laporan review penyusunan dan pelaksanaan rad pk di kota bandung
Post on 27-Jun-2015
836 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya,
Kami dapat menyelesaikan proses review terhadap penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi
Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung.
Terimakasih sebesar-besarnya Kami sampaikan kepada Direktorat Hukum dan HAM Bappenas
dan Kemitraan (Partnership) yang telah mempercayakan pelaksanaan tugas review RAD-PK Kota
Bandung kepada lembaga Kami. Patut pula Kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada
Walikota Bandung bersama seluruh jajaran Pemerintah Kota Bandung terutama Sekretaris Daerah dan
Kepala Bappeda Kota Bandung yang menyambut baik atas pelaksanaan review ini. Begitu pula Kami
sampaikan terimakasih atas kesediaan narasumber dari SKPD-SKPD pelaksana RAD-PK yang
bersedia diwawancarai dan berdiskusi terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK di Kota
Bandung.Tentu saja Kami juga tidak lupa menyampaikan terimakasih dan salam perjuangan kepada
rekan-rekan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), NGO, media massa, dan perguruan tinggi yang
juga memberikan konstribusi atas terlaksananya review ini.
Perlu Kami sampaikan bahwa hasil review RAD-PK ini tentu berbeda dengan hasil evaluasi
yang dilakukan oleh pihak lain. Perbedaan itu disebabkan oleh kerangka pendekatan yang berbeda,
namun secara subtansi pasti ditemukan hasil review dan evaluasi yang sama. Oleh sebab itu
rekomendasi yang Kami sampaikan berdasarkan hasil review dapat dijadikan tambahan rujukan dari
berbagai rekomendasi yang telah dsampaikan pihak lain.
Kami berharap, berawal dari hasil review ini, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama kita
dapat membangun konsep tentang strategi pemberantasan korupsi di Kota Bandung yang berbasis
inisiatif Kota Bandung dan terintegrasikan dengan RAD-PK.
Bandung, 5 Desember 2010
Tim Review RAD-PK Kota Bandung
Fridolin Berek
Direktur Eksekutif
Lembaga Advokasi Kerakyatan (LAK)
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RINGKASAN EKSEKUTIF
Menyikapi Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Pemerintah
Kota Bandung telah mengeluarkan Peraturan Walikota Bandung No. 891 Tahun 2008 tentang
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung Tahun 2009 - 2013. Sejak
ditetapkannya Peraturan Walikota tersebut hingga kini belum ada pemantuan dan laporan yang dapat
dibaca oleh masyarakat tentang capain perubahan yang telah dilakukan melalui agenda pelaksanaan
RAD-PK.
Sesungguhnya, berdasarkan Diktum 11, point 4 Inpres No. 5 Tahun 2004, tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres ini adalah tugas
Kementrian PAN (Pendayagunaan Aparatur Negara)1. Namun dalam rangka mencatat kembali capaian
daerah setelah disusunnya RAD-PK, maka Direktorat Hukum dan HAM Bappenas memandang perlu
melakukan review ke daerah, terutama pada daerah-daerah yang telah menetapkan RAD-PK sebagai
Peraturan Kepala Daerah.
Review ini menggunakan tiga kerangka pendekatan utama yaitu: pertama pendekatan proses
pelaksanaan RAD-PK yang didasarkan pada siklus RAD-PK yang terdiri 7 tahap yaitu:
1. Pembentukan tim penyusun
2. Penyusunan draft RAD-PK
3. Kampanye dan Konsultasi Publik draft RAD-PK
4. Penyempurnaan draft RAD-PK
5. Legalisasi draft RAD-PK menjadi Peraturan Daerah
6. Implementasi dari Peraturan Daerah tentang RAD-PK yang telah disahkan
7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK di masing-masing SKPD
Kedua, pendekatan keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan lain, yaitu: keterkaitan dengan
RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, Renja SKPD, RKA dan DPA. Ketiga, pendekatan dengan
menggunakan model evaluasi yang dikembangkan oleh OECD - DAC (Organisation for Economic
Cooperation and Development-Development Assistance Committee), yaitu:
1. Relevansi RAD-PK
2. Efektifitas RAD-PK
3. Koordinasi RAD-PK
4. Efisiensi RAD-PK
5. Dampak RAD-PK
6. Peluang RAD-PK
7. Tantangan. RAD-PK.
Review pelaksanaan RAD-PK Kota Bandung secara khusus dilakukan dalam rangka
mendorong penguatan komitmen dan kapasitas Pemerintah Kota Bandung untuk mengembangkan
sistem integritas pelayanan publik pada bidang-bidang pelayanan yang menjadi fokus isu dalam
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung.
1 Dictum 11, point 4 Inpres Nomor 5 Tahun 2004 : “… Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara :..... (e). Mengoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.”
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Dari hasil review, hampir semua SKPD mengakui tidak terlalu memahami siklus RAD-PK,
mulai dari pembentukan tim penyusun, penyusunan draft RAD-PK, kampanye dan konsultasi publik,
penyempurnaan draft RAD-PK, legalisasi, implementasi, sampai dengan monitoring dan evaluasi RAD-
PK.
Beberapa SKPD mengetahui RAD-PK pada saat diskusi persiapan penyusunan Draft RAD-PK
dan sebagian lagi mengetahui pada saat dilaksanakan KKP atau penyempurnaan Draft RAD-PK.
Namun ada juga SKPD mengetahui RAD-PK pada saat diskusi dan kunjungan ketika review ini
dilaksanakan. Variasi sumber pengetahuan adanya RAD-PK ini menggambarkan bahwa pengetahuan
RAD-PK antar SKPD maupun antar aparat di internal SKPD ternyata masih belum merata.
Meski demikian, seluruh SKPD pada dasarnya telah melaksanakan rencana aksi percepatan
pemberantasan korupsi. Aksi-aksi tersebut ada yang tersurat dalam matrik RAD-PK dan ada juga aksi-
aksi yang tidak tersurat dalam matrik RAD-PK. Walaupun secara keseluruhan rencana aksi yang
tercantum dalam matrik RAD-PK juga tercantum dalam dokumen perencanaan SKPD, tidak ada
jaminan bagi SKPD tersebut melaksanakannya. Ini dapat terjadi karena paradigma kebijakan
penggunaan anggaran tidak didasarkan pada daya serap anggaran, tetapi pada output yang dihasilkan.
Dalam hal ini sesungguhnya SKPD-SKPD pelaksana tidak mempertimbangkan RAD-PK dalam hal
pelaksanaan program dan kegiatan yang tecantum dalam dokumen RKA/DPA. Inilah salah satu indikasi
yang mencerminkan bahwa RAD-PK bagi SKPD hingga saat ini belum harus diperhatikan dan
dilaksanakan.
Namun demikian terlalu dini untuk menyatakan SKPD-SKPD yang ada di Pemerintahan Kota
Bandung, menolak Peraturan Walikota tentang RAD-PK, karena Peraturan Walikota tersebut berlaku
sampai dengan Tahun 2013.
RAD-PK memang bukanlah satu-satunya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya
pemberantasan korupsi. Namun RAD-PK yang secara formal dikeluarkan oleh pemerintah daerah
memberikan makna yang berbeda dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan lain yang secara formal
diaturkan dan dikeluarkan oleh pemerintah pusat. RAD-PK menurut persepsi masyarakat sangat
relevan untuk menggambarkan bahwa Kota Bandung mempunyai prioritas dalam pemberantasan
korupsi. Lebih jauh lagi, sesungguhnya masyarakat membutuhkan sistem pemberantasan korupsi yang
berasal dari pemerintah daerah memiliki khas sesuai dengan kondisi geografis, demografis dan budaya
Kota Bandung.
RAD-PK telah menjadi kebijakan Pemerintah Kota Bandung sejak 2 tahun lalu, namun
kebijakan ini masih belum banyak dikenal dibandingkan dengan berbagai kebijakan pemberantasan
korupsi lain yang pada umumnya berasal dari pemerintah pusat atau KPK. Persepsi masyarakat
terhadap ketidakpopuleran RAD-PK dapat diatasi dengan koordinasi yang baik antar stakeholders.
Selain karena dapat mempermudah kerjasama dalam pelaksanaan RAD-PK, dengan koordinasi juga
masyarakat dapat membantu mengawal, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK.
Secara umum, dampak dari pelaksanaan RAD-PK saat ini belum dapat dilihat, namun persepsi
masyarakat menyatakan bahwa RAD-PK akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap
percepatan pemberantasan krorupsi di Kota Bandung. Oleh sebab itu masyarakat juga meyakini RAD-
PK akan menjadi suatu kebijakan yang bukan hanya sekedar memenuhi aspek administrasi, tetapi juga
mampu menurunkan kasus-kasus korupsi, sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah Kota
Bandung terutama mengenai komitmen pemberantasan korupsi menjadi meningkat pula.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Selain peluang RAD-PK yang tinggi untuk tetap berlanjut, RAD-PK juga menghadapi berbagai
kendala antara lain adalah ketersediaan dana/anggaran yang terbatas. Di lain pihak diakui bahwa
percepatan pemberantasan korupsi sangat membutuhkan dana yang tinggi khususnya upaya
pemberantasan korupsi melalui peningkatan pelayanan publik, yang menurut pengakuan SKPD-SKPD
di Kota Bandung, membutuhkan prasarana dan sarana yang pada umumnya berbasis teknologi
informasi. Anggapan adanya kendala seperti itu belum sepenuhnya benar, karena inisiatif menciptakan
inovasi kreatif pemberantasan korupsi khas Kota Bandung yang rendah biaya ternyata belum banyak
banyak digali dan dilakukan. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik antar SKPD dalam mengatasi
keterbatasan dana/anggaran juga belum banyak dilakukan oleh SKPD pelaksana RAD-PK. Oleh sebab
itu berbagai hambatan bagi SKPD untuk berinisiatif menciptakan inovasi kreatif pemberantasan korupsi
harus dihilangkan.
Dari hasil review dengan menggunakan tiga kerangka pendekatan ini dihasilkan beberapa
catatan-catatan penting dalam upaya pemberantasan korupsi di Kota Bandung diantaranya adalah:
Upaya pemberantasan korupsi harus terus dilanjutkan karena mempunyai relevansi
yang tinggi dengan kondisi Kota Bandung yang masih menghadapi berbagai keluhan
ketidakpuasan pelayanan publik.
Selain itu pemberantasan korupsi merupakan tuntutan masyarakat yang harus segera
terwujud, bukan hanya sekedar asesoris Pemerintah Kota Bandung atau sekedar
slogan kosong, akan tetapi harus diwujudkan dengan aksi nyata yang dirasakan oleh
masyarakat.
Oleh sebab itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam RAD-PK adalah:
1) Keterlibatan semua pihak dalam proses penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
2) Sosialisasi RAD-PK
3) Rencana Tindak Lanjut dan keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Perencanaan dari
masing-masing SKPD
4) Integrasi RAD-PK dengan dokumen perencanaan dari masing-masing SKPD
5) Monitoring dan evaluasi RAD-PK yang dilakukan oleh multistakeholder
Keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan RAD-PK masih sangat rendah karena berbagai
kendala teknis yang dihadapi SKPD-SKPD maupun Bappeda sebagai koordinator. Ketidaktahuan
adanya RAD-PK dan ketidakpahaman subtansi disusunnya RAD-PK di hampir semua SKPD-SKPD
pelaksana di Pemerintahan Kota Bandung, merupakan indikasi bahwa proses sosialisasi belum
dilaksanakan secara optimal, baik diinternal masing-masing SKPD, maupun ke masyarakat Kota
Bandung
Sejak diterbitkannya Peraturan Walikota Bandung tentang RAD-PK dua tahun yang lalu,
ternyata tidak ada satupun SKPD yang mempertimbangkan RAD-PK dalam menetapkan dan
melaksanaan program dan kegiatan di masing-masing SKPD. Program-program prioritas yang
dicantumkan oleh masing-masing SKPD pelaksana RAD-PK ke dalam Peraturan Walikota Bandung
tentang RAD-PK, terlihat hanyalah copy-paste dari Peraturan Daerah Kota/Kabupaten lain yang juga
telah melaksanakan RAD-PK di daerahnya. Tentu saja ini mengindikasikan bahwa SKPD-SKPD belum
optimal melaksanakan Rencana Tindak Lanjut RAD-PK untuk mengintegrasikan RAD-PK ke dalam
RKA dan DPA pada tahun anggaran berjalan. Selain itu juga mengindikasikan kurangnya sumberdaya
manusia berkualitas pada masing-masing SKPD yang ada di Pemerintahan Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Seperti yang terpublikasikan di media massa bahwa Kota Bandung telah membentuk Tim
Kormonev Inpres No. 4/2005. Namun tim yang terbentuk tersebut masih belum mempunyai mekanisme
dan agenda yang jelas dalam memonitor pelaksanaan RAD-PK. Sehubungan dengan hal itu, dalam
upaya meningkatan pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung tampaknya perlu dikeluarkan pedoman
umum dan teknis dalam hal penyusunan, sosialisasi dan pelaksanaan RAD-PK, pengintegrasian RAD-
PK dengan dokumen perencanaan lain yang ada di tiap-tiap SKPD, mekanisme monitoring dan evaluasi
RAD-PK Kota Bandung.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka optimalisasi pencegahan
korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
berupaya menelusuri akar permasalahan korupsi
di sektor pelayanan publik serta mendorong dan
membantu lembaga publik mempersiapkan upaya-
upaya pencegahan korupsi yang efektif pada
wilayah dan layanan yang rentan terjadinya
korupsi.
Hasil survey integritas sektor publik tahun
20092, menyebutkan nilai rata-rata integritas
sektor publik secara nasional adalah 6,50, dengan
perincian rata-rata integritas di tingkat pusat 6,64 ,
rata-rata nilai integritas sektor publik di tingkat pemerintah provinsi adalah 6,18, dan rata-rata nilai
integritas di tingkat pemerintah kota/kabupaten 6,46. Bila dibandingkan, nilai integritas pemerintah
provinsi relatif lebih buruk dibanding nilai integritas instansi di tingkat pusat maupun pemerintah
kabupaten/kota.
Untuk Kota Bandung sendiri, hasil survey memberikan nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 3.4
di Tahun 2009. Namun kemudian di Tahun 2010 meningkat menjadi 5,4. Hal ini menggambarkan
bahwa ada upaya perbaikan pelayanan publik di Kota Bandung dan hasil upaya tersebut telah
menunjukan adanya perbaikan yang signifikan
Hasil survey tersebut mendapat tanggapan dari banyak pihak. Umumnya berbagai pihak
menyatakan bahwa hasil survey integritas telah menunjukkan sisi buruk kualitas pelayanan publik.
Harapannya melalui pengungkapan ini, pemerintah/birokrasi dapat melakukan perubahan dan
perbaikan secara lebih nyata. Selain mendapat tanggapan, hasil survey integritas telah dijadikan
semacam tolak ukur capaian dari perubahan/perbaikan yang telah dilakukan. Hasil survey integritas
telah menjadi semacam “trigger” untuk terus meningkatkan kualitas layanan publik yang diberikan
kepada masyarakat, atau menjadi stimulus yang mampu memotivasi pemerintah/birokrasi untuk terus
berbenah/berbuat lebih baik bagi masyarakat.
Upaya berbenah/berbuat lebih baik bagi masyarakat inilah yang dimaknai sebagai upaya
membangun sistem integritas dalam pelayanan publik. Definisi yang lebih utuh adalah keutuhan
(wholeness) yang diturunkan dari kata kejujuran (honesty), konsistensi kebenaran (consistent on
upraightness) yang menjadi sebuah karakter (character). Secara umum integritas dipahami publik
sebagai ciri kepribadian yang jujur, berperilaku konsisten serta berpegang teguh pada prinsip
kebenaran untuk menjalankan apa yang dikatakan secara bertanggung jawab. Dalam hal kenegaraan,
2 Kompas, 23 Desember 2009
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
integritas nasional memiliki korelasi kuat terhadap istilah “good governance”. Mengacu pada konsep
diatas maka survey integritas yang dilakukan KPK sangatlah tepat, karena berkenaan dengan cara
untuk mendesakkan agenda perubahan dan perbaikan pelayanan publik dalam rangka mencapai “good
governance”3
Sejalan dengan upaya mencapai “good governance”, maka agenda pencegahan korupsi perlu
menjadi perhatian bersama baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Hal ini disadari betul oleh
pemerintah sehingga dalam Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi 2010 - 2025 telah dirumuskan 6
strategi besar, termasuk strategi pencegahan disamping penindakan, harmonisasi kebijakan, asset
recovery, kerjasama internasional serta mekanisme monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Secara umum, terdapat 5 (lima) isu strategis4 dalam upaya pencegahan korupsi secara
nasional yaitu :
1. Peningkatan efektivitas kebijakan dan kelembagaan dalam rangka Pencegahan
Korupsi.
2. Pelaksanaan transparansi administrasi publik, efektivitas kewajiban pelaporan
kepada publik, dan meningkatkan akses publik untuk mendapatkan informasi
tentang penyelenggaraan administrasi publik.
3. Percepatan reformasi manajemen keuangan negara dan pengadaan barang/jasa
publik.
4. Peningkatan efektivitas reformasi birokrasi di sektor publik di pusat dan daerah.
5. Penguatan komitmen anti-korupsi,
Merujuk pada lima isu strategis bidang pencegahan korupsi secara nasional tadi, maka
pemerintah dan pemerintah daerah diwajibkan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pemberantasan
Korupsi (RAD-PK). Hal ini telah ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, yang menyebutkan
bahwa salah satu hal yang menandakan terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme (KKN), adalah terlaksananya RAD-PK di provinsi/kabupaten/kota (Bab VIII:
Hukum dan Aparatur, Sub Bab: Sasaran). Hal ini berarti, penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK telah
diamanatkan menjadi bagian dari cita-cita pemberantasan korupsi secara nasional yang perlu didukung
oleh penyusunan dan pelaksanaan rencana aksi di tingkat daerah.
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK), merupakan dokumen penyearah dari
implementasi komitmen Pemerintah Daerah dalam upaya pemberantasan korupsi, khususnya yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik, penataan sistem keuangan daerah, perbaikan
sistem administrasi pemerintahan daerah serta penetapan program dan wilayah bebas korupsi.
Program dan kegiatan aksi daerah tersebut berisikan langkah-langkah konkrit yang telah disepakati
para pemangku kepentingan di daerah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi. Langkah-
langkah konkrit dalam upaya pencegahan korupsi, tersusun melalui pendekatan sistematik dan
terintegrasi dengan skema/pola perencanaan pembangunan daerah.
Pemerintah Kota Bandung sendiri, telah menyusun dan menetapakan RAD-PK Kota Bandung
kedalam Peraturan Walikota No 891 Tahun 2008 tentang RAD PK Kota Bandung Tahun 2009 - 2013.
Masing-masing program/kegiatan ditetapkan untuk kemudian dilaksanakan pada tahun yang berbeda.
3 LAK News Edisi 1/November/2010
4 Buku Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi, Bappenas RI
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Kenyataan menunjukkan bahwa, sejak ditetapkannya Peraturan Walikota di atas, hingga kini
belum ada pemantuan dan laporan yang dapat dibaca oleh masyarakat tentang capaian perubahan
yang telah dilakukan melalui agenda pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung. Tidak adanya laporan
pemantauan tentang capaian pelaksanaan RAD-PK Kota Bandung disebabkan oleh beberapa hal
antara lain :
1. Belum adanya mekanisme pemantauan dan laporan yang baku atas pelaksanaan
RAD-PK.
2. Belum terbentuknya forum multi stakeholder yang secara khusus melakukan
pengawalan terhadap penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung.
3. Belum adanya “public awareness”, akan pentingnya RAD-PK sebagai bagian dari
upaya mengembangkan sistem integritas dalam pelayanan publik dan pencegahan
korupsi di Kota Bandung.
Sehubungan dengan kenyataan di atas, maka perlu ada review dan pemantauan terhadap
pelaksanaan RAD-PK Kota Bandung sebagai suatu cara untuk menilai komitmen dan kapasitas
pemerintah Kota Bandung dalam rangka pengembangkan integrity system pada pelayanan publik di
Kota Bandung.
Sesungguhnya, berdasarkan Diktum 11, point 4 pada Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan dari amanat pada Inpres ini
merupakan tugas Kementrian PAN (Pendayagunaan Aparatur Negara)5. Namun hingga kini belum ada
laporan tentang kemajuan pelaksanaan yang dapat dibaca oleh masyarakat.
Review dan pemantauan terhadap pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung, juga wajib
dilakukan pada bidang-bidang pelayanan public yang menjadi focus isu dalam Rencana Aksi Daerah
Pemberantasan Korupsi yang telah di Perwal-kan
1.2 Tujuan
Tujuan utama dari review RAD-PK Kota Bandung, adalah untuk meninjau kembali proses
penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK serta tindak lanjutnya di Kota Bandung.
Berdasarkan tujuan di atas maka, sasaran utama review meliputi tiga hal pokok yakni :
1. Review dari tahapan dan proses penyusunan RAD-PK berdasarkan alur penyusunan
RAD-PK
2. Menilai keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan di masing-masing SKPD
pelaksana RAD-PK
3. Mengungkap persepsi birokrasi terhadap RAD-PK yang meliputi :
a. Relevansi penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK dalam kerangka percepatan
pemberantasan korupsi
b. Efektifitas dalam proses penyusunan RAD-PK terutama pada saat
pelaksanaan Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP)
c. Efisiensi yang terjadi, berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK
5 Dictum 11, point 4 Inpres Nomor 5 Tahun 2004 : “… Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara :.....
(e). Mengoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.”
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
d. Tingkat koordinasi antar para stakeholder dalam proses penyusunan maupun
pelaksanaan RAD-PK
e. Dampak langsung maupun tidak langsung dari proses penyusunan dan
pelaksanaan RAD-PK
f. Peluang dan kendala bagi keberlanjutan RAD-PK
1.3 Kerangka Akademik
1.3.1 Alur Penyusunan RAD-PK
Secara singkat, alur penyusunan RAD-PK terdiri dari tahapan yang diuraikan sebagai berikut :
Pembentukan Tim Penyusun RAD-PK.
Tim penyusun terdiri dari perwakilan berbagai stakeholder meliputi pemerintah, dunia
usaha, organisasi profesi, swasta dan masyarakat.
Penentuan Isu Prioritas Dalam RAD-PK.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali masukan dari berbagai pihak mengenai isu
pelayanan publik yang akan menjadi prioritas dalam RAD-PK. Beberapa cara untuk
memperoleh input dari masyarakat adalah dengan melakukan Citizen Report Card
Survey, penerapan IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) dalam penilaian kualitas
pelayanan publiik, dll
Penyusunan Draft RAD-PK serta Rencana Tindak Lanjut (RTL).
Setelah teridentifikasi, maka dilakukan penyusunan draft RAD-PK. Agar lebih
implementatif, RAD-PK dituangkan juga kedalam rencana tindak lanjut (RTL), yang
merupakan pedoman bagi SKPD pelaksana kegiatan
Konsultasi dan Kampanye Publik RAD-PK.
Untuk memperoleh masukan yang lebih luas, maka dilakukan Konsultasi dan
Kampanye Publik (KKP) dengan mengundang berbagai stakeholder untuk memberi
input terhadap draft RAD-PK dan rencana tindak lanjutnya
Penyempurnaan draft RAD-PK.
Dimana input dari konsultasi dan kampanye public (KKP), menjadi masukan untuk
finalisasi RAD-PK. Proses finalisasi ini dapat dilakukan melalui workshop atau serial
diskusi yang dikoordinir oleh Tim Penyusun RAD-PK
Menuangkan RAD-PK Ke Dalam Dasar Hukum.
Hal ini merupakan salah satu bentuk komitmen dan wujud nyata kepemilikan daerah
dari para stakeholder di daerah. Di beberapa daerah yang telah difasilitasi, RAD-PK
dituangkan kedalam bentuk Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Gubernur, Peraturan
Bupati dan/atau Peraturan Walikota)
Sosialisasi RAD-PK.
RAD-PK yang telah dituangkan dalam Peraturan Kepala Daerah, disosialisasikan agar
masyarakat luas mengetahui.
Implementasi RAD-PK.
Implementasi RAD-PK diharapkan memberi dampak langsung kepada masyarakat
sebagai pengguna layanan publik.
Kormonev (koordinasi, monitoring dan evaluasi).
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Kormonev ini diharapkan melibatkan berbagai pihak, terutama masyarakat. Hasil
kormonev akan menjadi bahan penyempurnaan RAD-PK yang merupakan Living
Document. Penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi dalam
kurun waktu tertentu. Analisa kebutuhan dilakukan berdasarkan proses monitoring dan
evaluasi tiap semester dan tahun
1.3.2 Keterkaitan RAD PK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
RAD-PK tidak berdiri sendiri, tetapi harus terkait dengan dokumen perencanaan lainnya.
Program dan kegiatan yang tercantum dalam matriks RAD-PK semestinya terintegrasi dalam dokumen
perencanaan pembangunan, baik 5 tahunan maupun rencana tahunan. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan seluruh rencana aksi yang tercantum dalam matriks RAD-PK dapat dilaksanakan sesuai
dengan waktu yang telah dijadwalkan.
Dokumen perencanaan terkait tersebut adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategis (RENSTRA),
Rencana Kerja (RENJA), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) dari SKPD pelaksana RAD-PK.
Keterkaitan dilihat dengan cara membandingkan pernyataan program dan kegiatan yang
tercantum dalam matrik RAD-PK, dengan pernyataan program dan kegiatan yang tercantum dalam
dokumen perencanaan lainnya. Keterkaitan tersebut dinyatakan dalam tiga klasifikasi sebagai berikut :
1. Persis sama, artinya pernyataan program dan kegiatan pada RAD-PK sama dengan
pernyataan program dan kegiatan pada dokumen perencanaan lainnya.
2. Mirip, artinya pernyataannya tidak sama namun subtansi program dan kegiatannya
sama
3. Tidak ada artinya pernyataan program dan kegiatan pada RAD-PK sama sekali tidak
terakomodir dalam dokumen perencanaan lainnya.
1.3.3 Persepsi terhadap RAD-PK
Persepsi terhadap RAD-PK dianalisa dengan menggunakan pendekatan kriteria evaluasi dari
Model Evaluasi yang dikembangkan oleh OECD – DAC (Organisation for Economic Cooperation and
Development - Development Assistance Committee) yang berdiri pada tahun 1999. OECD - DAC
mengembangkan 7 kriteria evaluasi yaitu:
1. Relevance/Appropriateness
2. Connectedness
3. Coherence
4. Coverage
5. Efficiency
6. Effectiveness (tercakup di dalamnya kriteria koordinasi dan keterkaitan)
7. Impact.
Masing-masing kriteria memiliki definisi tersendiri dan pokok-pokok pertanyaan yang jelas.6
6 Kriteria evaluasi ini pertama- tama digunakan untuk mengevaluasi program-program aksi kemanusian
(humanitarian action) di Rwanda. Kriteria yang sama pernah digunakan oleh WFP (World Food Program) untuk
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Untuk evaluasi penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK, tidak semua kriteria di atas digunakan.
Hal ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :
1. Evaluasi ini tidak menyangkut seluruh diktum yang terkandung dalam Inpres 5 Tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Oleh karena itu, kriteria coherence
(keterpaduan dari berbagai aspek: politik, ekonomi, social dan budaya) tidak
dimasukkan dalam evaluasi ini).
2. Evaluasi ini tidak menunjuk pada ketercapaian cakupan wilayah program. Oleh karena
itu criteria coverage (cakupan wilayah) tidak digunakan. Indikator ini dapat digunakan
apabila kita hendak menilai ketercapaian suatu program berdasarkan cakupan wilayah
yang dilayani. Apakah setingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi atau Negara.
Berangkat dari pemahaman tentang kriteria evaluasi di atas serta kekhususan
program/kegiatan penyusunan RAD-PK, maka hanya 6 kriteria yang digunakan yakni Relevansi
(Relevance/Appropriatness), Efektifitas, Keterkaitan (Coordination), Efisiensi, Impact dan
Keberlanjutan (Suistenability/Connectedness). Secara rinci, penjelasan tentang kriteria-kriteria
tersebut dapat dibaca pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Penjelasan tentang Kriteria Evaluasi
No Jenis Kriteria Penjelasan Umum Pertanyaan Pokok
1. Relevansi (Relevance) Relevansi didefinisikan sebagai
derajad kesahihan tujuan.
Artinya, sejauh mana tujuan
program tetap sahih (valid) dan
penting, seperti pada saat awal
perencanaan atau setelah ada
perubahan karena adanya
kondisi yang berubah dalam
lingkup program maupun luar
program.
Apakah program/kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan konteks kekinian atau situasi
lingkungan?
Apakah program/kegiatan dirancang untuk
menjawab masalah (menemukan kebutuhan)
yang sedang terjadi?
Apakah program/kegiatan yang dilaksanakan
sejalan dengan kebutuhan masyararakat?
Apakah tujuan, sasaran dan hasil program sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi kelompok
sasaran dan kelompok penerima manfaat
program
2. Efektifitas Efektifitas didefinisikan sebagai
derajad/tingkat ketercapaian
tujuan.
Artinya sejauh mana program
mencapai tujuan atau
mewujudkan hasil yang
direncanakan
Sejauh mana program terlaksana; apakah
semua kegiatan yang direncanakan berjalan
sesuai jadwal yang ditentukan?
Apakah output (luaran) yang dihasilkan cukup
memberi kontribusi pada pencapaian hasil dan
manfaat program?
Mengapa suatu kegiatan dapat mencapai atau
tidak mencapai output (luaran) sebagaimana
direncanakan, termasuk di dalamnya
bagaimana kegiatan direncanakan dan
dilaksanakan?
Apakah setiap/suatu kegiatan yang
mengevaluasi program bantuan kemanusian di Somalia, UNHCR untuk emergency program di Kosovo, DFID
untuk evaluasi program WFP di Bangladesh, dan masih banyak lagi.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
dilaksanakan mencapai output (luaran)
sebagaimana direncanakan sebelumnya?
Tercakup di dalamnya, ketercapaian pada
sasaran para pihak yang berkepentingan
(stakeholders)
3. Koordinasi
(Coordination)
Koordinasi didefinisikan sebagai
suatu system penerapan
instrumen-instrumen kebijakan
yang terintegrasi dalam pelak-
sanaan program/kegiatan.
Artinya sejauh mana koordinasi
tercipta di antara organ-organ
fungsional pelaksana suatu
program/ kegiatan (orchestrating
a functional division of labour)
dapat berjalan dengan baik
sehingga menunjang tercapainya
efektifitas program/kegiatan.
Siapa saja orang/pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan program/kegiatan? Apakah ada
koordinasi di antara orang/pihak-pihak tersebut?
Siapa yang menjadi pemeran utama (lead
agency/leading sector) dalam pelaksanaan
program/kegiatan dan bagimana koordinasi
dilakukan?
Apa saja/pada bagian mana koordinasi
dilakukan? Siapa yang berperan penting dalam
melakukan koordinasi dan apakah koordinasi
berjalan dengan baik?
Apa saja xivember-faktor yang menghambat
maupun yang mendukung koordinasi tersebut?
Apakah koordinasi dapat xivember kontribusi
yang signifikan untuk efektifitas pelaksaan
program/kegiatan maupun pencapaian manfaat
dan dampak program/kegiatan?
4 Keterkaitan
(Cooperation)
Keterkaitan dipahami sebagai
keterkaitan antara
program/kegiatan dengan
program/kegiatan lain atau pihak
lain. Artinya sejauh mana kerja
sama dapat dibangun dari suatu
program/kegiatan yang
dilaksanakan.
Apakah ada keterkaitan antara program/kegiatan
yang direncanakan dengan program lain yang
dilaksanakan oleh lembaga lain?
Apakah ada kerja sama pelaksanaan kegiatan
dan bagaimana kerjasama itu dikelola?
Apakah kerjasama-kerjasama tersebut
mendukung atau justru melemahkan pencapaian
cita-cita program?
5 Efesiensi Efesiensi didefinisikan upaya
perubahan input menjadi output
secara optimal. Artinya apakah
sumber daya yang tersedia
terserap dengan baik untuk
pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang direncanakan?
Apakah cukup tersedia sumber daya (terutama)
dana untuk pelaksanaan program/kegiatan?
Apakah cukup berimbang antara input yang
digunakan dengan output yang diperoleh?
Tercakup di dalamnya sumber daya apa saja
yang digunakan untuk pelaksanaan
program/kegiatan.
Apakah sumber daya (terutama dana) dikelola
dengan baik dan benar (akuntabel) untuk
mensukseskan program/kegiatan
6 Dampak (Impact) Dampak didefinisikan sebagai
hasil dari program yang dinilai
berdasarkan tujuan jangka
panjang program. Dengan kata
lain dampak dipahami sebagai
perubahan terhadap kondisi, baik
yang direncanakan maupun tidak
direncanakan, positif atau negatif
Apakah secara sosial, ekonomi maupun politik,
program/kegiatan ini memberi manfaat bagi
masyarakat sekitar?
Apa saja perubahan yang terjadi akibat
pelaksanaan program/ kegiatan? Tercakup di
dalamnya perubahan yang positif maupun
negatif
Apakah ada nilai tambah bagi masyarakat (di
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
yang dihasilkan oleh suatu
program.
luar penerima manfaat program yang
direncanakan) dari hasil-hasil program/kegiatan
ini?
7 Keberlanjutan
(Sustainability/
Connectedness)
Keberlanjutan didasarkan pada
kebutuhan untuk menjadikan
kegiatan yang bersifat jangka
pendek menjadi bersifat jangka
panjang. Artinya sejauh mana
program/kegiatan yang
dilaksanakan memiliki peluang
dikembangkan dan
keberlanjutannya di masa yang
akan datang.
Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan kegiatan?
Aspek-aspek mana saja yang masih dapat
dipertahankan dan perlu dirubah?
Apakah ada rencana jangka panjang yang
hendak dikembangkan?
1.4 Metodologi
1.4.1 Pendekatan Studi
Metode yang digunakan dalam proses review ini adalah metode evaluasi partisipatif. Dalam hal
ini Tim Review berperan sebagai fasilitator yang memandu penggalian dan pengungkapan berbagai
pengalaman dari berbagai narasumber yang terlibat dalam proses menyusun, menetapkan dan
melaksanaan RAD-PK.
Sejalan dengan metode di atas maka pendekatan yang dipakai dalam proses evaluasi ini terdiri
dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan persepsi para stakeholder tentang penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara maupun Focus Group Discussion (FGD)
untuk mendapatkan review yang lebih mendalam tentang proses penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK.
1.4.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam proses evaluasi ini adalah para pihak yang pernah terlibat
dalam proses penyusunan RAD-PK, dalam hal ini pemerintah daerah, perwakilan masyarakat yang
direpresentasikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta rekan-rekan media
(jurnalis/wartawan). Kelompok-kelompok ini dipilih, karena dipandang memiliki perhatian yang cukup
serius pada upaya percepatan pemberantasan korupsi. Berdasarkan jumlah populasi yang terbatas
maka teknik sampling yang digunakan adalah Teknik Sampling Purposif.
1.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis, tim review menggunakan berbagai teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi dokumen
Studi dokumen, dilakukan dengan cara mengkaji berbagai dokumen perencanaan
program dan kegiatan, antara lain RPJMD, RKPD, RENSTRA, RENJA, RKA dan DPA
masing-masing SKPD pelaksana RAD-PK. Selain itu dilakukan pula kajian terhadap
dokumen penyusunan RAD-PK, laporan pelaksanaan RAD-PK, notulensi kegiatan dan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
berbagai dokumen tertulis lain yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK
2. Wawancara
Metode wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi terstruktur baik
kepada penanggungjawab kegiatan (leading sector), penerima manfaat program,
pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat maupun kelompok stakeholder lainnya.
3. Diskusi Kelompok Terfokus
Diskusi kelompok terfokus dilakukan bersama pemerintah, perwakilan LSM dan media
yang terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
4. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner disebar kepada beberapa kelompok stakeholder dengan jumlah sampel
terbatas melalui Teknik Sampling Purposif.
1.4.4 Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional yang patut atau akan dijelaskan, adalah:
A. Relevansi didefiinisikan sebagai derajat kesahihan tujuan. Artinya, sejauh mana tujuan
program tetap sahih (valid) dan penting seperti pada saat awal perencanaan atau setelah
ada perubahan karena adanya kondisi yang berubah dalam lingkup program maupun luar
program.
Persepsi masyarakat terhadap relevansi RAD-PK diukur dari tanggapan responden atas
beberapa penyataan sebagai berikut :
a) Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK penting bagi Kota Bandung dalam upaya
pemberantasan korupsi
b) Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK merupakan pelaksanaan visi dan misi Kota
Bandung
c) Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK merupakan keharusan bagi pemerintah
Kota Bandung
d) Penyusunan dokumen RAD PK merupakan tuntutan masyarakat
e) RAD PK dibutuhkan oleh masyarakat Kota Bandung
f) Isu prioritas RAD PK dibahas bersama-sama dengan masyarakat
g) Program dan kegiatan RAD PK merupakan usulan/kebutuhan masyarakat
B. Efektifitas didefinisikan sebagai derajat/tingkat ketercapaian tujuan, artinya sejauh mana
program mencapai tujuan atau mewujudkan hasil yang direncanakan.
Persepsi masyarakat terhadap efektivitas RAD-PK diukur dari tanggapan responden
terhadap beberapa penyataan sebagai berikut:
a) Tahapan proses penyusunan RAD PK berjalan dengan baik
b) Semua tahapan penyusunan RAD PK berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
c) Setiap tahapan proses penyusunan RAD PK mencapai hasil yang direncanakan
d) Dokumen RAD PK ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah dalam waktu yang
singkat
e) Peraturan Kepala Daerah tentang RAD PK disosialisasikan seluruh lapisan
masyarakat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
f) Masyarakat mengetahui proses dan substansi penyusunan RAD PK
g) SKPD yang ditetapkan menjadi SKPD Pelaksana menyusun Rencana Tindak
Lanjut setelah ada peraturan Kepala Daerah
h) SKPD pelaksana mensosialisasikan program/kegiatan pelaksanaan RAD PK
(Rencana Tindak Lanjut) kepada masyarakat
C. Efesiensi didefinisikan sebagai upaya perubahan input menjadi output secara optimal.
Artinya apakah sumberdaya yang tersedia terserap dengan baik untuk pelaksanaan
kegiatan yang direncanakan.
Hubungan antara persepsi masyarakat terhadap efisiensi penyusunan dan pelaksanaan
RAD-PK adalah tanggapan atas pernyataan sebagai berikut:
a) Dana yang dialokasikan untuk proses penyusunan RAD-PK memadai
b) Hasil yang dicapai dari seluruh tahapan proses penyusunan, seimbang dengan
besarnya biaya yang dialokasikan
c) Ada pertanggungjawaban pengelolaan dana yang dialokasikan untuk penyusunan
RAD-PK
d) SKPD pilot mengalokasikan dana untuk pelaksanaan kegiatan yang dimuat dalam
dokumen RAD-PK
e) SKPD pilot melakukan internal audit atas dana pelaksanaan kegiatan Aksi Daerah
Pemberarantasan Korupsi
D. Koordinasi didefinisikan sebagai suatu sistem penerapan instrumen-instrumen kebijakan
yang terintegrasi dalam pelaksanaan program/kegiatan, artinya sejauh mana koordinasi
tercipta diantara organ-organ fungsional pelaksana suatu program/kegiatan dapat berjalan
dengan baik, sehingga menunjang tercapainya efektifitas program/kegiatan.
Kaitan antara koodinasi dengan persepsi masyarakat atas penyusunan serta pelaksanaan
RAD-PK adalah sebagai berikut:
a) Stakeholder memperoleh informasi kegiatan penyusunan RAD-PK
b) Koordinasi dengan pemerintah pusat berjalan dengan baik
c) Koordinasi dengan pemerintah pusat dilakukan atas inisiatif daerah
d) Pertemuan stakeholder didikoordinir oleh Bappeda tingkat Kota/Kabupaten
e) Koordinasi memudahkan penyelesaian penyusunan program/kegiatan
E. Dampak (impact) didefinisikan sebagai hasil dari program yang dinilai berdasarkan tujuan
jangka panjang program. Dengan kata lain dampak dipahami sebagai perubahan terhadap
kondisi, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, positif atau negative yang
dihasilkan oleh suatu program.
Kaitan antra dampak pelaksanaan RAD-PK dengan tanggapan dan persepsi responden
adalah:
a) Stakeholders terlibat dalam proses penyusunan RAD-PK
b) Kinerja SKPD dalam RAD-PK menjadi lebih baik
c) Masyarakat menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan SKPD
d) Kasus korupsi di Kota Bandung menurun
e) Masyarakat makin percaya pada pemerintah
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
F. Keberlanjutan RAD-PK akan bergantung pula pada peluang dan kendala. Oleh sebab itu
kriteria keberlanjutan RAD-PK harus dilihat dari aspek peluang dan kendala.
a. Peluang
Peluang antara lain dilihat dari tanggapan dan persepsi masyarakat terhadap kondisi
yang terjadi atau mungkin terjadi terhadap RAD-PK, yaitu:
a) Pencegahan korupsi harus menjadi prioritas Kota Bandung
b) RAD-PK harus dilaksanakan setiap tahun
c) Setiap tahun pemerintah harus menetapkan minimal satu program bebas korupsi di
setiap SKPD
d) Pencegahan korupsi harus menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun
masyarakat
e) Pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama untuk pencegahan korupsi
f) Masyarakat bisa mendorong upaya percepatan pemberantasan korupsi
g) Masyarakat dapat menyusun aksi pemberantasan korupsi berbasis budaya
setempat
b. Kendala
Kendala RAD-PK dalam persepsi masyarakat atau berdasarkan identifikasi yang
dilakukan masyarakat adalah sebagai berikut :
a) Sumber dana untuk penyusunan program anti korupsi kurang memadai
b) Pencegahan korupsi belum menjadi prioritas dalam penyusunan program tahunan
daerah
c) Ada pihak-pihak yang menentang dan menghalangi upaya-upaya percepatan
pemberantasan korupsi. Dan pihak-pihak tersebut tak jarang berasal dari dalam
pemerintahan daerah sendiri
d) Adanya benturan kebijakan, antara kebijakan pusat dengan kebijakan daerah
e) RAD-PK belum terpadu dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah
f) Ada kesulitan untuk melibatkan masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan
RAD PK
Sedangkan yang dimaksud dengan keberlanjutan itu sendiri adalah kebutuhan untuk
menjadikan kegiatan yang bersifat jangka pendek menjadi bersifat jangka panjang, artinya sejauh mana
program/kegiatan yang dilaksanakan memiliki pengembangan dan berkelanjutan di masa yang akan
datang. Hal ini dapat ditelusuri dari beberapa pernyataan sebagai berikut :
1. Penyusunan program/kegiatan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan
2. Perlu strategi pemberantasan korupsi berbasis masyarakat
3. RAD-PK harus menjadi rencana aksi bersama antara pemerintah dan masyarakat
4. Harus ada montoring dan evaluasi RAD-PK berbasis persepsi masyarakat
5. Harus ada penyesuaian RAD-PK setiap tahun
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
1.4.5 Teknik Analisis
1. Analisis Keterkaitan RAD-PK dengan dokumen Perencanaan lain
Analisis keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan lainnya adalah persentase
pernyataan program dan kegiatan yang sama, mirip atau tidak, antara RAD-PK dengan dokumen
perencanaan lain yang diperbandingkan, dengan rumus sebagai berikut :
Penetapan kategori keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan lainnya ditetapkan
sebagai berikut:
Apabila persentase pernyataan sama dan mirip = 0% - 33%, maka kategori Rendah
Apabila persentase pernyataan sama dan mirip = 34% - 67%, maka kategori Sedang
Apabila persentase pernyataan sama dan mirip = 68% - 100%, maka kategori Tinggi
Data hasil perolehan analisi untuk masing-masing kriteria dan indikator disajikan dalam bentuk
tabulasi sebagai berikut :
Tabel 1.2. Tabulasi Analisis Atas Masing-Masing Kriteria dan Indikator Keterkaitan RAD-PK
Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
No Uraian Sama
(%) Mirip (%)
Tidak ada (%)
Kategori
1 Program
2 Kegiatan
2. Analisis Persepsi
Persepsi tentang RAD-PK didasarkan pada indikator relevansi, efektifitas, efisiensi, koordinasi,
keterkaitan, dampak dan keberlanjutan. Masing-masing kriteria dikembangkan menjadi pertanyaan-
pertanyaan operasional sebagai indikator evaluasi
Teknik pengukuran dari indikator setiap kriteria mempergunakan skala ordinal dengan rentang
1 hingga 5, di mana skor 1 merupakan skor terendah, dan skor 5 merupakan skor tertinggi. Teknik
penilaian dilakukan dengan cara menata ulang setiap pernyataan indikator pada setiap variable/kriteria
dengan tujuan penajaman penilaian kepada enam kriteria evaluasi yakni :
1) Relevansi penyusunan dan pelaksnaan RAD-PK
2) Efektifitas penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
3) Efisiensi dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
4) Kualitas koordinasi dan keterkaitan dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
5) Dampak (langsung maupun tidak langsung) dari penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK
6) Keberlanjutan RAD-PK yang meliputi sub kriteria peluang dan kendala bagi
keberlanjutan RAD-PK
Jml pernyataan program/kegiatan yang sama/mirip/tidak Persentase = -------------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah program/kegiatan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Persepsi yang diperoleh dari tanggapan atas pernyataan untuk masing-masing indikator pada
setiap kriteria dinyatakan dalam bentuk pilihan jawaban yang diberi skor sebagai berikut :
1) Sangat Setuju ............ skor = 5
2) Setuju ........................ skor = 4
3) Ragu-ragu ................. skor = 3
4) Tidak Setuju ............... skor = 2
5) Sangat Tidak Setuju ...skor = 1
Skor yang diperoleh masing-masing indikator adalah penjumlahan dari pilihan jawaban dan
skor dari seluruh responden (skor kenyataan). Sedangkan skor yang diperoleh dari tiap kriteria adalah
penjumlahan dari skor yang diperoleh dari seluruh indikator pada setiap kriteria yang bersangkutan.
Skor Harapan adalah jumlah skor apabila seluruh responden menyatakan Sangat Setuju (skor
=5) untuk setiap pernyataan. Persen kenyataan adalah persentase skor kenyataan dari skor
harapannya.
Pengolahan data selanjutnya mempergunakan analisis deskriptif dengan penyajian tabulasi.
Tabulasi didasarkan pada skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. Persentase skor yang
diperoleh masing-masing kriteria mapun indikator dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Tinggi,
Sedang dan Kurang. Sedangkan penentuan kategori dilakukan berdasarkan persentase skor kenyataan
yang diperoleh dari skor harapannya. Untuk penentuan panjang kelas interval (KI) skor untuk masing-
masing indikator menggunakan rumus :
Misalnya:
Keterangan: Persen skor tertinggi = 5/5 x 100% = 100%
Persen skor terendah = 1/5 x 100% = 20%
Berdasaran rumus di atas maka penentuan katagori kriteria dan indikator adalah sebagai
berikut :
Jika diperoleh skor 20,00% - 46,67% dari skor harapan, maka kategori Rendah
Jika diperoleh skor 46,68% - 73,35% dari skor harapan, maka kategori Sedang
Jika diperoleh skor 73,36% - 100% dari skor harapan, maka kategori Tinggi
Data hasil perolehan skor untuk masing-masing kriteria dan indikator disajikan dalam bentuk
tabulasi sebagai berikut:
Persen skor tertinggi – Persen skor terendah KI = ------------------------------------------------------------
Jumlah Kategori
100 % - 20 % KI = -------------------------------------------------- = 26,67 %
3
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Tabel 1.3. Tabulasi Antara Perolehan Skor Kenyataan dan Skor Harapan dengan Persetase
Kenyataan Atas Kategori Dari Dokumen RAD-PK dengan Dokumen Perncanaan Daerah Lainya
No INDIKATOR Jumlah Skor Kenyataan
Jumlah Skor Harapan
Persen Kenyataan
Kategori
1
2
Jumlah
Berdasarkan tabulasi diatas, maka penilaian untuk hasil pengukuran7 masing-masing criteria dijelaskan
sebagai berikut :
Tabel 1.4. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Relevansi
Keterangan Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran Rendah Sedang Tinggi
Penilaian berdasarkan indikator
RAD-PK bukan prioritas daerah
RAD-PK bukan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
Masyarakat tidak terlibat dalam penyusunan RAD-PK
RAD-PK sudah mulai dijadikan prioritas pemerintah.
Masyarakat memandang perlu ada RAD-PK dan sudah mulai terlibat dalam penyusunan RAD-PK
RAD-PK telah menjadi prioritas pemerintah daerah karena sangat dibutuhkan masyarakat.
Masyarakat terlibat dalam penyusunan RAD-PK
Makna Patut dipertanyakan komitmen daerah dalam percepatan pemberantasan korupsi
Masih diperlukannya peningkatan pemahaman tentang perilaku koruptif serta peningkatan kesadaran tentang upaya percepatan pemberantasan korupsi
Upaya pencegahan korupsi telah menjadi komitmen pemerintah
Telah ada tindakan nyata untuk percepatan pemberantasan korupsi
Rekomendasi
Perlu dilakukan monitoring dan publikasi kasus korupsi di daerah
Peningkatan pemahaman tentang perilaku korupsi dan upaya pencegahannya melalui pendidikan anti korupsi
Pengembangan stategi pencegahan korupsi berbasis multistakeholder
Evaluasi khusus bagi daerah-daerah yang belum menyusun RAD-PK
Evaluasi kinerja pelayanan publik
Publikasi inovasi-inovasi untuk perbaikan kualitas pelayanan publik di daerah
Penerapan sanksi bagi daerah yang tidak melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
Techical assistance untuk peningkatan kualitas pelayanan publik
Pemberian reward bagi daerah yang punya inovasi untuk percepatan pemberantasan korupsi
Tujuan tindakan Shock terapi bagi daerah Meningkatkan Upaya pencegahan
7 Matriks pengukuran dan penilaian persepsi tentang RAD PK. Dikembangkan pertamakali oleh Tim Review
RAD-PK pada tahun 2009
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
agar upaya percepatan pemberantasan korupsi dijadikan prioritas
profesionalisme birokrasi korupsi menjadi perhatian bersama semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
Tabel 1.5. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Efektifitas
Keterangan Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran Rendah Sedang Tinggi
Penilaian berdasarkan indikator
Daerah memandang RAD-PK tidak perlu dikukuhkan dalam suatu peraturan
Masih ada keraguan tentang perlu tidaknya pengukuhan RAD-PK dalam suatu peraturan
RAD-PK perlu dikukuhkan menjadi Peraturan Kepala Daerah, disosialisasikan sehingga masyarakat paham proses dan substansi RAD-PK
Makna Tidak ada kejelasan tentang pelaksanaan RAD-PK
termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi hasil capaiannya.
Adanya landasan hukum RAD-PK menjamin efektifitas pelaksanaan atau tindak lanjut di daerah.
Rekomendasi
Perlu dilakukan penyamaan persepsi tentang penting tidaknya pengukuhan RAD-PK ke dalam kerangka peraturan daerah
Revisi atau penyesuaian kembali peraturan tentang RAD-PK
Penyusunan dan sosilasasi pedoman penyusunan RAD-PK
Tujuan tindakan
Kepastian hukum bagi daerah dalam menerapkan RAD-PK sebagai suatu dokumen perencanaan yang penting dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
Peraturan tentang RAD-PK terus –menerus dijadikan “living document” karena merupakan pedoman penyearah berbagai upaya percepatan pemberantasan korupsi di daerah
Tabel 1.6. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Efisiensi
Keterangan Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran
Rendah Sedang Tinggi
Penilaian berdasarkan indikator
Alokasi dana untuk penyusunan RAD-PK tidak sesuai kebutuhan. Terlalu banyak pos belanja dalam kegiatan penyusunan RAD-PK
Dana untuk penyusunan RAD-PK disesuaikan dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan kegiatan
Alokasi dana untuk penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK terintegrasi dalam Renja, RKA dan DPA SKPD pelaksana
Makna
Daerah cenderung memaknai kegiatan RAD-PK hanya sebatas project
Daerah belum paham bagaimana mengintegrasikan rencana anggaran kegiatan RAD-PK ke dalam dokumen
Daerah tidak perlu menambah pos anggaran baru karena alokasi untuk kegiatan RAD-PK terintegrasi dalam dokumen rencana dan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
perencanaan dan pengganggaran
anggaran SKPD pelaksana
Rekomendasi
Penyamaan persepsi tentang sistem alokasi anggaran untuk kegiatan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
Penegasan tentang dokumen RTL (Rencana Tindak Lanjut) bagi tiap SKPD pelaksana RAD-PK
Dibutuhkan pedoman tentang proses alokasi anggaran untuk kegiatan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK di daerah serta pedoman penyusunan RTL di tiap SKPD pelaksana RAD-PK
Penyesuaian besaran biaya sesuai standar harga pada masing-masing kegiatan di tiap daerah.
Tujuan tindakan
Daerah tidak mengalami kegamangan dalam menyusun alokasi anggaran untuk kegiatan RAD-PK
Belanja kegiatan RAD-PK makin efisien
Tabel 1.7. Pengukuran dan Penilaian Koordinasi dan Keterkaitan
Keterangan Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran
Rendah Sedang Tinggi
Penilaian berdasarkan indikator
Penyusunan RAD-PK tidak melibatkan semua pihak yang berkepentingan
Koordinasi berjalan namun masih ada pertanyaan tentang pihak mana yang berwenang mengkoordinir para pihak tersebut.
Koordinasi dinilai sangat membantu proses penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK.
Makna
Belum tumbuh pemahaman bahwa RAD-PK harus dikembangkan menjadi suatu gerakan bersama semua pihak
Daerah masih membutuhkan ketegasan tentang kelembagaan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
Daerah sudah melakukan inovasi untuk penataan kelembagaan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
Rekomendasi
Discursus untuk peningkatan pemahaman tentang RAD-PK sebagai suatu dokumen penyearah berbagai tindakan-tindakan dalam upaya percepatan pemberantasan korupsi di daerah
Pembentukan kelembagaan dan mekanisme penyusunan maupun monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
Peningkatan peran tim Kormonev dari Inpres No. 5 Tahun 2004
Tujuan tindakan
Merubah secara mendasar pemahaman tentang Aksi Pemberantasan Korupsi
Menguatkan dan mendayagunakan fungsi-fungsi yang sudah ada dalam pemerintahan maupun masyarakat untuk percepatan pemberantasan korupsi di daerah
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Tabel 1.8. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Dampak
Keterangan Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran
Rendah Sedang Tinggi
Penilaian berdasarkan indikator
Tidak ada perubahan apapun yang terjadi setelah ada penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
Tidak semua SKPD paham tentang RAD-PK.
Masyarakat belum sepenuhnya percaya bahwa ada upaya percepatan pemberantasan korupsi yang dilakukan pemerintah
RAD-PK dinilai membantu mengurangi kasus korupsi sehingga pada gilirannya masyarakat diuntungkan dan kepercayaan pada pemerintah meningkat
Makna
Penyusunan RAD-PK hanya untuk menggugurkan kewajiban administratif daerah
RAD-PK dinilai masih belum memberi kontribusi pada penurunan kasus korupsi
RAD-PK sangat berkorelasi dengan upaya pemberantasan korupsi di daerah
Rekomendasi
Survey integritas untuk menilai tingkat bebas korupsi di lingkup pemerintahan
Evaluasi Dampak Pelaksanaan Peraturan tentang RAD-PK melalui metode RIA (Regulatory Impact Assesment)
Penerapan sanksi bagi daerah yang tidak melaksanakan dan melaporkan pelakanan Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasn Korupsi
Pemberian penghargaan bagi daerah yang melakukan inovasi untuk percepatan pemberantasan korupsi
Tujuan tindakan
Merubah secara mendasar pemahaman tentang penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK agar lebih berdampak bagi masyarakat.
Memastikan bahwa dampak yang sudah ada berkesinambungan dan meningkat
Tabel 1.9.a. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Keberlanjutan Atas Dasar Peluang
Keterangan
Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil
Pengukuran Rendah Sedang Tinggi
Penilaian
berdasarkan
indikator
Tidak ada peluang karena
menurut daerah tidak perlu
ada penyesuaian isu
prioritas untuk pencegahan
korupsi setiap tahun, tidak
perlu ada penetapan
program bebas korupsi di
tiap SKPD
Ada kemunginan bagi
keberlanjutan RAD-PK
karena pemerintah daerah
memandang tidak perlu
dana khusus bagi kegiatan
RAD-PK karena RAD-PK
dapat diintegrasikan delam
rencana kerja tiap SKPD
RAD-PK dinilai penting
karena pencegahan
korupsi telah menjadi
“concern” bersama semua
pihak serta masyarakat
dapat bekerjasama
dengan pemerintah untuk
mendorong upaya
percepatan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
pemberantasan korupsi di
daerah.
Makna
Penyusunan dan
pelaksanaan RAD-PK
sebaiknya dihentikan.
Perlu ada pertimbangan
atau kajian ulang untuk
melanjutkan program
RAD-PK
Penyusunan dan
pelaksanaan RAD-PK
berpeluang tinggi untuk
dilanjutkan di masa-masa
yang akan datang
Rekomendasi
Pencabutan/pembekuan
Inpres No. 5 Tahun 2004
tentang percepatan
pemberantasan korupsi
Peningkatan kerangka hukum tentang penyusunan dan
pelaksanaan RAD-PK dan secara umum tentang percepatan
pemberantasan korupsi.
Evaluasi sistemik tentang
keberhasilan dan kegagalan
Inpres No. 5 Tahun 2004
Penyusunan Program Percepatan Pemberantasan Korupsi
secara Nasional tercakup di dalamnya pedoman pelaksanaan
dan sosialisasi dan pendampingan pada tahap awal
implementasi program secara nasional
Tujuan
tindakan Merubah secara mendasar
Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas daerah serta
memastikan capaian yang diperoleh sekarang berkelanjutan
dan lebih ditingkatkan
Tabel 1.9.b. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Keberlanjutan Atas Dasar Kendala
Keterangan Skor
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran
Rendah Sedang Tinggi
Penilaian berdasarkan indikator
Tidak ada banyak tantangan karena program dan kegiatan untuk pencegahan korupsi telah menjadi prioritas daerah dan masyarakat telah dilibatkan secara optimal dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
Masih ada kendala dari sisi pembiayaan karena daerah memperlakukan RAD-PK sebagai satu proyek/kegiatan terpisah dan belum diintegrasikan dalam kesuruhan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah
Masih sangat banyak tantangan karena program dan kegiatan untuk pencegahan korupsi belum menjadi prioritas daerah
Masih ada pihak-pihak yang menentang
Masih lemahnya koordinasi pusat dan daerah serta belum terintegrasinya penyusunan dan pelaksanan RAD-PK dengan siklus perencanaan-penganggaran daerah.
Makna
RAD-PK tidak sulit diakomodir dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah
Perlu ada pendesainan ulang RAD-PK baik dari sisi kebijkan, kelembagaan maupun mekanisme pelaksaaan serta kerangka monitoring dan evaluasinya.
Rekomendasi Evaluasi capaian program
dan kegiatan SKPD prioritas dalam RAD -PK
Penetapan pedoman penyusunan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi Pelaksanaan RAD PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Penyusuaian kembali
dokumen RAD-PK setiap tahun sesuai kebutuhan daerah.
Sosialisasi pedoman dan pendampingan teknis (technical assistance) penyusunan RAD-PK
Tujuan tindakan
Meningkatkan capaian hasil pelaksanan RAD-PK baik dari sisi kualitas maupun sebaran SKPD pelaksana
Memastikan bahwa RAD-PK tetap dilanjutkan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
3 Analisis Siklus RAD-PK
Analisis data sekunder dilakukan untuk menilai capaian berdasarkan siklus penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK. Model penilian atas siklus RAD-PK
disajikan Tabel 1.10
Tabel 1.10. Penilaian pelaksanaan RAD-PK Berdasarkan Siklus RAD-PK
No Tahapan Proses Pengukuran Hasil
Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan Kriteria Indikator penilaian Nilai
1 Pembentukan Tim Penyusun
Adanya Tim Perumus RAD-PK
Tim Perumus terdiri dari perwakilan para pihak yang berkepentingan dan dikukuhkan melalui SK Kepala Daerah.
5
Baik
Daerah telah terbiasa bekerja dengan menggunakan tim adhoc.
Daerah memandang perlu keterlibatan para pihak dalam upaya percepatan pemberantasan korupsi
Perlu kajan tentang kapasitas tim penyusun yang sudah dibentuk
Memastikan capaian yang sudah ada tetap berlanjut dan lebih ditingkatkan
Tim perumus hanya terdiri dari pemerintah saja namun dikukuhkan oleh SK Kepala Daerah dan pernah mengadakan pertemuan untuk penyusunan draft RAD-PK
4
Tim perumus terbentuk namun belum dikukuhkan melalui SK Kepala Daerah
3 Cukup Daerah masih ragu tentang
perlunya SK Kepala Daerah tentang tim penyusun
Perlu penegasan tentang pentingnya tim penyusun RAD-PK
Meningkatkan koordinasi antar lembaga dalam penyusunan RAD-PK
Tidak ada tim perumus namun ada panitia adhoc yang dibentuk untuk menyusun draft RAD-PK
2
Buruk Daerah belum paham tentang
kelembagaan dan mekanisme kerja tim penyusun RAD-PK
Sosialisasi/penegasan tentang pentingnya pembentukan tim penyusun
Membangun pemahaman yang mendasar tentang proses penyusunan RAD-PK
Tidak ada panitia adhoc untuk penyusunan yang bertugas menyusun draft RAD-PK
1
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
No Tahapan Proses Pengukuran Hasil
Nilai Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan Kriteria Indikator penilaian
2 Penyusunan draft RAD-PK
Ada dokumen draft RAD-PK
Ada serial pertemuan untuk pembahasan isu prioritas dan penyusunan dokumen draft RAD-PK yang dikoordinir oleh Bappeda atau pihak yang bertugas mengurus RAD-PK
5
Baik
Daerah memandang perlunya keberadaan dokumen RAD-PK sebagai salah satu dokumen perencanaan yang penting bagi daerah.
Daerah sudah menerapkan proses partisipasi dalam perencanaan program/kegiatan pembangunan
Perlu ada penegasan tentang format dokumen RAD-PK
Memastikan keberlanjutan proses penyusunan RAD-PK secara konsisten
Ada notulensi pertemuan para pihak yang dikoordinir oleh Bappeda atau pihak yang ditugaskan mengurus RAD-PK
4
Ada notulensi pertemuan pembahasan isu prioritas di Bappeda
3 Cukup
Sudah ada kehendak daerah untuk menjadikan RAD-PK sebagai salah satu dokumen perencanaan
Diperlukan bantuan teknis (technical assistance) untuk penyusunan draft RAD-PK
Mengubah secara mendasar dan meningkatkan kapasitas pemahaman konsep, strategi dan teknis kegiatan
Dokumen draft RAD-PK dibuat menjelang hari pelaksanaan KKP
2
Buruk RAD-PK belum dianggap
penting untuk disusun oleh daerah
Diperlukan bantuan teknis (technical assistance) untuk penyusunan draft RAD-PK
Mengubah secara mendasar dan meningkatkan kapasitas pemahaman konsep, strategi dan teknis kegiatan
Tidak ada dokumen draft RAD-PK
1
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
No Tahapan
Proses
Pengukuran Hasil Nilai Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan
Kriteria Indikator penilaian
3 Pelaksanaan
KKP
Ada laporan
pelaksanaan
KKP
Dokumen laporan
pelaksanaan KKP
disampaikan kepada Kepala
Daerah dan Bappenas serta
para pihak yang hadir dalam
pelaksanaan KKP
5
Baik
Daerah memandang konsultasi
publik sebagai mekanisme
pelibatan masyarakat dalam
proses kebijakan
Perlu disusun
panduan teknis
Kampanye
Konsultasi Publik
penyusunan
RAD-PK
Memastikan
berjalannya
konsultasi publik
secara lebih baik Dokumen laporan
pelaksanaan KKP
disampaikan kepada Kepala
Daerah dan Bappenas
4
Ada dokumen laporan
pelaksanaan KKP yang dibuat
oleh panitia teknis daerah
3 Cukup
Daerah memandang belum
perlu melibatkan publik secara
luas dalam penyusunan RAD-
PK
Perlu bimbingan
teknis tentang
pelaksanaan
KKP RAD-PK
yang lebih
partisipatf
Merubah secara
mendasar praktek
penyusunan
program/kegiatan
kearah yang lebih
partisipatif
Ada notulensi pelaksanaan
KKP 2
Buruk
Daerah belum terbiasa
menggunakan proses
partisipatif dalam penyusunan
program/kegiatan
Perlu ada upaya
meningkatkan
pemahaman
tentang
perencanaan
partisipatif
Merubah secara
mendasar praktek
penyusunan
program/kegiatan
kearah yang lebih
partisipatif
Tidak ada dokumen apapun
tentang pelaksanaan KKP
1
4
Penyempurnaa
n Dokumen
RAD-PK
Ada dokumen
hasil
pertemuan
penyempurna
an hasil KKP
Penyempurnaan RAD-PK
dilakukan melalui workshop
multistakeholder serta
penyusunan RTL untuk SKPD
prioritas dalam RAD-PK
5
Baik
Daerah sudah menerapkan
prinsip “colaborative
governance” dan terbiasa
melaksanakan proses
partisipatif dalam penyusunan
program/kegiatan
Pemberian
penghargaan
bagi daerah
yang
menerapkan
pola partisipasi
publik dalam
penyusunan,
Melanjutkan
capaian yang
telah dperoleh
Penyempurnaan RAD-PK
dilakukan melalui workshop
yang melibatkan berbagai
4
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
pihak baik pemerintah,
perwakilan masyarakat (LSM),
media dan perguruan tinggi
pelaksanaan,
monitoring dan
evaluasi RAD-
PK
Penyempurnaan dokumen
RAD-PK dilakukan melalui
workshop lintas SKPD yang
dikoordinir oleh Bappeda atau
pihak yang mengurus RAD-PK
3 Cukup
Koordinasi internal dantara
kelembagaan pemerintah
dalam penyusunan RAD-PK
sudah berjalan baik
Perlu ada
panduan
workshop
penyempurnaan
draft RAD-PK
Memastikan
penyempurnaan
RAD-PK
mencapai hasil
yang maksimal
Pembahasan hasil KKP hanya
dilakukan oleh tim adhoc di
Bappeda atau pihak yang
mengurus RAD-PK
2
Buruk
Perhatian pemerintah daerah
terhadap RAD-PK masih
sangat rendah
Perlu ada
peringatan bagi
daerah bahwa
penyusunan
RAD-PK harus
partisipatif
Merubah
pemahaman dan
komitmen tentang
penyusunan dan
pelaksanaan
RAD-PK secara
partisipatif
Tidak ada pertemuan setelah
pelaksanaan KKP 1
5
Menuangkan
RAD-PK dalam
Peraturan
(Legalisasi)
Ada peraturan
tentang RAD-
PK
Peraturan tentang RAD-PK
disosialisasikan di internal
pemerinah, LSM, media masa
dan masyarakat luas
5
Baik
Daerah mempunyai keyakinan
bahwa Peraturan tentang
RAD-PK, menjamin
terlaksananya program/
kegiatan RAD-PK
Perlu
dipertimbangkan
model
penghargaan
bagi daerah
yang telah
menetapkan
peraturan
tentang RAD-PK
Melanjutkan dan
meningkatkan
capaian yang
sudah ada Peraturan tentang RAD-PK
disosialisasikan di internal
pemerintah dan LSM
4
Peraturan tentang RAD-PK
tercatat dalam lembaran
daerah namun tidak
tersosialisasikan
3 Cukup
Peraturan tentang RAD-PK
cenderung dipandang hanya
untuk memenuhi kewajiban
administrasi belaka
Perlu dilakukan
penyamaan
persepsi tentang
pentingnya
penetapan
peraturan
tentang RAD-PK
Memperbaiki
kerangka
pemahaman
tentang kekuatan
hukum RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Daerah masih ragu-ragu untuk
menetapkan peraturan tentang
RAD-PK
2
Buruk
Daerah menganggap RAD-PK
bukan suatu hal yang perlu
dikuatkan melalui peraturan
yang mengikat
Perlu
pertimbangan
pemberian
sanksi
administratif
Merubah secara
mendasar
pemahaman dan
komitmen daerah
tentang RAD-PK Tidak ada peraturan tentang
RAD-PK 1
No Tahapan Proses Pengukuran Hasil
Nilai Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan Kriteria Indikator penilaian
6 Melaksanakan RAD-PK
Ada program dan kegiatan dalam Renja/RKA/DPA SKPD yang menjadi prioritas dalam RAD-PK
Program dan kegiatan dalam RAD-PK sudah direalisasikan oleh SKPD pelaksana
5
Baik
Daerah memahami kerangka teknis pelaksanaan RAD-PK dan menuangkannya ke dalam program dan kegiatan yang sedang berjalan
Perlu dipertimbangkan adanya penghargaan bagi daerah yang memilik inovasi dalam upaya mencapaian pemberantasan korupsi dengan RAD-PK sebagai pedomannya
Meningkatkan dampak pelaksanaan RAD-PK
SKPD belum mengakomodir program dan kegiatan dalam RAD-PK ke dalam Renja/RKA/DPA tetapi telah melaksanakan kegiatan serupa
4
Daerah dapat mengintegrasikan RAD-PK dalam program/kegiatan yang sedang berjalan
SKPD prioritas telah menetapkan program dan kegiatan RAD-PK dalam Renja/RKA/DPA (ada alokasi anggaran untuk kegiatan RAD-PK)
3 Cukup
Daerah memiliki komitmen untuk melaksankan RAD-PK namun masih ragu dalam melaksanakan program dan kegiatan RAD-PK
Perlu ada penegasan dan atau pendampingan bagi SKPD pelaksana RAD-PK
Meningkatkan kapasitas daerah, baik dari sisi pemahaman maupun pelaksanaannya
SKPD pelaksana masih ragu-ragu (kurang paham) untuk mengakomodir program/kegiatan RAD-PK ke dalam Renja dan RKA SKPD
2 Buruk Daerah memposisikan RAD-PK
hanya sebagai proyek singkat dengan anggaran yang besar
Perlu dipertimbang-kan model sanksi bagi daerah yang tidak melaksanakan
Merubah pemahaman dan memperbaiki secara mendasar strategi percepatan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Belum ada SKPD yang melaksanakan program/kegiatan dalam RAD-PK
1
RAD-PK pemberantasan korupsi
7
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
Ada Tim Kormonev RAD-PK
Sudah ada Tim Kormonev RAD-PK (Inpres No. 5 Tahun 2004) yang melaksanakan proses monitoring, evaluasi dan laporan pelaksanaan RAD-PK
5
Baik
Daerah memiliki komitmen yang tinggi untuk percepatan pemberantasan korupsi, paham tentangmekanisme monitoring dan evaluasi RAD-PK
Dipertimbangkan adanya penghargaan bagi daerah yang secara rutin melakukan monev dan melaporkannya secara periodic dari pelaksanaan RAD-PK maupun Inpres No. 5/2004
Melanjutkan capaian yang sudah ada agar lebih berdampak bagi masyarakat Tim Kormonev telah
menetapkan struktur, mekanisme dan agenda kerja
4
Daerah sudah membentuk Tim Kormonev berdasarkan SE Menpan meski sebatas untuk menggugurkan kewajiban administratif
3 Cukup
Masih membutuhkan proses evaluasi untuk menguji komitmen daerah tentang percepatan pemberantasan korupsi
Perlu ada kajian tentang keberadaan tim monitoring dan evaluasi RAD-PK d setiap daerah
Menemukan dan mengenali permasalahan yang dihadapi daerah sekaligus untuk meningkatkan kapasitas tim monev
Tidak ada tim kormonev yang ditugaskan untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK maupun Inpres No. 5 Tahun 2004
2
Buruk
Perlu dipertanyakan komitmen daerah tentang keberlanjutan percepatan pemberantasan korupsi di daerah
Penerapan sanksi bagi daerah yang tidak melaporkan capaian pelaksanaan RAD-PK maupun Inpres No. 5/2004
Merubah komitmen dan strategi secara menyeluruh dan mendasar
Daerah memandang tidak perlu ada tim kormonev, sehingga daerah belum membentuk tim kormonev
1
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG
Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi
Jawa Barat, terletak di antara 107º 36’ Bujur Timur
dan 6º 55’ Lintang Selatan, dan berada pada
ketinggian ±791 m di atas permukaan laut (mean
sea level). Daerah utara Kota Bandung pada
umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan.
Rata-rata ketinggian di sebelah utara adalah ±1050
dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl.
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang
membuat Bandung menjadi semacam cekungan
(Bandung Basin).
Kota Bandung terdiri dari 30 Kecamatan,
151 Kelurahan, 1.558 RW (rukun warga) dan 9.678
RT (rukun tetangga).
Sedangkan luas wilayah dari Kota Bandung sebesar 16.729,65 Ha.8, dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.417.287 jiwa (penduduk laki-laki 1.233.039 jiwa dan perempuan 1.184.248 jiwa), dengan
persentase laju pertumbuhan tiap tahunnya berkisar 1,81%9
Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 16.008,53 jiwa/Km², dan jika dilihat dari
segi kepadatan penduduk per kecamatan pada Tahun 2009 maka ada 6 kecamatan dari 30 kecamatan
di Kota Bandung dengan jumlah penduduk terpadat, yaitu:
1. Kecamatan Babakan Ciparay, dengan jumlah penduduk 144.892
2. Kecamatan Kiaracondong, dengan jumlah penduduk 131.978
3. Kecamatan Coblong, dengan jumlah penduduk 128.748
4. Kecamatan Bandung Kulon, dengan jumlah penduduk 127.622
5. Kecamatan Batununggal, dengan jumlah penduduk 125.636
6. Kecamatan Bojongloa Kaler, dengan jumlah penduduk 123.09210
Secara administratif wilayah Kota Bandung berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya
yaitu :
8 Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang
Perubahan batas Wilayah Kotamadya Tingkat II Bandung yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung 9 Hal. 43, Buku Bandung Dalam Angka 2010 dari BPS Provinsi Jawa Barat
10 Hal. 45, Buku Bandung Dalam Angka 2010 dari BPS Provinsi Jawa Barat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung
Barat (KBB)
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
2.1 Keadaan Fisik/Geologis
Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan alluvial hasil letusan
gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian utara umumnya jenis tanah andosol,
sedangkan di bagian Selatan serta Timur terdiri atas jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di
bagian tengah dan Barat tersebar jenis tanah andosol.
Iklim asli kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya, namun pada
dasarnya beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu, akibat polusi dan meningkatnya
suhu global. Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk, dengan temperatur udara rata-rata
23oC (1995 - 2008). Temperatur ini dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan laut, lingkungan
pegunungan atau cekungan dan berbagai danau besar yang terletak disekitarnya,
Bagan 2.1. Peta Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
2.2. Pemerintahan
Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai bagian Integral pemerintahan dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara historis telah mengalami berbagai perubahan pada
tatanan manajemen penyelenggaraan pemerintah daerah. Kondisi ini ditandai dengan adanya
penyempurnaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah. Perubahan tersebut selain karena tuntutan reformasi yang
mengharuskan pemerintah lebih transparan dan akuntabel, juga dipengaruhi oleh perkembangan
dinamika institusi/badan/lembaga pemerintah dalam upaya mengakomodasi berbagai kebutuhan
masyarakat serta upaya mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
Berkenaan dengan perencanaan pembangunan daerah, pemerintah Kota Bandung telah
mengeluarkan Perda No. 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2009 - 2013. Dokumen ini merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota Bandung
terpilih dalam suatu periode masa jabatan. Penyusunan RPJM Daerah Kota Bandung Tahun 2009 –
2013 berpedoman pada RPJP Daerah Kota Bandung 2005 – 2025 serta memperhatikan RPJM
Nasional dan RPJM Provinsi, memperhatikan sumber daya dan poetnsi yang dimiliki, faktor-faktor
keberhasilan, evaluasi pembangunan serta isu-isu strategis yang berkembang.
Berdasarkan RPJMD Kota Bandung, isu-isu strategis yang menjadi fokus perhatian Kota
Bandung antara lain :
1. Peningkatan kualitas pendidikan
2. Penumbuhan ekonomi kreatif kota dan sektor ekonomi kreatif dan tradisional
3. Peningkatan kualitas dan pencegahan degradasi lingkungan hidup kota
4. Penyediaan dan pengelolaan infrastruktur serta penataan kota
5. Peningkatan kualitas kesehatan dan penanganan penyakit
6. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran
7. Penyediaan pelayanan umum kota yang prima
8. Optimalisasi manajemen pemerintahan kota
9. Efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah.
2.3. IPM Kota Bandung
Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan manusia yang berkualitas yang mempunyai 3
ciri yaitu pertama: sehat dan berumur panjang, kedua: cerdas, kreatif dan terampil, terdidik dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketiga: mandiri dan memiliki akses untuk hidup layak.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Pada tahun 2004, IPM Kota Bandung mencapai 77,17 dan sampai dengan tahun 2007 relatif
tumbuh sangat lambat. Struktur IPM Kota Bandung bervariasi menurut aspeknya. Indeks Pendidikan
adalah indeks tertinggi, sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks terendah. Berdasarkan data yang
ada, Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan dapat mengalami pertumbuhan paling cepat.
Bila pada tahun 2007 adalah sekitar 80, maka ada kemunngkinan dapat mengalami peningkatan hingga
91, atau sedikit lebih rendah daripada indeks pendidikan. Indeks pendidikan walaupun mengalami
peningkatan, namun peningkatannya lambat. Perkembangan yang mengkuatirkan adalah Indeks Daya
Beli, dimana terdapat kecenderungan mengalami penurunan karena inflasi, kenaikan harga bahan
bakar minyak dan perubahan-perubahan ekonomi makro lain yang menyebabkan penurunan daya beli.
2.3.1 Pelayanan Kesehatan
Sarana Kesehatan Kota Bandung sampai dengan tahun 2008 adalah Puskesmas 71 buah, 5
diantaranya adalah Puskesmas dengan tempat perawatan untuk persalinan, 16 Puskesmas diantaranya
memiliki instalasi/unit gawat darurat serta 13 Puskesmas Keliling. Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya
adalah Rumah Sakit 31 buah, Praktek Dokter Umum 1.567 Orang, Praktek Dokter Gigi 583 Orang,
Praktek Bidan 811 Orang, Praktek Dokter Spesialis 137 Orang, Balai Pengobatan Swasta 512 buah,
Laboratorium Klinik 88 buah, Apotek sebanyak 493 buah dan Rumah Bersalin 51 buah. Dari 31 Rumah
Sakit tersebut, 11 diantaranya milik Pemerintah. Sedangkan Rumah sakit Swasta berjumlah 20 buah,
Dengan demikian sarana kesehatan Kota Bandung dengan jumlah seperti yang dipaparkan diatas,
seharusnya sudah mampu menyediakan pelayanan kesehatan prima, sesuai dengan permasalahan
kesehatan spesifik khas perkotaan.
Aspek Kesehatan, melalui Angka Kematian Kasar/AKK (Crude Death Rate) dapat digunakan
sebagai petunjuk umum status dan kondisi kesehatan di masyarakat serta secara tidak langsung
menggambarkan kondisi lingkungan ekonomi, fisik dan sosial. AKK juga dapat menjadi dasar dalam
menghitung laju pertambahan penduduk walaupun penilaian yang diberikan secara kasar dan tidak
langsung. Kota Bandung belum memiliki Angka Kematian Kasar tahun 2007, tetapi dari data Rumah
Sakit di Kota Bandung jumlah total kematian adalah sebesar 3.586 kasus di Tahun 2007
Angka Harapan Hidup (AHH) dianggap sebagai indikator umum bagi taraf hidup. Maka semakin
tinggi usia harapan hidup menunjukkan bahwa taraf hidup di suatu wilayah juga semakin tinggi. Sejalan
dengan keberhasilan pembangunan kesehatan maka harapan hidup di Kota Bandung juga mengalami
kenaikan.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
2.3.2 Pelayanan Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan di Kota Bandung terus dilakukan, dan merupakan salah satu
program prioritas dari tujuh program prioritas pembangunan Pemerintah Kota Bandung yang meliputi :
(1) Bidang Pendidikan, (2) Bidang Kesehatan, (3) Bidang Kemakmuran, (4) Bidang Lingkungan Hidup,
(5) Bidang Seni dan Budaya, (6) Bidang Olahraga, dan (7) Bidang Agama. Upaya meningkatkan SDM
terus dikembangkan, diantaranya melalui Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu
suatu upaya penanganan anak sejak dini pada masa golden age. Demikian juga pada setiap jenjang
pendidikan, terus diupayakan pengembangan infrastruktur dan sarana pendidikan, pengembangan
tenaga kependidikan dan peningkatan kreativitas kegiatan siswa.
Dalam upaya pengembangan SDM, kondisi penyelenggaraan pendidikan di Kota Bandung,
masih dihadapkan kepada berbagai masalah, diantaranya penanganan pendidikan anak usia dini
(PAUD) belum optimal, kondisi sarana dan prasarana (infra struktur) sekolah kurang memadai, masih
adanya angka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan, masih adanya angka buta huruf,
kompetensi dan kesejahteraan guru masih perlu untuk ditingkatkan, serta semakin mahalnya biaya
pendidikan di sekolah.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan pendidikan, diukur dari kemampuan
baca tulis atau melek huruf yaitu presentase pendidikan 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis. Data BPS tahun 2007 menunjukan bahwa Penduduk Kota Bandung yang berpendidikan
tertinggi Sekolah Dasar/MI yaitu 37,86 persen, sementara yang tamat SMP/MTs 16,84 persen dan
SMA/SMK/MA 12,06 persen dan yang berhasil menamatkan sekolah sampai jenjang Diploma
I/Perguruan Tinggi 3,22 persen. Dengan demikian, lebih dari separuh penduduk Kota Bandung
berpendidikan SMP ke bawah. Dengan rata-rata lama sekolah penduduk yang hanya 9,93/tahun juga
menunjukkan masih rendahnya pendidikan.
Arah kebijakan dalam bidang pendidikan difokuskan kepada upaya perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh masyarakat meliputi :
1. Memberi bantuan biaya pendidikan untuk tingkat pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs) dan
bantuan biaya pendidikan siswa tidak mampu untuk tingkat pendidikan menengah
(SMA/MA/SMK)
2. Mengupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan pendidikan.
3. Mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dan sarana pendidikan.
4. Mengupayakan peningkatan produktivitas kerja dan menciptakan pelayanan yang dapat
memuaskan stakeholder pendidikan.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
5. Mendorong pengembangan kemampuan dan memberikan kesejahteraan kepada tenaga
kependidikan dalam melaksanakan tugas.
6. Mengupayakan peningkatan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan secara efesien dan
efektif sesuai dengan perkembangan iptek.
2.3.3. Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan makro ekonomi Kota Bandung pada tahun 2008 semakin menunjukan
perkembangan yang cukup signifikan yang berdampak pada semakin membaiknya kondisi pendidikan
dan kesehatan Kota Bandung. Berikut disampaikan indikator-indikator ekonomi Kota Bandung yang
dapat dijadikan sebagai indikator kasar kondsi daya beli masyarakat.
1. PDRB Kota Bandung pada tahun 2007 (atas dasar harga berlaku) sebesar Rp 51.321.181,
sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp 61.841.832, yang berarti mengalami kenaikan
sebesar Rp 10.520.651 atau 20,52%. Hal ini mengindikasikan bahwa secara agregat
kinerja prekonomian Kota Bandung mengalami peningkatan signifikan, adapun
peningkatan tersebut merupakan kontribusi dominan sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta industri pengolahan.
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tahun 2008 (atas dasar harga konstan) sebesar 8,29%,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 8,24%, berarti mengalami kenaikan sebesar 0,05%.
Kenaikan ini mengindikasikan bahwa tingkat investasi naik sebesar Rp 5.405.271.206.138.
3. Inflasi Kota Bandung pada tahun 2008 sebesar 10,23%, sedangkan pada tahun 2007
sebesar 5,21%, berarti menunjukan peningkatan sebesar 5,02%. Peningkatan inflasi ini
sebagian besar disebabkan oleh kenaikan berbagai komoditas pada kelompok bahan
makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sumbangan dua
kelompok tersebut mencapai 5,7%, atau membentuk lebih dari 50% inflasi Kota Bandung.
4. Indeks Daya Beli pada tahun 2007 sebesar 64,27 menunjukan kenaikan dibandingkan
dengan Indeks Daya Beli tahun 2006 sebesar 64,04, yang berarti terdapat peningkatan
pola konsumsi dan perbaikan kemampuan untuk membelanjakan kebutuhan mendasar
sebesar 0,23%.
Dari informasi tersebut di atas, yang menjadi indeks komposit dari Indikator Pembangunan
Manusia (IPM) diperoleh hasil perhitungan yang menunjukan adanya kenaikan IPM, dari tahun 2007
sebesar 78,09 menjadi 78,33 pada tahun 2008, atau kenaikan sebesar 0,24%. Berdasarkan data
dimaksud mengindikasikan terjadinya perubahan berupa penigkatan pembangunan di sektor kesehatan
masyarakat, perekonomian-kesejahteraan masyarakat dan pendidikan masyarakat Kota Bandung.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
HASIL REVIEW
Review RAD-PK dilakukan dengan menggali informasi dari pihak-pihak yang pernah terlibat
dalam penyusunan awal RAD-PK. Informasi juga diperoleh dari pihak-pihak lain yang dianggap
berkepentingan terhadap RAD-PK. Informasi tentang pelaksanaan siklus penyusunan dan pelaksanaan
RAD-PK merupakan refleksi kepatuhan daerah terhadap Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.
Siklus penyusunan RAD-PK terdiri atas pembentukan tim penyusun, penyusunan draft RAD-
PK, Pelaksanaan Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP), Penyempurnaan drat RAD-PK, Menuangkan
RAD-PK dalam peraturan (legalisasi) dan mensosialisasikannya, pelaksanaan RAD-PK dan
Pembentukan Tim Monitoring dan Evaluasi RAD-PK.
Keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan adalah keterkaitan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD),
Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja (RENJA), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD pelaksana RAD-PK. Keterkaitan tersebut dilihat dengan
cara membandingkan pernyataan program dan kegiatan yang tercantum dalam matrik RAD-PK dengan
pernyataan program dan kegiatan yang tercantum dalam dokumen perencanaan lainnya. Keterkaitan
diklasfikasikan kedalam 3 kelas yaitu: sama, mirip dan tidak adanya pernyataan dalam dokumen
perencanaan lainnya.
Persepsi stakeholder terhadap RAD-PK didasarkan pada respon responden terhadap berbagai
pernyataan yang diajukan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Relevansi
2. Efektivitas
3. Efesiensi
4. Koordinasi & kerjasama
5. Keberlanjutan tercakup di dalamnya peluang dan kendala/tantangan
6. Dampak
3.1. Hasil Review terhdap Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK di
Kota Bandung
Tabel 3.1 Nilai dan Kategori Tahapan Siklus Penyusunan RAD-PK di Kota Bandung
No Tahapan Siklus Nilai Kategori
1 Pembentukan Tim perumus 4 Baik
2 Penyusunan Draft RAD-PK 3 Cukup
3 Kampanye dan Konsultasi Draft RAD-PK 4 Baik
4 Penyempurnaan Dokumen RAD-PK 3 Cukup
5 Legalisasi dan sosialisasi RAD-PK 4 Baik
6 Pelaksanaan RAD-PK 4 Baik
7 Pembentukan Tm Kormonev 5 Baik
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.1. Nilai dan Kategori Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK Kota Bandung
3.2 . Keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Tabel 3.2 Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan RPJMD
Tabel 3.3. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan RKPD
No RADPK
RKPD Kota Bandung
Kategori Pernyataan Sama (%)
Pernyataan Mirip (%)
Pernyataan Tidak ada (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 67 16 16 Tinggi
Tabel 3.4. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK Renstra SKPD
No RADPK
RENSTRA SKPD
Kategori Pernyataan Sama (%)
Pernyataan Mirip (%)
Pernyataan Tidak ada (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 64 14 22 Tinggi
012345
Pembentukan Tim Perumus (BAIK)
Penyusunan Draft RAD-PK (CUKUP)
Kampanye dan Konsultasi Publik
(BAIK)
Penyempurnaan Draft RAD-PK (CUKUP)
Legalisasi dan Sosialisasi RAD-PK
(BAIK)
Pelaksanaan RAD-PK (BAIK)
Pembentukan Tim Kormonev (BAIK)
Nilai Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK
No RAD-PK
RPJMD
Kategori Pernyataan Sama (%)
Pernyataan Mirip (%)
Pernyataan Tidak ada (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 66 19 16 Tinggi
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Tabel 3.5. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan Renja SKPD
No RADPK
RENJA SKPD
Kategori Pernyataan Sama (%)
Pernyataan Mirip (%)
Pernyataan Tidak ada (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 71 14 16 Tinggi
Tabel 3.6. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan RKA SKPD
No RADPK
RKA SKPD
Kategori Pernyataan Sama (%)
Pernyataan Mirip (%)
Pernyataan Tidak ada (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 71 14 16 Tinggi
Tabel 3.7. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan DPA SKPD
No RADPK
DPA SKPD
Kategori Pernyataan Sama (%)
Pernyataan Mirip (%)
Pernyataan Tidak ada (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 69 12 19 Tinggi
3.3. Persepsi Terhadap RAD-PK
a. Profil Responden
Bagan 3.2. Komposisi responden berdasarkan Jenis kelamin
Laki-Laki53%
Perempuan47%
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.3 Komposisi responden berdasarkan Golongan Umur
Bagan 3.4 Komposisi responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
b. Persepsi tentang Relevansi RAD-PK
Bagan 3.5. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dan
Pelaksanaan RAD-PK penting bagi Kota Bandung dalam Upaya Pemberantasan
Korupsi
< 30 tahun13%
31 - 40 tahun23%> 40 tahun
64%
Komposisi Responden Berdasarkan Golongan Umur
PNS76%
LSM20%
Wartawan4%
Komposisi Responden BerdasarkanJenis Pekerjaan
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4751
3 0 0
Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK penting bagi Kota Bandung dalam upaya pemberantasan korupsi
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.6. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dan
pelaksanaan RAD PK merupakan pelaksanaan visi dan misi Kota Bandung
Bagan 3.7. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dan
pelaksanaan RAD PK merupakan keharusan bagi pemerintah Kota Bandung
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
31
68
1 0 0
Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK merupakan pelaksanaan visi misi Kota Bandung
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
37
55
8
0 0
Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK merupakan keharusan bagi pemerintah Kota Bandung
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.8. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dokumen
RAD-PK merupakan tuntutan masyarakat
Bagan 3.9. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK dibutuhkan oleh
masyarakat
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
11
58
31
0 0
Penyusunan dokumen RAD PK merupakan tuntutan masyarakat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
12
78
10
0 0
RAD PK dibutuhkan oleh masyarakat
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.10. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa isu prioritas RAD-PK
dibahas bersama-sama dengan masyarakat
Bagan 3.11. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa program dan kegiatan
RAD-PK merupakan usulan/kebutuhan masyarakat
05
101520253035404550
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
18
45
37
0 0
Isu prioritas RAD PK dibahas bersama-sama dengan masyarakat.
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
14
64
18
50
Program dan kegiatan RAD PK merupakan usulan/kebutuhan masyarakat
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
c. Persepsi tentang Efektifitas RAD-PK
Bagan 3.12. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa tahapan proses
penyusunan RAD-PK berjalan dengan baik
Bagan 3.13. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa semua tahapan
penyusunan RAD-PK berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5
67
28
0 0
Tahapan proses penyusunan RAD PK berjalan dengan baik
05
1015202530354045
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5
41 39
16
0
Semua tahapan penyusunan RAD PK berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.14. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa dokumen RAD-PK
ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah dalam waktu yang singkat
Bagan 3.15. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa setiap tahapan proses
penyusunan RAD-PK mencapai hasil yang direncanakan
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
24
47
29
0 0
Dokumen RAD PK ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah dalam waktu yang singkat
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
29
51
18
2 0
Setiap tahapan proses penyusunan RAD PK mencapai hasil yang direncanakan
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.16. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Peraturan Kepala Daerah
tentang RAD-PK disosialisasikan seluruh lapisan masyarakat
Bagan 3.17. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa masyarakat mengetahui
proses dan substansi penyusunan RAD-PK
05
1015202530354045
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4043
17
0 0
Peraturan Kepala Daerah tentang RAD PK disosialisasikan seluruh lapisan masyarakat
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
24
39
30
15
Masyarakat mengetahui proses dan substansi penyusunan RAD PK
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.18. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD yang ditetapkan menjadi pilot menyusun rencana tindak lanjut setelah ada peraturan Kepala Daerah
Bagan 3.19. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD pilot
mensosialisasikan program/kegiatan pelaksanaan RAD-PK kepada masyarakat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
20
73
3 50
SKPD Pilot menyusun Rencana Tindak Lanjut setelah ada peraturan Kepala Daerah
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
25
50
25
0 0
SKPD pilot mensosialisasikan program/kegiatan pelaksanaan RAD PK kepada masyarakat
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
d. Persepsi tentang Efisensi RAD-PK
Bagan 3.20. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa dana yang dialokasikan
untuk proses penyusunan RAD-PK memadai
Bagan 3.21. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa hasil yang dicapai dari
seluruh tahapan proses penyusunan, seimbang dengan besarnya biaya yang
dialokasikan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5
3741
11
5
Dana yang dialokasikan untuk proses penyusunan RAD PK memadai
05
1015202530354045
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5
41 39
16
0
Hasil yang dicapai dari seluruh tahapan proses penyusunan, seimbang dengan besarnya biaya yang dialokasikan
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.22. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada pertanggung-
jawaban pengelolaan dana yang dialokasikan untuk penyusunan RAD-PK
Bagan 3.23. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD pilot
mengalokasikan dana untuk pelaksanaan kegiatan yang dimuat dalam dokumen
RAD-PK
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
24
47
29
0 0
Ada pertanggungjawaban pengelolaan dana yang dialokasikan untuk penyusunan RAD PK
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
12
70
3
15
0
SKPD pilot mengalokasikan dana untuk pelaksanaan kegiatan yang dimuat dalam dokumen RAD PK
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.24. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD pilot melakukan
internal audit atas dana pelaksanaan kegiatan Aksi Daeah Pemberarantasan
Korupsi
e. Persepsi tentang Koordinasi Penyusunan dan Pelaksanaan RAD-PK
Bagan 3.25. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa stakeholder memperoleh
informasi kegiatan penyusunan RAD-PK
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
SKPD pilot melakukan internal audit atas dana pelaksanaan kegiatan Aksi Daeah Pemberarantasan Korupsi
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
27
56
17
0 0
Stakeholder memperoleh informasi kegiatan penyusunan RAD-PK
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.26. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa koordinasi dengan
pemerintah pusat berjalan dengan baik
Bagan 3.27. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa koordinasi dengan
pemerintah pusat dilakukan atas inisiatif daerah
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
21
70
9
0 0
Koordinasi dengan pemerintah pusat berjalan dengan baik
05
101520253035404550
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
22
48
29
1 0
Koordinasi dengan pemerintah pusat dilakukan atas inisiatif daerah.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.28. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pertemuan stakeholder
dikoordinir oleh Bappeda
Bagan 3.29. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa koordinasi memudahkan
penyelesaian penyusunan program/kegiatan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
10
74
16
0 0
Pertemuan stakeholder dikoordinir oleh Bappeda
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
32
54
13
1 0
Koordinasi memudahkan penyelesaian penyusunan program/kegiatan
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
f. Persepsi tentang Dampak RAD-PK
Bagan 3.30. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa stakeholders terlibat
dalam proses penyusunan RAD-PK
Bagan 3.31. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa kinerja SKPD pelaksana
RAD-PK menjadi lebih baik
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
22
70
80 0
Stakeholders terlibat dalam proses penyusunan RAD PK
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
22
61
16
1 0
Kinerja SKPD Pelaksana RAD PK menjadi lebih baik
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.32. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Masyarakat menyatakan
puas atas pelayanan yang diberikan SKPD
Bagan 3.33. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa kasus korupsi semakin
menurun
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
20
67
13
0 0
Masyarakat menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan SKPD
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
18
70
85
0
Kasus korupsi semakin menurun
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.34. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa masyarakat makin
percaya pada pemerintah
g. Persepsi terhadap Peluang RAD-PK
Bagan 3.35. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pencegahan korupsi
harus menjadi prioritas Kota Bandung
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
27
7
54
75
Masyarakat makin percaya pada pemerintah
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
27
36
2017
0
Pencegahan korupsi harus menjadi prioritas Kota Bandung
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.36. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK harus
dilaksanakan setiap tahun
Bagan 3.37. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa setiap tahun pemerintah
harus menetapkan minimal satu program bebas korupsi di setiap SKPD
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
14
28
42
16
0
RAD PK harus dilaksanakan setiap tahun
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
9
36 36
17
1
Setiap tahun pemerintah harus menetapkan minimal satu program bebas korupsi di setiap SKPD
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.38. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pencegahan korupsi
harus menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun masyarakat
Bagan 3.39. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pemerintah dan
masyarakat bisa bekerjasama untuk pencegahan korupsi
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
14
46
39
1 0
Pencegahan korupsi harus menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun masyarakat
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
20
29
47
50
Pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama untuk pencegahan korupsi
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.40. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa masyarakat bisa
mendorong upaya percepatan pemberantasan korupsi
Bagan 3.41. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Masyarakat dapat
berperan serta menyusun aksi pemberantasan korupsi berbasis budaya setempat
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
18
3539
8
0
Masyarakat bisa mendorong upaya percepatan pemberantasan korupsi
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4
35
51
81
Masyarakat dapat menyusun aksi pemberantasan korupsi berbasis budaya setempat
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
h. Persepsi tentang kendala RAD-PK
Bagan 3.42. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa sumber dana untuk
penyusunan program anti korupsi kurang memadai
Bagan 3.43. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pencegahan korupsi
belum menjadi prioritas dalam penyusunan program tahunan daerah
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1
24
3638
1
Sumber dana untuk penyusunan program anti korupsi kurang memadai
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
3
18
3834
7
Pencegahan korupsi belum menjadi prioritas dalam penyusunan program tahunan daerah.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.44. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada pihak-pihak yang
menentang upaya percepatan pemberantasan korupsi
Bagan 3.45. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada kebijakan baik di
pusat maupun daerah yang berbenturan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1
19
38
2220
Ada pihak-pihak yang menentang upaya percepatan pemberantasan korupsi
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
2
24
11
53
11
Ada kebijakan baik di pusat maupun daerah yang berbenturan
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.46. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK belum terpadu
dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah
Bagan 3.47. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada kesulitan melibatkan
masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1
2318
45
12
RAD PK belum terpadu dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah
05
1015202530354045
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
1
16
33
41
9
Ada kesulitan untuk melibatkan masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD PK
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
i. Persepsi terhadap keberlanjutan RAD-PK.
Bagan 3.48. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa penyusunan
program/kegiatan secara partisipatif perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan
Bagan 3.49. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa perlu strategi
pemberantasan korupsi berbasis masyarakat
0
10
20
30
40
50
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
26 26
47
1 0
Penyusunan program/kegiatan partisipatif perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan
05
101520253035404550
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
20
30
49
1 0
Perlu strategi pemberantasan korupsi berbasis masyarakat
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.50. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK harus menjadi
rencana aksi bersama antara pemerintah dan masyarakat
Bagan 3.51. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa harus ada proses
monitoring dan evaluasi (Monev) RAD-PK berbasis partisipasi masyarakat
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
23
56
18
3 0
RAD PK harus menjadi rencana aksi bersama antara pemerintah dan masyarakat
0
5
10
15
20
25
30
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
28 2927
16
0
Harus ada Monev RAD PK berbasis partisipasi Masyarakat
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.52. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa harus ada penyesuaian
RAD-PK setiap tahun
3.4. Tingkat Persepsi Terhadap RAD-PK
a. Tingkat Relevansi RAD-PK
Tabel 3.8 Perolehan Skor Relevansi RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK penting bagi Kota Bandung dalam upaya pemberantasan korupsi
657 740 88.78 Tinggi
2 Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK merupakan pelaksanaan visi misi Kota Bandung
636 740 85.95 Tinggi
3 Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK merupakan keharusan bagi pemerintah Kota Bandung
635 740 85.81 Tinggi
4 Penyusunan dokumen RAD PK merupakan tuntutan masyarakat 562 740 75.95 Tinggi
5 RAD PK dibutuhkan oleh masyarakat 595 740 80.41 Tinggi
6 Isu prioritas RAD PK dibahas bersama-sama dengan masyarakat. 563 740 76.08 Tinggi
7 Program dan kegiatan RAD PK merupakan usulan/kebutuhan masyarakat
571 740 77.16 Tinggi
Jumlah 4219 5180 81.45 Tinggi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
19
41
1417
9
Harus ada penyesuaian RAD PK setiap tahun
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
b. Tingkat Efektivitas RAD-PK
Tabel 3.9 Perolehan Skor Efektivitas RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Tahapan proses penyusunan RAD PK berjalan dengan baik
557 740 75.27 Tinggi
2 Semua tahapan penyusunan RAD PK berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
497 740 67.16 Sedang
3 Setiap tahapan proses penyusunan RAD PK mencapai hasil yang direncanakan 585 740 79.05 Tinggi
4 Dokumen RAD PK ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah dalam waktu yang singkat
602 740 81.35 Tinggi
5 Peraturan Kepala Daerah tentang RAD PK disosialisasikan seluruh lapisan masyarakat 626 740 84.59 Tinggi
6 Masyarakat mengetahui proses dan substansi penyusunan RAD PK 556 740 75.14 Tinggi
7 SKPD yang ditetapkan menjadi pilot menyusun Rencana Tindak Lanjut setelah ada peraturan Kepala Daerah
603 740 81.49 Tinggi
8 SKPD pilot (prioritas) mensosialisasikan program/kegiatan pelaksanaan RAD PK (Rencana Tindak Lanjut) kepada masyarakat
592 740 80.00 Tinggi
Jumlah 4,618 5,920 78.01 Tinggi
c. Tingkat Efisiensi RAD-PK
Tabel 3.10 Perolehan Skor Efisiensi RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Dana yang dialokasikan untuk proses penyusunan RAD PK memadai 483 740 65.27 Sedang
2 Hasil yang dicapai dari seluruh tahapan proses penyusunan, seimbang dengan besarnya biaya yang dialokasikan
497 740 67.16 Sedang
3 Ada pertanggungjawaban pengelolaan dana yang dialokasikan untuk penyusunan RAD PK
585 740 79.05 Tinggi
4 SKPD pilot mengalokasikan dana untuk pelaksanaan kegiatan yang dimuat dalam dokumen RAD PK
561 740 75.81 Tinggi
5 SKPD pilot melakukan internal audit atas dana pelaksanaan kegiatan Aksi Daeah Pemberarantasan Korupsi
579 740 78.24 Tinggi
Jumlah 2705 3700 73.11 Sedang
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
d. Tingkat Koordinasi dalam Penyusunan dan Pelaksanaan RAD-PK
Tabel 3.11 Perolehan Skor Koordinasi RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Stakeholder memperoleh informasi kegiatan penyusunan RAD-PK
607 740 82.03 Tinggi
2 Koordinasi dengan pemerintah pusat berjalan dengan baik
610 740 82.43 Tinggi
3 Koordinasi dengan pemerintah pusat dilakukan atas inisiatif daerah.
577 740 77.97 Tinggi
4 Pertemuan stakeholder didikoordinir oleh Bappeda 583 740 78.78 Tinggi
5 Koordinasi memudahkan penyelesaian penyusunan program/kegiatan
619 740 83.65 Tinggi
Jumlah 2996 3700 80.97 Tinggi
e. Tingkat Dampak RAD-PK
Tabel 3.12 Perolehan Skor Dampak RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Stakeholders terlbat dalam proses penyesunan RAD PK
612 740 82.70 Tinggi
2 Kinerja SKPD dalam RAD PK menjadi lebih baik
597 740 80.68 Tinggi
3 Masyarakat menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan SKPD
603 740 81.49 Tinggi
4 Kasus korupsi di daerah menurun 592 740 80.00 Tinggi
5 Masyarakat makin percaya pada pemerintah 509 740 68.78 Sedang
Jumlah 2,913 3,700 78.73 Tinggi
f. Tingkat Peluang RAD-PK
Tabel 3.13 Perolehan Skor Peluang RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Pencegahan korupsi harus menjadi prioritas Kota Bandung 553 740 74.73 Tinggi
2 RAD PK harus dilaksanakan setiap tahun
505 740 68.24 Sedang
3 Setiap tahun pemerintah harus menetapkan minimal satu program bebas korupsi di setiap SKPD
499 740 67.43 Sedang
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
4 Pencegahan korupsi harus menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun masyarakat
550 740 74.32 Tinggi
5 Pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama untuk pencegahan korupsi
538 740 72.70 Sedang
6 Masyarakat bisa mendorong upaya percepatan pemberantasan korupsi
536 740 72.43 Sedang
7 Masyarakat dapat menyusun aksi pemberantasan korupsi berbasis budaya setempat
492 740 66.49 Sedang
Jumlah 3673 5180 70.91 Sedang
g. Tingkat Kendala RAD-PK
Tabel 3.14 Perolehan Skor Kendala RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Sumber dana untuk penyusunan program anti korupsi kurang memadai
423 740 57.16 Sedang
2 Pencegahan korupsi belum menjadi prioritas dalam penyusunan program tahunan daerah
411 740 55.54 Sedang
3 Ada pihak-pihak yang menentang upaya percepatan pemberantasan korupsi
381 740 51.49 Sedang
4 Ada kebijakan baik di pusat maupun daerah yang berbenturan
375 740 50.68 Sedang
5 RAD PK belum terpadu dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah 379 740 51.22 Sedang
6 Ada kesulitan untuk melibatkan masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD PK
386 740 52.16 Sedang
Jumlah 2,355 4,440 53.04 Sedang
h. Tingkat Keberlanjutan RAD-PK
Tabel 3.15 Perolehan Skor Keberlanjutan RAD-PK
No INDIKATOR Skor
Kenyataan Skor
Harapan Persen
Kenyataan Kategori
1 Penyusunan program/kegiatan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan
558 740 75.41 Tinggi
2 Perlu strategi pemberantasan korupsi berbasis masyarakat
546 740 73.78 Tinggi
3 RAD PK harus menjadi rencana aksi bersama antara pemerintah dan masyarakat 591 740 79.86 Tinggi
4 Harus ada Monev RAD PK berbasis persepsi Masyasyarakat
548 740 74.05 Tinggi
5 Harus ada penyesuaian RAD PK setiap tahun
508 740 68.65 Sedang
Jumlah 2,751 3,700 74.35 Tinggi
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
PEMBAHASAN HASIL REVIEW
Menyikapi Inpres No. 5 Tahun 2004
tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi,
Pemerintah Kota Bandung telah mengeluarkan
Peraturan Walikota Bandung No. 891 Tahun 2008
Tentang rencana Aksi Daerah Pemberantasan
Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung Tahun 2009 -
2013.
Penyusunan RAD-PK tersebut terlaksana
atas fasilitasi Bappenas dan Kemitraan untuk
Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia yang
dilakukan pada tahun 2008. Langkah-langkah pencegahan tindakan korupsi seperti yang tercantum
dalam RAD-PK Kota Bandung antara lain adalah:
1. Penyempurnaan sistem pelayanan publik yang meliputi:
a) Peningkatan pelayanan bidang perijinan
b) Peningkatan pelayanan pendidikan
c) Peningkatan pelayanan kesehatan
d) Peningkatan pelayanan bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran
2. Penyempurnaan Manajemen keuangan daerah yang meliputi:
a) Penyempurnaan pengadaan barang dan jasa
b) Rekruitmen kebutuhan SDM pelaksana pengadaan barang dan jasa
3. Penyempurnaan sistem manajemen pemerintahan yang meliputi:
a) Reformasi SDM aparatur pemerintah
b) Penataan kelembagaan
c) Optimalisasi PAD
d) Peningkatan investasi
e) Pengembangan dan pemanfaatan e-government
Dalam Matriks RAD-PK Kota Bandung seperti yang tersaji pada Lampiran 2, terdapat 1 BUMD
dan 9 SKPD yang merupakan SKPD pelaksana RAD-PK yakni
1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT),
2. Dinas Pendidikan (Disdik),
3. Dinas Kesehatan (Dinkes),
4. Dinas Kebakaran (Diskar),
5. Perusahan Daerah Air Minum (PDAM),
6. UPT e-Procurement,
7. Badan Kepegawain Daerah (BKD),
8. Biro Organisasi–Setda
9. Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
10. Badan Komunikasi dan Informasi (Bakominfo).
Sebagaimana disampaikan pada bagian awal bahwa, sejak ditetapkannya Peraturan Walikota
Bandung Nomor 891 tahun 2008 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi Kota Bandung
Tahun 2009 - 2013, maka review dilakukan pada Bulan Nopember 2010 telah mencatat berbagai
capaian maupun tanggapan dan penilaian. Capaian, tanggapan dan penilaian tersebut dibagi ke dalam
4 pokok pembahasan yakni :
1. Capaian berdasarkan pelaksanaan Siklus RAD-PK
2. Penilaian tentang keterkaitan RAD-PK dengan berbagai dokumen perencanaan lainnya
3. Tanggapan atau persepsi tentang RAD-PK
4. Inisiatif atau inovasi-inovasi untuk percepatan pencegahan korupsi di Kota Bandung
4.1. Capaian berdasarkan Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK di
Kota Bandung
Penyusunan RAD-PK erat kaitannya dengan proses perencanaan pembangunan daerah.
Sebagai lembaga yang mempunyai tugas merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan perencanaan
pembangunan, Bappeda diharapkan dapat mengkoordinasikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
serta berbagai stakeholder lainnya dalam rangka penyusunan RAD-PK. Bappeda diharapkan bisa
memegang kendali koordinasi perencanaan pemberantasan korupsi lintas bidang dan lintas sektor serta
mengintegrasikannya ke dalam rencana-rencana pembangunan jangka panjang, menengah dan
tahunan.
Pelaksanaan Siklus penyusunan RAD-PK di Kota Bandung sebagian besar termasuk pada
katagori Baik, kecuali pada tahap penyusunan draft RAD-PK dan tahap penyempurnaan draft RAD-PK,
termasuk pada katagori Cukup.
1. Pembentukan Tim Perumus
Kualitas suatu perencanaan akan dipengaruhi oleh sejauhmana kematangan dalam tahap
persiapan, sedangkan legitimasinya dari sisi partisipasi ditentukan oleh seberapa jauh keterlibatan para
pemangku kepentingan. Tahapan persiapan perumusan RAD-PK meliputi diskusi persiapan dan
pembentukan tim penyusun RAD-PK.
Diskusi persiapan adalah diskusi terbatas yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan
koordinasi antara pemerintah dan pemerintah daerah bersama para stakeholders terkait untuk
mempersiapkan langkah teknis penyusunan RAD-PK. Diskusi ini bertujuan untuk pengenalan terhadap
RAD-PK, membangun persamaan persepsi, komitmen bersama, serta identifikasi awal isu pelayanan
publik yang rawan korupsi.
Penyelenggaraan diskusi persiapan penyusunan RAD-PK Kota Bandung diawali dengan
difasilitasi Bappenas dan Kemitraan. Selanjutnya ditindaklanjuti diskusi persiapan yang diselenggarakan
Bappeda Kota Bandung dengan mengahadirkan narasumber dari Bappenas. Diskusi-diskusi internal
antar SKPD yang dicalonkan menjadi SKPD pelaksana, dilakukan beberapa kali tanpa kehadiran
Bappenas pada Bulan Mei sampai dengan Juni 2008. Peserta diskusi persiapan adalah perwakilan
pemerintah daerah (SKPD), Inspektorat, namun tanpa kehadiran anggota DPRD. Dalam diskusi-diskusi
persiapan ini dihasilkan pemahaman terhadap RAD-PK, penetapan jadwal dan tahapan proses
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
penyusunan RAD-PK, usulan pembentukan tim penyusun RAD-PK, serta gambaran umum usulan isu
proritas yang akan dicantumkan dalam RAD-PK.
Mengingat RAD-PK merupakan rencana aksi daerah yang mencakup seluruh bidang
perencanaan pemberantasan korupsi di daerah, maka tim penyusun semestinya melibatkan unsur para
pemangku kepentingan, seperti unsur dari Perguruan Tinggi, asosiasi/organisasi profesi, LSM dan
unsur SKPD lain yang sangat terkait dengan pelaksanaan RAD-PK. Namun upaya mengkoordnasikan
berbagai pihak untuk menjadi anggota tim perumus tidaklah mudah karena masing-masing perwakilan
dari stakeholder mempunyai kepentingan dan kesibukan di kelembagaannya masing-masing.
“…….Kami menghadapi kendala dalam menyamakan persepsi tentang RAD-PK kepada setiap SKPD
pelaksana RAD-PK, karena orang yang mewakili SKPD yang bersangkutan selalu berbeda-beda pada
setiap pertemuan pembahasan persiapan penyusunan RAD-PK.” (Kamelia Purbani, Bappeda Kota
Bandung)
Hal tersebut terungkap pula dari FGD review RAD-PK, bahwa perwakilan dari SKPD dan non
pemerintah berbeda-beda pada setiap seri pelaksanaan diskusi, sehingga materi diskusi persiapan
penyusunan RAD-PK selalu di ulang-ulang.
”.......Kami sering diundang untuk membahas persiapan penyusunan RAD-PK, namun kesulitan untuk
keluar kantor karena harus selalu siap meyelesaikan berbagai permohonan perizinan.Oleh sebab itu
orang yang mewakili SKPD selalu berbeda-beda bergantung pada orang yang mempunyai waktu
kosong” (Sugiharto, BPPT Kota Bandung)
Meskipun tim perumus RAD-PK hanya terdiri dari unsur pemerintah saja namun dikukuhkan
dengan Surat Keputusan Walikota Bandung. Berdasarkan lampiran SK Walikota tersebut tim penyusun
terdiri Ketua dari Bappeda, Sekretaris dari Inspektorat dan para anggota tim dari Bappeda, Sekretariat
Daerah dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung. Secara teknis, tim yang dibentuk melalui SK
Walikota tersebut ini tidak melakukan serial pertemuan untuk menyusun draft RAD-PK. Hal ini
disebabkan para anggota tim yang dibentuk tersebut adalah para pejabat yang tidak melakukan
kegiatan teknis penyusunan draft RAD-PK. Agar penyusunan RAD-PK dapat dilakukan, maka Bappeda
sebagai koordinator penyusunan RAD-PK membentuk tim/panitia adhoc yang diketuai oleh Sekretaris
Bappeda. Selanjutnya, Kepala Bappeda melalui Surat Perintah No. 800/bapp/2008 memerintahkan
kepada panitia adhoc untuk melaksanakan workshop penyusunan Draft Dokumen RAD-PK Kota
Bandung.
Berdasarkan hasil penilaian tim review, pembentukan tim penyusun RAD-PK di Kota Bandung
mendapatkan kategori Baik. Hal ini berarti Kota Bandung tampaknya telah terbiasa membentuk tim
adhoc walaupun masih didominasi oleh perwakilan dari unsur pemerintah. Namun demikian perlu pula
diperhatikan kapasitas tim perumus yang sudah dibentuk tersebut agar pada penyusunan RAD-PK di
masa yang akan datang menjadi jauh lebih baik dengan mempertahankan capaian yang sudah ada.
2. Penyusunan Draft RAD-PK
Draft (rancangan awal) RAD-PK sangat penting dalam menentukan kualitas seluruh proses
penyusunan RAD-PK. Rancangan awal RAD-PK menginformasikan tentang isu prioritas dalam RAD-
PK, rancangan program dan kegiatan untuk masing-masing isu prioritas yang mengarah pada upaya
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
perbaikan tata pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah maupun peningkatan pelayanan publik
dalam kerangka pencegahan korupsi. Rancangan awal RAD-PK berfungsi sebagai bahan kajian yang selanjutnya dibahas dalam
Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP) guna menyempurnakan dan menetapkan. Rancangan RAD-PK
Kota Bandung ini disusun oleh Panitia/Tim adhoc penyusun yang telah dibentuk sebelumnya. Dari hasil
temuan lapangan, rancangan awal (draft) RAD-PK disusun secara internal oleh tim teknis Bappeda
termasuk penentuan isu prioritas.
“……Pada awalnya kami kesulitan untuk menyusun Draft RAD-PK karena tidak ada pedoman teknis
terkait dengan itu. Setelah kami berkonsultasi dengan Bappenas dan mendapatkan bantuan teknis,
kami memperoleh contoh RAD-PK sehingga kami berhasil menyusun draft RAD-PK” (Kamalia Purbani,
Bappeda)
Namun demikian pertemuan-pertemuan tersebut tidak dilakukan secara serial dengan SKPD
pelaksana sehingga pembahasan lebih mendalam terhadap isu prioritas tidak banyak dilakukan.
“…..Perubahan SOTK di lingkungan pemerintahan mengakibatkan perwakilan SKPD yang sejak awal
mengikuti perkembangan proses persiapan penyusunan RAD-PK ternyata banyak berpindah tugas ke
SKPD/SOTK atau bidang lain. Inilah salah satu faktor penyebab proses koordinasi penyusunan RAD-PK
menjadi terhambat (Farhan Akbar, Bappeda)
Bappeda Kota Bandung juga mengakui adanya kendala untuk melakukan serial pertemuan
secara khusus untuk membahas isu prioritas dan draft RAD-PK. Hal yang sama diakui oleh pihak SKPD
yang juga tidak terlalu banyak tahu tentang proses penyusunan dan pembahasan isu prioritas dan draft
RAD-PK.
“…..Kami lupa siapa yang dulu ditugaskan untuk menghadiri pembahasan draft RAD-PK dan kami
sendiri baru diingatkan kembali bahwa Kota Bandung sekarang telah mempunyai RAD-PK, Padahal
hampir seluruh isu, program dan kegiatan yang tercantum dalam matrik RAD-PK sebenarnya adalah
program dan kegiatan peningkatan pelayanan publik yang selama ini kami lakukan” (Dadang, Dinas
Pendidikan.)
Karena berbagai kepentingan dan kegiatan di masing-masing SKPD, proses koordinasi dengan
SKPD hanya dilakukan melalui klarifikasi isu prioritas yang akan diusung masing-masing SKPD. Proses
penyusunan draft RAD-PK lebih didominasi oleh tim internal Bappeda. Namun demikian secara
keseluruhan pelaksanaan penyusunan draft RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori Cukup.
Tersusunnya draft RAD-PK sebelum dilakukan kampanye dan konsultasi publik ini
menggambarkan bahwa pemerintah Kota Bandung sudah mempunyai kehendak untuk menjadikan
RAD-PK sebagai salah satu dokumen perencanaan dalam percepatan pemberantasan korupsi. Namun
demikan masih perlu lebih banyak berkonsultasi dengan pihak lain yang berkompeten untuk
memperoleh bantuan teknis penyusunan draft RAD-PK dimasa mendatang.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
3. Pelaksanaan Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP)
Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP) merupakan salah satu tahapan untuk menjaga kualitas
sekaligus pertanggungjawaban terhadap masyarakat mengenai proses yang sedang dilakukan. KKP
dalam penyusunan RAD-PK ditujukan untuk mensosialisasikan rancangan RAD-PK sekaligus
mendapatkan masukan terhadap substansi serta proses penyusunan, penetapan, pelaksanaan dan
Monev RAD-PK. Selain itu, KKP juga bertujuan untuk menyamakan persepsi para pemangku
kepentingan mengenai RAD-PK. Pelaksana teknis KKP dalam penyusunan RAD-PK adalah Bappeda
bekerjasama dengan Bappenas.
Kampanye dan Konsultasi Publik tersebut dilakukan pada tanggal 23 - 24 Agustus 2009
bertempat di Auditorium Rosada, Balaikota Bandung dan dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah
(SKPD), perwakilan masyarakat (LSM), organisasi profesi, perguruan Tinggi, dan media massa.
Pelaksanaan KKP oleh dengan melibatkan berbagai pihak tersebut menggambarkan adanya
mekanisme pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan.
4. Penyempurnaan Dokumen RAD-PK
Secara prosedur panitia pelaksana KKP menyampaikan hasil pelaksanaan KKP kepada Tim
Penyusun RAD-PK untuk proses penyempurnaan. Penyempurnaan draft/rancangan dokumen RAD-PK
adalah tahap finalisasi dokumen RAD-PK setelah melalui proses kampanye dan konsultasi publik.
Penyempurnaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa rancangan dokumen RAD-PK telah memenuhi
syarat yang layak untuk dilegalisasi. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam penyempurnaan ini meliputi
validitas data, sistematika penulisan, substansi pembahasan, pemilihan bab dan sub bab, redaksional,
dan kelengkapan matriks RAD-PK.
Mengacu pada siklus penyusunan RAD-PK, maka setelah Kampanye dan Konsultasi Publik
(KKP), Tim Perumus/penyusun semestinya melakukan proses penyempurnaan dan mendorong proses
merumuskan dan menetapkan kerangka hukum atau peraturan tentang RAD-PK. Namun demkian,
sampai akhir bulan Oktober 2008 draft RAD-PK hasil KKP yang dilaksanakan tanggal 23 - 24 Agustus
2008 tersebut belum sampai ke Bagian Hukum Pemerintah Kota untuk diproses menjadi Peraturan
Walikota.
Keterlambatan disebabkan oleh:
1) Tim perumus belum melakukan klarifikasi draft program dan kegiatan hasil KKP dengan
SKPD-SKPD yang menjadi pelaksana RAD-PK
2) Secara internal tim penyusun di Bappeda sedang mengerjakan beberapa pekerjaan yang
sama penting antara lain perumusan RPJMD Kota Bandung Tahun 2009 - 2013,
penyusunan Renstra Bappeda, maupun pelaksanaan evaluasi berbagai proyek/kegiatan
menjelang penutupan Tahun Anggaran 200811.
Keterlambatan itu disebabkan oleh padatnya pekerjaan di Bappeda. Tim yang tadinya menangani
RAD-PK melakukan kegiatan lain seperti penyusunan RPJMD serta evaluasi berbagai kegiatan
lainnya. Sementara itu SDM yang memahami tentang RAD-PK sangat terbatas (Dewi Gartika,
Bappeda)
11
Laporan Kegiatan workshop penyempurnaan Draft RAD-PK Kota Bandung
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Mengatasi berbagai kendala tersebut tim bantuan teknis dari Kemitraan dan Bappenas dan
Bappeda bersepakat untuk mempercepat proses penyempurnaan RAD-PK Kota Bandung melalui
kegiatan workshop. Kesepakatan untuk menyelenggarakan workshop tersebut dibahas bersama
dengan perwakilan pihak Bappeda Kota Bandung, pada tanggal 30 Oktober 2008 di Yogyakarta pada
kesempatan pelatihan dan adopsi metode Suvey CRC. Selanjutnya disepakati workshop
penyempurnaan dilaksanakan pada tanggal 19 - 20 November 2008
Penyempurnaan rancangan dokumen RAD-PK dilaksanakan oleh Tim Penyusun bersama
SKPD pelaksana RAD-PK. Tim teknis dari SKPD pelaksana yang tercantum dalam RAD-PK dihadirkan
dalam pertemuan ini dan selanjutnya tim teknis dari SKPD melaporkan hasil pertemuan kepada kepala
SKPD untuk selanjutnya menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan RAD-PK oleh SKPD yang
bersangkutan.
Penyempurnaan RAD-PK dilakukan melalui workshop penyempurnaan RAD-PK dengan
menghadirkan setiap SKPD pelaksana yang tercantum dalam draft RAD-PK. Workshop
penyempurnaan RAD-PK Kota Bandung berlangsung di Aula Bappeda Kota Bandung pada tanggal 19 -
20 November 2008. Sebelum workshop dilakukan, Bappeda menyampaikan Draft Matrik RAD-PK
kepada SKPD untuk dibahas terlebih dahulu secara internal di masing-masing SKPD. Workshop ini
dihadiri perwakilan dari SKPD-SKPD yang menjadi pelaksana dalam RAD-PK, yakni:
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Kebakaran
Bappeda
Bagian Organisasi
BPPT
Inspektorat
Workshop penyempurnaan Draft RAD-PK tersebut dihadiri pula oleh perwakilan dari Bappenas.
Pada hari pertama tidak semua SKPD yang diundang mengirimkan perwakilannya termasuk dari bagian
hukum Setda Kota Bandung juga tidak hadir. Oleh sebab itu pada hari pertama hanya melakukan
klarifikasi program dan kegiatan oleh masing-masing SKPD. Review subtansi draft RAD-PK dibahas
pada hari kedua tanggal 20 November 2008. Penyempurnaan draft RAD-PK dilakukan melalui diskusi
kelompok dan pleno. Walaupun tidak terlalu banyak perubahan, hasil diskusi pleno dan klarifikasi
program/kegiatan menghasilkan beberapa penyempurnaan matrik RAD-PK, yaitu dengan:
Merumuskan strategi pencapaian
Menyusun keterkaitan dengan Program Jangka Menengah
Secara keseluruhan keluaran yang diharapkan dari workshop penyempurnaan draft RAD-PK dapat
dicapai.
Setelah proses workshop penyempurnaan draft RAD-PK, tim adhoc dari Bappeda yang terus
secara aktif merumuskan dan menyusun penyempurnaan draft RAD-PK tanpa banyak melibatkan
SKPD terkait. Ini dikarenakan tim adhoc Bappeda hnya mengganggap kehadiran dari perwakilan SKPD-
SKPD hanya diberikan kesempatan pada waktu mendapatkan masukan atas draft RAD-PK. Menurut
pihak Bappeda hal ini dilakukan agar penyempurnaan draft RAD-PK yang akan diajukan kepada
Bagian Hukum Setda Kota Bandung dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Walaupun pelaksanaan workshop penyempurnaan draft RAD-PK tidak melibatkan perwakilan
dari pihak non pemerintah namun workshop lintas SKPD ini mengindikasikan adanya koordinasi internal
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
diantara kelembagaan pemerintah dalam penyusunan RAD-PK. Secara umum pelaksanaan
penyempurnaan draft RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori Cukup.
5. Legalisasi dan Sosialisasi RAD-PK
Legalisasi adalah tahapan pelembagaan dokumen RAD-PK dalam bentuk Peraturan Walikota.
Penetapan peraturan Walikota dimaksudkan untuk menguatkan RAD-PK secara hukum sehingga
mengikat semua pihak terutama SKPD pelaksana RAD-PK yang telah ditetapkan.
Proses legalisasi RAD-PK diawali oleh penyusunan rancangan Peraturan Walikota tentang
RAD-PK oleh Tim Penyusun dan melaporkan capaian-capaian yang telah dihasilkan oleh tim penyusun
RAD-PK. Selanjutnya tim penyusun menyerahkan dokumen RAD-PK dan rancangan Peraturan
Walikota tentang RAD-PK ke Bagian Hukum Sekretariat Daerah untuk diproses dan ditetapkan sebagai
Peraturan Walikota. Upaya legalisasi ini merupakan tanggung jawab Bagian Hukum di Sekretariat
Daerah dan tim penyusun bertugas memantau proses legalisasi yang dilakukan oleh Bagian Hukum
Setda.
Sebenarnya penyusunan rancangan/draft peraturan Walikota mengenai RAD-PK adalah tugas
Bagian Hukum Setda Kota Bandung, namun pada prakteknya penyusunan rancangan/draft peraturan
wlikota tersebut sepenuhnya dilakukan oleh tim penyusun RAD-PK yang dikoordinir oleh Bappeda.
Setelah RAD-PK dilegalisasi melalui Peraturan Kepala Daerah, semestinya Peraturan Walikota
tersebut disosialisasikan. Sosialisasi kebijakan adalah proses penyampaian kebijakan dan dokumen
RAD-PK kepada seluruh SKPD dan publik. Tujuan utama sosialisasi RAD-PK antara lain untuk
meningkatkan pemahaman, persamaan persepsi dalam melaksanakan isi dari Peraturan Walikota
tentang RAD-PK.
RAD-PK Kota Bandung telah dilegalisasi melalui Peraturan Walikota No. 891 tentang Rencana
Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi Tahun 2009 - 2013, tertanggal 19 Desember 2009. Matrik RAD-
PK pernah disosialisasikan melalui media cetak (surat kabar) dan dimasukkan Berita Daerah Kota
Bandung. Namun demikian masyarakat masih kesulitan untuk memperoleh informasi RAD-PK secara
lengkap, termasuk matrik program dan kegiatan RAD-PK Kota Bandung.
“…..Sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, proses sosialisasi program dan kegiatan
yang tercantum dalam matrik RAD-PK adalah tugas SKPD yang bersangkutan, bukan Bappeda.
Sedangkan sosalisasi terkait dengan RAD-PK sebagai sebuah Peraturan Walikota adalah tugas Bagian
Hukum Setda. Jika sosialisasi RAD-PK kami lakukan juga, walaupun sifatnya hanya membantu, akan
tetap dianggap sebagai potensi pelanggaran atas peraturan yang berlaku” (Kamalia Purbani, Bappeda)
Walaupun sudah masuk dalam berita daerah, tidak banyak SKPD pelaksana yang mengetahui
dan memahami subtansi dari RAD-PK. Ketidakpahaman terjadi pula pada sebagian besar aparat
inspektorat yang seharusnya berperan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK. Padahal
pada Inpres No. 5 Tahun 2004, disyaratkan untuk dibentuknya Tim Kormonev dalam untuk
memonitoring dan mengevaluasi RAD-PK dan peran sebagi coordinator dari Tim Kormonev ini ditingkat
Provinsi, Kota/Kabupaten berada di tangan Inspektorat.
“…..dulu kami pernah diundang dan menghadiri pertemuan dalam rangka sosialisasi persiapan
penyusunan RAD-PK. Namun hingga saat ini kami belum pernah menerima Peraturan Walikota tentang
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RAD-PK secara resmi dari pihak manapun, kami tidak tahu matrik RAD-PK, sampai tim review RAD-PK
datang. (Iis, Dinas Kebakaran)
Kondisi diatas menggambarkan bahwa RAD-PK di Kota Bandung cenderung pada pemenuhan
kewajiban administratiif, karena secara teknis tidak banyak dijadikan sebagai dokumen perencanaan
yang setara dengan dokumen lainnya oleh SKPD-SKPD pelaksana
“.....kalau tidak salah RAD-PK ini pernah di bicarakan sejak 3 tahun lalu, saya tahu karena pernah
diundang Bappenas dalam rangka sosialisasi RAN-PK dan RAD-PK. Sekarang Bandung mempunyai
Peraturan Walikota tentang RAD-PK. Terus terang kami belum begitu paham posisi dan peran RAD-PK
di SKPD. Walaupun kami tidak paham, namun sosialisasi tentang peningkatan pelayanan BPPT telah
kami lakukan semaksimal yang kami mampu dengan memanfaatkan berbagai teknologi komunikasi dan
informasi (Giya dan Sony dari BPPT Kota Bandung)
Melihat kondisi tersebut, perlu sosialisasi secara khusus baik internal maupun kepada publik
agar terjadi persamaan persepsi tentang pentingnya RAD-PK sebagai sebuah kebijakan formal. Hal ini
penting dilakukan agar semua pihak memahami RAD-PK sebagai sebuah kebijakan formal mengikat
semua pihak.
Walaupun proses sosialisasi belum menyentuh hampir seluruh stakeholder namun dilihat dari
legalitas yang telah ditetapkan melalui Peraturan Walikota, maka proses legalisasi dan sosialisasi RAD-
PK Kota Bandung termasuk pada kategori Cukup.
6. Pelaksanaan RAD-PK
Pelaksanaan (implementasi) merupakan proses untuk mewujudkan rumusan kebijakan menjadi
tindakan dari kebijakan. Implementasi menjadi bagian yang sangat penting bagi proses pencapaian
tujuan yang berkaitan erat dengan keluaran dan atau produk-produk yang telah direncanakan dan
didesain untuk mendukung pencapaian manfaat RAD-PK.
Secara internal, program dan kegiatan yang diusulkan sebagai percontohan oleh SKPD-SKPD
pelaksana merupakan program dan kegiatan yang dihasilkan dalam forum SKPD dan terakomodir
dalam Renja dan RKA SKPD. Dengan demikian, pembiayaan program dan kegiatan RAD-PK di SKPD-
SKPD Pelaksana mengacu pada DPA masing-masing SKPD tersebut pada setiap tahun anggaran
sesuai dengan waktu pelaksanaan program/kegiatan yang ditetapkan lewat SK Kepala SKPD tentang
Rencana Tindak Lanjut (RTL) Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi.
Rencana tindak lanjut disusun oleh SKPD-SKPD Pelaksana RAD-PK secara internal dengan
melibatkan para aparat yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan pada SKPD tersebut.
Rencana tindak lanjut SKPD adalah dokumen pelaksanaan program RAD-PK yang dibuat oleh SKPD
pelaksana. Secara prinsipil, dokumen pelaksanaan (RTL) RAD-PK harus menjadi acuan program dan
kegiatan yang diakomodir ke dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD pada tahun
anggaran berjalan.
Tampaknya SKPD-SKPD pelaksanana tidak menyusun Rencana Tindak Lanjut untuk
memastikan adanya kesesuaian antara program dan kegiatan RAD-PK dengan rencana program dan
kegiatan di SKPD bersangkutan. Namun demikian bukan berarti bahwa RAD-PK tidak diakomodir
dalam program dan kegiatan SKPD pelaksana. Hal ini karena sejak awal penyusunan matrik RAD-PK
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
telah diupayakan sesuai antara isu prioritas RAD-PK dengan rencana program/kegiatan SKPD yang
bersangkutan.
“…..SKPD kami sudah jauh melangkah dalam upaya meningkatkan pelayanan yang menjadi tugas
pokok kami, program dan kegiatan yang tercantum dalam RAD-PK sudah kami lakukan sejak sebelum
RAD-PK disusun dan disosialisasikan. Adanya peningkatan pelayanan di SKPD tidak secara langsung
disebabkan karena adanya RAD-PK, tapi karena peraturan/perundangan lain yang mendorong kami
meningkatkan kualitas pelayanan publik” (Ricki, BPPT Kota Bandung)
Beberapa kegiatan RAD-PK memang tidak terakomodir dalam Renja/RKA/DPA Tahun 2009
dan 2010 dari SKPD-SKPD yang ada di Kota Bandung, akan tetapi beberapa SKPD-SKPD di Kota
Bandung telah melaksanakan kegiatan serupa, khususnya dalam memberikan pelayanan public yang
prima dan transparan. Walaupun tidak sejak dari awal setiap SKPD-SKPD pelaksana memahami RAD-
PK, namun pada umumnya program dan kegiatan SKPD-SKPD terintegrasi dengan program dan
kegiatan SKPD-SKPD yang sedang berjalan.
“…..jika program dan kegiatan yang tercantum dalam RAD-PK semuanya harus selaras (terkait) dengan
dokumen perencanaan lainnya, sebaiknya ada pertemuan khusus seluruh SKPD pelaksana untuk
melakukan teknis penyelarasan RAD-PK dengan dokumen lainnya” (Iis, Dinas Kebakaran).
Adanya perbedaan dalam menyikapi RAD-PK antar SKPD-SKPD pelaksana, maka perlu
dipikirkan adanya penghargaan khusus bagi SKPD-SKPD yang mampu mengintegrasikan RAD-PK
dengan program dan kegiatan SKPD-SKPD yang sedang berjalan dan mengimplementasikannya
dengan baik. Penghargaan ini diharapkan mampu memberikan peningkatan posisi dan peran RAD-PK
serta yang akan berdampak positif terhadap pelaksanaan RAD-PK di internal pemerintahan maupun
terhadap masyarakat secara lebih nyata.
Walaupun tidak didasarkan pada rencana tindak lanjut SKPD, namun dilihat dari kesesuaian
program dan kegiatan RAD-PK dengan dokumen perencanaan SKPD-SKPD lain, maka pelaksanaan
RAD-PK oleh SKPD-SKPD pelaksana termasuk pada katagori Baik.
7. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RAD-PK
Secara normatif, Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi merujuk kepada Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 120/KEPMEN.PAN/4/2006 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 94/KEPMEN.PAN/8/2005 tentang
Pedoman Umum Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi (Kormonev) dan Instruksi Presiden Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta kebijakan dan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Penanggungjawab utama monitoring dan evaluasi atas RAD-PK adalah Inspektorat Daerah dan
seharusnya pula melibatkan pihak eksternal seperti Lembaga Swadaya Masyarakat dan tenaga
profesional lainnya. Keterlibatan secara aktif komponen eksternal dapat diakomodasikan dalam bentuk
kelompok kerja untuk Monev RAD-PK.
Tim monitoring dan evaluasi atas RAD-PK dapat dibentuk oleh Inspektorat Daerah berdasarkan
Pedoman Monev yang diterbitkan oleh Kementrian PAN kemudian dikukuhkan melalui SK Kepala
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Daerah. Tugas utama tim monitoring dan evaluasi RAD-PK adalah melakukan pemantauan atas
pelaksanaan RAD-PK dan mengevaluasi capaian pelaksanaan RAD-PK pada akhir tahun anggaran.
Kota Bandung telah membentuk Tim Kormonev (koordinasi, monitoring dan evaluasi) yang
secara khusus akan memonitor dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan Inpres Nomor 5/2004 dan
Perwal Kota Bandung No. 891/2008 tentang RAD-PK.
Tampaknya peran Inspektorat sebagai Koordinator Kormonev RAD-PK belum berjalan secara
efektif. Hal ini diakui oleh SKPD-SKPD pelaksana RAD-PK yang menyatakan bahwa Inspektorat belum
memberikan teguran apapun terkait dengan pelaksanaan RAD-PK pada masing-masing SKPD.
Secara periodik Inspektorat mengevaluasi kinerja SKPD kami, namun belum pernah membahas secara
ekplisit kegiatan dan program SKPD seperti yang tercantum dalam matrik RAD-PK SKPD kami (Iis,
Dinas Kebakaran)
Walaupun belum menetapkan mekanisme dan agenda kerja serta membuat laporan hasil
monev RAD-PK yang dapat dibaca publik, namun pembentukan tim kormonev tersebut mengindikasi
adanya kelembagaan yang fungsinya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK.
“…..Inspektorat setiap tahun memonitor dan mengevaluasi kinerja SKPD, namun belum secara khusus
memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK, karena yang saya ketahui secara internal belum
melakukan konsolidasi terkait pelaksanaan RAD-PK (Riawati, Inspektorat.)
“ …..Tugas Bappeda dalam mengkoordiisasikan penyusunan RAD-PK sebenarnya sudah selesai
sampai dikeluarkannya Peraturan Walikota. Sedangkan monitoring dan evaluasi pelaksanaannya
adalah tugas dari tim kormonev dibawah koordinasi Inspektorat. (Kamalia Purbani Bappeda)
Dengan terbentuknya Tim Kormonev maka tahapan pembentukan Tim montoring dan evaluasi
dari siklus penyusunan RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori Baik.
4.2. Keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Lainnya Program dan kegiatan yang tecantum dalam matrik RAD-PK harus dapat dipastikan tercantum
pula dalam program dan kegiatan perencanaan lainnya Hal ini untuk memastikan seluruh rencana aksi
yang tercantum dalam matrik RAD-PK dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan. Oleh sebab itu format keterkaitan dokumen perencanaan dengan RAD-PK adalah
keterkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja (RENJA), Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD pelaksana RAD-PK.
Keterkaitan tersebut dilihat dengan cara membandingkan pernyataan program dan kegiatan yang
tercantum dalam matrik RAD-PK dengan pernyataan program dan kegiatan yang tercantum dalam
dokumen perencanaan lainnya.
Namun demikian dari hasil temuan ternyata tidak sepenuhnya kegiatan yang tercantum dalam
RAD-PK dari SKPD-SKPD pelaksana tercantum pula dalam dokumen perencanaan SKPD yang
bersangkutan.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
“…….sangat beresiko bagi kami jika program dan kegiatan RAD-PK dilaksanakan tetapi tidak selaras
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Bagi kami apabila hal itu terjadi maka akan menjadi
temuan yang membuat kami malah dianggap korupsi walaupun kami tahu RAD-PK justru ingin
mencegah korupsi”, oleh sebab itu apabila RAD-PK akan dilaksanakan harus terintegrasi dengan
dokumen perencanaan lain yang jauh lebih kuat dasar hukumnya (Ricky, BPPT Kota Bandung)
Keterkaitan antara program dan kegiatan RAD-PK dengan program dan kegiatan dokumen
perencanaan lainnya termasuk pada kategori Tinggi.
Adanya keterkaitan yang tinggi antara RAD-PK dengan dokumen lainnya mengindikasikan
bahwa secara administratif sistem perencanaan dan penganggaran RAD-PK Kota Bandung di SKPD-
SKPD pelaksana sudah berjalan dengan baik. Walaupun demikian, secara subtansi belum dapat
menjamin terjadinya peningkatan pelayanan public dan penurunan tindakan korupsi.
“…..RAD-PK Kota Bandung bisa hanya sekedar perencanaan, jika para pelaksana tidak mampu
mendobrak perilaku koruptif yang terkadang justru didorong oleh kultur masyarakat. Oleh sebab itu
selain perencanaan yang bersifat administratif juga diperlukan rencana aksi perubahan perilaku budaya
masyarakat yang berindikasi sebagai perbuatan korupsi, Misalnya kultur atau budaya penyampaian rasa
terimakasih berupa uang atau barang yang dapat dianggap sebagai gratifikasi atau pungutan liar.
Menurut saya harus diawali dengan kampanye mencintai Kota Bandung, karena tindakan melanggar
hukum yang dilakukan oleh birokrat maupun masyarakat pada intinya karena tidak mencintai Kota
Bandung. (Bulgan Alamin, Diskominfo).
4.3. Persepsi Terhadap RAD-PK Berdasarkan komposisi respon terhadap pernyataan indikator relevansi, masyarakat
cenderung mengharapkan pemberantasan korupsi melalui penyusunan RAD-PK harus menjadi prioritas
(Bagan 3.7). Selain karena merupakan kehendak politis yang diemban oleh Pemerintah Kota Bandung,
maka relevansi penyusunan RAD-PK di Kota Bandung juga disebabkan oleh kebutuhan dan tuntutan
masyarakat terhadap tindakan nyata terhadap pemberantasan korupsi (Bagan 3.9). Oleh sebab itu
masyarakat cenderung enggan untuk membahas isu prioritas yang serigkali memakan waktu lama
tanpa memberikan hasil nyata (Bagan 3.10).
Walaupun persepsi masyarakat terhadap relevansi penyusunan RAD-PK bervariasi, namun
apabila di kategorikan seluruh indikator relevansi menunjukkan kategori yang tinggi (Tabel 3.8). Hal ini
mempunyai makna pula bahwa RAD-PK telah menjadi dan harus menjadi prioritas karena sangat
dibutuhkan masyarakat. Oleh sebab itulah agar RAD-PK menjadi agenda bersama maka masyarakat
harus dilibatkan dalam proses penyusunannya. Selain itu masyarakat menganggap bahwa upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi telah menjadi komitmen Pemerintah Kota Bandung dan telah
ada tindakan nyata dengan dikeluarkannya Perwal mengenai RAD-PK. Pengembangan strategi dan
publikasi serta inovasi peningkatan dan perbaikan pelayanan publik harus terus disosialisasikan dan
dipublikasikan, sehingga upaya pencegahan korupsi melalui peningkatan pelayanan public menjadi
perhatian bersama.
“…..walaupun selama ini BPPT mengacu pada standar kualitas berdasarkan ISO dalam mengukur
kualitas layanannya, namun RAD-PK masih tetap relevan untuk digunakan sebagai standard kinerja
SKPD sepanjang keberadaanya tidak hanya sekedar memenuhi aspek administrasi pemerintahan.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Penandatanganan fakta integritas belum tentu relevan karena yang diinginkan masyarakat adalah
tindakan nyata, bukan seremonial. Saya khawatir kebijakan yang tadinya ditujukan untuk mencegah
korupsi, justru menciptakan potensi terjadinya korupsi baru” (Ricki, BPPT Kota Bandung)
Berdasarkan komposisi respon atas efektivitas kegiatan penyusunan RAD-PK seperti yang
ditampilkan pada Bagan 3.12, bahwa seluruh tahapan penyusunan RAD-PK berjalan dengan baik.
Namun demikian masih terdapat kecenderungan responden meragukan akan pemahaman atas
subtansi penyusunan RAD-PK (Bagan 3.17). Begitu pula terdapat kecenderungan meragukan adanya
tindak lanjut sosialisasi RAD-PK kepada seluruh lapisan masyarakat oleh SKPD-SKPD pelaksana
(Bagan 3.19). Responden hanya menganggap bahwa Peraturan Walikota tentang RAD-PK hanya
dilakukan oleh Bappeda kepada SKPD-SKPD dan tidak dilanjutkan oleh SKPD-SKPD pelaksana
kepada masyarakat sebagai pemanfaat langsung dari layanan publik SKPD yang bersangkutan (Bagan
3.16). Kondisi inilah yang dikhawatirkan bahwa RAD-PK menjadi tidak efektif karena masyarakat tidak
memahami RAD-PK.
“…..sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, proses sosialisasi program dan kegiatan
yang tercantum dalam matrik RAD-PK adalah tugas SKPD yang bersangkutan, bukan Bappeda.
Sedangkan sosalisasi terkait dengan RAD-PK sebagai sebuah Peraturan Walikota adalah tugas Bagian
Hukum Setda. Jika sosialisasi RAD-PK kami lakukan sifatnya hanya membantu walaupun akan
berpotensi melanggar peraturan”. (Kamalia Purbani, Bappeda)
Secara keseluruhan nilai yang diperoleh berdasar skoring persepsi terhadap efektivitas
penyusunan RAD-PK termasuk pada kategori Tinggi (Tabel 3.9). Hal ini berarti bahwa RAD-PK telah
dipahami oleh masyarakat, sehingga menjamin efektivitas pelaksanaannya. Pemahaman masyarakat
terhadap RAD-PK mempunyai konsekuensi kepada pemerintah agar terus menyesuaikan/melakukan
revisi berdasarkan kondisi kebutuhan masyarakat.
“….Kota Bandung memang telah berhasil menyusun RAD-PK, namun efektivitasnya tidak hanya dilihat
dari keberhasilannya dalam menyusun matrik perencanaan program dan kegiatan RAD-PK, tapi harus
pula diukur sampai sejauh mana rencana itu dapat dilaksanakan. Saya melihat banyaknya berbagai
aturan yang bermaksud mencegah korupsi tapi justru menurunkan efektivitas perencanaan program dan
kegiatan di hampir di semua SKPD karena birokrat mensikapinya dengan rasa kekhawatiran melakukan
pelanggaran (Bulgan Alamin, Diskominfo)
Dilihat dari persepsi efsiensi tampaknya responden cenderung menghendaki adanya alokasi
anggaran untuk proses penyusunan RAD-PK (Bagan 3.20), begitu pula alokasi anggaran untuk
melaksanakan program dan kegiatan RAD-PK (Bagan 3.23). Selanjutnya alokasi dana baik untuk
penyusunan maupun pelaksanaan tersebut harus dipertanggungjawabkan melalui pelaksanaan audit
internal dan juga melibatkan auditor eksternal independen. Oleh sebab itu seluruh proses penyusunan
dan pelaksanaan RAD-PK harus mempertimbangkan jumlah alokasi dana yang tersedia (Bagan 3.21).
Tentu saja kehendak ini mengharuskan SKPD mengkaitkan program dan kegiatan RAD-PK dengan
program dan kegiatan yang tercantum pada dokumen perencanaan lain.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
“……pada saat penyusunan RAD-PK, kami kesulitan melaksanakannya karena, pada saat itu dana
untuk itu tidak teralokasikan sebelumnya, Keberhasilan penyusunan RAD-PK Kota Bandung tidak
terlepas dari adanya fasilitasi Bappenas dan Kemitraan”. (Kamalia, Bappeda Kota Bandung)
Kategori efisiensi berdasarkan persepsi responden baik keseluruhan maupun parsial termasuk
pada kategori Tinggi (Tabel 3.10). Hal ini berarti tidak perlu menambah pos anggaran baru karena
alokasi untuk kegiatan RAD-PK terintegrasi dalam dokumen rencana dan anggaran SKPD-SKPD
pelaksana.
“…..walaupun kami tidak tahu program dan kegiatan dalam Matrik RAD-PK yang menyangkut SKPD
kami. Namun seluruh kegiatan dalam RAD-PK dapat terakomodir dalam rencana kerja dan DPA SKPD,
walaupun tidak secara ekpilisit dinyatakan sebagai pelaksanaan progam dan kegiatan RAD-PK. (Iis,
Dinas Kebakaran)
Oleh sebab itu agar belanja APBD dilakukan secara efisien sekaligus program dan kegiatan
RAD-PK dapat dilaksanakan maka perlu adanya penegasan tentang dokumen RTL (Rencana Tindak
Lanjut) bagi tiap SKPD pelaksana RAD-PK.
Koordinasi penyusunan RAD-PK Kota Bandung secara keseluruhan termasuk pada kategori
tinggi. Hal ini ditunjukkan dari respon terhadap pernyataan bahwa koordinasi penyusunan RAD-PK
dilakukan selain dengan pemerintah pusat (Bappenas) maupun internal SKPD-SKPD pelaksana.
Selain itu responden menyatakan bahwa proses koordinasi dengan pemerintah pusat harus dilakukan
atas inisiatif sendiri. Hal ini berarti bahwa Pemerintah Kota Bandung sudah melakukan inovasi untuk
penataan kelembagaan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK.
Sementara itu dampak RAD-PK yang dirasakan masih bersifat internal pemerintah (Bagan 3.30
dan Bagan 3.31). Sementara dampak terhadap kepercayaan masyarakat atas kinerja pemerintah
sebagai akibat RAD-PK masih perlu dibuktikan (Bagan 3.34).
“……. berbagai aturan pencegahan korupsi seringkali direspon oleh birokrat dengan rasa khawatir
melakukan pelanggaran. Hal ini dapat dilihat dari daya serap alokasi dana dari program dan kegiatan di
Kota Bandung untuk Tahun 2010 sampai pertengahan akhir bulan Nopember masih kurang dari 50
persen. Apabila ini terjadi sampai berakhirnya Tahun 2010, maka yang dirugikan adalah masyarakat,
karena sebagian proses pembangunan yang direncanakan tidak terlaksana. Hal ini akan menurunkan
tingkat kepercayaan masyarakat” ( Bulgan Alamin, Diskominfo)
Peluang RAD-PK menjadi sebuah dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman penyearah
bagi upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi ditunjukkan dari persepsi yang menunjukkan
bahwa RAD-PK selain diperlukan oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai refleksi kepatuhan
administratif atas Inpres No. 5/2004 tetapi juga karena tuntutan kebutuhan masyarakat. Responden
berharap pemerintah lebih berinisiatif meningkatkan kualitas layanannya dibandingkan dengan hanya
menunggu tuntutan dari masyarakat (Bagan 3.41)
Secara keseluruhan kategori dampak RAD-PK termasuk pada kategori Tinggi. Hal ini berarti
bahwa responden meyakini bahwa RAD-PK akan sangat berkorelasi dengan upaya pemberantasan
korupsi di daerah. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi dampak pelaksanaan RAD PK dan pemberian
penghargaan bagi SKPD yang melakukan inovasi untuk percepatan pemberantasan korupsi.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Berbagai inovasi penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK tampaknya sangat dibutuhkan. Hal ini
diharapkan akan menguatkan dan mendayagunakan fungsi-fungsi yang sudah ada dalam pemerintahan
maupun masyarakat untuk percepatan pemberantasan korupsi di Kota Bandung. Beberapa SKPD yang
tupoksinya melakukan pelayanan yang berhubungan secara langsung dengan masyarakat telah
melakukan berbagai inovasi, misalnya Diskominfo menyediakan fasilitas komunikasi berbasis teknologi
informasi bagi siapapun yang menginginkan dokumen-dokumen formal seperti Perda Kota Bandung
yang telah diberlakukan dengan cara mengunduh (download) dari situs http://bandung.go.id atau
menyediakan sarana bagi kecamatan yang akan menyampaikan potensi wilayahnya melalui situs
internet. Begitu pula terkait dengan pengaduan masyarakat, selain mendirikan Unit Pengaduan
Masyarakat, juga melakukan kerjasama dengan media massa dengan membuat kolom “Hallo Kang
Dada” sebagai media bagi masyarakat untuk melakukan pengaduan terkait dengan pelayanan publik
yang dilakukan pemerintah. Hal yang sama juga dilakukan di BPPT Kota Bandung, dengan
menggunakan sistem pengaduan langsung di loket pelayanan, atau informasi kemajuan proses ijin
yang diajukan masyarakat secara online.
“…..Kami berupaya terus menciptakan berbagai inovasi untuk mengkomunikasikan berbagai informasi
terkait dengan Kota Bandung. Karena kami meyakini berbagai permasalahan yang terjadi dapat
diselesaikan melalui komunikasi dan informasi yang proporsional. Keluhan pelayanan publik yang terjadi
seringkali disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh (Win Sepridjal, Diskominfo Kota
Bandung).
Menurut persepsi responden kendala yang dihadapi dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK di Kota Bandung tidak banyak berpengaruh pada RAD-PK. Responden tidak yakin jika ada
anggapan bahwa kendala utama dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK disebabkan oleh
ketersediaan dana yang tidak memadai (Bagan 3.42). Responden juga tidak terlalu yakin jika RAD-PK
belum terpadu dengan siklus perencanaan dan anggaran Daerah sebagai sebuah kendala (Bagan
3.46). Kendala yang dianggap mengganggu adalah benturan antar kebijakan baik di tingkat pusat
maupun daerah (Bagan 3.45).
Secara keseluruhan kendala yang dihadapi dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
termasuk pada kategori Sedang. Ini berarti masih ada kendala dalam pembiayaan RAD-PK, karena
masih ada anggapan bahwa RAD-PK merupakan sebuah kegiatan/proyek tersendiri dan terpisah serta
belum terintegrasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Oleh
sebab itu perlu ada redesain RAD-PK baik dari sisi kebijakan, kelembagaan maupun mekanisme
pelaksanaan serta kerangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK.
Keberlanjutan RAD-PK di Kota Bandung menurut persepsi responden dapat dilakukan
sepanjang pemerintah tidak terlalu mengandalkan pada inisiatif masyarakat, tetapi harus atas dasar
inisiatif pemerintah (Bagan 3.48 dan 3.49). Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan Inpres No.
5/2004, bahwa pemberantasan korupsi harus diawali dari perbaikan internal pemerintah terlebih dahulu.
“……sebuah kebijakan hanya ramai dibicarakan diawalnya tapi kemudian tidak dibicarakan lagi karena
ada kebijakan lain yang baru. Saya harap RAD-PK tidak hanya hangat-hangat tahi ayam. Oleh sebab itu
upaya keberlanjutan pemberantasan korupsi termasuk RAD-PK harus disertai komitmen semua pihak
bukan hanya birokrat tapi juga masyarakat, walaupun harus diawali dengan komitmen dari birokrat
tertebih dahulu (Alwi Nasution, Dinas Kebakaran Kota Bandung).
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Responden tidak terlalu yakin bahwa penyesuaian RAD-PK yang dilakukan setiap tahun akan
menjamin keberlanjutan RAD-PK. Penyesuaian RAD-PK yang tidak berbasis pada kebutuhan
masyarakat justru hanya akan terjebak pada penyusunan RAD-PK yang sekedar memenuhi aspek
administrasi belaka dan tidak pada subtansi peningkatan pelayanan public dan memberantas korupsi
pada badan publik.
“…...menurut saya potensi terjadinya korupsi bukan hanya karena adannya celah dari sistem yang
diterapkan, tapi juga adanya dorongan dari masyarakat untuk melakukan korupsi. Oleh sebab itu
kampanye perubahan perilaku masyarakat yang koruptif seperti menyuap, memberikan bingkisan
kepada birokrat yang terkait dengan tugas juga harus pula dilakukan (Alwi Nasution, Dinas Kebakaran
Kota Bandung)
Pada awal penyusunan RAD-PK, Kota Bandung telah berhasil memetakan situasi pelayanan
publik rawan korupsi menjadi isu prioritas. Dilihat dari proses pemetaan yang didasarkan pada berbagai
data dan masukan berbagai pihak di lingkungan pemerintahan dan masyarakat, memang terindikasi
bahwa RAD-PK didasarkan pada konteks situasi lingkungan dan “kekinian”, walaupun pada proses
penyempurnaan draft RAD-PK tidak lagi banyak melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dan cenderung dianggap sebagai tanggung jawab Bappeda untuk menyempurnakannya.
Kehendak berbagai pihak memberantas korupsi tentu saja bukan sekedar menerbitkan
berbagai peraturan hukum, tapi juga bagaimana para pelaksana pemerintahan (birokrat) dan
masyarakat memandang situasi lingkungan terkait dengan kasus-kasus korupsi yang terjadi di
daerahnya dan melakukan upaya pemberantasannya secara nyata. Dari hasil review, penyusunan dan
pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung hingga saat ini masih dianggap relevan oleh masyarakat
sebagai bagian dari seluruh program pemberantasan korupsi yang telah ada, baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat maupun inisiatif daerah.
“…..korupsi terjadi jika ada kesempatan dan niat. Membatasi kesempatan sudah banyak dilakukan
melalui perubahan sistem administrasi dan keuangan pemerintahan. Sedangkan dari aspek penekanan
niat masih belum banyak dilakukan karena menyangkut perilaku individu. Penandatangan pakta
integritas sebagai upaya penekanan niat pada kenyataannya terkesan hanya “asesoris” belaka. Oleh
itu diperlukan upaya yang mampu menekan niat dan kesempatan dalam satu kebijakan, diantaranya
adalah RAD-PK (Wawan Supratman, Dosen Universitas Pasundan)
RAD-PK Kota Bandung yang secara administrasi dikukuhkan melalui Perwal No. 891 Tahun
2008, pada tahap implementasi selanjutnya belum tentu memberikan gambaran spesifik kebutuhan
masyarakat yang menyeluruh karena selain setiap pihak mempunyai kepentingan masing-masing yang
beragam, selain itu juga karena RAD-PK tersebut baru berumur kurang dari dua tahun. Namun
demikian dengan diberlakukannya RAD-PK yang dikukuhkan melalui Perwal tersebut menunjukkan
adanya kepatuhan terhadap apa yang diinstruksikan pemerintah pusat. Artinya sampai batas
pemenuhan instruksi yang bersifat normatif/administratif Kota Bandung sudah memenuhinya. Terbitnya
Perwal tentang RAD-PK memberikan arti penting bagi posisi dan peran RAD-PK ditengah-tengah
berbagai kebijakan dan peraturan yang mengarah pada pemberantasan korupsi. Tentu saja dari hasil
temuan di lapangan ada beberapa kalangan birokrat yang tidak terlalu paham subtansi menganggap
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RAD-PK akan sama nasibnya dengan kebijakan-kebijakan lain yang sudah membuktikan
ketidakefektifan dalam memberantas korupsi.
Kebijakan Walikota tentang RAD-PK dalam rangka memenuhi instruksi presiden tidak serta
merta dijabarkan oleh seluruh SKPD sebagai sesuatu yang harus ditindaklanjuti dengan Rencana
Tindak Lanjut (RTL). Beberapa SKPD malah tidak mengetahui secara terinci subtansi RAD-PK,
walaupun sebenarnya program dan kegiatan dari SKPD mereka tercantum dalam RAD-PK dan sudah
pula sebagai program dan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh SKPD yang bersangkutan.
Pencantuman rencana prioritas peningkatan pelayanan publik seperti program dan kegiatan
yang di lakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung ternyata tidak mengacu
pada RAD-PK, tetapi dilandaskan pada program lain yang berkaitan dengan upaya peningkatan
pelayanan. Hal yang terjadi di BPPT tersebut sebenarnya terjadi pula di seluruh SKPD-SKPD
pelaksana. Secara subtansial hal tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah karena pada intinya
program dan kegiatan yang dilakukan oleh SKPD yang bersangkutan adalah dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan public seperti yang diinginkan RAD-PK. Namun demikian secara
bertahap RAD-PK Kota Bandung diharapkan menjadi acuan dalam menetapkan perencanaan dan
penganggaran program dan kegiatannya di SKPD.
Berdasarkan temuan lapangan, RAD-PK tidak begitu populer dibandingkan dengan kebijakan
lain yang dilandaskan pada bentuk Undang-Undang maupun Keputusan Menteri, atau dengan kata lain
SKPD lebih “suka” menetapkan rencana program dan kegiatan berdasarkan UU atau Kepmen
dibandingkan RAD-PK.
Sudut pandang seperti ini justru akan melumpuhkan kreatifitas SKPD dalam menciptakan
inovasi peningkatan pelayanan publik
“….. sejak dulu kami berpkir untuk memperluas layanan informasi yang disebar melalui internet dengan
membuat situs blog. Disamping meningkatkan layanan informasi juga dapat memberikan potensi
pemasukan bagi SKPD tanpa membebani masyarakat dan APBD. Inovasi layanan belum kami lakukan
karena khawatir akan dijadikan sebagai temuan pelanggaran” (Win Sepridjal, Diskominfo)
Walaupun dilihat dari hasil analisis relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak maupun peluang
RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori tinggi, tetapi itu tidak menggambarkan subtansi dari
RAD-PK yang sebenarnya. Keberhasilan RAD-PK pada dasarnya adalah terjadinya peningkatan
pelayanan publik secara nyata sesuai dengan yang diharapkan dari matrik RAD-PK. Keterkaitan RAD-
PK dengan dokumen perencanaan lain seperti DPA SKPD tidak menjadi jaminan program dan kegiatan
RAD-PK dapat dilaksanakan, karena paradigma pelaksanaan program dan kegiatan saat ini berbasis
output bukan lagi berbasis daya serap anggaran.
“...apapun alasannya daya serap anggaran APBD untuk program dan kegiatan SKPD Kota Bandung
hingga pertengahan Nopember 2010 baru mencapai 43%. Sulit bagi SKPD untuk melaksanakan
program dan kegiatan sesuai rencana hingga akhir Ttahun 2010 dengan sisa waktu 1,5 bulan. Kondisi
ini akan berdampak pada kemajuan pembangunan Kota Bandung termasuk pembangunan sarana
pelayanan publik “. (Bulgan Alimin, Diskominfo)
Paradigma pelaksanaan program dan kegiatan yang berbasis output inilah yang menjadikan
strategi pelaksanaan RAD-PK dalam artian terlaksananya seluruh program dan kegiatan RAD-PK lebih
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
penting dibandingkan dengan aspek keterkaitan dengan dokumen yang cenderung administratif. Oleh
sebab itu pembahasan rencana tindak lanjut keterkaitan dokumen perlu pula dilanjutkan dengan strategi
teknis pelaksanaan seluruh program dan kegiatan RAD-PK secara lebih rinci di tingkat SKPD.
4.4. Inisiatif dan Inovasi Kota Bandung dalam Pemberantasan Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi saat ini sedang mengembangkan metode penilaian terhadap
instansi dan pemerintahan pusat maupun daerah dalam upaya pemberantasan korupsi yaitu PIAK
(Penilaian Inisiatif Anti Korupsi). PIAK adalah alat ukur untuk menilai kemajuan instansi publik dalam
mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di instansinya dengan menggabungkan penilaian
indikator kuantitatif dan kualitatif. PIAK mengukur suatu instansi dalam menerapkan sistem dan
mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungannya.
Berbeda dengan Survei Integritas (SI) yang memotret kualitas layanan yang diberikan instansi
publik kepada pengguna layanan dari sisi integritas, PIAK menilai inisiatif dari lembaga tersebut untuk
memperbaiki dirinya. Pada SI, penilaian didapat dari sisi pengguna layanan, sedangkan penilaian PIAK
dari sisi instansi itu sendiri. Sejalan dengan PIAK, RAD-PK juga melihat upaya perbaikan pelayanan
publik dilihat dari sisi instansi/SKPD.
Pada umumnya program dan kegiatan peningkatan pelayanan publik dalam rangka
pemberantasan korupsi di Kota Bandung didasarkan pada program yang bersifat nasional. Artinya
setiap Pemerintah Daerah melakukan program dan kegiatan yang sama. Namun demikian terdapat
beberapa kegiatan sebagai inisiatif daerah dari Kota Bandung seperti :
1. Kolom “Hallo Kang Dada” yang ditampilkan di Koran Tribun Jabar adalah kolom khusus bagi
warga Bandung untuk menyampaikan keluhan atas ketidakpuasan pelayanan publik di Kota
Bandung. Koodinator pelaksana Hallo Kang Dada ini adalah Dinas Komunikasi dan Informasi
Kota Bandung. Diskominfo mendistribusikan setiap keluhan kepada SKPD-SKPD yang
menangani keluhan itu untuk ditanggapi dan memberikan penjelasan atas keluhan tersebut.
2. Diskominfo juga mengkoordinaskan kegiatan dialog interaktif antara SKPD dengan masyarakat
yang dilakukan di Radio Sonata 47. Radio ini adalah Radio Siaran milik Pemerintah Daerah
Kota Bandung. Selain menjelaskan berbagai tugas pokok dan fungsi SKPD juga di membuka
sesi dialog interaktif dengan para pendengar terkait dengan layanan SKPD yang bersangkutan.
SKPD-SKPD secara periodik diberi kesempatan untuk menyampaikan kegiatan yang sedang
dan akan dilakukan yang berkaitan dengan masyarakat. Dalam acara ini SKPD-SKPD dapat
memanfaatkannya sebagai media untuk sosialisasi program.
3. Fasilitasi pembentukan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) oleh Diskominfo juga dapat
dianggap sebagai inisiatif daerah. Tujuan Pembentukan KIM ini antara lain adalah
meningkatkan pengetahuan warga atas berbagai bentuk program dan kegiatan dari SKPD-
SKPD yang ada di Kota Bandung. Diskominfo berharap masyarakat paham atas hak dan
kewajibannya sebagai warga Kota Bandung. Dalam KIM ini masyarakat dapat berdiskusi untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang terkait dengan fasilitas publik yang berada di
sekitar wilayah pembentukan KIM.
4. Penyebaran Kotak Kritik dan Saran yang ditempatkan di setiap SKPD-SKPD oleh pihak Setda
Kota Bandung, adalah sarana untuk memonitor kinerja SKPD-SKPD, sehingga berbagai
keluhan dan dan saran yang disampaikan masyarakat dapat disikapi dan ditindaklanjuti.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
5. Perbaikan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan melalui sistem yang terintegrasi melalui
Bandung Integrated Resources Management System (BIRMS). Harapannya, melalui sistem
yang terintegrasi ini proses perencanaan, penganggaran baik pengelolaan pendapatan dan
belanja daerah serta pengelolaan aset di Kota Bandung menjadi sebuah sistem yang padu dan
berbasis teknologi informasi.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK di Kota Bandung
Pelaksanaan siklus penyusunan RAD-PK
di Kota Bandung sebagian besar termasuk pada
katagori Baik kecuali pada tahap penyusunan draft
RAD-PK dan tahap penyempurnaan Draft RAD-PK,
termasuk pada katagori Cukup.
Pada awalnya proses penyusunan RAD-K
Kota Bandung agak tersendat, selain para anggota
tim penyusun yang dikukuhkan dengan SK
Walikota adalah pejabat SKPD juga karena
padatnya kegiataN di masing-masing SKPD.
Padatnya kegiatan administratif dan teknis SKPD-
SKPD di Kota Bandung tidak dijadikan pembenaran
bagi Bappeda untuk tidak melaksanakan tugasnya sebagai koodinator penyusunan RAD-PK.
Pemahaman akan beban tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan, membuat kendala yang
dihadapi menghasilkan inovasi dengan menerbitkan Surat Perintah Kepala Bappeda No.
800/bapp/2008 tentang Pembentukan Panitia Workshop Penyusunan RAD-PK. Panitia internal
Bappeda yang diketuai oleh Sekretaris Bappeda tersebut diperintahkan untuk menyelenggarakan
workshop dan mengkoordinasikan penyusunan RAD-PK hingga selesai.
Dengan Surat Perintah Kepala Bappeda tersebut, panitia adhoc menyelenggarakan tahapan
siklus penyusunan RAD-PK sampai menjadi Perwal No 891/2008. Inisiatif yang demikian ini dapat
dijadikan sebagai lesson learns atau base practice bagi daerah lain yang mempunyai kendala sama
terkait dalam melakukan koordinasi lintas SKPD dalam penyusunan RAD-PK. Pengalaman dan
keterbiasaan dalam menghadapi kendala teknis menghasilkan inovasi pemecahan masalah dengan
membentuk panitia adhoc yang mampu mengkoordnasikan keterlibatan berbagai pihak dalam
penyusunan RAD-PK. Proses dan pembentukan yang dilakukan tersebut menghasilkan penilaian atas
tahapan pembentukan Tim Penyusun RAD-PK dalalam kategori Baik
Penyusunan Draft RAD-PK lebih didominasi tim internal Bappeda, namun dalam penyusunan
matrik RAD-PK melibatkan SKPD-SKPD pelaksana dengan mengklarifikasi program dan kegiatan yang
telah dirancang. Ketidakterllibatan SKPD sejak awal dalam penyusunan Draft RAD-PK tersebut
menghasilkan penilaian pada tahapan penyusunan Draft RAD-PK termasuk pada kategori Cukup.
Jangka waktu Pelaksanaan KKP sejak tersusunnya Draft RAD-PK ternyata relatif lama,
karena berbagai kendala. Banyak faktor yang dihadapi, antara lain kesibukan menghadapi akhir tahun
anggaran yang mengharuskan semua SKPD mengevaluasi dan melaporkan seluruh kegiatan yang
dilaksanakan. Atas dorongan dari tim bantuan teknis akhirnya pelaksanaan KKP berlangsung dengan
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
melibatkan hampir seluruh perwakilan stakeholders. Walaupun sosialisasi KKP dilakukan pula melalui
media massa, namun tidak banyak masyarakat yang tahu tentang proses KKP RAD-PK Kota Bandung.
Keterlibatan berbagai pihak dan laporan pelaksanaan KKP yang dibuat disampaikan kepada Walikota
melalui Setda dan ditembuskan kepada Bappenas menandakan bahwa pelaksanaan KKP dinilai
dengan kategori Baik.
Pada tahap penyempurnaan Draft RAD-PK dilakukan workshop lintas SKPD, namun tidak
melibatkan perwakilan dari unsur non-pemerintah. Walaupun target output dari workshop ini dapat
tercapai, karena tidak melibatkan unsur non-pemerintah, maka penilaian proses penyempurnan
termasuk pada kategori cukup. Selanjutnya penyusunan dari hasil workshop sepenuhnya dilakukan
oleh tim internal Bappeda.
Pada proses legalisasi dan sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh Bidang Hukum Setda
pada kenyataanya draft/rancangan peraturan walikota dilakukan oleh tim internal Bappeda Hal ini
memang diakui pula oleh beberapa SKPD yang menganggap bahwa proses penyusunan draft Perwal
RAD-PK merupakan tugas Bappeda. Sementara Bappeda juga menganggap bahwa proses pelibatan
Bagian Hukum Setda sulit dilakukan karena pada umumnya rancangan berbagai produk hukum
dilakukan oleh SKPD pemohon dan Bagian Hukum hanya memberikan Nomor Perwal atau SK Walikota
untuk kemudian memasukkannya pada Berita Daerah. Selain itu Bappeda menganggap menyusun
rancangan Perwal tidak terlalu banyak perubahan yang berarti karena pada tahap KKP setiap SKPD
telah diklarifikasi dan diberikan kesempatan menyempurnakan draft RAD-PK, sehingga pada proses
menyusun rancangan Perwal tidak terlalu menghadapi hambatan yang berarti. Dalam jangka waktu
satu bulan sejak dilaksanakan workshop penyempuraan Perwal tentang RAD-PK Kota Bandung telah
diterbitan dalam bentuk Peraturan Walikota Nomor 891/2008 tertanggal 19 Desember 2008.
Pada pelaksanaan RAD-PK semua SKPD berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa SKPD telah melaksanakan program/kegiatan dalam kerangka percepatan pemberantasan
korupsi, dengan atau tidak bersumber dari RAD-PK. Bahkan beberapa SKPD telah melaksanakan
program dan kegiatan, melebihi yang tercantum dalam RAD-PK. Hal ini terlihat dari analisis keterkaitan
RAD-PK dengan dokumen perencanaan lainnya yang secara keseluruhan termasuk pada kategori
tinggi.
Pada tahapan monitoring dan evaluasi, walaupun telah dibentuk tim kormonev namun tim ini
belum menyusun mekanisme dan agenda kerja dalam rangka monitoring dan evaluasi RAD-PK. Hal ini
menunjukkan bahwa tim kormonev sama sekali tidak memahami kerangka umum monitoring dan
evaluasi. Pihak kesekretariatan Inspektorat juga mengakui bahwa yang memahami RAD-PK sangat
terbatas dan pihak Sekretariat Inspektorat merasa belum memiliki Perwal No. 891/2008 tentang RAD-
PK Kota Bandung.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyusunan berdasarkan siklus
adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan dalam proses penyusunan RAD-PK
2. Sosialisasi RAD-PK
3. Rencana Tindak Lanjut dan keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Perencanaan masing-
masing SKPD
4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
Keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan RAD-PK masih sangat rendah karena berbagai
kendala teknis yang dihadapi SKPD maupun Bappeda sebagai kordinator.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Perwakilan dari SKPD yang hadir tidak selalu tetap pada setiap serial diskusi yang dilakukan
dalam penyusunan draft RAD-PK Kota Bandung. Hal inilah yang menyebabkan diskusi pembahasan
agak tersendat karena setiap kali diskusi selalu menjelaskan ulang tentang RAD-PK dan kemajuan
yang telah dicapai. Walaupun bukanlah sebagai sebuah pembenaran, faktor utama yang menyebabkan
silih gantinya perwakilan SKPD-SKPD yang hadir dalam serial diskusi penyusunan draft RAD-PK Kota
Bandung, adalah keterbatasan sumberdaya manusi yang memiliki kapasitas dalam pemahaman akan
mekanisme pelayanan publik yang prima dan bebas korupsi, volume kegiatan SKPD yang terkesan
padat tak jelas dan adanya perubahan SOTK di internal Pemerintah Kota Bandung.
Ketidaktahuan adanya RAD-PK dan ketidakpahaman subtansi disusunnya RAD-PK di hampir
semua SKPD pelaksana merupakan indikasi bahwa proses sosialisasi belum dilaksanakan secara
optimal. Hal ini terkait dengan perbedaan persepsi kelembagaan yang bertanggungjawab
melaksanakan sosalisasi RAD-PK. Bappeda berpendapat bahwa RAD-PK adalah produk hokum, oleh
karena itu harus disosialisasikan oleh Bagian Hukum Setda kepada seluruh SKPD-SKPD pelaksana.
Selanjutnya masing-masing SKPD mensosialisasikan program dan kegiatan RAD-PK masing-masing
SKPD bersangkutan kepada publik. Sedangkan tugas Bappeda hanya sampai pada tersusunnya
Rancangan/Draft RAD-PK yang akan dajukan kepada Bagian Hukum Setda.
Sejak diterbitkannya Perwal RAD-PK dua tahun lalu, ternyata tidak ada satupun SKPD yang
mengaku bahwa program dan kegiatan yang dilakukan selama dua tahun terakhir ini mengacu pada
RAD-PK yang disusunnya. Acuan yang digunakan adalah dokumen perencanaan lain diluar RAD-PK.
Padahal kegiatan dan program selama dua tahun terakhir yang dilakukan oleh SKPD pelaksana adalah
program dan kegiatan yang juga tercantum dalam RAD-PK SKPD yang bersangkutan. Hal ini
mengindikasi ketidakpahaman SKPD pelaksana terhadap subtansi maksud dan tujuan penyusunan
RAD-PK. Ketidakpahaman ini diakui hampir semua SKPD-SKPD pelaksana.
Dorongan SKPD untuk menjadikan RAD-PK sebagai salah satu acuan dalam menetapkan
program dan kegiatan SKPD juga masih sangat lemah bahkan cenderung tidak ada. Hal ini disebabkan
karena:
1. Ketidaktahuan adanya RAD-PK
2. Tidak ada monitoring dan evaluasi dari tim kormonev dan inspektorat terkait dengan
RAD-PK
3. Tidak ada sanksi apapun apabila program dan kegiatan RAD-PK tidak dilaksanakan.
Faktor-faktor tesebut menyebabkan proses kegiatan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
tidak terlaksana di tingkat SKPD. Hal ini diindikasikan dari tidak adanya dokumen RTL di setiap SKPD.
Padahal pelaksanaan RTL merupakan jembatan untuk mengintegrasikan RAD-PK dengan dokumen
perencanaan lainnya. Keterkaitan program dan kegiatan RAD-PK dengan dokumen perencanaan lain di
SKPD semata-mata hanya adanya pernyataan yang sama atau hampir sama diantara keduanya dalam
rentang waktu Tahun 2009 s/d 2013. Namun tidak menggambarkan secara rinci strategi dan waktu
pelaksanaannya seperti yang seharusnya tergambarkan dalam suatu rencana tindak lanjut.
Ketercantuman program dan kegiatan yang sama antara RAD-PK dengan DPA pun tidak menjamin
bahwa program dan kegiatannya dilaksanakan. Hal ini dapat terjadi karena sampai pertengahan
Nopember 2009 dana yang dapat diserap dari APBD untuk melaksanakan kegiatan di Tahun Anggaran
2010 masih dibawah 50 persen dari yang direncanakan seluruh SKPD.
Seperti yang terpublikasikan di media massa bahwa Kota Bandung telah membentuk Tim
Kormonev Inpres No.4/2005. Namun tim yang terbentuk tersebut masih belum mempunyai mekanisme
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
dan agenda yang jelas dalam memontor pelaksanaan Inpres No. 4/2005 dan RAD-PK. Oleh sebab itu
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan RAD-PK belum efektif dilakukan. Padahal proses
monitoring dan evaluasi ini penting dilakukan agar RAD-PK betul-betul terinternalisasikan pada setiap
SKPD pelaksana dan dijadikan dokumen perencanaan yang diacu dalam menetapkan
program/kegiatan SKPD.
5.1.2. Keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Perencanaan Lain
Keterkaitan antara program dan kegiatan RAD-PK dengan Program dan Kegiatan dokumen
perencanaan lainnya termasuk pada kategori Tinggi. Namun dari hasil temuan ternyata tidak
sepenuhnya kegiatan yang tercantum dalam RAD-PK dari SKPD pelaksana tercantum pula dalam
dokumen perencanaan SKPD yang bersangkutan.
Penyusunan RAD-PK Kota Bandung, selain berdasarkan pada pertimbangan isu prioritas juga
didasarkan pada pertimbangan dokumen peraturan atau perencanaan yang telah ditetapkan sebelum
RAD-PK tersusun. Berbagai pihak menyatakan bahwa penyusunan yang tidak terkait dengan dokumen
perencanaan lainnya akan membuat RAD-PK hanya sekedar memenuhi aspek administrasi tanpa
dapat diimplementasikan.
5.1.3. Persepsi Terhadap RAD-PK Secara umum RAD-PK dinilai penting dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga
relevansi RAD-PK dikategorikan tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil survey Indeks Persepsi Korupsi
yang dilansir TII yang baru mencapai 5,04. Walaupun tidak menggambarkan kasus korupsi yang
sebenarnya. Penilaian adanya relevansi dari stakeholders ini menggambarkan bahwa RAD-PK dapat
dijadikan sebagai suatu program/kegiatan prioritas Pemerintah Kota Bandung. Pada tahap berikutnya
adalah bagaimana sikap Pemerintah Kota dalam melihat tingkat relevansi ini. Dalam hal ini dibutuhkan
komitmen Pemerintah Kota Bandung dalam rangka pemberantasan korupsi melalui upaya peningkatan
pelayanan publik dengan mempertimbangkan relevansi RAD-PK dan kasus-kasus ketidakpuasan publik
terhadap pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Bandung.
Meski relevan, tidak ada satupun SKPD yang menyusun rencana tindak lanjut dan menetapkan
program/kegiatan berdasarkan RAD-PK. Selain karena konsep dasar yang belum dipahami secara baik,
ketiadaan pedoman RAD-PK mempengaruhi efektifitas pelaksanaan RAD-PK termasuk ketidakadaan
pedoman pelaksanaan rencana tindak lanjut bagi SKPD yang harus mengejawantahkan RAD-PK dalam
bentuk strategi pelaksanaannya. Selain itu Peraturan Walikota tentang RAD-PK diyakini memberikan
jaminan bagi pelaksanaan RAD-PK secara lebih optimal di setiap SKPD. Untuk itu, perlu ada dorongan
dari pemerintah kota kepada SKPD agar secara konsisten melaksanakan program/kegiatan RAD-PK di
masing-masing SKPD. Hal ini dapat dilakukan melalui proses monitoring dan evaluasi RAD-PK,
penetapan panduan pelaksanaan rencan tindak lanjut dan format baku dokumen rencana tindak lanjut
yang mudah dipahami. Adanya program dan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan menggambarkan
mekanisme perencanaan yang belum optimal. Tentu saja hal ini dapat terjadi juga pada program dan
kegiatan yang telah disusun dalam matrik RAD-PK.
Responden berharap adanya alokasi anggaran untuk kegiatan RAD-PK sesuai kebutuhan.
Efisiensi juga bisa terjadi apabila program dan atau kegiatan RAD-PK sudah terintegrasi dalam
pelaksanaan tupoksi masing-masing SKPD. Oleh karena itu, semestinya RAD-PK dikembangkan
menjadi suatu konsepsi atau strategi yang pada gilirannya dapat mewarnai pelaksanaan tugas
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
keseharian semua SKPD. Efisiensi juga dapat dilakukan apabila melakukan kerjasama kelembagaan
baik dengan SKPD lain maupun pihak lainnya. Kerjasama ini akan menciptakan kegiatan peningkatan
pelayanan publik suatu SKPD tanpa harus menggunakan tambahan anggaran. Contoh di Dinas
Kebakaran Kota Bandung, misalnya dalam program dan kegiatan RAD-PK tercantum kegiatan
memberikan saran teknis membangun gedung yang aman dari bahaya kebakaran. Kegiatan ini
dilaksanakan tanpa menambah anggaran karena dikerjasamakan dengan BPPT Kota Bandung dalam
proses perijinan mendirikan bangunan.
Koordinasi antar stakeholder telah berjalan dengan baik. Walau pernah terjadi hambatan
administratif dan teknis. Namun dengan berbagai terobosan dan inovasi, berbagai hambatan koordinasi
tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Hambatan administratif yang menetapkan tim penyusun yang
tidak bisa bekerja secara teknis diatasi dengan membentuk tim teknis penyusunan RAD-PK
berdasarkan Surat Perintah Kepala Bappeda. Tim teknis penyusun inilah yang aktif mengkordinasikan
seluruh stakeholder dalam seluruh tahapan proses.
Walaupun penilaian dampak yang sebenarnya RAD-PK tidak diukur, namun semua setuju jika
RAD-PK ini dilaksanakan akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan kepuasan
masyarakat pada pelayanan publik, penurunan kasus korupsi dan peningkatan kepercayaan
masyarakat pada pemerintah. Beberapa pihak menyatakan sulit untuk melihat secara terpisah (parsial)
bahwa penurunan kasus korupsi yang terjadi disebabkan oleh RAD-PK. Karena upaya pemberantasan
korupsi juga dilakukan melalui berbagai kebijakan dan kelembagaan. Oleh sebab itu tidak bisa suatu
kebijakan mengklaim berhasil menurunkan kasus korupsi atau meningkatkan pelayanan publik. Namun
RAD-PK sebagai suatu kebijakan diharapkan dapat memberikan konstribusi dan bersinergi dengan
kebijakan lain dalam upaya pemberantasan korupsi. Kontribusi RAD-PK tentunya bukan hanya semata-
mata memenuhi azas kepatuhan belaka, tetapi secara nyata berdampak positif pada peningkatan
pelayanan publik dan pemberantasan korupsi.
Masyarakat meyakni jika RAD-PK mempunyai peluang besar untuk terus berlanjut. Hal ini
didasarkan pada dua pihak yaitu: pemerintah dan masyarakat. Dilihat dari komitmen pemerintah,
pertama, masyarakat meyakini bahwa Pemerintah Kota Bandung mempunyai komitmen dimana
pemberantasan korupsi sebagai prioritas, kedua, pemerintah akan menetapkan minimal satu SKPD
yang bebas korupsi per tahun. Dilhat dari sisi masyarakat, pertama, masyarakat akan mendorong
upaya pembertantasan korupsi dan kedua masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama mampu
memberikan perhatian dan bekerja sama memberantas korupsi.
Peluang RAD-PK sebagai salah satu upaya pemberantasan korupsi didukung pula oleh fakta
lapangan yang menunjukkan bahwa setiap SKPD berusaha mencapai pelayanan prima dengan ditandai
sertifikat ISO, dan beberapa SKPD telah memperoleh sertifikat tersebut. Selain itu setiap SKPD
berupaya menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dipublikasikan kepada publik untuk
ikut mengawasi pelaksanaanya. Dari sisi masyarakat, selain media massa cetak dan elektronik yang
memantau kinerja pelayanan publik, masyarakat pun mampu memberikan kritik dan keluhannya lewat
berbagi media.
Selain peluang, keberadaan RAD-PK pun menghadapi kendala. Kendala yang paling utama
adalah bahwa pemberantasan korupsi memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang harganya
relatif mahal. Beberapa pihak menyebutkan bahwa tidak mungkin pelayanan publik akan meningkat
apabila sarana pelayanan masih menggunakan peralatan konvensional. Pemanfaatan teknologi untuk
mendukung keterbukaan informasi diakui oleh beberapa SKPD memang sangat mahal, seperti
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
penyediaan computer dengan koneksi internet, serta sarana dan prasarana lainnya. Keterbatasan
anggaran dari APBD akan menyebabkan upaya pemberantasan korupsi melalui RAD-PK harus
dilakukan secara bertahap.
Masyarakat meyakini bahwa keberlanjutan RAD-PK juga sangat bergantung pada mekanisme
monitoring dan evaluasi. Sebab tanpa monitoring dan evaluasi arah program dan kegiatan akan
berjalan tidak sesuai dengan rencana. Dari aspek ini memang Pemerintah Kota Bandung belum efektif
malakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK. Mekanisme dan agenda kerja yang belum
ditetapkan oleh Tim Kormonev mengakibatkan laporan tentang pelaksanaan RAD-PK dari setiap SKPD
masih sangat kurang.
Khusus untuk keberlanjutan RAD-PK, semua sepakat bahwa RAD-PK harus dilanjutkan. Ini
membuktikan bahwa ada peluang yang cukup tinggi untuk keberlanjutan RAD-PK, namun juga ada
tantangan atau kendala yang juga cukup tinggi yang wajib diatasi dan diantisipasi. Artinya perlu upaya
yang serius untuk mengatasi kendala-kendala tersebut agar apa yang sudah dicapai pada saat ini dapat
dilanjutkan di masa yang akan datang dan menjadi lebih baik.
5.2. Rekomendasi
5.2.1. Rekomendasi Berdasarkan Proses Penyusunan RAD-PK
Mengacu hasil analisis pelaksanaan penyusunan RAD-PK, berdasarkan siklus diperlukan
berbagai perbaikan agar seluruh proses penyusunan RAD-PK dapat dilakukan lebih baik. Rekomendasi
terhadap pelaksanaan penyusunan RAD-PK adalah sebagai berikut:
1. Perlu kajian dan peningkatan kapasitas tim penyusun yang sudah dibentuk untuk
memastikan capaian yang sudah ada tetap berlanjut dan lebih ditingkatkan. Hal ini
dapat dilakukan melalui pelatihan faslitator bagi Tim Penyusun RAD-PK.
2. Diperlukan bantuan teknis (technical assistance) untuk penyusunan draft RAD-PK dan
meningkatkan kapasitas pemahaman konsep, strategi dan teknis kegiatan RAD-PK di
tingkat SKPD. Hal ini dapat dilakukan melalui pendampingan dalam menetapkan isu
prioritas rawan korupsi di SKPD masing-masing.
3. Perlu disusun Panduan Teknis Kampanye Konsultasi Publik Draft RAD-PK untuk
memastikan berjalannya konsultasi publik secara lebih baik. Hal ini dapat dilakukan
melalui penyelenggaraan pelatihan fasilitator KKP RAD-PK di tingkat Bappeda
4. Perlu ada panduan workshop penyempurnaan draft RAD-PK agar penyempurnaan
RAD-PK mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dapat dlakukan melalui penyusunan
panduan pelaksanaan workshop penyempurnaan draft RAD-PK oleh Bappeda.
5. Perlu dipertimbangkan model penghargaan bagi SKPD yang telah menetapkan
program dan kegiatan yang mengacu pada RAD-PK melalui pelaksanaan Rencana
Tindak Lanjut.
6. Perlu dipertimbangkan adanya penghargaan bagi SKPD yang melakukan inovasi
dalam upaya pemberantasan korupsi yang mengacu pada program dan kegiatan RAD-
PK.
7. Dipertimbangkan adanya penghargaan bagi daerah atau SKPD yang secara rutin
melakukan pelaporan secara periodik pelaksanaan RAD-PK maupun Inpres No.
5/2004.
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
5.2.2. Rekomendasi Berdasarkan Hasil Analisis Keterkaitan RAD-PK dengan
Dokumen Lain
1. Penegasan pentingnya melaksanakan Rencana Tindak Lanjut agar RAD-PK terintegrasi dengan
dokumen lainnya.
2. Perlu dipertimbangkan pelaksanaan workshop penyusunan dokumen Rencana Tindak Lanjut yang
dikoordinasikan oleh bappeda melalui tim penyusun RAD-PK
5.2.3. Rekomendasi berdasarkan hasil analisis persepsi terhadap RAD-PK
A. Relevansi
Melakukan sosialisasi dan publikasi pengembangan strategi dan publikasi inovasi
peningkatan dan perbaikan pelayanan publik agar masyarakat secara bersama-sama
memperhatikan dan memonitor pelaksanaan kinerja pengembangan dan inovasi pelayanan
publik. Hal ini dapat dilakukan melaui pemanfaatan media teknologi informasi internet,
elektronik dan cetak yang pada pelaksanaannya dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
media massa baik swasta maupun milik pemerintah
B. Efektivitas
Revisi atau penyesuaian kembali RAD-PK khususnya matrik RAD-PK yang dapat
dilakukan setiap tahun atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tahap peningkatan
pelayanan publik yang telah dicapai. Hal ini dapat didahului dengan pelaksanaan survey
kepuasan konsumen melalui metode CRC, hasil analisis kompilasi pengaduan dan saran dari
kotak saran dan kritik yang telah ditempatkan disetiap SKPD, atau berbagai referensi hasil
survey yang dilakukan pihak lain.
C. Efisiensi
Agar belanja APBD dilakukan secara efisien sekaligus program dan kegiatan RAD-PK
dapat dilaksanakan maka perlu adanya penegasan tentang perlunya SKPD pelaksana
menyusun dokumen RTL (Rencana Tindak Lanjut), serta penyesuaian besaran biaya sesuai
standar harga pada masing-masing kegiatan.
D. Koordinasi
Pembentukan kelembagaan teknis multistakehoders serta menetapkan mekanisme
penyusunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK, serta peningkatan
peran Tim Kormonev Inpres No. 5 Tahun 2004 yang telah dbentuk
E. Dampak
Melaksanakan survey kepuasan konsumen atau Evaluasi Dampak Pelaksanaan RAD-
PK, serta pemberian penghargaan bagi SKPD yang melakukan inovasi peningkatan pelayanan
publik untuk percepatan pemberantasan korupsi
F. Peluang
Melibatkan masyarakat untuk mendorong upaya peningkatan pelayanan publik dalam
rangka pemberantasan korupsi. Hal ini dapat dilakukan melalui penyedian lebih banyak media
pengaduan masyarakat yang mudah diakses, melakukan kampanye / sosialisasi / publikasi /
promosi pelayanan publik yang mudah, murah dan berkualitas
LAPORAN AKHIR REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
G. Kendala
Melakukan kerjasama operasional dengan berbagai pihak baik antar SKPD maupun
pihak lainnya untuk menekan biaya penambahan sarana/prasarana pendukung peningkatan
pelayanan public atau memanfaatkan media internet untuk jangkauan publikasi dan pelayanan
public secara online.
Secara singkat, kesimpulan dan rekomendasi dari hasil review RAD PK Kota Bandung dapat
dibaca pada tabel berikut ini.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
Tabel 5.1 Matrik Penilaian dan Rekomendasi Pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung Berdasarkan Siklus RAD-PK
Tahapan Proses Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan
Pembentukan Tim Penyusun
Baik
Kota Bandung telah terbiasa bekerja dengan menggunakan Tim Adhoc, akan tetapi tetap perlu keterlibatan para pihak dalam upaya percepatan pemberantasan korupsi
Perlu kajan tentang kapasitas tim penyusun yang sudah dibentuk
Memastikan capaian yang sudah ada tetap berlanjut dan lebih ditingkatkan
Penyusunan draft RAD-PK
Cukup
Sudah ada kehendak Pemerintah Kota Bandung untuk menjadikan RAD-PK sebagai salah satu dokumen perencanaan
Diperlukan bantuan teknis (technical assistance) untuk penyusunan draft RAD-PK
Mengubah secara mendasar dan meningkatkan kapasitas pemahaman konsep, strategi dan teknis kegiatan
Pelaksanaan KKP Baik
Kota Bandung memandang konsultasi public sebagai mekanisme pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan
Perlu disusun Panduan Teknis Kampanye Konsultasi Publik Penyusunan RAD-PK
Memastikan berjalannya konsultasi public secara lebih baik
Penyempurnaan Dokumen RAD-PK
Cukup
Koordinasi internal diantara kelembagaan pemerintah dalam penyusunan RAD-PK sudah berjalan baik
Perlu ada panduan workshop penyempurnaan draft RAD-PK
Memastikan penyempurnaan RAD-PK mencapai hasil yang maksimal
Menuangkan RAD-PK dalam Peraturan (Legalisasi)
Baik
Kota Bandung mempunyai keyakinan bahwa Peraturan tentang RAD-PK, menjamin terlaksananya program / kegiatan RAD-PK
Perlu dipertimbangkan model penghargaan bagi daerah yang telah menetapkan peraturan tentang RAD-PK
Melanjutkan dan meningkatkan capaian yang sudah ada
Melaksanakan RAD-PK
Baik
Kota Bandung memahami kerangka teknis pelaksanaan RAD-PK ke dalam program dan kegiatan yang sedang berjalan
Daerah dapat mengintegrasikan RAD-PK dalam program/kegiatan yang sedang berjalan
Perlu dipertimbangkan adanya penghargaan bagi daerah yang memiliki inovasi dalam upaya mencapaian pemberantasan korupsi dengan RAD-PK sebagai pedomannya
Meningkatkan dampak pelaksanaan RAD-PK
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
Baik
Kota Bandung memiliki komitmen yang tinggi untuk percepatan pemberantasan korupsi, paham tentang mekanisme monitoring dan evaluasi RAD-PK
Dipertimbangkan adanya penghargaan bagi daerah yang secara rutin melakukan monev dan melaporkannya secara periodik pelaksanaan RAD-PK maupun Inpres No. 5/2004
Melanjutkan capaian yang sudah ada agar lebih berdampak bagi masyarakat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
Tabel 5.2. Matrik Kategori Penilaian dan Rekomendasi Berdasarkan Persepsi Terhadap RAD-PK di Kota Bandung
No Kriteria Kategori Makna Rekomendasi Tujuan Tindakan
No Persepsi Kategori Makna Rekomendasi Tujuan Tindakan
1 Relevansi Tinggi
Upaya pencegahan korupsi telah menjadi komitmen pemerintah dan telah ada tindakan nyata untuk percepatan pemberantasan korupsi
1. Pengembangan strategi pencegahan korupsi berbasis multistakeholder
2. Publikasi inovasi-inovasi untuk perbaikan kualitas pelayanan publik
3. Pemberian reward/penghargaan bagi SKPD yang punya inovasi untuk percepatan pemberantasan korupsi
Upaya pencegahan korupsi menjadi perhatian bersama semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
2 Efektifitas Tinggi
Landasan hukum RAD-PK menjamin efektifitas pelaksanaan atau tindak lanjut di daerah.
Revisi atau penyesuaian kembali RAD-PK khususnya matrik RAD-PK yang dapat dilakukan setiap tahun atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tahap peningkatan pelayanan publik yang telah dicapai.
Peraturan tentang RAD-PK terus –menerus dijadikan “living document” karena merupakan pedoman penyearah berbagai upaya percepatan pemberantasan korupsi di daerah
3 Efisiensi Tinggi
Daerah tidak perlu menambah pos anggaran baru karena alokasi untuk kegiatan RAD-PK terintegrasi dalam dokumen rencana dan anggaran SKPD pelaksana
1. Penegasan tentang dokumen RTL (Rencana Tindak Lanjut) bagi tiap SKPD pelaksana RAD-PK
2. Penyesuaian besaran biaya sesuai standar harga pada masing-masing kegiatan
Belanja kegiatan RAD-PK makin efisien
4 Koordinasi Tinggi
Daerah sudah melakukan inovasi untuk penataan kelembagaan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
1. Pembentukan kelembagaan dan mekanisme penyusunan maupun monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
2. Peningkatan peran Tim Kormonev Inpres No. 5 Tahun 2004
Menguatkan dan mendayagunakan fungsi-fungsi yang sudah ada dalam pemerintahan maupun masyarakat untuk percepatan pemberantasan korupsi di daerah
5 Dampak Tinggi
RAD-PK sangat berkorelasi dengan upaya pemberantasan korupsi di daerah
Melaksanakan survey kepuasan konsumen atau Evaluasi Dampak Pelaksanaan RAD-PK, serta pemberian penghargaan bagi SKPD yang melakukan inovasi peningkatan pelayanan publik untuk percepatan pemberantasan korupsi
Memastikan bahwa dampak yang sudah ada berkesinambungan dan makin meningkat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
6 Peluang Tinggi
Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK berpeluang tinggi untuk dilanjutkan di masa-masa yang akan datang
Melibatkan masyarakat untuk mendorong upaya peningkatan pelayanan public yang transparan dan akuntabel dalam rangka pemberantasan korupsi.
Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan kapabilitas daerah serta memastikan capaian yang diperoleh sekarang berkelanjutan dan lebih ditingkatkan
7 Kendala Sedang
Perlu ada redesain RAD-PK baik dari sisi kebijakan, kelembagaan maupun mekanisme pelaksanaan serta kerangka monevnya
Penetapan pedoman penyusunan, pelaksanaan serta monev pelaksanaan RAD-PK
Memastikan agar RAD-PK dilanjutkan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
LAMPIRAN Lampiran 1 Matrik Isue Strategis Program dan Kegiatan RAD-PK Kota Bandung 2009-2013
NO PELAKSANA
KEGIATAN ISUE/PROGRAM PROGRAM KEGIATAN STRATEGI PENCAPAIAN/KEGIATAN
1 Badan
Pelayanan
Perijnan
Terpadu
1. Meningkatkan kualitas pelayanan
kepada publik melalui transparansi,
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
1. Meningkatkan mekanisme
pelayanan perijinan
1. Penyusunan system permohonan perijinan secara transparan yang meliputi
persyaratan-persyaratan target waktu penyelesaian dan tariff biaya yang harus dibayar
oleh masyarakat
2. Munyusun program pengawasan dan penindakan terhadap pungutan-pungutan liar
3. Menyusun program pengawasan dan penindakan terhadap calo
4. Sosalisasi kepada masyarakat mengenai program 30 ijin dari BMPPT
5. Pelayanan advokasi proses pengajuan perijinan untuk masyarakat umum
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM pelayanan perijinan
7. Menyusun akses proses pengajuan perijiann secara online/SMS
2. Penyusunan Sistem Informasi
terhadap Perijianan Publik
2. Tersusunnya Sistem Informasi
Pelayanan Perijnan yang efektif,
efisien, transparan, akuntabel dan
menjamin kepastian hukum
1. Penyusunan Peraturan Daerah SOP Pelayanan Perijnan Terpadu
2. Pengembangan aplikasi pelayanan berbasis teknologi informasi
3. Perbaikan/membangun citra pelayanan perijinan
4. Sosialisasi pelayanan perijinan dan penanganan pengaduan masyarakat
5. Survey indeks kepuasan konsumen (IKM)
6. Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001-2000
2 Dinas Pendidkan Meningkatkan kualitas pelayanan
kepada publik melalui transparansi,
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
1. Optimalisasi penyelenggaraan
Penerimaan Siswa Baru (PSB
1. Evaluasi penyelenggara-an PSB dengan melibatkan SKPD terkait dan masyarakat
sebagai nara sumber
2. Menyusun program pengawasan pelaksanaan yang valid dan transparan
3. Menyusun program pengawasan pelaksanaan PSB yang transparan dan akuntabel
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
2. Optimalisasi penyaluran dana
bantuan siswa tidak mampu
1. Evaluasi penyaluran dana bantuan siswa tidak mampu dengan melibatkan SKPD
terkait, aparat kewilayahan dan masyarakat melalui RW dan RT
2.. Menyusun program penyaluran dana bantuan siswa tidak mampu yang tepat guna,
tepat sasaran, transparan dan akuntabel
3. Menyusun program pengawasan penyaluran dana bantuan siswa tidak mampu
3. Optimalisasi pemberian ijin
operasional Sekolah dan Lembaga
Pendidikan non formal
1. Evaluasi pemberian ijin operasional sekolah dan lembaga pendidikan non formal
dengan melibatkan SKPD terkait dan masyarakat sebagai nara sumber
2. Menyusun system permohonan jin operasional sekolah dan lembaga pendidiakn non
formal secara transparan yang meliputi persyaratan-persyaraan target waktu penyelesaian
dan tariff baya yang harus dibayar oleh masyarakat
3. Menyusun SOP penerbtan ijin operasional sekolah dan lembaga pendidikan non
formal
4. Menyusun program pengawasan pemberian ijin operasional sekolah dan lembaga
pendidikan non formal
3 Dinas Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan
kepada publik melalui transparansi,
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
1. Optmalisasi penggunaan dana
jamkesmas
1. Evaluasi penggunaan dana jamkesmas dengan melibatkan SKPD terkait dan
masyarakat sebagai narasumber
2. Menyusun program pengawasan dan penindakan dalam pelaksanaan penggunaan dana
jamkesmas yang tepat guna, tepat sasaran, transparan dan akuntabel
3. Optimalisasi penggunaan dana jamkesmas untuk operasinal RSUD dan Puskesmas
dalam pelayanan terhadap masyarakat miskin
4. Koordinasi lintas sector dalam pendataan sasaran miskin
2. Optimalisasi pelayanan sarana kesehatan milik pemerintah daerah melalui peningkatan kualitas SDM dan pelayanan
1. Evaluasi kinerja pelayanan puskesmas, RSUD dan RS Khusus Milik Pemda dengan
melibatkan SKPD terkait dan masyarakat
2. Penyusunan SOP pelayanan puskesmas, RSUD dan RS khusus milik Pemda
3. . Meningkatkan kualitas pelatihan bagi tenaga pelayanan kesehatan di puskesmas RSUD dan RS Khusus milik pemda
4. Meningkatkan anggaran operasional untuk pelayanan kesehatan di puskesmas, RSUD dan RS khusus milikpemda terutama keluarga tidak mampu
5. Menyusun program pengawasan dan penindakan terhadappungutan liar
6. Sosialisasi SOP pelayanan kesehatan di Puspkesmas, RSUD, RS khusus milik pemda
3. Optmalisasi pelayanan perijinan pendirian klnik pengobatan/RS dan puskesmas
1. Meningkatnya pelayanan perjinan pembangunan klinik/RS/puskesmas
2. Meningkatnya pengawasan dan penindakan terhadap klinik ilegal
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
4 Dinas
Kebakaran
Meningkatnya kualtas pelayanan
kepada public melaui transparansi,
standarisasi pelayanan dan sertifikasi
1. Peningkatan kualitas pelayanan public melalui transparansi, standarisasi pelayanan dan sertfikasi dalampelayanan tindak pencegahan dan penanggulangan kebakaran
1. Menyusun petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan tindak pencegahan bahaya kebakaran dengan dibuatnya SOP
2. Memberikan saran/advis teknik mengenai persyaratan-persyaratan pembangunan rumah bertingkat/apartemen/gedung bertingkat yang aman terhadap bahaya kebakaran bagi masyarakat sesuai dengan peraturan Daerah No. 15/2001 tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
3. Memberikan rekomendasi dan melakukan pengawasan dalam proses pengajuan IMB untu pembangunan rumah bertingkat yang harus dilengkapi dengan sarana pencegahan bahaya kebakaran, sarana pemadam kebakaran dan sarana penyelamatan korban bencana kebakaran sesuai dengan Perda No. 15/2001 tentan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
4. Meningkatnya pelayanan pemadaman dan ;enyelamatan dengan cepat, tepat dan selamat sesuai dengan UU No. 24/2007 Tentang Penanggulanngan Bencana
5. Menngkatkan ketrampilan dan keahlian petugas pemadam kebakaran dan petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamatan korban melalui sertifikasi keahlian
6. Penambahan petugas pemadam dan penyelamat sesuai dengan rasio penduduk dan standar nasional
7. Mengusulkan pemberian tunjangan (keahlian khusus) dan jaminan perlindungan keselamatan bagi petugas pemadaman kebakaran yang ditetapkan dengan keputusan walikota
8. Menyelenggarakan pencegahan dan pembinaan melalui sosialisasi dan BINTEK pencegahan
9. Menghilangkan pungutan liar oleh petugas dalam penanggulangannkebakaran dan penyelamatan melalui sosialisasi
5 PDAM Meningkatkan kualitas pelayanan
kepada publik melalui transparansi,
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
1 Peningkatan Pelayanan Air Bersih
1. Meningkatkan pengawasan prosedur pemasangan sambungan baru
2. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap sambungan illegal
3. Optimalisasi sosialisasi mekanisme pembacaan meteran air kepada masyarakat
6 UPT e-
Precurement
Meningkatnya penerapan prinsip-
prinsp tata pemerintahan yang baik 1. Melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah Kota Bandung secara terbuka dan transparan
1. Mengumukan pengadaan barang/jasa melaui media cetak dan website pemerintah Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
2. Melaksanakan pengadaan barang/jasa secara onlne
3. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara terpusat di unit layanan pengadaan
2. Mempersiapkan SDM pelaksana Pengadaan barang/jasa
1. Melakukan analisa kebutuhan SDM untuk pengadaan barang/jasa Pemkot Bandung
2. Meningkatkan kemampuan SDM dalam bdang pengadaan Barang/jasa
7 Badan
Kepegawaian
Daerah
Meningkatnya penerapan prinsip-
prinsp tata pemerintahan yang baik Reformasi Birokrasi 1. Melaksanakan reformasi SDM aparatur
8 Bagian
Organisasi Setda
Meningkatnya penerapan prinsip-
prinsp tata pemerintahan yang baik Reformasi Birokrasi 1. Melaksanakan Penataan Kelembagaan
2. Evaluasi Kelembagaan Perangkat Daerah
3. Penyusunan Analsa Jabatan Struktural
9 Dinas
Pendapatan
Daerah
Meningkatnya penerapan prinsip-
prinsp tata pemerintahan yang baik Reformasi Birokrasi 1. Optmalisasi potensi PAD
10 Badan
Komunikasi dan
Informasi
Meningkatnya penerapan prinsip-
prinsp tata pemerintahan yang baik Reformasi Birokrasi 1. Pengembangan dan pemanfaatan e-government
top related