m. abelta azizi
Post on 19-Oct-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM
PEMERIKSAAN DAN PENYELESAIAN PERKARA
PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA
PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Program Studi Hukum Program Sarjana
OLEH :
M. Abelta Azizi NIM. 502016286
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : PENERAPAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM
PEMERIKSAAN DAN PENYELESAIAN PERKARA
PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG
Nama : M. Abelta Azizi
NIM : 502016286
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Hukum Perdata
Pembimbing,
1. Helwan Kasra, SH., M.Hum. ( )
2. Heni Marlina, SH, MH. ( )
Palembang, Maret 2020
PERSETUJUAN OLEH TIM PENGUJI :
Ketua : Mulyadi Tanzili, SH., MH. ( )
Anggota : 1. Dr. Muhammad Yahya Selma, SH., MH. ( )
2. Heni Marlina, SH., MH. ( )
DISAHKAN OLEH
DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Nur Husni Emilson, SH., SpN., MH.
NBM/NIDN : 858994/0217086201
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Abelta Azizi
NIM : 502016286
Program Studi : Hukum Program Sarjana
Program Kekhususan : Hukum Perdata
Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul:
PENERAPAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PEMERIKSAAN
DAN PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN
AGAMA PALEMBANG.
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Palembang, Maret 2020
Yang menyatakan,
M. Abelta Azizi
iv
ABSTRAK
PENERAPAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PEMERIKSAAN
DAN PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN
AGAMA PALEMBANG
Oleh
M. Abelta Azizi
Perceraian ialah putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami dengan
istrinya. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum Islam,
bahwa Perkawinan dapat putus karena a. Kematian, b. perceraian dan c. atas
putusan Pengadilan. Dengan adanya berbagai landasan hukum dimaksud,
Kompilasi Hukum Islam telah mempunyai tempat yang kokoh dalam sistem
hukum di Indonesia.
Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana kedudukan
Kompilasi Hukum Islam dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara perceraian
di Pengadilan Agama Palembang? dan Bagaimana Penerapan Kompilasi Hukum
Islam dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan
Agama Palembang? Jenis penelitian hukum ini adalah “penelitian hukum
empiris” yang terdiri dan penelitian terhadap identifikasi dan penelitian terhadap
efektivitas hukum.
Sesuai dengan judul dan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa: Kedudukan dan Kompilasi Hukum Islam
mengenai perceraian dalam Tata Hukum Indonesia adalah memberikan
keseragaman pedoman bagi para Hakim dalam lingkungan Peradilan Agama
dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara warisan, karena
Kompilasi Hukum Islam merupakan hukum positif yang harus dipatuhi oleh
orang-orang yang beragama Islam. Pengadilan Agama Palembang menerapkan
Kompilasi Hukum Islam secara konsekuen sebagai hukum positif dalam
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perceraian, baik dalam
menentukan cerai gugat maupun cerai thalak.
Kata Kunci : Kompilasi Hukum Islam dan Perkara Perceraian.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT,
serta sholawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw., karena atas rahmat dan
nikmat Nya jualah skripsi dengan judul : PENERAPAN KOMPILASI HUKUM
ISLAM DALAM PEMERIKSAAN DAN PENYELESAIAN PERKARA
PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG.
Dengan segala kerendahan hati diakui bahwa skripsi ini masih banyak
mengandung kelemahan dan kekurangan. semua itu adalah disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis, karenanya mohon dimaklumi.
Kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap:
1. Bapak Dr. AbidDjazuli, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang beserta jajarannya;
2. Bapak Nur Husni Emilson, SH., Sp.N., MH, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang beserta stafnya;
3. Bapak/Ibu Wakil Dekan I, II, III dan IV, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH. selaku Ketua Program Studi Hukum
Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
vi
5. Bapak Helwan Kasra, SH., M.Hum selaku Pembimbing I dan Ibu Heni
Marlina, SH., MH. selaku Pembimbing II Skripsi telah banyak memberikan
petunjuk-petunjuk dan arahan-arahan dalam penulisan dan penyusunan skripsi
ini;
6. Bapak Helwan Kasra, SH., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik Penulis
selama menempuh pendidikan yang selalu memberikan inspirasi;
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang;
8. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku terkasih.
Semoga segala bantuan materiil dan moril yang telah menjadikan skripsi
ini dapat selesai dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
ujian skripsi, semoga kiranya Allah Swt., melimpahkan pahala dan rahmat kepada
mereka.
Wassalamu’alaikumwr. wb.
Palembang, Maret 2020
Penulis,
M. Abelta Azizi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ......................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Permasalahan ........................................................................... 6
C. Ruang Lingkup dan Tujuan .................................................... 6
D. Definisi Konseptual ................................................................ 7
E. Metode Penelitian .................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kewenangan Pengadilan Agama ............................................. 11
B. Hukum Acara Peradilan Agama .............................................. 16
C. Tinjauan tentang Perceraian .................................................... 22
D. Para Pihak dalam Perkara Perceraian ...................................... 31
E. Kompilasi Hukum Islam ......................................................... 36
viii
BAB III : PEMBAHASAN
A. Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam Pemeriksaan dan
Penyelesaian Perkara Perceraian di Pengadilan Agama
Palembang ............................................................................... 39
B. Penerapan Kompilasi Hukum Islam dalam Pemeriksaan dan
Penyelesaian Perkara Perceraian di Pengadilan Agama
Palembang ............................................................................... 46
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 51
B. Saran-saran .............................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 24 UUD 1945 menyatakan sebagai berikut:
(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-
lain badan kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman diatur dengan undang-
undang.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan
tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dan pengaruh
kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah membawa perubahan dalam kehidupan
ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman.
Perubahan tersebut antara lain menegaskan bahwa:
Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
2
umum lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Tugas pembinaan di bidang teknis yudisial dilakukan oleh Mahkamah
Agung berdasarkan (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Pasal 21 ayat (1)
Organisasi, administrasi, dan finansial Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. (2)
Ketentuan mengenai organisasi, administrasi, dan finansial badan peradilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing lingkungan
peradilan diatur dalam undang-undang sesuai dengan kekhususan lingkungan
peradilan masing-masing.
Meskipun Undang-undang tentang kekuasaan kehakiman pertama kali
ditetapkan tahun 1970, namun pelaksanaannya di lingkungan pengadilan
Agama baru pada tahun 1983 setelah penandatanganan Surat Keputusan
3
Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 01, 02, 03 dan 04/SK/1-1983.
Surat Keputusan Bersama tersebut merupakan suatu upaya sementara
untuk menunggu undang-undang tentang susunan kekuasaan dan acara
peradilan agama sebagal pelaksanaan dan Undang-Undang No.14 Tahun 1970
yang sekarang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang No.48 tahun 2009.
Selama Pembinaan teknis yudisial Peradilan Agama oleh Mahkamah
Agung, terasa sekali adanya kelemahan oleh karena belum ada hukum
material Islam dituangkan dalam peraturan perundang-undangan bagi
Peradilan Agama. Oleh karena itu putusan Pengadilan Agama dalam
menyelesaikan dan memeriksa perkara perdata atas pertimbangan kepada
kitab Fiqh yang telah ditentukan.
Hal ini menyebabkan sering terjadinya perbedaan putusan Pengadilan
Agama terhadap kasus yang sama, sebagai akibat perbedaan-perbedaan
pendapat oleh para ahli Fuqoha dalam Kitab-kitab Fiqh itu. Praktek penegakan
hukum seperti itu harus segera dihentikan karena merugikan dan
membingungkan pencari keadilan.1
Sekalipun di Indonesia telah ribuan tahun Hukum Islam dilaksanakan
oleh umat Islam, namun hukum Islam belum memperlihatkan bentuknya yang
utuh sesuai dengan konsep dasarnya menurut Al-Quran dan Sunnah.
Kenyataan ini adalah merupakan sebuah refleksi berlangsungnya proses
Islamisasi yang berlanjut terus dalam kehidupan umat Islam.
Sejak dulu sudah disadari bahwa masih banyak dan kalangan umat
Islam yang menunjukkan komitmen terhadap Agama Islam, tapi mereka masih
1 Abdurrahman, 2002, Kompilasi Hukum di Indonesia, Akademika Pressindo,
Jakarta, hlm.1
4
menunjukkan sikap yang mendua, pada satu pihak mereka menyatakan
sebagai seorang penganut Agama islam sedang di pihak lain ia masih belum
melaksanakan Hukum Islam secara menyeluruh.
Pemerintah menetapkan Undang-undang No.50 Tahun 2009 atas
perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Yang
mengatur tentang hukum formil yang dipakai dalam lingkungan Peradilan
Agama. Hukum formil secara teoritis adalah untuk mengabdi kepada hukum
materiil, akan tetapi hukum materiil mana yang dipergunakan Pengadilan Agama
masih belum jelas dan untuk keperluan itulah Kompilasi Hukum Islam disusun.
Dengan demikian, maka berlakunya Undang-undang No.50 Tahun
2009 menjadi dorongan yang lebih kuat untuk memacu lahirnya hukum
materiilnya yaitu Kompilasi Hukum Islam.
“Gagasan untuk mengadakan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
pertama kali di umumkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia
Munawir Sadzali, M.A, pada bulan Februari 1985 dalam ceramahnya di
depan mahasiswa Sunan Ampel Surabaya ; semenjak itu ide ini
menggelinding dan mendapat sambutan hangat dan pihak-pihak”.2
“Dalam beberapa hari sebelum Presiden menunaikan Ibadah Haji,
tepatnya pada tanggal 10 Juni 1991, beliau menanda tangani instruksi
Presiden nomor 1 Tahun 1991. Sejak saat itu secara formil belakukah
Kompilasi Hukum Islam di seluruh Indonesia sebagai hukum materiil
yang dipergunakan di lingkungan Pengadilan Agama”.3
Sebagai tindak lanjutnya pada tanggal 22 Juli 1991 Menteri Agama
telah mengeluarkan Keputusan Nomor 154 Tahun 1991 tentang pelaksanaan
instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor I Tahun 1991.
2 Ibid., hlm.3 3 Chalim Muhammad Abd., Kedudukan Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem
Hukum Nasional, Ulasan Hukum Dalam Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun XVI
No.128 Mei, Jakarta, 2001
5
Selanjutnya keputusan itu disebarkan kepada semua Ketua pengadilan
Tinggi Agama dan Ketua Pengadilan Agama melalui Surat Edaran Direktur
Badan Peradilan Islam tanggal 25 Juli 1991 Nomor: 3694/EV/UK.003/AZ/
1991.
Pada pasal 39 ayat 1 memuat ketentuan bahwa perceraian hanya dapat
dilakukan di depan sidang pengadilan dan pada pasal 39 ayat 2 menegaskan
bahwa untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara
suami istri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami istri.
Alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian menurut
penjelasan Pasal 39 ayat 2 undang-undang No.1 Tahun 1974 dan Pasal 19
Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 adalah sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemauannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan terhadap pihak yang lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan
tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/istri.
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.4
Perceraian ialah putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami
dengan istrinya. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum
4 Hilman Hadikusuma, 2003, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, hlm. 77.
6
Islam, bahwa Perkawinan dapat putus karena : a. Kematian, b. Perceraian dan
e. atas putusan Pengadilan.5
Dengan adanya berbagal landasan hukum dimaksud, Kompilasi
Hukum Islam telah mempunyai tempat yang kokoh dalam sistem hukum di
Indonesia. Untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut maka penulis ingin
menyajikan dan mengungkapkannya dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi
dengan judul PENERAPAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM
PEMERIKSAAN DAN PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN DI
PENGADILAN AGAMA PALEMBANG.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam pemeriksaan dan
penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan Agama Palembang?
2. Bagaimana Penerapan Kompilasi Hukum Islam dalam pemeriksaan dan
penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan Agama Palembang?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Pembahasan dalam skripsi ini adalah mengenai masalah Kompilasi
Hukum Islam. Agar tidak terlalu luasnya pembahasan, maka dalam tulisan ini
perlu diberikan pembatasan-pembatasan. Dalam tulisan ini penulis membatasi
pembahasan hanya dengan membahas kedudukan Kompilasi Hukum Islam
5 Proyek Peningkatan pelayanan Aparatur Hukum pusat Dirbinbapera Ditjen Bimas
Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, 2004, hlm. 335
7
dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan
Agama.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui mengenai
1. Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam pemeriksaan dan penyelesaian
perkara perceraian di Pengadilan Agama Palembang
2. Penerapan Kompilasi Hukum Islam dalam pemeriksaan dan penyelesaian
perkara perceraian di Pengadilan Agama Palembang.
D. Definisi Konseptual
1. Kompilasi adalah sebuah buku hukum atau buku kumpulan yang memuat
uraian atau bahan hukum, pendapat-pendapat hukum atau aturan-aturan
hukum.6
2. Perceraian Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian.7
3. Pengadilan Agama Palembang, adalah badan peradilan yang di bawah
Mahkamah Agung dan ruang lingkup kerjanya adalah kota Palembang.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian
hukum yang dipandang dan sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian
hukum empiris, yang terdiri dan penelitian terhadap identifikasi hukum
dan penelitian terhadap efektivitas hukum.
6 Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 24. 7 Ibid., hlm. 18
8
2. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terdapat dalam kepustakaan, yang berupa peraturan
perundang-undangan yang terkait, jurnal, hasil penelitian, artikel dan
buku-buku lainnya.
Data yang berasal dari bahan-bahan hukum sebagai data utama yang
diperoleh dari pustaka, antara lain:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum yang mempunyai otoritas (authoritatif) yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan, antara lain: Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009 tentang Peradilan Agama, Undang-undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil
penelitian, hasilnya dan kalangan hukum, dan seterusnya.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus,
ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya.
Sedangkan data primer akan diperoleh melalui wawancara pada
pihak Pengadilan Agama kota Palembang.
9
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu melalui studi kepustakaan (libraryresearch) yaitu penelitian untuk
mendapatkan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji dan
menelusuri sumber-sumber kepustakaan, seperti literatur, hasil penelitian
serta mempelajari bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan
permasalahannya yang akan dibahas, buku-buku ilmiah, surat kabar,
perundang-undangan, serta dokumen-dokumen yang terkait dalam
penulisan skripsi ini.
4. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari sumber hukum yang dikumpulkan
diklasifikasikan. baru kemudian dianalisis secara kualitatif, artinya
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,
sistematis, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan
interpretasi data dan pemahaman basil analisis. Selanjutnya hasil dan
sumber hukum tersebut dikonstruksikan berupa kesimpulan dengan
menggunakan logika berpikir induktif, yakni penalaran yang berlaku
khusus pada masalah tertentu dan konkret yang dihadapi. Oleh karena itu
hal-hal yang dirumuskan secara khusus diterapkan pada keadaan umum,
sehingga hasil analisis tersebut dapat menjawab permasalahan dalam
penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut:
10
Bab I, Merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,
Permasalahan, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian, Definisi Konseptual,
Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang berisikan landasan teori yang
erat kaitannya dengan obyek penelitian, yaitu Kewenangan Pengadilan
Agama, Asas-asas Hukum Acara Peradilan Agama, Pengertian perkara
Perceraian, Para Pihak Dalam Perkara Perceraian, Pengertian Kompilasi
Hukum Islam.
Bab III, merupakan pembahasan yang berkaitan dengan Kedudukan
Kompilasi Hukum Islam dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara
perceraian di Pengadilan Agama Palembang dan Penerapan Kompilasi Hukum
Islam dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan
Agama Palembang.
Bab IV, Berisikan Kesimpulan dan Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
A. Basiq Djalil, 2010, Peradilan Agama di Indonesia, Prenada Media, Jakarta.
Abdul Manan, 2007, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan
Agama, Prenada Media, Jakarta.
Abdurrahman, 2002, Kompilasi Hukum di Indonesia, Akademika Pressindo,
Jakarta.
Achmad Ichsan, 2004, Hukum Islam Bagi yang Beragama Islam, Pradnya
Paramita, Jakarta.
M. Yahya Harahap, 2005, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama
Undang No.7 Tahun 1989, Pustaka Kartini, Jakarta.
Human Hadikusuma, 2003, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju,
Bandung.
H. M. Djamil Latif, 2004, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Idris Djakfar dan Taufik Yahya, 2009, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam,
Pustaka Jaya, Jakarta.
Riduan Syahrani, 2001, Hukum Acara Perdata, Pustaka Kartini, Jakarta.
Sudikno Mertikusumo, 2007, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,
Yogyakarta.
Jurnal
Abd. Chalim Muhammad, 2007, Kedudukan Kompilasi Hukum Islam Dalam
Sistem Hukum Nasional, Ulasan Hukum Dalam Varia Peradilan, Majalah
Hukum Tahun XI No. 128 Mei, Jakarta.
Hasan Basry, 2003, Perlunya Kompilasi Hukum Islam, Mimbar Ulama, No.14 Th-
X.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum
Islam
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Kompilasi Hukum Islam.
top related