laporan pkl jadi
Post on 26-Nov-2015
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di
Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit.
Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang
semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka
produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai
produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar
swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang
ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk
dewasa ini.
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata
dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat,
khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di
tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang
karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang
dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar
global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti
dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari
mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai
1
produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestic
maupun global.Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi
lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan
ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui proses penanganan pascapanen lidah buaya
1.3 Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penulisan laporan
ini adalah sebagai berikut :
1) Ikut membantu bekerja dalam kegiatan panen dan pasca panen
lidah buaya (Aloe vera) .
2) Melakukan pengamatan, dokumentasi, pencatatan data yang
diperlukan, wawancara dan studi pustaka yang berhubungan dengan
proses pasca panen lidah buaya (Aloe vera) .
1.4 Tempat dan waktu pelaksanaan PKL
Adapun tempat dan waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sebagai
berikut :
1) Pelaksanaan praktek kerja lapangan bertempat di
2) Pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan selama 1
(satu) bulan dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 februari 2012
2
1.5 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1) Agar mahasiswa mengetahui secara langsung seluruh aspek dalam
suatu perusahaan/instansi pemerintah yang dipilih menjadi tempat
praktek kerja lapangan.
2) Agar mahasiswa mendapatkan fokus kegiatan dalam praktek kerja
lapangan yang berkaitan dengan upaya pengembangan disiplin ilmu
teknologi pertanian.
3) Agar mahasiswa mendapatkan wawasan lebih untuk dapat
mempersiapkan diri nantinya terjun langsung didunia kerja.
4) Agar perusahaan atau petani mendapat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terbaru sehingga dapat menunjang
kelangsungan usahanya.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Kemiskinan masih membelit 80 persen petani di pedesaan Bali. Investasi
di sektor pertanian diharapkan mampu mengurangi kemiskinan di pedesaan.
Karena itu, PT Alove Bali bekerja sama dengan PT Aloevera Bali tergerak untuk
mengembangkan agrobisnis tanaman lidah buaya
PT Aloevera Bali mulai menginvestasikan modalnya di usaha agrobisnis
sejak beberapa tahun lalu. Usahanya berupa perkebunan tanaman lidah buaya
(aloevera (L) Burn F). Usaha agrobisnis ini dikembangkan dengan pola sistem
plasma PT Aloevera Bali sebagai intinya dan petani yang tersebar di tujuh
kabupaten di Bali sebagai plasmanya.
Luas perkebunan saat ini mencapai 100 hektar. Perusahaan memiliki 28
hektar dan 72 hektar milik petani plasma. Kedepan targetnya mencapai 2.000
hektar di seluruh Bali,
Target 2.000 hektar ini menurut Komisaris PT Aloevera Bali I Made
Karang Sumadi untuk memenuhi target produksi ekstrak gel lidah buaya 25.000
4
liter/hari.Hasil perkebunan ini akan diolah menjadi gel bekerja sama dengan PT
Alove Bali.
PT Alove Bali terjun berinvestasi ke sektor pertanian, menurut Direktur
PT Alove Bali Petrus Adrianus Josep Van Leeuwen, karena keterpanggilan Mr.
Hendrikus Johanes Swanenberg (Mr. Henk) selaku komisaris utama. Mr. Henk
prihatin dengan nasib petani di pedesaan Bali pascabom Bali, terutama
masyarakat di Desa Saba, tempatnya sering menginap. Akhirnya, Mr. Henk
memilih berinvestasi di sektor pertanian yaitu budi daya tanaman lidah buaya.
Kebetulan secara bisnis, aloevera (lidah buaya) dalam 20 tahun ke depan akan
menjadi usaha yang bagus.
Investasi lidah buaya di Desa Saba Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
Gianyar ini disambut baik Bupati Gianyar Cok. Oka Artha Ardana Sukawati. Hal
itu diutarakannya melalui Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Gianyar Ir.
Puja Wartika yang mewakili Bupati Gianyar saat launching pabrik pengolahan
ekstrak gel lidah buaya PT Alove Bali.
Kepala Desa Saba I.B. Manuaba juga menyambut baik kehadiran investasi
ini. Launching pabrik pengolahan lidah buaya ini juga dihadiri wakil dari
Kementerian Investasi Negara Belanda Ruud Van Wesen.
5
2.2 Lokasi Perusahaan
PT Alove Bali terletak di Br. Bonbyu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar, dengan Luas perkebunan saat ini mencapai 100 hektar.
Perusahaan memiliki 28 hektar dan 72 hektar milik petani plasma.
Struktur Organisasi
PT Alove Bali termasuk dalam kategori perusahaan besar, dimana dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya sehari-hari dijalankan oleh seorang manajer
dengan dibantu oleh beberapa pegawai kantor,karyawan pabrik, dan buruh tani.
Manajer bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan perusahaan, mulai dari
penampung hasil petani, pengolahan produk sampai pada penjualan produk.
Struktur organisasi perusahaan seperti pada gambar
Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan
6
PIMPINAN
PEMILIK PERUSAHAAN
HRD
MANAGER PRODUKSI
MANAGER ENJENERING
SUPERVISOR
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
BAB III
PENANGANAN PASCAPANEN LIDAH BUAYA.
Penanganan pascapanen lidah buaya merupakan serangkaian kegiatan
yang diawali dengan pemenikan daun lidah buaya sampai daun lidah buaya
tersebut siap untuk di produksi. Tujuan penanganan pasca panen adalah untuk
mempertahankan kualitas, keamanan dan meminimalkan kehilangan komoditi
sejak produksi sampai produk ini siap di pasarkan.Secara umum rangkaian
kegiatan dimaksud meliputi pemetikan, pengumpulan, pengangkutan,
penimbangan, pencucian, penghancuran, fermentasi, pengemasan, penyimpanan,
dan pemasaran.
Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan
jumlah kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan
kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi.
Kehilangan hasil buah-buahan diperkirakan berkisar antara 25-80% (Wills et al.
1989). Bentuk kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan,
penurunan secara fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan
kerugian yang sangat besar.
Salah satu hal yang penting untuk dipahami adalah produk pascapanen
buah dan sayuran segar apapun bentuknya masih melakukan aktivitas
metabolisme penting yaitu respirasi. Stroberi merupakan buah yang memiliki laju
respirasi yang tinggi (Kitinoja and Kader 2003). Aktivitas respirasi berlangsung
untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pascapanennya.
Setelah panen, sebagian besar aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih
melekat pada tanaman induknya berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan.
7
Saat tersebut mulailah penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh
bagian tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya. Pada saat substrat
mulai terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran atau proses
pelayuan dengan cepat.
3.1. Panen.
Penentuan panen lidah buaya sudah dapat dipanen pada umur 12-8 bulan
setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sekali. Pasca panen,
pelepah lidah buaya di bawa ke tempat penyortiran. Setelah di sortir kemudian di
tempatkan pada keranjang dan selanjutnya dibawa ke tempat pemerosesan lebih
lanjut. Pemetikan daun lidah buaya sebaiknya dilakukan pada sore hari karena
keesokan paginya daun lidah buaya ini akan segera di proses.
Cara panen dapat dilakukan dengan cara menorehkan pisau atau sabit ke
pangkal daun kemudian menariknya kesamping.Daun yang di petik kurang lebih 9
sampai 10 helai daun dari pangkal batang ,sehingga masih menyisakan daun ang
muda saja.
3.1.1 Wadah Pemanenan
Wadah yang sering di gunakan untuk pemanenan lidah buaya berupa keranjang
plastik yang besar berbentuk kotak.Keranjang ini harus besar agar daun lidah
buaya bisa di masukkan atau di tata dengan rapi dan ini juga bertujuan agar daun
lidah buaya tidk rusak.
8
Gambar : Wadah Pemanen
3.1.2 Alat Panen
Alat yang sering di gunakan dalam pemanenan lidah buaya (Aloe vera)
berupa pisau kecil atau sabit
Gambar : Alat Panen
3.2 Sortasi
sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat selerakonsumen suatu
produk atau segmen pasar yang akan ditujudalam pemasaran suatu produk.
Terlebih apabila yang akandituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas
9
dan atausegmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan
apakah suatu produk laku pasar atau tidak.
Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasilpanenan dilakukan
secara manual, yaitu menggunakan tangan.Sedang grading dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara manualmemerlukan
tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan
memerlukan lebih banyak tenaga kerja.
Pada kegiatan sortasi dan grading , penentuan mutu hasilpanen biasanya
didasarkan pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna,
bentuk, kematangan,kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan
olehpenyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet olehfaktor mekanis.
Karena daun lidah buaya ini dipergunakan sebagai bahan dasar pupuk cair
maka sortasi hanya dilakukan untuk memisahkan daun lidah buaya yang
busuk,seandainya terdapat daun yang setengah busuk,daun tersebut masih bisa
dipakai dengan cara memotong bagian yang busuk dan membuangnya Sortasi bisa
dilakukan di kebun atau sesudah dibawa ke ruang produksi. Seleksi di kebun lebih
baik karena daun yang busuk tidak akan terbawa (Pracaya, 2000).. Sortasi juga
berguna untuk membersihkan produk dari kotoran, sisa-sisa duri, tangkai dan
ranting (Damayanti, 1999).
3.4 Pencucian/pembersihan
Perbersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoranyang
menempel pada hasil pertanian. Kebersihan sangatmempengaruhi kenampakan.
Oleh karena itu sebelumdipasarkan, hasil pertanian harus dibersihkan dari
10
kotoran-kotorandan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Kotoran pada
hasilpertanian sering dianggap sebagai sumber kontaminasi, karenakotoran dapat
mengandung mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen.
Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkanwujudnya dapat dapat
dikelompokkan menjadi :
Kotoran berupa tanahKotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan
yangmenempel pada bahan hasil pertanian pada saat bahandipanen. Kotoran ini
dapat berupa : tanah, debu, danpasir. Tanah merupakan media yang baik sebagai
tempattumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi
bahan hasil pertanian. Adanya tanahpada bahan hasil pertanian kadang-kadang
sukardihindarkan, karena beberapa hasil pertanian terdapat didalam tanah, seperti
umbi-umbian.
Kotoran berupa sisa pemungutan hasil
Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutanhasil tanaman
yaitu bagian tanaman yang bukan bagianyang dipanen, antara lain berupa : dahan,
ranting, biji,kulit.
Kotoran berupa benda-benda asing
Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti :unsur logam akan
memberi kesan ceroboh dalampenanganan hasil panen.
11
Kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain
Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dankotoran biologis
lainnya yang tercampur dengan bahanhasil pertanian dapat membawa bibit
penyakit sepertikolera, tipus, desentri dan lain-lain.
Kotoran berupa sisa bahan kimia
Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara laindari obat-
obatan pestisida dan pupuk. Kotoran ini disamping mengganggu
penampakan hasil panen juga dapatmenyebabkan keracunan pada konsumen.
Padakonsentrasi yang cukup tinggi, bahan kimia dapatmenyebabkan keracunan
secara langsung. Sedangkanpada konsentrasi yang rendah, dan bila terus
menerusakan tertimbun di dalam tubuh dapat mengakibatkangangguan kesehatan.
Persyaratan air pencucian
Air yang diperlukan untuk kegiatan pencucian hasilpertanian hendaknya
diperhatikan dan harus memilikipersyaratan tertentu. Secara fisik, air harus jernih,
tidak berwarna, dan tidak berbau. Secara kimiawi, air yangdigunakan hendaknya
tidak mengandung senyawa-senyawakimiawi yang berbahaya. Dilihat dari segi
mikrobiologis, airyang digunakan untuk mencuci harus bebas darimikroorganisme
yang menjadi wabah penyakit.
Penggunaan desinfektan
Biasanya bersamaan dengan pencucian dilakukanpengendalian
mikroorganisme yang dapat merusak hasilpanen. Jenis dan konsentrasi
12
desinfektan yang digunakantergantung pada jenis bahan yang dicuci. Sebagai
contoh,penggunaan Benomly 600 ppm pada buah pisang dengan caradicelupkan
selama 0,5 – 1 menit yang bertujuan membunuhspora mikroorganisme
yang terdapat di permukaan kulit buahpisang.
Metoda pencucian
Secara garis besar, metoda pencucian dibedakan atasperendaman dan
penyemprotan.
(1).Perendaman
Bahan direndam ke dalam air dengan waktu tertentu untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang menempel pada bahan.Pada perlakuan inim biasanya dibantu
denganpenyikatan/penggosokan secara hati-hati agar bahan tidak tergores.
(2).PenyemprotanHasil pencucian dengan penyemprotan akan lebih baik
karenakotoran lebih mudah lepas. Keunggulan dengan metoda iniadalah : waktu
lebih singkat, tenaga kerja sedikit, terhindardari kontaminasi bekas air cucian, dan
kapasitas kerja lebihbesar. Sedangkan kelemahannya adalah banyak menggunakan
air dan biaya operasional lebih mahal.
Daun lidah buaya ketika di panen daunnya masih terdapat beberapa
kotoran, untuk itu membutuhkan pembersihan untuk menghilangkan kotoran
seperti debu atau tanah. PT Alove Bali pembersihan daun lidah buaya
mengunakan semprotan air yang di letakkan di troli berjalan,sehingga
mempermudah dan mrmpercepat pencucian.
13
3.5 Pemrosesasan
Setelah dilakukan pencucian daun lidah siap di proses,pada proses ini
meliputi penghancuran , pengendapan, fermentasi , dan penyaringan. Setelah
dilakukan pembersihan secara otomatis daun lidah buaya menuju ke dalam mesin
penghancur dengan troli berjalan.Hasil dari penghancuran berupa just, kemudian
just tersebut di bawa atau di alirkan ke bak penampungan untuk dilakukan
pegendapan.Pengendapan dilakukan kurang lebih 3 sampai 4 hari.Yang diambil
dari bak penampungan hanya air saja,ampasnya di gunakan sebagai kompos.
Air yang diambil dari bak penampugan ini kemudian dialir ke dalam
propil tank untuk dilakukan fermentasi.Dalam fermentasi ini ada beberapa bahan
yang dimasukkan seperti gula tebu sebagai stater,rumput laut dan lain.Fermentasi
untuk pembuatan pupuk cair ini dilakukan 2 sampai 3 bulan.
3.6 Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling
yang tepat bagi bahan atau makanan. Semua makanan mudah rusak dan setelah
jangka waktu penyimpanan tertentu ada kemungkinan perubahan yang terjadi
pada makanan tersebut (Marliyati, dkk: 1992). Pengemasan adalah menempatkan
produk ke dalam wadah tertentu. Kemasan suatu produk dapat terdiri dari
kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer langsung bersentuhan
dengan prduk, sedangkan kemasan sekunder berguna sebagai wadah tempat
produk yang telah diberi kemasan primer.
14
Dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan antara seni, ilmu dan
teknologi penyiapan bahan untuk pengangkutan dan penjualan, karena
pengemasan harus mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan
yang dilindungi. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan
bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk yang
memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke masyarakat pembeli.
Bahan pengemas luar bisa terbuat dari kayu, rotan, bambu atau karton
bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat pengecer (disebut kemasan
dalam) biasanya terbuat dari film plastik, kertas, plastik tercetak atau bahan
campuran dari kertas dan plastik, bahkan dengan kardus (Harvey et al, 1990).
Perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam
goncangan dalam perjalanan yang dapat mengakibatkan kememaran dan
penurunan kekerasan hasil holtikultura. Faktor yang perlu diperhatikan meliputi
kemasan yaitu jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas yang
diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur, dan pola susunan, biaya
pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan, waktu, jarak
dan keadaan jalan yang dilintasi (Purwadaria, 1998). Pengemasan tidak dapat
memperbaiki mutu namun pengemasan dapat melindungi mutu dengan memberi
perlindungan terhadap kerusakan mekanik, kehilangan air, memungkinkan
penggunaan udara termodifikasi yang menguntungkan, member barang yang
bersih dan memenuhi persyaratan kesehatan (Pantastico, 1989).
Pengemasan dilakukan untuk meningkatkan keamanan produk selama
transportasi, dan melindungi produk dari pencemaran, susut mutu dan susut
bobot, serta memudahkan dalam penggunaan produk yang dikemas. Secara
15
umum, pengemasan berfungsi untuk pemuatan produk pada suatu wadah
(containment), perlindungan produk, kegunaan (utility), dan informasi. Untuk
keperluan transportasi, fungsi pengemasan lebih diutamakan untuk pemuatan dan
perlindungan. Sedangkan pengemasan eceran (retail) lebih dititik – beratkan pada
fungsi kegunaan dan informasi produk (Peleg, 1985).
Menurut Maezawa (1990), pengemasan dirancang untuk mengatasi faktor
getaran dan benturan selama transportasi. Pemilihan bahan kemasan juga
mengutamakan bahan yang dapat melindungi produk dari kerusakan fisik selama
transportasi. Kemasan harus mampu menahan beban tumpukan, dampak
pemuatan dan pembongkaran buah dari sarana transportasi, serta getaran dan
benturan selama perjalanan (Waluyo, 1990).
Pengemasan yang baik dapat melindungi barang segar dari pengaruh
lingkungan (sinar matahari, kelembaban) dan pengaruh lainnya. Wadah yang baik
harus cukup kuat untuk tahan terhadap penumpukan dan dampak penaikan dan
pembongkaran muatan tanpa mengakibatkan kememaran atau cacat pada barang-
barang yang lunak. Pengemasan dapat mengurangi kehilangan berat dan dengan
demikian mencegah terjadinya dehidrasi, karena kehilangan air dapat
mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan kemungkinan laku dijual. Selain itu
pengemasan yang baik dapat mencegah cepatnya kelayuan sayur-sayuran dan juga
penting untuk menghambat kehilangan vitamin C (asam askorbat) dan karoten.
Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan wadah-wadah yang
dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran, getaran, dan
berat-berat wadah lain yang ditumpuk diatasnya. Tiap wadah untuk pengiriman
harus dirancang untuk memenuhi persyaratan khusus bagi produk yang
16
bersangkutan, wadah-wadah untuk pengiriman harus diberi etiket dengan huruf-
huruf besar yang memberikan perincian mengenai barang, jenis, berat atau
jumlah, mutu dan asalnya (Pantastico, 1989)
17
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Penanganan Pasca Panen Lidah Buaya
Seperti yang diketahui tujuan penanganan pasca panen adalah untuk
mempertahankan kualitas, keamanan dan meminimalkan kehilangan komoditi
sejak produksi sampai dikonsumsi oleh konsumen. Sukardi (1992) memaparkan
bahwa produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak dan tidak tahan
lama (perishable), sehingga membutuhkan penanganan khusus dalam proses
pasca panen untuk mengurangi kerusakan produk.
Penanganan pascapanen lidah buaya yang dilakukan di PT Alove Bali
meliputi :
4.1.1. Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang juga sangat menentukan kualitas
produk. Proses memetik daun lidah buaya dari pangkalnya merupakan proses
yang menyebabkan daun rentan mengalami kerusakan dan juga bisa
menyebabkan batang rusak.
18
PEMETIKAN SORTASI PENIMBANGAN
PENGEMASAN PEMROSESAN PENCUCIAN
Proses panen lidh buaya harus dilakukan secara selektif harus yang harus
yang berusia antara satu sampai satu setengah tahun. Penentuan panen lidah buaya
ditandai dengan karakteristik yaitu tingkat kematangan mencapai 75 - 80% yang
ditandai dengan warna hijau muda agak kehitaman. Pemetikan daun lidah buaya
dilakukan pada sore, ini dilakukan karena pihak perusahan menginginkan daun
lidah buaya masih dalam keadaan segar dan akan dilahnya pada pagi harinya.
Cara panen dapat dilakukan dengan cara menorehkan sabit sedikit ke pangkal
batang daun kemudian ditarik perlahan sanpai putus. Setelah daun lidah buaya
dipetik, daun di taruh disusun secara teratur dalam wadah/baki plastik yang telah
disiapkan.
Berdasarkan pengamatan pada awalnya pemanenan lidah buaya di PT
ALOVE BALI dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga keutuhan daun lidah
buaya. Karena luasnya lahan dan seiring waktu pada akhirnya menyebabkan
pemanenan dilakukan dengan tanpa mengindahkan prosedur yang benar. Hal ini
terjadi karena terbatasnya jumlah tenaga pemanen yang professional, dan lahan
yang luas menyebabkan terkurasnya tenaga dan konsentrasi pekerja. Kondisi
tersebut menyebabkan tidak efisiennya pekerjaan
Gambar : Pemanenan Lidah Buaya
19
4.1.2. Sortasi
Seperti yang diketahui sortasi dilakukan untuk memisahkan produk yang
luka, busuk dan cacat lainnya untuk menghindari penyebab infeksi ke produk lain.
Sortasi bertujuan pula untuk memilih produk yang baik, tidak cacat, dan
dipisahkan dari produk yang busuk, pecah, tergores atau tertusuk. Juga berguna
untuk membersihkan produk dari kotoran, sisa-sisa tanah, tangkai dan ranting
(Damayanti, 1999).
Di PT ALOVE BALI sortasi dilakukan dengan manual tanpa bantuan
teknologi. Lidah buaya yang dipasok dari kebun petani dan pabrik sekitar
sebelumnya sudah mendapatkan sortasi dari pihak petani setelah panen. Pihak
pabrik tidak melakukan sortasi lagi karena daun lidah buaya ini akan di gunakan
bahan baku pupuk cair,sehingga tidak dilakukan sortasi yang terlalu ketat. Sortasi
hanya dilakukan dengan memisahkan daun yang rusak saja dan hanya memilah
daun yang layak di pakai pupuk cair.
4.1.3. Penimbangan
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat dari daun lidah buaya,
agar dalam produksi tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dalan produksi dan
juga untuk menentuka jumlah uang yang akan di berikan pada petani
20
Gambar : Penimbangan dan Pencatatan Berat
4.1.4. Pencucian.
Pencucian sangat penting dilakukan setelah produk dipanen. Pencucian
selain bertujuan untuk pembersihan dari kotoran yang menempel saat pemanenan
sehingga produk yang dihasilkan bersih dan bebas dari mikroorganisme.
Pencucian yang dilakukan pada daun lidah buaya di PT. ALOVE BALI sudah
cukup baik. pencucian hanya menggunakan air biasa tetapi hasil pencucian cukup
bersih.Tetapi untuk hasil yang maksimal proses pencucian harus dibantu dengan
klorin dengan kadar yang tepat. Seperti yang terdapat pada (Moline 1984) sanitasi
sangat diperlukan, baik untuk mengendalikan penyebaran penyakit dari satu
produk ke produk lainnya maupun untuk membatasi penimbunan spora pada air
cucian serta dalam udara di bangsal pengemasan. Perlakuan dengan klorin (100-
150 ppm) dapat digunakan dalam air pencucian untuk membantu pengendalian
penimbunan patogen selama operasi bangsal pengemasan. Dengan pencucian
tersebut maka kerusakan pada produk hortikultura akibat mikroorganisme dapat
dicegah dan produk akan bebas dari kotoran dan mikroba. Setelah proses
pencucian stroberi ditiriskan untuk mengurangi air di permukaan produk. Karena
air di permukaan produk dapat memicu kontaminasi mikroba dan adanya debu-
debu yang menempel.
21
Gambar : Pencucian dengan compeyer berjalan
4.1.4. Pemrosesan
Pada tahap pemrosesan meliputi penghancuran , pengendapan ,
fermentasi , dan penyaringan.
Pada proses penghancuran daun lidah buaya di masukkan ke mesin
penghancur dengan menambahkan sedikit air dan hasilnya berupa just.Mesin
yang di gunakan jumlahnya ada 4 dan ini sudah cukup untuk memproduksi 20 ton
daun lidah buaya.
Gambar : Proses Penghancuran
Setelah dilakukan penghancuran dilakukan pengendapan , pengendapan
bertujuan untuk memisahkan ampas dengan air dari daun lidah buaya.Dalam hal
ini yang di ambil hanya airnya saja , sedangkan ampasnya dipakai untuk kompos
untuk menyuburkan tanaman daun lidah buaya.
22
Gambar : Ruang Pengendapan
Air dari ruang pengendapan kemudian di alirkan ke profil tanx untuk
dilakukan fermentasi , dalam fermentasi ini ada beberapa tambahan yang di
masukkan berupa rumput laut , molase , hayati , ecent .fermentasi ini dilakukan
selaama 2 sampai 3 bulan . Adapun beberapa perbandingan campuran bahan baku
seperti pada table berikut :
NO BAHAN BAKU JUMLAH SATUAN
1 ALOEVERA 4400 ltr
2 MOLASE 400 ltr
3 HAYATI 50 ltr
4 RUMPUT LAUT 200 kg
5 ECENT 200 kg
Gambar : Penambahan Molase dan Rumput Laut
23
Setelah dilakukan fermentasi selama 2 sampai 3 bulan , dilakukan
penyaringan, penyaringan bertujuan untuk meyaring ampas dari bahan yang
ditambahkan berupa rumput laut dll. Ada 2 macam penyaringan yaitu penyaringan
biasa dan menggunakan tekanan dan ke duanya sama yaitu untuk menyaring.
Gambar : Proses Penyaringan
Hasil saringan ini kemudian ditampung kembali ke dalam profil tanx
untuk dilakukan fermentasi ke-2 hingga mencapai ph 7.
4.1.5 Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah untuk membantu mencegah dan mengurangi
kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya dari bahaya
kontaminasi dan gangguan fisik, serta berfungsi juga untuk menempatkan suatu
produk agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan, dan distribusi (Syarief et al., 1989). Disamping itu penggunaan
kemasan yang baik akan memperbaiki kenampakan produk. Sehingga dengan
pengemasan yang baik akan dapat menarik minat konsumen.
Pengemasan pupuk cair di PT ALOVE BALI.dilakukan dengan
menggunakan botol plastic yang berkapasitas satu liter dan setengah
liter,kemudian di masukkan kedalam kardus yang dapat memuat sebanyak dua
belas botol
24
Gambar : Proses Pengemasan
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penanganan pascapanen lidah buaya yang dilakukan PT.ALOVE BALI.
mengacu pada Standar Operational Prosedur untuk mencapai target yang
sudah ditetapkan.
2. Penanganan pascapanen lidah buaya meliputi panen, sortasi
pengangkutan, penimbangan, pencucian, pengendapan, penghancuran,
pengendapan, fermentasi, pengemasan.
3. Tidak dilakukan sortasi secara ketat pada daun lidah buaya karena akan di
pergunakan sebagai bahan dasar pupuk cair
4. Terdapat beberapa bahan tambahan dalam pembuatan pupuk cair seperti
rumput laut , molase , ecent , dan hayati.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilibatkan tenaga panen yang
professional yang lebih baik untuk menjaga tanaman lidah buaya agar
dapat bertahan hidup lebih lama. Tenaga kerja yang profesional
mengetahui tentang karakteristik lidah buaya dan cara panen yang tepat.
26
2. Diperlukan peralatan panen yang baik seperti
gunting pemotong atau sabit untuk menpercepat panen
3. Perlu ditanbahkan beberapa bak pengendapan dan
profil tank agar produksi bisa lebih banyak
4. Perlu ditambahkan stater yang bagus agar
fermentasi bisa dilakukan lbih cepat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, P. G. 1999. Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Sistem Pemasaran
Salak Bali: Studi Kasus Desa Sibetan Kabupaten Karang Asem Bali.
Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
FAO. 1989. Prevention of Post-Harvest Food Losses: Fruit. Vegetables and Root
Crops. A Training Manual. Rome: UNFAO.
Harvey, E. et al. 1990. Harvesting and postharvest handling of papayas in the
Caribbean. Bridgetown, Barbados: Inter-American Institute for
Cooperation on Agriculture (IICA).
Kader AA. 2003. A perspective on postharvest horticulture. Hort science, vol
38(5). Department of Pomology, University of California, One Shields
Avenue, Davis.
Kitinoja L., & Kader A.A., November 2003. Praktik-praktik Penanganan
Pascapanen Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura, Edisi ke 4
(Diterjemahkan oleh I Made S. Utama). Postharvest Technology Research
and Information Center, University of California, Davis.
28
Kupferman, E.M. 1990. Life after benlate: an update on the alternatives.
Washington State University Tree Fruit Postharvest Journal 1(1): 13-15.
Maezawa, E. 1990. Cushioning Package Design. Japan International Cooperation
Agency, Japan Packaging Institute.
Marliyati, S.A., A. Sulaeman dan F. Anwar. 1992. Pengolahan Pangan
Tingkat Rumah Tangga. PAU Pangan dan Gizi, IPB: Bogor
Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penangangan dan Pemamfaatan
Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan.
UGM Press. Yogyakarta.
Peleg K.1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. AVI Publishing
Co, Inc., Connecticut.
Pracaya. 2000. Jeruk Manis, Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Satuhu, S., Penanganan dan Pengolahan Buah, Jakarta : Penebar Swadaya, 1996.
Suhardjo, Sjaifullah, S. Prabawati, S. Sahutu, dan Murtiningsih. 1995.
Penanganan Segar dan Olahan. Di dalam: Kusumo, S., F. A. Bahar, S.
Sulihati, Y. Krisnawati, Suhardjo, dan T. Sudaryono. Editor. Teknologi
29
Produksi Salak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Sukardi, 1992. Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran, PAV Pangan dan
Gizi, UGM. Yogyakarta.
Waluyo, S. B. 1990. Pengkajian Dampak Getaran Mekanik Pengangkutan Truk
terhadap Jeruk dalam Kemasan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Wills R.B.H, McGlasson W.B, Graham D. Lee T.H. Hall E.G. 1989. Postharvest
an Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables.
New York: van Nostrand Reinhold.
30
31
top related