laporan resmi medium
Post on 19-Dec-2015
132 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Disusun oleh :
Kelompok IXA
Rahmah Dwi Shafrina 23010111120003
Raden Reza Prathama 23010111120008
Yunita Sri Melati P. 23010111120040
Crystalia Nidia Kinanti 23010111120046
Arif Nurrohman 23010111120050
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012`
BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi merupakan suatu telaah studi mengenai mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan organisme hidup yang berukuran kecil yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis. Mikroorganisme yang ada di alam terdiri dari berbagai macam jenis dan jumlahnya tidak terbatas. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dimana saja dengan syarat cukup nutrien dan berkembang pada médium yang tepat. Medium dapat berupa médium cair, médium padat dan médium setengah padat. Mikroorganisme baik yang membentuk koloni atau tidak, saat berkembang pada suatu medium dapat diketahui jumlahnya dengan beberapa metode salah satunya adalah metode hitungan cawan. Mikroorganisme ada yang memiliki sifat menguntungkan dan ada juga yang bersifat merugikan, untuk mengetahuinya dapat dilakukan serangkaian pengujian melalui pewarnaan mikroorganisme.
Tujuan dari praktikum mikrobiologi ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer, cara sterilisasi, menghitung jumlah bakteri dengan metode hitungan cawan dan cara pewarnaan gram positif maupun negatif. Manfaat dari praktikum mikrobiologi ini adalah mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer, cara sterilisasi, menghitung jumlah bakteri dengan metode hitungan cawan serta mengetahui cara pewarnaan gram positif maupun negatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atau hamper steril (Pelozar, 1988). Sterilisasi yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sterilisasi secara fisik yang meliputi pemanasan sinar ultraviolet, sinar X dan sebagainya. Sterilisasi dengan pemanasan terdapat empat cara yaitu dengan cara pemijaran, sterilisasi dengan udara panas, sterilisasi dengan menggunakan uap air panas, sterilisasi dengan menggunakan uap panas yang bertekanan. Sterilisasi yang selanjutnya adalah sterilisasi secara kimia. Sterilisasi ini menggunakan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin (Fardiaz, 1992).
2.1.1. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas dilaboratorium, dimana digunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Praktik menggunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulsai udara panas, diperlukan waktu setengahnya karena aliran udara panas kealat-alat gelas akan lebih efisien (Fardiaz, 1992). Sterilisaisi kering dapat dilakukan dengan cara pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas. Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset dan sudip logam. Jilatan apai diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut
tabung biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Tanur uap panas digunakan dengan suhu 160-1650C selama satu jam. Tanur uap panas diterapkan terhadap alat-alat kering tebuat dari kaca seperti tabung reaksi, punggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel, gunting kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada bahan-bahan kering dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak dan minyak (Irianto, 2010).
2.1.2. Sterilisasi basah
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat dengan beberapa cara perebusan, pemanasan dengan tekanan, tindalisasi dan pasteurisasi. Perebusan dapat didalam air mendidih dengan suhu 1000C selama beberapa menit. Pemanasan dengan tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf untuk membunuh bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas akanmati pada suhu 1210C selama 15 menit. Tindalisasi dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam tiap hari utuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemansan berikutnya. Pasteurisasi biasanya diakukan pada terhadap susu. Proses ini dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 650C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik. Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup (Fardiaz, 1992). Uap mengalir bebas diguakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu tanpa tertekan. Air mendidih dan uap bebas tidak perbnah mencapai suhu lebih dari 1000C (2120F). Uap bebas ini digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu 1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (tiga sampai empat kali) dengan selang waktu 24 jam (Irianto, 2010).
2.2. Medium dan Larutan Pengencer
Medium adalah bahan yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat untuk menumbuhkan mikroba. Medium ada yang alami dan ada yang merupakan buatan manusia, contoh medium buatan manusia adalah medium cair, medium kental (padat) dan medium setengah padat. Medium cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi. Medium padat digunakan untuk menumbuhkan mikrobia pada permukaan. (Dwidjoseputro, 1994). Larutan pengencer merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan dengan perbandingan pengenceran tertentu. Caranya adalah dengan menempatkan pada tabung reaksi kemudian menentukan berapa perbandingan yang digunakan karena tiap perbandingan memiliki ketentuan sendiri-sendiiri. Pengenceran dengan larutan pengencer diperlukan agar nantinya diperoleh pertumbuhan bakteri yang tidak konfluen hingga koloninya mudah untuk dihitung (Sandjaja, 1992).
2.2.1. Medium Nutrient Agar (NA)
Medium Nutrient Agar (NA) masuk kedalam medium khusus karena dibuat sebagai tempat menumbuhkan mikroba yang sudah diketahui komposisi pembuatannya. NA di buat dengan komposisi agar – agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut dengan nutrient padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar – agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu agar – agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 950C (Dwidjoseputro, 1994). Agar–agar adalah zat pengental dan bukan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Agar–agar digunakan untuk membuat medium padat, agar larut dan menjadi padat pada suhu 450C. NA lebih bersifat umum sehingga mikroba banyak tumbuh pada media ini (Amelia et al, 2005).
2.2.2. Medium Acidified Potato Dextrose Agar (APDA)
Medium APDA adalah salah satu dari medium untuk proses menumbuhkan mikrobia. APDA merupakan medium yang berkomposisi kentang, dextrose, dan asam tartarat. APDA tidak bersifat umum seperti NA karena tidak semua mikrobia dapat tumbuh pada medium ini. Medium APDA termasuk ke dalam medium yang padat sehingga dapat membentuk koloni mikroba yang dapat dilihat dan dihitung, jika diinokulasikan di dalam medium APDA, bakteri anaerob akan tumbuh mengelompok pada dasar medium, bakteri yang anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar di seluruh medium, bakteri mikroaerofil akan tumbuh mengelompok sedikit di bawah permukaan medium, sedangkan bakteri aerob akan tumbuh pada permukaan medium (Dwidjoseputro, 1994). Medium ini digunakan untuk isolasi bakteri, hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni yang didapatkan nantinya. Medium ini sangat diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi dan ketentraman bakteri terhadap zat antibakteri. Pembuatan medium APDA dapat dilakukan dengan serangkaian cara mulai dari pembuatan PDA hingga pencampurannya dengan asam tartarat (Irianto, 2010).
2.3. Metode Hitungan Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan adalah cara paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik (Fardiaz, 1992). Metode penghitungan jumlah mikrobakteria dipengaruhi oleh jenis medium, waktu inkubasi dan cara menghitung koloni yang harus teliti (Sandjaja, 1992).
2.3.1. Pengenceran
Bahan pangan dalam metode hiutungan cawan diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel jasad renik per ml atau per gram atau per cm apabila pengambilan contoh dilakukan pada permukaan. Memerlukan perlakuan pengencernaan sebelum ditumbuhkan agar di dalam cawan petri, setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik diantara 30 sampai 300 koloni (Fardiaz, 1992). Pengencernaan biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:000 dan seterusnya, atau
1:100, 1:10000, 1:1000000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk pengencernaan dapat berupa larutan bufer fosfat, 0,85% NaCI, atau larutan Ringer (Sandjaja, 1992).
2.3.2. Metode Tuang (Pour Plate)
Cara pemupukan dalam metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu metode tuang dan metode permukaan. Sejumlah contoh dalam metode tuang dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambah agar cair steril yang telah didinginkan pada suhu 47-50oC dengan jumlah yang dikehendaki dan digoyangkan supaya contoh menyebar rata (Fardiaz, 1992). Cara membuat medium agar cair dalam tabung reaksi, didinginkan sampai sekitar 45ºC, disuntikkan sesaat sebelum dituangkan ke dalam cawan petri steril. Pertumbuhan ini akan mengembangkan seluruh media di piring baik di permukaan dan di kedalaman agar-agar (Sandjaja, 1992).
2.4. Pewarnaan Gram
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri berdasarkan morfloginya bentuk bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yaitu basil, kokus dan spiral. Basil (bacillus) dan bakteri lactobacillus ini berbentuk batang, bervariasi panjang dan ramping sedangkan Eschericia coli memiliki bentuk coccus dan merupakan tipe bakteri gram negatif karena termasuk dalam bakteri pathogen. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan (Pelczar, 1988). Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi juga untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan atau pewarnaan pada bakteri (Irianto, 2005). Cara untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu di isi dengan zat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan bakteri. Bakteri berasal dari suatu koloni yang mempunyai warna tertentu, maka untuk memperlihatkan bagian-bagian sel itu harus diperlukan pewarnaan. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi gram positif dan negatif. Pewarnaan gram positif apabila yang mempunyai zat warna asli yaitu ungu jika ditetesi dan gram positif termasuk lactobacillus lebih peka terhadap fenol, penisilin, dan resisten terhadap streptomisinin sedangkan gram negatif termasuk bakteri Eschericia coli apabila diuji pewarnaan akan berwarna merah dan yang demikian ini dinamai gram variabel. (Dwijoseputro, 1994).
BAB III
METODOLOGI
Praktikum Mikrobiologi dengan materi sterilisasi dan pembuatan medium dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2012 pukul 13.00-19.00 WIB dan hari Kamis 17 Mei 2012 pada pukul 11.00 – 13.30 WIB dengan materi metode hitung cawan dan pewarnaan gram di
Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi dalam praktikum mikrobiologi adalah timbangan yang berfungsi untuk menimbang bahan yang dipakai unruk reaksi, erlenmeyer untuk mencampurkan bahan sampel, “waterbath” yang berfungsi sebagai alat pemanas, beker glass berfungsi untuk mendinginkan alat yang sudah di sterilisasi, gelas ukur berfungsi untu mengukur berapa banyak sampel yang akan digunakan, pisau berfungsi untuk memotong kentang untuk medium, kain saring berfungsi untuk menyaring filtrat kentang, oven berfungsi untuk alat memanaskan dalam sterilisasi kering, autokraf berfungsi sebagai alat pemanas dalam sterilisasi basah, cawan petri berfungsi untuk tempat menumbuhkan mikroba, pipet hisap sebagai alat untuk pengenceran, tabung reaksi sebagai wadah untuk mencapur bahan, bunsen untuk pemanas saat pewarnaan gram, kaca objek untuk alat pewarnaan gram, loop sebagai alat untuk memperbesar koloni agar bisa dihitung, mikroskop sebagai alat untuk melihat perbesaran hasil pewarnaan gram serta Quebec Colony Counter berfungsi untuk menghitung koloni bakteri yang tumbuh pada media. Bahan yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi adalah nutrient agar, kentang, detrose, agar, aquades, asam tartarat, kertas pembungkus, kapas, alkohol alumunium foil, sampel bahan yang akan dihitung (mikroba/ jamur/ mikroba), medium NA dan APDA, larutan gram (A, B, C, D), dan biakan bakteri.
3.2. Metode
3.2.1. Sterilisasi
3.2.1.1. Sterilisasi kering, menyiapkan pipet, cawan petri, erlemeyer serta alat gelas lainnya. Membasahi kapas lalu membersihkan cawan petri dengan kapas tersebut kemudian membungkus sepasang cawan petri dengan kertas pembungkus (satu pasang tiap bungkus). Membersihkan pipet hisap dan menyumbat pangkal pipet dengan kapas, kemudian membungkus beberapa pipet dengan menggunakan kertas menutup mulut Erlenmeyer menggunakan alumunium foil dengan rapat. Memasukan cawan petri, pipet dan erlenmeyer kedalam oven selama 2 jam pada suhu 160oC atau 1 jam pada suhu 170oC. Setelah selesai keluarkan pipet, cawan petri, dan Erlenmeyer dari oven, tunggu hingga dingin sebelum digunakan.
3.2.1.2. Sterilisasi basah, memasukan medium yang akan disterilisasi ke dalam Erlenmeyer atau tabung serta larutan pengencer dalam tabung reaksi, kemudian menutup rapat dengan kapas. Memasukan Erlenmeyer dan tabung reaksi kedalam autoklaf, lalu menutup autoklaf dengan rapat. Menyalakan autoklaf, menunggu hingga manometer dan thermometer menunjukan tanda sterilisasi atau pada suhu 121oC dengan tekanan 2 atm, mendiamkan selama 15 menit.
3.2.2. Medium dan Larutan Pengencer
3.2.2.1. Nutrient Agar (NA), Menimbang nutrient agar (NA) sesuai kebutuhan yaitu 2,3 gr agar dengan larutan aquades 100 ml dan mengaduk atau mencampur menggunakan pengaduk magnetic stirrer dan melakukan sterilisasi menggunakan autoklaf.
3.2.2.1. Acidified Potato Dextrose Agar (APDA), Mengupas kentang dengan menggunakan pisau tajam, mengiris kentang tersebut dengan ukuran 1x1x1 cm. Menimbang kentang dengan tepat sebanyak 500 g. Memasukan kentang ke dalam beker glass, kemudian menambahkan 1000 ml aquades, menutup beker glass dengan alumunium foil serapat mungkin. Memanaskan di dalam waterbath selama 30 menit. Mengambil filtrat dengan cara menyaringnya menggunakan kain saring. Setelah filtrat terkumpul mengukur volume untuk membuat medium PDA dengan komposisi 100 ml filtrate kentang, 2 gr dextrose, 2 gr agar. Selanjutnya membuat medium APDA terlebih dahulu menyiapkan larutan asam tartarat 10%. Menyeterilkan medium PDA dengan larutan asam tartarat 10% dalam autoklaf pada suhu 1210C, 2 atm selama 5 menit. Setelah menyeterilkan memasukan medium PDA dan larutan asam tartarat 10% ke dalam inkubator bersuhu 500C. Setelah keduanya mencapai suhu tersebut menambahkan dengan pipet ukur steril larutan asam tartarat 10% kedalam medium PDA secara aseptis. Maka medium yang dihasikan tersebut adalah medium APDA. (setiap 100 ml membutuhkan 10 ml larutan asam tartarat 10%. pH medium APDA berkisar 3,5 – 4,0)
3.2.3. Metode Hitungan Cawan
3.2.3.1. Metode pengenceran, bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml, per gr, atau per cm memerlukan perlakuan pengenceran sebelum menumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30 – 300 koloni. Pengenceran biasa dilakukan secara desimal yaitu 1 : 10, 1 : 100 dan seterusnya.
3.2.3.2. Cara menghitung koloni, memilih dan menghitung cawan yang mengandung jumlah koloni antara 30 – 300. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dapat dihitung menjadi satu koloni karna dianggap sebagai koloni besar. Suatu deretan koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
3.2.4. Pewarnaan Gram
Membuat kultur cair dengan menyebarkan satu atau lebih loop kultur cair pada kaca objek sehingga mencapai diameter kira-kira 1 – 1,5 cm2 mengeringkan/ fiksasi dengan menyalakan api kecil. Membuat kultur padat dengan memberi 1 – 2 tetes air pada kaca objek kemudian mengambil sejumlah kecil mikroba menggunakan ujung loop lalu menyebarkan pada air di atas kaca objek sehingga mencapai diameter 1 – 1,5 cm2. Mengeringkan/ fiksasi dengan nyala api kecil. Meneteskan pewarna violet kristal (gram A) diatas preparat mendiamkan selama 1 menit. Membilas dengan aquades dengan cara memegang kaca objek pada posisi miring. Membuang sisa air yang tertinggal, dan menetesi menggunakan larutan lugol (gram B) selama 2 menit. Membilas dengan aquades, kemudian menghilangkan warna dengan gram C sampai warna biru tidak luntur lagi. Membilas kembali dengan aquades, kemudian menetesi dengan safrani selama 30 detik. Membilas dengan air bersih dan mengeringkan dengan menggunakan tisu. Memeriksa dibawah mikroskop hingga perbesaran 100 x. Larutan mengandung gram positif akan berwarna biru-ungu sementara jika mengandung gram negattif akan berwarna merah muda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sterilisasi
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, alat – alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum harus benar – benar steril. Sterilisasi kering biasanya dilakukan dengan pensterilan alat – alat praktikum. Gelas, pipet, cawan petri, dan erlenmeyer yang sudah bersih disterilkan di dalam oven. Sterilisasi basah biasanya dilakukan dengan pensterilan medium yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian memasukkan dalam autoklaf. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1994), bahwa alat – alat dari gelas dimasukkan di dalam oven kering selama 2 – 3 jam pada temperatur 160o – 170o. Alat – alat yang belum bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Sterilisasi basah dapat dilakukan dengan menggunakan air, yang dimanfaatkan adalah uap airnya dalam proses sterilisasi. Sterilisasi basah dilakukan dengan autoclave atau sterilisator uap dan biasanya sterilisasi basah digunakan untuk sterilisasi medium. Ditambahkan pula oleh Fardiaz (1992), yang menyatakan bahwa sterilisasi basah dapat dilakukan dengan menggunakan air, yang dimanfaatkan adalah uap airnya dalam proses sterilisasi. Sterilisasi basah dengan tekanan dilakukan dengan alat autoclave untuk membunuh spora bakteri yang paling tahan panas pada suhu 121 oC selama 15 menit. Kekuatan membuat air panas disebabkan pada waktu kondensasai, pada bahan yang disterilisasi dilepaskan sejumlah besar panas latent. Pengerutan yang disebabkan oleh kondensasi menyebabkan penyerapan uap air baru yang berarti uap air banyak panas yang diserap.
4.2. Medium dan Larutan Pengencer
4.2.1. Nutrient Agar (NA)
Medium adalah bahan yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat untuk menumbuhkan mikroba. Medium Nutrient Agar (NA) masuk kedalam medium khusus karena di buat sebagai tempat menumbuhkan mikroba yang sudah diketahui komposisi pembuatannya. NA di buat dengan komposisi agar – agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut dengan nutrient padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar – agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu agar – agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 950C. Agar – agar adalah zat pengental dan bukan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Menurut pendapat Amelia., et all (2005) yang menyatakan bahwa agar – agar digunakan untuk membuat medium padat, agar larut dan menjadi padat pada suhu 450C. NA lebih bersifat umum sehingga mikroba banyak tumbuh pada media ini karena stuktur dari nutrient agar itu sesuai dengan tempat mikroba tumbuh yaitu suhu dan kelembapan nya sehingga mikroba dapat cepat tumbuh pada kondisi tersebut.
4.2.2. Acidified Potato Dextrose Agar (APDA)
Medium APDA adalah salah satu dari medium untuk proses menumbuhkan mikrobia. APDA medium yang berkomposisi kentang, dextrose, dan asam tartarat. APDA tidak bersifat umum seperti NA karena tidak semua mikrobia dapat tumbuh pada medium ini. Medium APDA termasuk ke dalam medium yang padat sehingga dapat membentuk koloni mikroba yang dapat di lihat dan dihitung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dwidjosepuro (1994), bahwa medium APDA tidak bersifat umum seperti medium padat lainnya karena tidak semua bakteri dapat tumbuh pada medium ini. Percobaan dengan medium APDA dilakukan dengan menambahkan asam tartarat pada PDA setelah itu medium digunakan untuk isolasi bakteri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Irianto, 2010), yang menyatakan bahwa medium digunakan untuk isolasi bakteri, hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni yang didapatkan nantinya. Dan pembuatan medium APDA dapat dilakukan dengan serangkaian cara mulai dari pembuatan PDA hingga pencampurannya dengan asam tartarat.
4.3. Metode Hitungan Cawan (Total Plate Count)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Perhitungan Bakteri dengan Metode Hitungan Cawan
SampelPengenceran
SPC10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
APDA 71 57 41 - - - 7,1 x 102
NA - - - 1304 1042 884 1,3 x 107
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2012.
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa metode hitungan cawan perhitungan bakteri dapat dilihat langsung tanpa mikroskop dengan melihat koloni-koloni yang terbentuk pada medium agar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa metode hitungan cawan memiliki prinsip yaitu jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang membentuk koloni dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa mikroskop. Hasil praktikum pada metode hitungan cawan yang dilakukan pada sampel NA diperoleh data yang tidak normal karna beberapa macam faktor misalnya faktor medium yang digunakan, waktu inkubasi yang kurang tepat dan perhitungan koloni yang tidak benar yang terjadi pada sampel PDA, tetapi pada sampel NA diperoleh data yang normal karena medium yang digunakan sesuai untuk tempat pertumbuhan mikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sandjaja (1992) yang menyatakan bahwa penghitungan jumlah mikrobakteria sangat dipengaruhi oleh jenis medium, lamanya waktu inkubasi dan cara menghitung koloni yang harus teliti.
4.4. Pewarnaan Gram
Berdasarkan praktikum mengenai pewsarnaan gram dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Ilustrasi 1. Pewarnaan Gram Lactobacillus acidophilus
Sumber: Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2012.
Sumber: google.com/
lactobacillus_acidophilus Warna : Ungu Bentuk : Basil/batang Koloni :
Gram : Positif
Pewarnaan gram pada Lactobacillus acidophilus didapatkan warna ungu dan berbentuk basil. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar (1988), bahwa bakteri berdasarkan morfloginya bentuk bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yaitu basil, kokus dan spiral. Basil (bacillus) dan bakteri lactobacillus acidophilus berbentuk batang, bervariasi panjang dan ramping. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi gram positif dan negatif, hal sesuai dengan pendapat Dwijoseputro (1994) yang menyatakan bahwa pewarnaan gram positif adalah yang mempunyai zat warna asli yaitu ungu jika ditetesi dan gram positif termasuk lactobacillus lebih peka terhadap fenol, penisilin, dan resisten terhadap streptomisinin.
Ilustrasi 2. Pewarnaan Gram Escherichia coli
Sumber: Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2012.
Sumber : google.com/ e_coli
Warna : Merah Bentuk : Coccus Koloni : Gram : Negatif
Pewarnaan gram pada Escherichia coli didapatkan warna merah dan berbentuk coccus. Bakteri Escherichia coli termasuk dalam bakteri gram negatif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa gram negatif termasuk bakteri Escherichia coli apabila diuji pewarnaan akan berwarna merah dan yang demikian ini dinamai gram variabel. Hal
tersebut dikuatkan oleh Pelczar (1988), bahwa bakteri Escherichia coli memiliki bentuk coccus dan merupakan tipe bakteri gram negatif karena termasuk dalam bakteri pathogen.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa sterilisasi dibagi menjadi dua yaitu sterilisasi kering dan sterilisasi basah. Sterilisasi kering biasanya digunakan untuk menyeterilkan alat – alat yang terbuat dari kaca,sementara untuk sterilisasi kering digunakan untuk menyeterilkan bahan – bahan untuk medium. Mikrobia dapat dikembangbiakkan pada medium NA maupun APDA. Hasil hitungan cawan pada sampel NA diperoleh data yang tidak normal karna beberapa macam faktor misalnya faktor medium yang digunakan, waktu inkubasi yang kurang tepat dan perhitungan koloni yang tidak benar, tetapi pada sampel NA diperoleh data yang normal karena medium yang digunakan sesuai untuk tempat pertumbuhan mikroba. Hasil pewarnaan bakteri diketahui bahwa Lactobacillus acidophilus diketahui bentuknya bacillus dan merupakan gram positif sedangkan bakteri Escherichia coli berbentuk coccus merupakan bakteri gram negatif.
5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, terdapat beberapa saran antara lain agar lebih berhati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium, lebih teliti dalam penghitungan bakteri agar hasilnya lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia,G., R, et. al. 2005. Isolasi dan Pengujian Aktivasi Enzim Amilase dan Protease Mikroba dari Terasi Asal Kalimantan Timur. Bogor: Pusat Penelitian Biologi.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Irianto, K. 2010. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. Bandung: Yrama Widya.
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan.1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta UI Press.
Sandjaja, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGSebelum melakukan pengamatan terhadap bakteri dan jamur di laboratorium, telebih
dahulu kita harus menumbuhkan atau membiakan bakteri/jamur tersebut. Mikroorganisme dapat
berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang
dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan
hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrisi yang diisyaratkan oleh bakteri atau jamur dan juga
macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut
medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme
yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat
sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti
gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu
berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.
Dalam bidang mikrobiologi, dipelajari mengenai mikroba yang meliputi bakteri, fungi
atau mikroorganisme lainnya, baik dalam morfologi dan penampakan koloninya. Karena itu,
untuk melihat dengan jelas penampakan mikroba tersebut, terlebih dahulu kita membuat biakan
atau piaraan organisme. Sebelumnya, bahan serta peralatan harus dalam keadaan steril, artinya
pada bahan dan peralatan yang ingin dipergunakan tidak terdapat mikroba lain yang tidak
diharapkan. Proses dari kegiatan steril disebut sterilisasi.
Sementara itu, untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sudah dibiakkan (murni) digunakan
media. Media merupakan campuran dari beberapa zat-zat makanan untuk pertumbuhan mikroba
dan berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroba tersebut. Media dibedakan berdasarkan fase (sifat
fisik media), yaitu media padat, media setengah padat, media cair, dan berdasarkan
komposisinya, yaitu media sintesis, media semi sintesis, dan media non sintesis. Dari media
tersebut, maka kita dapat mengetahui sifat dan bentuk (koloni) dari mikroba.
Pada penelitian ini saya akan membuat piaraan mikroba dengan menggunakan media padat, yaitu
agar-agar sebagai tempat pertumbuhan mikroba dan media apel serta kentang untuk mengetahui
pertumbuhan organisme dari beberapa macam tanah. Setelah itu mengidentifikasi sifat dan
koloni mikroba yang terdapat pada biakan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui dan mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada media tauge dan
kentang.
2. Mempelajari teknik / cara dari proses sterilisasi pada alat dan bahan.
3. Mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media padat Potato Dextrose Agar (PDA).
4. Memepelajari teknik / cara penanaman mikroba
5. Mengamati sifat pertumbuhan dan bentuk koloni mikroba pada berbagai media.
C. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang cara pembuatan media untuk pertumbuhan
bakteri.
2. Mahasiswa dapat melakukan proses sterilisasi dengan autoklaf.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan bakteri yang terkontaminasi pada media.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Medium agar merupakan salah satu tehnik yang sangat baik
untuk memisahkan mikroba sehingga dapat diketahui masing-masing. Menurut Pelczar (1988)
dasar makanan yang paling baik bagi pemeliharaan dan pembiakan bakteri adalah medium yang
mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa makanan atau ramuan-
ramuan yang dibuat oleh manusia.
Dalam pembuatan medium harus memenuhi syarat-syarat berikut :
Medium harus memenuhi semua kebutuhan nutrien yang mudah digunakan oleh
mikroorganisme.
Medium tidak mengandung zat pengahambat pertumbuhan.
Medium harus steril.
Medium harus memiliki tekanan osmose, pH dll.
Mikroorganisme tersebar di alam dengan berbagai macam jenis dan sifat fisiologis yang
beragam, dimana mikroorganisme tersebut mempunyai kebutuhan akan nutrien yang berbeda-
beda pula. Namun demikian susunan kimia selnya hampir sama atau lebih sama, yaitu terdiri atas
air yang merupakan bagian terbesar, yaitu 80-90%, sedangkan sisanya berupa komponen lainnya
seperti protoplasma, dinding sel, membran sitoplasma, cadangan makanan (lemak, polisakarida,
polifosfat, protein, dan lain-lain) yang berat keringnya kurang lebih 0-20%.
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang
hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang
menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang
dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada
beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi
makanan tersebut sebelumnya harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya
bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient
dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik oranisme baru.
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang
ditemukan dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk
suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan (gorong), atau
bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat kimia dan fisika
dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu.
Zat-zat tidak menghasilkan energi pada sel tetapi mutlak diperlukan untuk pertumbuhan
dan untuk menjalankan fungsi sel diberi bermacam-macam nama seperti nutrilit esensial, faktor
tumbuh, atau mikronutrien.
Ada yang dikenal dengan mikronutrin anorganik. Beberapa unsur logam berat (Co, Mo,
Cu, Zn) sangat dibutuhkam untuk kehidupan sel meskipun jumlah yang digunakan sangat sedikit.
Kadang-kadang jumlah itu demikian kecilnya sehingga sukar dideteksi, atau bila ditemukan tidak
mudah dapat dipastikan apakah zat itu bersifat fungsional atau hanya kotoran belaka. Ada pula
yang dikenal dengan mikronutrin organik. Contoh yang baik adalah vitamin. Banyak bakteri
yang tidak membutuhkannya, sedangkan ada pula yang hampir selalu memerlukannya seperti
halnya manusia.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan pula
untuk osilasi, memperbnayak, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan mikroba.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
Alat :
a) Becker glass
b) Erlemeyer
c) Cawan petri
d) Tabung reaksi
e) Batang pengaduk
f) Neraca analitik
g) Alumunium foil
h) Plastic crap
i) Kapas
j) Autoklaf
Bahan :
a) PDA ( potato dextrose agar)
b) TEA ( tuoge extract agar)
c) NA
d) Aq dest
e) Gula
f) Agar
Posedur pembuatan ekstract alamiah :
1. Berisihkan kentang / tauge.
2. Timbang 10gr
3. Untuk kentang di potong dadu-dadu kecil.
4. Tambahkan 100ml air, rebus.
5. Saring dengan kain kasa.
6. Jadilah extract kentang / tauge.
Prosedur pembuatan medium alamiah :
1. Dalam erlemeyer besar masukkan extract kentang atau tauge yang sudah dibuat terlebih dahulu.
2. Tambahkan gula 1%
3. Tambahkan agar 2 %
4. Dan air ad 100ml.
5. Lalu Panaskan sampai mendidih sambil di aduk.
6. Setelah terlarut semua, saring dengan kapas yang dililit kain kasa.
7. Masukkan dalam 5 tabung reaksi masing-masing 4ml.sumbat dengan kapas.
8. Untuk sisanya tetap pada erlemeyer. Sumbat dengan kapas. sterilkan
Prosedur pembuatan medium sintesis :
1. Timbang medium.
2. Tambahkan NA 20gr untuk 1liter.
3. PDA sintesis 39gr untuk 1 liter
4. Aq dest ad 100ml
5. Masukkan bahan-bahan ke dalam erlemeyer.
6. Tambahkan aq dest setengahnya.
7. Bilas alumunium foil dengan aq dest
8. Panaskan sampai mendidih.
9. Masukkan dalam 5 tabung reaksi.
10. Sisanya biarkan dalam erlemeyer sumbat dengan kapas.
11. Sterilisasi dengan autoklaf.
B. isolasi mikroba
1. Siapkan cawan petri yang sudah di sterilkan.
2. Keluarkan tabung reaksi dan erlemeyer yang di sterilkan dari autoklaf.
3. Bersihkan tangan dan meja dengan alkohol 70 %
4. Nyalakan api bunsen, sterilkan pinggiran pada cawan petri.
5. Sterilakan mulut erlemeyer
6. Buka celah sedikit pada cawan, tuangkan media dari erlemeyer ke cawan, usahakan dekat
dengan bunsen agar mematikan mikroba di sekitar.
7. Sterilkan kembali pinggiran cawan dengan bunsen.
8. Ratakan dengan menggeserkan cawan pada meja dengan membentuk angka ‘8’
9. Diamkan.
10. Masukkan cawan petri, erlemeyer, dan tabung reaksi ke dalam kulkas. Untuk tabung digunakan
media slant (miring).
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
kelompok Media Kontaminasi
Kelompok 1 PDA -
Kelompok 2 TEA Khamir
Kelompok 3 NA Khamir
No Ciri fisik Agar kaldu
pepton
PDA
alami
TEA NA PDA
sintesis
1 Warna Kuning
pucat
Putih Kuning Kuning
terang
2 Padat/cair Cair Cair Cair Cair
3 Jernih/keruh Jernih Keruh Jernih Jernih
4 Kontaminasi - Ya Ya Ya
5 Jenis mikroba khamir khamir Khamir khamir
B. Pembahasan
Medium pertumbuhan jasad renik adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran bahan
makanan yang mengandung nutrien untuk pertmbuhan jasad renik tersebut. Medium digunakan
untuk mikroorganisme tumbuh, untuk isolasi.
Dalam pembuatan medium harus memenuhi syarat-syarat berikut :
Medium harus memenuhi semua kebutuhan nutrien yang mudah digunakan oleh
mikroorganisme.
Medium tidak mengandung zat pengahambat pertumbuhan.
Medium harus steril.
Medium harus memiliki tekanan osmose, pH dll.
Untuk membuat medium diperlukan bahan-bahan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 macam
yaitu :
1. Bahan dasar
a. Air
b. Agar (berasal dari rumput laut) tidak terurai oelh mikroba, membekupada suhu 15oc dan mencair
pada suhu relatif rendah 45oc
c. Gelatin, yaitu protein yang dapat diurai oleh mikroba, sifatnya seperti agar.
Silika gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat khusu untuk menumbuhkan mikroba
bersifat autotrof obligat.
2. Unsur nutrisi atau makanan
a. Sumber karbon, contoh : karbohidrat, lemak, asam organik.
b. Sumber nitrogen, contoh : pepton, protein.
c. Garam-garam mineral, contoh : K,Na, Fe, Mg
d. Vitamin
e. Bahan alami, contoh : sari buah, eksract sayur, susu, darah.
3. Bahan tambahan, yaitu bahan yang sengaja ditambahkan kedalam medium untuk tujuan tertentu,
seperti : bahan indicator (phenol red), antibiotik.
Klasifikasi medium di bagi menjadi 2 :
Klasifikasi medium menurut bahan yang di gunakan :
a. Medium alamiah : medium yang bahan dasarnya berupa substrat bahan alam, seperti : sari buah
wortel,jagung, sari buah anggur.
b. Medium semi alamiah : medium alamiah di tambahkan ke dalamnya senyawa kimia seperti
medium : PDA, TEA
c. Medium buatan atau medium sintesis adalah mediun yang komposisinya telah di tentukan dan
terdiri dari bahan kimia, contoh : Czapeks Dox Agar.
Klasifikasi medium menurut kegunaanya :
a. Medium umum : medium yang dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme secara umum.
Contoh :SDA (Saubouround Dextrose Agar), TEA, PDA dll.
b. Medium selektif : medium yang komposisinya di atur sedemikian rupa sehingga hanya ada jenis
mikroorganisme tertentu yang dapat tumbuh. Contoh : SSA (salmonella Shigella Agar), BGLB (
Brilliant Green Lactose Broth).
c. Medium differensial : medium yang digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme yang
satu dengan yang lainnya. Contoh : Blood Agar, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar).
d. Medium pengkayaan (Enrichment Medium) : medium untuk menumbuhkan mikroorganisme
tertentu yang diharapkan memiliki jumlah sel yang lebih banyak untuk tujuan tertentu, seperti
YMA (Yeast Malt Agar) medium pertumbuhan yang baik untuk sel khamir.
Preparasi medium dalam tabung dan cawan ada 3 yaitu :
a. Agar miring/slant
Medium agar miring dibuat dengan memasukkan 3-5 ml (4ml) medium ke dalam tabung reaksi,
kemudian disterilisasi pada autoklaf suhu 121o selama 15 menit. Setelah di autoklaf baru
dimiringkan sesuai dengan sudut kemiringan yang diinginkan, biarkan hingga mengeras.
b. Agar tegak / deep
Medium yang dibuat dimasukkan ke dalam rak tabung reaksi 3-5ml (4ml) di autoklaf, setelah itu
segera simpan di rak tabung biarkan mengeras.
c. Agar cawan
dari medium yang dibuat dimasukkan ke dalam labu ukur erlemeyer kemudian di sterilisasi
dengan autoklaf. Setelah itu tunggu hingga medium hangat kuku dan segera tuang ke dalam
cawan petri steril secara aseptis, proses penuangan harus segera dilakukan menghindari
bekunyaa medium.
Medium TEA
Medium TEA digunakan untuk menumbuhkan jamur (khamir dan kapang). Medium TEA
ini, berdasarkan konsistensinya termasuk dalam medium (solid medium) dan termasuk dalam
medium semi alamiah karena tersusun dari bahan-bahan alamiah dan bahan sintetik. Serta
termasuk dalam medium non-sintetik karena tersusun dari bahan-bahan organik dan susunan
kimianya tidak dapat ditentukan secara pasti. Berdasarkan fungsinya, TEA termasuk medium
penguji (assay medium), karena dapat digunakan untuk pengujian vitamin, asam-asam amino,
dan lain-lain. Melalui medium ini dapat diamati bentuk-bentuk koloni dan bentuk pertumbuhan
jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat medium ini, antara lain:
- Tauge, berfungsi sebagai sumber energi dan bahan mineral bagi mikroba, pemberi vitamin E yang
diperlukan oleh mikroba, juga sebagai sumber nitrogen.
- Sukrosa, sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon organik, sebagai sumber energi bagi mikroba.
- Agar, sebagai bahan pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut untuk menghomogenkan larutan.
Nutrien Agar (NA)
Medium NA berdasarkan konsistensinya merupakan medium yang berbentuk padat (solid
medium), karena dapat dipadatkan dengan adanya agar, yang dibuat miring atau tegak.
Berdasarkan susunan kimianya, medium ini merupakan medium organik non-sintetik karena
disusun dari bahan-bahan organik dan susunan kimianya belum ditentukan secara pasti.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan
sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA
miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak
digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen.
NA digolongkan pula medium umum sebab dapat digunakan untuk menumbuhkan
beberapa jenis bakteri. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya adalah:
- Pepton, sebagai sumber utama nitrogen dan protein bagi mikroba.
- Beef ekstrak, sebagai sumber makanan, sumber karbon organik, nitrogen, vitamin, dan garam
mineral sebagai tempat pertumbuhan mikroba.
- Agar, berfungsi sebagai pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dan untuk menghomogenkan larutan.
Potato Dekstrose Agar (PDA)
Medium Potato Dextrose Agar (PDA) berfungsi untuk menumbuhkan kapang dan jamur.
Berdasarkan susunan kimianya, medium ini termasuk medium alamiah non-sintetik, karena
menggunakan bahan alamiah (kentang). Akan tetapi komposisi kimianya tidak diketahui secara
pasti. Termasuk medium padat karena dalam pembuatannya menggunakan agar sebagai bahan
pemadat. Berdasarkan fungsinya, medium PDA ini termasuk medium umum karena dapat
digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok jamur. Bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan medium PDA adalah:
- Kentang, sebagai sumber karbon, karbohidrat dan nutrisi bagi mikroba.
- Dextrose sebagai sumber enegi dan sebagai sumber karbon.
- Agar, sebagai bahan pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dalam pembuatan medium dan sebagai sumber O2.
Kontaminasi
Kontaminasi adalah proses tercemarnya suatu zat terhadap zat lain yang tidak diinginkan.
Dalam praktikum ini bila pengerjaan proses praktikum tidak steril maka akan tercemar oleh
mikroba seperti khamir dan kapang.
Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi
yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga
anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan
Basidiomycota. Carlile & Watkinson menyatakan bahwa jumlah spesies fungi yang telah
teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000 spesies, dengan perkiraan penambahan 600
spesies setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Menurut
Moncalvo dan Kuhn & Ghannoum, sebagian besar spesies fungi terdapat di daerah tropis
disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis yang hangat dan lembab yang mendukung
pertumbuhannya. Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh
pada substrat yang mengandung sumber karbon organik.
Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan
untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel
bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga
yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat
menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir telah
diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae, yang
dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, dan bir sejak ribuan tahun yang silam dalam bentuk
ragi.
Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang dan kahamir terutama akan menyerang
saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan gangguan kesehatan yang
paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem imun tubuh yang menyerang spora yang
terhirup (Curtis et al. 2004; Mazur et al. 2006). Penyakit lain adalah infeksi kapang pada saluran
pernapasan, atau disebut mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang umum adalah Aspergillosis,
yaitu tumbuhnya kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan (Soubani &
Chandrasekar 2002). Selain genus Aspergillus, beberapa spesies dari genus Curvularia dan
Penicillium juga dapat menginfeksi saluran pernapasan dan menunjukkan gejala mirip seperti
Aspergillosis.
Selama penyimpanan, makanan atau bahan makanan sangat mudah ditumbuhi oleh
kapang. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia dengan curah hujan, suhu dan kelembaban yang
tinggi sangat mendukung pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin. Kontaminasi mikotoksin
tidak hanya menurunkan kualitas bahan pangan/pakan dan mempengaruhi nilai ekonomis, tetapi
juga membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Berbagai penyakit dapat ditimbulkan oleh
mikotoksin, seperti kanker hati yang disebabkan oleh aflatoksin, salah satu jenis mikotoksin yang
paling banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Karena adanya kontaminasi mikotoksin tidak
kasat mata, terlebih lagi pada makanan olahan, maka diperlu kewaspadaan dalam memilih
makanan terutama bahan makanan atau makanan olahan yang telah disimpan dalam waktu lama.
Destruksi
Destruksi merupakan proses pemusnahan pada hasil pekerjaan mikrobiologi yang telah
mengandung mikroorganisme sebelum dilakukan pencucian. Proses destruksi ini penting untuk
dilakukan, hal ini bertujuan untuk membersihkan semua mikroorganisme yang terdapat pada alat
alat yang telah digunakan pada saat percobaan. Karena kita tidak dapat memastikan bahwa alat
alat itu bersih sebelum di destruksi, bisa saja terdapat bakteri atau mikroorganisme yang dapat
membahayakan diri kita. Proses ini umumnya di lakukan dengan memasukkan semua wadah
atau alat hasil percobaan (yang sudah d kontakan dengan mikroorganisme) ke dalam autoklaf,
kemudian di aktifkan pada suhu 121 derajat celcius selama 30 menit. Bila telah selesai, wadah
yang mengandung media dan mikroba hasil percobaan (yang telah cair) dapat di buang ke
pembuangan umum, kemudian alat dicuci bersih dengan air sabun.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Mikroorganisme dapat dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut
media.
2. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air,
karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
3. Kentang adalah bahan yang baik untuk digunakan sebagai bahan media buatan karena banyak
mengandung karbohidrat.
4. penggunaan alat dan bahan dalam bekerja haruslah slalu terjaga dari kontaminan.
5. Dalam pengidentifikasian bakteri terdapat berbagai macam sifat pertumbuhan koloni bakteri,
baik itu koloni yang terdapat dalam cawan petri, agar miring maupun agar tegak.
6. Kontaminasi adalah proses tercemarnya suatu zat terhadap zat lain yang tidak diinginkan.
Dalam praktikum ini bila pengerjaan proses praktikum tidak steril maka akan tercemar oleh
mikroba seperti khamir dan kapang.
7. Jenis mikroba ada : bakteri, kapang, khamir.
B. Saran
1. laboratorium pada saat praktikum harus lebih bersih lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga
merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung
semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik
(protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan
dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil, medium ini
ditambahkan bahan pemadat 50%[1].
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan
makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga
dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik
dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses
penyerapanya disebut proses nutrisi. Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang
menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber
energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan
nitrogen[2].
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus
disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media[3].
Oleh karena itu dengan diadakannya praktikum ini kita mampu membuat dan
mengetahui cara pembuatan medium.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah untuk mengetahui
beberapa jenis mikroba berdasarkan komposisi dan konsistensinya.
[1] Ratna Hadioetomo, Mikrobiologi Dalam Praktek (Jakarta:PT.Gramedia, 1990), h.61.
[2]Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan Mikroba. http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensi-dasar-untuk-kehidupan-mikroba/.
[3]Ibid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sebagai mahluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat
memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tumbuhannya, seperti dalam sintesa
protoplasma dan bagian-bagian sel yang lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk
memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel memerlukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga
menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang terarah yang berlangsung di
dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di
dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang
disebut katalisator organik atau biasa disebut biokatalisator yang dinamakan enzim. Untuk dapat
memahami tentang nutrisi dan metabolisme ini, pengetahuan dasar biokomia sangat
dibutuhkan[1].
Telah diketahui bahwa mikroorganisme tersebar di alam dengan berbagai macam jenis
dan sifat fisiologis yang beragam, dimana mikroorganisme tersebut mempunyai kebutuhan akan
nutrien yang berbeda-beda pula. Namun demikian susunan kimia selnya hampir sama atau lebih
sama yaitu terdiri atas air yang merupakan bagian terbesar yaitu 80-90%, sedangkan sisanya
berupa komponen lainnya seperti protoplasma, dinding sel, membran protoplasma, cadangan
makanan (lemak, polisakarida, polifosfat, protein dan lain-lain) yang berat keringnya kurang
lebih 0-20%[2].
1. Penggolongan nutrisi mikroba
Mikroba dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan nutrisi yang
diperlukan, sumber energinya dan elektronnya.
a. Berdasarkan nutrisi yang diperlukan, mikroba digolongkan atas:
1. Autotrof, jika karbondioksida (CO2) digunakan sebagai satu-satunya sumber karbon.
2. Heterotrof, jika sumber karbon adalah senyawa organik.
b. Berdasarkan sumber energinya dibedakan atas:
1. Fototrof, jika energi berasal dari sinar matahari
2. Kemototrof, jika energi berasal dari senyawa kimia.
c. Berdasarkan atas sumber elektron dibedakan atas:
1. Litotrof, jika sumber elektron berasal dari senyawa organik.
2. Organotrof, jika sumber berasal dari senyawa organik[3].
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga
merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung
semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik
(protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan
dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil, medium ini
ditambahkan bahan pemadat 50%[4].
2. Medium pertumbuhan mikroba
Untuk menstimulir pertumbuhan mikroba, maka media yang digunakan harus
mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut. Campuran bahan-
bahan (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan, mengisolasi, menguji sifat-sifat fisiologis
dan menghitung jumlah mikroba tersebut dinamakan medium. Media yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba diklasifikasikan berdasarkan komposisi atau susunan kimia, konsistensi
dan sifatnya.
a. Klasifikasi medium berdasarkan komposisi atau susunan kimia digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Medium organik, yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan organik.
2. Medium anorganik, yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan anorganik.
3. Medium sintetik, yaitu media yang tersusun atas senyawa yang diketahui komposisi kimianya
secara tepat. Media tersebut berisi garam anorganik misalnya asam-asam amino, asam lemak,
alkohol, karbohidrat, atau senyawa organik serta vitamin-vitamin.
4. Medium nonsintetik, adalah media yang tidak diketahui komposisi kimiawinya secara pasti.
Beberapa dari komposisi yang ditambahkan misalnya ekstrak beef, ekstrak yeast, peptone, darah,
serum, dan kasein hidrolisat. Contoh NA, NB, PDA.
b. Klasifikasi medium berdasarkan konsistensinya, digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Medium cair, yaitu medium berbentuk cair.
2. Medium padat, medium yang berbentuk padat karena diberi penambahan pemadat ±15%,
medium ini dapat berbentuk medium organik (alamiah), misalnya medium wortel, kentang,
dedak dan lain-lain, atau medium anorganik misalnya silika gel.
3. Medium semi padat, medium cair yang ditambahkan sedikit bahan pemadat (±10%).
4. Medium padat yang dapat dicairkan, yaitu medium yang dalam keadaan panas berbentuk cair
tapi dalam keadaan dingin berbentuk padat, sebab medium ini mengandung agar-agar atau
gelatin maupun gelrite. Berdasarkan atas keperluannya medium ini dapat dibuat tegak atau
miring (misalnya medium agar tegakdan medium agar miring).
c. Klasifikasi medium berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu:
1. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan menstimulasi pertumbuhan
mikroba secara umum. Contoh Nutrien Agar (NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri,
Potato Dextose Agar (PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi.
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya, medium tetes
tebu untuk Saccharomyces cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu untuk
menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi
pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai mikroba contoh
Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen.
Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garamk dan bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media differensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia atau reagensia
tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan perubahan-perubahan
spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya.
6. Medium penguji (Assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu yang digunakan untuk
pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri misalnya medium untuk menguji
vitamin-vitamin, antibiotika dan lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya medium untuk menghitung jumlah bakteri E. coli
air sumur[5].
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada satu substrat yang
disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan. Jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup pada medium yang
sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik,
seperti gula, sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan medium yang sangat kompleks
yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya[6].
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging,
trifton, darah dan juga dapat disebut medium buatan atau medium kompleks. Sebagai lawannya
kita aduk medium yang masing-masing medium yang ditentukan. Medium sintetik mungkin
sangat rumit atau atau sangat berbeda sesuai dengan mikroorganisme tertentu yang hendak
ditumbuhkan untuk sebagian besar medium sintetik hanya digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme dilaboratorium penelitian. Banyak medium saringan lain yang serupa dengan
kaldu yang mengandung makanan[7].
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang
hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang
menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang
dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada
beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi
makanan tersebut sebelumnya harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler[8].
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya
bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient
dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik oranisme baru[9].
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang
ditemukan dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk
suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan (gorong), atau
bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat kimia dan fisika
dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu[10].
[1] Natsir Djide dan Sartini, Mikrobiologi farmasi Dasar (Universitas Hasanuddin: Makassar, 2006). h. 126.
[2] Ibid.[3] Hafsah, Mikrobiologi Umum, (Universitas Islam Negeri Alauddin: Makassar, 2009).
h. 71.
[4] Ratna Hadietomo, Mikrobiologi Dalam Praktek, (PT. Gramedia: Jakarta, 1990). h. 61.
[5] Hafsah, loc. cit. h. 71-73.[6] Iptek, http://www.berita iptek.com/images/ratnon, (09 November 2009). [7] Pelozar, Dasar-Dasar Mikrobiologi, (Universitas Indonesia: Jakarta, 1996). h. 87. [8] Mikrobiologi, http://avalonstar.com/, (09 Nonvember 2009). [9] Media pertumbuhan bakteri, http://freebussines.blogspot.com/, (09 November 2009).[10] Media pertumbuhan bakteri, http://www.blogger.com/blog-this-g, (09 November
2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum kali ini adalah :
Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2009
Pukul : 15.00 – 19.00 Wita
Tempat : Laboratorium Biologi Gedung B Lantai III
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata, Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah labu erlenmeyer, gelas kimia,
gelas ukur, neraca analitik, batang pengaduk, bunsen, otoklaf, kulkas, corong, pisau, dan kompor
gas.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kentang, dekstrosa, bacto
agar, air suling, tauge, sukrosa, ekstrak beef, pepton, laktosa, dan kertas saring.
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah:
1. Pembuatan medium NA (Natrium Agar)
a. Menimbang dengan teliti masing-masing bahan (ekstrak beef, pepton, bacto agar), lalu
melarutkannya dalam aquadest 500 ml, kemudian memanaskannya sambil mengaduknya hingga
homogen.
b. Menutup wadah dengan baik, kemudian mensterilkannya dalam otoklaf pada tekanan 2 atm,
suhu 121oC selama 15 menit.
2. Pembuatan medium NB (Natrium Broth)
a. Menimbang dengan teliti masing-masing bahan (ekstrak beef dan pepton), lalu melarutkannya
dalam aquadest 500 ml, kemudian memanaskannya sambil mengaduknya hingga homogen.
b. menutup wadah dengan baik, kemudian mensterilkannya dalam otoklaf pada tekanan 2 atm,
suhu 121oC selama 15 menit.
3. Pembuatan medium PDA (Potato Dekstrosa Agar)
a. Memotong kentang menyerupai dadu, lalu menimbang semua bahan (kentang, dekstrosa, dan
bacto agar) dengan teliti.
b. Merebus kentang dalam air 250 ml hingga mendidih selama 20 menit. Lau menyaring dengan
kertas saring.
c. Memasukkan dekstrosa dan bacto agar ke dalam ekstrak kentang, lalu mengaduk hingga
homogen.
d. Menutup wadah dengan kapas lalu mensterilkannya dalam otoklaf.
4. Pembuatan medium TEA (tauge Ekstrak Agar)
a. Menimbang bahan denga teliti (tauge, sukrosa, dan bacto agar), kemudian merebus tauge
dalam aquadest 1000 ml, hingga mendidih selama 15 menit, lalu menyaringnya dengan kertas
saring.
b. Memasukkan sukrosa dan bacto agar, lau mengaduknya hingga homogen dan menutup
wadahnya.
c. mensterilkannya dalam otoklaf.
5. Pembuatan medium TEB (TAuge Ekstrak Broth)
a. Menimbang bahan dengan teliti (tauge dan sukrosa), kemudian merebus tauge dalam aquadest
1000 ml, hingga mendidih selama 15 menit, lalu menyaringnya dengan kertas saring.
b. Memasukkan sukrosa ke dalamnya, lalu mengaduknya hingga homogen dan menutup
wadahnya.
c. Mensterilkannya dalam otoklaf.
6. Pembuatan medium LB (Lactose Broth)
a. Menimbang seluruh bahan dengan teliti ( ekstrak beef, pepton, dan laktosa) lalu
melarutkannya ke dalam aquadest 500 ml, lalu mengaduknya hingga homogen
b. Mentup wadah dengan kapas, lalu mensterilkannya dalam otoklaf.
C. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum kali ini adalah :
Hari/Tanggal : Jumat, 04 Februari 2011
Pukul : 10.00 – 12.00 Wita
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata, Gowa
DAFTAR PUSTAKA
Hadietomo, Ratna. Mikrobiologi Dalam Praktek, PT. Gramedia: Jakarta, 1990.Hafsah, S.Si M,Si. Mikrobiologi Umum, Universitas Islam Negeri Alauddin: Makassar, 2009.
Iptek, http://www.berita iptek.com/images/ratnon, (09 November 2009). Media pertumbuhan bakteri, http://freebussines.blogspot.com/, (09 November 2009).
Media pertumbuhan bakteri, http://www.blogger.com/blog-this-g, (09 November 2009).
Mikrobiologi, http://avalonstar.com/, (09 Nonvember 2009).
Natsir Djide, Drs. Mikrobiologi farmasi Dasar, Universitas Hasanuddin: Makassar, 2006.
Pelozar, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia: Jakarta, 1996.
Mikrobiologi Umum; Perc.2 Teknik Pembuatan Medium dan Teknik sterilisasi Medium
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan
mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia.
Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut
media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh
bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi
pertumbuhannya (Label, 2008).
Mikroorganisme yang kita isolasi harus kita ketahui jenis medium yang disukai sehingga
dapat tumbuh dengan baik pada media. Dalam hal ini medium ini akan digunakan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan
maka hendaknya harus sesuai dengan komposisi bahan medium.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari
macam- macam medium, cara- cara pembuatan dari beberapa medium dan sekaligus mengetahui
bahan- bahan yang digunakan serta komposisi juga fungsi dari masing- masing bahan tersebut
dalam membantu pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Sehingga nantinya diharapkan dapat
menumbuhkan, mengisolasi dan menguji sifat fisiologi atau perhitungan mikroorganisme
tertentu.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan media alamiah dan media sintetik.
2. Untuk mengetahui cara sterilisasi medium.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 April 2012, pukul 14.00 – 17.30
WITA. Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi ini biasanya dipergunakan untuk mensterilkan bahan media pertumbuhan
mikroorganisme, dengan menggunakan alat autoklaf. Dengan tekanan bertekanan tinggi maka
suhu yang biasa digunakan kira-kira 120 derjat C.
Media yang sering digunakan dalam pertumbuhan mikroorganisme antara lainya adalah Nutrient
Agar (NA), EMBA, Laktosa Broth, dan Potato Dextose Agar (PDA0
Media meruapakan tempat untuk tumbuhnya atau pembiakan miikroorganisme baik
bakteri atau jamur. Media secara umum terbagi menjadi 4 yaitu Media Nutrient Agar (NA) untuk
pembiakan bakteri, Media Potato Dextose Agar (PDA) untuk pembiakan jamur, Media Laktose
Brouth (LB) untuk pembiakan bakteri dan Media EMBA untuk pembiakan bakteri
Keempat media pembiakan atau tumbuh dari miikroorganisme diatas yang sering digunakan
dalam pembiakan bakteri yang akan di uji atau diteliti dalam laboratorium.
Untuk pembiakan jamur media PDA ini di tempakan pada cawan petri agar mudah
menghitung jumlah koloni yang didapat dari pengujian, sedangkan untuk media LB karena
bentuknya cair maka sering di tempatkan pada tabung reaksi, pada hasil pengujian ini kita hanya
bisa melihat apakah ada perubahan warna pada tabung reaksi tersebut.
1. Berdasarkan susunan kimia media anorganik, media organik, media sintetik, media non sintetik
(Alami)
2. Berdasarkan konsistensinya media cair, media padat, media semi padat.
3. Berdasarkan fungsinya media diperkaya, media selektif, media diferensial, media penguji, media
untuk perhitungan jumlah mikroba.
4. Media umum NA, PDA
5. Media pengaya Mempercpt pertumb yg lain
6. Media selektif SSA, EMBA
7. Media deferensial Agar darah
8. Media penguji menguji antibiotika
9. Media perhitungan umum/selektif
10. Contoh susunan media
NA, PDA, SSA, MBA, Agar Darah.
Untuk penggunaan metode gores dengan medium agar miring, mula-mula disiapkan
media biakan induk dari jenis mikroorganisme bakteri escheria coli, Biakan induk berada di
tabung reaksi yang berisi media agar miring yang berwarna kuning, Pada medium biakan induk,
koloni tampak berupa sebaran/ suspensi putih pada permukaan atas media. Disediakan tiga buah
tabung reaksi berisi medium agar padat. Medium agar miring berwarna kekuningan berfungsi
sebagai tempat menggoreskan jamur dan tempat pertumbuhan koloni jamur. Jarum ose
dipanaskan hingga membara berfungsi untuk mensterilsasi jarum sebelum digunakan dari
mikroorganisme lain, sumbat kapas tabung reaksi yang berisi isolate biakan induk dibuka,
kemudian bibir tabung di panaskan berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari
mikroorganisme lain. Setelah itu, jarum ose dimasukan pada medium biakan induk,jarum ose
bentuk bulat untuk inokulasi bakteri. Pengambilan inokulum dengan dengan menggoreskan
ujung bulat jarum ke media biakan induk, memungkinkan bakteri dapat terambil banyak. Mulut
tabung reaksi yang berisi isolate biakan induk dipanaskan kembali, berfungsi untuk
mensterilisasi tabung dan biakan dari mokroorganisme lain. Kemudian segera di tutup dengan
sumbat kapas lemak bertujuan agar keadaan mikroorganisme di dalam tabung reaksi tetap steril,
apabila ada kontaminan yang akan masuk, maka dapat terserap dengan sumbat kapas tanpa dapat
mempengaruhi mikroorganisme yang akan di biakan, (Anonim:2008)
Teknik inokulasi pada media miring
Setiap perlakuan diusahakan dilakukan secara aseptis ( di dekat api Bunsen) berfungsi
agar saat inokulasi, bahan serta alat gelas yang digunakan tetap steril. Inokulum digoreskan di
permukaan media agar miring di dalam tabung reaksi yang telah di sediakan menggunakan
metode gores mulai dari samping arah zig-zag. Arah zig-zag. Arah zigzag di gunakan supaya
memungkinkan koloni terbentuk tersebar merata dan tampak jelas serta tidak bertumpuk dari
koloni yang akan terbentuk.Panaskan sekeliling mulut tabung dan segera di tutup dengan sumbat
kapas berfungsi untuk mensterilisasi tabung reaksi dan biakan dari mikroorganisme lain.
Inokulum disimpan dalam incubator agar medium dapat tumbuh pada wadah yang steril dengzn
menyeting suhu 370 C sebagai suhu opimum bakteri untuk tumbuh, kemudian di amati dan di
foto bentuk koloni yang terbentuk setelah di inkubasi selama 2x24 jam, Medium yang digunakan
adalah larutan nutrient agar yang sebelumnya dipanaskan agar bisa membentuk medium miring
yang didinginkan hingga memadat dengan memiringkan tabung reaksi sehingga memebentuk
agar miring dan berwarna kuning muda. Medium agar miring adalah medium yang dibuat dalam
tabung reaksi yang diletakan miring pada waktu pendinginan. (Pelczar,m.1986)
Keuntungan media agar miring ini adalah luas permukaan yang kecil sehingga peluang
kontaminasi rendah dan dapat memperluas bidang untuk digunakan strain murni (indukan
murni). Sedangkan kerugiannya hanya memuat sedikit mikroorganisme. Media agar untuk
bakteri digunakan media NA (Nutrien agar) karena yang komposisinya ekstrak daging sapi
didalamnya mengandung protein, karbohidrat, vitamin dan sedikit lemak juga terdapat adanya
beberapa factor pertumbuhan yang tidak mampu mensintesis mikroorganisme, (Waluyo,L,2005)
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta kultur
bakteri. Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan
mikroorganisme pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan bahwa teknik inokulasi adalah
pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama kemedium baru dengan tingkat ketelitian
sangat tinggi dan dituntut untuk bwekera secara aseptic yaitu bebas dari pengaruh kontaminan
mikroorganisme yang lain. Teknik aseptic dilakukan dengan penyediaan alat-alat kerja yang
steril dan bekerja didekat api Bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.pada waktu inokulasi
jarum yang digunakan untuk meindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api segera sebelum
dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghjancurkan semua bentuk kehidupan
yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindahan, setelah di inokulasi biakan bakteri
disimpan dan diinkubasi dalam lingkungan yang sesuai untuk petumbuhan,
(Dwidjoseputro,D.1988)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah Erlenmeyer 500 ml, Erlenmeyer 1000 ml,
corong, batang pengaduk, timbangan analitik, hotplate, gelas ukur 100 ml, tabung raksi, kompor
gas, panci, sendok tanduk, autoclave, pisau, spoid, tabung durham, dan nampan.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah kentang, glukosa, agar, aquadest, tauge,
sukrosa, daging sapi, peptone, EMBA sintetik, nutrient broth, lactose, kertas saring, aluminium
foil, kapas, kertas label, air, karet gelang, kertas dan brontimol biru.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Potato Dextrose Agar (PDA)
1. Menyiapkan kentang, glukosa, agar dan aquadest serta alat lain.
2. Mengupas kentang lalu dipotong dadu kecil, bersihkan.
3. Masukkan potongan kentang ke dalam Erlenmeyer 1000ml lalu diisi dengan aquadest hingga
batas skala 1000ml pada Erlenmeyer.
4. Merebus kentang didalam panic berisi air diatas kompor selama 1-2jam. Aduk selama
perebusan.
5. Setelah 1-2 jam, Erlenmeyer lalu diangkat dari panic.
6. Menyiapkan Erlenmeyer lain yang pada mulut Erlenmeyer telah ditaruh corong yang berisi
kertas saring.
7. Menuang hasil rebusan kentang hingga tak bersisa.
8. Mengukur hasil rebusan dengan menggunakan gelas ukur.
9. Menambah glukosa yang sudah ditimbang hingga 15 gr dan agar sebanyak 15 gr secara
bersamaan. Aduk.
10. Menambahkan aquadest hingga total volume larutan hasil rebusan dan aquadest menjadi 1000 ml
lalu aduk.
11. Menutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil dan kapas.
12. Mensterilisasikan medium dengan memasukkan ke dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
121oc dengan tekanan 2 atm.
B. Tauge Extract Agar (TEA)
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memisahkan bagian kotiledon dan akar tauge, lalu ambil batang tauge, potong kecil, bersihkan.
3. Menimbang tauge pada timbangan analitik hingga mencapai berat 50 gr.
4. Menimbang sukrosa dan agar pada timbangan analitik hingga mencapai berat masing-masing 30
gr dan 7,5 gr.
5. Memasukkan potongan batang tauge ke dalam Erlenmeyer 500 ml lalu diisi dengan aquadest hingga batas skala 500ml pada Erlenmeyer.
6. Merebus tauge diatas kompor selama 1-2jam. Aduk selama perebusan.
7. Setelah 1-2 jam, Erlenmeyer lalu diangkat dari panci.
8. Menyiapkan Erlenmeyer lain yang pada mulut Erlenmeyer telah ditaruh corong yang berisi
kertas saring.
9. Menuang hasil rebusan tauge hingga tak bersisa.
10. Mengukur hasil rebusan dengan menggunakan gelas ukur.
11. Menambah sukrosa dan agar yang sudah ditimbang kedalam air rebusan secara bersamaan Aduk
hingga larut.
12. Menambahkan aquadest hingga total volume larutan hasil rebusan dan aquadest menjadi 500 ml
lalu aduk.
13. Menutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil dan kapas.
14. Mensterilisasikan medium dengan memasukkan ke dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
121oc dengan tekanan 2 atm.
C. Nutrient Agar (NA)
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memotong daging sapi atau mencincang kasar daging sapi, bersihkan.
3. Menimbang cincangan daging sapi pada timbangan analitik hingga mencapai berat 250 gr.
4. Menimbang peptone dan agar pada timbangan analitik hingga mencapai berat masing-masing
7,5 gr.
5. Memasukkan cincangan daging ke dalam Erlenmeyer 500 ml lalu diisi dengan aquadest hingga batas skala 500 ml pada Erlenmeyer.
6. Merebus daging sapi diatas kompor selama 1-2 jam. Aduk selama perebusan.
7. Setelah 1-2 jam, Erlenmeyer lalu diangkat dari panci.
8. Menyiapkan Erlenmeyer lain yang pada mulut Erlenmeyer telah ditaruh corong yang berisi
kertas saring.
9. Menuang hasil rebusan daging hingga tak bersisa.
10. Mengukur hasil rebusan dengan menggunakan gelas ukur.
11. Menambah peptone dan agar yang sudah ditimbang kedalam air rebusan secara bersamaan Aduk
hingga larut.
12. Menambahkan aquadest hingga total volume larutan hasil rebusan dan aquadest menjadi 500 ml
lalu aduk.
13. Menutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil dan kapas.
14. Mensterilisasikan medium dengan memasukkan ke dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
121oc dengan tekanan 2 atm.
D. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang EMBA sintetik pada timbangan analitik hingga mencapai berat 18 gr.
3. Memasukkan EMBA sintetik ke dalam Erlenmeyer 500 ml lalu diisi dengan aquadest hingga batas skala 500 ml pada Erlenmeyer.
4. Merebus larutan diatas hotplate sambil diaduk dengan batang pengaduk selama 1-2 jam.
5. Setelah 1-2 jam, angkat Erlenmeyer.
6. Mengukur hasil rebusan dengan menggunakan gelas ukur.
7. Menambahkan aquadest hingga total volume larutan dan aquadest menjadi 500 ml lalu aduk.
8. Menutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil dan kapas.
9. Mensterilisasikan medium dengan memasukkan ke dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
121oc dengan tekanan 2 atm.
E. Lactosa Broth (LB)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang Nutrient Broth dan lactosa pada timbangan analitik hingga mencapai berat masing-
masing 2,4 gr dan 1,5 gr.
3. Memasukkan nutrient broth dan lactosa ke dalam Erlenmeyer 500 ml 4. Menambahkan aquadest hingga 300 ml menggunakan gelas ukur lalu aduk hingga rata.5. Menetesi brontimol biru ke dalam larutan hingga warna larutan menjadi warna hijau.
6. Menyiapkan tabung reaksi yang didalamnya telah diletakkan tabung durham secara terbalik.
7. Memindahkan larutan menggunakan spoid ke dalam tabung reaksi masing-masing 9 ml.
8. Menutup mulut tabung dengan tangan lalu balikkan tabung reaksi hingga udara dalam tabung
durham tidak ada.
9. Mengembalikan posis tabung reaksi dalam keadaan tegak lalu menutupi mulut tabung reaksi
dengan kapas.
10. Satukan tabung reaksi yang berisi larutan lalu bungkus dengan kertas dan ikat dengan karet.
11. Mensterilisasikan medium dengan memasukkan ke dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
121oc dengan tekanan 2 atm.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Gambar
Nama medium : Potato Dextrose Agar (PDA)Keterangan :
1. Aluminium foil +
kapas
2. Erlenmeyer
3. Medium PDA
Deskripsi : Merupakan medium dengan konsistensi yang padat yang
berguna untuk menyimpan stok murni dan menghitung koloni jamur yang tumbuh.
Termasuk medium semi alamiah karena dalam pembuatannya menggunakan bahan alami dari kentang yang tidak diketahui kandungannya dan bahan sintetik yaitu glukosa.
Umumnya digunakan untuk pembiakan jamur dan kapang.
Termasuk medium umum yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba.Nama medium : Tauge Extract Agar (TEA)
Keterangan :1. Aluminium foil +
kapas
2. Erlenmeyer
3. Medium
Deskripsi :
Merupakan medium dengan konsistensi padat yang
berguna untuk menumbuhkan atau menyimpan stok murni.
Termasuk medium semi alamiah karena dalam
pembuatannya menggunakan bahan alami dari tauge dan
bahan sintetik seperti sukrosa.
Digunakan untuk pembiakan jamur khususnya khamir.
Nama medium : Nutrient Agar (NA)Keterangan :
1. Aluminium foil + kapas
2. Erlenmeyer3. Medium PDA
Deskripsi :
Merupakan medium dengan konsistensi padat karena
diberi agar.
Termasuk medium semi alamiah karena dalam
pembuatannya menggunakan bahan alami dari daging
sapid an bahan sintetik dari peptone.
Termasuk medium umum yang dapat digunakan untuk
menumbuhkan semua mikroba terutama bakteri.
Nama medium : Eosim Methylene Blue Agar (EMBA)
Keterangan :
1. Aluminium foil +
kapas
2. Erlenmeyer
3. Medium EMBA
Deskripsi :
Merupakan medium dengan konsistensi padat karena
mengandung agar.
Termasuk medium sintetik karena dalam pembuatannya
menggunakan bahan sintetik dari EMBA sintetik yang
sudah diketahui pasti komposisinya.
Termasuk medium selektif karena mempunyai
keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk
memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan
kilap logam sedangkan mikroba lain tidak berwarna.
Nama medium : Lactosa Broth (LB)Keterangan :
1. Tabung Erlenmeyer
2. Medium LB
3. Tabung reaksi
4. Tabung durham
5. Kapas penyumbat
Deskripsi :
Merupakan medium dengan konsistensi cair karena tidak
diberi agar.
Termasuk medium yang diperkaya oleh zat-zat kimia
tertentu sehingga digunakan untuk menumbuhkan bakteri.
Termasuk medium sintetik karena mengandung bahan-
bahan sintetik yang telah diketahui komposisnya.
Digolongkan sebagai medium penguji dimana medium ini
digunakan untuk menguji fermentasi laktosa yang
dilakukan oleh bakteri koliform.
IV.2 Pengukuran Komposisi Bahan Medium
1. Untuk takaran 1000 ml
a. Potato Dextrose Agar (PDA)
- Kentang : 200 gr
- Glukosa : 15 gr
- Agar : 15 gr
- Aquadest : 1000 ml
b. Tauge Extract Agar(TEA)
- Tauge : 100 gr
- Sukrosa : 60 gr
- Agar : 15 gr
- Aquadest : 1000 ml
c. Nutrient Agar (NA)
- Daging sapi : 500 gr
- Peptone : 15 gr
- Agar : 15 gr
- Aquadest : 1000 ml
d. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
- EMBA sintetik : 36 gr
- Aquadest : 1000 ml
e. Lactosa Broth (LB)
- Nutrient broth : 8 gr
- Lactose : 5 gr
- Aquadest : 1000 ml
2. Penghitungan untuk takaran 500 ml
a. Tauge Extract Agar(TEA)
- Tauge = 100 gr / 1000 ml x 500 ml = 50 gr
- Sukrosa = 60 gr / 1000 ml x 500 ml = 30 gr
- Agar = 15 gr / 1000 ml x 500 ml = 7,5 gr
- Aquadest = 1000 ml / 1000 ml x 500 ml = 500 ml
b. Nutrient Agar (NA)
- Daging sapi = 500 gr / 1000 ml x 500 ml = 250 gr
- Peptone = 15 gr / 1000 ml x 500 ml = 7,5 gr
- Agar = 15 gr / 1000 ml x 500 ml = 7,5 gr
- Aquadest = 1000 ml / 1000 ml x 500 ml = 500 ml
c. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
- EMBA sintetik = 36 gr / 1000 ml x 500 ml = 18 gr
- Aquadest = 1000 ml / 1000 ml x 500 ml = 500 ml
3. Penghitungan untuktakaran 300 ml
a. Lactosa Broth (LB)
- Nutrient broth = 8 gr / 1000 ml x 300 ml = 2,4 gr
- Lactose = 5 gr / 1000 ml x 300 ml = 1,5 gr
- Aquadest = 1000 ml / 1000 ml x 300 ml = 300 ml
IV.3 Pembahasan
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Fungsi medium antara lain, medium yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba, mengisolasi, memperbanyak, menguji sifat-sifat fisiologis dan
menghitung mikroba.
Pada percobaan yang dilakukan, dibuat 5 jenis medium yaitu:
1. Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA merupakan medium yang dibuat dengan menggunakan bahan alami yang direbus
dan bahan sintetik dari kandungan glukosa sehingga pda termasuk medium semi alamiah. PDA
iini termasuk medium dengan konsistensi padat karena dicampur dengan agar. Medium ini
termasuk medium umum yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba. PDA
dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur dan kapang.
Fungsi dari bahan-bahan medium PDA ialah
- Kentang : sebagai bahan alami pembuatan medium PDA dsan sebagai sumber karbohidrat,
vitamin, dan energy.
- Dextrose : sebagai sumber karbon dan energy.
- Agar : untuk memadatkan medium.
- Aquadest : untuk melarutkan agar, dextrose, dan kentang.
2. Medium Tauge Extract Agar (TEA)
TEA termasuk medium semi alamiah karena dalam pembuatannya menggunakan bahan
alami dari rebusan tauge yang belum diketahui kandungan kinianya dan bahan sintetik dari
kandungan sukrosa yang sudah diketahui komposisinya. Medium ini merupakan medium dengan
konsistensi padat karena mengandung campuran agar sehingga medium dapat mengeras.
Medium ini berguna untuk menumbuhkan atau menyimpan jamur khususnya khamir.
Fungsi dari bahan-bahan medium TEA ialah
- Tauge : sebagai bahan alami pembuatan TEA dan sebagai sumber vitamin, nitrogen organic
dan senyawa karbon.
- Sukrosa : sebagai sumber karbon dan sumber energy.
- Agar : untuk memadatkan medium.
- Aquadest : untuk melarutkan bahan lainnya.
3. Medium Nutrient Agar (NA)
NA termasuk medium semi alamiah karena dalam pembuatannya menggunakan bahan
alami dari rebusan daging sapi yang belum diketahui kandungan zatnya dan bahan sintetik dari
kandungan peptone yang usdah diketahui komposisinya. Medium ini merupakan medium dengan
konsistensi padat karena mengandung campuran agar sehingga medium menjadi mengeras.
Termasuk medium yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba, untuk
pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif.
Fungsi dari bahan-bahan medium NA ialah
- Daging : sebagai bahan alami pembuatan NA dan sebagai sumber nitrogen organic dan
senyawa karbon juga sebagai sumber protein.
- Peptone : sebagai sumber untama nitrogen dan sumber nutrisi.
- Agar : untuk memadatkan medium.
- Aquadest : untuk melarutkan agar, peptone dan ekstrak daging.
4. Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Medium ini termasuk medium sintetik karena menggunakan bubuk EMBA sintetik yang
telah diketahui dengan pasti kandungannya. Medium ini dalam bentuk padat karena pada EMBA
sintetik sudah mengandung agar sehingga medium dapat mengeras. Medium ini mengandung
laktosa dan berguna untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus,
P. aerugenosa dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasikan laktosa menghasilkan koloni
dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam, sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh
koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan methylene blue membantu mempertajam perbedaan
tersebut.
5. Medium Lactosa Broth (LB)
Medium ini termasuk medium sintetik karena dalam pembuatannya mengandung bahan-
bahan sintetik dari kandungan nutrient broth dan laktosa yang sudah diketahui komposisinya
dengan pasti. Merupakan medium cair karena tidak diberi agar sehingga masih berupa larutan.
Medium ini dapat mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan dan produk susu, sebagai
kaldu pemerkaya untuk Salmonella dan dalam memepelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada
umumnya. Laktosa menyediakan osumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organism
koliform. Pertumbuhan dengn pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun hal yang dapat disimpulkan dari percobaan ini ialah:
1. Pada medium alamiah biasanya menggunakan bahan-bahan alami seperti tauge, kentang dan
lain-lain. Cara pembuatannya dengan merebus bahan alami tersebut yang kemudian dicampur
dengan agar dan ditambahkan aquadest sesuai takaran kemudian disterilisasikan. Pada medium
sintetik biasanya menggunakan bahan-bahan sintetik seperti EMBA sintetik, laktosa, dan lain-
lain. Cara pembuatannya dengan mencapur bahan sintetik dengan aquades lalu dihomogenkan
kemudian disterilisasikan.
2. Cara sterilisasi medium dengan menggunakan autoclave pada suhu 121oc dengan tekanan 2 atm
selama 15 menit.
V.2 Saran
Sebaiknya dipraktekkan juga cara membuat medium alami karena di praktikum hanya
diajarkan membuat medium semi alami dan medium sintetik
Pembuatan Medium Dan Sterilisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan diagnosa mikrobiologi sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun
medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan bebas dari mikroba baik bentuk
vegetative maupun spora. Untuk itu sebagai pemula dalam mikrobiologi sangat perlu mengenal
teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman .
Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan kehidupan khususnya mikrobia
dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu
proses untuk mematikan semua mikroorgansime yang terdapat pada atau didalam suatu benda.
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan
bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama-sama dengan uap air
maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering.
Medium merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas
atau didalamnya. Sebelum menumbuhkan mikroorganisme, pertama-tama kita harus memahami
kebutuhan dasarnya lalu mencoba memformulasikan suatu medium yang memberikan hasil baik.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan untuk menambah pengetahuan
tentang cara pembuatan medium dan juga cara menstrilisasikan medium.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah :
a. Mengetahui cara membuat media pertumbuhan mikrorganisme.
b. Mengetahui jenis medium.
c. Mengetahui cara mensterilkan medium.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang
akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya
menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang
tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah
sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat (Hadioetomo,
1993).
Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi
terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk
kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena
oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam ketentuan seperti jika yang
ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai
komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan
medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika. Bahan agar yang utama adalah
galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus Gelidium). Agar akan larut atau
cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang lebih 43oC (Hadioetomo, 1993).
Menurut Schlegel (1993) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui
metode bacteriaological.
Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Subtansi kimia organik dan
inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil dari
likungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di sel beberapa
nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler (Lim, 1998). Bakteri
dalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang tidak punya
akar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri berarti
meningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10 bakteri dalam 1
ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka
terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut
dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru (Volk, 1993).
Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat.
Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibrio cholerae
yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan.
Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC (Volk, 1993).
PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pembuatan
medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan
medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan
atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain
pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan
(Dwidjoseputro, 1994).
Menurut (Suriawati, 2005), Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:
a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan
selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur
atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan
temperatur 170OC– 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk
peralatan gelas).
b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan
formalin).
c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau
tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja
filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat
(dalam hal ini adalah mikroba).
Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi. Penggunaan
autoklaf untuk sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan sembarangan dan dibuka-buka karena isi
botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan
angka 0 serta dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengandung vitamin,
gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan. Cara ini untuk
menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat langsung disimpan di lemasi es jika medium
sudah dapat dipastikan steril (Dwidjoseputro, 1994).
BAB IIIMETODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : 03 November 2011
Waktu : 10.00 sampai selesai
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi FMIPA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam laboratorium yakni:
1. Erlenmeyer 100 ml
2. Neraca analitik
3. Hot plate
4. Gelas ukur 100 mL
5. Batang pengaduk / Magnet Stirrer
6. Sendok Zat
7. Pipet tetes
8. Autoklaf
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam laborattorium mikrobiologi yakni:
1. Kapas
2. Aluminium Foil
3. Aquades
4. Agar
5. NA (Nutrien Agar)
6. MEA (Malt Extract Agar)
7. PDA (Potato Dextrose Agar)
8. LB ( Lactosa Broth)
9. KOH 1%
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini yakni:
1. Menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan kedalam Neraca Analitik sesuai dengan
jumlah yang diperlukan.
2. Kemudian memasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml, dan menambahkan aquades sebanyak 250
ml dan agar 7 gram kedalam masing-masing bahan.
3. Memanaskan larutan tersebut sampai mendidih di atas Hot Plate dan diaduk dengan magnetic
stirer agar larutan homogen.
4. Kemudian larutan diangkat dan mendinginkannya.
5. Setelah larutan dingin, kemudian mengukur pH nya.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil yang telah didapatkan dari percobaan yakni:
No
Nama dan
Gambar
Fungsi
Warna sebelum
pengadukan
Warna sesudah
pengadukan
1. PDA Sebagai
tempat
pembiak
an
mikroba
KeruhKuning
Tua
2. LB
Sebagai tempat
fermentasi
Merah Merah Tua
3. MEA Sebagai tempat
pembiakan mikroba
Coklat Coklat Tua
4. NA
Sebagai tempat
pembiakan bakteri
KeruhKuning
kecoklatan
C. Pembahasan
Medium merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas
atau didalamnya, medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain adalah harus
mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan
osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan
ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus
berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh
dengan baik. Percobaan kali ini yaitu pembuatan medium NA, PDA, LB DAN MEA.
NA (Nutrien agar) digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Pembuatan medium
percobaan ini dengan menggunakan NA (Nutrien Agar), dimana dalam pembuatannya terlebih
dahulu dengan cara menimbang bahan yang akan digunakan kedalam neraca analitik sesuai
dengan jumlah yang diperlukan kemudian memasukkan bahan kedalam Erlenmeyer 250 ml,
dimana bahan tersebut adalah aqades 250 ml, NA 3,75 dan agar 7 gram setelah itu dipanaskan
diatas hot plate 440 oC di ikuti oleh pengadukan dengan menggunakan magnetik stirer, tujuan
dari pemanasan dan pengadukan ini adalah untuk menghomogenkan NA dengan aqades, dimana
dengan pemanasan dapat mempercepat pelarutan dari Na dan Aqades. Setelah dipanaskan
beberapa menit larutan berubah warna dari keruh menjadi kuning kecoklatan hal ini menandakan
larutan telah homogen. Setelah itu larutan ditambahkan KOH 1 % yang bertujuan mendapatkan
pH netral yaitu 7 dan didinginkan kemidian diukur pHnya, pH yang diperoleh 7 hal ini
menandakan bakteri dapat hidup pada pH tersebut, hal ini sesuai dengan literatrur yang
menyatakan bakteri dapat hidup pada pH 6,8-7. Kemudian dimasukkan kedalam autoklav
dengan mulut Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan dilapisi kertas diluarnya. Tujuan dari
penutupan ini agar meminimalkan kontaminasi. Pembuatan NA berdasarkan konsistennya
termasuk medium padat dan menurut kegunaannya termasuk medium umum.
PDA (Potato Destore Agar) digunakan untuk menumbuhkan fungi atau jamur. Pembuatan
medium pada percobaan ini dengan menggunakan PDA (Potato Destore Agar) dimana dalam
pembuatannya terlebih dahulu dengan cara memasukkan 200 ml aqades dan 50 ml ekstrak
kentang,3,75 deglucose dan 7 gr agar kemudian dipanaskan diatas hot plate 440 oC diikuti oleh
pengadukan dengan tujuan dari pemanasan dan pengadukan ini untuk menghomogenkan PDA
dengan aqades, dan pemanasan bertujuan mempercepat pelarutan dari PDA. Setelah dipanaskan
beberapa menit larutan berubah warna dari keruh menjadi kuning tua, hal ini menunjukkan
larutan telah homogen. Kemudian larutan didinginkan dan diperoleh pH 5,72 hal ini sesuai
dengan liateratur fungi hidup pada pH 5,2-5,8. Setelah itu dimasukkan kedalam autoklav tetapi
sebelum dimasukkan mulut Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan kemudian dibungkus dengan
kertas, hal ini bertujuan agar meminimalkan kontaminasi. PDA termasuk medium nonsintetik
karena termasuk medium padat sedangkan menurut fungsinya termasuk medium umum.
MEA (Malt Extract Agar) digunakan sebagai media pertumbuhan khamir. Dimana dalam
pembuatannya terlebih dahulu melarutkan MEA (Malt Extract Agar) sebanyak 12,5 gram
kedalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan aqades 250 ml setelah itu dipanaskan diatas hot
plate dengan suhu 480 0C diikuti dengan pengadukan menggunakan magnetic stirer, tujuan dari
pengadukan dan pemanasan untuk menghomogenkan MEA dengan aqades dan pemanasan
bertujuan untuk mempercepat pelarutan dari MEA. Setelah dipanaskan beberapa menit larutan
berubah warna dari coklat menjadi tua hal ini menujukkan larutan telah menjadi homogen
kemudian larutan didinginkan dan diukur pHnya, Ph pada MEA = 5,4 ± -0,2 pH maksimal 5,6
dan pH minimal 5,2. pH yang diperoleh pada percobaan ini yaitu 5,6. Setelah itu dimasukkan
kedalam autoklaf dengan mulut Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan diluarnya dibungkus
dengan kertas, hal ini bertujuan untuk meminimalkan kontaminasi.
LB (Laktosa Broth) digunakan untuk fermentasi. Dimana dalam pembuatannya terlebih
dahulu LB dilarutkan sebanyak 3,25 gram kedalam Erlenmeyer 250 ml dan menambahkan
aqades 100 ml setelah itu dipanaskan dengan suhu 300 0C diikuti dengan pengadukan
menggunakan magnetik stirrer, tujuan dari pengadukan untu menghomogenkan LB dengan
aqades sedangkan pemanasan bertujuan untuk mempercepat pelarutan dari LB. Setelah
dipanaskan larutan berubah warna dari merah menjadi merah tua, hal ini menujukkan larutan
telah homogen. Setelah dipanaskan larutan didinginkan kemudian di ukur pHnya, Ph yang
diperoleh 6,7 sedangkan Ph netral untuk LB yaitu 6,8. Setelah itu mulut Erlenmeyer disumbat
dengan kapas dan diluarnya dibungkus dengan kertas, hal ini bertujuan untuk meminimalkan
kontaminasi dan dimasukkan kedalam autoklav.
Autoklav adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi. Autoklaf termasuk dalam teknik
sterilisasi secara fisika dengan prinsip arus uap dan tekanan. Alat ini sering digunakan dalam
teknik pensterilan karena tingkat koefisien dan sifat alat yang tidak merusak kandungan dalam
media pertumbuhan yang dipakai yaitu NA, PDA, MEA dan LB.
Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan fisika)
yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme. Sterilisasi yang digunakan
dalam percobaan ini adalah secara fisika yaitu menggunakan panas, dimana panas yang
digunakan adalah bersama uap air yang biasanya disebut sterilisasi basah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Teknik sterilisasi dapat dilakukan dengan tekanan uap tinggi menggunakan otoklaf sehingga alat
dan media steril.
2. NA (Nutrient Agar ) digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri.
3. MEA (Malt Extract Agar) digunakan sebagai media pertumbuhan yeast atau khamir.
4. PDA (Potato Destroxe Agar) digunakan untuk menumbuhkan fungi atau jamur.
5. LB (Laktosa Broth) digunakan untuk fermentasi.
6. Sterilisasi dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme
yang tidak diinginkan.
7. Komposis media bahan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sterilisasi dilakukan
bakteri demi mengoptimalkan pertumbuhannya, yang mana tiap-tiap komposisi harus setimbang
jumlahnya.
B. Saran
Pada praktikum selanjutnya medium untuk pertumbuhan mikroba dapat dibuat lebih
banyak lagi dan pada saat praktikum kedepannya diharapkan praktikum berjalan dengan tertib
tanpa kegaduhan dalam ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadioetomo, R. , 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia: Jakarta.
Lim,D, 1998, Microbiology, 2nd Edition, McGrow-hill book, New york.
Schegel, G.H, 1993, General Microbiologi seventh edition, Cambrige University Press, USA.
Suriawiria, U, 2005, Mikrobiologi Dasar, Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima, Erlangga: Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan atau
mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya pembiakan bakteri dan jamur
dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan yang akan dilakukan di dalam
laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu kita memerlukan bakteri dan jamur untuk
suatu percobaan, maka bakteri dan jamur tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan
jamur tersebut dapat disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada
kerusakan.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Ratusan spesies
mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit.
Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal kita juga
dihuni oleh beragam mikroorganisme. Campuran mikroba tersebut dapat dipisahkan
dengan tehnik isolasi. Isolasi mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari
biakan campuran menjadi satu biakan murni (populasi sel yang semuanya berasal dari
satu sel induk).
B. Tujuan
1. Mempelajari sifat-sifat koloni pada media agar
2. Memahami cara mengisolasi suatu mikroba untuk mendapatkan biakan murni
3. Mempelajari sifat-sifat koloni jamur yang tumbuh pada media tauge agar dan
mengidentifikasikan jenis jamur yang tumbuh
4. Mempelajari cara mendapatkan biakan murni dari biakan campuran (memisahkan satu
jenis mikroba)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menumbuhkan mikroba dan mengembangbiakan mikroba, diperlukan
suatu substrat yang disebut dengan media. Sedangkan media itu sendiri sebelum
dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain
yang tidak diharapkan. Susunan bahan, baik bentuk bahan alami (seperti tauge,
kentang, telur, daging, wortel, dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk
senyawa kimia, organik, ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroba dinamakan media (Anonima 2011: 9).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media,
pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O)
sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi
sebagai pemadat media (Soni, Ahmad 2010: 8).
Medium dapat diklasifikasikan berdasar atas susunan kimia, konsistensi, dan
fungsinya. Klasifikasi medium berdasarkan susunan kimianya, yakni, medium organik,
yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan organik, medium anorganik, yaitu
medium yang tersusun dari bahan-bahan anorganik, medium sintetik, yaitu medium
yang sususan kimiawinya dapat diketahui dengan pasti, dan medium non-sintetik, yaitu
medium yang susunan kimiawinya dapat diketahui dengan pasti (Anonima 2011: 9).
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat
hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sistesis sel, keperluan energi
dalam metabolism, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber
energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, phospat, oksigen, hidrogen,
serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar, medium dapat pula
ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, dan nukleotida (Waluyo
2007: 61).
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat
pula digunakan untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat-sifat fisiologi dan
perhitungan jumlah mikroba. Media agar-agar merupakan media yang sangat baik
untuk memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya
menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
pada media agar memungkinkan tumbuh dengan agak berjauhan dengan sesamanya
juga memungkinkan selnya membentuk atau membelah dan berhimpun untuk
membentuk satu koloni. Sekelompok sel yang dapat dilihat dengan mata biasa semua
sel dalam koloni itu sama dianggap adalah satu keturunan mikroorganisme bisa disebut
berasal dari satu sel yang sama yang disebut biakan murni (Anonimb 2011: 1).
Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum. Dengan
menginokulasi medium agar nutrien (nutrient agar) dengan metode cawan gores atau
dengan metode cawan tuang, sel-sel mikroba itu akan terpisah sendiri-sendiri. Jika dua
sel pada inokulum asal terlalu berdekatan letaknya pada medium agar, maka koloni
yang terbentuk dari masing-masing sel dapat bercampur dengan sesamanya, atau
paling tidak bersentuhan, jadi massa sel dapat diamati dala medium agar, bukanlah
suatu biakan yang murni (Pelczar 2008: 86).
Medium manusia dapat berupa: medium cair, yang biasa digunakan adalah air
kaldu.
Medium kental, dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang dipoto
ng-potong berupa silinder untuk medium-medium yang diperkaya dan medium kering.
Pekerjaan laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan telah adanya
bermacam-macam medium yang tersedia dalam bentuk serba kering. Dan yang terakhir
adalah medium sintetik yang berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu, yang
mengandung zat karbon dan nitrogen yang diperlukan oleh mikroba untuk melakukan
metabolisme (Dwidjoseputro 1991: 40).
Media setengah padat dibuat dengan bahan yang sama dengan media padat,
tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat
gerak kuman secara mikroskopik. Pada media mati juga dikenal dengan adanya media
sintetis. Media sintesis merupakan media yang mempunyai kandungan dan isi bahan
yang telah diketahui secara terperinci. Media sintesis sering digunakan untuk
mempelajari sifat faali dan senyawa genetika mikroorganisme. Senyawa anorganik dan
senyawa organik yang ditambahkan kedalam media sintetis harus murni. Dengan
demikian, media sistetis harganya menjadi cukup mahal (Waluyo 2007: 63).
Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium adalah
kaldu cair dan kaldu agar. Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri
adalah medium yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-
sayuran, sisa-sisa makanan, atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Supaya
mikroba dapat tumbuh dengan baik, dalam suatu medium perlu dipenuhi syarat-syarat
yakni: medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikrobia,
medium juga harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan muka, dan pH yang sesuai,
medium tidak mengandung zat-zat yang menghambat, dan medium harus steril tidak
ada kontaminan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan (Anonima 2011: 9).
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi
oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam
media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan
nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik
yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang
berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberjasilan
kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik
yang sesuai. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi beberapa faktor, yaitu ;
- Suhu
- Cahaya
- Pengeringan (kelembaban)
- Keasaman (pH)
- Pengaruh O2 dari udara
- Pengaruh tekanan osmotik
- Pengaruh mikroorganisme disekitarnya
- Pengaruh zat kimia (desintektan0 terhadap mikroba
(Michael J. Pelczar, Jr. 2005, dasar-dasar Mikrobiologi)
Koloni bakteri memiliki beberapa ciri berdasarkan bentuk, tepian, dan elevasinya:
a. Berdasarkan bentuk, contohnya
- Bundar
- Bundar dengan tepian kerang
- Bundar dengan tepian timbul
- Keriput
- Tak beraturan dan menyebar
b. Berdasarkan tepian, contohnya :
- Licin
- Berombak
- Berlekuk
- Tak beraturan
- Siliat
c. Berdasarkan elevasi, contohnya :
- Datar
- Timbul
- Cembung
- Seperti tetesan
- Seperti tombol
(Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan medium
yaitu :
a. Besar kecilnya koloni
b. Bentuk
c. Kenaikan permukaan
d. Halus kasarnya permukaan
e. Wajah permukaan
f. Warna
g. Kepekaan
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan
tepi. Sedangkan sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berisikan pada bentuk dan tepi
koloni. (dr. Indan Entjang, 2003. Mikrobiologi dan Parsitologi).
Jamur merupakan salah satu anggota dari fungi. Kadang pertumbuhannya pada
makanan mudah dilihat karena tampak berserabut seperti kapas. Mula-mula berwarna
putih à jika sudah ada sporaà terbentuk warna (tergantung jenis jamurnya). Ada tiga
macam morfologi hifa, yaitu :
a. Aseptat atau senosit
b. Septat dengan sel-sel uninukleat
c. Septat dengan sel-sel multinukleat
(Pelczar dan Chan, 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi)
Nama jenis jamur yang sering ditemui
1. Penicillium : hijau kebiruan, susunan konidia seperti sapu
2. Aspergillus : hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya
3. Verticillium : coklat merah muda, konidia berbentuk olips
4. Irichoderma : hijau, secara makroskopis menyerupai penicillium
5. Gliocladium : hijau kehitaman, tumbuh lebih cepat dari 1 dan 2
6. Hormodendrum : permukaan hijau muda sampai kelabu, permukaan bagian bawah
berwarna kelabu sampai hitam
7. Pleopora : permukaan sawo matang sampai hijau dengan permukaan belakang coklat
sampai hitam, memperlihatkan oskospora
8. Scopulariopsisi : coklat muda, konidia berdinding kasar
9. Paecilomyces : coklat kekuningan, konidia berbentuk elips
10. Alternaria : permukaan hitam dengan tepian kelabu, permukaan belakang berwarna
hitam
11. Helminthosporium : permukaan hitam dengan tepian kelabu
12. Pullularia : permukaan hitam, mengkilat, seperti kulit, berdinding tebal dengan spora
menguncup
13. Oospora : permukaan berwarna kulit hifa pecah menjadi sel-sel berbentuk persegi
panjang dan berdinding tipis.
(Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Di alam bebad tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies
lainnya. Di laboratorium, supaya kita hanya mendapat satu spesies saja dalam suatu
biakan campuran menjadi biakan murni memerlukan tehnik-tehnik untuk mengisolasi.
Populasi campuran menjadi satu populasi sel. Biakan murni adalah biakan yang hanya
terdiri dari satu populasi jenis mikroba yang semuanya berasal dari satu sel induk.
Isolasi bakteri artinya memisahkan satu jenis bakteri dari biakan campuran menjadi
biakan murni. Untuk mengisolasi suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu :
1. Cara cawan gores
2. cara cawan tuang
3. Cara cawan sebar
(Ani Murniati, 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Bahan
Ekstrak daging
Pepton
NaCl
Aquades
Agar
PCA
NB
PDA
EMB
SSA
NA
b. Alat
Gambar alat Nama alat
Hot plate
Neraca
Batang pengaduk
Erlenmeyer
Beker glass
Autoklaf
Tabung reaksi
c. Prosedur kerja
NAa. Semua bhan dicampur dalam erlenmeyer lalu dipanaskan hingga mendidih sambil
diaduk, kemudian sumbatlah erlenmeyer dengan kapas
b. Ceklah pH-nya dengan kertas pH (pH ± 7,0)
c. Sterilkan media dalam autoklaf selama 15menit pada suhu 121 OC
d. Tuangkan media yang masih panas (suhu > 45 OC) kedalam petridish ( ± 15 ml) atau
tabung reaksi ( ± 5 ml). Kerjakan dalam ruang yang steriluntuk mencegah kontaminasi
e. Sebaiknya pada saat menuang media : untuk membuka / menutup patridish / tabung
reaksi bertutup gunakan tangan kiri; untuk membuka/menutup erlenmeyer berisi media
steril gunakan tangan kanan. Lakukan didekat pembakaran (burner).
f. Dinginkan tabung reaksi pada posisi tegak (agar tegak) atau posisi miring (agar miring)
NBa. Semua bahan dicampur dalam erlenmeyer lalu dipanaskan sampai mendidih sambil
diaduk. Keudia sumbatlah erlenmeyer dengan kapasb. Ceklah pH-nya dengan kertas pH (pH-nya diukur sampai pH ± 7,0)c. Sterilkan media dalam autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 OC d. Tuangkan dalam tabungtabung reaksi sebanyak ± 5 ml (1/2 bagian) simpan dalam
inkubator.
EMB
a. Siapkan alat dan bahan
b. Timbang reagen 7,9 gr (sesuai dengan kebutuhan, berpedoman pada cara pembuatan
media yang tertera pada botol reagen
c. Ukur pH aquadest 6,8±0,2. Jika pH masih di bawah ketentuan ( <5)>7) maka
tambahkan HCL.
d. Bahan yang telah ditimbang dilarutkan di dalam aquadest 200ml lalu di aduk. Karena
tidak semua langsung larut maka digunakan waterbath untuk melarutkannya.
e. Larutan yang telah larut kemudian disterilkan di dalam autoclave Selama 15 menit
setelah mencapai 121ºC
f. Setelah 15 menit larutan dikeluarkan dari autoclave dan dituang ke dalam 10 plate yang
telah disiapkan.
g. Plate yang telah diisi media tadi disimpan sampai dingin dan padat.kemudian di simpan
dalam lemari Es
SSAa. Menyiapkan alat dan bahan
b. Cara penimbangan
a) Penimbangan reagent dilakukan sesuai dengan kebutuhan/volume
yang akan dibuat berpedoman kepada cara pembuatan yang tertera pada botol reagent
b) Pada botol reagent tertera 60 gram dalam 1 liter oleh karena pada
saat itu volume yang dibuat adalah 1000 ml, maka ditimbang 30 gram sebanyak 2 kali
dan dilarutkan masing-masing ke dalam 500 ml aquadest untuk mempermudah dalam
proses pelarutan
c. Mengatur pH aquadest
a) Untuk menghindari kesalahan pembuatan media khususnya SSA,
salah satunya harus memperhatikan pH aquadest yang digunakan. pH aquadestyang di
atur pH nya sesuai dengan volume yang akan kita gunakan.
b) pH aquadest untuk media SSA yaitu 7,0±0,2, jika pH masih
dibawah ketentuan atau cenderung ke asam (<5),>7), maka harus ditambahkan HCL
tetes demi tetes hingga mencapai pH yang digunakan
d. Cara melarutkan SSA
a) Bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
1000 ml, sisa bahan yang menempel pada cawan yang digunakan menimbang dibilas
dengan aquadest sebanyak 3 kali, kemudian tambahkan aquadest dengan pH yang
telah di atur sebelumnya sampai pada garis tanda 500 ml lalu di aduk
b) Karena tidak semua langsung larut maka untuk melarutkannya
digunakan waterbath. Waktu pelarutan tidak ditentukan, namun sesekali harus dicek
hingga tidak ada lagi butiran zat pada dinding tabung atau larutan.
c) SSA tidak disterilkan dalam autoclave karena ada zat zat yang akan
rusak yakni sodium sitrate dan sodium thiosulphate.
e. Menuang ke dalam plat
a) Tuang ke dalam plat (petridish) yang telah di sterilkan, caranya
buka tutup petridish seminim mungkin untuk menghindari atau meminimalisasi
terjadinya kontaminan lalu tuang larutan hingga menutupi permukaan petridish, tapi
jangan terlalu tipis maupun terlalu tebal
b) Setelah penuangan selesai biarkan media tersebut sampai dingin
dan padat. Setelah itu media tersebut dibungkus dan disimpan dalam lemari es.
PDA
a. D i s i a p k a n a l a t d a n b a h a n
b. Media PDA d i t imbang sebanyak 3 ,9 g r
c. Ditambahkan aquadest sebanyak 100ml dan diaduk rata
d. Dipanaskan h ingga te rcampur ra ta
e. 500mg antibiotik digerus halus dan dimasukkan ke dalam media
f. Media d is te r i l kan d i au toc lave se lama 1 jam
g. Setelah disterilisasi media dituang ke dalam petridish
h. Media ditunggu hingga dingin kemudian dibungkus dengan kertas
i. Media d is impang d i da lam lemar i es
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No. Jenis Media Cara Pembuatan Kegunaan
1.Media Agar dalam
cawan petri
Ditimbang media NA sebanyak 20 gr, kemudian dmasukkan dalam Erlenmeyer yang telah berisi aquades sebanyak 1 L lalu dipanaskan dengan hot plate sampai mendidih, dituangkan kedalam cawan petri yang sudah disterilkan selama 15 menit, ditunggu sampai padat, lalu dibungkus. media yang steril di autoklaf, yang tidak steril inkubator.
Untuk membiakkan bekteri pada medium datar sehingga dapat dilihat dengan jelas.
2. Media Agar Miring
Ditimbang media seperlunya, dimasukkan kedalam Erlenmeyer, lalu masukkan magnetik strirrer ditutup dengan alumunium, kemudian dipanaskan diatas hot plate sampai memdidih kemudian diangkat dan dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5ml. setelah beku, dibungkus dengan kertas dan di sterilkan ke dalam autoklaf lalu tabung dimiringkan. PDA=39 gr.
Untuk membiakkan bakteri pada medium tegak dan miring dalam tabung reaksi.
3. Media Cair
Pembuatan media agar tegak sama dengan media agar media agar miring. Agar dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu dibungkus dengan kertas. Untuk media yang akan disterilkan dimasukkan autoklaf.
Untuk membiakkan bakteri pada medium tegak, inokulasinya digunakan dengan cara penusukkan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini menggunakan dua medium, yaitu medium Nutrient
Agar atau NA dan Potato Dextrose Agar atau PDA. Setiap medium memiliki fungsi
masing-masiing dalam menumbuhkan mikroorganisme. Medium NA memiliki fungsi
yakni untuk mengembangbiakkan bakteri secara umum, sedangkan medium PDA
berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan fungi atau jamur. Kedua
medium tersebut sama-sama terbentuk dari medium agar, hanya berbeda jenis
nutrisinya. Medium NA mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri, sedangkan medium PDA mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jamur. Menurut Pelczar (2008: 138), menyatakan bahwa sifat-sifat media
yang digunakan untuk faktor pertumbuhan yaitu harus mudah tumbuh, media harus
dibuat, pertumbuhan bakteri harus khas dan mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika
sifat ini dipenuhi, maka pertumbuhan bakteri akan bagus.
Pada proses pembuatan media, baik medium NA maupun media PDA
menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan agar dengan aquades selama
pemasakan agar. Menurut Hadiotomo (1993: 53), magnetik stirrer berfungsi sebagai
alat penghomogenan atau pemercepat pelarutan, dan juga mengaduk medium selama
sedang dipanaskan agar tidak terjadi penggumpalan pada saat dipanaskan. Selain itu,
hot plate digunakan untuk memanaskan medium hingga masak dan mempercepat
reaksi yang terjadi pada medium hingga mendidih. Autoklaf berfungsi untuk
mensterilkan bahan-bahan dan alat-alat yang tahan terhadap panas dan tekanan yang
tinggi. Pada waktu tertentu, jarum ose digunakan untuk memindahkan biakan dari satu
medium ke medium yang lainnya.
Dalam pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrien media yang
dibuat. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air. Menurut Anonimb (2011: 1),
bahan-bahan yang terlarut di dalam air yang digunakan mikroorganisme untuk
membentuk badan sel dan memperoleh energi yang berasal dari bahan makanan.
Perbedaan antara medium NA dan medium PDA yaitu terdapat pada nutrien
penyusunnya. Pada medium NA, nutrien utama penyusunnya yakni adalah sepotong
kaldu sedangkan medium PDA nutrien utama penyusunnya terdapat pada kentang.
Karena itu nutrient ini dinamakan Potato Dextrose Agar.
Pada medium yang telah disterilkan, tidak terdapat mikroba dan tidak terjadi
perubahan fisik seperti perubahan warna, tidak berbau, tidak terlihat permukaan
medium yang tidak ditumbuhi oleh koloni mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa medium
yang telah disterilisasi tidak terjadi kontaminasi mikroba, sedangkan pada medium yang
tidak disterilisasi terlebih dahulu ditumbuhi oleh mikroorganisme dan terjadi perubahan
fisik pada medium tersebut. Terjadinya perubahan fisik menunjukkan bahwa medium
terkontaminan atau terdapat mikroorganisme. Menurut Dwidjoseputro (1998: 59),
terjadinya perubahan fisik pada medium ini disebabkan oleh mikroba yang terdapat
pada medium. Hal ini menunjukkan bahwa medium telah terkontaminasi.
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi
oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Menurut
Anonimb (2011: 1), macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai
cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga
perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum.
Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga
menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam
lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu
kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai.
Bakteri tidak dapat hidup tanpa adanya media yang mengandung nutrisi-nutrisi
untuk pertumbuhannya. Menurut Pelczar (2008: 139), media pertumbuhan
mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Pada dasarnya media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok
besar yaitu medium cair, medium kental, medium yang diperkaya, medium kering dan
media sinergik. Medium cair yang sering digunakan diantaranya peptone. Peptone ialah
protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Medium kental biasa
terdapat unsur agar-agar yang berfungsi untuk memperkental tidak untuk merbuah
kandungan nutrisi media tersebut. Menurut Waluyo (2010: 134), berdasarkan bentuk
fisiknya, media pertumbuhan dapat dikelompokkan menjadi media padat, setengah
padat dan cair. Media padat adalah media yang mengandung 15% agar sehingga
mudah mengeras. Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat
dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi
tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair yaitu media yang
tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
berdasarkan tujuan pembuatannya, media dapat dikelompokkan menjadi 6
kelompok. Menurut Pelczar (2008: 139), media pertama adalah media yang digunakan
untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan
mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. Media selektif/penghambat merupakan
media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga
media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Media yang diperkaya, media untuk peremajaan
kultur, media untuk mementukan kebutan nutrien tertemtu, media untuk karakteristikasi
bakteri dan media diferensial adalah beberapa bentuk media berdasarkan fungsi
tujuannya.
Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media
merupakan beberapa syarat untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Menurut Stanier (2011: 221), pada pembuatan media untuk berbagai
macam organisme harus menggunakan bahan yang mengandung banyak protein
dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri. Salah satu
bahan yang sering dipergunakan adalah tauge. Tauge berfungsi sebagai sumber
protein, sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga cocok dijadikan untuk
media pertumbuhan mikroba.
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan
adalahmemahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau
bahan yangakan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai
komponen utamaprotoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel.
Pembuatan medium sebaiknyamenggunakan air suling. Air sadah umumnya
mengandung ion kalsium dan magnesium yangtinggi. Pada medium yang mengandung
pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas airsadah sudah dapat menyebabkan
terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat .Alat yang akan digunakan dalam
suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasiterlebih dahulu untuk membebaskan
semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi
merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yangteradapat pada
suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitupenggunaan
panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia(etilena
oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin).Memformulasikan
suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam ketentuanseperti jika yang ingin kita
membuat medium untuk organisme bersel tunggal, biasanya airsangat penting sebagai
komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien kedalam sel.
Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika.
Bahanagar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga
genusGelidium). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100 0C dan akan cair
apabila kuranglebih 43oC. Agar merupakan media tumbuh yang ideal yang
diperkenalkan melalui metode bacteriaological.
Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Subtansi kimia
organik dan inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien
diambil darilingkungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju
sel. Di selbeberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses
seluler. Bakteridalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya.
Bakteri yang tidak punyaakar harus berada pada permukaan larutan makanan yang
cair. Pertumbuhan bakteri berartimeningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang
menyusun). Apabila disusun 10 bakteridalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam
kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiapmilimeternya, maka terjadilah pertumbuhan
bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadidengan proses yang disebut dengan
pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru .Pertumbuhan
bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat.Kebanyakan bakteri
tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibriochplerae yang dapat
hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan.
Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-400C. pH
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalampembuatan
medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk
dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi
tersebut.Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan
bahwa mediummasih steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat
dan medium yangsteril juga menentukan .Pembuatan medium Nutrien Agar (NA)
menggunakan bahan utama beef ekstrak 5 g,peptom 3 g dan agar 3 g. Pada awal
pengamatan medium Nutrien Agar, sebelum prosessterilisasi berwarna kuning, setelah
sterilisasi warna medium menjadi agak coklat. Padapembuatan medium NA ini
ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2.
Nutrient agar (NA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan
alami(daging) dan bahan sintesis (pepton dan agar). Fungsi bahan yang digunakan
pada mediumNA :- Daging : sebagai sumber vitamin B, mengandung nitrogen organik
dan senyawa karbon.- Pepton : sebagai sumber utama nitrogen organic dan sumber
nutrisi- Agar : Untuk memadatkan medium NA.- Aquadest : Untuk melarutkan agar,
pepton, dan daging.
Media PDA (Potato Dextrosa agar) merupakan medium semi sintetik.
Mediamerupakan tempat dimana tejadi perkembangan organisme. Organisme
menyerapkarbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang telah
bercampur. Halinilah yang menyebabkan mengapa kentang harus di potong dadu,
agar karbohidrat di kentang dapat keluar dan menyatu dengan air sehngga
menjadikaldu. Semakin kecil permukaan, maka semakin besar daya osmosisnya.
Syarat media yang baik adalah:
- Mengandung bahan makanan yang sesuai bagi jasad renik
- Mengandung oksigen tersedia yang dibutuhkan
- Mengandung kelembaban tertentu
- Ph media harus sesuai- Suhu media harus cocok
- Media harus steril
- Media harus terlindung dari kontaminasiMedia biakan merupakan suatu zat yang
digunakan untuk menumbuhkan jasadrenik di laboraturium.
BAB VIIJAWAB PERTANYAAN
1. Sebutkan klasifikasi macam-macam media yang saudara ketahui
Media dapat diklasifikasikan berdasarkan atas susunan kimia, konsistensi dan
fungsinya :
1. Klasifikasikasi media berdasarkan susunan kimianya yakni
Media anorganik, yaitu media yang tersusun atas bahan-bahan anorganik
Media organik, yaitu media yang tersusun atas bahan-bahan organik
Media sintestik, yaitu media yang susunan kimianya dapat diketahui dengan pasti,
media ini biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan nutrisi mikroba.
Media non sintetik (alami), media ini banyak digunakan untuk menumbuhkan dan untuk
mempelajari taksonomi mikroba.
2. Klasifikasi media berdasarkan konssistennya yakni
Media cair, yaitu media yang berbentuk cair
Media padat, media yang berbentuk padat, media ini dapat berbentuk padat, media ini
dapat berbentuk media organik (alamiah) misalnya media wortel, kentang dll atau
media anorganik misalnya silika gel. Media dapat diperoleh juga dengan cara
menambahkan agar-agar yang berasal dari ganggang/alga yang berfunsi sebagai
bahan pemadat. Alga digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh mikroorganisme,
dan dapat membeku pada suhu diata 450C. Media padat ini terbagi menjadi media agar
miring dan deep
Media semi padat, dapat dibuat dengan bahan yang sama dengan media padat tetapi
yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat gerak
kuman secara mikroskopik
3. Klasifikasi media berdasarkan fungsinya
Media diperkaya, yaitu media yang ditambah zat-zat tertentu misalnya serum, darah,
ekstrat tumbuhan dan lainnya, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba
heterotrof tertentu.
Media selektif, yaitu media yang ditambahkan zat kimia tertentu yang bersifat selektif
untuk mencegah pertunbuhan mikroba lain, misalnya media yang mengandung kristal
violet pada kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa
mempengaruhi pertumbuhan gram negatif.
Media diferensial, media yang ditambah regensia atau zat kimia tertentu yang
menyebabkan suatu mikroba memebentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan
tertentu sehingga dapat membedakan bakteri hemolitik dan non hemolitik.
Media penguji, media dengan susunan asam-asam amino tertentu yang digunakan
untuk menguji vitamin-vitamin, asam-asam amino. Antibiotik dll.
Media untuk perhitungan jumlah nmikroba, media spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya media untuk menghitung
jumlah bakteri, actinomicetes, dll
Media khusus, media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu.
2. Terangkan fungsi masing-masing komponen media tersebut
Media umum: untuk pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme, misalnya media
potato-dextrose agar (jamur dan yeast), nutrient-broth (bakteria)
Media pengaya (enriched media): memberi lingkungan pertumbuhan sau jenis bakteria
agar tumbuh sangat cepat misalnya selenite-broth medium (Salmonella typhi)
Media selektif: hanya bisa ditumbuhi mikroorganisme tertentu saja, misalnya
Salmonella-Shigella agar.
Media diferensial/pembeda: untuk menentukan mikroorganisme tertentu, misalnya
media darah-agar untuk bakteri hemolitik, A.flavus/parasiticus agar untuk Aspergillus
flavus & A. parasiticus.
Media penguji: untuk menguji senyawa tertentu dengan bantuan mikroorganisme,
misalnya untuk menguji vitamin, asam amino, antibiotik, residu pestisida, dll.
Media untuk penghitungan sel: media umum/diferensial/sintetik/semi-sintetik untuk
menumbuhkan mikroorganisme dan menghitung selnya.
3. Sebutkan tujuan penggunaan media dasar / selektif diatas
Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah zat
kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain
sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal
violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa
mempengaruhi bakteri gram negatif.
Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media
tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan
mikroba yang diinginkan.
BAB VII
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Medium NA digunakan untuk menumbuhkan bakteri, sedangkan medium PDA digunakan
untuk menumbuhkan jamur.
Macam-macam media yang digunakan yaitu media datar/cawan petri, media tegak, dan
media agar miring.
Medium yang telah disterilkan tidak ditumbuhi oleh mikroba karena kontaminan telah
hilang setelah sterilisasi.
Medium yang tidak di sterilkan dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi yang
diakibatkan oleh mikroba yang terdapat di udara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu faktor lingkungan dan faktor
suhu serta nutrisi di dalam medium
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa ini, mikrobiologi sangat berkembang luas hingga memasuki bidang-
bidang pengetahuan lain, misalnya: pertanian, kesehatan, industri, lingungan hidup sampai
bidang antariksa. Dalam ilmu kesehatan, mikrobiologi utamanya menitikberatkan pada
pengenalan mikroorganisme, peranannya dalam kehidupan hingga perkembang biakannya.
Mikroorganisme merupakan organisme yang hidup, yang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Namun, kelangsungan hidup dan pertumbuhan
mikroorganisme tergantung pada nutrisi tersedia dan lingkungan pertumbuhan yang menguntungkan.
Bahan-bahan yang terdiri dari berbagi nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroba disebut medium. Jenis medium sangat bervariasi bergantung kepada apa yang
dijadikan dasar penamaan. Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme memiliki karakteristik
serta ciri serta cirri tertentu. Ada jenis mikroorganisme yang hanya bisa hidup pada media yang
mengandung sulfur dan ada juga yang tidak. Karena itulah terdapat bermacam-macam media
penunjang pertumbuhan mikroorganisme. Manfaat lain dari medium adalah dapat digunakan
untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan mikroba.
Dengan dilatar belakangi hal tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini guna
mengetahui jenis medium pembiakan yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme
tertentu serta mengetahui secara langsung proses pembuatan dari medium tersebut serta
berbagai komposisi yang terkandung di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah :
1. Bagaimana cara pembuatan medium Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrosa Agar (PDA), Potato Dextrosa Broth (PDB), dan Tauge Esktrak Agar (TEA) ?
2. Apa komposisi dari medium Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrosa Agar (PDA), Potato Dextrosa Broth (PDB), dan Tauge Esktrak Agar (TEA) ?
3. Apa kegunaan dari medium Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrosa Agar (PDA), Potato Dextrosa Broth (PDB), dan Tauge Esktrak Agar (TEA) ?
C. Maksud Percobaan
Adapun maksud pada percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan medium Nutrien Agar (NA), Nutrien Broth (NB), Potato Desktrosa Agar (PDA), Potato Dekstrosa Broth (PDB), dan Touge Ekstrak Agar (TEA).
D. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan pada percobaan ini adalah untuk membuat, menentukan komposisi, susunan kimia, asal dan konsistensi medium Nutrien Agar (NA), Nutrien Broth (NB), Potato Desktrosa Agar (PDA), Potato Dekstrosa Broth (PDB), dan Touge Ekstrak Agar (TEA).
E. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui komposisi,
cara pembuatan serta fungsi dari medium yang akan digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme.
F. Kerangka Pikir
lingkungan
medium
(media pertumbuhan)
fungsi
susunan kimia
konsistensi
pertumbuhan
mikroorganisme
mikroorganisme
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Pertumbuhan adalah pertambahan teratur semua komponen suatu organisme. Dengan
demikian, pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena deposit lipid bukan
merupakan pertumbuhan sejati. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
dapat dibedakan menjadi faktor fisik dan factor kimia termasuk nutrisi dalam media kultur. Faktor fisik
meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik dan cahaya. Faktor kimia meliputi karbon, oksigen,
mikroelemen atau unsure kelumit (trace element), dan faktor-faktor pertumbuhan organik. Bahan
nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme di laboraturium disebut media kultur
(Sylvia, 2008).
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme tergantung
pada nutrisi yang tersedia dan lingkungan pertumbuhan yang menguntungkan. Di dalam laboratorium,
persiapan gizi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme disebut media (tunggal, sedang).
Tiga bentuk fisik yang digunakan: cair, atau kaldu, media; media setengah padat; dan media padat.
Perbedaan utama antara media-media ini adalah media padat dan setengah padat berisi bahan
pemadat (biasanya agar-agar), sedangkan media cair tidak (Prescott, 2002).
Media untuk budidaya mikroorganisme mengandung zat-zat yang diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dari mikroorganisme. Karena keragaman mikroorganisme dan jalur metabolik mereka
yang beragam, ada berbagai media. Bahkan sedikit perbedaan komposisi medium bisa menghasilkan
perbedaan secara dramatis pertumbuhan karakteristik mikroorganisme. Ketika metode untuk kultur
mikroorganisme pertama kali dikembangkan pada abad ke-19, sebagian besar oleh Robert Koch dan
rekannya, jaringan hewan dan tumbuhan yang terutama digunakan sebagai sumber nutrisi yang
digunakan untuk mendukung pertumbuhan mikroba. Salah satu penemuan utama Fanny Hesse di
laboratorium Koch adalah bahwa agar-agar dapat digunakan untuk membentuk kultur media dimana
mikroorganisme dapat tumbuh. Ekstrak tumbuhan dan jaringan hewan disusun sebagai kaldu atau
dicampur dengan agar-agar untuk membentuk berbagai kultur media. Hampir semua tanaman, hewan,
atau organ hewani dipertimbangkan untuk digunakan dalam mempersiapkan media (Ronald, 2005).
Berdasarkan konsistensinya, media dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu media cair (liquid
media) dan media padat (solid media). Apabila media cair merupakan ekstrak kompleks maerial biologis,
maka media tersebud dinamakan rich medaia atau broth. Media padat menggunakan bahan pembeku
(solidifying agent), misalnya agar, suatu kompleks polisakarida yang diperoleh dari alga merah (red
algae). Agar memiliki komposisi kimia berupa D-galaktosa, 3,6-anhidro-L-galaktosa, D-glucuronic acid.
Agar sebagai bahan pembeku akan mencair saat didihkan, kemudian didnginkan pada suhu 40-42o C
sebelum dibekukan. Medai agar ini tidak akan mencair lagi kecuali pada suhu 80-90 o C. Agar merupakan
agen pengeras yang bagus sekali karena tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme (Sylvia, 2008).
Media untuk budidaya mikroorganisme memiliki sumber karbon untuk dimasukkan ke dalam
biomassa. Untuk autotroph, sumber karbon yang paling sering adalah karbon dioksida, yang disediakan
sebagai bikarbonat dalam medium. Karbohidrat, seperti glukosa, atau senyawa organik lainnya, seperti
asetat, berbagai lipid, protein, hidrokarbon, dan senyawa organik lainnya, termasuk dalam media
sebagai sumber karbon untuk heterotrof. Sumber-sumber karbon mungkin juga berfungsi sebagai
pasokan energi. Senyawa lainnya, seperti ion ammonium , ion nitrit, sulfur elemental, dan besi, dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk budidaya autotroph. Nitrogen juga diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba. Ekstrak tumbuhan dan jaringan hewan disusun sebagai kaldu atau dicampur
dengan agar-agar untuk membentuk berbagai kultur media. Kalau ke dalam media tidak
ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk pembiakkan mikroalge tetapi juga
mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Ini mungkin diberikan sebagai senyawa nitrogen anorganik
untuk budidaya beberapa mikroorganisme tetapi lebih umum diberikan sebagai protein, pepton, atau
asam amino. Fosfat dan logam, seperti magnesium dan besi, juga merupakan komponen yang
diperlukan dari media mikrobiologi. Fosfat juga dapat berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan
pH dari medium dalam batas pertumbuhan toleransi mikroorganisme yang sedang dibudidayakan.
Berbagai faktor pertumbuhan tambahan juga mungkin termasuk di media (Ronald, 2005).
Bentuk, susunan dan sifat media ditentukan oleh senyawa penyusun media, presentase
campuran dan tujuan penggunaan (Anonim, 2012) ;
1. Bentuk
Ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar-agar, gelatin dan
sebagainya, dikenal tiga bentuk media:
a. Media padat
Kalau ke dalam media ditambahkan antara 10-15 gram tepung agar-agar per 1000 ml
media. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok
mikroba yang dipelihara. Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya
dipergunakan untuk pembiakkan mikroalge tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi.
Ada yang memerlukan kadar air tinggi sehingga jumlah tepung agar-agar rendah. Tetapi ada
pula yang memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung agar-agar haru
sedikit. Media padat umumya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang juga
mikroalge.
b. Media cair
Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk
pembiakkan mikroalge tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi.
c. Media semi padat atau semi cair
Kalau penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Ini
umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan
hidup anaerobic atau fakultatif.
2. Susunan
Sesuai dengan fungsi fisiologis dan masing-masing komponen yang terdapat dalam media,
maka susunan media mempunyai kesamaan isi, yaitu:
- Kandungan air
- Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa lain yang
mengandung nitrogen.
- Kandungan sumber energi/unsur C, baik yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein senyawa-
senyawa yang lain.
- Ion-ion, baik sebagai unsur makro maupun unsur mikro
- Batas pertumbuhan toleransi mikroorganisme yang sedang dibudidayakan.
- Faktor perumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.
Berdasarkan kepada persyaratan tersebut, media dapat berbentuk (Anonim, 2012) ;
a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung,
daging, telur, ikan, umbi-umbian lainnya dan sebgainya. Pada saat sekarang
media alami yang banyak dipergunakan adalah dalam kultur jaringan tanaman maupunm
hewan. Media untuk budidaya mikroorganisme memiliki sumber karbon untuk dimasukkan ke dalam
biomassa. Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan
untuk pembiakkan mikroalge tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Contoh media
alami yang paling banyak dipergunakan adalah telur untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan virus.
b. Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakkan bakteri clostridium tersusun oleh:
K2HPO4 : 0,5 g
KH2PO4 : 0,5 g
MgSO4, 7H2O : 0,1 g
NaCl : 0,1 g
FeSO4, 7H2O : 0,01 g
MnSO4, 7H2O : 0,01 g
CaCO3 seangin
c. Media semi sintetik yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-
bahan sintetis.
Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi
(Anonim,2012) ;
a. Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam
air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk
Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton
dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi
untuk organisme koliform.
b. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan
berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P.
aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni
dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh
koloninya tidak berwarna.
c. Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan
untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian
mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak
beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok
kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam
kultur murni.
d. Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya
sama dengan nutrient agar.
e. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape
(1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh
jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang
diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien
diperkaya.
f. Trypticase Soy Broth (TSB)
TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan
penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari
spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media
TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi
nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme.
g. Plate Count Agar (PCA)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas
permukaan. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena
di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B
kompleks.
h. APDA
Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast
yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media
yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat.
APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml
air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada
APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat.
i. Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat
juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan.
PDA cocok untuk pertumbuhan jamur. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah
cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan
kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.
B. Uraian Bahan1. Agar (Dirjen POM Edisi III, 1979)
Nama resmi : AGAR
Nama lain : Agar-agar
Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah, berasa musilago pada lidah.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, dan larut dalam air mendidih.
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Produksi : Difco TM
Bocton, Dickinson and company
Sparks, MD 21152 USA
2. Aquadest (Dirjen POM Edisi III, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H – O - H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut medium.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Dekstrosa (Dirjen POM Edisi IV, 1979)
Nama resmi : DEXTROSUM
Sinonim : Glukosa, Dekstrosa
RM / BM : C6H12O6 / 180,16
CH2OH
O
OH
OH
Rusum struktur :
OH
OH
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol
(95%).
Kegunaan : Sebagai sumber nutrient yang spesifik untuk mikroba jamur.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Produksi : Difco TM
Bocton, Dickinson and company
Sparks, MD 21152 USA
4. Ekstrak Beef (Dirjen POM Edisi IV, 1979)
Nama resmi : BEEF EXTRACT
Nama lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef
Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi
daging sapi segar tanpa lemak, dengn cara merebus dalam air dan menguapkan kaldu pada
suhu rendah dalam hampa udara sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa
berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, baud an rasa seperti daging,
sedikit asam.
Kelarutan : Larut dalam air dingin.
Kegunaan : Sumber protein untuk pertumbuhan mikroorganisme
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Produksi : Difco TM
Bocton, Dickinson and company
Sparks, MD 21152 USA
5. Pepton (Dirjen POM Edisi IV, 1979)
Nama resmi : PEPTON
Nama lain : Pepton daging
Pemerian : Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat, bau khas, tidak busuk.
Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna coklat kekuningan yang bereaksi agak asam,
praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam Eter P.
Kegunaan : Sebagai sumber nutrient yang spesifik untuk mikroba bakteri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Produksi : Difco TM
Bocton, Dickinson and company
Sparks, MD 21152 USA
6. Sukrosa (Dirjen POM Edisi IV, 1979)
Nama resmi : SUCROSUM
Nama lain : Sakarosa
RM/BM : C12H22O11/ 342,30
O
O
CH2OH
HOCH2
RB :
OH
HO
CH2OH
OH
HO O
OH
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih;
tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol;
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber nutrient yang spesifik untuk mikroba jamur.
C. Uraian Tanaman
1. Kentang (Solanum tuberosum)
a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2007)
Regum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub Class : Sympetalae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum tuberosum
Kegunaan :Untuk ekstraknya, sebagai sumber nutrient mikroba.
b. Morfologi (Tjitrosoepomo, 2007)
Bagian batang yang terletak dibawah permukaan tanah tumbuh daun-daun kecil
seperti sisik pada ketiak daun terdapat tunas ketiak yang dapat tumbuh menjulur secara
diageotropik. Buku-buku (internode) yang memanjang dan melengkung pada bagian ujungnya
disebut stolon. Umbi Kentang merupakan bagian dari batang yang berfungsi sebagai tempat
menyimpan cadangan makanan serta untuk berproduksi. Tanaman Kentang yang berasal dari
umbi tidak terdapat akar utama tetapi hanya akar halus atau akar serabut saja yang panjangnya
dapat mencapai 60 cm. Dalam tanah akar banyak terdapat pada kedalaman 20 cm.
2. Tauge (Arachis sp)
a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2007)
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub Class : Sympetalae
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminaceae
Genus : Arachis
Species : Arachis sp
Kegunaan : Untuk ekstraknya, sebagai sumber nutrient mikroba.
b. Morfologi (Tjitrosoepomo, 2007)
Tauge merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian, seperti kacang hijau, yang
memiliki bagian putih dengan panjang hingga tiga sentimeter. Bentuk kecambah diperolah
setelah biji diproses selama beberapa hari. Bentuk tauge memang tergolong kecil dibandingkan
dengan jenis sayuran lain, meskipun begitu, tumbuhan ini memiliki kandungan manfaat yang
tidak kecil. Sayuran tauge jenis apapun, baik tauge kacang hijau, tauge kedelai, tauge alfafa,
maupun jenis tauge lainnya mengandung banyak sekali senyawa fitokimiawi yang sangat
berkhasiat. Salah satunya adalah kanavanin (canavanine), jenis asam amino bahan penyusun
arginin yang paling banyak tersimpan dalam tauge alfafa.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat yang Dipakai
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah autoklaf, baskom, batang pengaduk,
corong, erlenmeyer 50 ml, gelas kimia 200 ml, gelas ukur 25 ml, kompor listrik, lemari es,
pisau, sendok tanduk, timbangan analitik, timbangan o’hauss, wadah.
B. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, agar, aluminum foil,
bunsen, dekstrosa, ekstrak beef, kain saring, kapas, karet gelang, kentang, kertas saring, kertas
timbang, label, pepton, sukrosa, tauge, tissue.
C. Cara Kerja
A. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Ditimbang Ekstrak beef, Pepton dan Agar
3. Ekstrak beef, Pepton, dan Agar dilarutkan dalam 250 ml air, kemudian dipanaskan hingga semua
zat tersebut larut sempurna..
4. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan dicukupkan volumenya dengan aquades sampai 250 ml
kemudian erlenmeyer ditutup dengan kapas.
5. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 100o C selama 15 menit.
6. Medium didinginkan dan disimpan dalam kulkas.
7. Diamati dan dicatat warna dan bentuk medium sehari setelah penyimpanan.
B. Pembuatan Medium Nutrien Broth (NB)
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Ditimbang Ekstrak beef dan Pepton
3. Ekstrak beef dan Pepton dilarutkan dengan sedikit air.
4. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan dicukupkan volumenya dengan aquades sampai 250 ml
kemudian erlenmeyer ditutup dengan kapas.
5. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit.
6. Medium didinginkan dan disimpan dalam kulkas.
7. Diamati dan dicatat warna dan bentuk sehari setelah penyimpanan.
C. Pembuatan Medium Potato Dextrosa Agar (PDA)
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Kentang dikupas dan dipotong kecil-kecil, dicuci sampai bersih.
3. Ditimbang kentang, Dextrosa, dan Agar
4. Kentang dimasak sampai mendidih, selama 15 menit.
5. Kemudian disaring, dan ekstraknya dicampur dengan Dextrosa dan Agar, lalu dipanaskan
kembali sampai zat tersebut larut sempurna.
6. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan dicukupkan volumenya dengan aquades sampai 250 ml
kemudian erlenmeyer disumbat dengan kapas.
7. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit.
8. Medium didinginkan dan disimpan dalam kulkas.
9. Diamati dan dicatat warna dan bentuk sehari setelah penyimpanan.
D. Pembuatan Medium Potato Dextrosa Broth (PDB)
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Kentang dikupas dan dipotong kecil-kecil, dicuci sampai bersih.
3. Ditimbang kentang dan Dekstrosa
4. Kentang dimasak sampai mendidih, selama 15 menit.
5. Kemudian disaring, dan ekstraknya dicampur dengan Dextrosa, lalu dipanaskan kembali sampai
zat tersebut larut sempurna.
6. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan dicukupkan volumenya dengan aquades sampai 250 ml
kemudian erlenmeyer disumbat dengan kapas.
7. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit.
8. Medium didinginkan dan disimpan dalam kulkas.
9. Diamati dan dicatat warna dan bentuk sehari setelah penyimpanan.
E. Pembuatan Medium Touge Ekstrak Agar (TEA)
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Touge dicuci sampai bersih dan ujungnya dibuang.
3. Ditimbang touge , Sukrosa dan Agar
4. Touge dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambah aquadest dan direbus hingga mendidih
selama 15 menit.
5. Kemudian disaring, dan ekstraknya dicampur dengan Sukrosa dan Agar, lalu diaduk hingga
homogen.
6. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan dicukupkan volumenya dengan aquadest sampai 250 ml
kemudian erlenmeyer disumbat dengan kapas.
7. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit.
8. Medium didinginkan dan disimpan dalam kulkas.
9. Diamati dan dicatat warna dan bentuk sehari setelah penyimpanan.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A. Hasil Praktikum
1. Gambar Pengamatan
a. Sebelum disterilisasi
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : Nutrient Agar (NA) 250 ml
Keterangan :1. Kapas
2. Medium NA warna coklat, konsistensi padat pada suhu 45o C
3. Erlenmeyer
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : Nutrient Broth (NB) 250 ml
Keterangan :1. Kapas Penutup
2. Medium NB warna kuning
bening
3. Erlenmeyer
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : Potato Dextrosa Agar (PDA) 250 ml
Keterangan : 1. Kapas penutup
2. Medium PDA warna kuning, konsistensi padat
3. Erlenmeyer
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : Potato Dextrosa Broth (PDB) 250 ml
Keterangan :1. Kapas penutup
2. Medium PDB warna
putih telur
3. Erlenmeyer
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : Touge Ekstrak Agar (TEA) 250 ml
Keterangan : 1. Kapas
2. Medium TEA warna coklat keruh
3. Erlenmeyer
2. Tabel Hasil Pengamatan
NO
Medium
Warna medium Fungsi Berdasarkan
susunan kimia
Konsisten
Sebelm
disterilkan
Setelah
disterilkan
1 PDA Kuning
Coklat kekuni
nan keruh
Pertumbuhan jamur
Non sintetik
Padat
2 PDB Putih keruh
Putih telur
Pertumbuhan jamur
Non sintetik
Cair
3 TEA Kuning
Coklat keruh
Pertumbuhan jamur
semisintetik
Padat
4 NA Kuning
Coklat benin
g
Pertumbuhan bakteri
semisintetik
Padat
5 NB kuning Kuning
bening
Pertumbuhan bakteri
semisintetik
Cair
3. Perhitungan Bahan
a. PDA (Potato Dekstrosa Agar)
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 1000 ml
Kentang 200 gram
Dekstrosa 10 gram
Agar 20 gram
Aquadest add 250 ml
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 250 ml
Kentang = 250 / 1000 x 200 gram
= 50 gram
Dekstrosa = 250 / 1000 x 10 gram
= 2,5 gram
Agar = 250 / 1000 x 20 gram
= 5 gram
Aquadest add 250 ml
2. PDB (Potato Ekstrak Broth)
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 1000 ml
Kentang 200 gram
Dekstrosa 10 gram
Aquadest ad 1000 ml
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 250 ml
Kentang = 250 / 1000 x 20 gram
= 50 gram
Dekstrosa = 250 / 1000 x 10 gram
= 2,5 gram
Aquadest add 250 ml
3. TEA (Tauge Ekstrak Agar)
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 1000 ml
Tauge 200 gram
Sukrosa 10 gram
Agar 20 gram
Aquadest ad 1000 ml
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 250 ml
Tauge = 250 / 1000 x 200 gram
= 50 gram
Dextrrosa = 250 / 1000 x 10 gram
= 2,5 gram
Agar = 250 / 1000 x 20 gram
= 5 gram
Aquadest add 250 ml
4. Nutrient Agar
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 1000 ml
Ekstrak Beef 3 gram
Pepton 5 gram
Agar 15 gram
Aquadest add 250 ml
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 250 ml
Ekstrak Beef = 250 / 1000 x 3 gram
= 0,75 gram
Pepton = 250 / 1000 x 5 gram
= 1,25 gram
Agar = 250 / 1000 x 15 gram
= 3,75 gram
Aquadest add 250 ml
5. Nutrient Broth
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 1000 ml
Ekstrak Beef 3 gram
Pepton 5 gram
Aquadest ad 1000 ml
Komposisi untuk pembuatan sebanyak 250 ml
Ekstrak Beef = 250 / 1000 x 3 gram
= 0,75 gram
Pepton = 250 / 1000 x 5 gram
= 1,25 gram
Aquadest add 250 ml
B. Pembahasan
Medium merupakan suatu bahan yang mengandung nutrisi yang digunakan untuk
menumbuhan mikroorganisme. Jenis medium sangat bervariasi bergantung kepada apa yang
dijadikan dasar penamaan. Media selain berfungsi sebagai tempat pembiakan mikroba, juga
berfungsi untuk isolasi mikroba, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan
perhitungan jumlah mikroba.
Media yang baik haruslah memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar
mikroorganisme yang terdapat dalam medium tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak
dengan baik. Persyaratan yang dimaksud antara lain yaitu unsur-unsur hara yang diperlukan
mikroorganisme haruslah terdapat dalam media tersebut untuk petumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, media harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang
sesuai dengan kebutuhan mikroba dan media haruslah dalam keadaan steril maksudnya tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme jenis lain
Medium, berdasarkan bentuknya terbagi menjadi tiga macam yaitu medium cair,
medium setengah padat dan medium padat. Perbedaan yang paling utama dari ketiga macam
medium tersebut yaitu ada tidaknya bahan pemadat. Medium setengah padat dan medium
padat menggunakan bahan pemadat sedangkan medium cair tidak menggunakan bahan
pemadat. Bahan pemadat yang digunakan dapat berupa amilum, gelatin, selulosa, dan agar-
agar. Dikatakan media setengah pada karena penambahan zat pemadatnya hanya 50% atau
kurang dari yang seharusnya.
Berdasarkan fungsinya medium terbagi menjadi empat yaitu medium umum, medium
selektif, medium diperkaya dan medium differensial. Media umum berfungsi untuk
menumbuhakan atau mengembangbiakkan satu atau lebih kelompok mikroba. Contoh dari
medium umum yang digunakan dalam percobaan ini antara lain NA (Nutrien agar) yang
digunakan untuk pertumbuhan bakteri, serta PDA (Potato Dextrosa Agar) untuk pertumbuhan
jamur. Medium selektif umumnya digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih jenis mikroba
terentu dengan menghambat atau mematikan jenis mikroorganisme lainnya. Medium diperkaya
berfungsi untuk menumbuhkan atau mengembangbiakkan satu jenis/kelompok mikroba dengan
cepat. Sedangkan pada medium diferensiasi berfungsi untuk membedakan kelompok
mikroorganisme, biasa juga digunakan untuk identifikasi.
Dalam praktikum ini, dibuat beberapa medium, antara lain medium Potato Dextrosa
Agar (PDA), Nutrient Agar (Na), Touge Ekstrak Agar (TEA), Nutrient Broth (NB), serta Potato
Dextrosa Broth (PDB).Dalam percobaan digunakan touge dan kentang, karena dapat
berfungsi sebagai sumber nutrient pada mikroba.
Pada proses pembuatan PDA, pertama-tama alat dan bahan yang akan digunakan
disiapkan. Kentang lalu dikupas, dipotong kecil-kecil dan dicuci hingga bersih. Ditimbang
kentang tersebut seberat 50 gram, agar 5 gram dan dextrosa 2,5 gram. Setelah ditimbang,
kentang direbus hingga mendidih selama 15 menit. Kentang tersebut disaring lalu ekstraknya
dicampur dengan dextrosa dan agar dan diaddkan hingga 100 ml dengan aquadest. Setelah itu,
dipanaskan kembali sampai zat tersebut larut sempurna. Ditutup mulut erlenmeyer dengan
kapas ditambah kertas dan diikat dengan karet gelang .Disterilkan dalam autoklaf pada suhu
121 o C selama 15 menit. Disimpan dalam kulkas (lemari pendingin). Diamati warna dan bentuk
konsistensi dari tiap medium.
Jamur dapat tumbuh pada medium PDA karena medium PDA terdiri dari kentang yang
berfungsi sebagai sumber energi, nitrogen organik, karbohidrat dan vitamin dimana jamur
sangat membutuhkannya sebagai tempat pertumbuhannya. Dekstrosa sebagai sumber karbon,
dan pada PDA agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk
menghomogenkan medium dan sumber O2.
Adapun hasil yang didapatkan pada medium PDA sebelum dsterilkan berwarna kuning
dan setelah dsterilkan medium berwarna kuning kekeruhan menandakan adanya pertumbuhan
jamur. Pada medium PDB sebelum dsterilkan berwarna putih keruh dan setelah dsterilkan
medium berwarna putih telur menandakan adanya pertumbuhan jamur begitupula pada
medium TEA sebelum dsterilkan berwarna kuning dan setelah dsterilkan medium cokla
kekeruhan menandakan adanya pertumbuhan jamur.
Berbeda dengan pertumbuhan bakteri pada medium NA sebelum dsterilkan berwarna
kuning dan setelah dsterilkan medium berwarna coklat bening menandakan adanya
pertumbuhan bakteri sedangkan pada medium NB sebelum dsterilkan berwarna kuning dan
setelah dsterilkan medium berwarna kuning bening menandakan adanya pertumbuhan bakteri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Medium Potato Dextrosa Agar (PDA) :
Medium PDA mengandung kentang, dextrosa, agar, dan aquadest. Berdasarkan bahan
yang digunakan termasuk medium semi alamiah dan merupakan medium padat. PDA
merupakan medium pertumbuhan jamur dan termasuk medium alami.
2. Medium Nutrien Agar (NA) :
Medium NA mengandung ekstrak beef, pepton, agar, dan aquadest. Berdasarkan bahan
yang digunakan termasuk medium sintesi. NA juga merupakan medium pertumbuhan bakteri
dan termasuk medium padat.
3. Medium Touge Ekstrak Agar (TEA)
Medium TEA mengandung tauge, sukrosa, agar, dan aquadest. Berdasarkan bahan
yang digunakan termasuk medium semi alamiah. NA merupakan medium pertumbuhan jamur
dan bakteri dan termasuk medium padat
4. Medium Nutrien Broth (NB)
Medium NB mengandung ekstrak beef, pepton, dan aquadest. Berdasarkan bahan yang
digunakan termasuk medium sintesis. NB merupakan medium pertumbuhan bakteri dan
termasuk medium cair
5. Medium Potato Dextrosa Broth (PDB)
Medium PDB mengandung kentang, dextrosa, dan aquadest. erdasarkan bahan yang
digunakan termasuk medium semi alamiah. PDB merupakan medium pertumbuhan jamur dan
termasuk medium cair
B. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum asisten yang bersangkutan dapat memberikan arahan
lebih cepat agar pada saat pelaksanaan praktikum khususnya dapat berlangsung cepat pula,
dengan demikian akan lebih banyak waktu untuk diskusi setelah praktikum mengenai apa yang
telah dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, Ronald. 2005. Handbook of Media for Environmental Microbiology Second Edition. Taylor & Francis Group : USA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI : Jakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI : Jakarta
Presscott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology Fifth Edition. The McGraw-Hill Companies
Rusli. 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar. Fakultas Farmasi. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit erlangga : Jakarta
Tjitrosoepomo.G.2007. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
www.dunia-mikro.com/article/macam-macam-medium-bakteri.html
www.script.com/doc/19368484/Media-Pembelajaran-Biolog
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mahluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi,dkk,2003). Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan manusia. Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Nutrien dan vitamin dalam media pertumbuhan berfungsi untuk membentuk substansi yang mengaktivasi enzim pada media. Kebutuhan akan nutrien dan vitamin berbeda-beda pada masing-masing mikroorganisme. Mikroorganisme memperlihatkan gejala yang berlainan dalam pola pengambilan nutrisi, meskipun semua mikroorganisme membutuhkan vitamin dalam proses metabolismenya, namun beberapa jenis mikroorganisme mampu mensintesis kebutuhan vitaminnya sendiri dari senyawa-senyawa lain di dalam medium (Hadioetomo, 1986). Pembiakan mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pembuatan media ini dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Soeryowinoto, 1985).
Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media itu sendiri (Fuad, 2011). Media juga berperan sebagai wadah atau tempat zat hara yang digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Umumnya, media pertumbuhan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya. Variasi dalam tipe nutrisi, diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk kultivasinya, oleh sebab itu dalam laporan ini akan membahas lebih lanjut kebutuhan dasar mikroorganisme, macam-macam media pertumbuhan, dan prosedur umum pembuatan media pertumbuhan guna menunjang kegiatan pembelajaran mikrobiologi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang praktikkum yang telah dibahas, rumusan masalah yang coba dipecahkan antara lain :
a. Bagaimana kebutuhan dasar mikroorganisme dapat terpenuhi dalam prosedur pembuatan media pertumbuhan?
b. Bagaimana peran macam-macam media pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar mikroorganisme?
c. Bagaimana langkah-langkah pembuatan media pertumbuhan?
1.3 Tujuan Tujuan praktikum pembuatan media untuk biakan mikroorganisme yatiu :
a. Mengetahui kebutuhan dasar mikroorganisme yang harus dipenuhi dalam media pertumbuhan
b. Mengetahui macam-macam media pertumbuhanc. Mempelajari prosedur umum pembuatan media pertumbuhan
1.4 Manfaat Manfaat yang didapatkan dari praktikum pembuatan media pertumbuhan adalah:
a. Dapat mengetahui kebutuhan dasar mikroorganisme yang harus dipenuhi dalam media pertumbuhan
b. Dapat mengetahui macam-macam media pertumbuhanc. Dapat mempelajari dan melakukan prosedur umum pembuatan media pertumbuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Media PenumbuhanMedia pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan maka dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Hidayat dkk: 2006). Menurut Unus Surawiria (1986) media adalah susunan bahan baik bahn alami (seperti tauge, kentang, daging, telur, wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia, organik ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba.
Medium penumbuhan merupakan substrat yang kaya akan nutrien yang selanjutnya digunakan untuk membiakkan mikrobia. Nutrient dapat diartikan sebagai bahan-bahan organik dan atau bahan anorganik yang berfungsi sebagai sumber energi atau penerima elektron bagi organisme (Suriawiria: 1986)
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media diperlukan persyaratan tertentu yakni bahwa:
a. Di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba
b. Media harus memiliki tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba
c. Media harus dalam keadaan steril.Fungsi-fungsi medium adalah sebagai berikut :
1. Media basal dapat mendukung pertumbuhan berbagai jenis spesies tanpa syarat nutrisi
2. Media penghambat merupakan medium yang memuat unsur pokok tertentu yang menghambat pertumbuhan dari jenis mikroorganisme tertentu.
3. Medium pemeliharaan digunakan untuk pertumbuhan awal dan penyimpanan selanjutnya, mempersiapkan kultur organisme yang disimpan baik pada suhu ruang atau suhu dingin (Singleton, dkk, 2001).
2.2 Bahan-Bahan Media Pertumbuhan Medium yang paling banyak digunakan dalam pembiakan mikroba adalah kaldu cair dan kaldu agar. Menurut Kusnadi dkk (2003) bahan-bahan media pertumbuhan mikrobia meliputi:
A. Bahan dasar1. Air (H2O) sebagai pelarut2. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi
oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.3. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
4. Silika gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silika gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
B. Nutrisi atau zat makanan Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Phospor (P), dan unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik sesuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein, dan asam organik. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
C. Bahan tambahan Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media, antara lain:
1. Agar. Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diaduk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
2. Peptone. Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin, dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
3. Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta, dan daging sapi.
4. Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alkohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B kompleks).
5. Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dan lain-lain. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
2.3 Macam-Macam Media PertumbuhanMenurut Jawet dkk (1996) media pertumbuhan mikrobia meliputi:A. Medium berdasarkan sifat fisiknya dibagi menjadi :
1. Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat.
2. Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semisolid dibuat dengan
tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media, tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat, tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata di seluruh media.
3. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), dan LB (Lactose Broth).
B. Medium berdasarkan komposisi1. Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.2. Medium semisintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,
misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, secara detail tidak dapat mengetahui tentang komposisi senyawa penyusunnya.
3. Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
C. Medium berdasarkan tujuan1. Media untuk isolasi Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.2. Media selektif/penghambat Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga
media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
3. Media diperkaya (enrichment) Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk
pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, dan kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dan lain-lain.
4. Media untuk peremajaan kultur Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur.5. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik Media ini digunakan untuk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu
mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
6. Media untuk karakterisasi bakteri Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-
kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
7. Media diferensial Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar
karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.
D. Medium TA dan TCMedium (Taoge Agar) berdasarkan susunannya merupakan medium organik
semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia; berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar yang memadatkan medium; berdasarkan kegunaannya merupakan medium umum yang dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme secara umum yang berfungsi untuk pertumbuhan bakteri dan jamur serta memiliki warna cream. Medium TA terdiri dari tauge yang berfungsi sebagai sumber energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin, sukrosa sebagai sumber karbon, agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk menghomogenkan medium dan sumber O2. Medium TA digunakan untuk menumbuhkan jamur (khamir dan kapang). Medium TA ini, berdasarkan konsistensinya termasuk dalam medium (solid medium). Berdasarkan fungsinya, TA termasuk medium penguji (assay medium), karena dapat digunakan untuk pengujian vitamin, asam-asam amino, dan lain-lain. Melalui medium ini dapat diamati bentuk-bentuk koloni dan bentuk pertumbuhan jamur.
Medium TC (Taoge Cair) berdasarkan susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia; berdasarkan konsistensinya merupakan medium cair karena mengandung agar konsistensi cair; berdasarkan kegunaannya merupakan medium umum yang dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme secara umum yang berfungsi untuk pertumbuhan bakteri dan jamur serta memiliki warna cream. Medium TC terdiri dari tauge yang berfungsi sebagai sumber energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin, sukrosa sebagai sumber karbon, agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk menghomogenkan medium dan sumber O2. Medium TC digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme dalam jumlah besar.Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat medium TA dan TC, antara lain:
1. Tauge, berfungsi sebagai sumber energi dan bahan mineral bagi mikroba, pemberi vitamin E yang diperlukan oleh mikroba, juga sebagai sumber nitrogen.
2. Sukrosa, sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon organik, sebagai sumber energi bagi mikroba.3. Agar, sebagai bahan pemadat medium. (TC tidak memakai agar)4. Akuades, sebagai bahan pelarut untuk menghomogenkan larutan.Pada akhir percobaan sebelum digunakan untuk menumbuhkan mikroba medium harus disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 2 atmosfer dengan tujuan agar medium tersebut bebas dari pengaruh mikroba yang ada di udara luar.
2.4 Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. (Fardiaz,1992). Steril akan didapatkan melalui sterilisasi, dilakukan dengan:
a. Sterilisasi fisik, yakni senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat perubahan temperatur tinggi. Cara sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakan udara panas (oven) dengan temperatur 170-1800C selama 2 jam. Cara ini digunakan untuk mensterilkan peralatan gelas. Cara sterilisasi dengan uap air panas dan tekanan tinggi dengan autoklaf yang memiliki temperatur uap 1210C dengan tekanan 15 psi.
b. Sterilisasi kimia, yakni sterilisai dengan menggunakan desinfektan, larutan alkohol, larutan formalin, larutan AMC (campuran asam klorida dengan garam Hg). Dengan larutan-larutan dan desinfektan tersebut mikroba dapat dimatikan karena tekanan osmotik dan dehidrasi protein pada substrat.
c. Sterilisasi mekanik, yakni sterilisasi dengan melakukan penyaringan mikroba dengan cara filter khusus, misalnya filter Berkefeld, filter Chamberland, dan filter Seitz. Jenis filter yang diguankan bergantung pada tujuan penyaringandan benda yang akan disaring. (Surawiria: 1986)
BAB IIIMETODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Praktikum “Pembuatan Media Pertumubuhan” dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Februari 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Dasar, Gedung C9, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
4.2 Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan: Agar batangan 15 g Gula 240 g Taoge 1 kg Aquades 4 L
2. Alat : Cawan Petri 115 buah Tabung Reaksi 158 buah Gelas ukur 2 buah Erlenmeyer volume 100 ml 9 buah Erlenmeyer volume 250 ml 18 buah Oven 1 buah Autoklaf 1 buah Tali kasur Sesuai kebutuhan
4.3 MetodeProses Sterilisasi Alat dan Bahana. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Dalam satu kelas yang mengikuti praktikum dibagi dalam beberapa kelompok untuk mempercepat dalam proses praktikum. Tugas tersebut diantaranya :
Kelompok yang bertugas mencuci dan mengeringkan alat-alat gelas seperti tabung reaksi, labu Erlenmeyer, gelas ukur, gelas beker dan cawan petri
Kelompok yang bertugas membungkus alat (cawan petri) yang akan disterilisasi, cawan petri yang selesai dibungkus kemudian dijadikan satu dengan cara diikat menggunakan tali kasur.
Kelompok yang bertugas membuat kapas penyumbat dengan ketentuan kapas penyumbat tidak boleh terlalu padat atau terlalu longgar. Setelah itu kapas penyumbat disumbatkan ke dalam mulut tabung reaksi dan labu Erlenmeyer.
Kelompok yang bertugas membuat media baik media taoge cair maupun taoge agar. Kelompok yang bertugas menuangkan media baik taoge cair maupun taoge agar
ke dalam tabung reaksi dan labu Erlenmeyer, serta menuangkan akuades ke dalam tabung reaksi, setelah itu menutupnya kembali dengan kapas penyumbat.
Kelompok yang bertugas menutup mulut tabung reaksi dan labu Erlenmeyer dengan alumunium foil sebelum disterilisasi.
Kelompok yang bertugas membungkus tabung reaksi yang berisi media, tabung reaksi dijadikan satu kemudian diikat dan dibungkus. Dalam membungkus tabung reaksi yang berisi media harus berhati-hati, media tidak boleh menyentuh kapas penyumbat supaya tidak terjadi kontaminasi.
Kelompok yang bertugas mensterilisasi alat dan media, yaitu dengan cara memasukkan alat gelas (cawan Petri) ke dalam oven dan memasukkan alat gelas (tabung reaksi dan labu Erlenmeyer) yang berisi media ke dalam autoklaf.
Dengan ketentuan kelompok-kelompok tersebut dapat saling membantu dengan kelompok yang lain.c. Setelah proses sterilisasi selesai, semua kelompok menata dan menyimpan alat alat dan media dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi.
d. Membersihkan meja-meja laboratorium.
Proses Pembuatan Media PertumbuhanPembuatan media pertumbuhan diawali dengan mensterilisasi
semua peralatan yang akan digunakan sebagai wadah media. Hal yang harus dilakukan adalah membersihkan semua alat-alat dengan sabun hingga bersih, kemudian membilas dengan menggunakan akuades. Selanjutnya, kita harus mensterilkan semua peralatan tersebut dengan cara memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 1600C.
Pembuatan Media Umum ( Taoge Agar dan Tauge Cair )a. Membersihkan dan menimbang taoge sebanyak 1 kg.b. Memasak taoge dengan menambahkan 4 liter akuades. Kemudian setelah
mendidih, membiarkannya selama 20 menit.c. Menyaring ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan kain
dan menutup dengan kapas pada bagian atas sehingga diperoleh filtrat sebesar 4 liter.d. Menambahkan 240 gram gula ke dalam filtrat dan melakukan pemanasan sampai gula
larut sempurna.e. Kemudian membagi hasil filtrat menjadi dua bagian yaitu bagian yang pertama
sebanyak 3,9 liter untuk media tauge agar (TA) dan bagian yang kedua sebanyak 100 ml media tauge cair (TC).
f. Untuk pembuatan media Tauge Cair (TC), kita harus memasak 100 ml filtrat + 240 g gula hingga mendidih dengan mempertahankan volume hasil filtrat tersebut hingga 100 ml.
g. Untuk pembuatan media Tauge Agar (TA), kita harus memasak 3,9 liter filtrat + 240 g gula hingga mendidih dan menambahkan 52,5 g agar dengan mempertahankan volume hasil filtrat tersebut hingga 3,9 liter.
h. Memasukkan media tersebut ke dalam 9 tabung reaksi dan mengisi setiap tabung dengan 9 ml media tauge cair (TC)
i. Memasukkan media yang telah siap ke dalam tiap tabung reaksi 5 ml dengan jumlah total 86 buah , 150 ml erlenmeyer vol 250 ml dengan jumlah total 9 buah, 100 ml erlenmeyer vol 250 ml dengan jumlah total 9 buah dan 40 ml erlenmeyer vol 100 ml.
j. Menyumbat mulut tabung reaksi dan Erlenmeyer dengan sumbat kapas, kemudian menutupnya dengan aluminium foil lalu membungkus dengan kertas, memasukkan ke dalam plastik tahan panas dan mengikat dengan tali kasur.
k. Mensterilisasi media tersebut dengn autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1 ATP.
4.4 Desain Penelitian Disaring dengan kain dan ditutup kapas pada bagian atas
Ekstrak Tauge4 L Filtrat Tauge
Dibersihkan hingga bersih Dimasak dengan akuades 4 L hingga mendidih Setelah mendidih dibiarkan 20 menit
1 kg Tauge Dipanaskan hingga larut Ditambah aquades hingga volume 100 ml Diaduk hingga rata
4 L Filtrat Tauge + gula
Ditambahkan 240 gram gula3,9 L Filtrat Tauge +
gula
100 ml Filtrat Tauge + gula
Media Tauge Cair (TC)
Dimasukkan ke dalam 9 tabung reaksi @ 9 ml Mulut tabung reaksi disumbat dengan kapas Mulut tabung ditutup dengan aluminium foil dan dibungkus kertas Dimasukkan ke plastik tahan panas dan diikat dengan tali kasur Dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit suhu 121 0C 1 atm (Disterilisasi)
Dimasukkan ke dalam 86 tabung reaksi @ 5 ml, dan 9 erlenmeyer vol 250 ml @ 150 ml, 9 erlenmeyer vol 250 ml @ 100 ml, erlenmeyer vol 100 ml @ 40 ml.
Mulut tabung dan erlenmeyer disumbat dengan kapas Ditutup dengan aluminium foil dan dibungkus kertas Dimasukkan ke plastik tahan panas dan diikat dengan tali kasur Dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit suhu 121 0C 1 atm (Disterilisasi)Media Tauge Cair (TC) steril
Media Tauge Agar (TA) steril pada tabung reaksi
Media Tauge Agar (TA) steril pada erlenmeyer
Dimiringkan Ditunggu hingga padat kembali
Media Tauge Agar (TA) steril pada tabung reaksi
Ditambah 58 g agar Dipanaskan dan ditambah aquades hingga volume 3,9 L
Media Tauge Agar (TA)
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Tabel Pengamatan Pembuatan Media
4.2 Analisis Medium adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Bahan-bahan yang akan disterilisasi seperti erlenmayer, tabung reaksi, cawan petri, dan botol saos harus dicuci bersih, kemudian dikeringkan dengan lap. Cawan petri kemudian dibungkus dengan kertas, untuk disterilisasi kering menggunakan oven selama 2 jam dengan suhu 160 ˚C, sedangkan erlenmayer, tabung reaksi, dan botol saos akan disterilisasi menggunakan autoklaf. Tahapan selanjutnya yaitu mengisi 28 botol tabung reaksi dengan @ 9 ml, 8 botol saos diisi dengan akuades sampai batas pangkal leher botol. Alat-alat yang telah diisi aqudes, disumbat menggunakan kapas, ditutup dengan almunium foil, lalu diikat dengan tali kasur. Pada tahapan selanjutnya yaitu membuat media, yang terdiri dari taoge cair (TC)dan taoge agar (TA) yaitu dengan menyiapkan taoge sebanyak 750 gram, yang dimasak dalam 4 liter air, setelah mendidih ekstrak yang diperoleh kemudian disaring dan menambahkan gula ke dalam filtrat sebanyak 180 gram dan dimasak sampai mendidih. Terjadinya proses pemanasan maka akan menyebabkan air menguap, sehingga volume taoge tidak lagi menjadi 4 liter, oleh karena itu perlu ditambahkan
MEDIA CARA MEMBUAT KEGUNAANMedium Tauge Cair (TC)
3,9 liter filtrat dari ekstrak tauge yang ditambahkan 750 gr gula pasir
Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau erlenmeyer kemudian disumbat dengan kapas dan dibungkus dengan alumunium foil dan diikat
Media disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ᵒ C dengan tekanan 1 atm.
Media Tauge Cair digunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi, dan mikroalga, serta digunakan untuk seperti isolasi dan enumerasi
Media Tauge Agar (TA)
0,1 liter filtrat dari ekstrak tauge yang ditambahkan 750 gr gula pasir dimasak kemudian ditambahkan agar sebanyak gram
Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau Erlenmeyer, kemudian media dimiringkan dengan volume 56 ml, kemudian disumbat dengan kapas dan dibungkus dengan alumunium foil dan diikat
Media disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ᵒ C dengan tekanan 1 atm.
Media Tauge Agar digunakan untuk
akuades agar volumenya tetap 4 liter. Taoge yang telah bercampur dengan gula diambil sekitar 3,9 liter dan diletakan ke dalam 4 tabung reaksi yang masing-masing volumenya 9 ml. TC yang masih sisa ditempatkan pada botol kosong. Sisa filtrat taoge (0,1 liter ) ditambahkan agar sebanyak 45 gram serta akuades hingga volumenya menjadi 3 liter. Taoge agar yang telah siap selanjutnya dimasukan kedalam 40 buah tabung reaksi (@ 5ml), 4 buah erlenmeyer volume 250 (@ 150 ml), 4 buah erlenmayer volume 250 (@ 100 ml), dan 4 buah erlenmeyer volume100 (@ 40 ml), sisa TA dapat diletakan pada botol-botol kosong. Erlenmayer dan tabung reaksi ditutup dengan sumbat, dilapisi almunium dan diikat dengan tali kasir, baru kemudian dibungkus dengan kertas Alat-alat yang telah diisi dengan TA, TC, dan akuades sekarang siap untuk disterilisasi dnegan autoklaf. Terlebih dahulu mengisi air sampai batas sarangan, kemudian bagian atas sarangan ditutup dengan kain. Alat –alat ditata sedemikian rupa. Tahap selanjutnya menutup autoklaf secara diagonal, menghubungkannya dengan sumber listrik, membuka sedikit klep uap, mengatur timer dan menekan tombol on. Sekitar 1,5-2 jam tekanan akan naik menjadi 1 atm, pada saat itulah klep uap ditutup dan menunggu hingga terdengar bunyi alarm, pertanda sterilisasi telah selesai. Media yang telah disterilisasi dipisahkan antara TA dan TC, media TA dilepaskan dari pembungkusnya kemudian meletakkan papan kayu untuk membuat media menjadi miring, dimana terlebih dahulu disemprotkan alkohol pada sekeliling tempat yang akan ditempati untuk membuat media agar miring. Setelah semua media dingin / suhu pada media tidak lagi panas, semua media baik yang diletakan di erlenmayer, botol, maupun tabung reaksi dibungkus dengan plastik. Media TC disimpan dalam kulkas listrik, sedangkan media lainnya (erlemnmayer, botol saos, tabung reaksi berisi TA) disimpan di dalam kulkas surya. Dalam pratikum pembuatan media, media yang dibuat adalah taoge cair (TC) dan taoge agar (TA). Dalam pembuatan taoge cair tidak ditambahkan zat padat seperti agar, karena media cair digunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi, dan mikroalga. Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba tetapi juga dapat digunakan untuk tujuan lain seperti isolasi dan enumerasi. Semua senyawa dan indikator yang ditambahkan ke dalam susunan media, meampunyai fungsi tertentu sesuai dengan sifat pertumbuhan mikroba. Pemilihan taoge sebagai bahan pembuat media dalam pratikum ini karena dalam taoge tersimpan nutrisi protein yang mengandung beberapa senyawa yang dibutuhkan oleh bakteri, seperti nitrogen, karbon, dan pospat. Unsur Nitrogen diperlukan untuk mensisntesis asam amino, nukleotida, dan vitamin.
4.3 Pembahasan Pertumbuhan mikoorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi, adalaah bahan makanan. Pada dasarnya sesuatu larutan biak sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat-syarat berikut. Di dalamnya harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada pembentukan bahan sel dalam bentuk berbagai senyawa yang dapat dioloah (Schlegel, 1994). Macam-macam media pertumbuhan berdasarkan sifat fisik yaitu medium padat, medium setengah padat dan cair. Media padat yaitu media yang mengandung agar 15 % sehingga setengah dingin media menjadi pada. Medium setengah padat adalah
media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Medium cair adalah media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah Nutrient Broth dan Lactose Broth. Digunakan sterilisasi kering menggunakan oven untuk mensterilisasi alat seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, dan cawan petri. Dan sterilisasi basah menggunakan autoclaf untuk sterilisasi bahan yang sudah ada isinya. Pada pembuatan media taoge agar digunakan agar media dari taoge cair yang dibuat menjadi padat. Media yang digunakan untuk keperluan mikrobiologi harus dalam keadaan steril, artinya di dalam bahan tersebut tidak didapatkan pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan baik di dalam bentuk spora atu bentuk lainnya. Keadaan ini mempunyai maksud dan tujuan agar jika bahan tersebut dipergunakan, maka hanya mikroba yang dimaksud yang akan tumbuh berkembang. Tujuan kedua ialah untuk meminimalkan kemungkinan besar pertumbuhan mikroba yang lain, yang akan menghambat atau mematikan mikroba yang kita tumbuhkan. Susunan media pada mikroba harus memiliki kandungan air, nitrogen, sumber energi atau unsur C, dan faktor pertumbuhan, agar bakteri dapat tumbuh dengan baik. Susunan bahan baik bahan alami atau bahan buatan yang digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan mikroba haruslah terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media merupakan beberapa syarat untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan bahan yang mengandung banyak protein dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri (Stanier, 2001). Salah satu bahan yang sering dipergunakan adalah tauge. Tauge berfungsi sebagai sumber protein, sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga cocok dijadikan untuk media pertumbuhan mikroba. Dalam pratikum pembuatan media kali ini, media yang dibuat adalah taoge cair (TC) dan taoge agar (TA). Perbedaan antara kedua media ini adalah pada media taoge cair tidak ditambahkan agar karena media ini digunakan sebagai pertumbuhan bakteri, ragi, dan mikroalga. Pemilihan taoge sebagai bahan pembuat media dalam pratikum ini karena dalam taoge tersimpan nutrisi protein yang mengandung beberapa senyawa yang dibutuhkan oleh bakteri, seperti nitrogen, karbon, dan phospat.
BAB VPENUTUP
A. KesimpulanMikroorganisme hidup dan berkembang memerlukan kebutuhan dasar seperti
air, senyawa-senyawa sumber energi (karbon dan nitrogen), mineral, faktor tumbuh, dan kondisi lingkungan yang sesuai (pH, suhu, dan tekanan osmose). Nutrien dan vitamin dalam pembiakan berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi enzim khususnya pada media. Kebutuhan akan nutrisi dan vitamin masing-masing mikroorganisme berbeda-beda, oleh sebab itulah memerlukan media yang berbeda pula sebagai tempat biak atau tempat tumbuhnya. Pada dasarnya media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok besar yaitu berdasarkan komposisi bahan media, berdasarkan konsistensinya dan berdasarkan fungsinya dan didalam ketiganya terdapat karakteristik yang berbeda-beda.
Praktikum pembuatan media kali ini menggunakan media Taoge Cair (TC) dan Taoge Agar (TA). Perbedaan antara kedua media ini adalah pada media taoge cair tidak ditambahkan agar karena media ini digunakan sebagai pertumbuhan bakteri, ragi, dan mikroalga. Pemilihan taoge sebagai bahan pembuat media dalam pratikum ini karena dalam taoge tersimpan nutrisi protein yang mengandung beberapa senyawa yang dibutuhkan oleh bakteri, seperti nitrogen, karbon, dan pospat. Pembuatan TA pun memiliki kekhasan tersendiri yaitu harus terlebih dahulu dimiringkan untuk mendapatkan media pertumbuhan yang miring sehingga memudahkan ketika penanaman mikroba (mikroba dapat menempel secara sempurna).
B. SaranPembuatan media pertumbuhan ini memerlukan waktu yang lama, dibutuhkan
kesabaran ketika menunggu pensterilisasian dan juga ketelitian penuh agar tidak terdapat mikroba yang tidak diinginkan menempel pada alat maupun media pertumbuhan. Bahan Pembuatan media ini sebaiknya dilakukan di luar jam praktikum karena proses yang lama itu tadi, sehingga dapat menghemat waktu. Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang telah tertulis dalam panduan, jika akan mambuat lebih harus dikalikan kelipatannya untuk semua bahan. Pada saat penambahan akuades ke dalam filtrat yang telah ditambahkan gula, penambahannya harus diperhatikan (tidak boleh kurang dari ketentuan).
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.Soeryowinoto, M. 1985. Budidaya Kepalasari dan Aspek-aspek yang Menyangkutnya. Pusat
Antar-Universitas (PAU), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA.Fuad, fathir.201. Media Pertumbuhan
Mikroba. (online) http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2 diakses pada 22 Februari 2013.Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset.Jawet, Melnik dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kusnadi, Peristiwati dkk. 2003. Mikrobiologi. JICA: Universitas Pendidikan Indonesia.Singleton, P., dan Sainbury, D. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular Biologi, 3rd Edition. John Wisey & Sons, LTD. New York. dalam http://anyleite.wordpress.com/2013/02/12/medium-dan-cara-pembuatan-medium/ diakses tanggal 21 Februari 2013Suriawiria, Unus. 1986. Mikrobiologi. Jakarta: Karunika Jakarta Universitas TerbukaSchlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Stanier, Y. R. Dkk. 2001. The Microbial World, terj. Jogjakarta : UGM Pres
top related