan yang dimiliki KPK apalagi pengurangan kewenangan KPK dinilai hanya akan memperlemah KPK.

Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra yang juga menjadi ang-gota Komisi III DPR, Martin Hutabarat, mengatakan kalau tujuannya untuk memperkuat KPK atau untuk meningkatkan sinergi pember-antasan korupsi antara KPK dan institusi penegak hukum lainnya, Gerindra tidak keberatan membahasnya di Badan Legislasi ataupun Komisi III DPR.

Namun jangan ada tendensi dari kalangan elite parpol untuk “membonsai” kewenangan KPK agar nantinya tidak efektif dalam pemberantasan korupsi. Padahal korupsi adalah kejahatan luar biasa di negeri ini yang harus dihadapi dengan cara-cara yang tidak biasa.

“Kejahatan korupsi di negara kita bukan semakin berkurang, malah semakin meluas dan canggih. Oleh karena itu, kami menolak dilakukannya revisi UU KPK,” kata Martin.

Isu lain yang mengemuka di tahun 2012 adalah soal wacana kenaikan harga BBM bersubsidi. Akhir Maret 2012 pemerintah ngotot menaikkan harga BBM bersub-sidi awal April.

Dalam sidang paripurna DPR, Gerindra tetap pada pandangannya menolak kenaikan harga BBM bersub-sidi.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menegaskan berdasarkan undang-undang no-mor 22 tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 pasal 7 ayat 4, pembatasan konsumsi premium dilakukan pada kendaraan pribadi roda empat di pulau Jawa dan Bali.

Dengan demikian, telah secara jelas dan tegas yang harus di-lakukan pemerintah menurut UU APBN 2012 adalah pembatasan konsumsi BBM bersubsidi untuk pulau Jawa dan Bali saja. Itulah sebabnya Gerindra menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi ini.

Selain itu, menurut Muzani pembatasan konsumsi BBM bersubsidi ini lantas beralih kepada opsi mengalihkan BBM kepada bahan bakar gas (BBG). Karena itu, usul pembatasan konsumsi ini memunculkan ketidakjelasan di pihak masyarakat akibat ulah pemerintah sendiri. “Sikap ini tentu ironis dan membuat bingung masyarakat,” tandas Muzani.’

Fraksi Gerindra tidak menyetujui ketika beban berat BBM harus dibebankan kepada rakyat.

“Gerindra akan berjuang agar BBM tetap dipertahankan seperti sekarang ini. Kami menginginkan ambil posisi untuk menambah subsidi BBM dan listrik. Karena dalam pandangan kami pemerintah masih memiliki kemampuan untuk Rp 55 triliun dengan penghema-tan,” kata Muzani.

Dalam penggunaan dana partai, Gerindra juga mendapatkan apresiasi dari ICW. Pertengahan Juni 2012 ICW meneliti laporan keuangan Gerindra yang dianggap paling baik dan transparan.

Laporan keuangan yang diteliti dari 9 parpol yang disubsidi dari APBN karena memiliki kursi di DPR RI, yaitu Partai Demokrat, Gol-

kar, PDIP, PKS, PAN, PKB, PPP, Gerindra, dan Hanura.ICW menyatakan parpol yang memiliki laporan keuangan paling

baik adalah Partai Gerindra, sedangkan Partai Demokrat, PDIP, PPP, dan Hanura paling buruk. Ketua Fraksi Gerindra Ahmad Muzani mengaku sudah mengikuti penelitian yang dilakukan ICW cukup lama.

Menurutnya, wajar saja jika Gerindra dinilai memiliki laporan keuangan parpol paling baik, dikarenakan partainya telah memberi-kan laporan yang apa adanya.

Mengenai studi banding anggota DPR-RI keluar negeri yang dikri-tik publik, Fraksi partai Gerindra sebenarnya sejak awal sudah melar-ang anggotanya kunjungan kerja atau studi banding ke luar negeri.

“Banyak cara alternatif bisa dilakukan selain studi banding atau kunker ke luar negeri.

Kalau cara-cara alternatif bisa diterapkan, pasti akan menghemat sejumlah besar anggaran negara. DPR pun akan mendapat apresiasi rakyat dan tidak akan sampai mendapat kritikan dan cemohan tajam seperti seka-rang,” kata Martin Hutabarat Anggota Fraksi Gerindra DPR.

Selain isu utama diatas, Fraksi Gerindra juga memberi catatan kritis terhadap sejumlah Rancangan Undang-Undang (RUU) yang digodok di DPR.

Yang mendapat sorotan publik misalnya soal RUU Keamanan Nasional (Kamnas). Gerindra mengem-balikan RUU tentang Keamanan Nasional (Kamnas) kepada Pemerintah untuk disempurnakan dan di sosial-isasikan di internal Pemerintah dalam Rapat Paripurna DPR RI yang akan datang.

Untuk penyusunan RUU Desa, Fraksi Gerindra DPR RI memberi andil penuh.

Anggota Komisi II DPR RI Mestariani Habie mengatakan Fraksi Gerindra ingin menjadikan desa sebagai sumber awal kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

“Fraksi Partai Gerindra dapat memahami dan mendukung pe-nyusunan RUU tentang Desa serta siap membahasnya dalam forum selanjutnya,” ujar Mestariani.

Disisi lain Fraksi Gerindra juga menggagas dilahirkannya RUU tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Ini sangat pent-ing meskipun ketentuan mengenai perlindungan petani telah diatur pada beberapa peraturan yang lain seperti Undang Undang tentang Hortikultura dan lain sebagainya.

“Fraksi Partai Gerindra berpendapat bahwa masalah perlindu-ngan dan pemberdayaan petani perlu di atur dalam Undang Undang tersendiri untuk memberikan jaminan yang lebih besar bagi kes-ejahteraan serta keberpihakan negara kepada petani. Ketidaktegasan pengaturan mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani selama ini telah berimplikasi pada terpuruknya nasib petani Indone-sia,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI Agung Jelantik Sanjaya.

Selain prestasi diatas sejumlah inisiatif lahirnya UU yang berpihak kepada rakyat diusulkan oleh Fraksi partai Gerindra. Fraksi partai Gerindra akan senantiasa berada di garda terdepan dalam memper-juangkan hak dan kepentingan rakyat di tahun 2013 ini. (tim/net)

LIPUTAN UTAMALIPUTAN UTAMA

Fraksi partai Gerindra akan senantiasa berada di garda terdepan dalam memperjuangkan hak dan kepentingan rakyat di tahun 2013 ini.

H. AHMAD MUZANIKetua Fraksi Partai

Gerindra DPR-RI

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 06

FOTO/ISTIMEWA

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPANAKARTA -Fraksi Gerindra DPR RI memandang perlu ada upaya terencana yang dapat melindungi dan memberdayakan industri pertahanan. Oleh karena itu Fraksi Gerindra DPR RI akan memperjuangkan pengembangan industri pertahanan yang dapat memenuhi kebutuhan pertahanan dalam negeri.

“Industri pertahanan yang kuat akan mampu menjawab tantangan masa depan terkait ancaman militer dan non militer dari luar negeri, separatisme, dan perubahan geopolitik yang dapat mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Gerindra Rachel Sayyidina Maryam di gedung DPR RI Jakarta.

Pada era yang semakin modern ini harus menjadi komitmen semua kom-ponen bangsa kita mendorong perkembangan dunia pertahanan Indonesia dari masa ke masa. Sebagai wujud dari komitmen tersebut, saat ini kita telah mampu menyelesaikan sebuah RUU yang mengatur tentang industri

pertahanan dalam negeri. “RUU ini diharapkan mampu menjadikan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam bidang perala-tan pertahanan. Adanya RUU ini mendorong kita mampu mengopti-malkan segala sumber daya dengan melakukan produksi alat utama sistem senjata dari hulu sampai hilir,” ujarnya.

RUU ini juga akan mendorong produksi alat utama sistem senjata buatan dalam negeri dan industri-industri pendukung lainnya untuk bersaing di luar negeri. Negara melalui Kementerian Pertahanan dan Kementrian/Lembaga terkait harus bahu membahu mendorong ketersediaan produk industri pertahanan untuk memenuhi permintaan dari negara lain, khu-susnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Fraksi Partai Gerindra DPR RI berkeyakinan, kehadiran RUU ini

merupakan babak baru dalam dunia pertahanan Indonesia. Melalui RUU ini, pengembangan industri pertahanan dapat dilakukan melalui managerial yang baik dan visioner, sehingga anggaran di bidang pertahanan diharapkan mampu dikelola secara optimal untuk sebesar-besarnya kepentingan bangsa.

“Fraksi Partai Gerindra DPR RI berkomitmen akan terus berikhtiar dalam rangka memperkuat kedaulatan bangsa melalui penguatan industri perta-hanan. RUU ini kami harapkan menjadi bagian dari reformasi dalam bidang alutsista dan pertahanan Indonesia yang sudah sepatutnya di dorong terus menerus semata-mata untuk melindungi segenap warga negara Indonesia dan memperkuat sistem ketahanan Negara Republik Indonesia,” ujarnya. (tim).

KOMISI I DPR :

Gerindra Nilai Pentingnya RUU Industri Pertahanan

JJ

“Fraksi Partai Gerindra DPR RI berkomitmen akan terus berikhtiar dalam rangka memperkuat kedaulatan bangsa melalui penguatan industri pertahanan.

RACHEL SAYYIDINA MARYAM Anggota Komisi I DPR RI

dari Fraksi Partai Gerindra

RACHEL RACHEL SAYYIDINA SAYYIDINA

MARYAM MARYAM

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRA 07I I G

FOTO/ISTIMEWA

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN KOMISI I DPR :

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 08

Bagi Indonesia setelah 32 tahun bergumul dengan 32 tahun bergumul dengan kekuasaan yang otoritarian, kekuasaan yang otoritarian, perumusan maupun perumusan maupun penyelenggaraan kebijakan penyelenggaraan kebijakan keamanan nasional yang keamanan nasional yang kini populer dengan kini populer dengan Rancangan Undang-Rancangan Undang-Undang Keamanan Undang Keamanan Nasional (RUU Kamnas) Nasional (RUU Kamnas) mempunyai kekhawatiran mempunyai kekhawatiran tersendiri tersendiri . .

H. AHMAD MUZANIH. AHMAD MUZANIKetua Fraksi Partai Gerindra Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR-RIDPR-RI

Menyoal RUU Menyoal RUU Keamanan Keamanan NasionalNasional

Bagi banyak pihak RUU Kamnas dinilai berpotensi dalam pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) dan kebebasan berdemokrasi.

Fraksi Partai Gerindra DPR RI mengembalikan RUU tentang Keamanan Nasional (Kamnas) kepada Pemerintah untuk disempurnakan dan di sosialisasikan terlebih dahulu.

Mengenai penjelasan mekanisme yang menjadi alasan pemerintah yang meminta DPR RI melakukan pembahasan RUU Kamnas pada tingkat I dan tingkat II maka fraksi Gerindra meminta kepada pimpinan Dewan untuk melaku-kan pembahasan pengembalian RUU tersebut (ditingkat II) sesuai dengan UU No 12 Tahun 2011 pasal 69.

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan pada prinsipnya sebagai negara demokrasi, Fraksi Gerindra setuju bahwa Indonesia me-mang membutuhkan UU Kamnas untuk mengantisipasi jika sewaktu waktu negara dalam keadaan bahaya. “

Namun Fraksi Gerindra berpendapat bahwa substansi RUU Kamnas masih harus di diskusikan dan dipelajari terlebih dahulu,” tegasnya.

Munculnya draft RUU Keamanan Nasional (Kamnas) pada tanggal 3 Maret 2011 yang dikeluarkan oleh Kemen-terian Hukum dan HAM mengambil posisi isu nasional strategis yang banyak mendapatkan kritik dan mengundang perhatian banyak pihak. Sejauh ini masih ramai dibicarakan mengenai pro dan kontra kelahiran dari RUU Kamnas ini.

Rapat Internal Pansus RUU tentang Keamanan Nasional tanggal 20 Maret 2012 memutuskan untuk mengembalikan RUU tentang Kamnas kepada Pemerintah untuk penyem-purnaan dan sosialisasi di internal Pemerintah sebelum dilakukan pembahasan lebih lanjut oleh pansus.

Muzani yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra ini men-

gatakan RUU Kamnas cenderung ingin mengatur semua hal sehingga berpotensi disalahgunakan oleh pemangku kepentingan dalam bidang keamanan. “Ini harus dibicara-kan serius di tingkat Pansus RUU Kamnas,” kata Muzani.

Meskipun Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro sudah menjelaskan secara detail soal RUU Kamnas di hada-pan Pansus RUU Kamnas pada 23 Oktober 2012 lalu, namun masih harus dibicarakan lebih serius dan detail lagi.

“Pandangan-pandangan yang ada di masyarakat juga harus diakomodir. Menurut saya RUU ini harus jelas mengatur definisi dan kategorisasi keamanan. Pada per-soalan seperti apa tentara harus turun dan pada persoalan apa polisi harus turun. Ini yang masih tidak jelas,” ungkap Muzani.

Menurut Muzani semangat dalam RUU Kamnas bagus karena pemerintah berupaya memberi penguatan negara dalam setiap potensi keamanan.

“Tapi, ketika menghandle keamanan bisa disalahtafsir-kan, itu berbahaya. Rezim tidak boleh menyalahgunakan kewenangan justru untuk memperkuat rezim dan tidak ada hubungan dengan kekuatan keamanan,” papar Muzani.

Fraksi Gerindra DPR telah mendengar menjelasan dari Wakil Menhan Sjafrie Syamsuddin bahwa RUU Kamnas sangat komprehensif tetapi tetap pemerintah harus diingat-kan untuk bisa menjelaskan kepada masyarakat soal RUU Kamnas ini.

“Kenapa hanya kepada fraksi-fraksi saja. Kalau penjela-san sampai ke masyarakat dengan utuh, tidak ada kekha-watiran,” kata Muzani.

Menurut Muzani, selama ini penjelasan pemerintah ke-pada masyarakat tidak pernah utuh sehingga meski menilai komprehensif dan baik.(tim)

Dasar Pertimbangan Penyempurnaan RUU Kamnas :1) Adanya ketidak selarasan antara Naskah Akademik dan Naskah RUU;2) Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Nasional menggunakan paradigma dan pendekatan yang masih diperde-batkan, yaitu pendekatan systemic building atau pendekatan kontingensi;3) Adanya ketidaksesuaian antara pasal-pasal dan Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Nasional4) Terdapat duplikasi dan kontradiksi dari Undang-Undang Sektoral (UU No 34 tahun 2004 tentang TNI, UU No 2 tahun 2002 tentang kepolisian dan UU No 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara) dimana undang-undang sektoral tersebut merupakan actor keamanan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Nasional5) Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Nasional dinilai berpotensi dalam pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) dan kebebasan berdemokrasi.

Catatan : Rangkuman keberatan pansus di atas merupakan hasil dari kajian dan Rapat Dengar Pendapat dari para ahli. RUU ini dinilai kontraproduktif dalam arus transisi negara Indonesia pasca reformasi. DPR RI berharap pemerintah tanggap terha-dap permohonan ini sehingga dapat melakukan penyempurnaan sesuai dengan problem-problem yang telah di sebutkan.Menindaklanjuti surat DPR RI tersebut di atas, Presiden RI atas nama pemerintah menyampaikan kembali draf Rancangan Undang-Undang tentang Kemanan Nasional tersebut kepada DPR RI namun tanpa dilakukan penyempurnaan sedikitpun.

AHMAD MUZANI

KABARKABAR

FRAKSI FRAKSI GERINDRAGERINDRA 09

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 10

AKARTA -Fraksi Gerindra DPR RI mem-beri andil penuh dalam upaya penyusu-nan RUU tentang Desa.

Anggota Komisi II DPR RI Mestariani Habie mengatakan Fraksi Gerindra ingin menjadikan desa sebagai sumber awal kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

“Fraksi Partai Gerindra dapat mema-hami dan mendukung penyusunan RUU tentang Desa serta siap membahasnya dalam forum selanjutnya,” ujar Mestari-ani di gedung DPR RI Jakarta.

Menurut dia desa merupakan subyek utama dalam tata pemer-intahan dan pembangunan kesejahteraan rakyat. Dari premis dasar inilah, dalam pandangan Fraksi Partai Gerindra sejatinya harus menjadi roh dan landasan dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan pemerintahan dan pembangunan, termasuk dalam me-nyusun peraturan perundangan tentang desa.

“Berpijak pada premis dasar diatas, maka pengaturan tentang desa dalam sebuah perundangan tidak ditempatkan pada posisi subordinat dan subsistem pengaturan pemerin-tahan daerah. Desa mempunyai konteks sejarah, sosiologis, politik dan hukum yang berbeda dengan daerah,” katanya.

Karena itu, lanjut Mestariani, penyusunan regulasi tentang Desa tersendiri merupakan ikhtiar untuk ”mengeluarkan” Desa dari posisi subordinat, subsistem dan marginal dalam pemerintahan daerah menjadi entitas system yang tidak mar-ginal sekaligus hendak mengangkat Desa pada posisi subyek yang terhormat dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.

Selanjutnya regulasi tentang desa dalam sebuah perun-

dangan juga tidak sekedar regulasi yang hanya mengatur tata kelola pemerintahan desa semata. Regulasi tentang desa harus menjadi landasan dan instrumen penguatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Kesejahteraan masyarakat desa harus menjadi gol utama dari regulasi ini yang dicapai melalui tata kelola pemerintahan desa. Menjadi tidak berarti dan tidak urgen bila regulasi tentang desa hanya mengatur soal pemerintahan desa, apalagi hanya mengatur soal elit desa saja.

Selain itu, yang juga tidak kalah pentingnya, dengan men-empatkan desa sebagai entitas subyek dari tata pemerintahan dan pembangunan kesejahteraan maka konsekuensi logisnya regulasi tentang desa juga harus memposisikan masyarakat desa sebagai subyek. Dalam konteks ini, dalam pandangan Fraksi Partai Gerindra, regulasi tentang desa harus men-dorong partisipasi masyarakat desa dalam tata kelola pemer-intahan desa dan pembangunan kesejahteraannya dengan membuka ruang prakarsa yang berpijak pada local asset, yakni kelembagaan sosial yang sudah ada di desa.(tim)

MESTARIANI HABIE

Mewujudkan Kejayaan Indonesia Raya Melalui RUU DesaJJ

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

KOMISI II DPR :

FOTO/ISTIMEWA

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

KOMISI III DPR :JAKARTA -Rencana revisi terhadap Undang-Undang KPK berujung kon-troversi beberapa waktu lalu. Dan memang jika melihat draft (revisi) yang diajukan, sangat jelas akan ‘melemahkan KPK’.

Anggota Komisi III DPR RI Desmond J Mahesa berpendapat terdapat be-berapa belas pasal yang diubah dan disisipkan. Ada dua perubahan yang berpotensi kuat memperlemah peran KPK ,beberapa pasal tersebut yang pertama seperti tercantum dalam draft Pasal 12 A mengenai kewenangan penyadapan oleh KPK harus meminta izin tertulis dari ketua pengadilan negeri. Kedua, kewenangan KPK melakukan penuntutan dihilangkan dan dikembalikan ke kejaksaan.

“Memang wacana merevisi UU KPK tersebut sebenarnya sudah lama disuarakan diantaranya melalui usulan memangkas kewenangan KPK, seperti dalam bidang penuntutan dan penyadapan yang dituangkan dalam draf revisi UU KPK,” kata Desmond.

Pasal-pasal tersebut sudah 17 kali diuji di Mahkamah Konstitusi (MK) untuk diubah. Namun, keputusan MK tetap konsisten bahwa kewenangan-kewenangan strategis KPK itu tidak melanggar UUD 1945. Kewenangan penyadapan KPK memang sudah seharusnya melekat di lembaga antikorupsi tersebut.

Seperti kita ketahui, KPK saat ini merupakan lembaga yang memiliki audit penyadapan terbaik. Penyadapan ini teknik penyamaran. Jika perlu seizin hakim itu sama saja tidak bisa melakukan penyidikan. Begitu juga dengan kewenangan untuk melakukan penuntutan yang memang harus ada di KPK sebagai tanda lembaga itu memiliki kewenangan luar biasa , seperti di negara Malaysia yang mengadopsi hal yang sama untuk Komisi Rasuah. (tim)

Sikap Fraksi tentang revisi RUU KPK :

Jika penuntutan diserahkan ke kejak-saan, di mana sisi kewenangan superbody KPK lagi, Inilah harus menjadi salah satu prioritas utama kewenangan penuntutan KPK yang akan direvisi , jika dalam penuntutan akan dilakukan oleh kejaksaan. Hal ini akan membuka kemungkinan kasus yang disidik KPK akan dihentikan oleh kejaksaan.

Masalah penyadapan yang akan diper-sulit. KPK saat ini merupakan lembaga yang memiliki audit penyadapan terbaik. Penyada-pan ini teknik penyamaran. Kalau perlu seizin hakim itu sama saja tidak bisa melakukan penyidikan, Hal ini jelas sekali, ada upaya tersembunyi untuk melemahkan KPK dan dengan perlahan-lahan akan ‘mematikan’ KPK.

Mempersoalkan masa jabatan pimpi-nan pengganti KPK dan soal Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Padahal, dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK), masa jabatan pimpinan KPK menganut steger sistem. Jadi. jika ada pimpinan KPK berhenti di tengah jalan, pimpinan penggantinya juga punya masa jabatan sama.

Seperti yang kita ketahui fi losofi terben-tuknya KPK adalah sebagai antitesis dari korupsi yang dinilai merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Di saat lembaga penegak hukum lainnya seperti Kejaksaan dan Polri dianggap belum mampu memen-uhi tuntutan semangat pemberantasan anti korupsi, maka berdirinya KPK adalah benteng terakhir pemberantasan korupsi.

Dari beberapa pokok pemikiran & Pendapat Fraksi Gerindra di atas maka Fraksi Gerindra menyatakan menolak Revisi Rancangan Undang – Undang tentang Komisi Pemberan-tasan Korupsi.

DESMOND J MAHESA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRA 11I G

FOTO/ISTIMEWA

AKARTA -Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa saat Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang berarti bahwa sebagian besar rakyat Indonesia menggan-tungkan hidupnya pada sektor pertanian. Namun sebagai tumpuan kehidupan mayoritas rakyat, sektor pertanian dan nasib petani kita nampaknya tidak pernah beranjak dari kubangan kemiskinan. Pada hal kesejahteraan petani yang relatif rendah dan menurun saat ini akan sangat menentukan prospek ketahanan pangan.

Oleh karena itu Fraksi partai Gerindra menggagas dilahirkannya RUU tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Ini sangat penting meskipun ketentuan mengenai perlindungan petani telah diatur pada berapa peraturan yang lain seperti Undang Undang tentang Hortikultura dan lain sebagainya.

“Fraksi Partai Gerindra berpendapat bahwa masalah perlindungan dan pember-dayaan petani perlu di atur dalam Undang Undang tersendiri untuk memberikan jaminan yang lebih besar bagi kesejahteraan serta keberpihakan negara kepada petani. Ketidaktegasan pengaturan mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani se-lama ini telah berimplikasi pada terpurukn-ya nasib petani Indonesia,” ujar Anggota

Komisi IV DPR RI Agung Jelantik Sanjaya di gedung DPR RI Jakarta.

Fraksi Partai Gerindra berharap RUU tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dapat menjadi momentum bagi berbagai pihak khususnya Pemerintah untuk melakukan langkah-langkah strat-egis antara lain mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang pro ke-pada petani. Sebagai negara agraris, arah pembangunan Pemerintah seharusnya dipusatkan pada pemberdayaan dan pe-mandirian masyarakat petani, dan bukan sebaliknya, malah mengesampingkan sektor riil dan kesejahteraan masyarakat petani.

Sektor riil selalu dianggap sebagai sektor yang tidak mungkin maju tanpa digalakkannya industrialisasi pada sektor tersebut. Padahal telah disadari bahwa industrialisasi hanya akan menghasilkan jutaan buruh tani berubah “nasib” men-jadi buruh industri. Presiden SBY sendiri pernah melontarkan gagasan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang di sebut-sebut salah satu dari “Triple Track Strategy” Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pen-gangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. (tim)

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 12

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

AGUNG JELANTIK SANJAYA

KOMISI IV DPR :

Petani Tidak Dilindungi dan Diberdayakan

Catatan Fraksi tentang RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani :

1. Agar semangat yang ada pada pengaturan mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani ini dihindar-kan dari nuansa ekonomi politik yang cenderung lebih mengarah pada konsep liberalistik dan kapitalistik.

2. Undang Undang tentang Per-lindungan dan Pemberdayaan Petani hendaknya benar-benar mencerminkan persoalan-persoalan pokok yang saat ini dihadapi oleh petani Indonesia.

3. Undang Undang ini hendak nya mampu ,menjadi katup pengaman adanya masalah-masalah kon fl ik agrar-ia yang sekarang terjadi di beberapa daerah sebagai masalah pertanian yang sifatnya mendasar

4. RUU tersebut harus cukup kuat mengatasi adanya ketimpangan atas alat penguasaan tanah dan sumber-sumber pokok agraria lainnya. Karena persoalan terbesar yang saat ini yang dihadapi oleh petani adalah adanya ketimpangan kepemilikan lahan dan alat-alat produksi bagi petani.

5. RUU ini harus mampu menggam-barkan secara jelas mengenai adanya ketidakadilan dalam proses produksi pertanian dan mencari solusi yang tepat.

6. RUU harus mengurai butir-butir penting yang menyangkut persoalan hak-hak asasi petani. Termasuk hak kepemilikan atas tanah yang harus dimiliki oleh petani.

7. RUU harus menggambarkan road-map perlindungan dan pemberdayaan petani.

8. RUU perlu mengatur dan men-jelaskan posisi dan peran organisasi-organisasi tani yang sudah ada sejak reformasi 1998. Padahal, organisasi tani ini adalah komponen terpenting sebagai wadah perjuangan petani yang harus diakomodir dalam RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Selain itu perlu dijelaskan peran kampus, tokoh dan kalangan keagamaan, LSM serta komponen-komponen masyarakat lain-nya yang seharusnya dilibatkan dalam upaya perlindungan dan pember-dayaan petani.

9. RUU Perlindungan dan Pember-dayaan Petani perlu menempatkan agenda reformasi agraria sebagai solusi untuk melindungi dan pemberdayaan petani. Karena terpinggirkannya kaum tani saat ini itu disebabkan oleh tidak dijalankannya reformasi agraria sebagaimana pesan Bung Karno, dan amanat UUPA No.5 Tahun 1960.

10. Pemerintah berkewajiban melind-ungi usaha tani yang dilakukan petani dalam bentuk asuransi pertanian serta pembentukan bank bagi petani (bank pertanian). (tim)

JJ

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 13

JJ

KOMISI IV DPR :

ABDUL WACHID

AKARTA -Indonesia memiliki tanah yang subur bak negeri surga. Ironisnya, buah dan sayur impor makin banyak memban-jir di pasar-pasar tradisional sehingga menurunkan daya saing komoditas petani lokal. Tak hanya buah-buahan, sejumlah sayuran impor juga banyak mewarnai pasar–pasar lokal, mulai dari ken-tang, cabe, wortel, bawang merah, bawang putih, hingga kubis.

Bagi konsumen, kehadiran produk–produk ini telah menam-bah ragam pilihan akan komoditas

yang dibutuhkannya. Terlebih lagi, komoditas tersebut kuali-tasnya lebih bagus dan harga lebih bersaing. Sah-sah saja mereka memilih.

Masalahnya, komoditas lokal akan kalah bersaing sehingga buah dan sayur impor makin membanjir, dan para petani pun meradang. Tentu, masyarakat masih ingat unjuk rasa petani bawang dari Brebes, Tegal, dan Cirebon di awal tahun ini, atau demonstrasi seribuan petani kentang dari Banjarnegara dan Wonosobo di depan Istana?

Untuk mengangkat kembali harga, pemerintah memang telah berupaya mengurangi pasokan impor melalui kebijakan pengetatan importasi, di antaranya Permentan No 42 tahun 2012 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Buah dan Sayuran Segar ke Indonesia. Selain itu, Permentan No.15/2012 dan No. 16/2012, tentang Pembatasan Pelabuhan Impor Hortikultura. Kebijakan yang efektif per 19 Juli 2012 ini hanya mengizinkan empat pintu impor produk hortikultura dari sebelumnya delapan. Keempat pelabuhan itu adalah Tanjung Perak Surabaya, Makassar, Belawan (Medan), dan Bandara Soekarno-Hatta.

Pengetatan importasi dan promosi tersebut menurut Fraksi Gerindra memang sedikit meredakan dampak persoalan dalam jangka pendek, namun belum akan menyelesaikan persoalan mendasar, yakni daya saing. Terlebih lagi, apabila persoalan di sektor agribisnis hortikultura didekati secara parsial.

“Pengetatan impor tersebut perlu diiringi dengan kebija-kan mengkaji kembali importir terdaftar dan pengawasannya secara ketat. Bila demikian, lemahnya daya saing hortikultura

tentu tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperbaiki aspek budi dayanya. Ini karena adanya banyak subsistem lain yang saling berpengaruh, mulai subsistem input pertanian, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, hingga subsistem konsumen (end-user),” kata Abdul Wachid, Anggota Komisi IV DPR RI, di gedung DPR RI Jakarta.

Di samping itu, menurut Abdul Wachid, kesuksesan mencip-takan daya saing agribisnis juga sangat tergantung dari kelom-pok subsistem pendukungnya, seperti penelitian, penyuluhan, pembiayaan dan perbankan, dan subsistem transportasi. Ada-pun, pemerintah, asosiasi, atau lembaga penyedia informasi dan peramalan pasar diperlukan fungsinya menjadi koordinator sistem atau stabilitator pasar.

Namun, apabila melihat lembaga litbang pertanian adem ayem, tenaga penyuluh yang mandul, perbankan yang pelit, dan infrastuktur jalan yang masih amburadul itu maka daya saing ko-moditas hortikultura masih membutuhkan upaya lebih keras lagi.

“Di sinilah, peran penting pemerintah bersama–sama dengan Dewan Hortikultura untuk menunjukkan keberadaannya, tentu saja melalui langkah nyata,” ujarnya. (tim)

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

Menghadang Serbuan Menghadang Serbuan Hortikultura ImporHortikultura Impor

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI FRAKSI GERINDRAGERINDRA 14

Mendorong Percepatan Pembangunan Daerah Kepulauan

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

FARY DJEMY FRANCIS

JAKARTA -Fraksi Gerindra DPR RI terus mendorong upaya percepatan pembangunan daerah kepulauan antara lain melalui proses legislasi dengan disusunnya RUU tentang Percepatan Pem-bangunan Daerah Kepulauan (PPDK).

Anggota Komisi V DPR yang juga Wakil Ketua Pansus RUU PPDK, Fary Djemy Francis, mengatakan Pemerintah dan DPR RI telah sepakat bahwa RUU PPDK dimaksudkan untuk mencipta-kan keselarasan, sinergi dan kepastian hukum antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumberdaya di daerah provinsi yang berciri kepulauan.

Adapun tujuannya untuk mengurangi kesenjangan pemban-gunan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan karakteristik khas daerah berciri kepulauan serta menciptakan perencanaan yang tepat untuk pembangunan bagi tata ruang wilayah daerah provinsi berciri kepulauan.

“Pembahasan RUU PPDK ini memang cukup alot karena ter-jadinya perbedaan pandangan yang cukup tajam antara Pemerin-tah dan DPR,” ujar Fary di gedung DPR RI Jakarta.(tim)

Masukan Gerindra Terkait RUU PPDK :

a. Terkait dengan Konsepsi “daerah kepulauan”, Fraksi Gerindra berpendapat bahwa pada dasarnya UNCLOS 1982 sebagai suatu bentuk hukum Internasional telah diterima men-jadi hukum nasional Indonesia (berdasarkan Teori Transfor-masi hukum). UNCLOS 1982 menjadi hukum nasional setelah diratifi kasi dengan UU No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang hukum laut. Ketika suatu aturan hukum Internasional telah diterima menjadi hukum nasional suatu negara, maka hukum Internasional tersebut berlaku sebagai hukum nasional negara tersebut.

b. Menyangkut hak berdaulat yang diatur dalam UNCLOS 1982,Fraksi Gerindra berpendapat bahwa kurang tepat kalau di-katakan bahwa RUU PPDK memberikan hak berdaulat kepada daerah kepulauan di wilayah laut, tetapi hanya memberikan kewenangan mengelola teritorial laut sejauh 12 mil laut untuk suatu daerah provinsi Kepulauan.Mengenai penggunaan garis pangkal dalam menentukan wilayah kewenangan daerah di laut, bukan berarti “membentuk rezim baru” sebagaimana yang dikhawatirkan Pemerintah.

c. Fraksi Gerindra memandang bahwa semangat RUU PPDK yang menekankan otonomi pada daerah Provinsi Kepulauan, sama sekali tidak bermaksud menghilangkan otonomi daerah Kabupaten/ Kota, dan tidak benar kalau dikatakan bahwa akan menimbulkan interpretasi bahwa Provinsi yang bukan Daerah Kepulauan tidak mempunyai kewenangan di bidang laut yang dimilikinya. Karena masalahnya hanya terletak pada cara me-netapkan luas wilayah kewenangan daerah (provinsi maupun Kabupaten/Kota) di wilayah laut.

d. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota di bidang laut, bidang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan bidang pem-berdayaan masyarakat serta bidang bidang lainnya sebaiknya diatur dalam PP maupun Peraturan Daerah Provinsi.

e. Secara umum Fraksi Gerindra merekomendasikan agar orientasi dalam penyusunan RUU PPDK tidak hanya memper-timbangkan aspek yuridis semata tetapi juga aspek sosiologis, fi losofi s maupun psikologis.

f. Fraksi Gerindra berpendapat bahwa RUU PPDK dapat dipan-dang sebagai suatu langkah strategis, politis dan yuridis untuk mewujudkan upaya keadilan nasional yang proporsional. Oleh ka-rena itu Fraksi Partai Gerindra telah mendesak agar RUU PPDK ini dapat segera di sahkan menjadi sebuah Undang Undang.

g. Adanya perbedaan pandangan yang cukup tajam antara DPR dan Pemerintah terkait dengan RUU PPDK ini hendaknya dapat diselesaikan berdasarkan semangat kebersamaan dalam jalinan kesatuan untuk mewujudkan pembangunan daerah dae-rah kepulauan yang selama ini tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Semangat ini perlu digelorakan dalam rangka mewujudkan upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata.(tim)

KOMISI V DPR :

FOTO/ISTIMEWA

KOMISI VI DPR :

Peduli Pembiayaan Usaha KecilJAKARTA -Fraksi Partai Gerindra memandang perlunya pen-ingkatan akses masyarakat terhadap lembaga keuangan melalui LKM atau Lembaga Keuangan Mikro yang sesuai dengan amanat UUD 1945.LKM memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah, selain itu LKM juga membantu pelaku usaha mikro untuk mengakses permodalan untuk mengembangkan kapasitas usahanya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

Anggota Komisi VI DPR, Edhy Prabowo, mengatakan Fraksi Partai Gerindra memandang bahwa substansi yang tertu-

ang dalam Rancangan Undang-Undang Tentang LKM sudah sesuai dengan pokok-pokok pikiran dari Fraksi Gerindra mengenai badan hukum LKM yang salah satunya berbentuk PT, dimana pemerintah daerah/BUMD/Kelurahan memiliki saham mayoritas sebesar 60%. Melalui mekan-isme ini, diharapkan pemda dapat turut serta berperan aktif dan mengembangkan LKM.

Gerindra juga meminta agar LKM tidak dimiliki baik langsung maupun tidak lang-sung oleh Warga Negara Asing, hal ini juga

selaras dengan upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberday-akan ekonomi masyarakat, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat (4) dimana “perekonomian nasional dis-elenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efi sien-si berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga kes-eimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

“Perlu adanya perlind-ungan terhadap pengguna jasa LKM yang memberikan manfaat sebesar-besarnya baik bagi pengguna jasa LKM maupun LKM itu sendiri.Adanya perlindungan

ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap LKM yang pada akhirnya akan meningkatkan jum-lah pengguna jasa LKM,” ujar Edhy Prabowo.

Gerindra juga meminta agar keten-tuan mengenai suku bunga pinjaman

atau imbal hasil pembiayaan LKM yang diatur oleh Peraturan Pemerintah besaran-

nya dibawah dari suku bunga perbankan. Sehingga masyarakat berpenghasilan ren-dah yang menggunakan jasa LKM semakin memiliki daya saing yang kuat dan dapat mengembangkan usahanya. “Selain itu, mel-alui kebijakan suku bunga yang rendah pada LKM, juga akan meningkatkan dayatarik LKM sebagai lembaga keuangan yang sesuai dengan masyarakat yang berpenghasilan rendah,” ujarnya.

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 15

EDHY PRABOWO

LKM pada dasarnya dibentuk LKM pada dasarnya dibentuk berdasarkan semangat yang terdapat berdasarkan semangat yang terdapat dalam UUD 1945. Keberadaan LKM dalam UUD 1945. Keberadaan LKM ini diperlukan untuk menyediakan ini diperlukan untuk menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat jasa keuangan kepada masyarakat luas, menyediakan lapangan luas, menyediakan lapangan kerja dan dapat berperan serta kerja dan dapat berperan serta dalam proses pemerataan dalam proses pemerataan ekonomi. Disamping itu, LKM ekonomi. Disamping itu, LKM juga memainkan peranan penting juga memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dalam perekonomian Indonesia, karena LKM menyentuh langsung karena LKM menyentuh langsung usaha mikro yang selama ini sulit usaha mikro yang selama ini sulit mengakses permodalan melalui mengakses permodalan melalui perbankan dikarenakan prosesnya perbankan dikarenakan prosesnya yang rumit yang rumit

FOTO/ISTIMEWA

JAKARTA -Beberapa waktu yang lalu sem-pat ramai diberitakan media massa mengenai rencana pemerintah untuk mencabut BBM bersubsidi. Fraksi Gerindra berpendapat sejatinya tidak ada alasan bagi Pemerintah untuk mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM bersubsidi. Merujuk pada UU tentang APBN 2012 maka jika pemerintah bersikukuh untuk mencabut subsidi dan me-naikkan harga BBM bersubsidi maka langkah tersebut merupakan langkah inkonstitusion-al yang melanggar UU No 22/2011 tentang APBN 2012 Pasal 7 ayat (6).

Anggota Komisi VII DPR RI Saifudin Donodjoyo mengatakan mencabut subsidi BBM dan menaikkan BBM bersubsidi secara signifi kan merupakan langkah menyeng sa-ra kan rakyat yang jauh dari prinsip kema-nusiaan dan keadilan. Minimal ada 135 juta rakyat Indonesia yang akan tercekik oleh infl asi riil yang mencapai 15% - 20%. Sementara BLT sebesar Rp 150.000/bulan/KK yang dicanangkan pemerintah hanya menjangkau 70 juta penduduk saja. “Masih ada 65 juta penduduk yang setiap harinya tercekik nyaris tak bisa bernafas,” ujarnya.

Menaikkan harga BBM bersubsidi terutama dengan memperhatikan jumlah belanja birokrasi, menurut Saifudin, sangat bertentangan dengan rasa keadilan. Belanja

birokrasi yang sejak 2005 hingga 2012 naik sampai 400% (dengan nilai Rp 733 triliun) sementara subsidi BBM dalam APBN pada periode yang sama hanya naik 29% dengan nilai Rp 123,6 triliun pada 2012. Padahal sub-sidi BBM dirasakan oleh ratusan juta rakyat Indonesia, termasuk birokrasi.

Dan kalaupun alokasi anggaran subsidi tidak mencukupi, sejatinya masih dapat ditutup dengan efi siensi belanja birokrasi yang daya serapnya rata-rata 94%. Dengan demikian, masih ada bantalan fi skal sebesar 6% dari APBN yang totalnya Rp 1.435 triliun atau setara Rp 86,1 triliun. Efi siensi dari belanja birokrasi sebesar 6% ini sangat men-cukupi karena dengan opsi menaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 hanya menghasilkan tambahan alokasi sebesar Rp 60 triliun, masih ada sisa Rp 26 triliun lebih.

“Sekali lagi, dari hal-hal tersebut secara jelas tidak ada satupun alasan yang men-dukung untuk menaikkan harga BBM ber-subsidi,” ujarnya. Namun demikian, secara faktual juga harus disadari bahwa selama ini telah terjadi inefi siensi dalam penyaluran subsidi BBM. Sebagai gambaran untuk tahun 2011 misalnya, Pemerintah menyatakan bahwa 53% pemakai BBM bersubsidi adalah mobil pribadi, 40% kendaraan roda dua, dan 7% angkutan umum serta barang. Hal ini

berarti subsidi BBM selama ini yg tepat ke sasaran hanya 7%.

Tidak tepat sasarannya subsidi BBM ini lebih disebabkan oleh cara pandang dan pilihan cara menyalurkan subsidi. Selama ini subsidi didefi nisikan sebagai biaya yang diberikan negara kepada produsen agar harga produknya terjangkau oleh masyarakat. Subsidi ini dikenal juga dengan istilah subsidi tidak langsung. Kelemahan mendasar dari model subsidi tidak langsung adalah siapapun yang membeli produk yang disubsidi oleh pemerintah akan menerima subsidi. Subsidi seharusnya bukan pada barang tetapi sektor, dalam hal ini adalah sektor tranportasi umum, baik penumpang maupun barang.

Terkait dengan tidak adanya alasan yang mendukung pencabutan subsidi BBM dan menaikan harga BBM bersubsidi serta ketidaktepatan dalam menyalurkan BBM bersubsidi, maka yang mungkin dan patut dilakukan oleh Pemerintah adalah: menetap-kan sejumlah alokasi tertentu misalnya 17% dari total belanja birokrasi (didasarkan pada data APBN 2012) untuk subsidi BBM dan ubah sistem subsidi tidak langsung menjadi subsidi langsung.

Implementasinya, dalam kurun waktu 3 tahun pertama subsidi BBM berlangsung

seperti biasa sembari mem-bangun sarana dan prasaran transportasi umum yang memadai yang dananya berasal dari pinjaman sebesar 3 kali nilai subsidi BBM. Sembari juga melakukan identifi kasi sasaran subsidi dan membangun system subsidi. Tahun ke-4 dan se-lanjutnya alokasi subsidi yang ada disalurkan secara tepat sasaran, 30% subsidi disalurkan secara langsung (transportasi umum, nelayan, petani, dan kelompok sasaran subsidi lain-nya) dan 70% alokasi subsidi untuk membayar utang (yg dilakukan utk membangun sarana tranportasi umum pada 3 tahun pertama) dan merawat serta melanjutkan pemban-gunan sarana dan prasarana transportasi umum. . Dengan ramuan ini diharapkan masalah klasik subsidi BBM akan terurai dengan tetap berprinsip pada kepantasan dan keadilan. (tim)

FRAKSI GERINDRAFFFRRRAAKABARKABAR

16I G

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

Fraksi Gerindra Menolak Pencabutan Subsidi BBM

Komisi VII :

SAIFUDIN DONODJOYO

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 17

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPANSUMARJATI ARJOSO

KOMISI VIII DPR :

JAKARTA -Masalah penyelenggaran ibadah haji dari tahun ke tahun seperti tidak pernah tuntas, selalu menyisakan masalah pelik.

Padahal kegiatan akbar ini sudah rutin di laksanakan setiap tahun. Lalu dimanakah se-benarnya letak kesalahannya ?. Persoalan ini di coba untuk di urai melalui upaya legislasi.

Sebagaimana diketahui Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara sesungguhnya telah menja-min kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

“Sesuai dengan amanat tersebut, maka se-tiap individu yang memeluk agama tertentu mempunyai kewajiban kepada Tuhan Yang

Maha Esa yang harus dilaksanakan sebagai perwujudan ketaatannya. Ibadah Haji meru-pakan rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya, baik secara fi sik, mental, spiritual, sosial, maupun fi nansial,” ujar Anggota Komisi VIII DPR RI Sumarjati Arjoso.

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam telah mengatur penyelenggaraan Ibadah Haji dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. “Pengaturan dalam Undang-Undang terse-but diperlukan agar pelaksanaan Ibadah Haji dapat berjalan aman, tertib dan lancar dengan menjunjung tinggi semangat keadi-

lan, transparansi dan akuntabilitas publik,” ujarnya. Namun dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya, amanah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji belum mampu menyediakan pelayanan dan perlindungan sesuai dengan yang diharapkan oleh ummat. Kewenangan penyelenggara Ibadah Haji melalui satu pintu dianggap merupakan jalan masuk bagi tindak korupsi yang mer-ugikan ummat. “Di sisi lain, upaya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tuntutan reformasi yang harus diwujudkan demi profesion-alisme, tata kelola dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan baik (good governance),” kata dia. (tim)

Menyelesaikan Karut Marut Menyelesaikan Karut Marut Masalah Penyelenggaran HajiMasalah Penyelenggaran Haji

Catatan Fraksi Gerindra tentang RUU Pengelo-laan Haji :

1. Karena sesungguhnya, pengaturan penyelenggaraan Ibadah Haji dibutuhkan demi meningkatkan martabat serta nama baik bangsa Indonesia di mata internasional, terutama Arab Saudi. Oleh sebab itulah, maka kebijakan dan pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji meru-pakan tugas nasional dan menjadi tanggungjawab pemerintah sebagai penyelenggaranya.

2. Pengelolaan Ibadah Haji hendaknya ber-landaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta harus selalu berpegang teguh pada asas-asas Pengelolaan Ibadah Haji, yakni asas-asas seperti syariat Islam, amanah, keadilan, kemaslahatan, keselamatan, keamanan, profe-sionalitas, transparansi, dan akuntabilitas.

3. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang diu-sungnya, maka Pengelolaan Ibadah Haji harus mengedepankan peningkatan kualitas sistem Pengelolaan Ibadah Haji secara profesional den-gan standar operasional prosedur yang baku dan standar pelayanan minimum bagi Jamaah Haji, serta optimalisasi keuangan haji untuk mendapat-kan nilai manfaat yang digunakan sebesar-besar-nya bagi kepentingan jamaah dan pengembangan penyelenggaraan Ibadah Haji.

4. Bahwa demi mencegah terulangnya pen-yalahgunaan kekuasaan dalam penyelenggaraan Ibadah Haji pada tahun-tahun mendatang serta untuk meningkatkan pelayanan Haji pada jamaah, maka diperlukan pengaturan dan pemisahan antara regulator, operator dan supervisor.

5. Sejalan dengan telah berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dengan prinsip Islam, maka lembaga pengelola Keuangan Haji hen-daknya turut mengembangkan sistem keuangan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pemban-gunan ekonomi nasional dengan turut menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong program ekonomi dengan prinsip Islam yang berbasis pada sektor riil.

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRA 18I I G

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

SOEPRIYATNO

KOMISI IX DPR :

Memperjuangkan Nasib Buruh Migran

JAKARTA -Kasus yang berkaitan dengan nasib pekerja Indo-nesia di luar negeri semakin beragam seperti penganiayaan, gaji tidak dibayarkan, tindakan asusila, bahkan tidak jarang berkembang ke arah perdagangan manusia (traffi cking) yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanu-siaan.

Dari data Migrant Care, selama tahun 2011 ada sekitar 417 Tenaga kerja Indonesia (TKI) terancam hukuman mati di luar negeri. Dari data tersebut, ada sekitar 348 buruh migran ter-ancam hukuman mati di Malaysia, sementara itu 22 orang di China, 45 orang di Arab Saudi dan 2 orang di Singapura juga terancam hukuman mati. Hal ini terjadi khususnya kepada para pekerja Indonesia yang bekerja pada sektor domestik.

“Harus kita akui, perlindungan terhadap buruh migran Indonesia sudah menghadapi masalah mulai dari masa pra-penempatan, penempatan hingga pasca penempatan.Pihak yang mengurus mengenai penempatan pekerja Indonesia di sektor domestik kurang memberikan informasi yang cukup mengenai negara tujuan maupun mengenai hak dan kewajiban pekerja. Akibatnya pekerja Indonesia mengalami intimidasi dan terlantar pasca penempatan di negara tujuan karena tidak sesuai dengan kualifi kasi yang diharapkan pihak pengguna,” ujar Wakil Ketua Komisi IX Soepriyatno di gedung DPR RI Jakarta.

Fraksi Gerindra telah berjuang untuk membela kepentingan buruh migran melalui legislasi yaitu pembentukan RUU ten-tang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.(tim)

Masukan Fraksi Partai Gerindra tentang RUU Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri :

1. RUU hendaknya mengedepankan perlindungan daripada penempatan baik kepada Calon Pekerja Indonesia/Pekerja Indonesia maupun keluarg-anya. Peran pemerintah “diperkuat” baik pada pra penempatan, penempa-tan dan pasca penempatan.

2. Mengurangi peran swasta (PPTKIS) dalam keseluruhan mekanisme penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

3. Memperbesar peran Pemerintah Daerah dalam rangka Otonomi Dae-rah sesuai dengan UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu dalam hal perekrutan dan seleksi, pendaftaran dan pendataan, pendidikan dan pelatihan, pemeriksaan kesehatan dan psikologi, dan penyelesaian dokumen.

4. Mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk membentuk Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap di Kabupaten/Kota.

5. Memperjelas peran Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) di Luar Negeri.

6. Mempertegas sanksi dengan menetapkan pasal khusus mengenai larangan dan memperberat sanksi bagi pejabat pemerintah yang melang-gar ketentuan dalam RUU ini.

7. Meningkatkan peran Kementerian Luar Negeri dan atau Atase Ke-tenagakerjaan. Untuk tugas pengawasan di luar negeri sekaligus sebagai garda terdepan dalam pembelaan hukum bagi TKI yang bermasalah di luar negeri.

8. Perlindungan pekerja Indonesia di luar negeri harus dilandasi oleh ikhtiar bangsa Indonesia untuk mendukung rakyat Indonesia dalam berkarya dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama;

9. Perlindungan pekerja Indonesia di luar negeri harus secara kompre-hensif dan integral memberikan perlindungan mulai dari pra penempatan, penempatan, pasca penempatan pekerja Indonesia di luar negeri;

10. Untuk menjamin pelaksanaan perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (PILN) maka diwajibkan kepada Pelaksana Penempatan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (PPPILN) agar memiliki perwakilan tetap (bukan mitra usaha) di Negara (kota) dimana ada Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang disalurkan oleh Pelaksana Penempatan Pekerja Indonesia di Luar Negeri. Pekerja Indonesia di Luar Negeri (PILN) ketika tiba di Negara penempatan harus dijemput dan diantar ke tempat penempatan oleh per-wakilan Pelaksana Penempatan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (PPPILN)

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 19

JAKARTA -Fraksi Patai Gerindra DPR RI menyampaikan apresiasi terhadap pemba-hasan mengenai RUU Pendidikan Tinggi. Diharapkan dengan RUU ini kelak dapat memberikan acuan yang jelas mengenai mekanisme pengelolaan Pendidikan Tinggi dengan lebih baik.

Anggota Komisi X DPR RI Jamal Mirdad menjelaskan beberapa hal penting yang disampaikan Fraksi Gerindra terkait RUU Pendidikan Tinggi. Diantaranya perlunya pengaturan yang jelas mengenai kesem-patan yang seluas-luasnya bagi Warga Negara untuk dapat mengenyam Pendidi-kan Tinggi. “RUU ini diharapkan dapat memberikan perlindungan dan pelayanan kepada mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi,” tegas Jamal Mirdad di

gedung DPR RI Jakarta.Adanya standarisasi yang jelas menge-

nai mutu Pendidikan Tinggi, menurut Jamal Mirdad hal ini berkaitan dengan pendidikan tinggi yang selama ini tidak hanya dilaku-kan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. “Berkaitan dengan proses peralihan dari PTS menjadi PTN, harus mencermati standar Pendidikan Nasional tersebut,” ujar Jamal Mirdad.

Dikritisi pula mengenai menjamurnya Lembaga Pendidikan Tinggi Asing maka perlu adanya pengawasan yang ketat dan pengaturan kerja sama yang dapat mema-jukan serta menguntungkan pendidikan nasional. Perlu adanya sanksi yang tegas apabila Lembaga Pendidikan Tinggi Asing tidak mematuhi aturan yang berlaku, dan

perlu adanya pengaturan larangan opera-sional Pendidikan Tinggi Asing di luar Ibukota Negara.

“Secara tegas fraksi partai Gerindra me-nolak adanya komersialisasi di bidang Pen-didikan. Untuk itu perlu adanya jaminan alokasi dana yang tepat bagi Pendidikan Tinggi,” kata dia.

Demikian pula Fraksi tegas melarang kuliah jarak jauh yang dilakukan oleh Pendidikan Tinggi, karena merusak sistem pendidikan serta lebih mempertegas peng-aturan gelar jabatan akademik.

“Kami juga menginginkan agar lebih mempertegas pengaturan gelar jabatan akademik (S3, S2, S1, D1, D2, D3) serta adanya perlakuan yang sama terhadap PTN dan PTS,” kata Jamal Mirdad. (tim)

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPAN

KOMISI X

Menolak Komersialisasi Pendidikan Tinggi

JAMAL MIRDADFOTO/ISTIMEWA

IR.SADAR SUBAGYO

ALAT KELENGKAPANALAT KELENGKAPANKOMISI XI DPR :

Menghadang PengaruhAsing di Bidang AsuransiJAKARTA - Saat ini di Komisi XI DPR RI tengah dibahas mengenai RUU tentang Usaha Perasuransian. RUU ini merupakan usul inisiatif pemerintah. Fraksi Gerindra DPR RI berpendapat RUU ini perlu diba-has secara mendalam, dengan melibatkan pandangan dari kelompok Ekonom kritis yang menun jukkan keberpihakan pada implemen-tasi amanat konstitusi.

“Selain kelompok Ekonom, pandangan dari penyelenggara usaha asuransi nasional juga diperlukan sebagai masukan. Tak kalah pentingnya adalah masukan dari kelompok masyarakat konsumen maupun kelompok yang terdampak perlu didengarkan terlebih dahulu sebelum melanjutkan pembahasan RUU tentang Usaha Perasuransian,” tegas Anggota Komisi XI DPR RI Sadar Subagyo di gedung DPR RI Jakarta.

RUU ini dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan pengaturan industri perasuransian yang berkaitan dengan kesehatan keuangan (fi nancial soundness), tatakelola perusahaan yang baik (good corporate governance), perilaku pasar dan usaha (business and market con-duct), dan manajemen risiko (risk management), serta mengantisipasi dampak dan

pengaruh dari arus globalisasi dan liberalisasi perdagangan, khususnya Pasar Bebas 2015 Asean (Asean Economic Community Year 2015). Pada akhirnya dapat menciptakan dan memelihara stabilitas sektor jasa keuangan secara keseluruhan serta mendukung pertumbuhan perekonomian nasional yang berkelanjutan.

Masalah yang perlu mendapatkan per-hatian khusus adalah RUU tentang Usaha Perasuransian tidak menjelaskan secara tegas kedudukan usaha perasuransian sebagai sektor usaha yang penting dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Akibatnya pengaturan dalam rancangan undang-undang menem-patkan usaha perasuransian sebagai usaha unit biasa yang mengabaikan efek multiplier terhadap sektor keuangan.

“Menurut pandangan kami, Fraksi Partai Gerindra, RUU tentang Usaha Perasuransian

sama sekali tidak menyentuh aspek sektor usaha yang penting bagi

negara dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak,”

ujar Sadar Subagyo.Selain itu diperlukan

pembatasan kepemilikan Perusahaan Perasuransian oleh pihak asing (dalam

draft Pasal 7 Ayat 1 Huruf b belum diatur pembatasan-

nya).“Masih adanya tumpang tindih fungsi

pengaturan antara OJK dengan Menteri Keuangan (draft Pasal 41),” ujarnya.

Hal lainnya adalah ketentuan mengenai sanksi bagi Agen Asuransi, Pialang dan Peru-sahaan Perasuransian yang dengan berbagai alasan memperlambat/menunda penyelesa-ian atau pembayaran klaim sehingga pada saat batas waktu pengajuan klaim berakhir pemegang polis/tertanggung/peserta tidak dibayar klaimnya. Hal ini sangat merugikan masyarakat (dalam draft Pasal 29 Ayat 4 hanya mengatur mengenai pelarangannya, tanpa diatur mengenai sanksinya).

Selain kelompok Ekonom, pandangan dari penyelenggara usaha asuransi nasional juga diperlukan sebagai masukan. Tak kalah pentingnya adalah masukan dari kelompok masyarakat konsumen maupun kelompok yang terdampak perlu didengarkan terlebih dahulu sebelum melanjutkan pembahasan RUU tentang Usaha Perasuransian.

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 20

SADAR SUBAGYOFOTO/ISTIMEWA

Semua Semua Menyebut Menyebut Nama Nama PrabowoPrabowo

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 21

FRAKSI MPR RIFRAKSI MPR RI

JAKARTA-Ketua Fraksi Partai Gerindra di MPR, Martin Hutabarat, menceritakan banyak hal terkait wacana pencalonan Presiden menjelang Pemilu 2014. Ketika di-rinya naik taxi atau makan di warung tegal dan di manapun tempatnya, Martin kerap menanyakan siapa sosok calon presiden para mereka.

“Jawaban mereka semuanya Prabowo,” ujar Martin saat menjadi pembicara dalam Diskusi 4 Pilar di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta beberapa waktu lalu.

Hal demikian menurutnya sebuah realitas di akar rumput. Lebih lanjut dikatakan sekarang rakyat menginginkan sebuah perubahan. Rakyat membutuhkan seorang yang bisa memimpin dan membawa negara ini meme-nangkan pertarungan dalam era globalisasi. Dicontohkan China 35 tahun yang lalu berada di bawah Indonesia, namun sekarang China akan mengalahkan Amerika Serikat. “Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang kuat dalam pertarungan globalisasi,” tegasnya.

Mengapa rakyat memilih Prabowo? Menurut Martin Hutabarat rakyat mengidolakan fi gur

yang tegas. Prabowo dianggap sebagai kebalikan dari sifat SBY. “Prabowo merupakan fi gur yang ditunggu-tunggu,” ujarnya. Meski demikian dirasa ada ganjalan untuk memuluskan Prabowo menjadi presiden yakni adanya aturan yang sangat berat di mana partai berhak mengajukan calon presiden ketika memiliki suara 20% dari hasil pemilu. Aturan itu diakui untuk mem-perkuat sistem presidensial namun setelah 5 tahun berjalan, menurut Martin Hutabarat sistem presidensial yang dikehendaki malah tidak semakin kuat. “Kalau 20% akan membatasi calon-calon yang lain,” ujarnya. (tim/net)

Indonesia Harus Lebih BaikJAKARTA-Miris dan mengece-wakan begitu gambaran yang terpancar seluruh anak bangsa begitu membaca hasil pub-likasi dari Washington DC,USA tentang Failed States Index 2012 yang menempatkan Indonesia ke posisi 64 dari 178 negara yang masuk kategori danger state atau negara dalam bahaya atau negara gagal. Menurut Sekre-taris Fraksi Partai Gerindra di MPR RI, Fary Djemy Francis, publikasi internasional tersebut adalah gambaran dunia interna-sional tentang Indonesia yang harus diperhatikan secara serius.

“Sangat ironis dimana Indone-sia sedang menuju visi Indonesia ke depan tahun 2020, malah internasional melihat Indonesia masuk kategori negara gagal. Kita sudah pasti tidak mau menjadi negara gagal, kita mau Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Fary saat rekaman/taping sesi kedua program acara dialog 4 pilar ‘Campur Rakyat’ TVRI, dalam rangka Sosialisasi 4 Pilar

(Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) melalui metode sosialisasi lewat media massa, di LPP TVRI Sta-siun Pusat, Senayan, Jakarta

Pemerintah dan semua elemen masyarakat, menurut Fary, harus betul-betul memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam publikasi tersebut sehingga bisa segera diperbaiki, antara lain, Pertama, apakah rakyat mudah mendapatkan kebutuhan dasar atau pokok, termasuk energy Kedua, apakah rakyat merasa aman beraktifi tas dan hidup di negaranya, Ketiga, rakyat sudah tidak lagi memperdu-likan apakah pemerintah ada atau tidak karena kesejehtaraan tidak dira-sakan rakyat, Keempat, berkaitan dengan konfl ik di masyarakat, Kelima, berkaitan korupsi yang

semakin merajalela, yang dilaku-kan kebanyakan oleh birokrat dan pejabat publik pemerintah.

“Pemerintah harus serius memperhatikan hal ini. Poin-poin kriteria negara gagal itu harus diperhatikan karena sebagian be-

sar memang terjadi di Indonesia. Kita ingin lebih baik pada tahun 2020. Harus dicari jalan keluar yang baik dan benar agar potensi negara gagal tidak terwujud dan menjadi kenyataan pada negara kita,” tandasnya. (tim/net)

Martin HutabaratMartin Hutabarat

FOTO/ISTIMEWA

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 22

DIBANDING dengan masa Orde Baru, sis-tem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden telah mengalami perubahan yang radikal, dari sistem pemilihan tidak langsung yakni melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menjadi pemilihan langsung, dimana rakyat yang memilih sendiri Presiden dan Wakil Presidennya. Hal ini sesuai dengan amandemen ketiga UUD 1945 pada tahun 2001, pasal 6A ayat (1) “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”.

Meskipun dipilih langsung oleh rakyat, tetapi mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden masih tetap memberikan kewenangan kepada partai politik untuk mengusulkannya, Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 menyebut “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai Politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”.

Hal ini menunjukkan peranan Partai Politik masih tetap penting dalam sistem demokrasi kita, dengan diberikannya kewenangan pada Partai Politik dalam mencalonkan Presiden dan Wakil Presiden. Melalui UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden, kewenangan Partai Politik tersebut dipertegas.

Meskipun UUD 1945 menentukan Pres-iden dan Wakil Presiden dicalonkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai Politik, namun UUD 1945 tidak mengatur besarnya ambang batas suara untuk dapat menjadi calon. Hal itu berarti ambang batas tersebut memiliki kerawanan politik yang dapat menyandera mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada pasal 5 ayat (4) dinyata-kan “Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang memperoleh sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPR atau 20% dari perolehan suara sah secara nasional dalam Pemilu ang-gota DPR.

Kemudian dalam revisi UU tersebut, pada tahun 2008, ambang batas pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden, ditingkatkan prosentasinya, seperti yang tersurat dalam pasal 9 UU Nomor 42 Tahun 2008 yakni: “Pa-sangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu

yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah nasion-al dalam Pemilu anggota DPR. Adapun ala-san dari ditingkatkannya persentase ambang batas tersebut adalah untuk mendukung terciptanya pemerintahan yang efektif dalam melaksanakan tugasnya.

Namun dari pengalaman selama 2 periode menggunakan ambang batas yang tinggi untuk mencalonkan Capres dan Cawapres, ternyata tidak jaminan bahwa pemerinta-han yang dihasilkannya akan lebih efektif kerjanya. Dalam kenyataannya sekarang ini ketidakpuasan rakyat terhadap pemer-intahan malah semakin meningkat. Dari pengalaman ini dapat disimpulkan bahwa yang bisa membuat suatu pemerintahan berjalan efektif, bukanlah ambang batas, tapi terutama adalah pada fi gur dan ketokohan seorang pemimpin.

Di pihak lain, ambang batas yang tinggi untuk menjadi Capres, memperkecil ke-mungkinan munculnya tokoh-tokoh yang memiliki visi dan karakter yang kuat dalam memimpin negara ini kedepan dalam mem-bawa perubahan. Karena ambang batas yang tinggi akan membatasi Capres dan Cawapres hanya jadi 2 atau 3 pasangan saja.

Melihat keinginan yang kuat dari masyarakat untuk merevisi UU No. 42

tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini, khususnya menyangkut ambang batas 20% anggota DPR dan 25%. Badan Legislasi DPR telah menjadikan UU Pilpres ini sebagai UU yang akan direvisi dalam masa sidang tahun 2012. Namun karena dalam pembahasan tahun 2012 yang lalu, belum dicapai kesepakatan antara fraksi-fraksi di Baleg, maka revisi UU terse-but diundur untuk dibahas lagi dalam masa sidang tahun 2013 yang sekarang.

Ada dua kelompok pendapat dari Fraksi-Fraksi mengenai Revisi UU Pilpres tersebut. Satu kelompok, yang antara lain dimotori oleh Fraksi Gerindra menginginkan agar UU Pilpres tersebut direvisi, dan menurunkan ambang batas Calon Presiden dan Wapres, tidak lagi 20%, tapi diturunkan lebih rendah agar terbuka kemungkinan Capres dan Cawapres yang berkarakter kuat dapat dip-ilih oleh rakyat.

Pikiran yang berkembang adalah, kenapa tidak 3,5% saja, sesuai dengan ambang batas lolosnya sebuah Partai Politik dalam Pemilu Legislatif. Kelompok yang lain berpendapat bahwa UU Pilpres tahun 2008 tersebut tidak perlu direvisi, sebab UU yang berlaku seka-rang masih relevan dalam rangka membatasi agar Calon-Calon Presiden dan Wapres tidak terlalu banyak, cukup 2 atau 3 Pasangan Calon saja, dalam rangka memperkuat sistem pemerintahan Presidentiil.

Namun melihat besarnya aspirasi masyarakat agar negara kita berubah dan lebih maju ke depan, kita harus berusaha memberi kesempatan bagi munculnya calon-calon Presiden yang terbaik untuk mem-impin bangsa dan negara kedepan. Kita tidak boleh terlalu kaku menggunakan aturan ambang batas 20 % tersebut untuk mem-batasi munculnya Tokoh-tokoh potensial sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu 2014 yang akan datang. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Jokowi dan Ahok yang begitu hebat terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI bisa dicalonkan oleh PDIP dan Partai Gerindra menjadi Cagub dan Cawagub DKI adalah karena ambang batas syarat pencalonan Gu-bernur adalah 15% anggota DPRD Provinsi dan bukan 20%.

Penulis adalah Alumni FH UI,menjadi Ang-gota Badan Legislasi DPR RI, dan Ketua Fraksi Gerindra MPR RI

OPINIOPINI

Revisi UU Pilpres, Apakah Perlu?

OLEH: MARTIN HUTABARAT, SHKetua Fraksi Gerindra MPR RI

dan Anggota Badan Legislasi DPR RI

WAWANCARAWAWANCARA

Membangun Infrastruktur Desa

Wawancara : H. Nur Iswanto, SH.,MM

TUGAS dan kewajiban utama bagi Anggota DPR adalah mengemban amanah yang diberikan rakyat. Amanah itu benar-benar serius dijalankan oleh H. Nur Iswanto, SH, MM. Oleh karena itu sejak dipercaya men-jadi Anggota DPR RI Fraksi Gerindra dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan maka yang terpenting bagi Nur Iswanto adalah berbuat dan bekerja riil bagi rakyat. Ditem-patkan sebagai anggota Komisi V DPR RI, Nur Iswanto telah memperjuangkan banyak hal untuk rakyat yang sesuai nafas Partai Gerindra, berjuang untuk rakyat.

Ditemui disela kesibukannya sebagai anggota Dewan dan Wakil Ketua BURT, Nur Iswanto memaparkan sedikit banyak mengenai program pemberdayaan desa yang diperjuangkan bersama koleganya dari Fraksi Gerindra di Komisi V terutama di sektor infrastruktur perdesaan.

Ketua DPD Partai Gerindra Sumatera Sela-tan ini berpendapat pembangunan dari desa harus mendapat tempat dari pemerintah pusat maka sejumlah program pun diper-juangkan sejak awal seperti PPIP, PNPM Infrastruktur, Pembangunan Infrastruktur

Desa Tertinggal, dan

sebagainya. Serta yang terpenting yang saat ini digodok oleh Komisi V DPR adalah soal Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Jalan yang akan memberi ruang lebar bagi pembangunan infrastruktur jalan di per-desaan yang selama ini kurang mendapat perhatian pemerintah pusat.

Berikut petikan wawancara Redaktur Pelaksana Kabar Fraksi Gerindra Muh Arief, dengan Nur Iswanto, pekan lalu di gedung DPR RI Jakarta ;

Apa perhatian Komisi V soal infrastruktur desa?

Ada tiga anggota Fraksi Partai Gerindra di Komisi V, ada saya, Pak Fary (Fary Djemi Francis), dan Pak Gunadi (Gunadi Ibrahim). Kami terus berjuang agar sektor infrastruktur terutama di wilayah perdesaan betul-betul diperhatikan dan

sesuai dengan nafas Gerindra yang ber-hubungan dengan kepentingan masyarakat

kecil.Misalnya

kami getol perjuangkan eksistensi desa

tertinggal dalam

ben-tuk

PPIP (Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan) sehingga pembangunan sampai ke desa.

Selama ini kita melihat kecenderungan pembangunan masih berpusat di perkotaan terutama sektor infrastruktur maka lahirlah ide ini dan berhasil kami perjuangkan di Komisi V hingga bisa dirasakan masyarakat perdesaan sampai sekarang.

Sebab selama ini anggaran infrastruktur terutama jalan-jalan desa tidak mendapat anggaran penuh dari pusat tetapi dengan la-hirnya PPIP ini maka sampai ke pelosok desa pun mendapat anggaran infrastruktur ini. Dimana lewat PPIP ini setiap desa rata-rata mendapat Rp 250 juta per desa per tahun.

Pelaksanaan PPIP diserahkan sepenuhnya kepada seluruh masyarakat dan perangkat desa. Masyarakat desa bermusyawarah anggaran dipergunakan untuk membangun infrastruktur desa apa, terserah mereka mau buat apa dan kalau kurang dananya mereka bisa melaporkan dan bisa dibantu kekurangannya.

Dalam pengerjaannya tidak dikontrakkan ke pihak ketiga. Benar-benar yang menger-jakan infrastruktur desa adalah masyarakat desa, dimana bentuk pembangunan diserah-kan ke masyarakat apakah untuk pembangu-nan jalan lingkar desa tersebut, jalan menuju tempat perkebunan, atau apapun yang penting untuk pembangunan infrastruktur desa. Yang jelas alokasinya sesuai rapat hasil musyawarah desa itu. Semacam program PNPM.

Kalau PNPM infrastruktur bagaimana?Program ini juga kita kelola. Juga kita

alokasikan dari Komisi V juga.Dana PNPM ini dikelola masyrakat setem-

pat. Kita lihat hasilnya dari sejumlah desa yang mendapat program ini terbukti ada perbaikan infrastruktur desa.

Bisa bekerja swakelola, swadaya dan diharapkan program ini terus berlanjut

karena terbukti sudah dirasakan manfaatnya untuk rakyat.

Yang jelas bahwa kami akan terus

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 23

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 24

H. Nur Iswanto, SH.,MMH. Nur Iswanto, SH.,MM

Tempat Tanggal Lahir :Tempat Tanggal Lahir :Jakarta, 7 November 1961Jakarta, 7 November 1961

Jabatan :Jabatan :- Ketua DPD Partai Gerindra - Ketua DPD Partai Gerindra Sumatera Selatan Sumatera Selatan

- Anggota Komisi V DPR RI- Anggota Komisi V DPR RI

- Wakil Ketua Badan urusan Rumah - Wakil Ketua Badan urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI Tangga (BURT) DPR RI

- Anggota Badan Legislasi (Baleg) - Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI DPR RI

berjuang agar program ini berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Program ini baik PPIP dan PNPM ini kami perjuangkan sejak duduk di Komisi V dan berlanjut hingga sekarang.’

Soal pembangunan desa tertinggal?Desa tertinggal juga tetap dalam perhatian

kami. Mitra kami Kementerian Pemberda-yaan Daerah Tertinggal (PDT) juga ikut membantu seperti bantuan traktor dan alat pertanian, peternakan lain yang dibutuh-kan masyarakat desa.Meskipun ini domain Komisi IV tapi kami juga tetap perjuangkan membantu petanian desa tertinggal, terutama dari sisi infrastruktur desa dalam pengertian luas.

Desa tertinggal juga ada program pem-bangunan jalan desa.

Kami tetap mengedapankan platform Partai Gerindra dari sisi pembangunan infra-struk tur untuk masyarakat bawah.

Sasaran ingin dicapai?Agar pembangunan desa maju,

masyarakat desa punya pekerjaan, menang-gulangi tingkat pengangguran desa, dengan PPIP, PNPM, dan program desa tertinggal ini lapangan pekerjaan bisa terbuka lebar di desa.

Pemberdayaan potensi desa dan tentu saja menggairahkan perekonomian desa.

Di sektor perumahan juga demikian. Banyak rumah tak layak huni di desa mendapat bantuan, kami dari Komisi V memprogramkan jauh hari rumah tak layak huni. Alokasinya ada Rp 10 juta, Rp 6 juta per

rumah disesuaikan kebutuhan dan sangat membantu perbaikan rumah masyarakat tak layak huni. Yang tadinya atap rumbia bisa diganti dengan atap seng, tadinya lantainya tanah bisa disemen.

Karena kita ikut mengawasi dalam pelak-sanaannya maka cukup membantu masyr-akat dan tepat sasaran.

Sebenarnya Komisi V itu mengurus jalan tingkat nasional. Desa tidak tersentuh selama ini sehingga dengan porgram itu kita jalan-kan agar menyentuh desa, menyentuh rakyat sesuai dengan program partai Gerindra.

Dikaitkan dengan RUU Desa?Saya kira itu baru rancangan Undang-Un-

dang dan jika kelak kalau UU gol maka kita tidak tahu darimana anggaran Rp 1 miliar per desa yang diwacanakan dalam RUU itu.

Saya pikir itu masih melalui proses panjang dan kalau yang kita lihat nampak depan mata sekarang adalah program yang sudah kami sebutkan tadi diatas dimana Fraksi Partai Gerindra ikut berperan penting didalamnya. Kalau RUU Desa ini nanti bisa selesai dan dilaksanakan bisa lebih baik lagi. Kita tentu mendukung RUU Desa terlaksana sehingga perbaikan infrastruktur desa ke depan mengalami kemajuan berarti.

Ke depan perbaikan infrastruktur desa seperti ini?

Kita nanti akan berjuang sehingga tidak ada dikotomi jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten.

Yang ada nanti adalah jalan rakyat. Kan jalan harus sampai ke desa. Kalau selama

ini kita hanya mengurus jalan nasional, jalan provinsi dan lainnya masyarakat tidak mengerti dengan kategorisasi seperti itu.

Yang masyarakat tahu yang penting jalan kami bagus, itu saja.

Ini kita terus perjuangkan melalui RUU Jalan yang sementara kita godok sehingga nantinya tidak ada jalan khusus nasional, khusus provinsi dan lainnya. Yang penting jalan rakyat ada sampai ke desa dan bagus dilalui kendaraan. Ini concern Gerindra bagaimana jalan rakyat bisa direalisasikan melalui UU Jalan. Sehingga masyarakat bisa menikmati apa yang benar-benar benar diperjuangkan Partai Gerindra melalui wak-ilnya di DPR.

Tampaknya ada diskiriminasi pembangunan jalan?

Bukan diskriminasi. Memang aturannya seperti itu selama ini sehingga kita susah melangkah. Misalnya kita mau mem-bangun Dapil kita, dari kabupaten A ke kabupaten B, terbentur alasan ini jalan ka-bupaten dana dari pusat tidak bisa masuk. Ini kalau seperti itu kapan bagusnya jalan kabupaten.

Maka kita perjuangkan betul agar UU Jalan bisa selesai sehingga tahunya masyarakat itu jalan rakyat tidak lagi ada jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten.

Kita harapkan nanti pendanaan semua jalan sampai ke desa dari APBN. Tinggal alokasinya berapa dana APBN, APBD provinsi kabupaten/kota masuk ini tentu perlu sharing yang jelas.(tim)

FOTO/ISTIMEWA

KABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 25

Survei : Prabowo Calon Presiden Teratas

JAKARTA -Hingga akhir tahun 2012, sejumlah lembaga survei masih menempat-kan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto pada urutan teratas seba-gai calon presiden terpopuler diantaranya dua lembaga survei yakni Lembaga Survei Nasional (LSN) dan Prisma Resource Center.

Survei Prisma Resource pada akhir Oktober 2012 lalu terhadap 2.300 responden menga-jukan pertanyaan, “Siapakah di luar yang pernah menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden yang layak dipilih sebagai Presiden RI jika Pilpres dilaksanakan besok?”.

Berdasarkan pertanyaan tersebut, sebanyak 20,8

persen responden memilih Prabowo Subianto. Berikutnya, bakal calon presiden dari Partai Golkar Aburizal “Ical” Bakrie yang dipilih 6,1 persen, dan Ketua Mahkamah Konsti-tusi Mahfud MD dengan dipilih 5 persen responden.

“Hanya Prabowo yang mendapatkan dukungan lebih dari 20 persen. Sementara, yang belum menjawab berjumlah 45,7 pers-en. Di sini terdapat kecenderungan wait and see di kalangan masyarakat terkait keputu-san untuk memilih seorang fi gur Presiden RI,” kata peneliti utama Prisma Resources Centre Rahardi T Wiratama.

Sementara itu, posisi keempat ditem-pati oleh Wiranto dengan 3,4 persen, Anas Urbaningrum dan Hatta Rajasa 2,6 persen, Sri Mulyani 1,8 persen, dan Ani Yudhoyono 1,4 persen.

Survei diselenggarakan di 33 provinsi dengan jumlah sampel 2.300 responden. Re-sponden dipilih berdasarkan pertimbangan gender dengan komposisi responden laki-laki 50 persen dan perempuan 50 persen. Sampling terkecil dalam survei berada pada tingkat keluarahan atau desa dengan jumlah sampel 10 responden per kelurahan atau desa. Dengan demikian survei ini men-cakup 230 kelurahan di seluruh Indonesia. Diperkirakan margin of error kurang lebih 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. (tim/net)

Partai Gerindra Jaring Partai Gerindra Jaring Caleg Lewat IklanCaleg Lewat Iklan

JAKARTA - Menjelang Pemilu 2014, Partai Gerindra akan melakukan penjaringan calon anggota legislatif (caleg). Berbeda dengan partai lain, Partai Gerindra melakukan penjar-ingan secara terbuka. Sistem rekrutmen secara terbuka ini misalnya dengan memasang iklan di berbagai media massa.

“Rekrutmen caleg akan diumumkan di media massa, akan dilakukan pendaftaran terbuka untuk caleg DPR, DPRD tingkat provinsi, dan DPRD kabupaten/kota,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, di Jakarta, belum lama ini.

Terobosan baru Gerindra ini dilakukan untuk mendapatkan caleg yang benar-benar berkuali-tas dan tidak diskriminatif. Iklan lowongan menjadi caleg Gerindra ini akan dipasang di media massa dalam waktu dekat ini.

“Semua bebas, kita kan partainya mewakili masyarakat. Jadi segmennya beragam mulai dari petani, buruh, nelayan, intelektual,

akademisi, orang muda, hingga ibu-ibu boleh mendaftar,” ucap Fadli.

Meskipun demikian, Fadli Zon menegas-kan bagi politisi Gerindra yang kini sudah menjadi anggota DPR, DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota akan mendapatkan prioritas. “Ini karena mereka sudah mendapat dukungan rakyat maka mereka mendapat semacam prioritas karena mereka juga sudah berinvestasi buat partai,” ucapnya.

Partai Gerindra juga akan membuka pintu untuk calon legislatif yang bukan berasal dari partai politik namun dari profesi lain yang mumpuni dan bisa diandalkan dibidangnya.

Nantinya, Partai Gerindra juga akan mem-perkenalkan setiap caleg yang diusung ke masyarakat melalui media massa.

Hal ini agar rakyat bisa mengetahui secara jelas latar belakang dan kinerjanya. “Rakyat tidak seperti membeli kucing dalam karung,” ujarnya. (tim/net)

MENUJU PEMILUMENUJU PEMILU

FADLI ZON

KAKA

F

p ysebanyak 20,8

paUSr1,4

despgelaSatinsadcD

Rilis LSN soal Capres 2014:

- Masyarakat disebut masih tertarik kepada tokoh den-

gan latar belakang militer untuk memimpin pada 2014

alasannya, masyarakat membutuhkan tokoh dengan

karakter tegas yang diasosiasikan berlatar belakang TNI.

- Dua mantan perwira tinggi TNI berada di urutan teratas

yakni Prabowo Subianto (elektabilitas 20,1 persen) dan

Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto (12 persen).

- Tokoh sipil dibawahnya adalah Kalla (9,4 persen),

Megawati Soekarno Putri (8,8 persen), Aburizal Bakrie

(7,1 persen), Sri Sultan Hamengkubuwono X (6,3 pers-

en), Mahfud MD (5,8 persen), Joko Widodo (4,7 persen),

Surya Paloh (3,3 persen), Dahlan Iskan (2,6 persen),

Hidayat Nur Wahid (1,7 persen), dan Hatta Radjasa (1,2

persen).

- Survei digelar pada 10-24 September 2012 dengan

sampel 1.230 responden yang tersebar di 33 provinsi.

FOTO/ISTIMEWA

FOTO/ISTIMEWA

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 26

SNAPSHOTSNAPSHOT

Terkesan JadiTABEKERJA dan mengabdi di salah satu sentrum kekuasaan di republik ini membuat Safri Muis terkesan. Sebagai Tenaga Ahli (TA) Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Safri mengatakan suasana kerja yang dia peroleh begitu dinamis dan penuh dengan semangat kekeluargaan.

“Membuat saya betah dan berpacu untuk lebih baik lagi. Apalagi kita sebagai TA dibe-baskan untuk membuat analisis terhadap isu-isu strategis yang menjadi tanggungjawab kita sebagai TA anggota,” kata Safri.

Wakil Sekjen DPP Partai Gerindra ini menegaskan komunikasi di Fraksi Partai Gerindra selama ini sangat bagus. Pimpinan Fraksi juga terus melakukan konsolidasi dengan para TA untuk memacu TA lebih produktif dalam memberikan masukan atau pertimbangan strategis agar menjadi sikap fraksi keseluruhan.

“Pimpinan fraksi sangat mendukung kita untuk lebih kreatif dalam menyajikan isu-isu strategis dimasing-masing komisi dan bekerjasama dengan TA fraksi untuk dikompilasi menjadi sebuah tulisan yang enak dibaca dan bermanfaat

bagi rakyat,” kata Safri.Demikian pula, kata dia, sua-

sana dinamis dan kekeluargaan membuatnya mampu memberi-kan yang terbaik dalam bekerja di Fraksi Partai Gerindra. “Ini membuat saya kagum,” katanya.

Mantan Ketua HMI Cabang Malang ini menegaskan Fraksi begitu mendukung agar setiap sikap atau tulisan yang akan dis-ajikan haruslah sesuai dengan manifesto Partai Gerindra, mem-bawa bangsa dan negara ini bisa lebih baik.(tim)

Bangun Kebersamaan Melalui OutbondBangun Kebersamaan Melalui OutbondMEI 2012 lalu, Tenaga Ahli (TA) dan staf yang bertugas di lingkun-gan Fraksi Partai Gerindra DPR RI mengadakan outbond di Villa Highland Camp. Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat.

Kegiatan outbound ini dimaksudkan untuk menyegar-kan pikiran para TA dan staf dari rutinitas sehari-hari di gedung DPR RI. Sekaligus men-jadi ajang untuk membangun

keakraban dan kekompakan serta menciptakan suasana saling memotivasi dalam ling-kungan Fraksi Partai Gerindra DPR RI.

Outbond ini berlangsung seru apalagi diselingi dengan aneka permainan skill individu dan kelompok. Dimaksudkan untuk mengembangkan kreatifi tas dan kebersamaan didalam kelompok. Outbond ini dijadwalkan berlan-

jut di waktu-waktu mendatang.Sekjend DPP Partai Gerindra

Ahmad Muzani yang hadir dalam kesempatan itu memberi-kan pengarahan saat penutupan acara. Dia menegaskan bahwa rakyat menaruh harapan besar pada Partai Gerindra melalui perwakilannya di DPR RI. Oleh karena itu, peran TA dan staf sangat membantu perjuangan para anggota DPR dari Fraksi

Gerindra dalam melaksanakan amanah dan tanggungjawab dari konstituen.

Demikian pula para TA yang berpengalaman dan memiliki basis konstituen bisa jadi akan diminta menjadi Caleg partai di Pemilu 2014 sebab mereka umumnya sudah memahami manifesto partai dan tahu bagaimana memperjuangkannya di Senayan. (tim)

SAFRI MUIS

Pekerjaan MembanggakanMENJADI Tenaga Ahli (TA) bagi Mintarsih Adam adalah pekerjaan yang membanggakan. TA Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra ini menilai profesi TA merupakan sarana perjuangan paling tepat karena ikut andil dalam sistem penga-wasan yang dilakukan anggota DPR.

“Kami juga ikut aktif dalam membahas program dan paling seru adalah dengan menjadi TA selalu up to date den-gan Undang-undang yang selalu dibahas di DPR,” tutur Emink, panggilan akrab Mintarsih Adam, di gedung DPR RI Jakarta.

Melalui TA, Emink menilai itu bagian dari pergerakan Partai Gerakan Indonesia Raya yang dikenal sebagai partai yang memiliki cita-cita luhur dalam mewujud-kan Indonesia Raya yang adil dan sejahtera.

“Saya mendapat banyak pelajaran hidup dari profesi ini. Sungguh sebuah peker-jaan yang membanggakan,” ujar Bendahara DPP Partai Gerindra ini.

Selain menjadi TA yang membantu anggota DPR melaksanakan tugas-tugas ke-Dewanan, Emink juga besar

peranannya dalam memban-gun dan menjaga kebersamaan serta kekompakan para TA dan staf. Sejumlah acara dilingkun-gan fraksi dan partai Gerindra diinisiasi dan diurus Emink bersama rekan-rekan TA yang lain. Tujuannya satu, bagaimana membawa Partai Gerindra bisa menjadi partai besar sehingga ke depan bisa lebih banyak hal lagi yang bisa diperjuangkan oleh partai untuk masyarakat. (tim)

MINTARSIH ADAM

FOTO/ISTIMEWA

FOTO/ISTIMEWA

FOTO/ISTIMEWA

RESENSIRESENSI

Menggugat Logika APBNPolitik Anggaran Partai Gerindra

Oleh: Fary Djemy Francis, Desmond J. Mahesa

Penerbit : Ledalero (K)Edisi : Soft CoverISBN : 9799447038ISBN-13 : 9789799447036Tgl Penerbitan : Juni 2012Bahasa : Indonesia Halaman : 160 hlmUkuran : 14x21 cm

Sinopsis Buku:“Dalam buku ini sidang pembaca dapat menyimak den-

gan sepenuh kebebasan yang dimiliki bagaimana seluk be-luk penganggaran negara di pihak legislatif yang mungkin masih awam bagi banyak orang. Dengan gaya rekomposisi yang ringan, penulis mencoba membawa sidang pembaca masuk ke area-area strategis di mana APBN diproses hinga layak dieksekusi. Upaya ini dipandang sangat bermanfaat karena hanya dengan memahami proses penganggaran secara benar, rakyat Indonesia bisa turut mengawal im-plementasi APBN di lingkup dan jangkauan kewenangan masing-masing dapat dilakukan secara benar pula.

Dalam kondisi di mana setiap wakil rakyat di DPR RI sedang menjadi sasaran sorotan publik dalam segala aspek dan gerak gerik mereka, peluncuran buku ini seperti oase di padang gurun yang dapat memberikan kelegaan baik kepada wakil rakyatnya sendiri maupun rakyat konstituennya.

Yang lebih menarik ialah ketekunan penulis menyediakan argumentasi-argumentasi matang untuk mendukung tesis-tesis yang diajukan. Karena itu jika kita lebih dalam tampak nuansa pertanggung-jawaban yang terbangun dalam gaya dialog yang lugas yang mem-bawa pencerahan bagi pembacanya”.

Fary Djemy Francis, pada tanggal 1 Oktober 2009 dilantik menjadi Anggota DPR RI setelah dipilih se-cara langsung oleh masyarakat dari daerah Pemilihan Nusa Tenggara Timur II (Timor, Rote, Sabu, Sumba). Pada periode 2009-2011 ditugaskan oleh Fraksi Ger-indra menjadi Ketua Poksi Fraksi Gerindra di Komisi V, dan menjadi Anggota Badan Anggaran. Karena dedikasinya, sejak tahun 2012 ditunjuk menjadi Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPR RI.

Sebelum manjadi Anggota DPR RI, selama lima belas tahun menjadi fasilitator masyarakat. Bersama dengan tokoh-tokoh kawasan Timur Indonesia, mendirikan dan membina lembaga BAKTI, sebagai Lem-baga Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia.

Tahun 1996 meraih Master Management Agribussines di IPB Bogor, tahun 2003 atas sponsorship dari Kementrian Luar Negeri USA men-dapat studi “Peace and Confl ict Resolution” di OHIO University USA, tahun 2004 mendapat Sphonsorship dari JICA belajar secara khusus pemberdayaan masyarakat di bidang “watersheed management for community development di SOMMED Institute Andra Pradesh, India. Saat ini sedang menyelesaikan Program Doktor (S3) Ilmu Lingkungan di Universitas Indonesia.

n-be-kin

isi a

nga at

n

ek e dipada

kan i t i

Desmond J. Mahesa, lahir di Banjar-masin pada tanggal 12 Desember 1965. Pendidikan Dasar hingga perguruan Tinggi diselesaikan di Banjarmasin. Ayah dari 2 anak ini adalah Sarjana Hukum dari Universitas Lambung Mangkurat, dan mengambil Magister Hukum di STIH IBLAM, Jakarta.

Saat ini, Desmond J. Mahesa ter-catat sebagai anggota komisi III DPR

RI mewakili daerah pemilihan Kalimantan Timur. Dan karena keuletan dan integritasnya, Partai Gerindra mengamanahkan-nya menjadi Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPR RI sekaligus Ketua Poksi Badan Anggaran Fraksi Partai Gerindra untuk memperjuangkan dana APBN agar bisa dinikmati secar adil oleh seluruh warga negara.

Mulai tahun 1989 hingga sekarang, Desmond J. Mahesa mengkampanyekan dan aktif berkonstribusi menjaga dan melestarikan lingkungan. Tahun 1995-1996 dipercaya sebagai Presidium Nasional WALHI dan menjadi Anggota Konsorsium Pembaruan Agraria dari tahun 1994.

KABARKABAR

FRAKSI GERINDRAGERINDRA 27

PenyusunPe

FOTO/ISTIMEWA

“Selamat Tahun “Selamat Tahun BaruBaru 2013” 2013”

FRAKSI GERINDRA DPR RI

top related