laporan pneumonia
Post on 24-Apr-2015
162 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan Individu22 Desember 2012
TES MAKROSKOPIS, TES RIVALTA, TES ANALISIS GAS DARAH
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI €KLINIK
BLOK RESPIRASI
Disusun Oleh:
Nama : Agung Perdana
No. Stambuk : 11-777-051
Kelompok : ()
Pembimbing : dr. Ryzqa
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. Skenario – 1 :
Seorang laki-laki 25 tahun, mahasiswa kedokteran, datang ke dokter
pembimbingnya untuk menyampaikan kalau ia tidak dapat mengikuti
kegiatan di RS karena sakit sekaligus untuk konsultasi tentang
penyakitnya. Ia mengeluh batuk berdahak yang hebat warna mukoid,
kadang kuning dan disertai demam yang hilang timbul. Yang dialaminya
sejak 2 minggu lalu. Selain itu ia juga mengeluh sakit kepala, myalgia,
anoreksia, dan kadang-kadang diare. Suhunya mencapai 38,5 C, denyut
nadi 100x/menit, tensi 115/70 mmHg, dan pernapasannya 20x/menit.
Sebelumnya ia juga pernah menderita batuk dan beringus tapi sudah agak
baikan setelah minum obat antitusif dan antibiotik. Ini dialaminya 1 bulan
sebelum sakit yang sekarang dideritanya.
II. Kata sulit :
1. Mukoid
2. Myalgia
3. Anorexia
4. Obat antitusif
III. Kata Kunci :
1. Laki-laki 25 tahun
2. Batuk berdahak
3. Warna mukoid kadang kuning
4. Demam hilang timbul
5. Sakit kepala
6. kadang-kadang diare
7. Suhu 38,5o C, denyut nadi 100 x/menit, Tekanan darah 115/70,
Pernafasan 20x/menit
8. Riwayat minum obat antitusif dan antibiotik
IV. Pertanyaan
1. Bagaimana patomekanisme batuk berdahak, Demam, sakit kepala pada
pagi hari, anorexia dan diare ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan ?
3. Bagaimana klasifikasi macam-macam sputum ?
4. Bagaimana pembagian batuk ?
5. Bagaimana hubungan penyakit terdahulu dengan penyakit sekarang ?
6. Bagaimana Diferensial diagnosa dari skenario ?
BAB II
PEMBAHASAN
PNEUMONIA
I. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dan
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.1,2,3,4,5
II. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme,
tersering disebabkan oleh bakteri. Kuman penyebab pneumonia yang tersering
dijumpai berbeda jenisnya di suatu negara dan antara satu daerah dengan daerah
lain pada satu negara, di luar RS dan di dalam RS, antara RS besar/tersier
dengan RS yang lebih kecil. Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia :
Streptococcus pneumoniae, H. influenzae, L. pneumophilia, Klebsiella,
pseudomonas, E. coli, Mycoplasma, Chlamydia, dll, sedangkan penyebab
pneumonia yang bersifat non bacterial adalah tuberculosis, virus, fungi dan
parasit. 1,2,3,4,5
III. Gambaran Klinis dan Klasifikasi
Gambaran klinis pneumonia bervariasi berdasarkan faktor-faktor infeksi
yang berperan pada pasien. Karena itu terdapat klasifikasi pneumonia, namun
yang terbaik adalah klasifikasi klinis yang mengarahkan kepada diagnosis dan
terapi secara empiris dengan mempertimbangkan faktor-faktor terjadinya infeksi
yaitu faktor lingkungan pasien, keadaan imunitas pasien, dan mikroorganisme.
Klasifikasi Klinis
1. Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologist dan gejala klinis.
Dibagi atas:
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yang
klasik antara lain berupa awitan yang aut dengan gambaran
radiologis berupa opasitas lobus atau lobularis, yang disebabkan
kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella
pneumoniae, atau H. influenzae.
b. Pneuminia atipikal, ditandai oleh gangguan respirasi yang
meningkat lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang
difus. Biasanya disebabkan oleh organisme yang atipikal dan
termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Legionella
pneumophilia, Chlamydia psitacci, dan Coxiella burnetti.
2. Klasifikasi berdasarkan lingkungan dan pejamu.
a. Pneumonia Komunitas (PK), adalah pneumonia yang didapat di
komunitas didefinisikan sebagai suatu penyakit yang dimulai di
luar rumah sakit atau didiagnosa dalam 48 jam setelah masuk RS
pada pasien yang tak tinggal dalam fasilitas perawatan jangka
panjang selama 14 hari atau lebih sebelum onset gejala. Sebagian
besar pasien yang menderita PK mengalami onset demam akut atau
sub akut , batuk dengan atau tanpa sputum dan sesak napas.
Gejala lain yang juga sering dijumpai adalah kekakuan, menggigil,
berkeringat, rasa tak enak di dada, pleuritis, kelelahan, mialgia,
anoreksia, sakit kepala, dan nyeri perut.
b. Pneumonia Nosokomial (PN), adalah penyakit yang dimulai 48
jam setelah pasien dirawat di RS, yang tak sedang mengalami
inkubasi suatu infeksi saat masuk RS. Gejala dan tanda PN tidak
spesifik namun satu atau lebih temuan klinis (demam, leukositosis,
sputum purulen dan infiltrate paru-paru atau progresif pada
radiografi dada) dapat muncul pada sebagian besar pasien.
c. Pneumonia rekurens, terdapat dasar penyakit paru kronik.
d. Pneumonia aspirasi, terdapat pasien alkoholik dan usia tua.
e. Pneumonia pada gangguan imun, pada pasien transplantasi,
onkologi, AIDS.
3. Sindrom klinis
1. Pneumonia bakterial
Diketahui bahwa kuman kelompok bakteri tertentu memberikan
gambaran klinis pneumonia yang akut dengan konsolidasi paru,
dapat berupa :
a. Pneumonia bakterial tipikal yang terutama mengenai parenkim
paru dalam bentuk bronkopneumoni dan pneumonia lobar.
b. Pneumonia bakterial tipe campuran dengan persentase klinis
atipikal yaitu perjalanan penyakit yang lebih ringan dan jarang
disertai konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma,
Chlamydia pneumonia dan Legionella. Istilah sindrom pneumonia
atipikal dipakai untuk merangkum pula bentuk lain dengan ciri-ciri
gambaran klinis yang beraneka ragam dan gambaran radiologis
yang menyimpang dari normal, refrakter terhadap terapi antibiotik
standar, lambat dalam penyembuhannya, dan mempunyai tendensi
untuk kambuh, yaitu yang disebabkan oleh mikobakterium, jamur,
virus, atau mikroorganisme lain. 1,2,3,4,5
IV. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang
berhubungan dengan faktor infeksi, meliputi evaluasi faktor
pasien/predisposisi, membedakan lokasi infeksi, usia pasien dan awitan.
2. Pemeriksaan fisis
a. Awitan akut biasanya oleh kuman S. Pneumoniae, Streptococcus spp.,
Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, malaise,
batuk kering, dan nonproduktif.
b. Tanda fisis seperti pada tipe pneumonia klasik bias didapatkan berupa
demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru
pekak, ronki nyaring, suara napas bronchial). Bentuk klasik berupa
bronkopneumonia, pneumonia lobaris, atau pleuropneumonia.
c. Warna, konsistensi, dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram misalnya oleh Streptococcus pneumoniae;
bronkopneumonia, dan pneumonia interstisial. Distribusi infiltrat pada
segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk
kuman aspirasi. Bentuk lesi berupa kavitas dengan air fluid level
sugestif untuk abses paru, infeksi anaerob, gram negatif atau
amiloidosis. Pembentukan kista terdapat pada pneumonia
nekrotikans/supurativa, abses, dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis
jaringan paru.
b. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri ; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/micoplasma atau
pada infeksi berat. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, aspirasi jarum
transtorakal. Torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
d. Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap infeksi virus, legionella, dan mikoplasma.
Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen. 1,2,3,4,5
V. Terapi
1. Antibiotik
Dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya. Dengan
demikian terapi pneumonia dan bronchitis eksaserbasi akut adalah sama
bila penyebabnya sama.
- Penisilin G dosis tinggi 6 – 12 juta unit/hari
- Ampicilin/Amoxcilin 3 – 4 x (500 – 1000) mg/hari
- Eritromicin 3 – 4 x 500 mg/hari
- Sefalosporin dosis sesuai jenis preparat
- Cotrimoxazol 2 x (1 – 2) tablet
2. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 – 100 mmHg atau saturasi 95 – 96%
berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah.
b. Humidifikasi dengan netribulizer untuk pengenceran dahak yang
kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila
terdapat bronkospasme.
c. Fisioterapi untuk pengeluaran dahak
d. Pengaturan cairan.
e. Ventilasi mekanis. 1,2,3,4,5
VI. Komplikasi
1. Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45 % kasus.
2. Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteremia
berupa meningitis.
3. Hipoksemia akibat gangguan difusi.
4. Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih
dari 4 – 6 minggu.
5. Bronkiektasis1,2,3,4,5.
VII. Prognosis
Dipengaruhi oleh :
1. Umur.
2. Banyaknya lobus yang terkena.
3. Renjatan septik.
4. Gagal napas.
5. Mulainya terapi antibiotik.
6. Gagal jantung.
7. Gagal ginjal. 1,2,3,4,5
BAB III
KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya bahwa Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi paru
yang merupakan salah satu penyebab seperenam kematian di Amerika serikat. Hal
tersebut tidak mengejutkan karena (1) permukaan epitel paru secara terus-menerus
terpajan berliter-liter udara yang tercemar; (2) flora nasofaring terus-menerus di
aspirasi selagi tidur, bahkan oleh orang yang sehat; dan (3) penyakit paru lainnya
yang umum terjadi menyebabkan parenkim paru rentan terhadap organisme
virulen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III Ed.5. Jakarta: Pusat penerbitan FKUI. 2009. (hal 2196-2206)
2. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi. Ed.6. Jakarta: EGC; 2006.
(hal 804-810)
3. Kumar, Cotran, Robbins. Buku ajar patologi edisi 7. Jakarta EGC. (Hal 539-543)
4. Lawrence Tierney. Diagnosis dan terapi ilmu penyakit dalam. Jakarta. Penerbit salemba medika (100-116)
5. Soegondo, sidartawan DKK. Panduan pelayanan medik perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam indonesia.. Jakarta : interna publishing (hal 90-100)
top related