laporan farfis 3 stabilitas obat
Post on 29-Dec-2015
1.040 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODUL 6
STABILITAS OBAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan stabilitas beberapa bahan obat yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti sifat fisika kimia bahan obat, suhu, cahaya, dan derajat keasaman atau PH.
2. Mengkaji ketidakstabilan obat yang dipengaruhi oleh pengaruh suhu dan
pemanasan dalam praktikum ini, digunakan asetosal sebagai bahan obat.
II. TEORI DASAR
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat. Waktu paro
suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan
terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya.
Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-
faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat
disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-
atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar,
1989).
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah
labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-
masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah
faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu
menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting
untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis,
toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan
ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang
bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari
kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi
penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau
basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa
ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi (Ansel, 1989).
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas
dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi
(Lachman, 1994).
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang
yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Beberapa prinsip dan proses laju yang
berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini:
a. Kestabilan dan tak tercampurkan
Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan
obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan
bentuk fisik dan kima yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
b. Disolusi
Yang perlu diperhatikan dari faktor disolusi adalah kecepatan berubahnya
obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
c. Proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi
Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbs obat ke dalam tubuh,
laju distribusi obat dalam tubuh, dan laju pengeluaran obat setalah proses ditribusi
dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh, dan
melalui jalur-jalur pelepasan.
d. Kerja obat pada tingkat molekular obat
Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya
respon dari obat merupakan suatu proses laju.
(Martin, 1990).
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika
persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam batas-batas variasi
percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde reaksi tersebut.
b. Metode Grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde
reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi
adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (Co – X) terhadap t
menghasilkan garis lurus bila 1 / (Co – X) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-
mula sama). Jika plot 1 / (Co – X)2 terhadap t menghasilkan garis lurus dengan
seluruh reaktan konsentrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde ketiga.
c. Metode Waktu Paruh
Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari
konsentrasi mula-mula adalah waktu paruh. Dalam reaksi orde nol, waktu paruh
sebanding dengan konsentrasi awal (Co) seperti pada tabel waktu paruh:
Orde Persamaan orde reaksi Persamaan waktu
paruh
0 X = k.t t 1/2=Co2 k
1
logCo
(Co−X )= k
2.303×t
t 1/2 = 0,693 / k
2
XCo(Co−X )
=k × t
t ½ = 1 / Co.k
(Martin, 1990)
III. PEMERIAN
1. Asetosal ::
Sinonim : Acidum Acetylsalicylicum atau asam asetilsalisilat, aspirin
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
asam.
Titik leleh : 139°C (282.2°F)
Stabilitas : Stabil
Khasiat : Analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID)
2. Alkohol 70%
Sinonim : Aethanolum atau etanol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
Titik didih: 780C
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan temperatur normal
3. Aquadest
Sinonim : Air suling
Pemerian : Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai
rasa.
Titik beku : 00C
Titik didih : 1000C
Stabilitas : Stabil
4. FeCl3
Sinonim : Ferric chloride atau besi (III) klorida
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari
garam hidrat yang telah berpengaruh oleh kelembapan
Titik didih : 316°C (600.8°F)
Titik leleh : 306°C (582.8°F)
Stabilitas : Stabil
5. Asam Nitrat
Sinonim : Nitric Acid
Pemerian : Cairan bening dan sedikit beruap
Titik beku : -41°C
Titik didih: 121°C
Stabilitas : Stabil
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
1. Timbangan analitik
2. Vial 20 buah
3. Beaker glass 500 ml
4. Beaker glass 250 ml
5. Matt glass 10 ml
6. Labu ukur 500 ml
7. Pipa hisap
8. Pipet tetes
9. Oven
10. Stopwatch
11. Spektrometer UV
BAHAN:
1. Asetosal 0,1 gram
2. Alkohol 70% 7.5 ml
3. Aquadest ad 500 ml
4. FeCl 2 % dalam Asam nitrat
V. PROSEDUR
Blanko
Tandai vial 1 dan 2 pada suhu 40⁰C dengan waktu 0 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit
Siapkan alat dan bahan
Dibersihkan
Dimasukkan
Masukkan (I) ke labu ukur dan tambahkan aquades untuk pengenceran
Ditandai
Larutkan asetosal dalam alcohol di beaker gelas 250ml (I)
Sementara itu, praktikan lain menimbang 0,1 gram asetosal, 7,5ml alcohol dan 500ml aquades
Ditimbang
Masukkan masing-masing 10 ml larutan diatas ke dalam 20 vial
Dilarutkan
Setelah tercapai suku yang dikehendaki, ambil vial 1 dan 2 (waktu sama) setiap 10 menit kemudian
Panaskan di oven pada suhu 40⁰C kecuali vial 1 dan 2 pada waktu 0 menit
Dimasukkan
Dipanaskan
Diambil
Dinginkan dalam es. Angkat dan diamkan pada suhu kamar
Didinginkan
Tambahkan 1 ml larutan Fe(Cl)3 2%
Ditambahkan
Kocok hingga homogen
Kaliberasi
Dikocok
Dikocok
Masukkan larutan pada kuvet
Dimasukkan
Baca serapan tiap larutan tersebut pada λ 525 nm pada spektrofotometer dan catat hasil absorbansinya
Ulangi untuk larutan pada vial-vial selanjutnya
Dicatat
Siapkan alat dan bahan
0,1 gram asetosal, 7,5ml alcohol dan 500ml aquades
Timbang
Larutkan asetosal dalam alcohol di beaker gelas 250ml (I)
Dibersihkan
Masukkan (I) ke labu ukur dan tambahkan aquades untuk pengenceran
Dilarutkan
Masukkan masing-masing ukuran 25 ml, 30ml, 35ml, 40ml dan 45 ml ke labu takar 50 ml
1 ml Larutan FeCl3
Aquades hingga 50 ml
Tambahkan
Tambahkan
hingga homogen
Dikocok
larutan pada kuvet
Baca serapan tiap larutan tersebut pada λ 506 nm pada spektrofotometer
Catat
hasil absorbansinya
Ulangi untuk ukuran larutan lainnya dan catat hasil absorbansi
Masukkan
VII. DATA
DATA SAMPEL DATA KURVA KALIBRASI
Volume larutan kalibrasi Absorban (506 nm)
25 mL 0,00930 mL 0,01135 mL 0,01440 mL 0,01645 mL 0,019
Waktu Absorban Sampel
Rata-rata40oCVial 1 Vial 2
0 menit 0,006 0,005 0,005510 menit 0,001 0,006 0,003520 menit 0,005 0,005 0,00530 menit 0,079 0,065 0,07240 menit 0,013 0,016 0,0145
PERHITUNGAN
1. KONSENTRASI
- 25 mL : 1 gr Asetosal
500 mLx 25 mL
: 0,05 gr
Konsentrasi : 0,05 gr51 mL
: 9,8 x 10-4
- 30 mL : 1 gr Asetosal
500 mLx 30 mL
: 0,06 gr
Konsentrasi : 0,06 gr51 mL
: 1,176 x 10-3
- 35 mL : 1 gr Asetosal
500 mLx 35 mL
: 0,07 gr
Konsentrasi : 0,07 gr51 mL
: 1,372 x 10-3
- 40 mL : 1 gr Asetosal
500 mLx 40 mL
: 0,08 gr
Konsentrasi : 0,08 gr51 mL
: 1,568 x 10-3
- 45 mL : 1 gr Asetosal
500 mLx 45 mL
: 0,09 gr
Konsentrasi : 0,09 gr51 mL
: 1,764 x 10-3
KURVA KALIBRASI
0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.020
0.00020.00040.00060.0008
0.0010.00120.00140.00160.0018
0.002
f(x) = 0.0780254777070063 x + 0.000295248407643314R² = 0.995222929936306
Kurva Kalibrasi
Absorbansi
Kons
entr
asi
2. KONSENTRASI SAAT WAKTU (t) :
- 0 menit y = 0.078x + 0.000 0.0055 = 0.078x + 0.000 x = 0.0705
- 10 menit y = 0.078x + 0.000 0.0035 = 0.078x + 0.000 x = 0.04487- 20 menit y = 0.078x + 0.000 0.005 = 0.078x + 0.000 x = 0.0641- 30 menit y = 0.078x + 0.000 0.072 = 0.078x + 0.000 x = 0.9230- 40 menit
y = 0.078x + 0.000 0.0145 = 0.078x + 0.000 x = 0.1858
TABEL KONSENTRASI SAMPEL TIAP ORDE
Waktu C Log C 1/C 1/C2
0 menit 0.0705 - 1.151 14.184 201.19710 menit 0.04487 - 1.348 22.286 496.69220 menit 0.0641 - 1.193 15.6 243.37930 menit 0.9230 - 0.034 1.083 1.17340 menit 0.1858 - 0.730 1.369 28.967
1. KURVA REGRESI KONSENTRASI (C) TERHADAP WAKTU- Orde 0
R = 0.4658
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
f(x) = 0.0110873 x + 0.035908R² = 0.217335466565733
Orde 0
Waktu (menit)
Kons
entr
asi (
C)
2. KURVA REGRESI LOG KONSENTRASI (C) TERHADAP WAKTU- Orde 1
R = 0.6418
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1.6
-1.4
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
f(x) = 0.02156 x − 1.3224R² = 0.412078195582571
0rde 1
Waktu (menit)
Log
C
3. TABEL REGRESI 1/KONSENTRASI (C) TERHADAP WAKTU- Orde 2
R = 0.7918
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
5
10
15
20
25
f(x) = − 0.46833 x + 20.271R² = 0.62715126752089
Orde 2
Waktu (menit)
1/C
4. TABEL REGRESI 1/KONSENTRASI KUADRAT (C2) TERHADAP WAKTU- Orde 3
R = 0.6670
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
100
200
300
400
500
600
f(x) = − 8.39979 x + 362.2774R² = 0.445066228962262
Orde 3
Waktu (menit)
1/C2
Jadi orde reaksi pada percobaan kali ini adalah orde 2, karena orde 2 memiliki nilai R yang mendekati 1.
Penentuan k menggunakan kurva regresi orde 2
k = X
C 0 (C 0−X ) x t
= 0.04487
0.0705 (0.0705−0.04487 ) x 10
= 0.04487
0.018= 2.492
T12
= 1
C 0 xk
= 1
0.0705 x2.492
= 1
0.175686 = 5.691973 menit
T90 = 2,303
K .log
CoCt
= 2,3032,492
log 10090
= 0,924 . 0,0457 = 0,0422 tahun
VIII. PEMBAHASAN
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,
kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan
menghindari efek toksik. Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan
kemanjuran dari produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat
mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan
fase dll) serta karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi zat).
Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui
kestabilannya, disebabkan oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang sangat
banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien
(masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama tersebut, obat
ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat toksik
sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Pada umumnya penentuan kestabilan
suatu zat obat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan
waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang
penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia
melalui menghitung laju reaksi obat pada beberapa faktor seperti suhu dan PH, setelah
itu didapatlah orde reaksi sehingga dapat menentukan T1/2 dan T90.
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu
produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai
dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya.
Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. (Martin, 1990)
Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan adalah Asetosal.
Dimana dilakukan penentuan stabilitas obat Asetosal menggunakan metode grafik
berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan T90 (waktu
kadaluarsa) dan menggunakan instrumen spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu
suhu 40◦C dengan waktu pemanasan yang berbeda yaitu 0 menit, 10 menit, 20 menit,
30 menit dan 40 menit pada panjang gelombang untuk 525 nm.
Setelah pemanasan, sampe-sampel asetosan dimasukkan dalam es batu hal ini
bertujuan untuk menghentikan reaksi degradasi yang terjadi didalam tabung reaksi.
Setelah dingin ditambahkan 1 ml Ferri Nitrat 2% pada setiap sampel asetosal, adapun
tujuan penambahan senyawa tersebut adalah untuk mengetahui apakah asetosal benar-
benar telah terdegradasi menjadi asam salisilat dan asam asetat karena warna ungu
yang di timbulkan pada saat penambahan adalah hasil dari asam salisilat dan feri nitrat
yang menjadi feri salisilat (warna ungu).
Pada prosedur kaliberasi, sampel uji yang dibuat ukuran 25 ml, 30ml, 35ml,
40ml dan 45 ml. Masing-masing sampel dibuat jadi dua untuk memperkecil tingkat
kesalahan absorbansi yang diperoleh. Hasil kaliberasi yang dibuat praktikan beberapa
kali menghasilkan absorbansi yang minus, kemungkinan disebabkan oleh kesalahan
praktikan yang kurang teliti pada ukuran sampel dan kebersihan pada alat dan
kemurnian bahan yang digunakan.
Hal ini terbukti ketika pengulangan kaliberasi yang ketiga, semua alat yang
digunakan dicuci bersih dan dikeringkan dengan baik. Praktikan juga mengawasi
dengan teliti ukuran-ukuran yang dibutuhkan serta larutan besi (III) klorida yang
digunakan dibuat ulang atau diganti karena ditakutkan ada kontaminasi antara larutan
besi (III) klorida dengan alat yang digunakan praktikan ketika mengambil larutan
tersebut.
Hasil dari pengulangan kaliberasi ketiga ini untuk semua ukuran sampel
menghasilkan absorbansi yang positif dengan panjang gelombang yang sama yaitu 506
nm. Absorbansi yang dihasilkan juga terus meningkat atau tidak terjadi fluktuatif.
Sehingga kaliberasi ini di nilai berhasil menghasilkan absorbansi yang baik.
Sebelum menentukan konsentrasi Asetosal yang terurai, dibuat sebuah kurva
kalibrasi baku yang merupakan fungsi Absorban pada panjang gelombang 506 nm
terhadap konsentrasi larutan kalibrasi (25 ml, 30 ml, 35 ml, 40 ml, dan 45 ml). Dari
kurva kalibrasi baku ini didapat sebuah persamaan linier hubungan antara variabel X
(absorban) dan variabel Y (konsentrasi), persamaan yang didapat adalah y = 0,078x +
0,0003. Sehingga didapatlah konsentrasi obat yang tersisa setelah pemanasan 40o
dengan waktu yang berbeda. Konsentrasi yang didapat tersebut ditentukan orde
reaksinya dengan cara membuat kurva konsentrasi terhadap waktu di mana orde reaksi
0 yaitu kurva Log C, orde reaksi 1 yaitu 1/C terhadap waktu, dan orde reaksi 2 yaitu
1/C2 terhadap waktu. Setelah kurva tersebut diregresi maka nilai R yang mendekati 1
yaotu orde reaksi 2 yang menunjukkan bahwa laju reaksi ini merupakan laju reaksi
orde reaksi 2 karena keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan
menggunakan nilai r2 semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik, jika nilai
mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Jika Nilai r2 sebesar 1 akan mempunyai
arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat
diterangkan oleh model regresi. Dari orde 2 maka didapat T1/2 asetosal selama
5.691973 menit dan T90 asetosal selama 0,0422 tahun.
Degradasi Asetosal dapat dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan faktor-faktor
lainya. Berdasarkan mekanisme degradasi Asetosal diatas maka dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi Asetosal berkurang dalam jumlah yang sama dengan konsentrasi
asam salisilat yang terbentuk selama reaksi berlangsung.
Penggunaan spektrofotometer UV-Vis dalam uji stabilitas obat ini untuk
pembuatan Kurva Baku. Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi. Bila hukum lambert-beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus.
Dengan adanya kuva baku, maka dapat digunakan untuk mencari absorbtifity atau
persamaan regresi linier sehingga dapat digunakan dalam pencarian suatu kadar yang
absorbansinya sudah diukur.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil
sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas
diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan
mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat
adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia. Sehingga untuk
menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga terhindar dari pencemaran dan
peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan cahaya. Obat yang mudah
menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kinetika reaksi peruraian Asetosal mengikuti orde reaksi 2.
2. Waktu paruh obat atau T1/2 yang didapat dari percobaan ini adalah 5.691973
menit.
3. Waktu kadaluarsa obat atau T90 yang didapat dari percobaan ini adalah 0,0422
tahun.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu obat antara lain faktor
utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang
tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan faktor lain yang
mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan,
mikroorganisme dan bahan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1989. Buku Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L.. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
ketiga. diterjemahkan oleh: Suyatmi, S.. Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia.
760-779, 1514 – 1587.
Martin. A. 1990. Farmasi Fisika Edisi III Jilid II. Jakarta: Indonesia University Press.
Moechtar. 1989. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press.
Voight, R.. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press.
top related