laporan praktikum€¦ · biji merupakan awal dari perumbuhan suatu tanaman karena biji mengandung...
Post on 13-Nov-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
UJI KESEHATAN BENIH 1
Oleh :
GolonganE/Kelompok 2
1. MaghfirotusSibyan (161510501221)
2. Gene Gressia (161510501119)
3. Adief Priyo Sembodo (161510501274)
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan budidaya tanaman merupakan kegiatan yang kompleks meliputi
pembenihan, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen. Hama dan penyakit
dapat masuk dan menyerang kegiatan budidaya yang kompleks ini dengan mudah.
Hama dan penyakit pada kegiatan budidaya merupakan faktor pembatas yang
sangat merugikan dampaknya. Hama dan penyakit pada tanaman budidaya
disebabkan oleh hewan, tumbuhan (gulma), patogen, dan organisme lainnya.
hama seringkali menjadi vektor penyebab terjadinya suatu penyakit pada tanaman.
Penyakit tanaman budidaya dapat disebabkan pada saat dilapang dan saat
pasca panen. Penyakit di lapang dianggap kurang berbahaya dibandingkan dengan
penyakit saat pasca panen, karena penyakit di lapang dapat langsung diketahui
dan segera ditanggulangi sedangkan penyakit pasca panen biasanya menyerang
biji atau benih yang merupakan bakal dari pertanaman. Biji atau benih merupakan
kunci dari kegiatan budidaya. Biji atau benih yang mengandung mikroba
penyebab penyakit dapat menyebabkan kerugian dan kegagalan besar saat di
pertanaman. Mikroba yang terbawa bersama benih biasanya berasal dari pasca
panen dan juga bisa juga saat di lapang (pra panen). Mikroba melekat pada biji
atau benih sebagai kontaminan, berada dalam kulit biji, endosperm, dan lainnya.
Penyakit pasca panen pada benih dapat menyebabkan penyakit tular benih
dan penyakit terbawa benih. Penyakit tular benih merupakan penyakit yang terjadi
pra panen. Penyakit terbawa benih merupakan penyakit murni yang dibawa biji
atau benih saat dilapang ataupun pasca panen. Cendawan merupakan salah satu
patogen yang meyebabkan penyakit pada biji atau benih. Cendawan melakukan
invasi (infeksi) biji atau benih selama masa perkembangan yaitu pembentukan
biji hingga masa pemasakan biji.
Cendawan dan bakteri merupakan patogen yang sering menimbulkan
kerusakan pada biji atau benih. Cendawan dan bakteri utamanya menyerang biji
atau benih pada saat penggudangan. Kondisi gudang yang lembab merupakan
lingkungan yang sangat disukai cendawan dan bakteri. Cendawan merupakan
2
patogen utama ditempat penyimpanan. Cendawan terbawa benih dapat dibedakan
menjadi cendawan lapang dan cendawan gudang. Cendawan lapang umumnya
menimbulkan kerusakan yang rendah atau tidak sama sekali. Kerusakan oleh
cendawan lapang dapat terjadi dan dilihat saat penyimpanan, jika kelembaban di
ruang penyimpanan sama dengan kadar air pada benih.
Kerusakan pada benih dapat terjadi bila kelembaban cenderung tinggi.
Invasi oleh cendawan dapat terjadi ketika panen, perontokan, pasca perontokan
dan pasca panen yaitu penyimpanan atau penggudangan. Asperillus spp.
merupakan salah satu jenis cendawan. Cendawan ini cepat menginfeksi biji atau
benih saat perontokkan. Inokulum dari cendawan biasa berupa spora yang berada
pada biji. Spora cendawan biasanya dorman saat masa penyimpanan atau dapat
berada di dalam biji atau benih.
Penyakit yang ada peda benih merupakan faktor kompleks yang harus
diwaspadai. Penyakit yang terbawa pada benih dapat diketahui dengan adanya
pengujian kesehatan benih. Pengujian kesehatan pada benih sangat penting
dilakukan agar benih dapat terseleksi dengan baik sebelum dilakukan penanaman
di lapang. Penanaman benih yang sehat di lapang akan menghasilkan produk yang
memiliki produktifitas tinggi dengan kualitas yang baik. Pengujian benih yang
dilakukan dapat menjadi faktor pencegah adanya penyakit pada tanaman
budidaya.
1.2 Tujuan
1. Menghitung persentase benih yang sehat dan yang sakit.
2. Mengetahui jumlah biji atau benih yang sehat yang berkecambah.
3. Mengetahui patogen yang menyerang, misalnya cendawan atau bakteri, dan
warna patogen.
4. Mengetahui jumlah biji atau benih yang terserang cendawan dan yang
terserang bakteri.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Biji merupakan awal dari perumbuhan suatu tanaman karena biji
mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Baik tidaknya biji berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman nantinya. Kesehatan benih sangat
penting sehingga perlu adanya pengolahan terlebih dahulu dari waktu panen
hingga pasca panen. Perlakuan ini merupakan perihal untuk menjaga kualitas
benih terutama dari pathogen (Tjitrosoepomo, 2009).
Benih bermutu tinggi yaitu benih yang mempunyai mutu fisik, fisiologis
dan patologis. Pengujian kesehatan benih menjadi penting diakuakan karena untuk
mengurangi kerusakan akibat patogen benih. Benih yang lolos uji diharapkan
memiliki daya pertumbuhan dan perkembangan yang baik sehingga diharapkan
hasilnya dapat maksimal (Suharti dan Aliya, 2013).
Penyakit terkontasminasi pada benih dapat terjadi di lapang dan di ruang.
Penyakit yang melekat pada biji akan menyebabkan kerusakan pada biji. Penyakit
ini dapat terbawa pada permukaan biji atau pada kulit biji tetapi ada yang masuk
ke dalam biji. Biji yang terbawa pada kuit biji masih dapat diatasi melalui
perlakuan fungisida tetapi mikroba yang sudah masuk ke dalam biji sulit diatasi
karena terhalang oleh kulit biji. Cendawan selain bersifat parasit juga ada yang
bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan benih dan mencegah terjadinya kontak
mikroba. Cendawan yang digunakan yaitu Tricoderma sp pada beberapa biji salah
satunya biji kedelai untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menghambat
serangan S. rolfsii (Saputri dkk, 2015).
Jamur atau cendawan penyerang biji umumnya menyebabkan luka pada
biji. Luka luka inilah yang digunakan sebagai identifikasi kerusakan biji akibat
aktifitas cendawan (teknik morfologi). Luka ini dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yaitu benih memiliki retakan kecil, benih retak tetapi tidak diikuti
oleh embrio dan retakan yang terbuka dengan embrio yang ikut terbuka.
Terbukanya biji atau benih ini, mengakibatkan patogen lain mudah masuk.
Masuknya patogen menyebabkan lebih rusaknya benih, sehingga benih
4
mempunyai kualitas yang sangat rendah dan tidak layak untuk ditanam (Pathak
and Razia, 2013).
Patogen terbawa benih (seed borne) merupakan hal yang harus diatasi.
Patogen ini berbahaya karena pada beberapa tanaman, patogen ini menyebabkan
pengurangan hasil panen dan memperburuk kualitas dari biji yang dihasilkan
seperti yang terjadi pada gandum. Patogen terbawa benih sulit untuk diidentifikasi
sehingga harus dilakukan pengamatan ekstra agar tidak menular kepada benih
yang lainnya. Pendekatan melalui morfologi belum bisa menekan dari patogen
terbawa benih, sehingga perlu dikembangkan lagi teknik yang memadai. Teknik
yang sedang berkembang yaitu Polymerase chain reaction (PCR) yang
mempunyai diagnosa lebih detail (Majunder, 2013).
Pengamatan harus teliti karena pada satu jenis patogen dapat menyerang
tanaman yang berbeda dan memiliki intensitas penyerangan yang berbeda.
Penyerangan dengan intensitas yang berbeda menyebabkan kerusakan yang
berbeda. Perbedaan ini dapat berpengaruh terhadap pengendaliaannya sehingga
memungkinkan ketidaktepatan teknik pengendalian (Beckstead et al, 2014).
Menurut Fenner and Ken (2005), benih yang terserang oleh cendawan
akan tetap mempertahankan kotiledonnya. Benih yang terserang akan tetap
berkecambah dan membentuk tanaman baru dengan bentuan kotiledon. Cendawan
ini akan berpengaruh pada masa tanaman ini tumbuh (masa vegetatif). Cendawan
ini akan menghambat proses pertumbuhan dan akan melemahkan sistem proteksi
dari tanaman tersebut sehingga berpotensi terserang patogen pada fase
pertumbuhan.
Peningkatan kesehatan benih dapat dilakukan dalam berbagai cara.
Peningkatan kesehatan dapat menggunakan perlakuan rhizobakteria P. Fluorens,
pemberian fungisida, pemberian antijamur, anti bakteri dan lain sebagainya.
Pemberian ini dimaksudkan untuk mencegah agar pathogen tidak menyerang
ataupun menyerang biji atau benih tetapi dengan persentase yang lebih rendah
sehingga biji yang terbentuk bisa dijadikan benih dengan kualitas yang baik
(Yulia dkk, 2015).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi dan Produksi Benih acara ketiga mengenai Uji
Kesehatan Benih I (Bagian Ilmu Penyakit Tumbuhan) dilaksanakan pada hari
Jumat, 20 Oktober 2017 pukul 06.00 hingga selesai dan bertempat di
Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cawan petri
2. Pinset
3. Kertas filter
4. Tisu
3.2.2 Bahan
1. Benih padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah masing-masing berjumlah 15
benih.
2. Klorok.
3. Aquades.
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menyiapkan biji yang sudah dipilih yaitu biji padi, kedelai, kacang tanah, dan
biji jagung masing-masing berjumlah 15, tidak perlu disterilisasi.
2. Menyiapkan cawan petri sejumlah 4 buah yang sebelumnya dicuci dengan
klorok 1%.
3. Membersihkan cawan petri dengan tisu.
4. Menyemprotkan aquades pada cawan petri sebanyak 2x dan
membersihkannya dengan tisu.
6
5. Meletakkan kertas saring pada setiap cawan petri dan menyemprotnya dengan
aquades.
6. Menyusun masing-masing benih pada masing-masing cawan petri.
7. Menutup cawan petri.
8. Memberi label pada setiap cawan petri.
9. Cawa petri diinkubasi. Melakukan pengamatan pada hari ke- 3, 5, dan 7 hari
setelah tanam.
10. Mengamati jumlah biji yang sehat dan sakit, jumlah biji sehat yang
berkecambah, jumlah biji yang terserang cendawan dan yang terserang
bakteri, warna koloni patogen. Memfoto biji tersebut.
11. Membuat grafik hubungan antara jumlah biji yang sehat dan yang sakit
dengan hasil pengamatan, hubungan hari pengamatan dengan jumlah biji
yang terserang bakteri cendawan. Menganalisis tabel dan grafik yang dibuat
sebagai hasil.
12. Membuat pembahasan, mengapa biji yang diuji kurang sehat atau sangat
sehat, mengapa banyak yang terserang cendawan atau sebaliknya mengapa
banyak yang terserang bakteri. Mengapa makin lama hari inkubasi,
gambar/grafik yang terjadi hasilnya demikian.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Benih sehat
Penentuan benih sehat yaitu tidak adanya tanda-tanda keberadaan
cendawan pada kulit benih (lapisan terluar benih).
2. Benih yang terserang penyakit
Penentuan benih sakit yaitu adanya benang-benang halus (hifa) pada
permukaan benih
3.5 Analisis Data
Analisis data pada pengamatan ini menggunakan analisis statistika
kuantitatif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Jumlah Benih Sehat dan Sakit Serta Penyebabnya.
No Jenis
Benih
HARI KE
KETERANGAN 3 5 7
Sa Sb Sa Sb Sa Sb
1. Padi 15
100%
0
0%
15
100
%
0
0%
15
100
%
0
0%
Tidak teradapat
cendawan. Hal
tersebut karena
ditandai dengan
benih padi yang
berkecambah dengan
baik yaitu 9 benih.
2. Jagung 7
46,6%
8
53,3
%
7
46,6
%
8
53,3
%
2 13
Cendawan:
Penicillium sp.
Morfologi:
mempunyai
gumpalan yag
berwarna putih
kebiru-biruan yang
menyelimuti seluruh
permukaan benih.
Klasifikasi:
Kingdom: fungi
Divisi :
Ascomycota
8
Kelas :
Eurottiomycetes
Ordo :
Eurotiales
Family :
Trichocomaceae
Genus :
Penicillium
3. Kedela
i
12
80%
3
20%
3
20%
12
80%
3
20%
12
80%
Cendawan:
Penicillium sp.
Morfologi:
mempunyai
gumpalan yag
berwarna putih
kebiru-biruan yang
menyelimuti seluruh
permukaan benih.
Klasifikasi:
Kingdom: fungi
Divisi :
Ascomycota
Kelas :
Eurottiomycetes
Ordo :
Eurotiales
Family :
Trichocomaceae
Genus :
Penicillium
9
4. Kacang
Tanah
1
6,6%
14
93,3
%
1
6,6
%
14
93,3
%
1
6,6
%
14
93,3
%
Cendawan :
Aspergilus sp
Morfologi:
cendawan berwarna
hijau, permukaan
lembab dan
menggumpal.
Klasifikasi
Kingdom :
Myceteae
Divisi :
Amastigomycota
Kelas :
Ascomycetes
Ordo :
Eurotiales
Family :
Euroticeae
Genus :
Aspergilus
Spesies :
Aspergilus sp.
Keterangan: Sa (Sehat), Sb (Sakit)
10
4.1.2 Jumlah Benih Sehat
4.1.3 Jumlah Benih Sakit
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah
Benih Sehat
Hari ke-3
Hari ke-5
Hari ke-7
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah
Benih Sakit
Hari ke-3
Hari ke 5
Hari ke-7
11
4.2 PEMBAHASAN
Hasil praktikum kali ini menganalisis tentang pengujian terhadap
kesehatan benih. Benih yang digunakan yaitu padi, jagung, kedelai dan kacang
tanah. Perlakuan yang dipilih yaitu menata sebanyak lima belas buah masing-
masing biji pada petridish kemudian menyemprotnya dengan sprayer dan
mengamati kesehatan benih pada masing-masing hari yang telah ditentukan.
Benih yang sakit akan diketahui melalui tanda yaitu munculnya benang-benang
halus (hifa) pada permukaan biji atau benih. Benang-benang halus tersebut akan
membentuk koloni dan akan terlihat lebih jelas dan akan memunculkan warna
tertentu.
Munculnya cendawan akibat biji atau benih yang mengalami pengolahan
pasca panen dan/atau penyimpanan tidak sesuai standar yang telah ditentukan. Hal
ini akan terjadi terkontaminasinya biji atau benih oleh hama, penyakit atau
cendawan. Biji atau benih yang sudah terkontaminasi seharusnya mendapat
perlakuan agar tidak menyebar kepada benih yang lain, apabila tidak dilakuakan
maka cendawan akan meyebar begitu cepat. Perkembangan cendawan akan tinggi
apabila dalam kondisi lembab.
Hasil pengamatan pada hari ke tiga, lima dan tujuh biji mengalami
penambahan kerusakan kecuali biji padi. Sebagaian besar data menunjukkan
bahwa benih mengalami serangan cendawan hal ini karena ketidak jelasan asal
benih didapatkan serta mutunya dan tidak disertai pengemasan yang baik untuk
melindungi biji atau benih.
12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Benih yang mengalami serangan cendawan pada hari ke tujuh yaitu jagung
(86,6%), kedelai(80%) dan kacang tanah (93,3%).
2. Benih sehat yaitu terdapat dari beberapa tanaman dan yang paling tidak
terserang yaitu pembungkusnya.
3. Pathogen yang menyerang yaitu Pennicillium sp dan Aspergilus sp
4. Benih yang tidak mengalami serangan cendawan yaitu benih padi.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum uji kesehatan benih lebih terjaga lagi dalam hal
keamanan sehingga tidak terjadi lagi kehilangan benih sehingga acara praktikum
dan pengamatan dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Beckstead , Julie., Susan E. Meyer, Kurt O. Reinhart, Kellene M. Bergen, Sandra
R. Holden and Heather F. Boekweg. 2014. Factors affecting host range
in a generalist seed pathogenof semi-arid shrublands. Plant Ecol, 215:
427-440.
Suharti, Tati dan Eliya Suita. 2013. Pengaruh Fungisida Terhadap Viabilitas
Benih Lamtoro. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan,1 (2): 103-109.
Yulia, Endah, Tarkus Suganda, Fitri Widiantini dan Rangga Irawan Prasetyo.
2015. Uji Keefektifan Antijamur Ekstrak Air Rimpang Lengkuas
(Alpinia galangal [L] Willd.) sebagai Perlakuan Pratanam untuk
Mengendalikan Colletotrichum spp. pada Kedelai (Glycine max L.).
Agrikultura, 26 (2): 104-110.
Saputri, Eli., Lisnawati dan Mukhtar Iskandar Pinem. 2015. Enkapsulasi Beberapa
Jenis Trichoderma. sp. pada Benih Kedelai untuk Mengendalikan
Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. Online Agroekoteknologi, 3 (3): 1123-
1131.
Majunder, Dipali., Thangaswamy Rajesh, E. G. Suting and Ajit Debbarma. 2013.
Detection of seed borne pathogens in wheat: recent trends. Australian
Journal of Crop Science, 7 (4): 500-507.
Pathak, Neha, and Razia. K. Zaidi. 2013.Fungi associated with wheat seed
discolouration and abnormalities in in-vitro study. Agricultural
Science,4(9):616-620.
Fenner, Michael and Ken Thompson. 2005. The Ecology of Seeds. United
Kingdom: Cambridge University Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: Gadjaah Mada
University Press.
LAMPIRAN
Lembar Kerja
Beckstead , Julie., Susan E. Meyer, Kurt O. Reinhart, Kellene M. Bergen, Sandra
R. Holden and Heather F. Boekweg. 2014. Factors affecting host range
in a generalist seed pathogenof semi-arid shrublands. Plant Ecol, 215:
427-440.
Suharti, Tati dan Eliya Suita. 2013. Pengaruh Fungisida Terhadap Viabilitas
Benih Lamtoro. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan,1 (2): 103-109.
Yulia, Endah, Tarkus Suganda, Fitri Widiantini dan Rangga Irawan Prasetyo.
2015. Uji Keefektifan Antijamur Ekstrak Air Rimpang Lengkuas
(Alpinia galangal [L] Willd.) sebagai Perlakuan Pratanam untuk
Mengendalikan Colletotrichum spp. pada Kedelai (Glycine max L.).
Agrikultura, 26 (2): 104-110.
Saputri, Eli., Lisnawati dan Mukhtar Iskandar Pinem. 2015. Enkapsulasi Beberapa
Jenis Trichoderma. sp. pada Benih Kedelai untuk Mengendalikan
Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. Online Agroekoteknologi, 3 (3): 1123-
1131.
Majunder, Dipali., Thangaswamy Rajesh, E. G. Suting and Ajit Debbarma. 2013.
Detection of seed borne pathogens in wheat: recent trends. Australian
Journal of Crop Science, 7 (4): 500-507.
Pathak, Neha, and Razia. K. Zaidi. 2013.Fungi associated with wheat seed
discolouration and abnormalities in in-vitro study. Agricultural
Science,4(9):616-620.
Fenner, Michael and Ken Thompson. 2005. The Ecology of Seeds. United
Kingdom: Cambridge University Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: Gadjaah Mada
University Press.
DOKUMENTASI
Hari ke-3
Hari ke-5
Hari ke-7
Dokumentasi Langkah Kerja
Menyiapkan Alat
Menyiapkan benih
Membersihkan dengan Klorok
Mengelap kaca yang telah dismprot klorok
Meletakkan kertas saring pada petridish
Menyemprot dengan aquades
Menata benih
Petridis diberi label sesuai kelompok dan perlakuan dan melakukan perawatan
serta pengamatan di hari ke 3, 5 dan 7 (pengamatan ada tidaknya cendawan
top related