laporan kp
Post on 02-Feb-2016
54 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
1.1 Latar Belakang
Era globaliasasi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan
profesional di bidangnya. Hal ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan di
dunia kerja yang diperkuat dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Unhas) sebagai salah satu institusi pendidikan dituntut untuk
menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Dalam
hal ini, Jurusan Tenik pertabangan mewajibkan para mahasiswanya untuk
melakukan Kerja Praktik di industri agar lebih memahami proses produksi dan
sarana penunjang yang ada di industri proses.
Industri proses yang dipilih dalam kegiatan Kerja Praktik ini adalah PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor karena industri tersebut
melibatkan proses fisika dan/atau kimia dalam mengolah bahan baku menjadi
produk setengah jadi serta mengolah limbah hasil proses produksi. Dengan
demikian penulis dapat mengamati, mempelajari, memahami kegiatan produksi di
lapangan serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan.
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja praktik dilaksanakan di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor, yang terletak di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat selama satu bulan terhitung mulai tanggal
03 Februari 2015 sampai dengan 28 Februari 2014.
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mendapat gambaran yang nyata terhadap suatu industri proses, baik
terhadap proses serta sistem secara keseluruhan di lingkungan industri.
2
2. Menerapkan pengetahuan yang diperoleh diperkuliahan untuk
memahami proses produksi dan sarana penunjang yang ada di industri
proses.
3. Memahami sistem pengorganisasian, pengelolaan pabrik, segi
ekonomi, serta peraturan kerja dalam pengoperasian sarana produksi.
4. Mendapatkan kesempatan untuk merasakan dan beradaptasi dengan
budaya dan lingkungan industri secara lebih awal sebagai bekal untuk
memasuki lapangan kerja di industri setelah lulus.
5. Memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan program studi
D3-Teknik Kimia di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Bandung.
1.4 Ruang Lingkup
Dalam pelaksanaannya, kerja praktik di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor, kami ingin mempelajari secara langsung mengenai:
1. Bahan baku dan bahan penolong
2. Sistem Proses
3. Peralatan Proses
4. Utilitas
5. Manajemen Industri
6. Tata Letak Pabrik
7. Pengelolaan Lingkungan
3
BAB II
BAHAN BAKU DAN PRODUK
2.1 Bahan Baku
Bahan baku pada proses pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
penunjang.
2.1.1 Bahan Utama
Bahan baku utama pada proses pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah ore. Ore merupakan batuan dengan
kandungan mineral yang tinggi, seperti emas dan perak. Ore dihasilkan dari
proses penambangan bawah tanah dengan menggunakan metoda cut and fill
dimana tailing yang ditambahkan dengan semen dan zat aditif ditimbun kembali
kedalam stope. Saat ini, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor memiliki beberapa titik penambangan (urat) yaitu urat Pasir Jawa, urat
Ciguha, urat Ciurug, dan urat Kubang Cicau. Urat merupakan jalur batuan yang
memiliki kandungan emas. Berdasarkan perhitungan tim geologi, PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor akan mengalami pasca
tambang pada tahun 2019.
Ore yang diolah oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor memiliki kadar emas sebesar 4 – 5 ppm. Kandungan emas di dalam Ore
dibagi menjadi dua jenis yaitu endapan primer dan endapan sekunder.
1. Endapan primer
Endapan emas primer terdapat dalam urat batuan kuarsa atau batuan asam
seperti riolit dan liparit. Di dalam batuan tersebut emas ditemukan sebagai
mineral sebagai berikut:
a) Native Gold, yaitu mineral emas yang berupa partikel kecil bebas (logam
Au yang tidak bersenyawa dengan logam lain). Mineral tersebut ini memiliki
kandungan emas lebih dari 75%.
4
b) Elektrum, yaitu mineral paduan emas dan perak disamping tembaga dan
besi dengan kandungan emas sebesar 50-70%.
c) Mineral Tellurida : calaverit (AuTe2), sylvanite (AuAgTe4), pelzit
(Au2AgTe), dan nagyagit (PbAuTe4SbS5-8).
2. Endapan sekunder
Bijih emas sekunder ini merupakan endapan alluvial, yaitu endapan pasir
yang mengandung butiran emas. Endapan ini berasal dari endapan primer sebagai
akibat dari proses pelapukan terhadap batuan yang mengandung bijih emas.
Pengambilan atau pemotongan dari endapan alluvial tersebut cukup dengan
pendulangan (panning).
2.1.2 Bahan penunjang
a. Natrium Sianida (NaCN)
Natrium sianida merupakan padatan putih yang tidak berbau, sangat
beracun, dan larut dalam pelarut organik seperti etanol, aseton dan eter. Natrium
Sianida memiliki titik leleh sebesar 563˚C, titik didih sebesar 1496˚C, dan berat
molekul sebesar 49.015 g/mol.
Pada proses pengolahan emas Natrium Sianida digunakan pada tangki
leaching, tangki Inline Leach Reactor (ILR) dan kolom elution dalam bentuk cair.
Kebutuhan larutan Natrium Sianida pada tangki leaching sebesar 700 – 750 ppm,
tangki ILR sebesar 10.000 ppm dan kolom elution sebesar 225 kg.
b. Ekstrak kayu pionera biopolymer L-800
Penambahan ekstrak kayu pionera dilakukan pada ball mill di proses
milling. Ekstrak kayu pionera akan mendispersi slurry sehingga terjadi penurunan
viskositas larutan tanpa menurunkan %padatan dalam larutan, sehingga
memperlancar proses agitasi pada tangki leaching. Ekstrak kayu pionera
yang ditambahkan pada ball mill plant 1 dan plant 2 sebanyak 50 kg per shift
dengan
laju alir 288 m3 untuk plant 1 dan 528 m3 untuk plant 2. Pada saat pH dalam
kondisi asam, kebutuhan ekstrak kayu pionera ini akan dikurangi karena adanya
injeksi CaCO3 yang akan menyebabkan terbentuknya endapan.
5
c. Karbon aktif
Karbon aktif adalah padatan hitam berbentuk mikropore dari karbon yang
terbuat dari gambut, kayu, lignit atau batu bara. Karbon aktif memiliki berat jenis
sebesar 0,25-0,6 g/mL. Karbon aktif stabil pada kondisi normal serta dapat
disimpan di dalam tempat tertutup guna mengurangi kontak langsung dengan
oksigen yang dapat menyebabkan karbon teroksidasi.
Distribusi karbon aktif pada tangki CIL sebesar 30 gram/ liter. Karbon
aktif yang digunakan berbentuk granular dengan diameter 1,2 mm dan panjang. 5
mm. Kadar emas pada loaded carbon sebesar 500-700 ppm. Karbon yang sudah
tidak aktif, diaktifkan kembali melalui proses pemanasan tanpa adanya kontak
dengan udara dalam kiln pada suhu 500-600°C dan kapasitas 1-2 ton.
d. Sodium Metabisulfit (Na2S2O5)
Sodium metabisulfit (SMBS) adalah bahan kimia yang berbentuk kristal
putih, tidak berbau atau sedikit berbau seperti sulpur dioxide, dengan pH 4,0 –
4,6 larut bebas dalam gliserol dan sedikit larut dalam alkohol.
SMBS ditambahkan pada proses detoksifikasi sianida di tailing treatment
untuk mengoksidasi CN- menjadi CNO-, sehingga konsentrasi sianida mengalami
penurunan. Kebutuhan SMBS untuk setiap plant pada proses detoksifikasi ini
sebesar 300 kg per 150 ton ore yang diolah. Efektivitas dari SMBS ini ditentukan
dari pH, konsentrasi sianida serta waktu tinggal proses.
e. Boraks (Na2B4O7)
Boraks adalah bahan kimia berbentuk kristal keras atau granular yang
dapat bereaksi hebat dengan asam. Boraks memiliki titik leleh sebesar 75°C, berat
jenis sebesar 1,73 gram/cm3, kelarutan dalam air sebesar 50 gram/liter (20°C)
serta dapat terurai pada suhu di atas 100°C.
Penambahan boraks sebanyak 1 kg untuk 20 kg cake pada proses smelting
bertujuan untuk menurunkan titik leleh dari emas dan perak. Selain itu boraks
dapat mengikat pengotor yang terdapat pada cake, seperti besi, mangan, tembaga,
dll.
6
f. Oksigen (O2)
Oksigen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Oksigen memiliki berat molekul sebesar 32 gram/ mol. Kandungan oksigen di
udara bebas sebesar 21%. Oksigen ditambahkan pada proses leaching untuk
menjaga nilai DO sebesar 4-6 mg/liter.
g. Flokulan
Flokulan adalah bahan kimia berupa senyawa polimer yang berfungsi
untuk memperbesar ukuran partikel agar lebih mudah mengendap. Flokulan
termasuk bahan kimia yang stabil pada kondisi normal.
Flokulan ditambahkan pada Gekko In line Leach Reactor (ILR) dalam
proses Gracity Circuit (GCC), fine thickener, thickener 1, thickener 2, IPAL
Tambang, IPAL Cikaret dan Water Treatment Plant (WTP). Merk flokulan yang
dipakai adalah aquaclear.
h. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan asam kuat yang sangat korosif dan beracun.
Asam klorida digunakan dalam proses elution tahap pertama yaitu acid wash.
Pada setiap proses elution, asam klorida yang digunakan sebanyak 700 kg dengan
konsentrasi sebesar 3%. Asam Klorida ini berfungsi untuk membersihkan
pengotor yang terkandung dalam loaded carbon.
i. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida merupakan padatan putih bersifat basa, tidak berbau,
berbentuk pelet atau flakes dan sangat korosif. Natrium hidroksida ini akan
meleleh pada suhu 318,4˚C dan mendidih pada suhu 1390˚C. Pada suhu 20˚C
memiliki berat jenis sebesar 2,130 gr/cm3.
Natrium hidroksida digunakan pada tahap ketiga proses elution yaitu pre-
treatment. Pada proses ini natrium hidroksida yang digunakan sebanyak 250 kg
dengan konsentrasi sebesar 3% yang berfungsi untuk mengatur pH agar tetap
dalam kondisi basa (12,8) dan sebagai larutan buffer untuk mencegah natrium
sianida bereaksi dengan asam klorida. Selain pada proses elution, natrium
hidroksida digunakan pada proses electrowinning sebagai pengatur pH.
7
j. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Hidrogen peroksida adalah oksidator berupa cairan tak berwarna dan tak
berbau. Hidrogen peroksida ini memiliki titik leleh sebesar -0,43˚C dan titik didih
sebesar 152˚C. Larut dalam alkohol, eter, dan air dalam segala perbandingan.
Pada suhu 20˚C memiliki berat jenis sebesar 1,29 gr/cm3.
Hidrogen peroksida digunakan pada proses leaching pada unit In-line
Leach Reactor (ILR) dan pada proses pengolahan limbah di IPAL Tambang dan
IPAL Cikaret. Pada unit ILR, hidrogen peroksida ditambahkan pada tahap ketiga
sebagai sumber oksigen. Sedangkan pada proses pengolahan limbah, hidrogen
peroksida digunakan untuk mendestruksi sianida yaitu mengubah CN- menjadi
CNO- yang lebih stabil sehingga terjadi penurunan konsentrasi sianida. Kebutuhan
H2O2 pada IPAL Cikaret lebih banyak dibandingkan dengan IPAL Tambang
karena kadar sianida yang masih tinggi.
k. Koagulan
Koagulan merupakan larutan polialuminium, berwarna agak kekuningan,
tidak beracun dan larut dalam air. Koagulan berfungsi untuk mendestabilisasi
partikel-partikel koloid dalam larutan sehingga membentuk flok-flok yang dapat
mengendap. Proses koagulasi ini biasanya dilanjutkan dengan proses flokulasi.
Koagulan digunakan di Water Treatment Plant (WTP), IPAL Tambang,
IPAL Cikaret, thickener 1 dan thickener 2. Jenis koagulan yang digunakan adalah
tawas yang berupa cairan dan padatan. Penambahan padatan tawas di IPAL
Cikaret dan IPAL Tambang berfungsi sebagai pengganti CuSO4 untuk
menurunkan pH dan sebagai katalis.
l. Tembaga Sulfat (CuSO4)
Tembaga sulfat adalah zat kimia padatan, berwarna grayish putih kehijau-
hijauan, kristal putih rhombic. Kelarutan tembaga sulfat dalam air sebesar 12,5%
(pada temperatur kamar) dan larut sangat baik dalam methanol, memiliki pH
sekitar 4,0 dalam 0,2 m larutan. Tembaga sulfat memiliki titik leleh sebesar 3,6°C.
Tembaga sulfat digunakan pada proses detoksifikasi sianida yang
berfungsi sebagai katalis dan menurunkan pH hingga pH netral (pH=7).
Kebutuhan tembaga sulfat pada proses detoksifikasi sebanyak 50 kg.
8
m. Kaporit (Ca(OCl)2)
Kaporit berbentuk granulat atau pipih, berwarna putih keabu-abuan dan
memiliki aroma klorin. Kaporit memiliki berat molekul sebesar 142,98 gram/mol
dan kelarutan dalam air sebesar 21,4% pada suhu 25°C. Kaporit larut dalam air,
namun tidak larut dalam alcohol dan asam-asam encer.
Kaporit digunakan pada Water Treatment Plant (WTP) sebagai disinfektan
pembunuh bakteri patogen seperti E. Coli, pembasmi lumut serta jentik nyamuk.
2.2 Produk
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memproduksi
dore bullion dengan kandungan emas (Au) sebesar 7 – 15 %, kandungan perak
(Ag) sebesar 80 – 90% serta pengotor sebesar 2%. Dore bullion akan diolah
kembali oleh PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam
Mulia (UBPPLM) Pulogadung, sehingga dihasilkan emas dan perak murni.
9
BAB III SISTEM
PROSES
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor merupakan
perusahan yang mengolah ore dari hasil penambangan bawah tanah menjadi dore
bullion. Metoda pengolahan yang dilakukan adalah hydroelectrometallurgy, yaitu
pengolahan emas dengan proses sianidasi dan electrowinning.
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor memiliki 3 unit
proses utama dalam proses pengolahannya yaitu unit sianidasi, unit recovery, dan
unit pengolahan limbah. Unit sianidasi terdiri dari proses crushing, milling,
gravity concentrate circuit dan leaching sedangkan unit recovery terdiri dari
proses carbon in leach, elution, electowinning, dan smelting. Proses pengolahan
ore menjadi dore buliion secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Emas di PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor
3.1 Unit Sianidasi
Unit sianidasi merupakan unit proses pertama pada proses
pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
10
Adapun proses-proses yang termasuk dalam unit sianidasi ini adalah
crushing, milling, leaching dan Gravity Concentrate Circuit (GCC).
3.1.1 Crushing
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Crushing
Crushing merupakan proses pertama pada pengolahan emas di PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. Diagram alir proses
crushing dapat dilihat pada Gambar 3.2. Cruhing bertujuan untuk mereduksi
ukuran ore yang dihasilkan dari proses penambangan agar luas permukaan ore
semakin besar, sehingga proses leaching emas dan perak semakin baik. Ukuran
ore yang dihasilkan dari crushing ini sebesar -12,5 mm.
Ore dari tambang ditransportasikan menggunakan granby melalui rel
menujuke stockpile. Setiap rangkaian memiliki 12 granby dengan kapasitas 4
ton.
11
Stockpile memiliki 3 stasiun yaitu ST 02, ST 03 dan ST 04. ST 02 merupakan
stasiun waste, sedangkan ST 03 merupakan stasiun oredengan kadar emas yang
rendahdan ST 04merupakan stasiun ore dengan kadar emas yang tinggi. Saat ini,
ore dengan kadar emas yang tinggi cukup sulit untuk didapatkan, sehingga semua
ore yang dihasilkan dari proses penambangan hanya menggunakan ST 03.
Ore yang berada di stockpile akan dibawa oleh dump truck menuju ke
grizzly untuk memisahkan ore yang berukuran -400 mm dan +400 mm. Ore yang
berukuran +400 mm akan dikembalikan ke stockpile untuk direduksi ukurannya
menggunakan excavator breaker, sedangkan ore dengan ukuran -400 mm jatuh ke
Run Of Mine (ROM) untuk di reduksi lagi ukurannya menggunakan jaw crusher.
Jaw crusher memiliki deck ganda dengan ukuran pori 32 mm dan 16 mm.
Penggunaan deck ganda ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses klasifikasi.
Jaw crusher ini memiliki 2 buah rahang dimana salah satu rahangnya diam dan
rahang yang lainnyabergerak, sehingga material yang masuk akan
mengalami proses penghancuran karena mendapat jepitan atau kompresi. Ore
yang keluar dari jaw crusher ini berukuran 150 – 200 mm. Ore tersebut akan
dipisahkan berdasarkan ukuran di primary screen melalui conveyor 1 dan
conveyor 2. Pada conveyor 1 dan 2, terdapat tramp iron untuk mengambil logam
magnetik.
Ore yang telah direduksi ukurannya oleh jaw crusher akan dipisahkan
berdasarkan ukuran di primary screen. Oversize dari primary screen ini akan
dimasukkan ke dalam surge bin yang berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara melalui conveyor 3. Ore tersebut akan direduksi ukurannya
menggunakan cone crusher dengan cara ditumbuk dimana laju alirnya diatur
menggunakan vibrating feeder. Undersize dari primary screen akan dipisahkan
lagi menggunakan secondary screen yang memiliki deck ganda dengan ukuran
pori sebesar 4 mm dan 1 mm. Ore yang berukuran +12,5 mm akan dimasukkan ke
dalam Fine Ore Bin (FOB) 1 dan 2 melalui conveyor 4, sedangkan ore yang
berukuran -12,5 mm akan dimasukkan ke dalam Fine Stock Tank (FST).
Pada area crushing terdapat beberapa stasiun penampungan lumpur yaitu:
1. ST 1 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari tambang.
12
2. ST 6 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari stockpile.
13
3. ST 12 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari ST 1, ST
6, ST 14 dan ST 15
4. ST 14 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari FOB.
5. ST 15 merupakan IPAL Tambang.
3.1.2 Milling
Milling merupakan tahap kedua dari unit sianidasi. Milling bertujuan untuk
mereduksi ukuran ore menjadi 200 mesh atau 74 mikron dengan mengunakan ball
millsehingga dapat meningkatkan derajat liberasi (pembebasan mineral/unsur
dalam bijih).Semakin kecil ukuran ore, semakin besar pula derajat liberasi.
Diagram alir proses milling dapat dilihat pada Gambar 3.3
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas memiliki 2 buah ball mill
dengan kapasitas pada plant 1 sebesar 22 ton/jam dan pada plant 2 sebesar 33
Ukuran grinding ballpada plant 1sebesar 80 mm, sedangkan pada plant 2 sebesar
50-60 mm. Faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan ukuran grinding
ball salah satunya adalah diameter ball millyangakan menentukan gaya
gerus, gaya tekan, dan gaya pukul yang dihasilkan grinding ball dalam ball
mill. Ball mill plant 1 berdiameter 3 m sedangkan ball mill plant 2 berdiameter
3,6 m, sehingga pada ball mill plant 1 ukuran grinding ball yang digunakan lebih
besar. Adanya pencampuran ukuran grinding ball pada ball mill plant 2 bertujuan
agar tidak ada ruang kosong antara grinding ball dengan grinding ball maupun
ore dengan grinding ball sehingga gaya yang dihasilkan dalam ball mill lebih
maksimal.
Ore pada ball mill berasal dari Fine Ore Bin (FOB) 1 dan 2, Fine Stock
Tank (FST), underflow cyclone dan oversize dariproses GCC. Ore dari FOB 1
akan ditransfer menggunakan conveyor 5, ore dari FOB 2 akan ditransfer
menggunakan conveyor 6 menuju ball mill. Namun sebelum ore ditransfer
menggunakan conveyor, ore akan melewati mill feeder yang berfungsi untuk
mengatur laju alir ore. Pada ball mill dilakukan penambahan ekstrak kayu pionera
sebanyak 50 kg per shift dengan laju alir 288 m3 untuk plant 1 dan 528 m3 untuk
plant 2. Ekstrak kayu pionera berfungsi untuk menurunkan viskositas slurry tanpa
14
menurunkan % solid , sehingga proses agitasi pada leaching tidak terganggu. Saat
ini ore yang dihasilkan dari proses penambangan cenderung asam, sehingga
dilakukan penambahan kapur guna menjaga pH pada kondisi basa. Namun,
penambahan ekstrak kayu pionera dikurangi, karena dapat mempercepat proses
pengendapan pada tangki leaching. % solid dalam ball mill dijaga pada nilai 60%,
nilai % solid yang terlalu besar dalam ball mill akan menyebabkan grinding ball
cepat aus, namun apabila terlalu rendah akan menyebabkan gaya pukul yang
dihasilkan kecil karena terlalu banyak air yang terkandung dalam ball mill
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Milling
Bagian dalam ball mill dilapisi dengan pelapis karet tebal (ruber liner)
untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara grinding ball dengan
permukaan ball mill. Ruber liner dalam ball mill tersusun dari lifter bar dan shell
plate. Lifter bar merupakan bagian rubber liner yang menjorok keluar untuk
mengangkat grinding ball, sedangkan shell plate merupakan bagian yang
menjorok kedalam untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara grinding
ball dengan permukaan ball mill.
15
Ore yang telah direduksi ukurannya dalam ball mill akan disaring
menggunakan trommol screen. Undersize dari trommol screen dengan ukuran -0,8
mm akan dialirkan menuju mill discharge sump, sedangkan oversize pada plant 1
akan dikembalikan ke dalam ball mill melalui hopper yang terhubung dengan
conveyor 5, sedangkan oversize pada plant 2 akan dikembalikan ke ball mill
dengan menggunakan conveyor 6. Conveyor ini memiliki kemiringan lebih dari
25˚ sehingga belt pada conveyor ini memiliki tekstur yang berbeda yang dapat
mencegah jatuhnya ore. Undersize yang berupa slurry pada mill discharge sump
akan diencerkan menggunakan air proses yang berasal dari overflow thickener.
sehingga diperoleh % solidsebesar 40 - 42%. Penambahan air proses yang berasal
dari overflow thickener akan mengurangi kebutuhan natrium sianida pada proses
leaching karena air proses tersebut masih mengandung sianida yang cukup tinggi.
Slurrypada mill discharge sump selanjutnya akan dipompakan menuju cyclone
dan gravity concentration circuit (GCC).
Pada cyclone terjadi proses pemisahan berdasarkan ukuran dan berat jenis
dengan menggunakan gaya sentrifugal. Slurry akan dipompakan ke cyclone
dengan tekanan 8–10 psi pada plant 1 dan 14-16 psi pada plant 2. Partikel yang
memiliki ukuran dan berat jenis yang besar akan jatuh ke bawah sebagai
underflow dan kembali ke ball mill. Partikel dengan ukuran dan berat jenis yang
kecil akan keluar sebagai overflow dan akan dialirkan menuju trash screen untuk
dipisahkan dari pengotor seperti plastik, kayu, dan besi sebelum diumpakan ke
tangki leaching. Underflow memiliki % solid sebesar 40–42%, sedangkan % solid
overflow sebesar 60-70%.
3.1.3 Leaching
Leaching atau ekstraksi padat cair marupakan proses pemisahan satu atau
beberapa kornponen yang dapat larut dari bahan padat dengan bantuan pelarut.
Metode leaching yang digunakan di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor ini adalah agitation leaching dengan menggunakan pelarut natrium
sianida (NaCN). Agitasi ini bertujuan untuk memperbesar luas kontak antara
16
pelarut dengan emas dan perak yang akan diekstrak.Diagram alir dari proses
leaching dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.
Keterangan:: Karbon: Slurry
Gambar 3.4 Diagram alir Proses LeachingPlant 1
Gambar 3.5 Diagram alir Proses LeachingPlant 2
Terdapat dua tangki leaching pada plant 1 dengan kapasitas 340 m3,
sedangkan terdapat satu tangki leaching pada plant 2 dengan kapasitas 1000 m3.
Waktu tinggal pada proses leaching hingga proses Carbon In Leach (CIL) pada
plant 1 dan 2 selama 48 jam. Adapun parameter – parameter yang berpengaruh
pada proses leaching emas dan perak ini adalah konsentrasi sianida, pH,
konsentrasi oksigen terlarut dan % solid.
17
1. Konsentrasi Sianida
Proses leaching akan berlangsung optimal pada konsentrasi sianida
sebesar 700 – 750 ppm dengan kadar emas dan perak pada ore sebesar 4-5 ppm.
Selama proses leaching berlangsung terjadi pengurangan konsentrasi sianida,
karena sianida telah berikatan dengan emas dan perak membentuk senyawa
kompleks. Konsentrasi sianida pada tangki CIL terakhir sebesar 200 ppm.
Kebutuhan natrium sianida (NaCN) didapatkan dari campuran barrent solution
dan fresh NaCN. Barrent solution tersebut didapatkan dari proses pre-treatment
dan electrowinning di proses elution.
2. pH
Proses leaching membutuhkan pH sebesar 10,3-10,8. pH yang asam akan
menyebabkan terbentuknya HCNyang dapat dilihat pada reaksi 3.1. Hal ini
mengakibatkan konsentrasi sianida di dalam tangki berkurang, sehingga proses
leaching emas dan perak tidak berlangsung secara optimal. Selain itu, HCN yang
terbentuk akan mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
Ketika pH pada prosess leaching berada di atas range yang ditentukan (pH >
10,8) akan terbentuk senyawa H2O2 yang akan mengakibatkan
terdestruksinya sianida. Proses destruksi sianidadapat dilihat pada reaksi 3.2.
CN¯+ H2O HCN + OH¯ (3.1)
CN¯ + H2O2 CNO¯ + H2O (3.2)
3. Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen merupakan salah satu senyawa yang dibutuhkan dalam reaksi
pembentukan senyawa kompleks pada tangki leaching. Pembentukan
senyawa kompleks tersebut dapat dilihat pada reaksi 3.3 dan 3.4. Nilai DO
yang dibutuhkan pada tangki leaching sebesar 4-6 ppm. Penambahan oksigen
terlarut tersebut dilakukan dengan cara difusi melalui agitator yang berada
di setiap
tangki.
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2H2O 4 NaAu(CN)2 + 4 NaOH (3.3)
4 Ag + 8 NaCN + O2 + 2H2O 4 NaAg(CN)2 + 4 NaOH (3.4)
18
4. Kadar Padatan (%solid)
Proses leaching membutuhkan %solid sebesar 40 – 42%. %solid yang
terlalu rendah membuat larutan menjadi encer, sehingga emas dan perak yang
terekstrak sedikit. Hal ini membuat menurunnya kapasitas produksi,
sedangkan %solid yang terlalu tinggi akan memperberat kinerja agitator dan
mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam tangki.
3.1.4 Gravity Concentration Circuit (GCC)
Gravity Concentration Circuit merupakan teknologi baru yang digunakan
oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor untuk
mengoptimalkan recovery emas dan perak menggunakan larutan natrium sianida
dan hidrogen peroksida. Proses ini menyumbangan kontribusi sebanyak 10-15%
dalam recovery emas dan perak. Rasio slurry yang diolah pada unit GCC dan
tangki leaching sebesar 20 berbanding 80. Penggunaan GCC dapat mengurangi
biaya proses elusi karena berkurangnya karbon yang harus diolah pada proses
Carbon In Leach (CIL). Laju alir slurry dari mill discharge sump sebesar 60 m3/
jam untuk plant 1 dan 100 m3/ jam untuk plant 2. Produk dari proses ini berupa
pregnant solution dan tailing. Gravity Concentration Circuit terdiri dari 3 proses
yaitu magnetic screen. falcon gravity, dan Inline Leach Reactor (ILR).Diagram
alir proses pada gravity concentrator circuit dapat dilihat pada Gambar 3.6
1. Magnetic Screen
Feed dengan % solid 40-42% akan dialirkan dari mill discharge sump
menuju magnetic screen untuk memisahkan ore yang berukuran -2 mm dan + 2
mm serta menghilangkan pengotor-pengotor yang bersifat magnetic.
Magnetic screen ini akan berputar 180˚ setiap 8 jam, sehingga bagian bawah
screen akan berada diatas agar ore mengenai seluruh bagian screen sehingga
screen tidak akan cepat rusak. Oversize dari magnetic screen dan pengotor yang
bersifat magnetic dikembalikan ke ball miil, sedangkan undersize dari magnetic
screen akan dialirkan ke falcon gravity concentrator.
19
Gambar 3.6 Diagram Alir Gravity Concentrator Circuit
2. Falcon Gravity Concentrator
Pada falcon gravity concentrator akan terjadi pemisahan pengotor dari
emas dan perak yang memanfaatkan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi. Feed
dengan ukuran -2 mm masuk ke falcon melalui vertical feed pipe, lalu feedakan
mengalami pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis. Emas dan perak yang
memiliki berat jenis lebih tinggi (berat jenis emas 19,3 gr/cm3dan berat jenis
perak 10,5 gr/cm3) akan terlempar dan menempel pada dinding falcon, sedangkan
pengotor yang umumnya berupa silika (berat jenis silika 2,6 gr/cm3) kembali ke
ball mill sebagai overflow. Proses dalam falcon berlangsung selama 40 menit.
Konsentrat emas dan perak akan turun menuju feed cone sebagai underflow.
Selama penurunan konsentrat emas dan perak, aliran masuk magnetic screen akan
dialihkan menuju mill discharge sump agar konsentrat emas dan perak tidak
bercampur lagi dengan slurry. Bypass aliran ini dilakukan secara otomatis selama
5 menit bersamaan dengan waktu penurunan konsentrat. Konsentrat emas dan
perak akan ditampung dalam feed cone hingga 1.500 kg sebelum dialirkan ke
ILR.
3. Inline Leach Reactor (ILR)
Inline Leach Reactor (ILR) merupakan reaktor tempat berlangsungnya
proses intensive leaching. Intensive leaching adalah pelarutan selektif mineral
20
berharga dengan konsentrasi pelarut pekat serta dibutuhkan tambahan oksigen
untuk mempercepat proses leaching. Perbedaan mendasar antara intensive
leaching dengan leaching biasa adalah kadar emas yang terkandung dalam feed.
Feed yang masuk ke dalam ILR dalam bentuk konsentrat memiliki kadar emas
yang tinggi.
Proses leaching dalam ILR terbagi menjadi 9 tahap :
a. Pemasukan Umpan
Setelah konsentrat emas dan perak pada feed cone mencapai 1.500 kg,
konsentrat akan dialirkan ke ILR untuk disirkulasikan menuju sump SST lalu ke
solution cone untuk dilakukan proses leaching dan flokulasi.
b. Penambahan Natrium Sianida
Larutan sianida yang digunakan pada proses ini sebesar 10.000 ppm.
Larutan sianida akan ditambahkan melalui solution cone selanjutnya dialirkan ke
ILR. Konsentrasi sianida yang digunakan pada proses ini cukup besar dikarenakan
kadar emas dan perak yang akan di leaching lebih tinggi yaitu sebesar 500-700
ppm.
c. Leaching 1
Leaching dilakukan dengan cara mensirkulasikan konsentrat emas dan
perak dengan larutan natrium sianida dari ILR ke sump SSTlalu dilanjutkan
menuju solution cone. Pada proses ini diinjeksikan larutan hidrogen peroksida
sebagai sumber oksigen untuk mempercepat proses leaching. Injeksi
hidrogen
peroksida dilakukan sedikit demi sedikit untuk mencegah tereduksinya CN -
menjadi CNO-. Proses leaching pada tahap ini berlangsung selama 8 jam.
d. Flokulasi 1
Proses flokulasi bertujuan untuk mengendapkan padatan slurry agar
didapatkan pregnant solution yang jernih dengan menambahkan flokulan.
Flokulan ditambahkan pada sump SST yang selanjutnya akan disirkulasikan
menuju ILR dan solution cone. Waktu flokulasi dan waktu pegendapan masing-
masing berlangsung selama 40 menit.
21
e. Leaching 2
Proses leaching 2 bertujuan untuk mengikat emas dan perak yang masih
tersisa di dalam slurry. Pada tahap ini ditambahkan barrent solution dengan
konsentrasi sianida sebesar 200-300 ppm ke dalam solution cone. Waktu leaching
pada tahap ini lebih singkat yaitu selama 60 menit.
f. Flokulasi 2
Tujuan dari proses flokulasi 2 ini sama dengan flokulasi 1 yaitu untuk
menjernihkan pregnant solution yang akan dialirkan menuju gekko eluate
tank.Proses flokulasi ini berlangsung lebih dari dua kali tergantung kejernihan
pregnant solution. Keruhnya pregnant solution disebabkan karena kebocoran
valve sehingga feed masuk dan tercampur dengan pregnant solution.
g. Pembuangan Tailing
Tailing yang dihasilkan dari proses ini akan di kembalikan ke ball mill.
h. Pencucian ILR
Pencucian ILR bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang
masih tersisa di dalam ILR. Pencucian dilakukan dengan menggunakan fresh
water selama 5 menit. Air hasil pencucian ILR selanjutnya akan dialirkan menuju
mill discharge sump.
3.2 Unit Recovery
Unit recovery merupakan unit proses setelah sianidasi. Unit recovery
bertujuan untuk mengambil senyawa kompleks emas dan perak. Adapun proses-
proses yang termasuk dalam unit recovery adalah Carbon In Leach (CIL),
elution, electrowinning, dan smelting.
3.2.1 Carbon In Leach (CIL)
CIL merupakan proses adsorpsi senyawa kompleks emas dan perak
menggunakan karbon. Adapun proses adsorpsi emas dan perak dapat dilihat pada
reaksi 3.5 dan 3.6. Terdapat lima tangki CIL di plant 1 dengan kapasitas tiap
tangki sebesar 290m3, sedangkan pada plant 2 terdapat tujuh tangki CIL dengan
kapasitas tiap tangki sebesar 290 m3, kecuali tangki 2 dan 3 sebesar 340 m3. Nilai
22
distribusi karbon pada tangki CIL pertama dan terakhir dijaga pada nilai 30 mg/
L. Karbon dialirkan secara counter current dengan slurry. Karbon dialirkan
dari tangki terakhir agar Au terserap seluruhnya mulai dari kadar yang terendah
hingga tertinggi, sehingga seluruh emas dan perak terserap secara optimal ke
dalam karbon.
2[Au(CN)2-] + C [C– Au(CN)2]2 (3.5)
2[Ag(CN)2-] + C [C– Au(CN)2]2 (3.6)
Pada setiap tangki terdapat screen dengan jenis kambalda untuk mencegah
terbawanya karbon oleh aliran slurry. Ukuran kambalda harus lebih kecil dari
slurry dan lebih besar dari karbon. Hal ini bertujuan agar slurry dapat lolos dari
kambalda, sedangkan karbon akan tertahan. Kambalda memiliki ukuran pori 0,8
mm, sedangkan karbon berukuran 1,2 mm. Pada plant 1 karbon ditransfer
menggunakan pompa dan pada plant 2 karbon ditransfer menggunakan airlift.
Karbon yang ditransfer menggunakan pompa akan lebih cepat hancur, sedangkan
karbon yang ditransfer menggunakan airlift tidak akan cepat hancur karena
menggunakan udara tekan.
Loaded carbon dari tangki CIL akan dibersihkan terlebih dahulu dari
slurry menggunakan fresh water sebelum ditampung di dalam surge bin. Slurry
yang dihasilkan dari proses CIL akan dialirkan ke thickener melalui safety screen
untuk menyaring karbon yang terbawa oleh aliran slurry. Senyawa kompleks
emas dan perak yang terdapat pada loaded carbon akan dipisahkan pada proses
elution. Barrent carbon dari proses elution yang sudah tidak aktif lagi akan
diaktifkan dengan pemanasan di kiln.
Penggunaan metoda Carbon In Leach pada proses pengolahan emas di PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dikarenakan ore yang
dihasilkan dari proses penambangan memiliki sifat seperti karbon
(carbonaceous). Penambahan karbon pada proses leaching dimaksudkan agar
senyawa kompleks emas dan perak tidak terserap lagi oleh ore tersebut, tapi
langsung diserap oleh karbon.
23
3.2.2 Elution
Elution merupakan proses pengambilan senyawa kompleks emas dan
perak yang terkandung di dalam karbon aktif. Proses elution ini menggunakan
Anglo Amerian Research Laboratory (AARL) sebagai standard prosesnya.
Diagram alir proses elution di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Elution
1. Acid WashAcid wash merupakan tahap pertama yang dilakukan pada proses elution
untuk mengikat pengotor-pengotor yang ikut teradsorp oleh karbon pada tangki
CIL. Pengotor-pengotor yang biasanya ikut teradsorp oleh karbon adalah MgCO3,
CaCO3 dan silika. Proses pengikatan pengotor-pengotor tersebut digambarkan
pada reaksi 3.7, 3.8 dan 3.9. Pada proses acid wash ini digunakan HCl sebanyak
700 kg dengan konsentrasi 3%. HCl dari kolom elution akan dimasukkan ke
dalam tangki CIL terakhir untuk menurunkan pH, sehingga meringankan beban
proses detoksifikasi. Pada tahap ini dilakukan penambahan fresh water untuk
24
membantu pemompaan HCl ke dalam kolom elution. Acid wash ini berlangsung
selama 10 – 15 menit.
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + CO2 + H2O (3.7)
MgCO3 + 2HCl MgCl2 + CO2 + H2O (3.8)
C[Ca-Au(CN)2]2 + 2H+ Ca2+ + C-AuCN + 2HCN (3.9)
2. Water Wash
Water wash bertujuan untuk menghilangkan HCl yang masih terkandung
di dalam karbon. Tahap ini menggunakan fresh water yang dipanaskan terlebih
dahulu mencapai suhu 80 - 90°C menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE)
dengan media pemanas etilen glikol. Fresh water yang digunakan dilewatkan
terlebih dahulu ke sand filter dan softener. Softener ini berfungsi untuk
menurunkan kesadahan yang dapat menyebabkan kerak. Air dari proses ini akan
dimasukkan ke dalam tangki CIL terakhir. Tahap water wash ini membutuhkan
waktu selama 2 -2,5 jam.
3. Pre Treatment
Pre treatment ini bertujuan untuk memperlemah ikatan emas dan perak di
dalam karbon. Pada tahap ini dilakukan penambahan barrent solution berupa
campuran NaOH dan NaCN. NaOH yang digunakan pada masing-masing plant
sebanyak 250 kg dan NaCN sebanyak 225 kg. Penggunaan NaOH dan NaCN
bertujuan untuk melemahkan ikatan emas dan perak dalam karbon. Proses
pelemahan ikatan emas dan perak ini digambarkan pada reaksi 3.10, 3.11 dan
3.12. Berdasarkan standard AARL pH pada tahap ini sebesar 12,8, namun pH
pada tahap pre treatment ini sebesar 13. pH dijaga pada kondisi basa agar CN-
tidak berubah menjadi HCN. Barrent solution yang digunakan dipanaskan terlebih
dahulu mencapai suhu 80 – 90 °C. Barrent solution dari tahap ini akan
dimasukkan ke dalam tangki CIL terakhir, sedangkan larutan hasil tahap pre
treatment ini dialirkan ke dalam eluate tank.
[C-Au(CN)]n + nNaCN nNa++ n[Au(CN)2
-]+ C (3.10)
[C-Ag(CN)]n + nNaCN nNa+ + n[Ag(CN2-] + C (3.11)
25
C – OH + OH- C – O- + H2O (3.12)
4. Recycle Elution
Recycle elution ini bertujuan untuk melepaskan ikatan emas dan perak dari
karbon yangberlangsung selama 2 jam 15 menit pada suhu 90 - 120°C. Tahap ini
menggunakan recycle water yang berasal dari tahap water elution dan
electrowinning. Larutan hasil tahap recycle elution ini dimasukkan ke dalam
eluate tank.
5. Water Elution
Water elution bertujuan untuk mengambil emas dan perak yang masih
terkandung di dalam karbon. Tahap ini menggunakan fresh water yang
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan PHE mencapai suhu 90 - 120°C. Tahap
water elution berlangsung selama 2 jam. Fresh water dari tahap ini akan dialirkan
ke dalam recycle tank untuk digunakan pada tahap recycle elution.
6. Cooling
Cooling bertujuan untuk mendinginkan karbon pada kolom elutionagar
karbon tidak teroksidasi menjadi CO. Pada tahap ini digunakan fresh water yang
berasal dari fresh water tank. Tahap ini berlangsung selama 45 – 60 menit dengan
suhu sebesar 60 – 100 °C. Fresh water dari tahap ini akan dialirkan ke dalam
recycle tank bersamaan dengan fresh water dari tahap water elution untuk
digunakan pada tahap recycle elution.
3.2.3 Reaktivasi Karbon
Reaktivasi karbon merupakan proses pengaktifan kembali karbon berdaya
serap rendah akibat tertutupnya pori-pori karbon oleh senyawa lain.
Senyawa senyawa lain yang menutupi karbon ini disebut sebagai fouling. Fouling
merupakan akumulasi senyawa organik maupun anorganik yang mempengaruhi
adsorpsi Au dan Ag, sehingga menyebabkan penurunan tingkat kapasitas adsorpsi
dan efektivitas proses desorpsi (elution). Terdapat 2 cara yang dilakukan untuk
26
mengaktifkan kembali karbon yaitu dengan proses acid wash dan proses
pemanasan karbon menggunakan regeneration kiln.
Proses acid wash hanya mampu menhilangkan senyawa-senyawa
anorganik yang terserap dalam karbon, sedangkan senyawa organik dihilangkan
dengan cara pemanasan menggunakan regeneration kiln. Saat proses pengaktifan,
karbon akan dipanaskan di dalam regeneration kiln dengan suhu 500-600˚C tanpa
kontak langsung dengan udara.
3.2.4 Electrowinning
Electrowinning merupakan proses pengendapan emas dan perak pada
kutub katoda menggunakan arus listrik. Katoda dan anoda yang digunakan dalam
proses ini adalah SS-316 dengan jumlah katoda sebanyak 10 buah dan anoda 11
buah. Pregnant solution dari eluate tank dan gekko eluate tank akan dialirkan
menuju electrowinning cell yang merupakan bak-bak berisi katoda-anoda.
Terdapat 4 bak untuk plant 1, 4 bak untuk plant 2 dan 2 bak untuk gekko. Arus
dan tegangan yang digunakan pada proses ini sebesar 0,7-12 kA dan 8 V. Reaksi
sel yang terjadi :
Anoda : 2OH- O2+ H2O + 2e- (3.13)
Katoda : 2Au(CN)2- + 2e- 2Au + 4CN- (3.14)
Overall: 2Au(CN)2- + 2OH- 2Au + O2 + H2O + 4CN- (3.15)
Selain arus dan tegangan, kondisi pH perlu dijaga pada nilai 12,5 dengan
cara penambahan natrium hidroksida. Selama proses electrowinning, pH akan
turun karena adanya pelepasan gas H+ yang akan menghasilkan gas HCN yang
akan menyebabkan korosi pada anoda. Satu siklus proses electrowinning
membutuhkan natrium hidroksida sebanyak 75 kg untuk plant 1 dan 100 kg untuk
plant 2.
Proses electrowinning akan berlangsung selama 12-13 jam dan akan
dihentikan saat kandungan emas dalam pregnant solution kurang dari 3 ppm.
Proses ini akan menghasilkan endapan logam (cake) pada katoda yang selanjutnya
akan dilebur (smelting) menjadi dore bullion. Larutan dengan kadar emas
kurang
27
dari 3 ppm (barrent solution) akan ditampung dalam cyanide holding tank untuk
digunakan kembali karena kandungan sianida yang cukup tinggi.
3.2.5 Smelting
Smelting (peleburan) adalah proses pemisahan emas dan perak pada cake
yang dihasilkan dari proses electrowinning. Tahap pertama pada proses smelting
adalah pengurangan kandungan air pada cake menggunakan dryer. Cake yang
telah berkurang kadar airnya, digarang menggunakan furnace pada suhu 700 –
900˚C. Setelah dilakukan penggarangan, cake didinginkan terlebih dahulu,
kemudian ditambahkan boraks (fluks) sebanyak 1 kg/20kg cake. Penambahan
boraks ini bertujuan untuk mengikat pengotor yang terdapat pada cake seperti
silika dan untuk menurunkan titik leleh logam dan pengotor yang cukup tinggi.
Titik leleh silika sebesar 1600-1750 oC, sedangkan titik leleh emas sebesar
1064.18 oC dan titik leleh perak sebesar 961.78 oC.
Setelah dilakukan penambahan boraks, dilakukan peleburan pada suhu
1000 – 1200˚C yang menghasilkan dore bullion dan slag yang masih mengandung
emas dan perak. Slag tersebut dilebur kembali pada suhu lebih dari 1200˚C.
Rangkaian proses peleburan ini menghasilkan dore bullion yang mengandung 7-
15%emas, 80-92% perak, dan kurang dari 2% pengotor, dengan dimensi 15 mm x
450 mm x 330 mm dan berat 25 kg. Diagram alir proses peleburan (smelting)
dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Diagram Alir Proses Peleburan (Smelting)
PROSES
= F ore x X Au W Ag = F ore x X Ag
= 23.364,8 ton x 5,43 gpt
= 126,87 kg
= 23.364,8 ton x 59,49 gpt
= 1.389,97 kg
28
3.3 Neraca Massa
Tailing = 23.363,818 ton
F ore = 23.364,8dmt/bulan
X Au = 5,43 gram/ton
X Ag = 59,49 gram/ton
Dore Bullion = 0,982 tonX Au = 11,18 %
X Ag = 87,48 %
Neraca Massa Februari 2015:
F ore = F Tailing + F Dore Bullion
= 23.363,818 ton + 0,982 ton
= 23.364,8 dmt/bulan
W Au
WAu1 = F Dore Bullion x X Au W Ag1 = F Dore Bullion x X Ag
= 0,982 ton x 11,18% = 0,982 ton x 87,48%
= 109,7876 kg = 859,05 kg
Yield Au = Yield Ag =
=
= 86,53 %
=
= 61,80 %
29
BAB IV PERALATAN
PROSES
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki 3
unit utama pada proses pengolahan emasnya yaitu unit sianidasi, unit
recovery dan unit pengolahan limbah. Setiap unit tersebut terdiri dari beberapa
proses yang ditunjang oleh peralatan pendukung.
4.1 Unit Sianidasi
Unit sianidasi terdiri dari proses crushing, milling, leaching dan Gravity
Concentrate Circuit (GCC).
1. Crushing
a. Grizzly
Grizzly adalah salah satu alat penyaring ore yang berasal dari tambang
sebelum dilakukan proses crushing. Grizzly ini berukuran 400 mm x 400 mm,
sehingga ore dengan ukuran -400 mm akan lolos, sedangkan ore dengan
ukuran
+400 mm akan tertahan. Ore dengan ukuran +400 mm tersebut akan
dikembalikan lagi ke stockpile untuk direduksi ukurannya menggunakan
excavator breaker.
Gambar 4.1 Grizzly
b. Appron Feeder
Appron feeder berfungsi untuk mengatur laju umpan yang masuk ke primary
crusher. Appron feeder yang digerakkan dengan tenaga hidrolik (udara tekan).
30
Kuantitas material yang masuk ke dalam primary crusher diatur dengan volume
oli hidrolik yang menggerakan appron feeder, bila tekanan naik maka appron
feeder akan berjalan dengan cepat, begitu juga sebaliknya. Appron feeder
memiliki kapasitas 90 dmt/h, namun saat ini hanya mampu mengumpan ore
sekitar 70 dmt/h. Appron feeder memiliki dengan lebar 1 m dan panjang 6,4 m.
Gambar 4.2 Appron Feeder
c. Primary Crusher
Primary crusher adalah salah satu alat penghancur yang terdapat dalam
proses crushing. Tipe dari primary crusher ini adalah 10 K Doble Toggle Jaw
Crusher dengan kapasitas 90 m3/hr. Konsumsi daya alat ini sebesar 90 kW dengan
putaran motor 1500 rpm.
Gambar 4.3 Primary Crusher
31
d. Secondary Crusher
Secondary crusher berfungsi untuk mereduksi oversize yang dihasilkan
primary screen dan akan dikembalikan ke primary screen untuk diklasifikasikan
kembali. Sebelum memasuki secondary crusher, ore ditampung terlebih dahulu di
dalam surge bin dengan kapasitas 18 ton. Tipe dari secondary crusher adalah
roller cone RC 54 dengan kapasitas 90 m3/hr. Konsumsi daya alat ini sebesar 150
kW dengan putaran motor 985 rpm.
Gambar 4.4 Secondary Crusher
e. Tramp Iron Magnet
Logam magnetik yang terdapat pada tumpukan ore akan menempel pada
tramp iron magnet. Logam magnetik tersebut biasanya berasal dari kegiatan
penambangan, seperti paku dan kawat. Tramp iron magnet ini terdapat pada setiap
conveyor, kecuali conveyor 4. Konsumsi daya alat ini sebesar 3,9 kW.
Gambar 4.5 Tramp Iron Magnet
32
f. Primary Screen
Primary screen dengan tipe inclined vibrating berfungsi untuk
memisahkan ore yang berukuran +12,5 mm dengan -12,5 mm. Oversizenya akan
direduksi lagi oleh secondary crusher, sedangkan undersizenya akan dipisahkan
lagi menggunakan secondary screen. Primary screen memiliki deck ganda dengan
ukuran deck atas 2,5 mm dan deck bawah 12,5 mm. Konsumsi daya alat ini
sebesar 11 kW dengan putaran motor 1450 rpm.
Gambar 4.6 Primary Screen
g. Secondary Screen
Secondary screen dengan tipe horizontal vibrating double deck berfungsi
untuk memisahkan kembali undersize yang berasal dari primary screen. Oversize
dari secondary screen ini akan ditransfer ke Fine Ore Bin (FOB), sedangkan
undersizenya akan ditrasnfer ke Fine Stock Tank (FST). Secondary screen
memiliki deck ganda dengan ukuran deck atas 5 mm dan deck bawah 1 mm.
Konsumsi daya alat ini sebesar 11 kW.
h. Fine Ore Bin (FOB)
Fine Ore Bin (FOB) merupakan tempat penampungan ore yang berasal
dari unit crushing yang berukuran +12,5 mm. Setiap plant memiliki satu buah
FOB dimana keduanya dihubungkan oleh conveyor. FOB plant 1 dan 2 memiliki
kapasitas sebesar 800 ton dengan diameter 8,2 m dan tinggi 14,9 m. Material dari
FOB plant 1 dan 2 adalah SS-41. BIS Alloy-360.
33
Gambar 4.7 Fine Ore Bin
i. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah alat transportasi ore dari satu alat ke alat yang
lainnya. Pada unit crushing ini terdapat lima buah belt conveyor, yaitu:
Belt Conveyor 1
Belt conveyor 1 berfungsi untuk mentransportasikan ore dari primary
crusher (jaw crusher) ke belt conveyor 2. Belt conveyor 1 memiliki lebar 900 mm
dan panjang 45 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 7,5 kW dengan putaran
motor 1440 rpm.
Belt Conveyor 2
Belt conveyor 2 berfungsi untuk mentransportasikan ore dari belt conveyor
1 ke primary screen. Belt conveyor 2 memiliki memiliki lebar 900 mm dan
panjang 45 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 18,5 kW dengan putaran
motor 1445 rpm.
Belt Conveyor 3
Belt conveyor 3 berfungsi untuk mentransportasikan oversize yang
dihasilkan oleh primary screen ke surge bin untuk direduksi lagi ukurannya oleh
secondary screen (cone crusher). Belt conveyor 3 memiliki memiliki lebar 900
mm dan panjang 135 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 7,5 kW dengan
putaran motor 1440 rpm.
34
Belt Conveyor 4
Belt conveyor 4 berfungsi untuk mentransportasikan oversize yang
dihasilkan oleh secondary screen ke Fine Ore Bin (FOB). Belt conveyor 4
memiliki memiliki lebar 600 mm dan panjang 525 m. Konsumsi daya conveyor
ini sebesar 22 kW dengan putaran motor 1470 rpm.
Fine Ore Conveyor
Fine ore conveyor berfungsi untuk mentransportasikan ore dari FOB 1 ke
FOB 2. Fine ore conveyor memiliki memiliki lebar 600 mm dan panjang 25 m.
Konsumsi daya conveyor ini sebesar 4 kW.
2. Milling
a. Mill Feeder
Mill feeder berfungsi untuk mengumpankan ore dari FOB ke belt conveyor
5 dan 6. Mill feeder memilki memiliki lebar 1200 mm dan panjang 12 m.
Konsumsi daya alat ini sebesar 30 kW.
b. Mill Feed Conveyor
Mill feed conveyor merupakan alat transportasi ore dari FOB ke ball mill.
Pada plant 1 terdapat belt conveyor 5 dan pada plant 2 terdapat belt conveyor 6.
Mill feed conveyor memiliki memiliki lebar 600 mm dengan konsumsi daya
sebesar 5,5 kW dan putaran motor 1435 rpm.
c. Ball Mill
Ball mill merupakan mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling
ore dari 12,5 mm menjadi 200 mesh. Ball mill dilengkapi dengan rubber liner
yang berfungsi untuk menghindari kontak langsung antara grinding ball dengan
permukaan ball mill. Terdapat lifter bar dan shell yang berfungsi untuk
mengangkat grinding ball. Spesifikasi ball mill setiap plant dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
35
Tabel 4.1 Spesifikasi Ball Mill
Plant 1 Plant 2
Ukuran 3 m x 5,9 m 3,6 m x 6,0 m
Kapasitas 22 TPH 33 TPH
Daya 750 kW 1200 kW
Putaran Motor 20 rpm 18 rpm
Gambar 4.8 Ball Mill
d. Mill Discharge Sump
Mill discharge sump merupakan tempat penampungan undersize ball mill
dan tempat pengaturan % solid sebelum diolah di proses selanjutnya. Slurry dari
mill discharge sump ini dialirkan ke tangki leaching dan Gravity Concentrator
Circuit (GCC). Mill discharge sump pada plant 1 memiliki kapasitas 5,0 m3,
sedangkan mill discharge sump pada plant 2 memiliki kapasitas 3,5 m3.
e. Mill Cyclone
Mill Cyclone merupakan alat yang memisahkan padatan berdasarkan
ukuran yaitu +200 mesh dan -200 mesh. Padatan yang berukuran +200 mesh akan
dikembalikan lagi ke ball mill, sedangkan padatan yang berukuran -200 mesh
akan dialirkan ke tangki leaching. Jenis cyclone yang digunakan adalah
hydrocyclone yang bekerja menggunakan gaya sentrifugal. Partikel yang lebih
ringan menjadi overflow hydrocyclone dengan nilai %solid sebesar 68-72 %
,
36
sedangkan partikel yang berat menjadi underflow hydrocyclone dengan %solid
sebesar 38-42 %. Mill cyclone memiliki kapasitas sebesar 2 m3/ jam dengan
diameter 150 mm. Jumlah mill cyclone pada plant 1 sebanyak 2 buah dengan
tekanan 8-10 psi, sedangkan pada plant 2 sebanyak 3 buah dengan tekanan 14 - 16
psi.
Gambar 4.9 Mill Cyclone
f. Trash Screen
Trash screen dengan tipe horizontal vibrating berfungsi untuk
memisahkan slurry yang dihasilkan dari overflow hydrocyclone dengan sampah-
sampah seperti kayu dan plastik, sebelum dialirkan ke tangki leaching. Trash
screen pada plant 1 berukuran 1,2 m x 3,0 m, sedangkan pada plant 2 berukuran
900 mm x 1800 mm. Konsumsi daya alat ini sebesar 1,5 kW.
3. Gravity Concentrator Circuir (GCC)
a. Magnetic Screen
Magnetic Screen berfungsi untuk menangkap logam-logam yang bersifat
magnetik yang terdapat dalam slurry yang dilengkapi dengan alat penyaring
untuk memisahkan partikel berukuran -2 mm sebelum masuk ke proses
selanjutnya. Magnetic screen memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Dimensi : 1,8 L x 2,38 m W
Laju Umpan : 200 m3/jam
37
Ukuran Partikel : 1µm – 2mm
Putaran Drum : 20 rpm
Daya : 1,1 kW
b. Falcon Gravity Concentrator
Falcon berfungsi untuk memisahkan antara logam-logam berharga dengan
pengotor yang terdapat di dalam slurry berdasarkan berat jenis dengan
menggunakan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi. Emas dan perak yang memiliki
berat jenis lebih tinggi (berat jenis emas 19,3 gr/cm3 dan berat jenis perak 10,5
gr/cm3) akan menempel pada dinding falcon, sedangkan pengotor yang umumnya
berupa silika (berat jenis silika 2,6 gr/cm3) akan dikembalikan menuju ball
mill. Falcon gravity concentrator memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Kapasitas Slurry : max. 200 m3/jam
Ukuran Partikel : 45µm – 2mm
Kecepatan Motor : max. 550 rpm
Daya : 18 kW
c. Inline Leach Reactor (ILR)
Inline leach reactor merupakan tempat berlangsungnya proses intensive
leaching. Selama proses intensive leaching reaktor ini akan berputar dengan
kecepatan putaran sebesar 2 rpm. Tujuan dari putaran ILR adalah untuk
menghomogenkan slurry dan mengoptimalkan kontak slurry dengan reagen
selama proses. Spesifikasi inline leach reactor sebagai berikut :
Kapasitas Solid : max. 1500 kg/batch
Panjang : 2,29 m
Diameter : 1 m
Ukuran Partikel : 74 µm
Putaran Motor : 2 rpm
38
d. Feed Cone
Feed cone merupakan tangki penampungan konsentrat emas dan perak
hasil dari proses gravity concentrator. Di dalam feed cone akan berlangsung
proses pengurangan kadar air dalam konsentrat (dewatering). Feed cone akan
menampung konsentrat sebanyak 1500 kg sebelum dialirkan menuju Inline Leach
Reactor (ILR). Feed cone memiliki kapasitas sebesar 2,5 m3 dengan panjang
5,769 m, lebar 5,221 m, dan tinggi 2,270 m.
e. Solution Cone
Solution cone merupakan tangki penampungan larutan natrium sianida
yang akan digunakan untuk proses intensive leaching di ILR. Kapasitas tangki ini
sebesar 4,3 m3. Tangki ini juga berfungsi sebagai tempat sirkulsi slurry selama
proses intensive leaching.
f. Sump Tank
Sump tank merupakan tangki terbuka yang menghubungkan antara ILR
dan solution cone berfungsi sebagai tempat sirkulasi slurry. Tangki ini dilengkapi
dengan alat penyaring yang berfungsi untuk menyaring partikel yang berukuran
besar yang ikut terbawa dalam aliran slurry dari ILR.
4. Leaching
a. Leaching Tank
Leaching tank merupakan tangki yang digunakan untuk proses pelarutan
selektif logam emas dan perak dari ore menggunakan larutan natrium
sianida. Pada plant 1 terdapat 2 tangki leaching dengan kapasitas masing-
masing sebesar
340 m3, sedangkan pada plant 2 terdapat 1 tangki leaching berkapasitas 1.000 m3
yang terbuat dari carbon steel.
Tangki leaching yang digunakan dilengkapi dengan pengaduk (agitator)
untuk memperluas kontak antara slurry dan larutan sianida serta mencegah
menggendapnya slurry. Pada poros agitator dipompakan udara untuk memenuhi
kebutuhan oksigen selama proses leaching.
39
Gambar 4.10 Leaching Tank
b. Talangan (Launder)
Talangan berfungsi untuk mengalirkan slurry dari tangki leaching pertama
menuju tangki-tangki selanjutnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
c. Cyanide Mixing Tank
Tangki ini berfungsi untuk melarutkan sianida yang akan digunakan untuk
proses leaching pada tangki leaching dan GCC. Tangki bermaterial stainless steel
ini dilengkapi dengan agitator dan cyanide drum tripper untuk menumpahkan
larutan sianida. Cyanide mixing tank memiliki kapasitas sebesar 9 m3 dengan
diameter 2 m dan tinggi 3,2 m.
d. Holding Tank
Holding tank befungsi untuk menampung barrent solution yang dihasilkan
dari proses elution tahap pre treatment dan proses electrowinning. Holding tank
dengan material carbon steel memiliki kapasitas sebesar 60 m3. Holding tank
memiliki diameter 4,2 m dan tinggi 5,3 m.
4.2 Unit Recovery
Unit sianidasi terdiri dari proses carbon in leach, elution, electowinning,
dan smelting.
40
1. Carbon In Leach (CIL)
a. Tangki CIL
Tangki CIL merupakan tempat berlangsungnya proses adsorpsi senyawa
kompleks emas dan perak menggunakan karbon aktif. Plant 1 memiliki 5 tangki
CIL dengan volume 290 m³, sedangkan plant 2 memiliki 5 tangki CIL dengan
volume 290 m³ dan 2 tangki CIL dengan volume 340 m³. Spesifikasi tangki CIL
pada plant 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.2 Spesifikasi Tangki CIL
Volume 290 m³ 340 m³
Diameter 7,25 m 7,25 m
Tinggi 7,65 m 8,9 m
Material Carbon steel Carbon steel
Gambar 4.11 Tangki Carbon In Leach
b. Agitator
Agitator pada tangki CIL berfungsi untuk memperbesar luas kontak antara
karbon aktif dengan senyawa kompleks emas dan perak. Agitator ini dilengkapi
saluran udara yang dihasilkan oleh kompresor untuk memenuhi konsentrasi
oksigen terlarut di dalam tangki CIL. Konsumsi daya agitator pada tangki CIL
sebesar 22 kW dengan putaran motor 1455 rpm.
41
c. Interstage Screen
Interstage screen dengan tipe kambalda terdapat di bagian atas tangki
tangki CIL untuk mencegah terbawanya karbon dengan aliran slurry. Interstage
screen dengan material stainless steel memiliki ukuran 2,6 m2 dengan ukuran pori
0,8 mm.
d. Carbon Transfer Screen
Carbon transfer screen dengan sieve band berfungsi untuk memisahkan
karbon yang akan dipompakan oleh carbon transfer pump dengan slurry. Carbon
transfer screen dengan material stainless steel memiliki ukuran 0,6 m2 dengan
ukuran pori 1,5 mm.
e. Carbon Transfer Pump
Carbon transfer pump berfungsi untuk memompakan karbon dari tangki
yang satu ke tangki lainnya. Carbon transfer pump memiliki kapasitas sebesar 34
m3/h. Konsumsi daya Carbon transfer pump sebesar 5,5 kW dengan putaran
motor 1435 rpm. Pada Plant 2 menggunakan air lift untuk memindahkan karbon
dengan bantuan udara yang dihasilkan oleh kompresor. Penggunaan air lft ini
bertujuan untuk mencegah rusaknya karbon.
f. Loaded Carbon Transfer Pump
Loaded carbon transfer pump berfungsi untuk memompakan loaded
carbon dari tangki CIL pertama ke surge bin melewati loaded carbon screen.
Loaded carbon transfer pump memiliki kapasitas sebesar 35 m3/h. Konsumsi daya
Loaded carbon transfer pump sebesar 7,5 kW dengan putaran motor 1470 rpm.
g. Loaded Carbon Screen
Loaded carbon screen diletakan sebelum surge bin untuk memisahkan
loaded carbon dengan slurry. Loaded carbon screen memiliki ukuran 900 m x
800 m dengan ukuran pori 1,0 mm. Konsumsi daya alat ini sebesar 1,1 kW.
42
h. Carbon Safety Screen
Carbon safety screen berfungsi untuk mencegah masuknya karbon ke
thickener yang terbawa oleh overflow slurry. Carbon safety screen memiliki
ukuran 1,2 m x 3,0 m. Konsumsi daya Carbon safety screen sebesar 1,5 kW
dengan putaran motor 1455 rpm.
Gambar 4.12 Carbon Safety Screen
2. Elution
a. Carbon Surge Bin
Carbon surge bin merupakan tempat penampungan loaded carbon yang
berasal dari tangki CIL pertama. Surge bin dengan material SS-41 memiliki
kapasitas sebesar 6 ton
Gambar 4.13 Surge Bin
43
b. Elution Column
Elution column merupakan tangki tertutup tempat berlangsungnya proses
desorpsi atau pelepasan logam Au dan Ag dari loaded carbon. Elution column
memiliki memiliki kapasitas sebesar 13,3 m3 dengan diameter 1542 mm dan
tinggi 8150 mm.
Gambar 4.14 Elution Column
c. Electrolyte Filter
Electrolyte filter berfungsi untuk menyaring karbon yang ikut terbawa
bersama aliran yang akan masuk ke dalam recycle tank dan eluate tank. Selain itu,
electrolyte filter berfungsi untuk menjaga saluran yang ada pada reclaime heat
exchanger agar tidak terjadi penyumbatan. Terdapat 2 electrolyte filter yang
digunakan dengan tipe Inline Sigle Basket Strainer berkapasitas 24 m³/jam dan
diameter lubang 0,35 mm.
d. Reclaim Heat Exchanger
Reclaime Heat exchanger (RHE) digunakan pada pemanasan awal larutan
yang akan digunakan pada elution column. Larutan akan dipanaskan hingga suhu
60 °C sebelum dipanaskan didalam plate heat exchanger (PHE). Selain itu, RHE
juga digunakan untuk menangkap panas dari solution yang berasal dari elution
column. RHE memiliki kapasitas sebesar 24 m3/h
44
e. Plate Heat Exchanger (PHE)
Plate heat exchanger (PHE) berfungsi untuk memanaskan air, larutan
natrium hidroksida, dan larutan natrium sianida sebelum digunakan pada elution
column. Media pemanas yang digunakan pada PHE ini adalah etilen glikol yang
sebelumnya dipanaskan dalam heater menggunakan bahan bakar solar. PHE akan
memanaskan larutan dari 60˚C menjadi 100˚C. Plate heat exchanger memiliki
kapasitas sebesar 24 m3/h.
f. Elution Heater
Elution heater merupakan tabung besar yang di dalamnya terdapat
rangkaian pipa berisi metil glikol. Terdapat 2 buah elution heater dengan
volume
2343 L. Selain itu terdapat peralatan burner yang berfungsi sebagai
pembakar dengan bahan bakar solar.
g. Caustic Cyanide Tank
Caustic cyanide tank berfungsi untuk menampung larutan natrium sianida
yang akan digunakan pada proses elution tahap pre-treatment. Caustic cyanide
tank memiliki kapasitas 9 m3 dengan diameter 2,4 m dan tinggi 2,3 m.
h. HCl Tank
HCl tank merupakan tangki penampungan larutan HCl yang akan
digunakan pada tahap acid wash di dalam elution colomn. Terdapat 3 tangki
penampung HCl, 1 tangki berkapasitas 1500 liter dan 2 tangki lainnya
berkapasitas 12500 Liter.
i. Water Tank
Water tank berfungsi sebagai penampungan fresh water yang akan
digunakan pada proses elution tahap water wash dan water elution. Fresh water
yang ditampung di water tank akan dilewatkan terlebih dahulu ke sand filter dan
softener yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa sadah dalam air. Water
tank memiliki kapasitas 9 m3 dengan diameter 2,4 m dan tinggi 2,3 m.
45
j. Recycle Tank
Recycle tank merupakan tangki penampung air yang dihasilkan dari proses
elution tahap water elution dan cooling yang akan digunakan kembali pada tahap
recycle elution. Recycle tank kapasitas 60 m3 dengan ukuran 4 m x 5,3 m.
k. Eluate Tank
Eluate tank merupakan tangki penampung pregnant solution yang
dihasilkan dari proses elution pada tahap recycle elution dan proses intensive
leaching di ILR. Terdapat 3 tangki eluate, tangki eluate pada plant 1 dan plant 2
memiliki kapasitas 60 m3 dengan dimensi diameter 4 meter dan tinggi 5,3 meter,
sedangkan gekko eluate tank berkapasitas 20 m3.
l. Fresh Carbon Feed Bin
Fresh carbon feed bin merupakan tempat penampungan carbon yang akan
dialirkan menuju tangki CIL terakhir. Fresh carbon feed bin dengan material SS-
41 memiliki kapasitas sebesar 2,5 m3.
m. Carbon Regeneration Klin
Carbon regeneration klin berfungsi untuk mengaktifkan kembali barrent
carbon dengan cara memanaskan carbon pada suhu 500-600˚C tanpa kontak
langsung dengan udara. Setelah aktif, carbon akan dicampur dengan fresh carbon
untuk selanjutnya digunakan kembali. Carbon regeneration klin memiliki
kapasitas sebesar 300 kg/h.
Gambar 4.15 Carbon Regeneration Kiln
46
3. Electrowinning dan Smelting
a. Electrowinning Cells
Electrowinning cells adalah tempat berlangsungnya proses elektrolisis
untuk mengambil emas dan perak yang terdapat dalam pregnant solution.
Electrowinning cells memiliki kapasitas 10 katoda dengan ukuran 1700 x 1300 x
1160 mm.
b. Rectifier
Rectifier berfungsi untuk mengubah arus AC (380 V) menjadi arus DC (0-
10 V dengan arus sekitar 1600 A). Konsumsi daya dari rectifier sebesar 10 kW.
4.3 Unit Pengolahan Limbah
1. Thickener 1
Thickener 1 berfungsi untuk mengendapkan slurry tahap pertama dari 40%
solid hingga mencapai 50-60% solid. Selain itu, thickener 1 berfungsi untuk
menurunkan konsentrasi sianida yang akan dialirkan ke tangki detoksifikasi.
Thickener 1 memiliki ukuran diameter 12 m dengan konsumsi daya sebesar 7,5
kW.
2. Thickener 2
Thickener 2 berfungsi untuk mengendapkan slurry tahap kedua hingga
mencapai 50-60% solid. Thickener 2 memiliki ukuran diameter 7,5 m dengan
konsumsi daya sebesar 5,5 kW.
3. Thickener Underflow Sump
Thickener underflow sump berfungsi untuk menampung underflow dari
thickener 1 dan 2 yang selanjutnya akan dialirkan ke proses detoksifikasi.
Thickener underflow sump memiliki kapasitas 4 m3 dengan ukuran 2 m x 2,5 m.
47
4. Thickener Overflow Sump
Thickener overflow sump berfungsi untuk menampung overflow dari
thickener 1 dan 2 yang selanjurnya akan dialirkan ke proses milling. Thickener
overflow sump menggunakan material carbon steel. Thickener overflow sump
memiliki kapasitas 30 m3 dengan ukuran 3,4 m x 4 m.
5. Sand Filter
Sand filter berfungsi untuk menyaring padatan yang terdapat pada
overflow thickener plant 2 sebelum dialirkan ke CIC tank. Sand filter memiliki
kapasitas 6 m3.
6. Carbon In Column (CIC) Tank
CIC tank adalah tangki yang berisi karbon aktif untuk menyerap
kandungan emas dan perak yang terdapat pada overflow thickener plant 2 sebelum
dikembalikan ke ball mill. CIC tank memiliki kapasitas 18 m3.
7. Tailing Sump
Tailing sump berfungsi untuk menampung tailing dari overflow primary
backfill cyclones dan overflow secondary backfill cyclones. Tailing sump memiliki
kapasitas sebesar 6m3 dengan ukuran 2 m x 2,5 m.
8. Backfill Silo
Backfill silo berfungsi untuk menampung tailing dari proses detoksifikai. Backfill
silo memiliki kapasitas sebesar 4 m3 dengan diameter 2,1 m dan tinggi 2,2 m
48
Gambar 4.16 Backfill Silo
9. Backfill Sump
Backfill sump berfungsi untuk menampung underflow dari backfill silo
berupa tailing yang akan digunakan untuk filling di tambang. Backfill sump
memiliki kapasitas sebesar 3 m3 dengan tinggi 2,2 m dan diameter 2,5 m.
10. Detoxification Tank
Detoxification tank adalah tempat untuk mendstruksi CN- menjadi CNO- .
Terdapat dua buah detoxification tank dengan kapasitas 290 m3. Detoxification
tank dilengkapi dengan agitator untuk menghomogenkan reagen yang
ditambahkan seperti SMBS dan CuSO4 .
11. Tailing Dam
Tailing dam berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir tailing berupa
bendungan dengan kapasitas 2500 m3 dan luas 12 hektar. Tailing yang dibuang ke
tailing dam berasal dari overflow backfill silo. Ketinggian air dijaga pada elevasi
±510 mdpl.
49
Gambar 4.17 Tailing Dam
12. Seepage Dam
Seepage dam berfungsi untuk menampung rembesan air limbah yang
berasal dari tailing dam. Air limbah tersebut dialirkan ke effluent tank
IPAL Cikaret untuk dilakukan destruksi sianida, sehingga memenuhi baku mutu
lingkungan.
13. Effluent Tank
Effluent tank adalah tempat terjadinya proses pengolahan limbah dengan
menambahkan reagen seperti hidrogen peroksida, koagulan dan flokulan. Effluent
tank dilengkapi dengan agitator dengan tipe single impeller yang berfungsi untuk
menghomogenkan reagen yang ditambahkan. IPAL Tambang dan IPAL Cikaret
masing-masing memiliki satu buah effluent tank dengan kapasitas sebesar 340 m3
dengan tinggi 7,9 m dan diameter 7,25 m.
14. Decant Pond
Decant pond adalah tempat penampungan air limbah yang berasal dari
effluent tank. Pada decant pond. terjadi proses pengendapan padatan tersuspensi
dan destruksi sianida secara alami. IPAL Cikaret memiliki tiga buah decant pond
dengan kapasitas 7263,03 m3, 1625,25 m3 dan 3081,3 m3. IPAL Tambang
memiliki satu buah decant pond dengan kapasitas 4500,5 m3 dengan panjang 214
m, lebar 8,66 m dan kedalaman 1,67 m.
50
BAB V
UTILITAS
Utilitas adalah unit yang mendukung berlangsungnya suatu proses
produksi dalam suatu pabrik. Unit utilitas yang tersedia di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor meliputi kebutuhan air (water supply),
kebutuhan udara tekan (air supply) dan kebutuhan energi listrik (electrical
supply).
5.1 Kebutuhan Air (Water Supply)
Air merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh suatu pabrik
untuk mendukung proses produksi. Kebutuhan air di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor pada proses pengolahan emas dan peraknya
meliputi air bersih (fresh water), air proses (process water), dan raw water.
1. Air bersih (Fresh Water)
Air bersih (fresh water) adalah air yang berasal dari tambang, ST 1, ST 6
dan ST 12 yang diolah di IPAL Tambang. Air tersebut ditambahkan reagen
tertentu di dalam effluent tank kemudian dialirkan ke decant pond untuk
dilakukan pengendepan dan destruksi sianida secara alami. Overflow dari decant
pond ini sebagian dialirkan ke sungai dan sebagian lagi ditampung di dalam dua
buah tangki tertutup berkapasitas 750 m3 . Kebutuhan air bersih (fresh water) di
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sebanyak 84.910,98
m3/bulan. Air bersih (fresh water) digunakan untuk keperluan:
Crushing, untuk pencucian
Milling, untuk kebutuhan shower dan pengencer
Leaching & CIL Adsorption, untuk kebutuhan shower dan pengencer
Gold Room, untuk kebutuhan shower dan pengencer pada tangki NaCN
Tailing Treatment & Backfill Plant , untuk pengencer flokulan, tailing
sump, thickener dan backfill silo
51
1. Air Proses (Process Water)
Air proses (process water) adalah air yang masih mengandung sianida
dengan konsentrasi yang rendah dan masih dapat digunakan pada proses produksi.
Air proses (process water) berasal dari tailing dam, overflow thickener plant 1
dan overflow thickener plant 2.
Air proses (process water) berasal dari tailing dam dipompakan oleh
return water pump dengan debit 125 m3/jam menuju dua buah tangki dengan
kapasitas 600 m3 . Air bersih (fresh water) yang berasl dari tailing dam digunakan
untuk keperluan proses dan didistribusikan menuju:
Tailing Sump
Thickener Feed Distributor
Thickener Underflow Sump
Secondary Cyclone Feed Sump
Backfill silo dan Backfill sump
Air proses (process water) yang berasal dari overflow thickener plant 1
dan 2 ditampung di dalam overflow sump dengan kapasitas 30 m3 . Air proses
(process water) ini mengandung konsentrasi sianida yang cukup tinggi yaitu 200
– 300 ppm. Air proses (process water) berasal dari overflow thickener plant 1 dan
2 didistribusikan menuju:
Mill Discharge Sump
Distributor Thickener Feed
Trash Screen
Cyanide Mixing Tank
In/Outlet Mill
2. Raw Water
Raw water adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan kantor,
laboratorium, dan goldroom. Raw water berasal dari PT. Pasir Jawa
yang
52
merupakan mitra PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
untuk penyediaan sebagian air konsumsi ataupun air penunjang kegiatan proses.
Raw water untuk keperluan di goldroom ditampung di dalam raw water
tank dengan kapasitas 60 m3, sedangkan raw water untuk keperluan kantor dan
laboratorium langsung didistribusikan menggunakan pompa. Kebutuhan raw
water pada bulan Februari 2015 di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor sebanyak 576 m3.
5.2 Kebutuhan Udara Tekan (Air Supply)
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor menggunakan
kompresor untuk menghasilkan udara tekan guna memenuhi kebutuhan alat
maupun media pereaksi, seperti pada leaching dan CIL tank. Terdapat beberapa
jenis kompresor yang dipakai oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor antara lain:
Satu buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 84 m3/jam, tekanan
operasi 6 bar, dan daya sebesar 18,5 kW.
Satu buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 172 m3/jam, tekanan
operasi 6 bar, dan daya sebesar 18,5 kW.
Tiga buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 258 m3/jam, tekanan
operasi 6 bar, dan daya sebesar 24 kW.
Dua buah kompresor dengan kapasitas 23 m3/jam, tekanan operasi 7,5 bar,
dan daya sebesar 152 kW.
Dua buah kompresor rotary screw dengan tekanan operasi maksimal 7,5
bar dan daya sebesar 132 kW.
Empat buah kompresor rotary cyclone dengan kapasitas 220 m3/jam dan
daya sebesar 22 kW.
Udara tekan yang dihasilkan oleh kompresor, didistribusikan menuju:
Milling, untuk menggerakkan ballmill
PLN (kWh) PLTD (kWh)
Januari 5.169.504 20.500
Februari 4.622.848 8.800
53
Leaching & CIL adsorption, untuk menggerakkan agitator dan membantu
reaksi pelindian emas.
Goldroom, untuk pengoperasian furnace
Tailing Treatment untuk control valve
Tambang, untuk pengoperasian alat dan hydraulic bucket.
5.3 Kebutuhan Energi Listrik (Electrical Supply)
Kebutuhan energi listrik di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor berasal dari:
1. Perusahaan Lisrik Negara (PLN) dengan kapasitas distribusi sebesar
13.860 KVA (Kilo Volt Ampere).
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berjumlah lima unit. Dua unit
memiliki kapasitas sebesar 1825 kVA dengan kebutuhan bahan bakar solar
250 L/jam. Tiga unit lainnya memiliki kapasitas sebesar 1500 kVA dengan
kebutuhan bahan bakar solar 200 L/jam. PLTD digunakan ketika distribusi
listrik dari PLN mengalami gangguan.
Kebutuhan energi listrik paling besar terdapat pada proses penambangan
yaitu sebesar 55% dari total konsumsi listrik. Proses pengolahan menggunakan
35% dari total konsumsi listrik, sedangkan 10% sisanya digunakan untuk
penerangan seluruh lokasi tempat kerja. Konsumsi listrik di PT ANTAM Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor tersedia pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Konsumsi Listrik Bulan Januari – Februari 2015
Sumber ListrikBulan
54
BAB VI MANAJEMEN
INDUSTRI
Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas adalah suatu unit bisnis strategis
yang menjadi bagian dari unsur operasi dalam organisasi PT PT ANTAM Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah mengelola operasional usaha
pertambangan emas berdasarkan prinsip-prisnsip good mining practice untuk
mencapai visi, misi dan strategi korporat agar menghasilkan nilai tambah bagi
pemegang saham dan stakeholder perusahaan.
6.1 Susunan Organisasi dan Uraian Tugas
Susunan organisasi dan uraian tugas PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor. diatur berdasarkan keputusan direksi Nomor
194.K/0251/DAT/2012.
6.1.1 Susunan organisasi
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dipimpin oleh
General Manager (Senior Vice President), Gold Mining Business Unit, yang
selanjutnya disebut General Manager. Untuk melaksanakan peran strategis,
General Manager selaku pimpinan dibantu oleh:
a. Vice President (VP), Operation; dan
b. Vice President (VP), Corporate Social Responsibility, Human Resources and
Finance.
Untuk melaksanakan peran yang bersifat operasional dan pengelolaan
kebijakan,. General Manager dibantu oleh:
a. Quality Management Assurance Manager;
b. Procurement and Material Management Manager; dan
c. Health, Safety and Environment Manager.
55
oleh:
Untuk melaksanakan tugasnya Vice President (VP) Operationdibantu
a. Mine Planning and Development Manager;
b. Mining Operation Manager;
c. Process Plant Manager;
d. Maintenance Manager;
e. Engineering Manager;
f. Quality Control Manager.
Untuk melaksanakan tugasnya Vice President (VP) Corporate Social
Responsibility,Human Resources and Finance dibantu oleh:
a. Finance Manager;
b. Human Resources Manager;
c. Corporate Social Responsibility Manager.
6.1.2 Uraian Tugas
Peran-peran utama dari Satuan Kerja dalam organisasi PT ANTAM Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor diuraikan sebagai berikut:
a. General Manager berperan menyusun strategi, kebijakan dan
mengimplementasikan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya sesuai rencana
korporat melalui koordinasi, mengevaluasi kinerja organisasi, serta
meningkatkan produktivitas di lingkungan organisasi PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor secara berkelanjutan dalam rangka
mengingkatkan keuntungan perusahaan;
b. Operation Division berperan mengelola kegiatan penambangan, pengolahan,
pemeliharaan, engineering dan pengawasan kualitas;
c. CSR, Human Resources and Finance Division berperan mengelola kegiatan
keuangan, sumber daya manusia, tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility), layanan kesehatan dan kesehatan kerja;
56
d. Mine Planning and Development Bureau berperan dalam mengelola kegiatan
perencanaan dan pengembangan tambang bijih emas;
e. Mining Operation Bureau berperan dalam melaksanakan kegiatan operasional
produksi tambang bijjih emas dan sarana pendukungnya;
f. Process Plant Bureau berperan mengolah bijih emas untuk dijadikan bullion,
yang terdiri dari proses pengolahan tambang, sianidasi, rekoveri dan
pengolahan limbah;
g. Maintenance Bureau berperan mengelola kegiatan di bidang kelistrikan,
operasi peralatan dan bengkel umum, pemeliharaan tambang, dan
pemeliharaan pabrik;
h. Engineering Bureau berperan mengkaji ulang teknologi yang terpakai untuk
mengadakan efisiensi dalam bidang teknik;
i. Quality Control Bureau berperan dalam hal pengukuran tambang, pengawasan
kadar bijih emas dan geoteknik, dan penyelenggaraan laboratorium;
j. Finance Bureau berperan mengelola dan mengawasi seluruh aktivitas
keuangan serta sistem informasi di lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor sehingga dapat mendukung strategi bisnis dan
operasi perusahaan;
k. Human Resources Bureau berperan merekrut, mempertahankan dan
mengembangkan sumber daya manusia pada setiap jenjang jabatan guna
menunjang implementasi visi, misi dan strategi, internalisasi nilai-nilai
perusahaan ke dalam kompetensi setiap pegawai yang sesuai dengan
kebutuhan bisnis serta mengelola pelayanan umum di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor;
l. Corporate Social Responsibility Bureau berperan melaksanakan pembinaan
terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasi penambangan, menjaga
hubungan baik dengan stakeholder eksternal dan mengelola kegiatan
pengamanan di lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor.
m. Procuremet and Material Management Bureau berperan mengelola
penyediaan kebutuhan barang dan jasa untuk keperluan operasional,
57
melakukan negosiasi dengan rekanan, mengelola gudang penyimpanan
barang serta pengiriman bullion;
n. Health, Safety and Environment Bureau berperan mengelola aspek kesehatan
dan keselamatan kerja serta lingkungan pertambangan di wilayah PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor;
o. Quality Management Assurance Bureau berperan memantau kepatuhan
terhadap semua aturan perusahaan pada semua bidang operasional untuk
memberi usulan guna mengatasi risiko operasional perusahaan.
Susunan organisasi ketenagakerjaan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor adalah sebagai berikut :
a. Business Unit Head
Business Unit Head merupakan pemimpin Unit Bisnis Pertambangan
Emas bertanggung jawab kepada direksi perseroan. Business Unit Head bertugas
dan bertanggung jawab sebagai berikut:
1. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang penambangan
dan pengolahan emas, pengolahan lingkungan pertambangan emas, dan
pengembangan masyarakat di sekitas lokasi pertambangan guna mengadakan
perbaikan kualitas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan pencapaian
target manajemen di bidang operasional.
2. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang keuangan guna
mengadakan perbaikan berdasarkan risk management dan cost reduction
dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas untuk pencapaian target
manajemen di bidang keuangan.
3. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang sumber daya
manusia guna mengadakan perbaikan kualitas sumber daya manusia dan
pemberdayaan melalui pengembangan sumber daya manusia untuk
menyediakan sumber daya manusia yang berkompetensi dan berintegritas
tinggi dalam memenuhi kebutuhan organisasi PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor.
58
b. Operation Division Head
Operation Division Head berperan mengelola kegiatan penambangan
pengolahan, pemeliharaan, engineering dan pengawasan kualitas serta
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk melaksanakan tugasnya
Operation Division Head dibantu oleh:
1) Mine Planning and Development Bureau Head
Mine Planning and Development Bureau Head dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh:
Mine Plan Departement
Mine Development Departement
2) Mining Operation Bureau Head
Mining Operation Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh:
Departemen Perencanaan Tambang
Departemen Operasi Tambang A
Departemen Operasi Tambang B
Departemen Sarana Tambang
Departemen Pengisian Ulang (Back Fill)
3) Process Plant Bureau Head
Process Plant Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
Departemen Sianidasi
Departemen Recovery
Departemen Metalurgi
Departemen Tailing Treatment
59
4) Engineering Bureau Head
Engineering Bureau Head dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Staff
Engineering.
5) Maintenance Bureau Head
Maintenance Bureau Head dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh:
Departemen Electrolysis Distribution and Control
Departemen Mine Equipment
Departemen Mine Facillity Maintenance
Departemen Plant Maintenance
6) Quality Control Bureau Head
Quality Control Bureau Head dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh:
Departemen Pengukuran Tambang
Departemen Pengawasan Kadar dan Geoteknik
Departemen Laboratorium
Departemen Sistem dan Prosedur
c. CSR, Human Resources, and Finance Division Head
CSR, Human Resources, and Finance Division Head membawahi Kepala
Departemen dan Kepala Satuan Kerja, di antaranya :
1) Finance Bureau Head
Finance Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
Departemen Accounting and Budgeting
Departemen Treasury & Verification
Departemen Information and Communication Technology
2) Human Resources Bureau Head
Human Resources Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh:
Departemen Human Resource Planning & Development
60
Departemen Compensation & Benefit
Departemen General Service
Departemen Learning
3) Corporate Social Responsibility Bureau Head
Corporate Social Responsibility Bureau Head dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh:
Departemen Community Development
Departemen External Relation
Departemen Security
4) Health Center and Occupational Health Burau Head
Health Center and Occupational Health Bureau Head dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
Departemen Health Center
Departemen Occupational Health
d. Procurement and Material Management Bureau Head
Procurement and Material Management Bureau Head bertanggung jawab
atas:
Depatemen Pengadaan (Procurement)
Departemen Gudang (Warehouse)
Departemen Pengiriman Bullion dan Penerimaan Barang (Good Receiving
& Bullion Deliver)
e. Safety and Environment Bureau Head
Safety and Environment Bureau Head bertanggungjawab atas:
Departemen KeselamatanKerja
Departemen Lingkungan
61
f. Quality Management Assurance Bureau Head
Quality Management Assurance Bureau Head bertanggungjawab langsung
ke Business Unit Head.
6.2 Tenaga Kerja
6.2.1 Struktur Tenaga Kerja
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah
perusahaan padat karya, dimana karyawan terdiri dari tenaga kerja ahli yang
mengutamakan kemauan untuk bekerja keras, sesuai dengan bidang pekerjaannya
yaitu pertambangan bawah tanah (underground mining).
Tabel 6.1 Kekuatan Karyawan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Per 31 Januari 2015
Jan-15NO SATUAN KERJA
TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH
1 BUSINESS UNIT HEAD & STAF 24 - - - 24
2 Quality Management Assurance Bureau & STAF 8 - - 1 9
3 OPERATION DIVISION HEAD 1 - - - 1
4 MINING OPERATION BUREAU & STAF 161 - 4 111 276
5MINE PLANNING & DEVELOPMENT BUREAU & STAF
35 - 12 7 54
6 PROCESS PLANT BUREAU & STAF 66 - 1 56 123
7 MAINTENANCE BUREAU & STAF 91 - 1 77 169
8 ENGINEERING BUREAU & STAF 9 - - - 9
9 QUALITY CONTROL BUREAU & STAF 35 - 1 33 69
10 Sistem dan Prosedur - - - - 0
11 CSR, HR AND FINANCE DIVISION HEAD 2 - - - 2
12 FINANCE BUREAU & STAF 8 1 - 3 12
13 HUMAN RESOURCES BUREAU & STAF 31 - - 8 39
14 CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BUREAU 12 - 1 3 16
15HEALTH CENTER & OCCUPATIONAL HEALTH & STAF
- - - - 0
16PROCUREMENT & MATERIAL MGT BUREAU &STAF
22 - - 7 29
17HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT BUREAU &STAF
24 - 6 29 59
529 1 26 335 891
62
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
mempekerjakan karyawan sebanyak 891 orang, yang terdiri dari:
1) Pegawai Tetap
Pegawai tetap adalah karyawan perusahaan yang diangkat berdasarkan SK
Direksi PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor, setelah
melewati masa percobaan selama 3 bulan.Pegawai tetap mempunyai hak 100%
atas gaji dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan. Pada akhir masa kerja
(usia 56 tahun) diberikan pensiunan bulanan.
2) Pegawai Tidak Tetap atauTenaga Kerja Waktu Tertentu (TKWT)
Pegawai tidak tetap merupakan karyawan yang diangkat
perusahaan/Kuasa Direksi yang sewaktu-waktu dapat diberhentikan. Pegawai
tidak tetap ini terdiri dari :
a. Tenaga Kerja Bulanan (TKB)
Tenaga kerja khusus yang bekerja pada perusahaan.
Contoh : Pegawai pensiunan yang masih dibutuhkan tenaganya untuk
bekerja pada perusahaan (tenaga training miner/sebagai pengajar).
b. Pegawai Percobaan
Pegawai percobaan adalah calon pegawai perusahaan dan apabila pegawai
ini dinilai baik dan memiliki loyalitas yang tinggi. Haknya diberikan 80%.
Contoh :Tenaga kerja calon pegawai, hasil dari recruitment.
c. Tenaga Kerja Ikatan Kerja/Tenaga Kontrak
Tenaga kontrak adalah tenaga kerja yang diangkat berdasarkan kontrak
kerja. Apabila masa kontraknya sudah habis, maka pegawai tersebut akan
mendapatkan perpanjangan kontrak atau diberhentikan.
Contoh : Selama ini bekerja sama dengan koperasi pegawai PT ANTAM
Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor “Koperasi Kotamas” untuk
kebutuhan tenaga kerja KPO (Karyawan Penunjang Operasi).
63
d. Tenaga Honorer Full Timer (Tenaga Kerja Harian)
Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dan digaji
berdasar pada banyaknya hari kerja.
Contoh : Tenaga kerja yang dipekerjakan sewaktu-waktu berdasarkan
kebutuhan pekerjaan, melalui koperasi sebagai penyalur tenaga kerja resmi
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
e. ABRI Tugas Karya
ABRI tugas karya adalah pegawai perusahaan yang diangkat dari anggota
TNI/POLRI yang masih aktif maupun purnawirawan.
6.2.2 Shift Kerja
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki dua
pembagian kerja yaitu shift dan non shift. Adapun jadwal kerja karyawan PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor tersedia pada tabel 6.2.
Tabel 6.2 Jadwal Kerja Karyawan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
Non Shift Shift
1 08.00 – 16.00
Jam Kerja
07.30 – 16.15 2 16.00 – 24.00 3 24 . 00 – 0 8 . 00
Hari Senin – Jumat (kecuali hari libur nasional)
Grup:A, B, C, D
Sistem Shift:1-1-2-2-3-3-0-0 (0=
libur)Personal Manager, AM, Staff, Kepala seksi Pengawas, operator
24 jam
PiketSistem giliran: 2 orang/ hari (1 dari manager/ AM/ staff) + 1 dari kepalaseksi
Hari kerja: 16.15 – 07.30Hari libur: 07.30 – 07.30
6.3 Fasilitas Karyawan
6.3.1 Transportasi
a. Bis Karyawan
Bis karyawan merupakan fasilitas transportasi yang diberikan
perusahaan kepada seluruh karyawan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas
64
Pongkor. Adapun jadwal keberangkatan dan trayek bis karyawan tersedia pada
tabel 6.2.
Tabel 6.3 Trayek Bis dan Jadwal Keberangkatan
Leuwiliang – Pongkor Parengpeng – Pongkor Pongkor – Leuwiliang
Jam 06.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 22.00 WIB
Jam 06.15 WIB
Jam 14.15 WIB
Jam 22.15 WIB
Jam 08.30 WIB
Jam 16.30 WIB
Jam 00.30 WIB
b. Mobil Dinas
Mobil dinas merupakan fasilitas yang diberikan untuk pejabat struktural
dan atau staf peringkat IV ke atas (disesuaikan dengan ketersediaan).
Pendistribusian kendaraan dinas diatur dengan nota dinas Business Unit Head
dengan mempertimbangkan bobot jabatan, peringkat, lama kerja, dan lama di
struktural. Setiap pengguna mobil dinas wajib mengikuti persyaratan dan aturan
yang berlaku.
c. Mobil Operasional
Mobil pick up digunakan untuk mendukung kegiatan operasi di tambang,
pabrik, pemeliharaan, keamanan, comdev, dll. Izin pemakaian sesuai aturan -
aturan departemen pemegang.
6.3.2 Kantin
Kantin merupakan fasilitas penyedia kebutuhan konsumsi pangan
pekerja.Selain fasilitas tempat makan, kantin dengan badan pengawas lapangan
berkoordinasi dalam penyediaan dan pengiriman makanan ke lokasi kerja yang
jauh dari kantin. Kantin terdapat di area administrasi, tambang, dan mess
Parengpeng.
65
6.3.3 Mess
Mess merupakan fasilitas tempat tinggal yang diberikan kepada pekerja
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dan tamu khusus
perusahaan. Terdapat dua mess yaitu di area administrasi dan perumahan
Parengpeng.
6.3.4 Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang tersedia berupa telepon internal, antar lokasi di
dalam wilayah kantor. Telepon keluar dari Pongkor melalui operator dan terdapat
jaringan selular dari INDOSAT. Komunikasi di dalam dan keluar tambang
menggunakan telepon internal dan HT. Fasilitas e-mail diberikan untuk karyawan
tertentu.
6.3.5 Pusat Informasi
a. Tambang (MONITOR 99,NO TLP 931 ATAU 130)
Pemantau semua aktivitas tambang dan dapat menjalankan fungsi
penghubung internal maupun keluar area sesuai kebutuhan dan Work Instruction.
b. Pabrik (MONITOR 77,NO TLP 111)
Pemantau semua aktivitas pabrik dan limbah dan dapat menjalankan
fungsi penghubung internal maupun keluar area sesuai kebutuhan dan Work
Instruction.
c. Pemeliharaan (MONITOR 88,NO TLP 188)
Pemantau semua aktivitas pemeliharaan khususnya tambang dan pabrik.
6.3.6 Poliklinik
Poliklinik merupakan fasilitas perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan di bidang kesehatan. Terdapat dua poliklinik di PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor yaitu poliklinik area
administrasi dan poliklinik di Parengpeng. Poliklinik melayani 24 jam yang
ditangani oleh dokter dan paramedis.
66
6.3.7 Jaminan Sosial
Setiap pegawai yang berstatus sebagai pegawai tetap PT ANTAM
Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor diberikan hak fasilitas jaminan
sosial, meliputi:
a. Jaminan sosial tenaga kerja
b. Iuran program jaminan sosial tenaga kerja
c. Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.
d. Jaminan hari tua
e. Asuransi jiwa
f. Jaminan pemeliharaan dan fasilitas pegawai
g. Program iuran kesejahteraan hari tua.
6.4 Keselamatan Kerja
Kesahatan dan Keselamatan Kerja (K3) selalu menjadi prioritas utama PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. Terdapat dua program
safety yang dilaksanakan oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor yaitu safety induction dan safety talk. Safety induction diperuntukkan
untuk siapapun yang akan memasuki lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor. Safety talk diperuntukkan bagi seluruh karyawan,
terutama yang berada di pertambangan dan pengolahan. Safety talk dilaksanakan
sebelum memulai pekerjaan yang bertujuan untuk menghindari resiko terjadinya
kecelakaan kerja. Pada safety talk terdapat penyampaian keadaan tidak aman yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja serta evaluasi kerja pada shift sebelumnya.
Seluruh karyawan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor yang bekerja di pertambangan dan pengolahan wajib menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti wearpack, safety helmet, ear plug, safety shoes. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.
67
6.5 Kewajiban Terhadap Masyarakat
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor melaksanakan
kewajiban terhadap masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility
(CSR). CSR selain merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas
kehidupan masyarakat yang lebih baik bersama dengan pihak terkait, juga
merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, UBPE membagi 3 kewilayahan yaitu
Ring 1 (terdiri dari 10 desa di kecamatan Nanggung), Ring 2 (meliputi wilayah
Bogor), dan Ring 3 (meliputi wilayah luar Bogor). Melalui pelaksanaan kegiatan
CSR yang diwujudkan kedalam program Community Development (Comdev) serta
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, UBPE berupaya mencapai visi
CSR
2013 yaitu menjadi perusahaan dengan tanggung jawab sosial yang
terkemuka dan terpecaya di industri pertambangan Indonesia.
Kerangka besar dalam implementasi konsep pembangunan berkelanjutan,
PT. Antam (persero) Tbk. Telah menyusun Masterplan yang memuat peta alur
dan tahapan pengembangan CSR Excelent, dengan arahan menjalankan program
CSR yang sistematis dan terarah.
Amanah dalam Master Plan untuk unit UBPE Pongkor 2011 meliputi
program:
a. Pengembangan program agroeutourism, memperhatikan luas wilayah
kecamatan Nanggung dengan potensi wisata yang beragam.
b. Mendukung kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan pihak lain Model
Kampung Konservasi merupakan salah satu program CSR. Insiasi
pembentukkan Model Kampung Konservasi di 5 (lima) kampung, yakni
: Kampung Ciguha; Kampung Cimangaten; Kampung Pongkor; Kampung
Kopo dan Kampung Pabangbon, merupakan hasil kerjasama PT. Antam
(Persero) UBP. Emas Pongkor dengan Taman Nasional Gunung Halimun-
Salak (TNGH-S) dan Gede Pahala.
Model Kampung Konservasi yang diinisiasi sejak pertengahan tahun 2009
dan tahun 2010, memiliki tujuan:
68
Mendukung fungsi dan manfaat kawasan TNGH-S bagi kehidupan
masyarakat dengan prinsip keseimbangan ekologi-ekonomi.
Membangun upaya untuk mendorong Rencana Tata Ruang Kesepakatan
antara masyarakat dengan Pihak TNGH-S Melalui Pengelolaan
Kolaboratif;
Upaya untuk menerjemahkan pengelolaan kolaboratif multipihak antara
Antam UBPE Pongkor, TNGH-S serta masyarakat sekitar.
c. Penguatan kemandirian kelembagaan institusi ekonomi lokal yang
berbasiskan komoditas lokal.
d. Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Pengembangan POSYANDU yang lebih ditekankan pada pengembangan
kemampuan manajerial (pengelolaan); upaya pemanfaatan pekarangan untuk
tanaman obat; pencegahan dan penanggulangan gizi buruk; pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular.
Pemenuhan pendidikan dasar 9 tahun. Ditekankan pada upaya
pengembangan kualitas sumber daya manusia guna mendorong tingkat partisipasi
sekolah, tanpa menafikan rutinitas program yang telah dilakukan sebelumnya.
Program yang dilakukan adalah memberikan Training of Trainers Life Planing
Education (LPE) bagi guru SMP dan sederajat; pengembangan buku-buku
perpustakaan; dan Lomba Karya Tulis untuk siswa-siwi SD dan SMP.
69
7.1 Lokasi
BAB VII
TATA LETAK PABRIK
PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terletak di
Gunung Pongkor Desa Bantarkaret Kecamatan Naggung Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat Indonesia. Lokasi ini berjarak kurang lebih 54 km ke arah
Barat Daya dari Kota Bogor.
PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki luas
kuasa pertambangan sebesar 6047 hektar (No. KW 98 PP 0138/Jabar), sedangkan
KP ekplorasi seluas 3870 hektar (No. KW 96 PP 0127 B/Jabar) dari posisi
geografi KP ekploitasi ini terletak pada koordinat 106°30’01,0” BT sampai
dengan 106°35’38,0” BT dan 6°36’37,2” LS sampai dengan 6°48’11,0” LS.
Gambar peta lokasi PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor
disajikan pada Gambar 7.1
Gambar 7.1 Peta Lokasi PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor
7.2 Penggunaan Lahan
Lahan di PT. ANTAM Tbk UBPE terbagi menjadi empat sektor utama,
yaitu area administrasi, area pengolahan, area tambang, dan area IPAL. Gambar
pembagian lahan disajikan pada Gambar 7.2.
70
Gambar 7.2 Pembagian Lahan di PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor
7.2.1 Area AdministrasiArea administrasi terdiri kantor pusat administrasi sebagai pusat
manajemen dan tempat penyimpanan arsip-arsip di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor. Pada area ini terdapat beberapa kantor pimpinan
perusahaan seperti Business Unit Head, Corporate Social Responsibility, Human
Resources dan Finance Division Head.
Area administrasi dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain seperti
poliklinik, masjid, kantin, lapangan tenis, dan lahan parkir untuk pegawai yang
menggunakan kendaraan roda empat.
7.2.2 Area Pengolahan
Area pengolahan ini terdiri dari pabrik, gudang, dan kantor. Pabrik
merupakan tempat proses pengolahan bahan baku berupa ore menjadi produk
utama dore bullion. Area pengolahan terdiri dari 3 unit yaitu unit sianidasi, unit
recovery, dan unit pengolahan limbah. Gudang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan seluruh kebutuhan proses produksi serta proses penambangan
seperti bahan-bahan kimia dan spare part. Selain itu, gudang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara alat-alat dari pabrik yang sudah tidak digunakan.
Terdapat 3 kantor di area pengolahan yaitu :
71
1. Kantor pengolahan sebagai pusat tempat manajerial Process Plant Bureau dan
Engineering Bureau.
2. Kantor administrasi Maintenance sebagai tempat manajerial Maintenance dan
termasuk pengelolaan di bidang operasi peralatan dan bengkel umum,
kelistrikan, pemeliharaan tambang, dan pemeliharaan pabrik.
3. Laboratorium sebagai tempat untuk analisis sampel pada plant dan juga
sebagai tempat percobaan perencanaan pengolahan pabrik.
7.2.3 Area Tambang
Area tambang tersebar di beberapa tempat seperti area tambang Ciurug,
Ciguha, Kubang Cicau, Gudang Handak dan Pasir Jawa. Di area tambang terdapat
bengkel di dalam dan di luar tambang bawah tanah. Bengkel yan g berada di
luar tambang bawah tanah merupakan bengkel grandby yang berfungsi untuk
mengangkut hasil tambang, sedangkan bengkel yang berada di dalam merupakan
bengkel untuk memelihara alat-alat berat dalam tambang. Area tambang ini juga
memiliki kantor administrasi tersendiri sebagai pusat manajerial tambang.
7.2.4 Area IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
IPAL merupakan unit pengolahan air limbah yang berasal dari proses
penambangan dan proses produksi di pabrik sehingga menghasilkan air bersih
yang dapat digunakan kembali atau dapat dibuang ke sungai karena telah
memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga tidak akan membahayakan
lingkungan.
Pada PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terdapat
dua area IPAL yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret. IPAL Tambang terletak
di dalam area pabrik yang merupakan tempat pengolahan air limbah yang
berasal dari proses penambangan. Air hasil pengolahan dari IPAL Tambang ini
akan digunakan kembali di dalam pabrik sebagai air proses. Sedangkan IPAL
Cikaret akan mengolah air limbah yang berasal dari tailing dam yang merupakan
air dari proses produksi di pabrik. IPAL Cikaret ini terletak di luar area pabrik.
Air hasil pengolahan IPAL Cikaret ini akan langsung dibuang ke sungai Cikaniki.
72
BAB VIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
.Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor berpotensi merusak lahan dan mengganggu
keanekaragaman hayati sekitar, sehingga PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor wajib melakukan pengelolaan lingkungan untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
8.1 Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan. PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sebagai
salah satu perusahan yang bergelut dalam bidang pertambangan dan pengolahan
hasil tambang memiliki kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan.
Langkah nyata yang telah PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas lakukan sebagai tanggung jawab terhadap lingkungan antara lain
menetapkan kebijakan lingkungan, menjaga keanekaragaman hayati, reklamasi,
dan pengolahan limbah.
8.1.1 Kebijakan Lingkungan
Kebijakan lingkungan ini merupakan bentuk komitmen PT ANTAM Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor untuk menjaga lingkungan sekitar.
Kebijakan lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
mencakup :
1. Mengembangkan dan menerapkan suatu sistem manajemen lingkungan
yang mengacu kepada peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
2. Mengupayakan penggunaan sistem, metode, peralatan, bahan
yang memiliki dampak negatif minimal bagi lingkungan dalam setiap
kegiatan pertambangan.
3. Menggunakan sumber daya alam secara optimal dalam rangka konservasi
dan minimasi limbah.
73
4. Memiliki, melaksanakan dan memenuhi ketentuan dokumen lingkungan
dalam setiap kegiatan operasional.
5. Melakukan upaya pencegahan dan meminimalkan terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan.
6. Meminimasi lahan terganggu dan merehabilitasi sesuai dengan
peruntukannya termasuk menjaga dan memelihara flora dan fauna di
dalamnya.
7. Memiliki prosedur tanggap darurat bagi kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan lingkungan.
8. Memiliki rencana penutupan tambang (mine closure) pada setiap kegiatan
pertambangan tahap operasi/produksi.
9. Melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan secara
berkelanjutan.
Salah satu capaian PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor dari kebijakan lingkungan yang diterapkan adalah PROPER. PROPER
merupakan penilaian kinerja pengelolaan lingkungan suatu perusahan yang
diterapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia untuk
meningkatkan peran perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan.
Terdapat 5 peringkat PROPER yang diberikan kepada perusahaan yaitu emas,
hijau, biru, merah dan hitam. Peringkat PROPER dapat dilihat pada Tabel 8.1
Peringkat
Emas
Hijau
Tabel 8.1 Peringkat PROPER.
PERMEN LH NO. 05/2011
PROPER
Konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency)
dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika
dan bertanggungjawab terhadap masyarakat;
Pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan (beyond
compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,
pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse,
Recycle, dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (CSR)
dengan baik;
74
Biru
Merah
Hitam
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan;
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan tidak sesuai dengan
persyaratan yang diatur dalam peraturan;
Sengaja melakukan perbuatan ataun melakukan kelalaian yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta
pelanggaran terhadap peraturan penundang-undangan atau
tidak
melaksanakan sanksi adminstrasi
Peringkat PROPER yang telah diterima PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2 Peringkat PROPER PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
Tahun Tingakatan PROPER
2010 Hijau
2011 Biru
2012 Biru
2013 Hijau
2014 Hijau
8.1.2 Keanekaragaman Hayati
Pada Desember 2010 sebagai salah satu bentuk tanggungjawab dan
kepedulian terhadap lingkungan, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor berkerja sama dengan Kementerian Kehutanan dan Sustainable
Management Group (SMG) membangun Pusat Konservasi Keanekaragaman
Hayati (PKKH) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) untuk
meminimalisasi dampak operasi pertambangan terhadap habitat lokal dan
keanekaragaman hayati.
Adapun program-program PHHK yang telah berhasil dilakukan antara
lain:
75
1. Pembangunan Pusat Penelitian dan Pendidikan Pohon dan Tanaman Asli
(P4TA),
2. Peresmian fasilitas bangunan P4TA terdiri dari : Green house dan media
storage, fasilitas ruang kerja,laboratorium basah serta laboratorim kering
3. Pelepasliaran Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates
moloch)
4. Pelepasliaran burung Elang Ular Bido (Spilornis cheela) yang termasuk satwa
dilindungi,
5. Pembangun fasilitas pusat persemaian dengan kapasitas 500.000 bibit,
6. Pelepasliaran 40 ekor burung Jalak Putih yang merupakan species yang
hampir punah diikuti dengan pemantuan secara bekelanjutan selama satu
tahun, bekerja sama dengan tim Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
(PPSC).
7. Penyelesaian laporan Master Plan Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati
Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
8. Kegiatan sosialisasi melalui berbagai seminar pembangunan kawasan yang
berkelanjutan dengan konsep Public Private Partnership oleh Sustainable
Management Group SMG bekerja sama dengan tiga universitas yaitu
Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dan Institut Pertanian Bogor.
9. Kegiatan mensosialisasikan PKKH kepada masyarakat sekitar kawasan.
10. Publikasi atas kegiatan PKKH telah dilakukan Press Conference oleh SMG,
Antam dan TNGHS.
8.1.3 Reklamasi
Upaya lain yang dilakukan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor untuk meminimalkan dampak operasional pertambangan terhadap
lingkungan adalah melakukan reklamasi lahan yang terganggu. Reklamasi adalah
usaha perbaikan kembali lahan yang rusak bertujuan untuk memulihkan kondisi
lingkungan dan menciptakan habitat untuk mendukung keanekaragaman hayati.
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas memiliki luas area Izin
Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 60,47 Km dengan luas area yang dilindungi
76
sebesar 48,37 Km yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS). Pada tahun 2013, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas telah melakukan upaya reklamasi di area yang dilindungi
dengan cara :
1. Penataan kawasan dan pembinaan daya dukung kawasan di sekitar
TNGHS.
2. Penanaman batas hidup dengan 1.000 batang pohon Aren dan Kemiri
di lokasi tailing dam dan Cepak Puspa (di batas kawasan TNGHS).
8.2 Pengolahan Limbah
Pada proses produksinya PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor menghasilkan slurry dengan konsentrasi sianida yang tinggi
sebagai produk samping, sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang
ke lingkungan. Pengolahan limbah yang dilakukan adalah tailing treatment
dengan mengubah (CN-) menjadi sianat (CNO-) yang lebih stabil sehingga tidak
membahayakan apabila dibuang ke lingkungan.
8.2.1 Tailing Treatment
Tailing treatment merupakan proses pengolahan limbah slurry yang
dihasilkan oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
Slurry yang berasal dari tangki CIL terakhir akan melalui tahap-tahap pengolahan
meliputi thickening, detoksifikasi, dan backfill silo. Diagram alir tailing treatment
dapat dilihat pada Gambar 8.1
1. Thickener
Slurry yang berasal dari tangki terakhir CIL akan dialirkan menuju
thickener 1 untuk diendapkan selama 15 menit dengan bantuan koagulan dan
flokulan. Pada thickener ini diharapkan % solid mencapai 50%. Underflow dari
thickener akan ditampung di dalam underflow sump, sedangkan overflow akan
dialirkan menuju ke thickener 2. Proses pada thickener 2 berlangsung lebih lama
yaitu 20 menit. Pada thickener 2 ditambahkan pula koagulan dan flokulan
bertujuan untuk menjernihkan overflow dari thickener 1. Overflow dari thickener
2 akan ditampung di overflow sump sebelum dialirkan ke ball mill sebagai
77
pengencer, sedangkan underflow akan dialirkan ke underflow tank untuk diolah di
detoxification tank.
Gambar 8.1 Diagram Alir Tailing Treatment
Thickener dilengkapi dengan rake arms yang berfungsi untuk
membersihkan dasar thickener serta sebagai pengumpul endapan. Ketinggian rake
arms dapat diatur sesuai dengan ketinggian endapan dalam thickener. Terdapat
beberapa parameter yang perlu diperhatikan pada thickener seperti bed
mass, mass level, dan torque.
Bed mass menunjukan massa keseluruhan slurry dengan batas yang
diijinkan sebesar 50%. Bed level menunjukan level lumpur dalam cairan. Batas
maksimal yang diijinkan sebesar 50%. Sedangkan, Torque menunjukan
kemungkinan tangki penuh oleh slurry atau terlalu kental yang menyebabkan
beban pada motor hidrolik yang menggerakan rake. Batas maksimal torque yang
diijinkan sebesar 50%.
78
2. Detoxification
Detoxification merupakan proses destruksi sianida untuk mengurangi
kadar sianida sehingga memenuhi baku mutu lingkungan. Underflow dari
thickener memiliki kadar sianida sebesar 150-200 ppm dengan pH 9-10. Pada
proses destruksi ini dilakukan penambahan sodium metabisulfit (SMBS) dan
tembaga sulfat (CuSO4). SMBS berfungsi mengubah CN- menjadi CNO- sehingga
kadar sianida akan berkurang menjadi kurang dari 1 ppm, sedangkan CuSO4
berfungsi sebagai katalis. Selain SMBS dan CuSO4, ditambahkan udara bebas dari
atmosfer menggunakan kompresor sebagai sumber oksigen untuk mengoksidasi
CN-. Proses destruksi sianida pada detoxification tank dapat dilihat pada reaksi
8.1.
CN- + SO2 + H2O + O2 CNO- + H2SO4 (8.1)
3. Backfill Silo
Slurry dari detoxification tank akan ditampung dalam backfill silo sebelum
dialirkan menuju tambang dan tailing dam. Underflow dari backfill silo akan
dialirkan menuju tambang sebagai bahan pengisi lubang bekas penambangan.
Slurry akan ditambahkan semen dan zat-zat additif sebelum digunakan sebagai
filling untuk memperkuat konstruksi. Overflow dari backfill silo akan dialirkan
menuju tailing dam. Namun saat ini, tambang tidak selalu membutuhkan slurry
untuk filling sehingga slurry akan dialirkan menuju tailing dam.
4. Tailing Dam
Tailing dam merupakan tempat pembuangan akhir slurry dimana terjadi
proses destruksi sianida secara alami akibat perubahan suhu, perubahan pH,
penguapan, dan pengenceran oleh air hujan sehingga akan terjadi penurunan kadar
sianida. Slurry dari backfill silo akan dialirkan ke bak existing untuk diendapkan,
selanjutnya overflow dari bak existing akan dialirkan ke dam utama, sedangkan
underflownya akan diangkut oleh dump truck menuju tempat pembuangan tailing
akhir. Pada saat bak existing penuh, slurry akan dialirkan menuju bak ekspansi
79
sebagai bak cadangan. Apabila tempat pembuangan akhir yang telah terisi
penuh oleh tailing akan dilakukan reklamasi.
Setiap bak dilengkapi dengan bak rembesan (Seepage Collection Dam)
yang berfungsi untuk menampung resapan air sehingga air akan mengalir ke dam
utama. Slurry dari dam utama akan dialirkan ke IPAL Cikaret untuk dilakukan
pengolahan sebelum dibuang ke sungai.
8.2.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor menghasilkan
air limbah dari proses pertambangan dan pengolahan yang perlu diolah sebelum
dibuang ke lingkungan. Terdapat 2 unit pengolahan air limbah yaitu IPAL
Tambang dan IPAL Cikaret.
1. IPAL Tambang
IPAL Tambang berfungsi untuk mengolah air limbah yang berasal dari
proses penambangan. Air dari tambang akan dialirkan menuju ST-1 yang
selanjutnya akan dialirkan menuju ST-6. Pada ST-6 akan terjadi proses
pengendapan, overflow dari ST-6 akan dialirkan ke tangki effluent pada IPAL
Tambang.
Gambar 8.2 Diagram Alir IPAL Tambang
Tahun 2004 (OTI) ANTAM
CN- ≤ 0,5 ppm ≤ 0,35 ppm
pH 6 -9 7 - 8
SS ≤ 200 ppm ≤ 50 ppm
80
Di dalam effluent tank akan terjadi proses destruksi sianida, penurunan pH,
dan penurunan nilai suspended solid (ss) hingga mencapai nilai baku mutu yang
telah ditetapkan. Baku mutu air limbah pada IPAL Tambang dapat dilihat pada
tabel 8.2.
Tabel 8.3 Baku Mutu Air Limbah IPAL Tambang
ParameterKeputusan Menteri Negara LH No. 202 Objective Target Internal
Proses destruksi sianida dilakukan dengan cara menambahkan hidrogen
peroksida (H2O2). Penambahan tembaga sulfat (CuSO4) bertujuan untuk
mempercepat destruksi sianida dan menurunkan pH digunakan, namun dengan
alasan ekonomi penggunaan CuSO4 telah dihilangkan dan diganti dengan
aluminium sulfat yang harganya lebih murah dan memilki fungsi yang
sama dengan CuSO4. Penurunan nilai ss dilakukan dengan menambahkan
koagulan dan flokulan.
Keluaran dari effluent tank akan dialirkan menuju decant pond dimana
terjadi proses pengendapan dan destruksi sianida secara alami. Overflow dari
decant pond akan dialirkan ke process water tank untuk digunakan kembali
sebagai air proses. Apabila kebutuhan air proses telah terpenuhi maka air dari
overflow akan langsung dibuang ke sungai Cikaniki. Slurry sebagai underflow
akan dikembalikan menuju ST-12 untuk diproses kembali karena masih memiliki
kandungan emas dan perak.
2. IPAL Cikaret
IPAL Cikaret akan mengolah air limbah yang berasal dari overflow tailing
dam yang dihasilkan dari proses tailing treatment. Proses yang dilakukan pada
IPAL Cikaret hampir sama dengan proses yang dilakukan pada IPAL Tambang.
Perbedaannya adalah kandungan sianida, nilai suspended solid dan pH dalam air
81
limbah yang diolah lebih tinggi dibandingkan dengan IPAL Tambang. Hal ini
dikarenakan air limbah ini bersalah dari proses pengolahan emas.
TailingDam
Koagulan
FlokulanH2O2
EffluentTank
DecantPond
Sungai Cikaniki Pembuangan
Akhir Tailing
Gambar 8.3 Diagram Alir IPAL Cikaret
Oveflow dari tailing dam akan dialirkan menuju effluent tank untuk
dilakukan proses destruksi siainida, penurunan nilai suspended solid, dan
penetralan air limbah. Proses destruksi dilakukan dengan penambahan hidrogen
peroksida. Reaksi destruksi sianida dengan hidrogen peroksida dapat dilihat pada
reaksi 8.2. Alumunium sulfat berfungsi untuk mempercepat destruksi sianida dan
menurunkan pH air limbah. Koagulan dan flokulan digunakan untuk menurunkan
nilai suspended solid.
CN- + H2O2 CNO + H2O (8.2)
Air limbah yang telah diolah dalam effluent tank akan dialirkan menuju
decant pond untuk dilakukan proses pengendapan. Terdapat 3 decant pond yang
akan menampung air limbah.dengan kapasitas masing-masing sebesar 7263,03
m3, 1625,25 m3, dan 3081,3 m3.
top related