laporan kasus individu tony - hipertensi.docx
Post on 24-Oct-2015
260 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN KASUS INDIVIDU
HIPERTENSI
Oleh
M RACHMAT SULTHONY
H1A 007 037
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS NARMADA
2013
0
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang diderita oleh
hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah penderita hipertensi sendiri
terus bertambah setiap tahunnya. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di
dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Riset
Kesehatan Daasar (RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 31,7% dengan
penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat
antihipertensi hanya 0,4%. Sedangkan Menurut Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII), hampir 1
milyar orang menderita hipertensi di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi.1,2,3,4,5
Di Indonesia sendiri berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensi
termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun
2010 dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat jalan.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, provinsi Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa
Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%),
DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%),
dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi
hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).6
Di Puskesmas Narmada sendiri, hipertensi merupakan penyakit yang termasuk dalam
10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan dengan jumlah yang semakin meningkat dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan
usaha-usaha untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam hal ini, Puskesmas sebagai
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat
penting demi tercapainya tujuan tersebut.7,8,9
1
BAB II
GAMBARAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARMADA
2.1 Gambaran Penyakit Hipertensi di Puskesmas Narmada
Berdasarkan data Puskesmas Narmada pada tahun 2012, hipertensi masih termasuk dalam 10
penyakit terbanyak dan menduduki peringkat keempat di Puskesmas Narmada dengan
jumlah kasus mencapai 2521 kasus. Jumlah ini ternyata lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang berjumlah 2120 kasus pada tahun 2010 dan sebanyak 1642 kasus pada
tahun 2011 yang sama-sama menduduki peringkat keenam penyakit terbanyak di Puskesmas
Narmada.7,8,9
Tabel 1. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Inap dan Rawat Jalan) Puskesmas
Narmada Tahun 2010
NO PENYAKIT JUMLAH
1 ISPA 8.159
2 Reumatik 5.408
3 Gastritis 3.959
4 Demam sebab lain 3.203
5 Penyakit kulit infeksi 2.246
6 Penyakit tekanan darah tinggi 2.120
7 Asma 2.107
8 Diare 1.970
9 Bronchitis 1.933
10 Kecelakaan dan ruda paksa 1.242
Sumber: Data Puskesmas Narmada tahun 2010
2
Grafik 1. Data 10 penyakit terbanyak (rawat jalan dan rawat inap) di Puskesmas
Narmada Tahun 2010
ISPA
Reumati
k
Gastri
tis
Demam
seba
b lain
Penya
kit ku
lit inf
eksi
Penya
kit te
kana
n dara
h ting
gi
Asma
Diare
Bronk
hitis
Kecela
kaan
dan r
uda p
aksa
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000 8159
5408
39593203
2246 2120 2107 1970 19331242
Jumlah Penyakit Terbanyak Puskesmas Narmada Tahun 2010
Tabel 2. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Inap dan Rawat Jalan) Puskesmas
Narmada Tahun 2011
NO PENYAKIT TOTAL
1. ISPA 5435
2. Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat 3823
3. Gastritis 2787
4. Demam sebab lain 2155
5. Kecelakaan dan rudapaksa 1774
6. Penyakit darah tinggi 1642
7. Penyakit kulit infeksi 1432
8. Diare 1279
9. Asma 978
10. Penyakit lain 910
Sumber: Data Puskesmas Narmada tahun 2011
3
Grafik 2. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Jalan dan Rawat Inap) di Puskesmas
Narmada Tahun 2011
ISPA
Penya
kit pa
da si
stem ot
ot da
n jari
ngan
ikat
Gastri
tis
Demam
seba
b lain
Kecela
kaan
dan r
udap
aksa
Penya
kit da
rah tin
ggi
Penya
kit ku
lit inf
eksi
Diare
Asma
Penya
kit la
in0
100020003000400050006000 5435
38232787
2155 1774 1642 1432 1279 978 910
Jumlah Penyakit Terbanyak Puskesmas Narmada Tahun 2011
Tabel 3. Data 10 Penyakit Terbanyak (rawat inap dan rawat jalan) Puskesmas
Narmada Tahun 2012
NO. PENYAKIT TOTAL
1. ISPA 7589
2. Gastritis 3170
3. Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat 3027
4. Penyakit darah tinggi 2521
5. Penyakit kulit infeksi 1794
6. Asma 1673
7. Demam sebab lain 1494
8. Penyakit kulit alergi 1227
9. Diare 1203
10. Kecelakaan dan rudapaksa 628
Sumber : Data Puskesmas Narmada tahun 2012
4
Grafik 3. Data 10 penyakit terbanyak (rawat jalan dan rawat inap) di Puskesmas
Narmada Tahun 2012
ISPA
Gastri
tis
Peny
akit
pada
siste
m otot
dan j
aring
an ik
at
Peny
akit
darah
ting
gi
Peny
akit
kulit
infek
si
Asma
Demam
seba
b lain
Peny
akit
kulit
alerg
iDiar
e
Kecela
kaan
dan r
udap
aksa
010002000300040005000600070008000
7589
3170 30272521
1794 1673 1494 1227 1203628
Jumlah Penyakit Terbanyak Puskesmas Narmada Tahun 2012
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui
pembuluh darah. Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan kondisi
normal secara persisten pada sistem sirkulasi.4
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Menurut WHO (2011) batas normal
tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80
mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya
lebih dari 140/90 mmHg.4
Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/atau >90 mmHg
(tekanan diastolik) (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and
Treatment of High Pressure VII, 2003). Nilai yang lebih tinggi (sistolik ) menunjukan fase
darah yang dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukan fase darah
kembali ke dalam jantung.11
Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun
2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah
Diastolik (TDD) sebagai berikut:1
a) Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg
b) Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg
c) Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99
mmHg
d) Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg
Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI, yaitu:
a) Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg
b) Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85 mmHg
c) Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89
mmHg
6
d) Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-99 mmHg
e) Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah
diastolik 100-109 mmHg
f) Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥110 mmHg
g) Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan darah diastolik <90 mmHg
Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan darah.
Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting dan bebas antara
tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung, dan kerusakan fungsi ginjal.
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Penyakit Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi essensial atau primer.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab dari hipertensi essensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kuranq
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi essensial sedangkan 10%-nya tergolong
hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid ), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain. Bentuk hipertensi antara lain hipertensi
hanya diastolik, hipertensi campuran (diastolik dan sistolik yang meninggi) dan hipertensi
sistolik. Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari
tekanan diastolik, misalnya 120/100 mmHg. Bentuk seperti ini biasanya ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda sementara itu hipertensi sistolik paling sering dijumpai pada
usia lanjut.11
7
Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi berikut anjuran frekuensi
pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
2.2.3 Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak
mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang paruh baya
(Iebih dari 40 tahun). Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo dalam penelitiannya
menemukan bahwa antara 1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah baya
dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada golongan umur
55-64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65 tahun ke
atas, penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah
dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.11
A. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi
a. Orang
Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling tinggi
dijumpai pada usia >40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah
otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan
prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%.
Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun
8
yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis
kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.4
b. Tempat
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan
Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur (37,4%), Bangka
Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%),
Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara
Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari
angka nasional (31,7%).4
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur
>18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri
(49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%),
Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10
kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun
terendah adalah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%),
Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang
(13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%).4,5
Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai lebih rentan terhadap penyakit
hipertensi karana tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan
yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.4
c. Waktu
Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25
tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi 0,3%
mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari
sebagai penderita sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari
faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan
sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10%
penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh
darah. Angka kesakitan hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung
meningkat menurut peningkatan usia.4
9
Sedangkan hasil SKRT 2004 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2%
dan wanita 15,5%. Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di
Indonesia saat ini mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa. 4
2.2.4 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor risiko penyakitjantung koroner sebagai akibat dari penyakit hipertensi yang
tidak ditangani secara baik dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan genetik.
Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada
usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih
tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang
dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan
Makasar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar
52,5% (Kamso, 2000).11
Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda yang
menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi sedangkan orang
lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi. Tekanan darah tinggi sangat sering
terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami
cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.11
Pada sebagian besar populasi di Negara barat, TDS cenderung meningkat secara
progresif pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140
mmHg pada usia 70-an atau 80-an. Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan, kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun.11
10
Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20%
dan meningkat lebih dari 50% pada usia diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat
terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%).4
b. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia
65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi
terdapat pada wanita.11
Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah
antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung
menunujukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang
dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua antara lain dapat
dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi.
Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, komplikasi
hipertensi meningkat pada laki-laki. 4
c. Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).
Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan
dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila
kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya
dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun
ke anak-anaknya.11
Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor
genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih
mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding
dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya
11
faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan besar dalam menentukan
tekanan darah. 4
2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita
hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, berat badan
berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, stress dan
konsumsi garam berlebih, sangat erat berhubungan dengan hipertensi.11
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat
badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badandan
indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).
Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan pengukuran berat badan ideal,
pengukuran persentase lemak tubuh dan pengukuran IMT. Pengukuran berdasarkan IMT
dianjurkan oleh FAO/WHO/UNU tahun 1985.11 Nilai IMT dihitung menurut rumus:
12
Klasifikasi IMT orang dewasa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di
beberapa negara berkembang.
Anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak hipertensi dan penambahan
berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang
13
bertanggung jawab bagi kenaikan berat badan, dapat menginduksi hipertensi karena ia
membawa natrium tambahan.11
Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO pada kebanyakan kajian, kelebihan berat
badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat,
jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.
Secara umum, populasi saat ini cenderung semakin kelebihan berat badan. Massa tubuh dapat
dihitung dengan indeks massa tubuh (body mass index) melalui pengukuran tinggi badan dan
berat badan, dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT 20-25,
kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥27. 4
b. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul
kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.11
Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika
Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak
puas orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
adanya transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis,
psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang (Damayanti, 2003). Peningkatan darah
akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi
(Pinzon, 1999) .11
Dalam penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa bagi wanita berusia 45-64
tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan,
tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dankemarahan terpendam
didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan pening-katan tekanan darah dan
manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun.11
Studi eksperimental pada laboratorium animals telah membuktikan bahwa faktor
psikologis stress merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan
tekanan darah tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara
kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankan karena pengelolaan stress dalam
14
etikologi hipertensi pada manusia sudah kontroversial (Henry dan Stephens tahun 1997
dalam Kamso, 2000) .11
Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari
tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan
pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan
hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress
dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap. 4
c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh
pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk
disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.11
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan
pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang. Karena tercemar nikotin, akibatnya
viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi. Merokok dapat meningkatkan tekanan
darah secara temporer yaitu tekanan darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan
darah diastolik naik sekitar 8 mmHg.11
Merokok juga dapat menghapuskan efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya,
pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi betablocker dapat menurunkan risiko
penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok karena merokok
merupakan faktor risiko utama untuk munculnya penyakit kardiovaskular. 4
d. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi
penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang
teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun.
e. Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan
15
kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan
darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap
harinya.11
Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol
yang berlebihan di kalangan pria paruh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini
menyebabkan hipertensi sekunder di kelompok usia ini.11
Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum alkohol terlalu
sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada individu
yang tidak minum atau minum sedikit alkohol. Lebih dari dua minuman keras sehari akan
menimbulkan peningkatan signifikan. Diperkirakan 5-10% hipertensi pada laki-laki Amerika
disebabkan langsung oleh konsumsi alkohol.11
Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada beberapa populasi,
konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Jika minuman keras
diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5
mmHg per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih
tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali
seminggu. 4
f. Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar
60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan
mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang,
ditemukan tekanan darah ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.11
Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan
tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan
tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet tinggi garam
dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa lebih keras untuk
mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi.
16
Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume
darah dan tekanan darah pada beberapa individu. 1,4
g. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.
Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Untuk
jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini:
Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana fast food dan
makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet
lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan
meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6
mmHg. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan
penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. 3,4,5
17
h. Status Olahraga
Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi.
Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi
juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah
adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik. 4
i. Status sosioekonomi
Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan
epidemiologi selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi
yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu
ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam
masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah
dan prevalensi hipertensi lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi lebih tinggi. 4
2.2.5 Gejala Klinis
Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain:
□ Sakit kepala
□ Gelisah
□ Jantung berdebar-debar
□ Pusing
□ Penglihatan kabur
□ Rasa sakit didada
□ Mudah lelah, dan lain-lain.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai sebagai berikut:
1) Gangguan Penglihatan
2) Gangguan Saraf
3) Gangguan jantung
4) Gangguan Fungsi Ginjal
5) Gangguan Serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah
otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang
18
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan di otak. 1,4
Hipertensi yang berujung pada komplikasi menunjukkan gejala kerusakan organ. Adapun
yang menjadi gejala kerusakan organ yaitu:
a) Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan iskemik sesaat,
gangguan panca indera atau gerak
b) Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, pergelangan kaki bengkak
c) Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria
d) Arteri perifer: tangan kaki dingin, pincang berkala (claudicatio intermittens). 1,4,5
2.2.6 Tatalaksana
A. Pengendalian Faktor Risiko
Pengendalian faktor risiko penyakitjantung koroneryang dapat saling berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-
usaha sebagai berikut:11
a) Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas
jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).
Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
b) Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan
kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak.
c) Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat menontrol sistem syaraf
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d) Melakukan olah raga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 34 kali
dalam seminggu, diharapkan dapat menrnbah kebugaran dan memperbaiki metabolisme
tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.
19
e) Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk
hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada
penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh
darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan
merokok.11
Beberapa metode yang secara umum dicoba adalah sebagai berikut:
1. Inisiatif Sendiri
Banyak perokok menghentikan kebiasannya atas inisiatif sendiri, tidak memakai
pertolongan pihak luar. Inisiatif sendiri banyak menarik para perokok karena hal-hal
berikut:
Dapat dilakukan secara diam-diam.
□ Program diselesaikan dengan tingkat dan jadwal sesuai kemauan.
□ Tidak perlu menghadiri rapat-rapat penyuluhan.
□ Tidak memakai ongkos.
2. Menggunakan Permen yang mengandung Nikotin
Kencanduan nikotin membuat perokok sulit meninggalkan merokok. Permen
nikotin mengandung cukup nikotin untuk mengurangi penggunaan rokok. Di negara-
negara tertentu permen ini diperoleh dengan resep dokter.
Ada jangka waktu tertentu untuk menggunakan permen ini. Selama menggunakan
permen ini penderita dilarang merokok. Oengan demikian, diharapkan perokok sudah
berhenti merokok secara total sesuai jangka waktu yang ditentukan.
3. Kelompok Program
Beberapa orang mendapatkan manfaat dari dukungan kelompok untuk dapat
berhenti marokok. Para anggota kelompok dapat saling memberi nasihat dan
dukungan. Program yang demikian banyak yang berhasil, tetapi biaya dan waktu yang
diperlukan untuk menghadiri rapat-rapat seringkali menyebabkan enggan bergabung.
20
f) Mengurangi konsumsi alkohol.11
Hindari konsumsi alkohol berlebihan.
□ Laki-Iaki : Tidak lebih dari 2 gelas per hari
□ Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari
B. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat
ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau
kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap
obat anti hipertensi.11
Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :
□ Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi
□ Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
□ Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.
□ Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur
hidup.11
Jenis-jenis obat antihipertensi:11
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (Iewat kencing),
sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
ringan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada
hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.
2) Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang
bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan
penghambat simpatetik adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang
dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel
21
darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit
hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.
3) Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol,
propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi
sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-
hati.
4) Vasodilatator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.
5) Penghambat enzim konversi angiotensin
Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
6) Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat
kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7) Penghambat reseptor angiotensin II
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
22
Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan:
a. Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 -50 mg/hari
b. Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 -100 mmHg
c. Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 -60 mg/hari
d. Penghambat reseptor beta: propanolol 40 -160 mg/hari
e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis}: reserpin 0,05 -0,25 mg/hari.11
Terapi kombinasi antara lain:
1. Penghambat ACE dengan diuretik
2. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium
3. Penghambat reseptor beta dengan diuretik
4. Agonis reseptor alpha dengan diuretic.11
23
Bagan alur pengobatan hipertensi :
24
Keterangan alur pengobatan hipertensi:
1. Pada saat seseorang ditegakkan diagnosisnya menderita hipertensi maka yang pertama
dilakukan adalah mencari faktor risiko apa yang ada, maka dilakukanlah usaha untuk
menurunkan faktor risiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup, sehingga dapat dicapai
tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam jangga waktu 1 bulan tidak tercapai tekanan
darah normal, maka terapi obat pilihan diperlukan.
2. Terapi obat yang diperlukan sesuai dengan derajat hipertensi dan ada tidaknnya indikasi
khusus, seperti diabetes mellitus, kehamilan, asma bronchial, kelainan hati dan kelainan
darah.
3. Terapi pertama obat pili han adalah pertama golongan tiazid, kedua golongan penghambat
enzim konversi angitensin,kemudian diikuti golongan antagonis kalsium.
4. Bila terapi tunggal tidak berhasil maka terapi dapat dikombinasikan.
5. Bila tekanan darah tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup dan terapi
kombinasi maka dilakukakanlah sistem rujukan spesialistik.11
C. Rujukan
Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya
akibat penyakit hipertensi. Yang penting adalah mempersiapkan penderita untuk rujukan
tersebut sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah terhadap hasil pengobatan yang
sudah dijalani.11
2.2.7 Komplikasi
Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi
masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem
sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.
Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada
dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata,
hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.11
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami
25
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.11
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.11
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian. 1,3,4,5
2.2.8 Pencegahan Hipertensi
A. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap
hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya ini dimaksudkan
dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya
hipertensi yang dapat dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan.
Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program untuk mendidik masyarakat.
Pendidikan masyarakat yakni masyarakat harus diberi informasi mengenai sifat, penyebab,
dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko
kardiovaskular lainnya. 4
B. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak
pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi dengan usaha
peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan
masyarakat secara optimal dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi. 4
26
Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
a) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu menurunkan
berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan, menghindari meminum
minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan
yang berlemak dan berkolesterol tinggi
b) Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan olahraga secara
teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda, berenang,
diet rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran,
mengendalikan stress dan emosi. 4
C. Pencegahan Sekunder
Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini
serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan
timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi
mempunyai beberapa tujuan:
a. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
b. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
c. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
d. Mencari kemungkinan penyebabnya
Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses diagnosis tunggal
yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga metode klasik: pencatatan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan
laboratorium harus dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan.11
Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan
sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh
sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang yang rutin bisa dilakukan pada
penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi
jantung serta ginjal. 4
27
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan berkala
a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur
merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak
a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-
obatan anti hipertensi
b. Pengobatan/perawatan
b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi
dapat segera dikendalikan
b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes
mellitus dan lain-lain
b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal,
hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ. 4
D. Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier penyakit
hipertensi adalah sebagai berikut:
a) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita
tidak menurun
b) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan
pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan anggota badan
c) Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi. 4
28
BAB IV
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Tanak Beak Otak Desa.
II. Anamnesis (20-08-2013)
Keluhan utama: Nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os mengeluhkan nyeri pada kepala yang dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu.
Keluhan ini diakui berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika os sedang stress.
Selain itu os juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal pada
punggung serta kedua kaki. Os juga merasa sering pusing dan merasa kelelahan, namun os
mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-debar (-), gangguan
penglihatan (-). BAB dan BAK (+) normal.
Os mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin, dan seringkali
menaburkan garam halus di atas nasi yang akan dikonsumsi. Os juga sering mengkonsmsi
makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang berolahraga.
Os juga mengaku seringkali merasa stress akibat kondisi perekonomian keluarganya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-),
bronkitis (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Os mengaku orangtuanya dulu pernah dikatakan menderita tekanan darah tinggi. Saat
ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti os.
29
Riwayat Pengobatan
Os mengaku bahwa ia terkadang mengkonsumsi obat sakit kepala yang dijual di
warung untuk mengatasi nyeri kepala yang dialaminya.
Ikhtisar Keluarga
30
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
Os memiliki 3 orang anak:
I. Tn. E, 31 tahun, tidak bekerja, menikah
II. Ny. E, 30 tahun, tidak bejerja, menikah
III. Tn. Deni, 23 tahun, tidak bekerja,belum menikah
Os tinggal di rumah bersama suaminya (Tn. E, 50 tahun, tukang ojek, menikah), anak
pertama dan ketiga, menantunya (istri dari anak pertamanya Ny. I, 25 tahun, tidak
bekerja, menikah) dan satu orang cucu (An. B, 5 tahun, pelajar)
Os mengaku tidak pernah merokok atau mengkonsumsi alkohol
Os merupakan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Os tidak bekerja,
pemasukan keuangan didapatkan dari suami os yang bekerja sebagai tukang ojek dengan
penghasilan rata-rata Rp. 15,000/hari
Untuk air minum, os menggunakan air sumur yang dibuat di dekat rumahnya. Os
mengaku terkadang memasak terlebih dahulu air yang diminum namun os juga mengaku
terkadang air tidak dimasak terlebih dahulu dan langsung diminum
Untuk mencuci pakaian, os menggunakan air sungai yang ada di samping rumahnya
Os belum memiliki fasilitas MCK di rumahnya, sehingga os dan anggota keluarganya
mandi dan buang air di sungai yang terletak di samping rumahnya. Sungai tersebut
memang digunakan sebagai fasilitas MCK oleh warga di sekitar rumah os yang masih
belum memiliki fasilitas MCK. Keluarga os belum memiliki rencana untuk membangun
fasilitas MCK dalam waktu dekat.
Untuk memasak, keluarga os menggunakan tungku dan kayu bakar.
31
3 meter 2 meter 3 meter
2 meter Ruang Tamu 1Dapur 1 dan Gudang
Dapur 2
Ruang Tamu 2
Sungai
Sumur
Gambar 4.1. Denah Rumah Os.
32
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Frek. Nadi : 92 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Berat Badan : 62 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Gizi : Cukup
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus, lebat
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)
Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thoraks
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan dinding
dada simetris.
2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena
kolateral (-), massa (-).
3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot bantu
abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan kanan
Fossa jugularis: tak tampak deviasi
6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.
33
Palpasi:
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal
sinistra.
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
Sonor seluruh lapang paru.
Batas paru-hepar à Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
Batas paru-jantung:
Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
Pulmo:
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
Rhonki (-/-).
Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: simetris
Umbilicus: masuk merata
Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-), ikterik (-),
massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),
ekimosis (-), spider nevy (-)
Distensi (-)
Ascites (-)
Auskultasi:
Bising usus (+) normal
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
34
Perkusi:
Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Nyeri ketok (-)
Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-)
Massa (-)
Hepar/lien/ren: tidak teraba
Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)
Ekstremitas
Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa
IV. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dievaluasi.
V. Diagnosis Kerja
Hipertensi Stage II.
VI. Penatalaksanaan
- Captopril 12,5 mg, 3x1 tablet
- Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet
- Multivitamin, 1x1 tablet
35
VII. Prognosis
Dubia ad Bonam
VIII.Konseling
Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular dan tidak
bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit hipertensi dan resiko
penyulit yang mungkin terjadi.
Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin dan
berhenti menaburkan garam pada nasi yang dikonsumsi, serta mengurangi
konsumsi makanan yang digoreng dan makanan yang berlemak.
Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan
dirinya di Puskemas Narmada, meskipun os sudah merasa sehat.
Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
36
HIPERTENSI
BIOLOGIS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
DIABETESMELITUS
Usia - Usia pasien 45 tahun
- Kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi20-40% hipertensi esensial disebabkan oleh faktor genetik.
PERILAKU
Diet Tinggi Garam
Diet Tinggi Lemak
Jarang Berolah Raga
LINGKUNGAN
Tingkat PendidikanStress psikisStress Psikis
PELAYANANKESEHATAN
Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi
KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN
37
BAB V
PEMBAHASAN
Alasan Pemilihan Kasus
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang diderita oleh
hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah penderita hipertensi sendiri
terus bertambah setiap tahunnya. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di
dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Riset
Kesehatan Daasar (RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 31,7% dengan
penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat
antihipertensi hanya 0,4%.
Di Indonesia berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensi termasuk
ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2010
dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat jalan. Di
Puskesmas Narmada sendiri, hipertensi merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 besar
penyakit rawat inap dan rawat jalan dengan jumlah yang semakin meningkat dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2012. Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha
untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam hal ini, Puskesmas sebagai ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab terhadap
kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting demi
tercapainya tujuan tersebut.
Aspek Klinis
Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berumur 45 tahun dengan keluhan utama
nyeri kepala. Keluhan ini sudah dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu yang berlangsung
terus-menerus dan semakin memberat ketika os sedang stress. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher, sering pusing dan selalu merasa lelah, akan
tetapi tidak disertai dengan keluhan mual atau muntah. Pasien mengaku seringkali
mengkonsumsi makanan yang asin, dan seringkali menaburkan garam halus di atas nasi yang
akan dikonsumsi. Pasien juga sering mengkonsmsi makanan yang digoreng, jarang
mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang berolahraga. Pasien juga mengaku seringkali
merasa stress akibat kondisi perekonomian keluarganya.
38
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi:
92 x/menit, laju pernapasan: 20 x/menit, suhu aksila: 36,7 º C, berat badan: 62 kg, tinggi
badan: 160 cm, dengan status gizi cukup.
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Seseorang dinyatakan mengidap
hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun
2003 dikatakan Hipertensi Stadium 1 bila didapatkan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg
dan diastolik 90-99 mmHg, oleh karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis
menderita Hipertensi Stage II.
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini diberikan Captopril 12,5 mg, 3x1 tablet serta
diberikan pula Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet untuk membantu mengurangi keluhan nyeri
yang dirasakan.
Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang
diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku
(gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya), namun yang paling berperan
dalam terjadinya hipertensi adalah faktor genetik, perilaku, serta pelayanan kesehatan.
Hipertensi menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :
1. Biologis
a) Usia
Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, kejadian
hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun. Pada beberapa studi didapatkan bahwa
prvelaensi hipertensi pada usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada
kelompok hipertensi dibandingkan kelompok kontrol.
b) Riwayat keluarga yang menderita hipertensi
Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor
genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih
mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah
39
dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan,
dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan
besar dalam menentukan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Perilaku
a) Diet tinggi garam
Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan
tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat
menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah.
b) Jarang berolah raga
Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah
tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat
badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat
mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik.
c) Makanan tinggi lemak
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi. Dengan mengurangi diet lemak terbukti bahwa dapat terjadi pengurangan
tekanan darah.
3. Lingkungan
a) Tingkat pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih
tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang hipertensi dan
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi menjadi lebih baik.
Masalah hipertensi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang
memadai tentang penyakit ini.
b) Stress Psikis
Orang yang mengalami stres akan mempunyai proporsi lebih tinggi untuk menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stress psikis. Tekanan
darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari
40
tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan
pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan
tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang
susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang
menimbulkan hipertensi menetap.
4. Pelayanan Kesehatan
a) Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi
Masyarakat perlu diberikan informasi mengenai hipertensi karena seringkali hal ini
diabaikan oleh masyarakat. Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi
seringkali terabaikan padahal melihat tren yang terjadi dalam beberapa tahun
belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru semakin
meningkat. Kegiatan Pelayanan Lansia sendiri sudah sering dilakukan oleh PKM
Narmada akan tetapi pada kenyataannya kegiatan tersebut lebih mengutamakan proses
kuratif untuk menangani hipertensi dibandingkan upaya-upaya pencegahan hipertensi
yang lebih esensial.
Sedangkan untuk program pengendalian penyakit tidak menular sendiri hingga saat
ini masih belum berjalan dengan optimal dan belum diterapkan ke masyarakat yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Narmada.
Saran-saran
1. Kepada institusi:
Program pengendalian penyakit tidak menular seperti hipertensi yang seringkali
terabaikan sebaiknya mulai digalakkan sebab melihat tren yang terjadi dalam beberapa
tahun belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru
semakin meningkat di wilayah kerja Puskesmas Narmada. Sebaiknya PKM Narmada
mulai memikirkan untuk menggalakkan program penanggulangan penyakit tidak menular
yang di dalamnya salah satunya termasuk penyakit hipertensi.
41
2. Kepada pasien:
Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi
serta menghindari konsumsi makanan yang berlemak yang merupakan faktor-faktor
resiko yang dapat memperberat kondisi pasien. Pasien juga dianjurkan untuk berolahraga
secara teratur dan rutin.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. U.S. Department of Health and Human Services. 2004. Complete Report: The Seventh
Report pf the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
dan Treatment of High Blood Pressure. United States: U.S. Department of
Health and Human Services.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
3. Castillon et al. 2007. Intake of fried foods is associated with obesity in the cohort of
Spanish adults from the European Prospective Investigation into Cancer and
Nutrition. Am J Clin Nutr (86): 198-205.
4. Universitas Sumatera Utara. Hipertensi. 2002. [Accessed on August 17, 2013]
5. Rahajeng W dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor 12: 580-587.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
7. Tim Penyusun. 2010. Data Puskesmas Narmada Tahun 2010. Puskesmas Narmada.
8. Tim Penyusun. 2011. Data Puskesmas Narmada Tahun 2011. Puskesmas Narmada.
9. Tim Penyusun. 2012. Data Puskesmas Narmada Tahun 2012. Puskesmas Narmada.
10. Fauci, A.S., et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th Edition.
New York: McGraw-Hill
11. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
43
LAMPIRAN – FOTO LINGKUNGAN RUMAH PASIEN
44
45
46
top related