leaflet kb
Post on 08-Dec-2015
17 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak,
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain
( misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus
yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera
traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di
rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial
atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan
osteomielitis
b. Tujuan Khusus
Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis
Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis
Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis
sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997).
B. Anatomi dan Fisiologi
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar
ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan
tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium
Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia
dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-
anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak
paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi
sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Tulang ini terdiri
atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok)
yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari
spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan
tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang
wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah
dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi
memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
C. Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen) Osteomielitis akut terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi
pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan
metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma,
yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya
terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa)
2. Streplococcus (anak-anak)
3. Pneumococcus dan Gonococcus
D. Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70% -
80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat
lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari
bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada
orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan
lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak
bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus
di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam
sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat
gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen.
Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di
rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
juga beresiko mengalami osteomyelitis.
E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus
influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4
- 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah
satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan
ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses
dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka
baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan
namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
F. Manifestasi Klinis
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat
menggerakan anggota tubuh.
1. Infeksi dibwa oleh darah
- biasanya awitannya mendadak
- sering terjadi dengan manifestas klinis septikemia ( misalnya menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise, pembesaran kelenjar limfe regional)
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
- bagain yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung.
- daerah terinfeksi bengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
- sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
- LAB = anemia, leukositosis
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
G. Komplikasi
1. Dini :
Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
Atritis septik
2. Lanjut :
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang
terkena.
Fraktur patologis
Kontraktur sendi
Gangguan pertumbuhan
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu
akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang
baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
MR : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
I. Penatalaksanaan Medis
a) Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme
penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang
memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu
dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic
parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi
gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-
anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral
sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan
antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung
dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu.
Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap
kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat
jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter
hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini
digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan
sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi
nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone
tidak menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan
kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang,
infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin.
Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya
trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar
antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah
terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan
absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus
dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung
dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum).
Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan
yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat
terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat
diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap
untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7
sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan.
Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot
(dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik
bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara
bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang.
b) Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti
menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan
untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah
yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian
antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
J. Masalah yang lazim muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera bilogis (abses tulang).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tonus otot menurun,
ketidakmampuan mengabsorpsi makanan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imbolisasi dan keterbatasan beban berat
badan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi udara permukaan kulit (tirah
baring lama), tonjolan tulang.
5. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit (proses inflamasi, kerusakan
integritas jaringan).
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tulang, proses penyakit (deformitas
dan bau pada luka).
7. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entery kuman.
K. Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan
angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan
Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi
aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer,
Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak,
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................................
BAB I : LATAR BELAKANG
BAB II : PEMBAHASAN / ISI
PENGERTIAN OSTEOMYELITIS ..........................................................................................
ANATOMI FISIOLOGI............................................................................................................
KLASIFIKASI OSTEOMYELITIS.............................................................................................
ETIOLOGI OSTEOMYELITIS.................................................................................................
PATOFISIOLOGI OSTEOMYELITIS......................................................................................
MANIFESTASI KLINIS OSTEOMYELITIS..............................................................................
KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS............................................................................................
PEMERIKSAAN PENUNJANG OSTEOMYELITIS.................................................................
PENTALAKSANAAN MEDIS OSTEOMYELITIS....................................................................
MASALAH YANG LAZIM MUNCUL........................................................................................
PENCEGAHAN OSTEOMYELITIS.........................................................................................
BAB III : PENUTUP
KESIMPULAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan hidayat
yang diberikan kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan olehdosen mata
kuliah.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh untuk dikatakan sempurna karena
kami hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan. Sekiranya semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ambon , september 2015
KEPERAWATAN GERONTIK OSTEOMYELITIS
DMK : F.WENNO.AMK.S.Pd.M.M
DISUSUN OLEH :KELOMPOK 1 (UNGU)
DISUSUN OLEH :
NAMA :
SUKMAWATI TAMIN
SUDIRMAN KABAENA
TK : III C
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN
RUMKIT TK III Dr.J.A.LATUMETEN
AMBON 2015
top related