laporan praktikum kumnjungan lapangan di merapi golf
Post on 23-Jul-2015
269 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Kumnjungan Lapangan di Merapi Golf, Cangkringan, Sleman
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI MERAPI GOLF
Oleh
Rionaldi Agung Prasmoyo
11314034
“YAYASAN LINGKUNGAN HIDUP”
SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN
YOGYAKARTA
2012
ABSTRAK
Kunjungan lapangan di merapi golf telah dilaksanakan pada tanggal 09 Januari 2012, Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Tujuan praktikum kunjungan lapangan ke Merapi Golf adalah untuk mengetahui pengelolaan lingkungan serta limbah beracun dan berbahaya bagi lingkungan dan untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Limbah B3 serta sebagai media informasi bagi pembaca. Dalam kunjungan lapangan di Merapi golf di Kec. Cangkringan Kab. Sleman Yogyakarta,kami coba melihat dan mengamati tentang dampak positf dan negatif dengan berdirinya obyek wisata dan olah raga tersebut terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat sekitarnya. Hal tersebut dimaksudkan karena didalam pengelolaan lapangan golf, terutama perawatan rumputnya membutuhkan pestisida, yang kalau penggunaannya tidak sesuai dengan aturan akan menimbulkan dapak negatif terhadap lingkungannya. Merapi Golf yang terdiri dari 34 Ha lapangan rumput terbagi menjadi 18 hole dan masing-masing hole terdiri dari hold green ( tempat jatuhnya bola ), PRW ( lahan jatuhnya bola) dan tiebold. Perawatan rumput ini dilakuan dengan melakukan aerater dan pemotongan setiap hari dan pemupukan dua minggu sekali. Rumput ini di jaga sekali dari kelembaban karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut akan stres yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pestisida yang digunakan meliputi fungisida dan insektisida. Penggunaan pestisida tidak tentu tergantung dari kebutuhan, pada saat normal pestisida yang digunakan 2 cc/liter dan jika parah 3 cc/liter, dengan perbandingan 125 liter air = 300 gr pestisida dalam 1000 m². dan hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan pengelola Merapi Golf yang menyatakan bahwa hasil uji laboratorium terhadap kualitas air di Merapi Golf yang menggunakan standa baku mutu air minum tidak melewati ambang batas dan aman jika di buang kelingkungan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merapi Golf merupakan institusi pelayanan olah raga bagi masyarakat
umum, khususnya bagi kalangan menengah keatas. Merapi golf di bangun pada
tahun 1994 oleh seorang pengusaha yang bernama Yuwono Kolopaking,dan di
rancang oleh Peter thomson dan Wolfrit, serta menghabiskan dana sekitar 75 M,
mulai operasi pada tahun 1996 sampai dengan sekarang, lokasinya berada
dibawah kaki gunung merapi dengan luas tanah keseluruhan 60 hektar. Dari 60
Ha tanah tersebut terdiri dari 34 Ha lapangan rumput, 2,5 Ha untuk perawatan
tanaman, 23,5 Ha untuk bangunan managerial ( Land staping ).
Suatu kegiatan usaha yang melibatkan lingkungan di dalamnya, sudah tentu
menimbulkan dampak bagi lingkungan itu. Salah satu dampak begatif yang dapat
ditimbulkana kibat adanya kegiatan di Merapi Golf adalah limbah dari pestisida
yang digunakan untuk perawatan rumput yang ada, begitu juga dengan limbah-
limbah lain yang berbentuk gas dan padat. Oleh karena itu, kami melakukan
kunjungan lapangan ke Merapi Golf untuk melihat langsung kondisi lingkungan
di sana serta mengetahui secara langsung bagaiaman pengelolaan lingkungan di
sana. Penggunaan pestisida yang memiliki kandungan bahan aktif tembaga (II)
pada suatu lapangan golf akan menimbulkan kemungkinan terjadinya pencemaran
air tanah oleh kontaminan tembaga. Tembaga yang merupakan komposisi
terbanyak dalam bahan aktif pestisida merupakan senyawa yang bersifat toksik
dan termasuk dalam kategori limbah B3 sehingga diperlukan penelitian untuk
menganalisis kemampuan adsorpsi tanah terhadap kontaminan tembaga sebagai
bahan aktif pestisida.
B. Tujuan
Untuk mengetahui cara pengolahan limbah pestisida di golf merapi
daerah Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta
Tujuan praktikum kunjungan lapangan ke Merapi Golf adalah
untuk mengetahui pengelolaan lingkungan serta limbah beracun
dan berbahaya bagi lingkungan.
Tujuan dari penulisan laporan praktikun ini adalah untuk
memenuhi syarat tugas mata kuliah Limbah B3 serta sebagai media
informasi bagi pembaca.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu.
Nama ini berasala dari pest (hama) yang diberi akhiran cide (pembasmi).
Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia,
ikan atau mikrobia yang dianggap mengganggi. Pestisida biasanya, tapi tidak
selalu, beracun.
Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa
insektisida (serangga)
fungisida (fungi/jamur)
rodensida (hewan pengerat/Rodentia)
herbisida (gulma)
akarisida (tungau)
bakterisida (bakteri)
larvasida (larva)
Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghamba
t cendawan penyebab penyakit. Fungisida dapat berbentuk cair, gas, buturam dan
serbuk. Sedangkan insektisida adalah bahan-bahan kimir bersifat racun yang
dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat mempengaruhi
pertumbuhan, perkembanga, tingkah laku pengembabiakan, kesehatan, system
hormone, system pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pad
akematian seranggan pengaganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu jenis
pestisida
B. Pengelolaan Limbah
Untuk menanggulangi bahaya yang ditimbulkan dari pembuangan limbah,
khususnya limbah pestisida, maka harus dibangun fasilitas pengolahan limbah.
Tujuan dari dibangunnya sarana pengolahan limbah ini antara lain untuk
menghindari terjadinya pencemaran lingkungan, mengurangi beban pengotoran
terhadap badan air, agar tidak memperberat pencemaran. Bahkan apabila mungkin
dapat digunakan kembali sebagai air baku, air minum atau irigasi. Aspek yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah cair adalah :
1. Sumber air limbah ( lokasi, jenis kegiatan, debit )
2. Komposisi dan karakteristik limbah.
3. Kegiatan pelayanan dan pemeliharaan terutama mengenai bahan yang
digunakan atau dibuang.
4. Sistim perpihan, saringan penerima, saluran pengaliran dan sentral
pengolahan.
5. Sarana pendukung
6. Sistim pengolahan
7. Pemeliharaan
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
METODELOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Lapangan Golf Merapi Golf Kecamatan
Cangkirangan Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tanggal 9 Januari 2012.
B. Metode Praktikum
a. Latar belakang didirikannya Merapi Golf.
b. Proses pembangunan.
c. Sistim pengolahan limbahnya
C. Teknik dan instrument pengumpulan data
Data primer
Data primer yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang di
peroleh secara langsung melalu pengamatan, wawancara dan tanya jawab dengan
bapak I Wayan Ribawa (Suprenter Merapi Golf)
PEMBAHASAN
Merapi Golf merupakan suatu bentuk kegiatan usaha yang akan
menghasilkan dampak bagi lingkungan sekitar, tidak hanya alam sekitar tapi juga
bagi lingkungan ekonomi, sosial dan budaya. Melalui kajian yang yang telah
dilakukan maka dari dampak itu dilakukan suatu bentuk pengelolaan agar dapat
memaksimalkan dampak positif serta meminimalkan bahkan menghilangkan
dampak negatif yang ada.
Dampak positif dari adanya Merapi Golf bagi masyarakat adalah adanya
lapangan pekerjaan bagi masayrakat sekitar. Dari banyak cady yang ada serta staf
dari Merapi Golf berasala dari masyarakat sekitar Merapi Golf. Hal ini tentu
berdampak baik bagi pendapatan masyarakat tersebut. Pengelolaan lingkungan di
Merapi Golf merupakan pengelolaan yang berbasis kepada lingkungan. Ada
sebagian lahan yang disediakan khusus sebagai lahan penghijauan dan lahan
untuk satwa. Beberapa jenis pohon di tanam untuk kepentingna lingkungan dan
ada juga pohon yang di tanam untuk mengundang kehadiran burung di sekitar
lapangan Golf.
Dampak negatif adalah dampak yang tidak dikehendaki, dari suatu kegiatan
biasanya dampak negatif ini selalu ada. Dampak negatif dari suatu lapangan golf
bagi lingkungan biasanya berasal dari aliran air dari rumput lapangan golf yang
diberika pestisida, karena akan berdampak buruk bagi lingkungan perairan akibat
kandungan kimia dari pestisida tersebut. Selain itu, penggunaan air yang banyak
juga dapat mengurangi jumlah kebutuhan air bagi lingkungan lainnya. Namun
pembangunan Merapi Golf ini telah melewati izin AMDAL sehingga akan ada
pengelolaan lingkungan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak
begatif tersebut.
Merapi Golf yang terdiri dari 34 Ha lapangan rumput terbagi menjadi 18
hole dan masing-masing hole terdiri dari hold green ( tempat jatuhnya bola ),
PRW ( lahan jatuhnya bola) dan tiebold. Perbedaan dari masing-masing bagian
adalah jenis rumputnya,yang didatangkan dari amerika yaitu bermuda 419,epper
green,tirvwurf. Perawatan rumput ini dilakuan dengan melakukan aerater dan
pemotongan setiap hari dan pemupukan dua minggu sekali. Rumput ini di jaga
sekali dari kelembaban karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut
akan stres yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pemberian
pestisida di lakukan pada pagi hari, dilakukan oleh petugas yang dibekali dengan
alat pelindung diri agar tidak terpapar bau berbahaya dari pestisida. Setelah diberi
pestisida, untuk menghilangkan bau menyenangatnya, maka rumput yang di beri
pestisida di berikan air.
Sistem yang digunakan dalam membangun Merapi Golf adalah sistem Cut
dan Land fill, dengan bentuk berbukit-bukit dan sedikit dataran rata. Sebelum
ditanami rumput, di bawah dibangun sumur-sumur peresapan dengan kedalaman 5
meter dan diisi dengan batuan 50 % batuan koral dan 30 % pasir. Hal tersebut
diharapkan agar air hujan yang masuk akan terserap dan lapangan tidak
becek/banjir. Di sekeliling lapangan juga dibangun saluran drainase yang
bertujuan untuk menampung air hujan dari permukaan tanah/rumput. Penggunaan
pestisida untuk mengendalikan hama rumput seperti orong-orong, gangsir, cacing,
uret, serta tikus pada musim panas. Pestisida yang digunakan meliputi fungisida
dan insektisida. Penggunaan pestisida tidak tentu tergantung dari kebutuhan, pada
saat normal pestisida yang digunakan 2 cc/liter dan jika parah 3 cc/liter, dengan
perbandingan 125 liter air = 300 gr pestisida dalam 1000 m². Pestisida hanya
digunakan pada saat ada penyakit yang menyerang, biasanya pada saat perubahan
musim.
Upaya penanggulangan limbah pestisida di Merapi Golf, adalah air limbah
yang meresap pada sumur resapan di tampung dalam kolam, yang didalam kolam
itu diberi ikan sebagai kontrol nilai ambang batas, apabila tidak melebihi ambang
batas yang di perbolehkan ikan akan bertelur dan menetas, namun apabila
melebihi ambang batas maka ikan tidak berkembang biak dari dalam kolam
tersebut. Untuk pemantauan kualitas likungan, pihak pengelola bekerja sama
dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) untuk memeriksa kualitas
udara, kualitas air di Merapi Golf dan pada sumur-sumur penduduk disekitar
daerah tersebut secara rutin 6 bulan sekali. Hasil pemeriksaan dari BTKL
menunjukan bahwa kualitasnya masih dibawah ambang batas. Namun begitu kita
tidak boleh lengah karena dimungkinkan pada tahun – tahun mendatang akan
terjadi pencemaran pestisida mengingat sifat pestisida yang komulatif.
Limbah padat di Merapi Golf berupa sisa plastik dan botol DDT, sisa
pemangkasan rumput, ranting kayu dan sisa pengolahan makanan dan minuman
dari dapur tempat peristirahatan. Untuk mengatasi sampah tersebut, pengelola
melengkapi sarana pengelolaan sampah sebelum sampah dibakar. Sedangkan
potongan rumput dipergunakan lagi sebagai bahan pupuk untuk tanaman perdu
yang ada disekitar lapangan. Untuk sampah bekas DDT dilakukan penimbunan,
dimana didalam lubang diberi lapisan kapur setebal ± 3 cm, dan baru ditutup. .
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan di Merapi Golf,
dapat di simpulkan bahwa pengelolaan lingkungan terutama yang berhubungan
dengan pestisida dan B3 di Merapi Golf dinilai baik. Di karenakan dengan
pengolahan pada uji laboratorium terhadap kualitas air yang menggunakan standar
baku mutu yang tidak melewati ambang batas yang aman jika di buang ke
lingkungan di kawasan merapi golf sudah memenuhi syarat yang di tentukan oleh
perundang-undangan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan kunjungan dan
pengamatan di Merapi Golf adalah:
1. Sebagai sampel untuk pemantauan pestisida tidak hanya dilakukan
pada air namun juga udara, biota air dan tumbuhan yang terdapat di
Merapi Golf.
2. Pengujian laboratorium dan pengambilan sampel pada merapi golf
harus di tingkatkan lagi agar tidak ada kelalaian dalam berkerja
karena hal ini sangat berbahaya pada lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. id.wikipedia.org (diakses 17 Januari 2012, 19.00)
Anonim. “Laporan Kunjungan Merapi Golf, Sekolah Tinggi Teknik
Lingkungan”, Yayasan Lingkungan Hidup, Yogyakarta, 2007.
Wawancara dengan Bpk I WAYAN RIBAWA (Pengelola PT. Merapi Golf)
LAMPIRAN
top related