lp ca recti
Post on 21-Jul-2016
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
CARSINOMA RECTI
A. Pengertian
Carsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan
jaringan abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah
adenokarsinoma (65%), banyak ditemui pada usia 40 tahun keatas dengan
insidens puncaknya pada usia 60 tahun (Price A. Sylvia, 2005)
Rectum merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling
sering.Kanker colon (termasuk rectum) merupakan penyebab ke 3 dari semua
kematian akibat kanker di Amerika Serikat baik pria maupun wanita.( Ahmad
Ramali. 2008)
Kanker colon rectal adalah kanker internal yang paling banyak di temui.
Lokasi yang paling umum adalah area rectosigmoid, rectum dan sekum.
( Charlene J. Reeves, 2006 )
Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada colon dan
rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.( Soeparman & Waspadji, 2004)
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi
ususpada traktus intestinal. (Sylvia A, Price, 2007)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi
usus terdiri dari akut dan kronik, partial atau total. (Price & Wilson, 2007)
Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran
normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2002)
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Etiologi
a. Presipitasi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi
faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau
polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet
tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
(Brunner & Suddart, 2007)
b. Predisposisi
1) Polip di usus (Colorectal polypasien): Polip adalah pertumbuhan
pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada
orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak
(bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi
kanker.
2) Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa
atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar
3) Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus
(endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
4) Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai
riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda
terkena kanker pada usia muda.
5) Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola
makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran
memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
6) Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang
berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita
penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
Menurut Bruner & Suddarth (2002), Adapun penyebab dari
obstruksi usus yaitu secara mekanis (Ileus Obstruktif) yang
diakibatkan oleh penyumbatan usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya :
neoplasma yaitu tumor primer usus halus dapat menyebabkan
obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra
abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
2. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel usus). Di mulai sebagai polip jinak (dapat
diakibatkan pola diet rendah serat) tetapi dapat menjadi ganas karena
faktor mutasi (sesuai dengan teori seleksi sel,dr. Jan
tambayong,patofisiologi hal. 69) dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya, sel kanker dapat terlepas
dari tumor dan menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling
sering ke hati. Melalui proses invasi dengan cara tumbuh menyebar keluar
lokasi asalnya, dilanjutkan pemisahan sel dengan menembus pembuluh
darah,kemudian menetap pada endotelium yang disebut proses diseminasi
akhirnya sel kanker ini menetap pada area baru dan menyasuaikan diri
untuk pertumbuhan selanjutnya yang disebut proliferasi.
Sumber : Patofisiologi untuk keperawatan. (Brunner & Suddart, 2007)
Hampir semua karsinoma kolon-rectum berasaal dari polip,
terutama adenomatus. Ini di sebut Adenoma-Carcinoma Sequence.
Menurut P. Deyle, perkembangannya di bagi atas tiga fase. Fase pertama
ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Proses ini berjalan lama
sekali, pulihan tahun. Fase ke dua adalah fase pertumbuhan tumor, akan
tetapi tanpa menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis. Ini
berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya
keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan-keluhan tersebut berjalan
perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya penderita merasa terbiasa dan
menganggap enteng sajaa. Setelah lebih dari 5 bulan (untuk Indonesia
lebih lama) penderita baru pergi ke dokter. Di tangan dokter biasanya
memakan waktu lebih dari 5 bulan lagi sebelum diagnosis karsinoma di
tegakan. Semua ini menyebabkan penderita datang berobat dalam stadium
lanjut. ( Soeparman & Wasdji,2004)
3. Klasifikasi
Dalam infiltrasi prognosis hidup setelah 5 thn
a. Terbatas pada dinding usus 97%
b. Menembus lapisan muskularis mukosa 80%
c. Metastosis ke kelenjar limfe
d. Beberapa kelenjar limfe (1-4 bh) 65%
e. Metastasis ke kelenjar limfe > 5 bh 35%
f. Metastasis ke organ lain ; hati 35%
Dikenal pada klasifikasi menurut
a. Stadium 1
Tumor hanya terbatas di calon dan belum menembus dinding kolon
dan belum metastasis
b. Stadium 2
Tumor telah mengadakan penetrasi dinding kolon tapi belum ada
metastasis
c. Stadium 3
Tumor telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening
regional
d. Stadium 4
Tumor telah mengadakan metastasis ke organ lain ; hati
(Brunner & Suddart, 2007)
4. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditemukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan
fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol
adalah perubahan kebiasaan defekasi, pasase darah dalam feses adalah
gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia dan yang tidak
diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
(Brunner & Suddart,2007)
Gejala lain yang dapat timbul :
a. Ulserasi
b. Perdarahan
c. Nausea
d. Vomitus
e. Obstipasi
f. Diare paradoksial
g. Keinginan defekasi
h. Nyeri tekan
i. Ikterus
(Soeparman & Waspadji, 2004)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rectum dan tes darah di tinja dapat dilakukan untuk
mengetahui terjadinya perdarahan. Diagnosis dikonfirmasi dengan
sigmoidoscopy dan tindakan biopasieny.
(Charlene J. Reeves, 2006)
Pemeriksaan penunjang CA Rectum meliputi:
a. Kolonoskopi
Sigmoidoscopy dengan biopasieny atau apusan sitologi
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik, untuk mendiagnosa adanya
CA kolon. Pada pemeriksaan ini, kadar CEA (Antigen Karsinoma
Embrionik) dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi, pada eksisi
tumor komplek, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal
dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya
menunjukkan kekambuhan.
(Brunner & Suddart, 2007)
b. Endoskopi
1) Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
2) Untuk menentukan sumber pendapatan
3) Untuk mengetahui letak obstruksi
c. Radiologi
1) Foto dada :
a) Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
b) Untuk persiapan pembedahan
2) Foto colon (Banum enema)
a) Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu
striktura
b) Dapat menentukan lokasi tempat kelainan.
d. USG
1) Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati
2) Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi
nodular dengan gema berdensitas tinggi homogen
Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur
mengenai lapisan dinding kolon
e. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti adenokarsinoma dan
perlu ditentukan differensiasi sel
f. Laboratorium
1) Hb : menurun pada perdarahan
2) Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
3) Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba
6. Komplikasi
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
a. Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
b. Hematogen
c. Linefogen
d. Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal
ke hati, paru dan otak
Komplikasi lainnya ;
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
b. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemoragi
c. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
d. Peritonitis /sepasienis yang dapat menimbulkan syock
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan
dibuat anastromosis decending kolakteral
Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal
Pembentukan stoma. Stoma adalah lubang buatan yang berbentuk
mulut (lubang usus yang di pindahkan ke dinding perut)
1. Indikasi
Indikasi Stoma Usus Halus yaitu:
a. Penyakit : Cancer, inflamasi penyakit-penyakit usus
b. Kongenital : Ileus Meconium.
c. Trauma : Luka rembes, kecelakaan, tabrakan
2. Kontraindikasi
a. Obstruksi/penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan
usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan.
Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu
dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar
pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
b. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma.
Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat
diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah
infeksi.
c. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi
yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang
terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
d. Prolapasien pada stoma
Prolapasien merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau
lebih dari permukaan kulit.
Prolapasien dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium
kadang-kadang sampat loop ilium. Adanya strangulasi dan
nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan
Prolapasien dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik
usus meningkat, fiksasi usus tidak sempurna, mesocolon yang
panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis
dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang
pendek dan tipis.
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi
struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat
pembedahan.
e. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang
akan mengganggu pasase normal feses.
f. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang
keluar. Pada sigmoid biasanya normal.
g. lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena
feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat
iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang
kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
b. Radiasi
setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat
c. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU)
belakangan ini sering dikombinasikan dengan leucovarin
bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi 5 FU, kevamsok
dan lucovorin.( Charlene J. Reeves, 2006 )
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama mencakup antara lain:
1. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada
colostomi)
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan
D. Intervensi
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d Kurang paparan sumber
informasi
Tujuan Intervensi RasionalNOC: Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x 24 jam pasien mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yang diberikan dengan:
Indikator:Pasien mampu: Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas
NIC: Pengetahuan penyakitAktifitas:1. Jelaskan tentang
penyakit Ca rekti
2. Jelaskan tentang program pengobatan dan tindakan operasi yang akan dilakukan
3. Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi
4. Tanyakan kembali pengetahuan pasien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan
1. Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas
2. Mempermudah intervensi
3. Mencegah keparahan penyakit
4. Mereview
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada
colostomi)
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah dilakukan
NIC: Manajement nyeriAktifitas:
1. Membantu dalam
perawatan selama 3x24 jam nyeri pasien berkurang dengan :
Indikator:Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Pasien menyatakan nyeri berkurang
Pasien mampu istirahat/tidur
Menggunakan teknik non farmakologi
1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
2. Fasilitasi linkungan nyaman
3. Berikan obat anti sakit
4. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
5. Berikan massage di punggung
6. Tekan dada saat latihan batuk
mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri
4. Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks
5. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber koping
6. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman
3. defisit self care b.d nyeri
Tujuan Intervensi RasionalNOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah diberi motivasi perawatan selama 2x24 jam, pasien mampu melakukan mandi dan berpakaian sendiri dengan :
Indikator:Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit
Menjelaskan cara mandi
dan berpakaian secara
NIC: Membantu perawatan diri pasien
Aktifitas:1. Tempatkan alat-alat
mandi disamping TT pasien
2. Libatkan keluarga dan pasien
3. Berikan bantuan selama pasien masih mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL berpakaian
1. Mempermudah jangkauan
2. Melatih kemandirian
3. Meningkatkan kepercayaan
aman Aktifitas:1. Informasikan pada
pasien dalam memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yang sesuai
4. Jaga privacy pasien
5. Berikan pakaian pribadi yang digemari dan sesuai
1. Memudahkan intervensi
2. Melatih kemandirian
3. Menghindari nyeri bertambah
4. Memberikan kenyamanan
5. Memberikan kepercayaan diri pasien
4. Risiko infeksi bd tindakan invasif, insisi post pembedahan
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dengan:
Indikator:Bebas dari tanda-tanda infeksiAngka leukosit normalPasien mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi
NIC: Perawatan lukaAktifitas:1. Amati luka dari tanda2
infeksi
2. Lakukan perawatan payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka
3. Anjurkan pada pasien utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi
4. Kelola obat sesuai program
NIC: Kontrol infeksiAktifitas:1. Batasi pengunjung
1. Penanda proses infeksi
2. Menghindari infeksi
3. Mencegah infeksi
4. Mempercepat penyembuhan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup
4. Anjurkan istirahat cukup
5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV
6. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi
1. Mencegah infeksi sekunder
2. Mencegah INOS
3. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi
5. Mencegah terjadinya infeksi
6. Meningkatkan pengetahuan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Charlene, dkk. 2006. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba.
Doenges, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta
: EGC
Price, S.A. 2005 Patofisiologi, Jakarta : EGC
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan keterangan Istilah. Jakarta :
EGC
Soeparman & Waspadji.2004. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : BP FKUI
top related