laporan kp

156
1 1.1 Latar Belakang Era globaliasasi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Hal ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia kerja yang diperkuat dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Unhas) sebagai salah satu institusi pendidikan dituntut untuk menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Dalam hal ini, Jurusan Tenik pertabangan mewajibkan para mahasiswanya untuk melakukan Kerja Praktik di industri agar lebih memahami proses produksi dan sarana penunjang yang ada di industri proses. Industri proses yang dipilih dalam kegiatan Kerja Praktik ini adalah PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor karena industri tersebut melibatkan proses fisika dan/atau kimia dalam mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi serta mengolah limbah hasil proses produksi. Dengan demikian penulis dapat mengamati, mempelajari, memahami kegiatan produksi di lapangan serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan. 1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktik dilaksanakan di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor, yang terletak di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,

Upload: ilhamabdullatif

Post on 02-Feb-2016

52 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Proses Pengolahan Emas

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kp

1

1.1 Latar Belakang

Era globaliasasi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan

profesional di bidangnya. Hal ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan di

dunia kerja yang diperkuat dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Unhas) sebagai salah satu institusi pendidikan dituntut untuk

menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Dalam

hal ini, Jurusan Tenik pertabangan mewajibkan para mahasiswanya untuk

melakukan Kerja Praktik di industri agar lebih memahami proses produksi dan

sarana penunjang yang ada di industri proses.

Industri proses yang dipilih dalam kegiatan Kerja Praktik ini adalah PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor karena industri tersebut

melibatkan proses fisika dan/atau kimia dalam mengolah bahan baku menjadi

produk setengah jadi serta mengolah limbah hasil proses produksi. Dengan

demikian penulis dapat mengamati, mempelajari, memahami kegiatan produksi di

lapangan serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan.

1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktik dilaksanakan di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor, yang terletak di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat selama satu bulan terhitung mulai tanggal

03 Februari 2015 sampai dengan 28 Februari 2014.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mendapat gambaran yang nyata terhadap suatu industri proses, baik

terhadap proses serta sistem secara keseluruhan di lingkungan industri.

Page 2: Laporan Kp

2

2. Menerapkan pengetahuan yang diperoleh diperkuliahan untuk

memahami proses produksi dan sarana penunjang yang ada di industri

proses.

3. Memahami sistem pengorganisasian, pengelolaan pabrik, segi

ekonomi, serta peraturan kerja dalam pengoperasian sarana produksi.

4. Mendapatkan kesempatan untuk merasakan dan beradaptasi dengan

budaya dan lingkungan industri secara lebih awal sebagai bekal untuk

memasuki lapangan kerja di industri setelah lulus.

5. Memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan program studi

D3-Teknik Kimia di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri

Bandung.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam pelaksanaannya, kerja praktik di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor, kami ingin mempelajari secara langsung mengenai:

1. Bahan baku dan bahan penolong

2. Sistem Proses

3. Peralatan Proses

4. Utilitas

5. Manajemen Industri

6. Tata Letak Pabrik

7. Pengelolaan Lingkungan

Page 3: Laporan Kp

3

BAB II

BAHAN BAKU DAN PRODUK

2.1 Bahan Baku

Bahan baku pada proses pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku

penunjang.

2.1.1 Bahan Utama

Bahan baku utama pada proses pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit

Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah ore. Ore merupakan batuan dengan

kandungan mineral yang tinggi, seperti emas dan perak. Ore dihasilkan dari

proses penambangan bawah tanah dengan menggunakan metoda cut and fill

dimana tailing yang ditambahkan dengan semen dan zat aditif ditimbun kembali

kedalam stope. Saat ini, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor memiliki beberapa titik penambangan (urat) yaitu urat Pasir Jawa, urat

Ciguha, urat Ciurug, dan urat Kubang Cicau. Urat merupakan jalur batuan yang

memiliki kandungan emas. Berdasarkan perhitungan tim geologi, PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor akan mengalami pasca

tambang pada tahun 2019.

Ore yang diolah oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor memiliki kadar emas sebesar 4 – 5 ppm. Kandungan emas di dalam Ore

dibagi menjadi dua jenis yaitu endapan primer dan endapan sekunder.

1. Endapan primer

Endapan emas primer terdapat dalam urat batuan kuarsa atau batuan asam

seperti riolit dan liparit. Di dalam batuan tersebut emas ditemukan sebagai

mineral sebagai berikut:

a) Native Gold, yaitu mineral emas yang berupa partikel kecil bebas (logam

Au yang tidak bersenyawa dengan logam lain). Mineral tersebut ini memiliki

kandungan emas lebih dari 75%.

Page 4: Laporan Kp

4

b) Elektrum, yaitu mineral paduan emas dan perak disamping tembaga dan

besi dengan kandungan emas sebesar 50-70%.

c) Mineral Tellurida : calaverit (AuTe2), sylvanite (AuAgTe4), pelzit

(Au2AgTe), dan nagyagit (PbAuTe4SbS5-8).

2. Endapan sekunder

Bijih emas sekunder ini merupakan endapan alluvial, yaitu endapan pasir

yang mengandung butiran emas. Endapan ini berasal dari endapan primer sebagai

akibat dari proses pelapukan terhadap batuan yang mengandung bijih emas.

Pengambilan atau pemotongan dari endapan alluvial tersebut cukup dengan

pendulangan (panning).

2.1.2 Bahan penunjang

a. Natrium Sianida (NaCN)

Natrium sianida merupakan padatan putih yang tidak berbau, sangat

beracun, dan larut dalam pelarut organik seperti etanol, aseton dan eter. Natrium

Sianida memiliki titik leleh sebesar 563˚C, titik didih sebesar 1496˚C, dan berat

molekul sebesar 49.015 g/mol.

Pada proses pengolahan emas Natrium Sianida digunakan pada tangki

leaching, tangki Inline Leach Reactor (ILR) dan kolom elution dalam bentuk cair.

Kebutuhan larutan Natrium Sianida pada tangki leaching sebesar 700 – 750 ppm,

tangki ILR sebesar 10.000 ppm dan kolom elution sebesar 225 kg.

b. Ekstrak kayu pionera biopolymer L-800

Penambahan ekstrak kayu pionera dilakukan pada ball mill di proses

milling. Ekstrak kayu pionera akan mendispersi slurry sehingga terjadi penurunan

viskositas larutan tanpa menurunkan %padatan dalam larutan, sehingga

memperlancar proses agitasi pada tangki leaching. Ekstrak kayu pionera

yang ditambahkan pada ball mill plant 1 dan plant 2 sebanyak 50 kg per shift

dengan

laju alir 288 m3 untuk plant 1 dan 528 m3 untuk plant 2. Pada saat pH dalam

kondisi asam, kebutuhan ekstrak kayu pionera ini akan dikurangi karena adanya

injeksi CaCO3 yang akan menyebabkan terbentuknya endapan.

Page 5: Laporan Kp

5

c. Karbon aktif

Karbon aktif adalah padatan hitam berbentuk mikropore dari karbon yang

terbuat dari gambut, kayu, lignit atau batu bara. Karbon aktif memiliki berat jenis

sebesar 0,25-0,6 g/mL. Karbon aktif stabil pada kondisi normal serta dapat

disimpan di dalam tempat tertutup guna mengurangi kontak langsung dengan

oksigen yang dapat menyebabkan karbon teroksidasi.

Distribusi karbon aktif pada tangki CIL sebesar 30 gram/ liter. Karbon

aktif yang digunakan berbentuk granular dengan diameter 1,2 mm dan panjang. 5

mm. Kadar emas pada loaded carbon sebesar 500-700 ppm. Karbon yang sudah

tidak aktif, diaktifkan kembali melalui proses pemanasan tanpa adanya kontak

dengan udara dalam kiln pada suhu 500-600°C dan kapasitas 1-2 ton.

d. Sodium Metabisulfit (Na2S2O5)

Sodium metabisulfit (SMBS) adalah bahan kimia yang berbentuk kristal

putih, tidak berbau atau sedikit berbau seperti sulpur dioxide, dengan pH 4,0 –

4,6 larut bebas dalam gliserol dan sedikit larut dalam alkohol.

SMBS ditambahkan pada proses detoksifikasi sianida di tailing treatment

untuk mengoksidasi CN- menjadi CNO-, sehingga konsentrasi sianida mengalami

penurunan. Kebutuhan SMBS untuk setiap plant pada proses detoksifikasi ini

sebesar 300 kg per 150 ton ore yang diolah. Efektivitas dari SMBS ini ditentukan

dari pH, konsentrasi sianida serta waktu tinggal proses.

e. Boraks (Na2B4O7)

Boraks adalah bahan kimia berbentuk kristal keras atau granular yang

dapat bereaksi hebat dengan asam. Boraks memiliki titik leleh sebesar 75°C, berat

jenis sebesar 1,73 gram/cm3, kelarutan dalam air sebesar 50 gram/liter (20°C)

serta dapat terurai pada suhu di atas 100°C.

Penambahan boraks sebanyak 1 kg untuk 20 kg cake pada proses smelting

bertujuan untuk menurunkan titik leleh dari emas dan perak. Selain itu boraks

dapat mengikat pengotor yang terdapat pada cake, seperti besi, mangan, tembaga,

dll.

Page 6: Laporan Kp

6

f. Oksigen (O2)

Oksigen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Oksigen memiliki berat molekul sebesar 32 gram/ mol. Kandungan oksigen di

udara bebas sebesar 21%. Oksigen ditambahkan pada proses leaching untuk

menjaga nilai DO sebesar 4-6 mg/liter.

g. Flokulan

Flokulan adalah bahan kimia berupa senyawa polimer yang berfungsi

untuk memperbesar ukuran partikel agar lebih mudah mengendap. Flokulan

termasuk bahan kimia yang stabil pada kondisi normal.

Flokulan ditambahkan pada Gekko In line Leach Reactor (ILR) dalam

proses Gracity Circuit (GCC), fine thickener, thickener 1, thickener 2, IPAL

Tambang, IPAL Cikaret dan Water Treatment Plant (WTP). Merk flokulan yang

dipakai adalah aquaclear.

h. Asam Klorida (HCl)

Asam klorida merupakan asam kuat yang sangat korosif dan beracun.

Asam klorida digunakan dalam proses elution tahap pertama yaitu acid wash.

Pada setiap proses elution, asam klorida yang digunakan sebanyak 700 kg dengan

konsentrasi sebesar 3%. Asam Klorida ini berfungsi untuk membersihkan

pengotor yang terkandung dalam loaded carbon.

i. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida merupakan padatan putih bersifat basa, tidak berbau,

berbentuk pelet atau flakes dan sangat korosif. Natrium hidroksida ini akan

meleleh pada suhu 318,4˚C dan mendidih pada suhu 1390˚C. Pada suhu 20˚C

memiliki berat jenis sebesar 2,130 gr/cm3.

Natrium hidroksida digunakan pada tahap ketiga proses elution yaitu pre-

treatment. Pada proses ini natrium hidroksida yang digunakan sebanyak 250 kg

dengan konsentrasi sebesar 3% yang berfungsi untuk mengatur pH agar tetap

dalam kondisi basa (12,8) dan sebagai larutan buffer untuk mencegah natrium

sianida bereaksi dengan asam klorida. Selain pada proses elution, natrium

hidroksida digunakan pada proses electrowinning sebagai pengatur pH.

Page 7: Laporan Kp

7

j. Hidrogen Peroksida (H2O2)

Hidrogen peroksida adalah oksidator berupa cairan tak berwarna dan tak

berbau. Hidrogen peroksida ini memiliki titik leleh sebesar -0,43˚C dan titik didih

sebesar 152˚C. Larut dalam alkohol, eter, dan air dalam segala perbandingan.

Pada suhu 20˚C memiliki berat jenis sebesar 1,29 gr/cm3.

Hidrogen peroksida digunakan pada proses leaching pada unit In-line

Leach Reactor (ILR) dan pada proses pengolahan limbah di IPAL Tambang dan

IPAL Cikaret. Pada unit ILR, hidrogen peroksida ditambahkan pada tahap ketiga

sebagai sumber oksigen. Sedangkan pada proses pengolahan limbah, hidrogen

peroksida digunakan untuk mendestruksi sianida yaitu mengubah CN- menjadi

CNO- yang lebih stabil sehingga terjadi penurunan konsentrasi sianida. Kebutuhan

H2O2 pada IPAL Cikaret lebih banyak dibandingkan dengan IPAL Tambang

karena kadar sianida yang masih tinggi.

k. Koagulan

Koagulan merupakan larutan polialuminium, berwarna agak kekuningan,

tidak beracun dan larut dalam air. Koagulan berfungsi untuk mendestabilisasi

partikel-partikel koloid dalam larutan sehingga membentuk flok-flok yang dapat

mengendap. Proses koagulasi ini biasanya dilanjutkan dengan proses flokulasi.

Koagulan digunakan di Water Treatment Plant (WTP), IPAL Tambang,

IPAL Cikaret, thickener 1 dan thickener 2. Jenis koagulan yang digunakan adalah

tawas yang berupa cairan dan padatan. Penambahan padatan tawas di IPAL

Cikaret dan IPAL Tambang berfungsi sebagai pengganti CuSO4 untuk

menurunkan pH dan sebagai katalis.

l. Tembaga Sulfat (CuSO4)

Tembaga sulfat adalah zat kimia padatan, berwarna grayish putih kehijau-

hijauan, kristal putih rhombic. Kelarutan tembaga sulfat dalam air sebesar 12,5%

(pada temperatur kamar) dan larut sangat baik dalam methanol, memiliki pH

sekitar 4,0 dalam 0,2 m larutan. Tembaga sulfat memiliki titik leleh sebesar 3,6°C.

Tembaga sulfat digunakan pada proses detoksifikasi sianida yang

berfungsi sebagai katalis dan menurunkan pH hingga pH netral (pH=7).

Kebutuhan tembaga sulfat pada proses detoksifikasi sebanyak 50 kg.

Page 8: Laporan Kp

8

m. Kaporit (Ca(OCl)2)

Kaporit berbentuk granulat atau pipih, berwarna putih keabu-abuan dan

memiliki aroma klorin. Kaporit memiliki berat molekul sebesar 142,98 gram/mol

dan kelarutan dalam air sebesar 21,4% pada suhu 25°C. Kaporit larut dalam air,

namun tidak larut dalam alcohol dan asam-asam encer.

Kaporit digunakan pada Water Treatment Plant (WTP) sebagai disinfektan

pembunuh bakteri patogen seperti E. Coli, pembasmi lumut serta jentik nyamuk.

2.2 Produk

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memproduksi

dore bullion dengan kandungan emas (Au) sebesar 7 – 15 %, kandungan perak

(Ag) sebesar 80 – 90% serta pengotor sebesar 2%. Dore bullion akan diolah

kembali oleh PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam

Mulia (UBPPLM) Pulogadung, sehingga dihasilkan emas dan perak murni.

Page 9: Laporan Kp

9

BAB III SISTEM

PROSES

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor merupakan

perusahan yang mengolah ore dari hasil penambangan bawah tanah menjadi dore

bullion. Metoda pengolahan yang dilakukan adalah hydroelectrometallurgy, yaitu

pengolahan emas dengan proses sianidasi dan electrowinning.

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor memiliki 3 unit

proses utama dalam proses pengolahannya yaitu unit sianidasi, unit recovery, dan

unit pengolahan limbah. Unit sianidasi terdiri dari proses crushing, milling,

gravity concentrate circuit dan leaching sedangkan unit recovery terdiri dari

proses carbon in leach, elution, electowinning, dan smelting. Proses pengolahan

ore menjadi dore buliion secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Emas di PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor

3.1 Unit Sianidasi

Unit sianidasi merupakan unit proses pertama pada proses

pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.

Page 10: Laporan Kp

10

Adapun proses-proses yang termasuk dalam unit sianidasi ini adalah

crushing, milling, leaching dan Gravity Concentrate Circuit (GCC).

3.1.1 Crushing

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Crushing

Crushing merupakan proses pertama pada pengolahan emas di PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. Diagram alir proses

crushing dapat dilihat pada Gambar 3.2. Cruhing bertujuan untuk mereduksi

ukuran ore yang dihasilkan dari proses penambangan agar luas permukaan ore

semakin besar, sehingga proses leaching emas dan perak semakin baik. Ukuran

ore yang dihasilkan dari crushing ini sebesar -12,5 mm.

Ore dari tambang ditransportasikan menggunakan granby melalui rel

menujuke stockpile. Setiap rangkaian memiliki 12 granby dengan kapasitas 4

ton.

Page 11: Laporan Kp

11

Stockpile memiliki 3 stasiun yaitu ST 02, ST 03 dan ST 04. ST 02 merupakan

stasiun waste, sedangkan ST 03 merupakan stasiun oredengan kadar emas yang

rendahdan ST 04merupakan stasiun ore dengan kadar emas yang tinggi. Saat ini,

ore dengan kadar emas yang tinggi cukup sulit untuk didapatkan, sehingga semua

ore yang dihasilkan dari proses penambangan hanya menggunakan ST 03.

Ore yang berada di stockpile akan dibawa oleh dump truck menuju ke

grizzly untuk memisahkan ore yang berukuran -400 mm dan +400 mm. Ore yang

berukuran +400 mm akan dikembalikan ke stockpile untuk direduksi ukurannya

menggunakan excavator breaker, sedangkan ore dengan ukuran -400 mm jatuh ke

Run Of Mine (ROM) untuk di reduksi lagi ukurannya menggunakan jaw crusher.

Jaw crusher memiliki deck ganda dengan ukuran pori 32 mm dan 16 mm.

Penggunaan deck ganda ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses klasifikasi.

Jaw crusher ini memiliki 2 buah rahang dimana salah satu rahangnya diam dan

rahang yang lainnyabergerak, sehingga material yang masuk akan

mengalami proses penghancuran karena mendapat jepitan atau kompresi. Ore

yang keluar dari jaw crusher ini berukuran 150 – 200 mm. Ore tersebut akan

dipisahkan berdasarkan ukuran di primary screen melalui conveyor 1 dan

conveyor 2. Pada conveyor 1 dan 2, terdapat tramp iron untuk mengambil logam

magnetik.

Ore yang telah direduksi ukurannya oleh jaw crusher akan dipisahkan

berdasarkan ukuran di primary screen. Oversize dari primary screen ini akan

dimasukkan ke dalam surge bin yang berfungsi sebagai tempat penampungan

sementara melalui conveyor 3. Ore tersebut akan direduksi ukurannya

menggunakan cone crusher dengan cara ditumbuk dimana laju alirnya diatur

menggunakan vibrating feeder. Undersize dari primary screen akan dipisahkan

lagi menggunakan secondary screen yang memiliki deck ganda dengan ukuran

pori sebesar 4 mm dan 1 mm. Ore yang berukuran +12,5 mm akan dimasukkan ke

dalam Fine Ore Bin (FOB) 1 dan 2 melalui conveyor 4, sedangkan ore yang

berukuran -12,5 mm akan dimasukkan ke dalam Fine Stock Tank (FST).

Pada area crushing terdapat beberapa stasiun penampungan lumpur yaitu:

1. ST 1 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari tambang.

Page 12: Laporan Kp

12

2. ST 6 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari stockpile.

Page 13: Laporan Kp

13

3. ST 12 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari ST 1, ST

6, ST 14 dan ST 15

4. ST 14 merupakan tempat penampungan lumpur yang berasal dari FOB.

5. ST 15 merupakan IPAL Tambang.

3.1.2 Milling

Milling merupakan tahap kedua dari unit sianidasi. Milling bertujuan untuk

mereduksi ukuran ore menjadi 200 mesh atau 74 mikron dengan mengunakan ball

millsehingga dapat meningkatkan derajat liberasi (pembebasan mineral/unsur

dalam bijih).Semakin kecil ukuran ore, semakin besar pula derajat liberasi.

Diagram alir proses milling dapat dilihat pada Gambar 3.3

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas memiliki 2 buah ball mill

dengan kapasitas pada plant 1 sebesar 22 ton/jam dan pada plant 2 sebesar 33

Ukuran grinding ballpada plant 1sebesar 80 mm, sedangkan pada plant 2 sebesar

50-60 mm. Faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan ukuran grinding

ball salah satunya adalah diameter ball millyangakan menentukan gaya

gerus, gaya tekan, dan gaya pukul yang dihasilkan grinding ball dalam ball

mill. Ball mill plant 1 berdiameter 3 m sedangkan ball mill plant 2 berdiameter

3,6 m, sehingga pada ball mill plant 1 ukuran grinding ball yang digunakan lebih

besar. Adanya pencampuran ukuran grinding ball pada ball mill plant 2 bertujuan

agar tidak ada ruang kosong antara grinding ball dengan grinding ball maupun

ore dengan grinding ball sehingga gaya yang dihasilkan dalam ball mill lebih

maksimal.

Ore pada ball mill berasal dari Fine Ore Bin (FOB) 1 dan 2, Fine Stock

Tank (FST), underflow cyclone dan oversize dariproses GCC. Ore dari FOB 1

akan ditransfer menggunakan conveyor 5, ore dari FOB 2 akan ditransfer

menggunakan conveyor 6 menuju ball mill. Namun sebelum ore ditransfer

menggunakan conveyor, ore akan melewati mill feeder yang berfungsi untuk

mengatur laju alir ore. Pada ball mill dilakukan penambahan ekstrak kayu pionera

sebanyak 50 kg per shift dengan laju alir 288 m3 untuk plant 1 dan 528 m3 untuk

plant 2. Ekstrak kayu pionera berfungsi untuk menurunkan viskositas slurry tanpa

Page 14: Laporan Kp

14

menurunkan % solid , sehingga proses agitasi pada leaching tidak terganggu. Saat

ini ore yang dihasilkan dari proses penambangan cenderung asam, sehingga

dilakukan penambahan kapur guna menjaga pH pada kondisi basa. Namun,

penambahan ekstrak kayu pionera dikurangi, karena dapat mempercepat proses

pengendapan pada tangki leaching. % solid dalam ball mill dijaga pada nilai 60%,

nilai % solid yang terlalu besar dalam ball mill akan menyebabkan grinding ball

cepat aus, namun apabila terlalu rendah akan menyebabkan gaya pukul yang

dihasilkan kecil karena terlalu banyak air yang terkandung dalam ball mill

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Milling

Bagian dalam ball mill dilapisi dengan pelapis karet tebal (ruber liner)

untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara grinding ball dengan

permukaan ball mill. Ruber liner dalam ball mill tersusun dari lifter bar dan shell

plate. Lifter bar merupakan bagian rubber liner yang menjorok keluar untuk

mengangkat grinding ball, sedangkan shell plate merupakan bagian yang

menjorok kedalam untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara grinding

ball dengan permukaan ball mill.

Page 15: Laporan Kp

15

Ore yang telah direduksi ukurannya dalam ball mill akan disaring

menggunakan trommol screen. Undersize dari trommol screen dengan ukuran -0,8

mm akan dialirkan menuju mill discharge sump, sedangkan oversize pada plant 1

akan dikembalikan ke dalam ball mill melalui hopper yang terhubung dengan

conveyor 5, sedangkan oversize pada plant 2 akan dikembalikan ke ball mill

dengan menggunakan conveyor 6. Conveyor ini memiliki kemiringan lebih dari

25˚ sehingga belt pada conveyor ini memiliki tekstur yang berbeda yang dapat

mencegah jatuhnya ore. Undersize yang berupa slurry pada mill discharge sump

akan diencerkan menggunakan air proses yang berasal dari overflow thickener.

sehingga diperoleh % solidsebesar 40 - 42%. Penambahan air proses yang berasal

dari overflow thickener akan mengurangi kebutuhan natrium sianida pada proses

leaching karena air proses tersebut masih mengandung sianida yang cukup tinggi.

Slurrypada mill discharge sump selanjutnya akan dipompakan menuju cyclone

dan gravity concentration circuit (GCC).

Pada cyclone terjadi proses pemisahan berdasarkan ukuran dan berat jenis

dengan menggunakan gaya sentrifugal. Slurry akan dipompakan ke cyclone

dengan tekanan 8–10 psi pada plant 1 dan 14-16 psi pada plant 2. Partikel yang

memiliki ukuran dan berat jenis yang besar akan jatuh ke bawah sebagai

underflow dan kembali ke ball mill. Partikel dengan ukuran dan berat jenis yang

kecil akan keluar sebagai overflow dan akan dialirkan menuju trash screen untuk

dipisahkan dari pengotor seperti plastik, kayu, dan besi sebelum diumpakan ke

tangki leaching. Underflow memiliki % solid sebesar 40–42%, sedangkan % solid

overflow sebesar 60-70%.

3.1.3 Leaching

Leaching atau ekstraksi padat cair marupakan proses pemisahan satu atau

beberapa kornponen yang dapat larut dari bahan padat dengan bantuan pelarut.

Metode leaching yang digunakan di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor ini adalah agitation leaching dengan menggunakan pelarut natrium

sianida (NaCN). Agitasi ini bertujuan untuk memperbesar luas kontak antara

Page 16: Laporan Kp

16

pelarut dengan emas dan perak yang akan diekstrak.Diagram alir dari proses

leaching dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.

Keterangan:: Karbon: Slurry

Gambar 3.4 Diagram alir Proses LeachingPlant 1

Gambar 3.5 Diagram alir Proses LeachingPlant 2

Terdapat dua tangki leaching pada plant 1 dengan kapasitas 340 m3,

sedangkan terdapat satu tangki leaching pada plant 2 dengan kapasitas 1000 m3.

Waktu tinggal pada proses leaching hingga proses Carbon In Leach (CIL) pada

plant 1 dan 2 selama 48 jam. Adapun parameter – parameter yang berpengaruh

pada proses leaching emas dan perak ini adalah konsentrasi sianida, pH,

konsentrasi oksigen terlarut dan % solid.

Page 17: Laporan Kp

17

1. Konsentrasi Sianida

Proses leaching akan berlangsung optimal pada konsentrasi sianida

sebesar 700 – 750 ppm dengan kadar emas dan perak pada ore sebesar 4-5 ppm.

Selama proses leaching berlangsung terjadi pengurangan konsentrasi sianida,

karena sianida telah berikatan dengan emas dan perak membentuk senyawa

kompleks. Konsentrasi sianida pada tangki CIL terakhir sebesar 200 ppm.

Kebutuhan natrium sianida (NaCN) didapatkan dari campuran barrent solution

dan fresh NaCN. Barrent solution tersebut didapatkan dari proses pre-treatment

dan electrowinning di proses elution.

2. pH

Proses leaching membutuhkan pH sebesar 10,3-10,8. pH yang asam akan

menyebabkan terbentuknya HCNyang dapat dilihat pada reaksi 3.1. Hal ini

mengakibatkan konsentrasi sianida di dalam tangki berkurang, sehingga proses

leaching emas dan perak tidak berlangsung secara optimal. Selain itu, HCN yang

terbentuk akan mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.

Ketika pH pada prosess leaching berada di atas range yang ditentukan (pH >

10,8) akan terbentuk senyawa H2O2 yang akan mengakibatkan

terdestruksinya sianida. Proses destruksi sianidadapat dilihat pada reaksi 3.2.

CN¯+ H2O HCN + OH¯ (3.1)

CN¯ + H2O2 CNO¯ + H2O (3.2)

3. Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen merupakan salah satu senyawa yang dibutuhkan dalam reaksi

pembentukan senyawa kompleks pada tangki leaching. Pembentukan

senyawa kompleks tersebut dapat dilihat pada reaksi 3.3 dan 3.4. Nilai DO

yang dibutuhkan pada tangki leaching sebesar 4-6 ppm. Penambahan oksigen

terlarut tersebut dilakukan dengan cara difusi melalui agitator yang berada

di setiap

tangki.

4 Au + 8 NaCN + O2 + 2H2O 4 NaAu(CN)2 + 4 NaOH (3.3)

4 Ag + 8 NaCN + O2 + 2H2O 4 NaAg(CN)2 + 4 NaOH (3.4)

Page 18: Laporan Kp

18

4. Kadar Padatan (%solid)

Proses leaching membutuhkan %solid sebesar 40 – 42%. %solid yang

terlalu rendah membuat larutan menjadi encer, sehingga emas dan perak yang

terekstrak sedikit. Hal ini membuat menurunnya kapasitas produksi,

sedangkan %solid yang terlalu tinggi akan memperberat kinerja agitator dan

mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam tangki.

3.1.4 Gravity Concentration Circuit (GCC)

Gravity Concentration Circuit merupakan teknologi baru yang digunakan

oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor untuk

mengoptimalkan recovery emas dan perak menggunakan larutan natrium sianida

dan hidrogen peroksida. Proses ini menyumbangan kontribusi sebanyak 10-15%

dalam recovery emas dan perak. Rasio slurry yang diolah pada unit GCC dan

tangki leaching sebesar 20 berbanding 80. Penggunaan GCC dapat mengurangi

biaya proses elusi karena berkurangnya karbon yang harus diolah pada proses

Carbon In Leach (CIL). Laju alir slurry dari mill discharge sump sebesar 60 m3/

jam untuk plant 1 dan 100 m3/ jam untuk plant 2. Produk dari proses ini berupa

pregnant solution dan tailing. Gravity Concentration Circuit terdiri dari 3 proses

yaitu magnetic screen. falcon gravity, dan Inline Leach Reactor (ILR).Diagram

alir proses pada gravity concentrator circuit dapat dilihat pada Gambar 3.6

1. Magnetic Screen

Feed dengan % solid 40-42% akan dialirkan dari mill discharge sump

menuju magnetic screen untuk memisahkan ore yang berukuran -2 mm dan + 2

mm serta menghilangkan pengotor-pengotor yang bersifat magnetic.

Magnetic screen ini akan berputar 180˚ setiap 8 jam, sehingga bagian bawah

screen akan berada diatas agar ore mengenai seluruh bagian screen sehingga

screen tidak akan cepat rusak. Oversize dari magnetic screen dan pengotor yang

bersifat magnetic dikembalikan ke ball miil, sedangkan undersize dari magnetic

screen akan dialirkan ke falcon gravity concentrator.

Page 19: Laporan Kp

19

Gambar 3.6 Diagram Alir Gravity Concentrator Circuit

2. Falcon Gravity Concentrator

Pada falcon gravity concentrator akan terjadi pemisahan pengotor dari

emas dan perak yang memanfaatkan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi. Feed

dengan ukuran -2 mm masuk ke falcon melalui vertical feed pipe, lalu feedakan

mengalami pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis. Emas dan perak yang

memiliki berat jenis lebih tinggi (berat jenis emas 19,3 gr/cm3dan berat jenis

perak 10,5 gr/cm3) akan terlempar dan menempel pada dinding falcon, sedangkan

pengotor yang umumnya berupa silika (berat jenis silika 2,6 gr/cm3) kembali ke

ball mill sebagai overflow. Proses dalam falcon berlangsung selama 40 menit.

Konsentrat emas dan perak akan turun menuju feed cone sebagai underflow.

Selama penurunan konsentrat emas dan perak, aliran masuk magnetic screen akan

dialihkan menuju mill discharge sump agar konsentrat emas dan perak tidak

bercampur lagi dengan slurry. Bypass aliran ini dilakukan secara otomatis selama

5 menit bersamaan dengan waktu penurunan konsentrat. Konsentrat emas dan

perak akan ditampung dalam feed cone hingga 1.500 kg sebelum dialirkan ke

ILR.

3. Inline Leach Reactor (ILR)

Inline Leach Reactor (ILR) merupakan reaktor tempat berlangsungnya

proses intensive leaching. Intensive leaching adalah pelarutan selektif mineral

Page 20: Laporan Kp

20

berharga dengan konsentrasi pelarut pekat serta dibutuhkan tambahan oksigen

untuk mempercepat proses leaching. Perbedaan mendasar antara intensive

leaching dengan leaching biasa adalah kadar emas yang terkandung dalam feed.

Feed yang masuk ke dalam ILR dalam bentuk konsentrat memiliki kadar emas

yang tinggi.

Proses leaching dalam ILR terbagi menjadi 9 tahap :

a. Pemasukan Umpan

Setelah konsentrat emas dan perak pada feed cone mencapai 1.500 kg,

konsentrat akan dialirkan ke ILR untuk disirkulasikan menuju sump SST lalu ke

solution cone untuk dilakukan proses leaching dan flokulasi.

b. Penambahan Natrium Sianida

Larutan sianida yang digunakan pada proses ini sebesar 10.000 ppm.

Larutan sianida akan ditambahkan melalui solution cone selanjutnya dialirkan ke

ILR. Konsentrasi sianida yang digunakan pada proses ini cukup besar dikarenakan

kadar emas dan perak yang akan di leaching lebih tinggi yaitu sebesar 500-700

ppm.

c. Leaching 1

Leaching dilakukan dengan cara mensirkulasikan konsentrat emas dan

perak dengan larutan natrium sianida dari ILR ke sump SSTlalu dilanjutkan

menuju solution cone. Pada proses ini diinjeksikan larutan hidrogen peroksida

sebagai sumber oksigen untuk mempercepat proses leaching. Injeksi

hidrogen

peroksida dilakukan sedikit demi sedikit untuk mencegah tereduksinya CN -

menjadi CNO-. Proses leaching pada tahap ini berlangsung selama 8 jam.

d. Flokulasi 1

Proses flokulasi bertujuan untuk mengendapkan padatan slurry agar

didapatkan pregnant solution yang jernih dengan menambahkan flokulan.

Flokulan ditambahkan pada sump SST yang selanjutnya akan disirkulasikan

menuju ILR dan solution cone. Waktu flokulasi dan waktu pegendapan masing-

masing berlangsung selama 40 menit.

Page 21: Laporan Kp

21

e. Leaching 2

Proses leaching 2 bertujuan untuk mengikat emas dan perak yang masih

tersisa di dalam slurry. Pada tahap ini ditambahkan barrent solution dengan

konsentrasi sianida sebesar 200-300 ppm ke dalam solution cone. Waktu leaching

pada tahap ini lebih singkat yaitu selama 60 menit.

f. Flokulasi 2

Tujuan dari proses flokulasi 2 ini sama dengan flokulasi 1 yaitu untuk

menjernihkan pregnant solution yang akan dialirkan menuju gekko eluate

tank.Proses flokulasi ini berlangsung lebih dari dua kali tergantung kejernihan

pregnant solution. Keruhnya pregnant solution disebabkan karena kebocoran

valve sehingga feed masuk dan tercampur dengan pregnant solution.

g. Pembuangan Tailing

Tailing yang dihasilkan dari proses ini akan di kembalikan ke ball mill.

h. Pencucian ILR

Pencucian ILR bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang

masih tersisa di dalam ILR. Pencucian dilakukan dengan menggunakan fresh

water selama 5 menit. Air hasil pencucian ILR selanjutnya akan dialirkan menuju

mill discharge sump.

3.2 Unit Recovery

Unit recovery merupakan unit proses setelah sianidasi. Unit recovery

bertujuan untuk mengambil senyawa kompleks emas dan perak. Adapun proses-

proses yang termasuk dalam unit recovery adalah Carbon In Leach (CIL),

elution, electrowinning, dan smelting.

3.2.1 Carbon In Leach (CIL)

CIL merupakan proses adsorpsi senyawa kompleks emas dan perak

menggunakan karbon. Adapun proses adsorpsi emas dan perak dapat dilihat pada

reaksi 3.5 dan 3.6. Terdapat lima tangki CIL di plant 1 dengan kapasitas tiap

tangki sebesar 290m3, sedangkan pada plant 2 terdapat tujuh tangki CIL dengan

kapasitas tiap tangki sebesar 290 m3, kecuali tangki 2 dan 3 sebesar 340 m3. Nilai

Page 22: Laporan Kp

22

distribusi karbon pada tangki CIL pertama dan terakhir dijaga pada nilai 30 mg/

L. Karbon dialirkan secara counter current dengan slurry. Karbon dialirkan

dari tangki terakhir agar Au terserap seluruhnya mulai dari kadar yang terendah

hingga tertinggi, sehingga seluruh emas dan perak terserap secara optimal ke

dalam karbon.

2[Au(CN)2-] + C [C– Au(CN)2]2 (3.5)

2[Ag(CN)2-] + C [C– Au(CN)2]2 (3.6)

Pada setiap tangki terdapat screen dengan jenis kambalda untuk mencegah

terbawanya karbon oleh aliran slurry. Ukuran kambalda harus lebih kecil dari

slurry dan lebih besar dari karbon. Hal ini bertujuan agar slurry dapat lolos dari

kambalda, sedangkan karbon akan tertahan. Kambalda memiliki ukuran pori 0,8

mm, sedangkan karbon berukuran 1,2 mm. Pada plant 1 karbon ditransfer

menggunakan pompa dan pada plant 2 karbon ditransfer menggunakan airlift.

Karbon yang ditransfer menggunakan pompa akan lebih cepat hancur, sedangkan

karbon yang ditransfer menggunakan airlift tidak akan cepat hancur karena

menggunakan udara tekan.

Loaded carbon dari tangki CIL akan dibersihkan terlebih dahulu dari

slurry menggunakan fresh water sebelum ditampung di dalam surge bin. Slurry

yang dihasilkan dari proses CIL akan dialirkan ke thickener melalui safety screen

untuk menyaring karbon yang terbawa oleh aliran slurry. Senyawa kompleks

emas dan perak yang terdapat pada loaded carbon akan dipisahkan pada proses

elution. Barrent carbon dari proses elution yang sudah tidak aktif lagi akan

diaktifkan dengan pemanasan di kiln.

Penggunaan metoda Carbon In Leach pada proses pengolahan emas di PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dikarenakan ore yang

dihasilkan dari proses penambangan memiliki sifat seperti karbon

(carbonaceous). Penambahan karbon pada proses leaching dimaksudkan agar

senyawa kompleks emas dan perak tidak terserap lagi oleh ore tersebut, tapi

langsung diserap oleh karbon.

Page 23: Laporan Kp

23

3.2.2 Elution

Elution merupakan proses pengambilan senyawa kompleks emas dan

perak yang terkandung di dalam karbon aktif. Proses elution ini menggunakan

Anglo Amerian Research Laboratory (AARL) sebagai standard prosesnya.

Diagram alir proses elution di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Elution

1. Acid WashAcid wash merupakan tahap pertama yang dilakukan pada proses elution

untuk mengikat pengotor-pengotor yang ikut teradsorp oleh karbon pada tangki

CIL. Pengotor-pengotor yang biasanya ikut teradsorp oleh karbon adalah MgCO3,

CaCO3 dan silika. Proses pengikatan pengotor-pengotor tersebut digambarkan

pada reaksi 3.7, 3.8 dan 3.9. Pada proses acid wash ini digunakan HCl sebanyak

700 kg dengan konsentrasi 3%. HCl dari kolom elution akan dimasukkan ke

dalam tangki CIL terakhir untuk menurunkan pH, sehingga meringankan beban

proses detoksifikasi. Pada tahap ini dilakukan penambahan fresh water untuk

Page 24: Laporan Kp

24

membantu pemompaan HCl ke dalam kolom elution. Acid wash ini berlangsung

selama 10 – 15 menit.

CaCO3 + 2HCl CaCl2 + CO2 + H2O (3.7)

MgCO3 + 2HCl MgCl2 + CO2 + H2O (3.8)

C[Ca-Au(CN)2]2 + 2H+ Ca2+ + C-AuCN + 2HCN (3.9)

2. Water Wash

Water wash bertujuan untuk menghilangkan HCl yang masih terkandung

di dalam karbon. Tahap ini menggunakan fresh water yang dipanaskan terlebih

dahulu mencapai suhu 80 - 90°C menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE)

dengan media pemanas etilen glikol. Fresh water yang digunakan dilewatkan

terlebih dahulu ke sand filter dan softener. Softener ini berfungsi untuk

menurunkan kesadahan yang dapat menyebabkan kerak. Air dari proses ini akan

dimasukkan ke dalam tangki CIL terakhir. Tahap water wash ini membutuhkan

waktu selama 2 -2,5 jam.

3. Pre Treatment

Pre treatment ini bertujuan untuk memperlemah ikatan emas dan perak di

dalam karbon. Pada tahap ini dilakukan penambahan barrent solution berupa

campuran NaOH dan NaCN. NaOH yang digunakan pada masing-masing plant

sebanyak 250 kg dan NaCN sebanyak 225 kg. Penggunaan NaOH dan NaCN

bertujuan untuk melemahkan ikatan emas dan perak dalam karbon. Proses

pelemahan ikatan emas dan perak ini digambarkan pada reaksi 3.10, 3.11 dan

3.12. Berdasarkan standard AARL pH pada tahap ini sebesar 12,8, namun pH

pada tahap pre treatment ini sebesar 13. pH dijaga pada kondisi basa agar CN-

tidak berubah menjadi HCN. Barrent solution yang digunakan dipanaskan terlebih

dahulu mencapai suhu 80 – 90 °C. Barrent solution dari tahap ini akan

dimasukkan ke dalam tangki CIL terakhir, sedangkan larutan hasil tahap pre

treatment ini dialirkan ke dalam eluate tank.

[C-Au(CN)]n + nNaCN nNa++ n[Au(CN)2

-]+ C (3.10)

[C-Ag(CN)]n + nNaCN nNa+ + n[Ag(CN2-] + C (3.11)

Page 25: Laporan Kp

25

C – OH + OH- C – O- + H2O (3.12)

4. Recycle Elution

Recycle elution ini bertujuan untuk melepaskan ikatan emas dan perak dari

karbon yangberlangsung selama 2 jam 15 menit pada suhu 90 - 120°C. Tahap ini

menggunakan recycle water yang berasal dari tahap water elution dan

electrowinning. Larutan hasil tahap recycle elution ini dimasukkan ke dalam

eluate tank.

5. Water Elution

Water elution bertujuan untuk mengambil emas dan perak yang masih

terkandung di dalam karbon. Tahap ini menggunakan fresh water yang

dipanaskan terlebih dahulu menggunakan PHE mencapai suhu 90 - 120°C. Tahap

water elution berlangsung selama 2 jam. Fresh water dari tahap ini akan dialirkan

ke dalam recycle tank untuk digunakan pada tahap recycle elution.

6. Cooling

Cooling bertujuan untuk mendinginkan karbon pada kolom elutionagar

karbon tidak teroksidasi menjadi CO. Pada tahap ini digunakan fresh water yang

berasal dari fresh water tank. Tahap ini berlangsung selama 45 – 60 menit dengan

suhu sebesar 60 – 100 °C. Fresh water dari tahap ini akan dialirkan ke dalam

recycle tank bersamaan dengan fresh water dari tahap water elution untuk

digunakan pada tahap recycle elution.

3.2.3 Reaktivasi Karbon

Reaktivasi karbon merupakan proses pengaktifan kembali karbon berdaya

serap rendah akibat tertutupnya pori-pori karbon oleh senyawa lain.

Senyawa senyawa lain yang menutupi karbon ini disebut sebagai fouling. Fouling

merupakan akumulasi senyawa organik maupun anorganik yang mempengaruhi

adsorpsi Au dan Ag, sehingga menyebabkan penurunan tingkat kapasitas adsorpsi

dan efektivitas proses desorpsi (elution). Terdapat 2 cara yang dilakukan untuk

Page 26: Laporan Kp

26

mengaktifkan kembali karbon yaitu dengan proses acid wash dan proses

pemanasan karbon menggunakan regeneration kiln.

Proses acid wash hanya mampu menhilangkan senyawa-senyawa

anorganik yang terserap dalam karbon, sedangkan senyawa organik dihilangkan

dengan cara pemanasan menggunakan regeneration kiln. Saat proses pengaktifan,

karbon akan dipanaskan di dalam regeneration kiln dengan suhu 500-600˚C tanpa

kontak langsung dengan udara.

3.2.4 Electrowinning

Electrowinning merupakan proses pengendapan emas dan perak pada

kutub katoda menggunakan arus listrik. Katoda dan anoda yang digunakan dalam

proses ini adalah SS-316 dengan jumlah katoda sebanyak 10 buah dan anoda 11

buah. Pregnant solution dari eluate tank dan gekko eluate tank akan dialirkan

menuju electrowinning cell yang merupakan bak-bak berisi katoda-anoda.

Terdapat 4 bak untuk plant 1, 4 bak untuk plant 2 dan 2 bak untuk gekko. Arus

dan tegangan yang digunakan pada proses ini sebesar 0,7-12 kA dan 8 V. Reaksi

sel yang terjadi :

Anoda : 2OH- O2+ H2O + 2e- (3.13)

Katoda : 2Au(CN)2- + 2e- 2Au + 4CN- (3.14)

Overall: 2Au(CN)2- + 2OH- 2Au + O2 + H2O + 4CN- (3.15)

Selain arus dan tegangan, kondisi pH perlu dijaga pada nilai 12,5 dengan

cara penambahan natrium hidroksida. Selama proses electrowinning, pH akan

turun karena adanya pelepasan gas H+ yang akan menghasilkan gas HCN yang

akan menyebabkan korosi pada anoda. Satu siklus proses electrowinning

membutuhkan natrium hidroksida sebanyak 75 kg untuk plant 1 dan 100 kg untuk

plant 2.

Proses electrowinning akan berlangsung selama 12-13 jam dan akan

dihentikan saat kandungan emas dalam pregnant solution kurang dari 3 ppm.

Proses ini akan menghasilkan endapan logam (cake) pada katoda yang selanjutnya

akan dilebur (smelting) menjadi dore bullion. Larutan dengan kadar emas

kurang

Page 27: Laporan Kp

27

dari 3 ppm (barrent solution) akan ditampung dalam cyanide holding tank untuk

digunakan kembali karena kandungan sianida yang cukup tinggi.

3.2.5 Smelting

Smelting (peleburan) adalah proses pemisahan emas dan perak pada cake

yang dihasilkan dari proses electrowinning. Tahap pertama pada proses smelting

adalah pengurangan kandungan air pada cake menggunakan dryer. Cake yang

telah berkurang kadar airnya, digarang menggunakan furnace pada suhu 700 –

900˚C. Setelah dilakukan penggarangan, cake didinginkan terlebih dahulu,

kemudian ditambahkan boraks (fluks) sebanyak 1 kg/20kg cake. Penambahan

boraks ini bertujuan untuk mengikat pengotor yang terdapat pada cake seperti

silika dan untuk menurunkan titik leleh logam dan pengotor yang cukup tinggi.

Titik leleh silika sebesar 1600-1750 oC, sedangkan titik leleh emas sebesar

1064.18 oC dan titik leleh perak sebesar 961.78 oC.

Setelah dilakukan penambahan boraks, dilakukan peleburan pada suhu

1000 – 1200˚C yang menghasilkan dore bullion dan slag yang masih mengandung

emas dan perak. Slag tersebut dilebur kembali pada suhu lebih dari 1200˚C.

Rangkaian proses peleburan ini menghasilkan dore bullion yang mengandung 7-

15%emas, 80-92% perak, dan kurang dari 2% pengotor, dengan dimensi 15 mm x

450 mm x 330 mm dan berat 25 kg. Diagram alir proses peleburan (smelting)

dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Diagram Alir Proses Peleburan (Smelting)

Page 28: Laporan Kp

PROSES

= F ore x X Au W Ag = F ore x X Ag

= 23.364,8 ton x 5,43 gpt

= 126,87 kg

= 23.364,8 ton x 59,49 gpt

= 1.389,97 kg

28

3.3 Neraca Massa

Tailing = 23.363,818 ton

F ore = 23.364,8dmt/bulan

X Au = 5,43 gram/ton

X Ag = 59,49 gram/ton

Dore Bullion = 0,982 tonX Au = 11,18 %

X Ag = 87,48 %

Neraca Massa Februari 2015:

F ore = F Tailing + F Dore Bullion

= 23.363,818 ton + 0,982 ton

= 23.364,8 dmt/bulan

W Au

WAu1 = F Dore Bullion x X Au W Ag1 = F Dore Bullion x X Ag

= 0,982 ton x 11,18% = 0,982 ton x 87,48%

= 109,7876 kg = 859,05 kg

Yield Au = Yield Ag =

=

= 86,53 %

=

= 61,80 %

Page 29: Laporan Kp

29

BAB IV PERALATAN

PROSES

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki 3

unit utama pada proses pengolahan emasnya yaitu unit sianidasi, unit

recovery dan unit pengolahan limbah. Setiap unit tersebut terdiri dari beberapa

proses yang ditunjang oleh peralatan pendukung.

4.1 Unit Sianidasi

Unit sianidasi terdiri dari proses crushing, milling, leaching dan Gravity

Concentrate Circuit (GCC).

1. Crushing

a. Grizzly

Grizzly adalah salah satu alat penyaring ore yang berasal dari tambang

sebelum dilakukan proses crushing. Grizzly ini berukuran 400 mm x 400 mm,

sehingga ore dengan ukuran -400 mm akan lolos, sedangkan ore dengan

ukuran

+400 mm akan tertahan. Ore dengan ukuran +400 mm tersebut akan

dikembalikan lagi ke stockpile untuk direduksi ukurannya menggunakan

excavator breaker.

Gambar 4.1 Grizzly

b. Appron Feeder

Appron feeder berfungsi untuk mengatur laju umpan yang masuk ke primary

crusher. Appron feeder yang digerakkan dengan tenaga hidrolik (udara tekan).

Page 30: Laporan Kp

30

Kuantitas material yang masuk ke dalam primary crusher diatur dengan volume

oli hidrolik yang menggerakan appron feeder, bila tekanan naik maka appron

feeder akan berjalan dengan cepat, begitu juga sebaliknya. Appron feeder

memiliki kapasitas 90 dmt/h, namun saat ini hanya mampu mengumpan ore

sekitar 70 dmt/h. Appron feeder memiliki dengan lebar 1 m dan panjang 6,4 m.

Gambar 4.2 Appron Feeder

c. Primary Crusher

Primary crusher adalah salah satu alat penghancur yang terdapat dalam

proses crushing. Tipe dari primary crusher ini adalah 10 K Doble Toggle Jaw

Crusher dengan kapasitas 90 m3/hr. Konsumsi daya alat ini sebesar 90 kW dengan

putaran motor 1500 rpm.

Gambar 4.3 Primary Crusher

Page 31: Laporan Kp

31

d. Secondary Crusher

Secondary crusher berfungsi untuk mereduksi oversize yang dihasilkan

primary screen dan akan dikembalikan ke primary screen untuk diklasifikasikan

kembali. Sebelum memasuki secondary crusher, ore ditampung terlebih dahulu di

dalam surge bin dengan kapasitas 18 ton. Tipe dari secondary crusher adalah

roller cone RC 54 dengan kapasitas 90 m3/hr. Konsumsi daya alat ini sebesar 150

kW dengan putaran motor 985 rpm.

Gambar 4.4 Secondary Crusher

e. Tramp Iron Magnet

Logam magnetik yang terdapat pada tumpukan ore akan menempel pada

tramp iron magnet. Logam magnetik tersebut biasanya berasal dari kegiatan

penambangan, seperti paku dan kawat. Tramp iron magnet ini terdapat pada setiap

conveyor, kecuali conveyor 4. Konsumsi daya alat ini sebesar 3,9 kW.

Gambar 4.5 Tramp Iron Magnet

Page 32: Laporan Kp

32

f. Primary Screen

Primary screen dengan tipe inclined vibrating berfungsi untuk

memisahkan ore yang berukuran +12,5 mm dengan -12,5 mm. Oversizenya akan

direduksi lagi oleh secondary crusher, sedangkan undersizenya akan dipisahkan

lagi menggunakan secondary screen. Primary screen memiliki deck ganda dengan

ukuran deck atas 2,5 mm dan deck bawah 12,5 mm. Konsumsi daya alat ini

sebesar 11 kW dengan putaran motor 1450 rpm.

Gambar 4.6 Primary Screen

g. Secondary Screen

Secondary screen dengan tipe horizontal vibrating double deck berfungsi

untuk memisahkan kembali undersize yang berasal dari primary screen. Oversize

dari secondary screen ini akan ditransfer ke Fine Ore Bin (FOB), sedangkan

undersizenya akan ditrasnfer ke Fine Stock Tank (FST). Secondary screen

memiliki deck ganda dengan ukuran deck atas 5 mm dan deck bawah 1 mm.

Konsumsi daya alat ini sebesar 11 kW.

h. Fine Ore Bin (FOB)

Fine Ore Bin (FOB) merupakan tempat penampungan ore yang berasal

dari unit crushing yang berukuran +12,5 mm. Setiap plant memiliki satu buah

FOB dimana keduanya dihubungkan oleh conveyor. FOB plant 1 dan 2 memiliki

kapasitas sebesar 800 ton dengan diameter 8,2 m dan tinggi 14,9 m. Material dari

FOB plant 1 dan 2 adalah SS-41. BIS Alloy-360.

Page 33: Laporan Kp

33

Gambar 4.7 Fine Ore Bin

i. Belt Conveyor

Belt conveyor adalah alat transportasi ore dari satu alat ke alat yang

lainnya. Pada unit crushing ini terdapat lima buah belt conveyor, yaitu:

Belt Conveyor 1

Belt conveyor 1 berfungsi untuk mentransportasikan ore dari primary

crusher (jaw crusher) ke belt conveyor 2. Belt conveyor 1 memiliki lebar 900 mm

dan panjang 45 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 7,5 kW dengan putaran

motor 1440 rpm.

Belt Conveyor 2

Belt conveyor 2 berfungsi untuk mentransportasikan ore dari belt conveyor

1 ke primary screen. Belt conveyor 2 memiliki memiliki lebar 900 mm dan

panjang 45 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 18,5 kW dengan putaran

motor 1445 rpm.

Belt Conveyor 3

Belt conveyor 3 berfungsi untuk mentransportasikan oversize yang

dihasilkan oleh primary screen ke surge bin untuk direduksi lagi ukurannya oleh

secondary screen (cone crusher). Belt conveyor 3 memiliki memiliki lebar 900

mm dan panjang 135 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 7,5 kW dengan

putaran motor 1440 rpm.

Page 34: Laporan Kp

34

Belt Conveyor 4

Belt conveyor 4 berfungsi untuk mentransportasikan oversize yang

dihasilkan oleh secondary screen ke Fine Ore Bin (FOB). Belt conveyor 4

memiliki memiliki lebar 600 mm dan panjang 525 m. Konsumsi daya conveyor

ini sebesar 22 kW dengan putaran motor 1470 rpm.

Fine Ore Conveyor

Fine ore conveyor berfungsi untuk mentransportasikan ore dari FOB 1 ke

FOB 2. Fine ore conveyor memiliki memiliki lebar 600 mm dan panjang 25 m.

Konsumsi daya conveyor ini sebesar 4 kW.

2. Milling

a. Mill Feeder

Mill feeder berfungsi untuk mengumpankan ore dari FOB ke belt conveyor

5 dan 6. Mill feeder memilki memiliki lebar 1200 mm dan panjang 12 m.

Konsumsi daya alat ini sebesar 30 kW.

b. Mill Feed Conveyor

Mill feed conveyor merupakan alat transportasi ore dari FOB ke ball mill.

Pada plant 1 terdapat belt conveyor 5 dan pada plant 2 terdapat belt conveyor 6.

Mill feed conveyor memiliki memiliki lebar 600 mm dengan konsumsi daya

sebesar 5,5 kW dan putaran motor 1435 rpm.

c. Ball Mill

Ball mill merupakan mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling

ore dari 12,5 mm menjadi 200 mesh. Ball mill dilengkapi dengan rubber liner

yang berfungsi untuk menghindari kontak langsung antara grinding ball dengan

permukaan ball mill. Terdapat lifter bar dan shell yang berfungsi untuk

mengangkat grinding ball. Spesifikasi ball mill setiap plant dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Page 35: Laporan Kp

35

Tabel 4.1 Spesifikasi Ball Mill

Plant 1 Plant 2

Ukuran 3 m x 5,9 m 3,6 m x 6,0 m

Kapasitas 22 TPH 33 TPH

Daya 750 kW 1200 kW

Putaran Motor 20 rpm 18 rpm

Gambar 4.8 Ball Mill

d. Mill Discharge Sump

Mill discharge sump merupakan tempat penampungan undersize ball mill

dan tempat pengaturan % solid sebelum diolah di proses selanjutnya. Slurry dari

mill discharge sump ini dialirkan ke tangki leaching dan Gravity Concentrator

Circuit (GCC). Mill discharge sump pada plant 1 memiliki kapasitas 5,0 m3,

sedangkan mill discharge sump pada plant 2 memiliki kapasitas 3,5 m3.

e. Mill Cyclone

Mill Cyclone merupakan alat yang memisahkan padatan berdasarkan

ukuran yaitu +200 mesh dan -200 mesh. Padatan yang berukuran +200 mesh akan

dikembalikan lagi ke ball mill, sedangkan padatan yang berukuran -200 mesh

akan dialirkan ke tangki leaching. Jenis cyclone yang digunakan adalah

hydrocyclone yang bekerja menggunakan gaya sentrifugal. Partikel yang lebih

ringan menjadi overflow hydrocyclone dengan nilai %solid sebesar 68-72 %

,

Page 36: Laporan Kp

36

sedangkan partikel yang berat menjadi underflow hydrocyclone dengan %solid

sebesar 38-42 %. Mill cyclone memiliki kapasitas sebesar 2 m3/ jam dengan

diameter 150 mm. Jumlah mill cyclone pada plant 1 sebanyak 2 buah dengan

tekanan 8-10 psi, sedangkan pada plant 2 sebanyak 3 buah dengan tekanan 14 - 16

psi.

Gambar 4.9 Mill Cyclone

f. Trash Screen

Trash screen dengan tipe horizontal vibrating berfungsi untuk

memisahkan slurry yang dihasilkan dari overflow hydrocyclone dengan sampah-

sampah seperti kayu dan plastik, sebelum dialirkan ke tangki leaching. Trash

screen pada plant 1 berukuran 1,2 m x 3,0 m, sedangkan pada plant 2 berukuran

900 mm x 1800 mm. Konsumsi daya alat ini sebesar 1,5 kW.

3. Gravity Concentrator Circuir (GCC)

a. Magnetic Screen

Magnetic Screen berfungsi untuk menangkap logam-logam yang bersifat

magnetik yang terdapat dalam slurry yang dilengkapi dengan alat penyaring

untuk memisahkan partikel berukuran -2 mm sebelum masuk ke proses

selanjutnya. Magnetic screen memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Dimensi : 1,8 L x 2,38 m W

Laju Umpan : 200 m3/jam

Page 37: Laporan Kp

37

Ukuran Partikel : 1µm – 2mm

Putaran Drum : 20 rpm

Daya : 1,1 kW

b. Falcon Gravity Concentrator

Falcon berfungsi untuk memisahkan antara logam-logam berharga dengan

pengotor yang terdapat di dalam slurry berdasarkan berat jenis dengan

menggunakan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi. Emas dan perak yang memiliki

berat jenis lebih tinggi (berat jenis emas 19,3 gr/cm3 dan berat jenis perak 10,5

gr/cm3) akan menempel pada dinding falcon, sedangkan pengotor yang umumnya

berupa silika (berat jenis silika 2,6 gr/cm3) akan dikembalikan menuju ball

mill. Falcon gravity concentrator memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Kapasitas Slurry : max. 200 m3/jam

Ukuran Partikel : 45µm – 2mm

Kecepatan Motor : max. 550 rpm

Daya : 18 kW

c. Inline Leach Reactor (ILR)

Inline leach reactor merupakan tempat berlangsungnya proses intensive

leaching. Selama proses intensive leaching reaktor ini akan berputar dengan

kecepatan putaran sebesar 2 rpm. Tujuan dari putaran ILR adalah untuk

menghomogenkan slurry dan mengoptimalkan kontak slurry dengan reagen

selama proses. Spesifikasi inline leach reactor sebagai berikut :

Kapasitas Solid : max. 1500 kg/batch

Panjang : 2,29 m

Diameter : 1 m

Ukuran Partikel : 74 µm

Putaran Motor : 2 rpm

Page 38: Laporan Kp

38

d. Feed Cone

Feed cone merupakan tangki penampungan konsentrat emas dan perak

hasil dari proses gravity concentrator. Di dalam feed cone akan berlangsung

proses pengurangan kadar air dalam konsentrat (dewatering). Feed cone akan

menampung konsentrat sebanyak 1500 kg sebelum dialirkan menuju Inline Leach

Reactor (ILR). Feed cone memiliki kapasitas sebesar 2,5 m3 dengan panjang

5,769 m, lebar 5,221 m, dan tinggi 2,270 m.

e. Solution Cone

Solution cone merupakan tangki penampungan larutan natrium sianida

yang akan digunakan untuk proses intensive leaching di ILR. Kapasitas tangki ini

sebesar 4,3 m3. Tangki ini juga berfungsi sebagai tempat sirkulsi slurry selama

proses intensive leaching.

f. Sump Tank

Sump tank merupakan tangki terbuka yang menghubungkan antara ILR

dan solution cone berfungsi sebagai tempat sirkulasi slurry. Tangki ini dilengkapi

dengan alat penyaring yang berfungsi untuk menyaring partikel yang berukuran

besar yang ikut terbawa dalam aliran slurry dari ILR.

4. Leaching

a. Leaching Tank

Leaching tank merupakan tangki yang digunakan untuk proses pelarutan

selektif logam emas dan perak dari ore menggunakan larutan natrium

sianida. Pada plant 1 terdapat 2 tangki leaching dengan kapasitas masing-

masing sebesar

340 m3, sedangkan pada plant 2 terdapat 1 tangki leaching berkapasitas 1.000 m3

yang terbuat dari carbon steel.

Tangki leaching yang digunakan dilengkapi dengan pengaduk (agitator)

untuk memperluas kontak antara slurry dan larutan sianida serta mencegah

menggendapnya slurry. Pada poros agitator dipompakan udara untuk memenuhi

kebutuhan oksigen selama proses leaching.

Page 39: Laporan Kp

39

Gambar 4.10 Leaching Tank

b. Talangan (Launder)

Talangan berfungsi untuk mengalirkan slurry dari tangki leaching pertama

menuju tangki-tangki selanjutnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

c. Cyanide Mixing Tank

Tangki ini berfungsi untuk melarutkan sianida yang akan digunakan untuk

proses leaching pada tangki leaching dan GCC. Tangki bermaterial stainless steel

ini dilengkapi dengan agitator dan cyanide drum tripper untuk menumpahkan

larutan sianida. Cyanide mixing tank memiliki kapasitas sebesar 9 m3 dengan

diameter 2 m dan tinggi 3,2 m.

d. Holding Tank

Holding tank befungsi untuk menampung barrent solution yang dihasilkan

dari proses elution tahap pre treatment dan proses electrowinning. Holding tank

dengan material carbon steel memiliki kapasitas sebesar 60 m3. Holding tank

memiliki diameter 4,2 m dan tinggi 5,3 m.

4.2 Unit Recovery

Unit sianidasi terdiri dari proses carbon in leach, elution, electowinning,

dan smelting.

Page 40: Laporan Kp

40

1. Carbon In Leach (CIL)

a. Tangki CIL

Tangki CIL merupakan tempat berlangsungnya proses adsorpsi senyawa

kompleks emas dan perak menggunakan karbon aktif. Plant 1 memiliki 5 tangki

CIL dengan volume 290 m³, sedangkan plant 2 memiliki 5 tangki CIL dengan

volume 290 m³ dan 2 tangki CIL dengan volume 340 m³. Spesifikasi tangki CIL

pada plant 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.2 Spesifikasi Tangki CIL

Volume 290 m³ 340 m³

Diameter 7,25 m 7,25 m

Tinggi 7,65 m 8,9 m

Material Carbon steel Carbon steel

Gambar 4.11 Tangki Carbon In Leach

b. Agitator

Agitator pada tangki CIL berfungsi untuk memperbesar luas kontak antara

karbon aktif dengan senyawa kompleks emas dan perak. Agitator ini dilengkapi

saluran udara yang dihasilkan oleh kompresor untuk memenuhi konsentrasi

oksigen terlarut di dalam tangki CIL. Konsumsi daya agitator pada tangki CIL

sebesar 22 kW dengan putaran motor 1455 rpm.

Page 41: Laporan Kp

41

c. Interstage Screen

Interstage screen dengan tipe kambalda terdapat di bagian atas tangki

tangki CIL untuk mencegah terbawanya karbon dengan aliran slurry. Interstage

screen dengan material stainless steel memiliki ukuran 2,6 m2 dengan ukuran pori

0,8 mm.

d. Carbon Transfer Screen

Carbon transfer screen dengan sieve band berfungsi untuk memisahkan

karbon yang akan dipompakan oleh carbon transfer pump dengan slurry. Carbon

transfer screen dengan material stainless steel memiliki ukuran 0,6 m2 dengan

ukuran pori 1,5 mm.

e. Carbon Transfer Pump

Carbon transfer pump berfungsi untuk memompakan karbon dari tangki

yang satu ke tangki lainnya. Carbon transfer pump memiliki kapasitas sebesar 34

m3/h. Konsumsi daya Carbon transfer pump sebesar 5,5 kW dengan putaran

motor 1435 rpm. Pada Plant 2 menggunakan air lift untuk memindahkan karbon

dengan bantuan udara yang dihasilkan oleh kompresor. Penggunaan air lft ini

bertujuan untuk mencegah rusaknya karbon.

f. Loaded Carbon Transfer Pump

Loaded carbon transfer pump berfungsi untuk memompakan loaded

carbon dari tangki CIL pertama ke surge bin melewati loaded carbon screen.

Loaded carbon transfer pump memiliki kapasitas sebesar 35 m3/h. Konsumsi daya

Loaded carbon transfer pump sebesar 7,5 kW dengan putaran motor 1470 rpm.

g. Loaded Carbon Screen

Loaded carbon screen diletakan sebelum surge bin untuk memisahkan

loaded carbon dengan slurry. Loaded carbon screen memiliki ukuran 900 m x

800 m dengan ukuran pori 1,0 mm. Konsumsi daya alat ini sebesar 1,1 kW.

Page 42: Laporan Kp

42

h. Carbon Safety Screen

Carbon safety screen berfungsi untuk mencegah masuknya karbon ke

thickener yang terbawa oleh overflow slurry. Carbon safety screen memiliki

ukuran 1,2 m x 3,0 m. Konsumsi daya Carbon safety screen sebesar 1,5 kW

dengan putaran motor 1455 rpm.

Gambar 4.12 Carbon Safety Screen

2. Elution

a. Carbon Surge Bin

Carbon surge bin merupakan tempat penampungan loaded carbon yang

berasal dari tangki CIL pertama. Surge bin dengan material SS-41 memiliki

kapasitas sebesar 6 ton

Gambar 4.13 Surge Bin

Page 43: Laporan Kp

43

b. Elution Column

Elution column merupakan tangki tertutup tempat berlangsungnya proses

desorpsi atau pelepasan logam Au dan Ag dari loaded carbon. Elution column

memiliki memiliki kapasitas sebesar 13,3 m3 dengan diameter 1542 mm dan

tinggi 8150 mm.

Gambar 4.14 Elution Column

c. Electrolyte Filter

Electrolyte filter berfungsi untuk menyaring karbon yang ikut terbawa

bersama aliran yang akan masuk ke dalam recycle tank dan eluate tank. Selain itu,

electrolyte filter berfungsi untuk menjaga saluran yang ada pada reclaime heat

exchanger agar tidak terjadi penyumbatan. Terdapat 2 electrolyte filter yang

digunakan dengan tipe Inline Sigle Basket Strainer berkapasitas 24 m³/jam dan

diameter lubang 0,35 mm.

d. Reclaim Heat Exchanger

Reclaime Heat exchanger (RHE) digunakan pada pemanasan awal larutan

yang akan digunakan pada elution column. Larutan akan dipanaskan hingga suhu

60 °C sebelum dipanaskan didalam plate heat exchanger (PHE). Selain itu, RHE

juga digunakan untuk menangkap panas dari solution yang berasal dari elution

column. RHE memiliki kapasitas sebesar 24 m3/h

Page 44: Laporan Kp

44

e. Plate Heat Exchanger (PHE)

Plate heat exchanger (PHE) berfungsi untuk memanaskan air, larutan

natrium hidroksida, dan larutan natrium sianida sebelum digunakan pada elution

column. Media pemanas yang digunakan pada PHE ini adalah etilen glikol yang

sebelumnya dipanaskan dalam heater menggunakan bahan bakar solar. PHE akan

memanaskan larutan dari 60˚C menjadi 100˚C. Plate heat exchanger memiliki

kapasitas sebesar 24 m3/h.

f. Elution Heater

Elution heater merupakan tabung besar yang di dalamnya terdapat

rangkaian pipa berisi metil glikol. Terdapat 2 buah elution heater dengan

volume

2343 L. Selain itu terdapat peralatan burner yang berfungsi sebagai

pembakar dengan bahan bakar solar.

g. Caustic Cyanide Tank

Caustic cyanide tank berfungsi untuk menampung larutan natrium sianida

yang akan digunakan pada proses elution tahap pre-treatment. Caustic cyanide

tank memiliki kapasitas 9 m3 dengan diameter 2,4 m dan tinggi 2,3 m.

h. HCl Tank

HCl tank merupakan tangki penampungan larutan HCl yang akan

digunakan pada tahap acid wash di dalam elution colomn. Terdapat 3 tangki

penampung HCl, 1 tangki berkapasitas 1500 liter dan 2 tangki lainnya

berkapasitas 12500 Liter.

i. Water Tank

Water tank berfungsi sebagai penampungan fresh water yang akan

digunakan pada proses elution tahap water wash dan water elution. Fresh water

yang ditampung di water tank akan dilewatkan terlebih dahulu ke sand filter dan

softener yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa sadah dalam air. Water

tank memiliki kapasitas 9 m3 dengan diameter 2,4 m dan tinggi 2,3 m.

Page 45: Laporan Kp

45

j. Recycle Tank

Recycle tank merupakan tangki penampung air yang dihasilkan dari proses

elution tahap water elution dan cooling yang akan digunakan kembali pada tahap

recycle elution. Recycle tank kapasitas 60 m3 dengan ukuran 4 m x 5,3 m.

k. Eluate Tank

Eluate tank merupakan tangki penampung pregnant solution yang

dihasilkan dari proses elution pada tahap recycle elution dan proses intensive

leaching di ILR. Terdapat 3 tangki eluate, tangki eluate pada plant 1 dan plant 2

memiliki kapasitas 60 m3 dengan dimensi diameter 4 meter dan tinggi 5,3 meter,

sedangkan gekko eluate tank berkapasitas 20 m3.

l. Fresh Carbon Feed Bin

Fresh carbon feed bin merupakan tempat penampungan carbon yang akan

dialirkan menuju tangki CIL terakhir. Fresh carbon feed bin dengan material SS-

41 memiliki kapasitas sebesar 2,5 m3.

m. Carbon Regeneration Klin

Carbon regeneration klin berfungsi untuk mengaktifkan kembali barrent

carbon dengan cara memanaskan carbon pada suhu 500-600˚C tanpa kontak

langsung dengan udara. Setelah aktif, carbon akan dicampur dengan fresh carbon

untuk selanjutnya digunakan kembali. Carbon regeneration klin memiliki

kapasitas sebesar 300 kg/h.

Gambar 4.15 Carbon Regeneration Kiln

Page 46: Laporan Kp

46

3. Electrowinning dan Smelting

a. Electrowinning Cells

Electrowinning cells adalah tempat berlangsungnya proses elektrolisis

untuk mengambil emas dan perak yang terdapat dalam pregnant solution.

Electrowinning cells memiliki kapasitas 10 katoda dengan ukuran 1700 x 1300 x

1160 mm.

b. Rectifier

Rectifier berfungsi untuk mengubah arus AC (380 V) menjadi arus DC (0-

10 V dengan arus sekitar 1600 A). Konsumsi daya dari rectifier sebesar 10 kW.

4.3 Unit Pengolahan Limbah

1. Thickener 1

Thickener 1 berfungsi untuk mengendapkan slurry tahap pertama dari 40%

solid hingga mencapai 50-60% solid. Selain itu, thickener 1 berfungsi untuk

menurunkan konsentrasi sianida yang akan dialirkan ke tangki detoksifikasi.

Thickener 1 memiliki ukuran diameter 12 m dengan konsumsi daya sebesar 7,5

kW.

2. Thickener 2

Thickener 2 berfungsi untuk mengendapkan slurry tahap kedua hingga

mencapai 50-60% solid. Thickener 2 memiliki ukuran diameter 7,5 m dengan

konsumsi daya sebesar 5,5 kW.

3. Thickener Underflow Sump

Thickener underflow sump berfungsi untuk menampung underflow dari

thickener 1 dan 2 yang selanjutnya akan dialirkan ke proses detoksifikasi.

Thickener underflow sump memiliki kapasitas 4 m3 dengan ukuran 2 m x 2,5 m.

Page 47: Laporan Kp

47

4. Thickener Overflow Sump

Thickener overflow sump berfungsi untuk menampung overflow dari

thickener 1 dan 2 yang selanjurnya akan dialirkan ke proses milling. Thickener

overflow sump menggunakan material carbon steel. Thickener overflow sump

memiliki kapasitas 30 m3 dengan ukuran 3,4 m x 4 m.

5. Sand Filter

Sand filter berfungsi untuk menyaring padatan yang terdapat pada

overflow thickener plant 2 sebelum dialirkan ke CIC tank. Sand filter memiliki

kapasitas 6 m3.

6. Carbon In Column (CIC) Tank

CIC tank adalah tangki yang berisi karbon aktif untuk menyerap

kandungan emas dan perak yang terdapat pada overflow thickener plant 2 sebelum

dikembalikan ke ball mill. CIC tank memiliki kapasitas 18 m3.

7. Tailing Sump

Tailing sump berfungsi untuk menampung tailing dari overflow primary

backfill cyclones dan overflow secondary backfill cyclones. Tailing sump memiliki

kapasitas sebesar 6m3 dengan ukuran 2 m x 2,5 m.

8. Backfill Silo

Backfill silo berfungsi untuk menampung tailing dari proses detoksifikai. Backfill

silo memiliki kapasitas sebesar 4 m3 dengan diameter 2,1 m dan tinggi 2,2 m

Page 48: Laporan Kp

48

Gambar 4.16 Backfill Silo

9. Backfill Sump

Backfill sump berfungsi untuk menampung underflow dari backfill silo

berupa tailing yang akan digunakan untuk filling di tambang. Backfill sump

memiliki kapasitas sebesar 3 m3 dengan tinggi 2,2 m dan diameter 2,5 m.

10. Detoxification Tank

Detoxification tank adalah tempat untuk mendstruksi CN- menjadi CNO- .

Terdapat dua buah detoxification tank dengan kapasitas 290 m3. Detoxification

tank dilengkapi dengan agitator untuk menghomogenkan reagen yang

ditambahkan seperti SMBS dan CuSO4 .

11. Tailing Dam

Tailing dam berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir tailing berupa

bendungan dengan kapasitas 2500 m3 dan luas 12 hektar. Tailing yang dibuang ke

tailing dam berasal dari overflow backfill silo. Ketinggian air dijaga pada elevasi

±510 mdpl.

Page 49: Laporan Kp

49

Gambar 4.17 Tailing Dam

12. Seepage Dam

Seepage dam berfungsi untuk menampung rembesan air limbah yang

berasal dari tailing dam. Air limbah tersebut dialirkan ke effluent tank

IPAL Cikaret untuk dilakukan destruksi sianida, sehingga memenuhi baku mutu

lingkungan.

13. Effluent Tank

Effluent tank adalah tempat terjadinya proses pengolahan limbah dengan

menambahkan reagen seperti hidrogen peroksida, koagulan dan flokulan. Effluent

tank dilengkapi dengan agitator dengan tipe single impeller yang berfungsi untuk

menghomogenkan reagen yang ditambahkan. IPAL Tambang dan IPAL Cikaret

masing-masing memiliki satu buah effluent tank dengan kapasitas sebesar 340 m3

dengan tinggi 7,9 m dan diameter 7,25 m.

14. Decant Pond

Decant pond adalah tempat penampungan air limbah yang berasal dari

effluent tank. Pada decant pond. terjadi proses pengendapan padatan tersuspensi

dan destruksi sianida secara alami. IPAL Cikaret memiliki tiga buah decant pond

dengan kapasitas 7263,03 m3, 1625,25 m3 dan 3081,3 m3. IPAL Tambang

memiliki satu buah decant pond dengan kapasitas 4500,5 m3 dengan panjang 214

m, lebar 8,66 m dan kedalaman 1,67 m.

Page 50: Laporan Kp

50

BAB V

UTILITAS

Utilitas adalah unit yang mendukung berlangsungnya suatu proses

produksi dalam suatu pabrik. Unit utilitas yang tersedia di PT ANTAM Tbk Unit

Bisnis Pertambangan Emas Pongkor meliputi kebutuhan air (water supply),

kebutuhan udara tekan (air supply) dan kebutuhan energi listrik (electrical

supply).

5.1 Kebutuhan Air (Water Supply)

Air merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh suatu pabrik

untuk mendukung proses produksi. Kebutuhan air di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor pada proses pengolahan emas dan peraknya

meliputi air bersih (fresh water), air proses (process water), dan raw water.

1. Air bersih (Fresh Water)

Air bersih (fresh water) adalah air yang berasal dari tambang, ST 1, ST 6

dan ST 12 yang diolah di IPAL Tambang. Air tersebut ditambahkan reagen

tertentu di dalam effluent tank kemudian dialirkan ke decant pond untuk

dilakukan pengendepan dan destruksi sianida secara alami. Overflow dari decant

pond ini sebagian dialirkan ke sungai dan sebagian lagi ditampung di dalam dua

buah tangki tertutup berkapasitas 750 m3 . Kebutuhan air bersih (fresh water) di

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sebanyak 84.910,98

m3/bulan. Air bersih (fresh water) digunakan untuk keperluan:

Crushing, untuk pencucian

Milling, untuk kebutuhan shower dan pengencer

Leaching & CIL Adsorption, untuk kebutuhan shower dan pengencer

Gold Room, untuk kebutuhan shower dan pengencer pada tangki NaCN

Tailing Treatment & Backfill Plant , untuk pengencer flokulan, tailing

sump, thickener dan backfill silo

Page 51: Laporan Kp

51

1. Air Proses (Process Water)

Air proses (process water) adalah air yang masih mengandung sianida

dengan konsentrasi yang rendah dan masih dapat digunakan pada proses produksi.

Air proses (process water) berasal dari tailing dam, overflow thickener plant 1

dan overflow thickener plant 2.

Air proses (process water) berasal dari tailing dam dipompakan oleh

return water pump dengan debit 125 m3/jam menuju dua buah tangki dengan

kapasitas 600 m3 . Air bersih (fresh water) yang berasl dari tailing dam digunakan

untuk keperluan proses dan didistribusikan menuju:

Tailing Sump

Thickener Feed Distributor

Thickener Underflow Sump

Secondary Cyclone Feed Sump

Backfill silo dan Backfill sump

Air proses (process water) yang berasal dari overflow thickener plant 1

dan 2 ditampung di dalam overflow sump dengan kapasitas 30 m3 . Air proses

(process water) ini mengandung konsentrasi sianida yang cukup tinggi yaitu 200

– 300 ppm. Air proses (process water) berasal dari overflow thickener plant 1 dan

2 didistribusikan menuju:

Mill Discharge Sump

Distributor Thickener Feed

Trash Screen

Cyanide Mixing Tank

In/Outlet Mill

2. Raw Water

Raw water adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan kantor,

laboratorium, dan goldroom. Raw water berasal dari PT. Pasir Jawa

yang

Page 52: Laporan Kp

52

merupakan mitra PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

untuk penyediaan sebagian air konsumsi ataupun air penunjang kegiatan proses.

Raw water untuk keperluan di goldroom ditampung di dalam raw water

tank dengan kapasitas 60 m3, sedangkan raw water untuk keperluan kantor dan

laboratorium langsung didistribusikan menggunakan pompa. Kebutuhan raw

water pada bulan Februari 2015 di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor sebanyak 576 m3.

5.2 Kebutuhan Udara Tekan (Air Supply)

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor menggunakan

kompresor untuk menghasilkan udara tekan guna memenuhi kebutuhan alat

maupun media pereaksi, seperti pada leaching dan CIL tank. Terdapat beberapa

jenis kompresor yang dipakai oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor antara lain:

Satu buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 84 m3/jam, tekanan

operasi 6 bar, dan daya sebesar 18,5 kW.

Satu buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 172 m3/jam, tekanan

operasi 6 bar, dan daya sebesar 18,5 kW.

Tiga buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 258 m3/jam, tekanan

operasi 6 bar, dan daya sebesar 24 kW.

Dua buah kompresor dengan kapasitas 23 m3/jam, tekanan operasi 7,5 bar,

dan daya sebesar 152 kW.

Dua buah kompresor rotary screw dengan tekanan operasi maksimal 7,5

bar dan daya sebesar 132 kW.

Empat buah kompresor rotary cyclone dengan kapasitas 220 m3/jam dan

daya sebesar 22 kW.

Udara tekan yang dihasilkan oleh kompresor, didistribusikan menuju:

Milling, untuk menggerakkan ballmill

Page 53: Laporan Kp

PLN (kWh) PLTD (kWh)

Januari 5.169.504 20.500

Februari 4.622.848 8.800

53

Leaching & CIL adsorption, untuk menggerakkan agitator dan membantu

reaksi pelindian emas.

Goldroom, untuk pengoperasian furnace

Tailing Treatment untuk control valve

Tambang, untuk pengoperasian alat dan hydraulic bucket.

5.3 Kebutuhan Energi Listrik (Electrical Supply)

Kebutuhan energi listrik di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor berasal dari:

1. Perusahaan Lisrik Negara (PLN) dengan kapasitas distribusi sebesar

13.860 KVA (Kilo Volt Ampere).

2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berjumlah lima unit. Dua unit

memiliki kapasitas sebesar 1825 kVA dengan kebutuhan bahan bakar solar

250 L/jam. Tiga unit lainnya memiliki kapasitas sebesar 1500 kVA dengan

kebutuhan bahan bakar solar 200 L/jam. PLTD digunakan ketika distribusi

listrik dari PLN mengalami gangguan.

Kebutuhan energi listrik paling besar terdapat pada proses penambangan

yaitu sebesar 55% dari total konsumsi listrik. Proses pengolahan menggunakan

35% dari total konsumsi listrik, sedangkan 10% sisanya digunakan untuk

penerangan seluruh lokasi tempat kerja. Konsumsi listrik di PT ANTAM Tbk

Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor tersedia pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Konsumsi Listrik Bulan Januari – Februari 2015

Sumber ListrikBulan

Page 54: Laporan Kp

54

BAB VI MANAJEMEN

INDUSTRI

Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas adalah suatu unit bisnis strategis

yang menjadi bagian dari unsur operasi dalam organisasi PT PT ANTAM Tbk

Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah mengelola operasional usaha

pertambangan emas berdasarkan prinsip-prisnsip good mining practice untuk

mencapai visi, misi dan strategi korporat agar menghasilkan nilai tambah bagi

pemegang saham dan stakeholder perusahaan.

6.1 Susunan Organisasi dan Uraian Tugas

Susunan organisasi dan uraian tugas PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor. diatur berdasarkan keputusan direksi Nomor

194.K/0251/DAT/2012.

6.1.1 Susunan organisasi

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dipimpin oleh

General Manager (Senior Vice President), Gold Mining Business Unit, yang

selanjutnya disebut General Manager. Untuk melaksanakan peran strategis,

General Manager selaku pimpinan dibantu oleh:

a. Vice President (VP), Operation; dan

b. Vice President (VP), Corporate Social Responsibility, Human Resources and

Finance.

Untuk melaksanakan peran yang bersifat operasional dan pengelolaan

kebijakan,. General Manager dibantu oleh:

a. Quality Management Assurance Manager;

b. Procurement and Material Management Manager; dan

c. Health, Safety and Environment Manager.

Page 55: Laporan Kp

55

oleh:

Untuk melaksanakan tugasnya Vice President (VP) Operationdibantu

a. Mine Planning and Development Manager;

b. Mining Operation Manager;

c. Process Plant Manager;

d. Maintenance Manager;

e. Engineering Manager;

f. Quality Control Manager.

Untuk melaksanakan tugasnya Vice President (VP) Corporate Social

Responsibility,Human Resources and Finance dibantu oleh:

a. Finance Manager;

b. Human Resources Manager;

c. Corporate Social Responsibility Manager.

6.1.2 Uraian Tugas

Peran-peran utama dari Satuan Kerja dalam organisasi PT ANTAM Tbk

Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor diuraikan sebagai berikut:

a. General Manager berperan menyusun strategi, kebijakan dan

mengimplementasikan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya sesuai rencana

korporat melalui koordinasi, mengevaluasi kinerja organisasi, serta

meningkatkan produktivitas di lingkungan organisasi PT ANTAM Tbk Unit

Bisnis Pertambangan Emas Pongkor secara berkelanjutan dalam rangka

mengingkatkan keuntungan perusahaan;

b. Operation Division berperan mengelola kegiatan penambangan, pengolahan,

pemeliharaan, engineering dan pengawasan kualitas;

c. CSR, Human Resources and Finance Division berperan mengelola kegiatan

keuangan, sumber daya manusia, tanggung jawab sosial perusahaan

(corporate social responsibility), layanan kesehatan dan kesehatan kerja;

Page 56: Laporan Kp

56

d. Mine Planning and Development Bureau berperan dalam mengelola kegiatan

perencanaan dan pengembangan tambang bijih emas;

e. Mining Operation Bureau berperan dalam melaksanakan kegiatan operasional

produksi tambang bijjih emas dan sarana pendukungnya;

f. Process Plant Bureau berperan mengolah bijih emas untuk dijadikan bullion,

yang terdiri dari proses pengolahan tambang, sianidasi, rekoveri dan

pengolahan limbah;

g. Maintenance Bureau berperan mengelola kegiatan di bidang kelistrikan,

operasi peralatan dan bengkel umum, pemeliharaan tambang, dan

pemeliharaan pabrik;

h. Engineering Bureau berperan mengkaji ulang teknologi yang terpakai untuk

mengadakan efisiensi dalam bidang teknik;

i. Quality Control Bureau berperan dalam hal pengukuran tambang, pengawasan

kadar bijih emas dan geoteknik, dan penyelenggaraan laboratorium;

j. Finance Bureau berperan mengelola dan mengawasi seluruh aktivitas

keuangan serta sistem informasi di lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor sehingga dapat mendukung strategi bisnis dan

operasi perusahaan;

k. Human Resources Bureau berperan merekrut, mempertahankan dan

mengembangkan sumber daya manusia pada setiap jenjang jabatan guna

menunjang implementasi visi, misi dan strategi, internalisasi nilai-nilai

perusahaan ke dalam kompetensi setiap pegawai yang sesuai dengan

kebutuhan bisnis serta mengelola pelayanan umum di PT ANTAM Tbk Unit

Bisnis Pertambangan Emas Pongkor;

l. Corporate Social Responsibility Bureau berperan melaksanakan pembinaan

terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasi penambangan, menjaga

hubungan baik dengan stakeholder eksternal dan mengelola kegiatan

pengamanan di lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor.

m. Procuremet and Material Management Bureau berperan mengelola

penyediaan kebutuhan barang dan jasa untuk keperluan operasional,

Page 57: Laporan Kp

57

melakukan negosiasi dengan rekanan, mengelola gudang penyimpanan

barang serta pengiriman bullion;

n. Health, Safety and Environment Bureau berperan mengelola aspek kesehatan

dan keselamatan kerja serta lingkungan pertambangan di wilayah PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor;

o. Quality Management Assurance Bureau berperan memantau kepatuhan

terhadap semua aturan perusahaan pada semua bidang operasional untuk

memberi usulan guna mengatasi risiko operasional perusahaan.

Susunan organisasi ketenagakerjaan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor adalah sebagai berikut :

a. Business Unit Head

Business Unit Head merupakan pemimpin Unit Bisnis Pertambangan

Emas bertanggung jawab kepada direksi perseroan. Business Unit Head bertugas

dan bertanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang penambangan

dan pengolahan emas, pengolahan lingkungan pertambangan emas, dan

pengembangan masyarakat di sekitas lokasi pertambangan guna mengadakan

perbaikan kualitas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan pencapaian

target manajemen di bidang operasional.

2. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang keuangan guna

mengadakan perbaikan berdasarkan risk management dan cost reduction

dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas untuk pencapaian target

manajemen di bidang keuangan.

3. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang sumber daya

manusia guna mengadakan perbaikan kualitas sumber daya manusia dan

pemberdayaan melalui pengembangan sumber daya manusia untuk

menyediakan sumber daya manusia yang berkompetensi dan berintegritas

tinggi dalam memenuhi kebutuhan organisasi PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor.

Page 58: Laporan Kp

58

b. Operation Division Head

Operation Division Head berperan mengelola kegiatan penambangan

pengolahan, pemeliharaan, engineering dan pengawasan kualitas serta

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk melaksanakan tugasnya

Operation Division Head dibantu oleh:

1) Mine Planning and Development Bureau Head

Mine Planning and Development Bureau Head dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh:

Mine Plan Departement

Mine Development Departement

2) Mining Operation Bureau Head

Mining Operation Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh:

Departemen Perencanaan Tambang

Departemen Operasi Tambang A

Departemen Operasi Tambang B

Departemen Sarana Tambang

Departemen Pengisian Ulang (Back Fill)

3) Process Plant Bureau Head

Process Plant Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

Departemen Sianidasi

Departemen Recovery

Departemen Metalurgi

Departemen Tailing Treatment

Page 59: Laporan Kp

59

4) Engineering Bureau Head

Engineering Bureau Head dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Staff

Engineering.

5) Maintenance Bureau Head

Maintenance Bureau Head dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh:

Departemen Electrolysis Distribution and Control

Departemen Mine Equipment

Departemen Mine Facillity Maintenance

Departemen Plant Maintenance

6) Quality Control Bureau Head

Quality Control Bureau Head dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh:

Departemen Pengukuran Tambang

Departemen Pengawasan Kadar dan Geoteknik

Departemen Laboratorium

Departemen Sistem dan Prosedur

c. CSR, Human Resources, and Finance Division Head

CSR, Human Resources, and Finance Division Head membawahi Kepala

Departemen dan Kepala Satuan Kerja, di antaranya :

1) Finance Bureau Head

Finance Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

Departemen Accounting and Budgeting

Departemen Treasury & Verification

Departemen Information and Communication Technology

2) Human Resources Bureau Head

Human Resources Bureau Head dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh:

Departemen Human Resource Planning & Development

Page 60: Laporan Kp

60

Departemen Compensation & Benefit

Departemen General Service

Departemen Learning

3) Corporate Social Responsibility Bureau Head

Corporate Social Responsibility Bureau Head dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh:

Departemen Community Development

Departemen External Relation

Departemen Security

4) Health Center and Occupational Health Burau Head

Health Center and Occupational Health Bureau Head dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

Departemen Health Center

Departemen Occupational Health

d. Procurement and Material Management Bureau Head

Procurement and Material Management Bureau Head bertanggung jawab

atas:

Depatemen Pengadaan (Procurement)

Departemen Gudang (Warehouse)

Departemen Pengiriman Bullion dan Penerimaan Barang (Good Receiving

& Bullion Deliver)

e. Safety and Environment Bureau Head

Safety and Environment Bureau Head bertanggungjawab atas:

Departemen KeselamatanKerja

Departemen Lingkungan

Page 61: Laporan Kp

61

f. Quality Management Assurance Bureau Head

Quality Management Assurance Bureau Head bertanggungjawab langsung

ke Business Unit Head.

6.2 Tenaga Kerja

6.2.1 Struktur Tenaga Kerja

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah

perusahaan padat karya, dimana karyawan terdiri dari tenaga kerja ahli yang

mengutamakan kemauan untuk bekerja keras, sesuai dengan bidang pekerjaannya

yaitu pertambangan bawah tanah (underground mining).

Tabel 6.1 Kekuatan Karyawan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Per 31 Januari 2015

Jan-15NO SATUAN KERJA

TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH

1 BUSINESS UNIT HEAD & STAF 24 - - - 24

2 Quality Management Assurance Bureau & STAF 8 - - 1 9

3 OPERATION DIVISION HEAD 1 - - - 1

4 MINING OPERATION BUREAU & STAF 161 - 4 111 276

5MINE PLANNING & DEVELOPMENT BUREAU & STAF

35 - 12 7 54

6 PROCESS PLANT BUREAU & STAF 66 - 1 56 123

7 MAINTENANCE BUREAU & STAF 91 - 1 77 169

8 ENGINEERING BUREAU & STAF 9 - - - 9

9 QUALITY CONTROL BUREAU & STAF 35 - 1 33 69

10 Sistem dan Prosedur - - - - 0

11 CSR, HR AND FINANCE DIVISION HEAD 2 - - - 2

12 FINANCE BUREAU & STAF 8 1 - 3 12

13 HUMAN RESOURCES BUREAU & STAF 31 - - 8 39

14 CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BUREAU 12 - 1 3 16

15HEALTH CENTER & OCCUPATIONAL HEALTH & STAF

- - - - 0

16PROCUREMENT & MATERIAL MGT BUREAU &STAF

22 - - 7 29

17HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT BUREAU &STAF

24 - 6 29 59

529 1 26 335 891

Page 62: Laporan Kp

62

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

mempekerjakan karyawan sebanyak 891 orang, yang terdiri dari:

1) Pegawai Tetap

Pegawai tetap adalah karyawan perusahaan yang diangkat berdasarkan SK

Direksi PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor, setelah

melewati masa percobaan selama 3 bulan.Pegawai tetap mempunyai hak 100%

atas gaji dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan. Pada akhir masa kerja

(usia 56 tahun) diberikan pensiunan bulanan.

2) Pegawai Tidak Tetap atauTenaga Kerja Waktu Tertentu (TKWT)

Pegawai tidak tetap merupakan karyawan yang diangkat

perusahaan/Kuasa Direksi yang sewaktu-waktu dapat diberhentikan. Pegawai

tidak tetap ini terdiri dari :

a. Tenaga Kerja Bulanan (TKB)

Tenaga kerja khusus yang bekerja pada perusahaan.

Contoh : Pegawai pensiunan yang masih dibutuhkan tenaganya untuk

bekerja pada perusahaan (tenaga training miner/sebagai pengajar).

b. Pegawai Percobaan

Pegawai percobaan adalah calon pegawai perusahaan dan apabila pegawai

ini dinilai baik dan memiliki loyalitas yang tinggi. Haknya diberikan 80%.

Contoh :Tenaga kerja calon pegawai, hasil dari recruitment.

c. Tenaga Kerja Ikatan Kerja/Tenaga Kontrak

Tenaga kontrak adalah tenaga kerja yang diangkat berdasarkan kontrak

kerja. Apabila masa kontraknya sudah habis, maka pegawai tersebut akan

mendapatkan perpanjangan kontrak atau diberhentikan.

Contoh : Selama ini bekerja sama dengan koperasi pegawai PT ANTAM

Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor “Koperasi Kotamas” untuk

kebutuhan tenaga kerja KPO (Karyawan Penunjang Operasi).

Page 63: Laporan Kp

63

d. Tenaga Honorer Full Timer (Tenaga Kerja Harian)

Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dan digaji

berdasar pada banyaknya hari kerja.

Contoh : Tenaga kerja yang dipekerjakan sewaktu-waktu berdasarkan

kebutuhan pekerjaan, melalui koperasi sebagai penyalur tenaga kerja resmi

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.

e. ABRI Tugas Karya

ABRI tugas karya adalah pegawai perusahaan yang diangkat dari anggota

TNI/POLRI yang masih aktif maupun purnawirawan.

6.2.2 Shift Kerja

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki dua

pembagian kerja yaitu shift dan non shift. Adapun jadwal kerja karyawan PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor tersedia pada tabel 6.2.

Tabel 6.2 Jadwal Kerja Karyawan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Non Shift Shift

1 08.00 – 16.00

Jam Kerja

07.30 – 16.15 2 16.00 – 24.00 3 24 . 00 – 0 8 . 00

Hari Senin – Jumat (kecuali hari libur nasional)

Grup:A, B, C, D

Sistem Shift:1-1-2-2-3-3-0-0 (0=

libur)Personal Manager, AM, Staff, Kepala seksi Pengawas, operator

24 jam

PiketSistem giliran: 2 orang/ hari (1 dari manager/ AM/ staff) + 1 dari kepalaseksi

Hari kerja: 16.15 – 07.30Hari libur: 07.30 – 07.30

6.3 Fasilitas Karyawan

6.3.1 Transportasi

a. Bis Karyawan

Bis karyawan merupakan fasilitas transportasi yang diberikan

perusahaan kepada seluruh karyawan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas

Page 64: Laporan Kp

64

Pongkor. Adapun jadwal keberangkatan dan trayek bis karyawan tersedia pada

tabel 6.2.

Tabel 6.3 Trayek Bis dan Jadwal Keberangkatan

Leuwiliang – Pongkor Parengpeng – Pongkor Pongkor – Leuwiliang

Jam 06.00 WIB

Jam 14.00 WIB

Jam 22.00 WIB

Jam 06.15 WIB

Jam 14.15 WIB

Jam 22.15 WIB

Jam 08.30 WIB

Jam 16.30 WIB

Jam 00.30 WIB

b. Mobil Dinas

Mobil dinas merupakan fasilitas yang diberikan untuk pejabat struktural

dan atau staf peringkat IV ke atas (disesuaikan dengan ketersediaan).

Pendistribusian kendaraan dinas diatur dengan nota dinas Business Unit Head

dengan mempertimbangkan bobot jabatan, peringkat, lama kerja, dan lama di

struktural. Setiap pengguna mobil dinas wajib mengikuti persyaratan dan aturan

yang berlaku.

c. Mobil Operasional

Mobil pick up digunakan untuk mendukung kegiatan operasi di tambang,

pabrik, pemeliharaan, keamanan, comdev, dll. Izin pemakaian sesuai aturan -

aturan departemen pemegang.

6.3.2 Kantin

Kantin merupakan fasilitas penyedia kebutuhan konsumsi pangan

pekerja.Selain fasilitas tempat makan, kantin dengan badan pengawas lapangan

berkoordinasi dalam penyediaan dan pengiriman makanan ke lokasi kerja yang

jauh dari kantin. Kantin terdapat di area administrasi, tambang, dan mess

Parengpeng.

Page 65: Laporan Kp

65

6.3.3 Mess

Mess merupakan fasilitas tempat tinggal yang diberikan kepada pekerja

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dan tamu khusus

perusahaan. Terdapat dua mess yaitu di area administrasi dan perumahan

Parengpeng.

6.3.4 Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang tersedia berupa telepon internal, antar lokasi di

dalam wilayah kantor. Telepon keluar dari Pongkor melalui operator dan terdapat

jaringan selular dari INDOSAT. Komunikasi di dalam dan keluar tambang

menggunakan telepon internal dan HT. Fasilitas e-mail diberikan untuk karyawan

tertentu.

6.3.5 Pusat Informasi

a. Tambang (MONITOR 99,NO TLP 931 ATAU 130)

Pemantau semua aktivitas tambang dan dapat menjalankan fungsi

penghubung internal maupun keluar area sesuai kebutuhan dan Work Instruction.

b. Pabrik (MONITOR 77,NO TLP 111)

Pemantau semua aktivitas pabrik dan limbah dan dapat menjalankan

fungsi penghubung internal maupun keluar area sesuai kebutuhan dan Work

Instruction.

c. Pemeliharaan (MONITOR 88,NO TLP 188)

Pemantau semua aktivitas pemeliharaan khususnya tambang dan pabrik.

6.3.6 Poliklinik

Poliklinik merupakan fasilitas perusahaan untuk meningkatkan

kesejahteraan karyawan di bidang kesehatan. Terdapat dua poliklinik di PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor yaitu poliklinik area

administrasi dan poliklinik di Parengpeng. Poliklinik melayani 24 jam yang

ditangani oleh dokter dan paramedis.

Page 66: Laporan Kp

66

6.3.7 Jaminan Sosial

Setiap pegawai yang berstatus sebagai pegawai tetap PT ANTAM

Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor diberikan hak fasilitas jaminan

sosial, meliputi:

a. Jaminan sosial tenaga kerja

b. Iuran program jaminan sosial tenaga kerja

c. Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.

d. Jaminan hari tua

e. Asuransi jiwa

f. Jaminan pemeliharaan dan fasilitas pegawai

g. Program iuran kesejahteraan hari tua.

6.4 Keselamatan Kerja

Kesahatan dan Keselamatan Kerja (K3) selalu menjadi prioritas utama PT

ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. Terdapat dua program

safety yang dilaksanakan oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor yaitu safety induction dan safety talk. Safety induction diperuntukkan

untuk siapapun yang akan memasuki lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor. Safety talk diperuntukkan bagi seluruh karyawan,

terutama yang berada di pertambangan dan pengolahan. Safety talk dilaksanakan

sebelum memulai pekerjaan yang bertujuan untuk menghindari resiko terjadinya

kecelakaan kerja. Pada safety talk terdapat penyampaian keadaan tidak aman yang

dapat menyebabkan kecelakaan kerja serta evaluasi kerja pada shift sebelumnya.

Seluruh karyawan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor yang bekerja di pertambangan dan pengolahan wajib menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) seperti wearpack, safety helmet, ear plug, safety shoes. Hal

ini bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.

Page 67: Laporan Kp

67

6.5 Kewajiban Terhadap Masyarakat

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor melaksanakan

kewajiban terhadap masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility

(CSR). CSR selain merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas

kehidupan masyarakat yang lebih baik bersama dengan pihak terkait, juga

merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, UBPE membagi 3 kewilayahan yaitu

Ring 1 (terdiri dari 10 desa di kecamatan Nanggung), Ring 2 (meliputi wilayah

Bogor), dan Ring 3 (meliputi wilayah luar Bogor). Melalui pelaksanaan kegiatan

CSR yang diwujudkan kedalam program Community Development (Comdev) serta

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, UBPE berupaya mencapai visi

CSR

2013 yaitu menjadi perusahaan dengan tanggung jawab sosial yang

terkemuka dan terpecaya di industri pertambangan Indonesia.

Kerangka besar dalam implementasi konsep pembangunan berkelanjutan,

PT. Antam (persero) Tbk. Telah menyusun Masterplan yang memuat peta alur

dan tahapan pengembangan CSR Excelent, dengan arahan menjalankan program

CSR yang sistematis dan terarah.

Amanah dalam Master Plan untuk unit UBPE Pongkor 2011 meliputi

program:

a. Pengembangan program agroeutourism, memperhatikan luas wilayah

kecamatan Nanggung dengan potensi wisata yang beragam.

b. Mendukung kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan pihak lain Model

Kampung Konservasi merupakan salah satu program CSR. Insiasi

pembentukkan Model Kampung Konservasi di 5 (lima) kampung, yakni

: Kampung Ciguha; Kampung Cimangaten; Kampung Pongkor; Kampung

Kopo dan Kampung Pabangbon, merupakan hasil kerjasama PT. Antam

(Persero) UBP. Emas Pongkor dengan Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak (TNGH-S) dan Gede Pahala.

Model Kampung Konservasi yang diinisiasi sejak pertengahan tahun 2009

dan tahun 2010, memiliki tujuan:

Page 68: Laporan Kp

68

Mendukung fungsi dan manfaat kawasan TNGH-S bagi kehidupan

masyarakat dengan prinsip keseimbangan ekologi-ekonomi.

Membangun upaya untuk mendorong Rencana Tata Ruang Kesepakatan

antara masyarakat dengan Pihak TNGH-S Melalui Pengelolaan

Kolaboratif;

Upaya untuk menerjemahkan pengelolaan kolaboratif multipihak antara

Antam UBPE Pongkor, TNGH-S serta masyarakat sekitar.

c. Penguatan kemandirian kelembagaan institusi ekonomi lokal yang

berbasiskan komoditas lokal.

d. Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas kesehatan ibu dan anak.

Pengembangan POSYANDU yang lebih ditekankan pada pengembangan

kemampuan manajerial (pengelolaan); upaya pemanfaatan pekarangan untuk

tanaman obat; pencegahan dan penanggulangan gizi buruk; pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular.

Pemenuhan pendidikan dasar 9 tahun. Ditekankan pada upaya

pengembangan kualitas sumber daya manusia guna mendorong tingkat partisipasi

sekolah, tanpa menafikan rutinitas program yang telah dilakukan sebelumnya.

Program yang dilakukan adalah memberikan Training of Trainers Life Planing

Education (LPE) bagi guru SMP dan sederajat; pengembangan buku-buku

perpustakaan; dan Lomba Karya Tulis untuk siswa-siwi SD dan SMP.

Page 69: Laporan Kp

69

7.1 Lokasi

BAB VII

TATA LETAK PABRIK

PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terletak di

Gunung Pongkor Desa Bantarkaret Kecamatan Naggung Kabupaten Bogor

Provinsi Jawa Barat Indonesia. Lokasi ini berjarak kurang lebih 54 km ke arah

Barat Daya dari Kota Bogor.

PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki luas

kuasa pertambangan sebesar 6047 hektar (No. KW 98 PP 0138/Jabar), sedangkan

KP ekplorasi seluas 3870 hektar (No. KW 96 PP 0127 B/Jabar) dari posisi

geografi KP ekploitasi ini terletak pada koordinat 106°30’01,0” BT sampai

dengan 106°35’38,0” BT dan 6°36’37,2” LS sampai dengan 6°48’11,0” LS.

Gambar peta lokasi PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor

disajikan pada Gambar 7.1

Gambar 7.1 Peta Lokasi PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor

7.2 Penggunaan Lahan

Lahan di PT. ANTAM Tbk UBPE terbagi menjadi empat sektor utama,

yaitu area administrasi, area pengolahan, area tambang, dan area IPAL. Gambar

pembagian lahan disajikan pada Gambar 7.2.

Page 70: Laporan Kp

70

Gambar 7.2 Pembagian Lahan di PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor

7.2.1 Area AdministrasiArea administrasi terdiri kantor pusat administrasi sebagai pusat

manajemen dan tempat penyimpanan arsip-arsip di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor. Pada area ini terdapat beberapa kantor pimpinan

perusahaan seperti Business Unit Head, Corporate Social Responsibility, Human

Resources dan Finance Division Head.

Area administrasi dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain seperti

poliklinik, masjid, kantin, lapangan tenis, dan lahan parkir untuk pegawai yang

menggunakan kendaraan roda empat.

7.2.2 Area Pengolahan

Area pengolahan ini terdiri dari pabrik, gudang, dan kantor. Pabrik

merupakan tempat proses pengolahan bahan baku berupa ore menjadi produk

utama dore bullion. Area pengolahan terdiri dari 3 unit yaitu unit sianidasi, unit

recovery, dan unit pengolahan limbah. Gudang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan seluruh kebutuhan proses produksi serta proses penambangan

seperti bahan-bahan kimia dan spare part. Selain itu, gudang berfungsi sebagai

tempat penyimpanan sementara alat-alat dari pabrik yang sudah tidak digunakan.

Terdapat 3 kantor di area pengolahan yaitu :

Page 71: Laporan Kp

71

1. Kantor pengolahan sebagai pusat tempat manajerial Process Plant Bureau dan

Engineering Bureau.

2. Kantor administrasi Maintenance sebagai tempat manajerial Maintenance dan

termasuk pengelolaan di bidang operasi peralatan dan bengkel umum,

kelistrikan, pemeliharaan tambang, dan pemeliharaan pabrik.

3. Laboratorium sebagai tempat untuk analisis sampel pada plant dan juga

sebagai tempat percobaan perencanaan pengolahan pabrik.

7.2.3 Area Tambang

Area tambang tersebar di beberapa tempat seperti area tambang Ciurug,

Ciguha, Kubang Cicau, Gudang Handak dan Pasir Jawa. Di area tambang terdapat

bengkel di dalam dan di luar tambang bawah tanah. Bengkel yan g berada di

luar tambang bawah tanah merupakan bengkel grandby yang berfungsi untuk

mengangkut hasil tambang, sedangkan bengkel yang berada di dalam merupakan

bengkel untuk memelihara alat-alat berat dalam tambang. Area tambang ini juga

memiliki kantor administrasi tersendiri sebagai pusat manajerial tambang.

7.2.4 Area IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

IPAL merupakan unit pengolahan air limbah yang berasal dari proses

penambangan dan proses produksi di pabrik sehingga menghasilkan air bersih

yang dapat digunakan kembali atau dapat dibuang ke sungai karena telah

memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga tidak akan membahayakan

lingkungan.

Pada PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terdapat

dua area IPAL yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret. IPAL Tambang terletak

di dalam area pabrik yang merupakan tempat pengolahan air limbah yang

berasal dari proses penambangan. Air hasil pengolahan dari IPAL Tambang ini

akan digunakan kembali di dalam pabrik sebagai air proses. Sedangkan IPAL

Cikaret akan mengolah air limbah yang berasal dari tailing dam yang merupakan

air dari proses produksi di pabrik. IPAL Cikaret ini terletak di luar area pabrik.

Air hasil pengolahan IPAL Cikaret ini akan langsung dibuang ke sungai Cikaniki.

Page 72: Laporan Kp

72

BAB VIII

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

.Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT ANTAM Tbk Unit

Bisnis Pertambangan Emas Pongkor berpotensi merusak lahan dan mengganggu

keanekaragaman hayati sekitar, sehingga PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor wajib melakukan pengelolaan lingkungan untuk

mengurangi dampak terhadap lingkungan.

8.1 Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan. PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sebagai

salah satu perusahan yang bergelut dalam bidang pertambangan dan pengolahan

hasil tambang memiliki kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan.

Langkah nyata yang telah PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas lakukan sebagai tanggung jawab terhadap lingkungan antara lain

menetapkan kebijakan lingkungan, menjaga keanekaragaman hayati, reklamasi,

dan pengolahan limbah.

8.1.1 Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan ini merupakan bentuk komitmen PT ANTAM Tbk

Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor untuk menjaga lingkungan sekitar.

Kebijakan lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

mencakup :

1. Mengembangkan dan menerapkan suatu sistem manajemen lingkungan

yang mengacu kepada peraturan perundangan dan standar yang berlaku.

2. Mengupayakan penggunaan sistem, metode, peralatan, bahan

yang memiliki dampak negatif minimal bagi lingkungan dalam setiap

kegiatan pertambangan.

3. Menggunakan sumber daya alam secara optimal dalam rangka konservasi

dan minimasi limbah.

Page 73: Laporan Kp

73

4. Memiliki, melaksanakan dan memenuhi ketentuan dokumen lingkungan

dalam setiap kegiatan operasional.

5. Melakukan upaya pencegahan dan meminimalkan terjadinya

pencemaran terhadap lingkungan.

6. Meminimasi lahan terganggu dan merehabilitasi sesuai dengan

peruntukannya termasuk menjaga dan memelihara flora dan fauna di

dalamnya.

7. Memiliki prosedur tanggap darurat bagi kegiatan yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan lingkungan.

8. Memiliki rencana penutupan tambang (mine closure) pada setiap kegiatan

pertambangan tahap operasi/produksi.

9. Melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan secara

berkelanjutan.

Salah satu capaian PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor dari kebijakan lingkungan yang diterapkan adalah PROPER. PROPER

merupakan penilaian kinerja pengelolaan lingkungan suatu perusahan yang

diterapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia untuk

meningkatkan peran perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan.

Terdapat 5 peringkat PROPER yang diberikan kepada perusahaan yaitu emas,

hijau, biru, merah dan hitam. Peringkat PROPER dapat dilihat pada Tabel 8.1

Peringkat

Emas

Hijau

Tabel 8.1 Peringkat PROPER.

PERMEN LH NO. 05/2011

PROPER

Konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency)

dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika

dan bertanggungjawab terhadap masyarakat;

Pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan (beyond

compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,

pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse,

Recycle, dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (CSR)

dengan baik;

Page 74: Laporan Kp

74

Biru

Merah

Hitam

Melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai

dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan;

Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan tidak sesuai dengan

persyaratan yang diatur dalam peraturan;

Sengaja melakukan perbuatan ataun melakukan kelalaian yang

mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta

pelanggaran terhadap peraturan penundang-undangan atau

tidak

melaksanakan sanksi adminstrasi

Peringkat PROPER yang telah diterima PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor dapat dilihat pada Tabel 8.2.

Tabel 8.2 Peringkat PROPER PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Tahun Tingakatan PROPER

2010 Hijau

2011 Biru

2012 Biru

2013 Hijau

2014 Hijau

8.1.2 Keanekaragaman Hayati

Pada Desember 2010 sebagai salah satu bentuk tanggungjawab dan

kepedulian terhadap lingkungan, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor berkerja sama dengan Kementerian Kehutanan dan Sustainable

Management Group (SMG) membangun Pusat Konservasi Keanekaragaman

Hayati (PKKH) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) untuk

meminimalisasi dampak operasi pertambangan terhadap habitat lokal dan

keanekaragaman hayati.

Adapun program-program PHHK yang telah berhasil dilakukan antara

lain:

Page 75: Laporan Kp

75

1. Pembangunan Pusat Penelitian dan Pendidikan Pohon dan Tanaman Asli

(P4TA),

2. Peresmian fasilitas bangunan P4TA terdiri dari : Green house dan media

storage, fasilitas ruang kerja,laboratorium basah serta laboratorim kering

3. Pelepasliaran Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates

moloch)

4. Pelepasliaran burung Elang Ular Bido (Spilornis cheela) yang termasuk satwa

dilindungi,

5. Pembangun fasilitas pusat persemaian dengan kapasitas 500.000 bibit,

6. Pelepasliaran 40 ekor burung Jalak Putih yang merupakan species yang

hampir punah diikuti dengan pemantuan secara bekelanjutan selama satu

tahun, bekerja sama dengan tim Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga

(PPSC).

7. Penyelesaian laporan Master Plan Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati

Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

8. Kegiatan sosialisasi melalui berbagai seminar pembangunan kawasan yang

berkelanjutan dengan konsep Public Private Partnership oleh Sustainable

Management Group SMG bekerja sama dengan tiga universitas yaitu

Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dan Institut Pertanian Bogor.

9. Kegiatan mensosialisasikan PKKH kepada masyarakat sekitar kawasan.

10. Publikasi atas kegiatan PKKH telah dilakukan Press Conference oleh SMG,

Antam dan TNGHS.

8.1.3 Reklamasi

Upaya lain yang dilakukan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor untuk meminimalkan dampak operasional pertambangan terhadap

lingkungan adalah melakukan reklamasi lahan yang terganggu. Reklamasi adalah

usaha perbaikan kembali lahan yang rusak bertujuan untuk memulihkan kondisi

lingkungan dan menciptakan habitat untuk mendukung keanekaragaman hayati.

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas memiliki luas area Izin

Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 60,47 Km dengan luas area yang dilindungi

Page 76: Laporan Kp

76

sebesar 48,37 Km yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (TNGHS). Pada tahun 2013, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis

Pertambangan Emas telah melakukan upaya reklamasi di area yang dilindungi

dengan cara :

1. Penataan kawasan dan pembinaan daya dukung kawasan di sekitar

TNGHS.

2. Penanaman batas hidup dengan 1.000 batang pohon Aren dan Kemiri

di lokasi tailing dam dan Cepak Puspa (di batas kawasan TNGHS).

8.2 Pengolahan Limbah

Pada proses produksinya PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan

Emas Pongkor menghasilkan slurry dengan konsentrasi sianida yang tinggi

sebagai produk samping, sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang

ke lingkungan. Pengolahan limbah yang dilakukan adalah tailing treatment

dengan mengubah (CN-) menjadi sianat (CNO-) yang lebih stabil sehingga tidak

membahayakan apabila dibuang ke lingkungan.

8.2.1 Tailing Treatment

Tailing treatment merupakan proses pengolahan limbah slurry yang

dihasilkan oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.

Slurry yang berasal dari tangki CIL terakhir akan melalui tahap-tahap pengolahan

meliputi thickening, detoksifikasi, dan backfill silo. Diagram alir tailing treatment

dapat dilihat pada Gambar 8.1

1. Thickener

Slurry yang berasal dari tangki terakhir CIL akan dialirkan menuju

thickener 1 untuk diendapkan selama 15 menit dengan bantuan koagulan dan

flokulan. Pada thickener ini diharapkan % solid mencapai 50%. Underflow dari

thickener akan ditampung di dalam underflow sump, sedangkan overflow akan

dialirkan menuju ke thickener 2. Proses pada thickener 2 berlangsung lebih lama

yaitu 20 menit. Pada thickener 2 ditambahkan pula koagulan dan flokulan

bertujuan untuk menjernihkan overflow dari thickener 1. Overflow dari thickener

2 akan ditampung di overflow sump sebelum dialirkan ke ball mill sebagai

Page 77: Laporan Kp

77

pengencer, sedangkan underflow akan dialirkan ke underflow tank untuk diolah di

detoxification tank.

Gambar 8.1 Diagram Alir Tailing Treatment

Thickener dilengkapi dengan rake arms yang berfungsi untuk

membersihkan dasar thickener serta sebagai pengumpul endapan. Ketinggian rake

arms dapat diatur sesuai dengan ketinggian endapan dalam thickener. Terdapat

beberapa parameter yang perlu diperhatikan pada thickener seperti bed

mass, mass level, dan torque.

Bed mass menunjukan massa keseluruhan slurry dengan batas yang

diijinkan sebesar 50%. Bed level menunjukan level lumpur dalam cairan. Batas

maksimal yang diijinkan sebesar 50%. Sedangkan, Torque menunjukan

kemungkinan tangki penuh oleh slurry atau terlalu kental yang menyebabkan

beban pada motor hidrolik yang menggerakan rake. Batas maksimal torque yang

diijinkan sebesar 50%.

Page 78: Laporan Kp

78

2. Detoxification

Detoxification merupakan proses destruksi sianida untuk mengurangi

kadar sianida sehingga memenuhi baku mutu lingkungan. Underflow dari

thickener memiliki kadar sianida sebesar 150-200 ppm dengan pH 9-10. Pada

proses destruksi ini dilakukan penambahan sodium metabisulfit (SMBS) dan

tembaga sulfat (CuSO4). SMBS berfungsi mengubah CN- menjadi CNO- sehingga

kadar sianida akan berkurang menjadi kurang dari 1 ppm, sedangkan CuSO4

berfungsi sebagai katalis. Selain SMBS dan CuSO4, ditambahkan udara bebas dari

atmosfer menggunakan kompresor sebagai sumber oksigen untuk mengoksidasi

CN-. Proses destruksi sianida pada detoxification tank dapat dilihat pada reaksi

8.1.

CN- + SO2 + H2O + O2 CNO- + H2SO4 (8.1)

3. Backfill Silo

Slurry dari detoxification tank akan ditampung dalam backfill silo sebelum

dialirkan menuju tambang dan tailing dam. Underflow dari backfill silo akan

dialirkan menuju tambang sebagai bahan pengisi lubang bekas penambangan.

Slurry akan ditambahkan semen dan zat-zat additif sebelum digunakan sebagai

filling untuk memperkuat konstruksi. Overflow dari backfill silo akan dialirkan

menuju tailing dam. Namun saat ini, tambang tidak selalu membutuhkan slurry

untuk filling sehingga slurry akan dialirkan menuju tailing dam.

4. Tailing Dam

Tailing dam merupakan tempat pembuangan akhir slurry dimana terjadi

proses destruksi sianida secara alami akibat perubahan suhu, perubahan pH,

penguapan, dan pengenceran oleh air hujan sehingga akan terjadi penurunan kadar

sianida. Slurry dari backfill silo akan dialirkan ke bak existing untuk diendapkan,

selanjutnya overflow dari bak existing akan dialirkan ke dam utama, sedangkan

underflownya akan diangkut oleh dump truck menuju tempat pembuangan tailing

akhir. Pada saat bak existing penuh, slurry akan dialirkan menuju bak ekspansi

Page 79: Laporan Kp

79

sebagai bak cadangan. Apabila tempat pembuangan akhir yang telah terisi

penuh oleh tailing akan dilakukan reklamasi.

Setiap bak dilengkapi dengan bak rembesan (Seepage Collection Dam)

yang berfungsi untuk menampung resapan air sehingga air akan mengalir ke dam

utama. Slurry dari dam utama akan dialirkan ke IPAL Cikaret untuk dilakukan

pengolahan sebelum dibuang ke sungai.

8.2.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor menghasilkan

air limbah dari proses pertambangan dan pengolahan yang perlu diolah sebelum

dibuang ke lingkungan. Terdapat 2 unit pengolahan air limbah yaitu IPAL

Tambang dan IPAL Cikaret.

1. IPAL Tambang

IPAL Tambang berfungsi untuk mengolah air limbah yang berasal dari

proses penambangan. Air dari tambang akan dialirkan menuju ST-1 yang

selanjutnya akan dialirkan menuju ST-6. Pada ST-6 akan terjadi proses

pengendapan, overflow dari ST-6 akan dialirkan ke tangki effluent pada IPAL

Tambang.

Gambar 8.2 Diagram Alir IPAL Tambang

Page 80: Laporan Kp

Tahun 2004 (OTI) ANTAM

CN- ≤ 0,5 ppm ≤ 0,35 ppm

pH 6 -9 7 - 8

SS ≤ 200 ppm ≤ 50 ppm

80

Di dalam effluent tank akan terjadi proses destruksi sianida, penurunan pH,

dan penurunan nilai suspended solid (ss) hingga mencapai nilai baku mutu yang

telah ditetapkan. Baku mutu air limbah pada IPAL Tambang dapat dilihat pada

tabel 8.2.

Tabel 8.3 Baku Mutu Air Limbah IPAL Tambang

ParameterKeputusan Menteri Negara LH No. 202 Objective Target Internal

Proses destruksi sianida dilakukan dengan cara menambahkan hidrogen

peroksida (H2O2). Penambahan tembaga sulfat (CuSO4) bertujuan untuk

mempercepat destruksi sianida dan menurunkan pH digunakan, namun dengan

alasan ekonomi penggunaan CuSO4 telah dihilangkan dan diganti dengan

aluminium sulfat yang harganya lebih murah dan memilki fungsi yang

sama dengan CuSO4. Penurunan nilai ss dilakukan dengan menambahkan

koagulan dan flokulan.

Keluaran dari effluent tank akan dialirkan menuju decant pond dimana

terjadi proses pengendapan dan destruksi sianida secara alami. Overflow dari

decant pond akan dialirkan ke process water tank untuk digunakan kembali

sebagai air proses. Apabila kebutuhan air proses telah terpenuhi maka air dari

overflow akan langsung dibuang ke sungai Cikaniki. Slurry sebagai underflow

akan dikembalikan menuju ST-12 untuk diproses kembali karena masih memiliki

kandungan emas dan perak.

2. IPAL Cikaret

IPAL Cikaret akan mengolah air limbah yang berasal dari overflow tailing

dam yang dihasilkan dari proses tailing treatment. Proses yang dilakukan pada

IPAL Cikaret hampir sama dengan proses yang dilakukan pada IPAL Tambang.

Perbedaannya adalah kandungan sianida, nilai suspended solid dan pH dalam air

Page 81: Laporan Kp

81

limbah yang diolah lebih tinggi dibandingkan dengan IPAL Tambang. Hal ini

dikarenakan air limbah ini bersalah dari proses pengolahan emas.

TailingDam

Koagulan

FlokulanH2O2

EffluentTank

DecantPond

Sungai Cikaniki Pembuangan

Akhir Tailing

Gambar 8.3 Diagram Alir IPAL Cikaret

Oveflow dari tailing dam akan dialirkan menuju effluent tank untuk

dilakukan proses destruksi siainida, penurunan nilai suspended solid, dan

penetralan air limbah. Proses destruksi dilakukan dengan penambahan hidrogen

peroksida. Reaksi destruksi sianida dengan hidrogen peroksida dapat dilihat pada

reaksi 8.2. Alumunium sulfat berfungsi untuk mempercepat destruksi sianida dan

menurunkan pH air limbah. Koagulan dan flokulan digunakan untuk menurunkan

nilai suspended solid.

CN- + H2O2 CNO + H2O (8.2)

Air limbah yang telah diolah dalam effluent tank akan dialirkan menuju

decant pond untuk dilakukan proses pengendapan. Terdapat 3 decant pond yang

akan menampung air limbah.dengan kapasitas masing-masing sebesar 7263,03

m3, 1625,25 m3, dan 3081,3 m3.