ltm elien medikasi (antibiotik), etiologi, klasifikasi fraktur rahang
Post on 26-Nov-2015
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Akhirnya gue dan sulai ambil dari archer juga.. si buku mbah ni emang sangat tebal,, en gue juga
bingung bacanya.. masa,, tadinya ltm gue Cuma sparo halaman archer,, hahahaha.. gejehhh,,
Ntar pas presentasi kita harus bagi lagi,,oche2!!
DARI ARCHER !!
PENGGUNAAN TERAPI ANTIBIOTIK PROFIKLAKSIS
Karena semua luka akibat kecelakaan dianggap terkontaminasi perlu terapi antibiotic
General Principles :
Harus mengetahui apakah pasien memiliki sensitivitas atau allergi terhadap antibiotik tertentu
Luka ekstensif perlu antibiotik : Penicillin. Hal ini penting apalagi jika perawatan primer ditunda atau
sengaja ditunda.
Luka minor pada wajah tanpa melibatkan kavitas bukal tidak perlu antibiotik
Luka Minor pada pasien DM, penyakit vaskular perlu terapi antibiotik
Injuri viseral abdomen atau dada dosis antibiotik yang lebih besar
Luka yang massive tempat yang ideal untuk perkembangan penyakit tetanus dan clostridial Myositis
dosis antibiotik yang besar : Penicillin / Tetracycline antibiotik terus dilanjutkan hingga bahaya
infeksi selesai
Luka akibat gigitan binatang dan terutama gigitan manusia walau kecil perlu antibiotik
Semua pasien yang menerima terapi radiasi yang besar (excessive dan extensive) perlu antibiotik
Terapi antibiotik harus tetap dilanjutkan min. 5 hari setelah semua gejala klinis infeksi hilang. Bila tidak
ada gejala infeksi setelah pemberian profilaksis, antibiotik diberikan berkelanjutan hingga luka sembuh.
Sebaiknya terapi antibiotik profilaksis mulai diberikan saat akan melakukan prosedur operasi pada
pasien akibat trauma agar terdapat antibacterial blood level of the antibiotic agent pada jar. dan tubuh
pasien sebelum dan saat menjalani operasi
Kultur/biopsy sebaiknya diambil saat operasi/bedah dari keseluruhan area yang terkontaminasi
gunanya: bila terjadi infeksi, bisa dilakukan pemeriksaan untuk menentukan terapi antibotik spesifik yang
mana yang sebaiknya diberikan
PEMERIKSAAN PROFILAKSIS KHUSUS
a. Tetanus
Prinsip Umum Profilaksis
- Pertimbangan individual dari setiap pasien
- Surgical debridement
- Active Immunization
DPT Shots umur 2-6 bulan, setelah 1 bulan diberikan lagi 2-3 dosis secara intramuscular, diikuti
dengan booster pada bulan ke 12. Booster lain diberikan setelah anak berusisa 5-6 tahun. Basic
active immunization dengan adsorbed toxoid memerlukan 3 injeksi.
Setiap pasien dengan luka harus diinjeksi adsorbed tetanus toxoid intramuskuler pada waktu cedera.
- Passive immunization
Dengan homologous tetanus immnune glibulin diindikasikan untuk pasien yang belum menerima
imunisasi aktif.
- Patient record
- Antibiotik profilaksis penicillin dan tetracycline.
b. Clostridial Myositis (Gas Gangrene)
Tipe luka dengan resiko CM yang meningkat
1. Extensive laceration atau devitalisasi otot seperti yang terjadi pada compund fraktur dan cedera
dari high velocity missiles
2. Kerusakan main blood supply oleh cedera, tourniquet, tight cast atau thrombosis yang tertunda
3. Kontaminasi besar oleh benda asing seperti tanah dan pakaian
4. Perawatan yang tertunda
5. Perawatan yang kurang baik seperti debridement yang tidak lengkap atau kurangnya mobilisasi.
Pencegahan
Pembedahan early and adequate operation yang melibatkan insisi luas melalui jaringan
yang terdevitalisasi dan yang potensial mengalami devitalisasi, pengangkatan kotoran yang
mengkontaminasi dan benda asing serta drainage yang efektif.
Antibiotik tetracycline. Kombinasi dengan perawatan bedah.
Antitoxin administrasi profilaksis gas gangrene antitoxin pada waktu cedera atau
beberapa waktu setelahnya tidak dianjurkan.
Hyperbaric oxygen therapy belum teruji.
KEJADIAN / OKURENSI FRAKTUR TULANG FASIAL
1. Tulang nasal : merupakan fraktur tulang yang paling sering terjadi pada wajah. Pada fraktur ini terjadi
sedikit perpindahan, dan pasien seringkali merasa tidak membutuhkan perawatan.
2. Mandibula : merupakan fraktur tulang kedua yang sering terjadi pada wajah dan termasuk urutan ke-
10 yang paling sering terjadi dari seluruh tubuh. Fraktur ini umumnya terdeteksi dan dirawat karena
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.
3. Tulang zigomatik : seringkali tidak dapat terdeteksi dan tidak dirawat kecuali terjadi deformasi
mastikasi, diplopia, atau baal pada pipi.
4. Maksila : trauma ekstraoral parah, umumnya melibatkan fraktur pada maksila. Fraktur maksila yang
sering terjadi adalah pada tuberositas prosesus alveolar saat ekstraksi gigi molar. Pada beberapa
kasus, segmen besar dari fraktur maksila terdiri dari satu atau lebih gigi molar, dasar sinus maksila,
dan tuberositas.
5. Lengkung zigomatik : segmen yang tertekan seringkali mencegah pembukaan mandibula akibat
obstruksi pergerakan ke bawah dari prosesus koronoid.
ETIOLOGI FRAKTUR
Fraktur pada mandibula dan maksila dapat terjadi akibat trauma atau proses patologis.
ETIOLOGI FRAKTUR KETERANGAN
Fraktur Traumatik Disebabkan external violence ditinju/dipukul, kecelakaan mobil/industri,
jatuh, luka tembakan, trauma selama ekstraksi (terutama jika elevator
digunakan untuk gigi impaksi)
Fraktur pada prosesus alveolar dan tuberositas maksila lebih sering terjadi
dibandingkan fraktur mandibula selama ekstraksi
Fraktur Patologis Terjadi akibat kista, tumor tulang jinak/ganas, osteogenesis imperfecta,
osteomyelitis, osteomalasia, atrofi tulang keseluruhan atau osteoporosis, atau
nekrosis.
Destruksi yang luas dari badan tulang oleh proses patologis ini dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur tulang secara spontan selama berbicara,
yawning, atau makan
KLASIFIKASI FRAKTUR RAHANG
Fraktur dari mamdibula dan maksila dan tulang zigomatik dapat berbentuk single, multiple, simple,
compound, comminuted, complicated, or impacted.
Klasifikasi Fraktur Rahang Keterangan
Single fractures terjadi hanya pada satu tempat, seperti fraktur unilateral.
Agak jarang terjadi di mandibula.
Ketika terjadi di mandibula, seringnya terjadi pada angulus mandibula
khususnya ketika :
- gigi M3 tidak erupsi,
- pada foramen mentale, atau
- pada leher kondile.
Pada maksila lebih sering terjadi pada :
- tuberositas maksila
- anterior alveolar ridge maksila
Multiple fractures terjadi pada dua tempat atau lebih Fraktur multiple biasanya bilateral.
Merupakan tipe fraktur yang paling sering terlihat.
Terjadi baik pada mandibula maupun maksila.
Jika fraktur terjadi pada leher kondile pada satu sisi, biasanya ada fraktur
pada foramen mentale di contralateral side. Jika terjadi pada foramen
mentale di satu sisi, biasanya terjadi juga pada angulus mandibula di
sisi lain atau pada leher kondile.
Multiple fraktur dapat juga terjadi secara unilateral dimana fraktur terjadi
dalam beberapa segmen pada satu sisi
Simple fractures struktur tulang yang rusak tidak berkontak dengan secretion of oral
cavity atau dimana struktur tulang yang rusak not communicated / tidak
berhubungan dengan rongga mulut atau permukaan eksternal wajah
yang mengalami laserasi / daerah luka pada jaringan lunak.
Lebih sering ditemukan pada ramus mandibula, pada semua tempat di
bagian ramus yang diantara kondile dan angle mandibula
Compound fractures Ini adalah fraktur dimana struktur tulang yang rusak communicates /
berhubungan dengan oral cavity atau permukaan eksternal wajah yang
mengalami laserasi / luka pada oral mukosa atau di kulit.
Lebih sering terjadi pada anterior sampai angle of mandibula (pada
bagian corpus / body mandibula)
Comminuted fractures tulang terbagi-bagi menjadi beberapa bagian atau fragmen atau
tulangnya hancur.
Biasanya terjadi pada simpisis mandibula atau pada anterior maksila.
Complicated fractures terjadi pada maksila dan mandibula atau dimana maksila dan mandibula
nya edentulous.
Ditandai dengan pergeseran fragmen tulang baik pada maksila dan
mandibula dengan perluasan trauma pada soft tissue yang melapisinya
dan selelu mengakibatkan banyak masalah.
Fraktur pada maksila dan mandibula selalu menghadirkan komplikasi
sehingga kemungkinan fraktur pada tengkorak harus diperiksa sebelum
diambil perawatan.
Fraktur yang kompleks pada 1/3 tengan wajah, rahang atas, dan struktur
lain yang berhubngan umumnya melibatkan juga tulang nasal dan rongga
sinus, tulang lakrimal dan dinding orbital, dan bahkan dinding dasar dari
rongga cranial.
Hal ini menyebabkan komplikasi respiratory obstruction, gangguan
penglihatan, obstruksi duktus nasolakrimal, dan komplikasi
neurologik.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama perawatan neurosugeon,
otolaryngologist, ophthalmologist, plastic surgeon, dan oral sugeon
.
DAERAH YANG SERING TERJADI FRAKTUR
Maksila.
Daerah yang paling sering terjadi fraktur adalah pada tuberositas Terjadi paling sering karena
ekstraksi gigi pada daerah tuberositas yang disebabkan penggunaan tekanan berlebihan Dapat
melibatkan semua gigi molar dan sinus maksilaris.
Kemudian diikuti fraktur pada anterior maksila, transverse fractures yang melalui sinus maksila dan
nasal cavity (fraktur transversal lebih sering berhubungan dengan fraktur pada nasal bones).
Dan yang terakhir adalah compound comminuted fracrures dan unilateral atau bilateral depressed
fractures dari tulang zigomatikum.
Mandibula.
Berdasarkan urutan frekuensinya, fraktur mandibula sering terjadi pada : angle mandibula terutama
melalui M3 impaksi, melalui foramen mentale, melalui leher kondile, melalui simpisis (dari C-C),
melalui body mandibula diantara C sampai angle mandibula, malalui ramus diantara sigmoid notch
dan angle, dan melalui prosesus coronoid.
GARIS FRAKTUR PADA MANDIBULA
Orthopantomography adalah metode tomography yang digunakan untuk diagnosa radiografis
fraktur rahang.
Daerah mandibula yang paling lemah adalah regio subcondylar, angular, dan kaninus.
Fraktur karena perkelahian seringnya terjadi dibawah leher prosesus kondile.
Fraktur yang disebabkan kecelakaan lalu lintas lebih sering terjadi pada leher kondile.
Fraktur pada body mandibula tidak selalu pararel dengan sumbu gigi.
top related