laporan 1 book
Post on 12-Aug-2015
158 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh
Thomas Young pada tahun 1801.Interferensi adalah satu berkas cahaya
yang dapat dipandang sebagai sebuah gelombang dari medan listrik-
magnetik yang berosilasi. Yaitu yang diperoleh dengan menjumlahkan
gelombang-gelombang tersebut.Agar pola interferensi yang misalnya
berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat terjadi, hubungan fase
antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola interferensi
haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang-
gelombang itu harus koheren.Syarat koheren tidak terpenuhi jika
gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang
berlainan.
Untuk membuktikan teori yang ada dan memahami serta
menyelediki gejalah interferensi pada gelombang cahaya, maka perlu
dilakukan eksperimen mengenai teori ini.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Dapat mengamati gejala interferensi yang terjadi pada gelombang
cahaya.
2. Dapat memahami dan menyelidiki pola difraksi pada celah tunggal
dan celah ganda.
1 Laporan optic : Interferensi dua celah
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengamati gejala interferensi yang terjadi pada
gelombang cahaya.
2. Bagaimana memahami dan menyelidiki pola difraksi pada celah
tunggal dan celah ganda.
2 Laporan optic : Interferensi dua celah
BAB II
DASAR TEORI
Salah satu eksperimen kuantitatif yang paling awal yaitu untuk mengungkapkan
interferensi cahaya dari dua sumber dilakukan pada tahun 1800 oleh ilmuan
Inggris Thomas Young.Perspektif peralatan Young diperlihatkan dalam Gambar
2.1.Sebuah sumber cahaya (yang tidak diperlihatkan) memancarkan cahaya
monokromatik.Akan tetapi, cahaya ini tidak sesuai untuk digunakan dalam sebuah
eksperimen interferensi karena pancaran dari bagian-bagian yang berbeda dari
sebuah sumber biasa tidak disinkronisasikan.Untuk mengatasi hal ini, cahaya
tersebut di arahkan pada sebuah layar dengan sebuah celah sempit S0, yang
lebarnya kurang lebih 1 μm. Cahaya yang muncul keluar dari celah tersebut hanya
berasal dari sebuah daerah kecil dari sumber cahaya tersebut, jadi celah S0
berperilaku lebih mirip sumber ideal yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.
3 Laporan optic : Interferensi dua celah
Gambar 2.1 Eksperimen Young untuk memperlihatkan interferensi cahaya yang lewat melalui dua celah.
Cahaya dari celah S0 jatuh pada sebuah layar dengan dua celah sempit lain S1 dan
S2, yang lebarnya masing-masing kurang lebih 1μm dan beberapa puluh atau
beberapa ratus micrometer terpisah satu sama lain. Muka-muka gelombang
silinder menyebar keluar dari celah S0 dalam keadaan sefasa karena muka-muka
gelombang tersebut menenmpuh jarak yang sama dari S0. Gelombang yang
muncul keluar dari celah S1 dan celah S2 adalah sumber-sumber
koheren.Interferensi gelombang-gelombang dari S1 dan S2 menghasilkan sebuah
4 Laporan optic : Interferensi dua celah
d sin θ
θ θ
d sin θ
θθ
pola dalam ruang yang menyerupai pola ke kanan dari sumber dalam Gamabar
2.1.
Untuk melihat pola interferensi tersebut, sebuah layar ditempatkan sedemikian
rupa sehingga cahaya dari S1 dan S2 jatuh padanya (Gambar 2.1.(b)). Layar
tersebut akan disinari palin terang di titik P, dimana gelombang cahaya dari celah-
celah itu berinterferensi destruktif.
Untuk menyederhanakan analisis eksperimen Young, kita menganggab bahwa
jarak R dari celah-celah ke layar tersebut adalah begitu besar disbanding dengan
jarak d di antara celah-celah sehingga garis-garis dari S1 dan S2 ke P sangat
hamper parallel, seperti tampak pada Gambar 2.1(c). inilah kasus yang umum
untuk eksperimen dengan cahaya; pemisah celah itu yang umum beberapa
millimeter, sedangkan layar tersebut dapat berada sejauh satu meter atau lebih.
Maka selisih panjang lintasan tersebut dinyatakan dalam persamaan
r1 – r2 = d sin θ ………………………… (1)
dimana θ adalah sudut di anatara sebuah garis dari celah-celah ke layar (yang
diperlihatkan berwarna biru dalam Gambar 2.1(c) dan garis normal ke bidang
celah-celah tersebut (yang diperlihatkan sebagai sebuah bgaris hitam yang tipis).
Interferensi konstruktif (penguatan) terjadi di titik-titik di mana selisih lintasan d
sin θ adalah kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang, mλ, dimana m = 0,
±1, ±2, ±3, ±4, ±5……..maka daerah terang pada layar tersebut terjadi pada sudut
θ dimana
d sin θ = mλ (m = 0, ±1, ±2,…)………………….(2)
secara sederhana, interferensi destruktif terjadi, membentuk daerah gelap pada
layar pada titik dimana perbedaan lintasannya adalah sebesar bilangan setengah
bulat dari panjang gelombang, (m + 12
)λ.
5 Laporan optic : Interferensi dua celah
d sin θ = (m + 12
)λ (m = 0, ±1, ±2,…)………………………(3)
Jadi pola pada layar dari Gambar 2.1(a) dan (b) adalah sebuah urutan dari pita
terang dan pita gelap, atau pita-pita interferensi, yang parallel dengan celah S1 dan
celah S2. Sebuah potret dari pola tersebut diperlihatkan daam Gambar 2.2. Pusat
pola tersebut adalah sebuah pita terang yang bersesuian dengan m=0 dalam
persamaan (Gambar 2.1) dimana titik ini pada layar tersebut berjarak sama dari
keduah celah tersebut.
Kita dapat menurunkan sebuah pernyataan untuk posisi dari sebuah pita-pita
terang pada layar tersebut. Dalam Gambar 2.1(b), y di ukur dari pusat pola
tersebut, yang bersesuaian dengan jarak dari pusat Gambar 2.2. Misalkan ym
adalah jarak dari pusat pola tersebuat (θ = 0) ke pusat pita terang yang ke-m.
Misalkan θm adlah nilai yang bersangkutan dengan θ, maka
ym = R tan θm ....................................................(4)
dalam eksperimen seperti ini , jarak ym sering kali jauh lebih kecil daripada jarak
R dari celah-celah itu ke layar tersebut. Maka θm adalah sangat kecil, tan θm adalah
sangat hampir sama dengan sin θm, dan
ym = R sin θm ……………………………………(5)
sehingga diperileh persamaan:
ym = R mλd
....................................................….......(6)
kita dapat mengukur R dan d, dan juga posisi ym dari pita-pita terang itu, sehingga
eksperimen ini menyediakan sebuah pengukuran langung dari panjang gelombang
λ. Ternyata eksperimen Young merupakan pengukuran langsung pertama dari
panjang gelombang cahaya.
6 Laporan optic : Interferensi dua celah
Gambar 2.2 Potret dari pita-pita interferensi yang dihasilkan pada sebuah layar dengan eksperimen celah-ganda Young.
Gelombang yang memenuhi prinsip ini disebut “linear waves.” Sedangkan yang
tidak memenuhi disebut “nonlinear waves”. Untuk contoh yang lebih nyata dan
mempermudah dalam mengenal superposisi adalah sebagai berikut misal dua
bola dilempar dalam kolam. Gelombang tidak saling menghilangkan, malah saling
menguatkan satu sama lain
Gambar 2.3 contoh gelombang superposisi
Ketika dua gelombang cahaya melintas satu sama lain, medan listrik resultan E
pada titik persimpangan sama dengan penjumlahan dari masingmasing medan
listrik E1 dan E2
E = E1 + E2 …………………………………..(2.2)
Intensitas gelombang gabungan adalah sebanding dengan kuadrat medan listrik
resultan:
7 Laporan optic : Interferensi dua celah
I ∞ E2 = ( E1 + E2 )2 ………………………….(2.3)
Ketika suatu gelombang cahaya dengan panjang gelombang merambat
sepanjang sumbu-x, ia membangkitkan suatu medan listrik pada titik x yang
berbentuk:
E = E0 sin ( ωt - kx ) ……………………………...(2.4
Dengan E0 disebut amplitudo, frekuensi angular dan k bilangan gelombang.
dan k berhubungan dengan panjang gelombang dan kecepatan cahaya sebagai
berikut:
ω = 2π v / λ ……………………………………....(2.5)
k = 2π / λ …………………………………………(2.6)
Argumen dari fungsi sinus pada persamaan untuk E disebut fasa. Perhatikan
bahwa fasa bertambah dengan 2dalam suatu siklus waktu pada posisi tertentu.
Untuk cahaya,nilai mutlak dari suatu fasa tertentu tidak dapat diukur, dan
karenanya tidak begitu penting. Hanya perbedaan fasa yang penting. Pengaruh
interferensi dalam cahaya tidak teramati secara biasa. Ini karena gelombang
cahaya dari suatu sumber cahaya biasa mengalami perubahan fasa secara acak
kira-kira sekali dalam setiap 10-8 s dan bahwa panjang gelombang cahaya cukup
pendek (4x10-7m – 7x10-7 m). Interferensi mungkin terjadi, tapi hanya untuk
durasi dalam orde 10-8 s dan tidak dapat dilihat dengan mata.
8 Laporan optic : Interferensi dua celah
BAB III
METODE EKSPERIMEN
3.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Desember 2011
Waktu : 13.00 Wita – Selesai
Tempat :Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
JurusanFisika FMIPA UNTAD Palu.
3.2 Alat dan Bahan
1. Meja
2. Sumber cahaya (Laser gas HeNe)
3. Layar (Kertas grafik)
4. Alat menggambar (pensil)
5. Mistar
6. Beberapa kisi difraksi
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan laser gas HeNe sebagai sumber cahaya, statif, beberapa kisi
difraksi, kertas grafik, pensil, dan mistar
2. Memasang laser gas HeNe pada kertas grafik, kemudian meletakkan kisi
difraksi didepan laser, dan memasang layar (kertas grafik) didepan kisi
difraksi tersebut sesuai dengan jarak yang ditentukan
3. Mengatur sinar keluaran pada laser, sehingga mengenai tepat di tengah
celah
4. Mengamati kemudian menggambar pola gelap terang yang dihasilkan
5. Mengulagi langkah tersebut untuk beberapa celah tunggal dan celah
ganda
6. Menentukan panjang gelombang laser
7. Menghitung lebar celah tunggal dan menaksir kesalahan yang mungkin
9 Laporan optic : Interferensi dua celah
8. Untuk setiap celah ganda, menghitung jarak pisahnya, apakah lebar
celah pada setiap kasus sama dengan celah tunggal.
10 Laporan optic : Interferensi dua celah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Celah Tunggal
Perlakuan 1
L = 80 cm
d = 0,1 cm
n = 8
Xn = 0,1 cm
Perlakuan 2
L = 80 cm
d = 0,2 cm
n = 10
Xn = 0,3 cm
Perlakuan 3
L = 80 cm
d = 0,1 cm
n = 4
Xn = 0,3 cm
Perlakuan 4
L = 80 cm
d = 0,1 cm
n = 3
Xn = 0,3 cm
11 Laporan optic : Interferensi dua celah
Perlakuan 5
L = 80 cm
d = 0,2 cm
n = 1
Xn = 0,4 cm
4.1.2 Celah Ganda
Perlakuan 1
L = 80 cm
d = 0,3 cm
n = 80
Xn = 0,2 cm
Perlakuan 2
L = 80 cm
d = 0,3 cm
n = 30
Xn = 0,45 cm
Perlakuan 3
L = 80 cm
d = 0,3 cm
n = 40
Xn = 0,15 cm
Perlakuan 4
L = 80 cm
d = 0,05 cm
n = 6
Xn = 0,4 cm
Perlakuan 5
L = 80 cm
12 Laporan optic : Interferensi dua celah
d = 0,2 cm
n = 30
Xn = 0,4 cm
4.2 Analisa Data
λ=Xn d
nL…………… (1)
X= λLd
……………(2)
Untuk celah tunggal
1. L = 0,8 m n = 8
d = 1 . 10−3 m Xn = 1 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 1.10−3∗1 .10−3
8∗0,8 = 1. 10−6
6,4 =0,16 . 10−6 m
Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,16∗10−6∗0,8
1 .10−3 =0 ,13 .10−3 m
2. L = 0,8 m n = 10
d = 2 . 10−3 m Xn = 3 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 3.10−3∗2 . 10−3
10∗0,8 = 6 .10−6
8 = 0,75 . 10−6 m
Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,75∗10−6∗0,8
2 .10−3 =0,3 . 10−3 m
3. L = 0,8 m n = 4
d = 1 . 10−3 m Xn = 3 . 10−3 m
13 Laporan optic : Interferensi dua celah
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 3.10−3∗1 .10−3
4∗1 = 3 .10−6
4 = 0,75 . 10−6 m
Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,75 .10−6∗0,8
1. 10−3 = 0,6 . 10−3 m
4. L = 0,8 m n = 3
d = 1 . 10−3 m Xn = 3 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 3.10−3∗1 .10−3
3∗0,8 = 3 .10−6
2,4 =1,25 . 10−6 m
Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 1,25 .10−6 .0,8
1. 10−3 =1 .10−3 m
5. L = 0,8 m n = 1
d = 2 . 10−3 m Xn = 4 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 4 .10−3∗2 .10−3
1∗0,8 = 8 .10−6
0,8 = 10 . 10−6 m
Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 10 .10−6∗0,8
2 . 10−3 =4 .10−6 m
Untuk Celah ganda
1. L = 0,8 m n = 80
d = 3 . 10−3 m Xn = 2 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 2. 10−3∗3 .10−3
80∗0.8 = 6 .10−6
64=0,09 . 10−6 m
14 Laporan optic : Interferensi dua celah
Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,09 .10−6∗0,8
3 . 10−3 =0,024 .10−6 m
2. L = 0,8 m n = 30
d = 3 . 10−3 m Xn = 4,5 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = ¿4,5 . 10−3∗3 . 10−3
30∗0,8 = 13,5 .10−6
24 =0,56 . 10−6 m
Menentukan jarak antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0 ,56 .10−60,8
3 .10−3 =0,15. 10−4 m
3. L = 0,8 m n = 40
d = 3 . 10−3 m Xn = 1,5 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 1,5 .10−3∗3 . 10−3
40∗0,8 = 4,5 . 10−6
32 =0,14 . 10−6 m
Menentukan jarak antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,14 .10−6∗0,8
3 . 10−3 =0,04 .10−3 m
4. L = 1 m n = 6
d = 0,5 . 10−3 m Xn = 4 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 4 .10−3∗0,5 . 10−3
6∗0,8 = 2. 10−6
4,8 =0,42 . 10−6 m
Menentukan jarak antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,42 .10−6∗0,8
0,5 .10−3 =0,672 . 10−4 m
15 Laporan optic : Interferensi dua celah
5. L = 0,8 m n = 30
d = 2 . 10−3 m Xn = 4 . 10−3 m
Menentukan panjang gelombang
λ=Xn . d
n . L = 4 .10−3∗2 .10−3
30∗0,8 = 8 .10−6
24 =0,33 . 10−6 m
Menentukan jarak antara pola gelap terang
x= λ . Ld = 0,33 .10−6∗0,8
2 . 10−3 =0,132 . 10−4 m
4.3 Pembahasan
Interferensi adalah satu berkas cahaya yang dapat dipandang sebagai
sebuah gelombang dari medan listrik-magnetik yang berosilasi. Yaitu yang
diperoleh dengan menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut. Hasil
penjumlahan itu akan memberikan intensitas yang maksimum disuatu titik,
apabila di titik tersebut gelombang-gelombang itu selalu sefase. Agar pola
interferensi yang misalnya berwujud pita-pita gelap-terang dapat terjadi,
hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola
interferensi haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain
gelombang-gelombang itu harus koheren. Syarat koheren tidak terpenuhi
jika gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang
berlainan, sebab setiap sumber cahaya biasa tidak memancarkan
gelombang cahaya secara kontinu, melainkan terputus-putus, gelombang
elektromagnetik cahaya dipancarkan sewaktu terjadi dieksitasi atom. Agar
diperoleh gelombang-gelombang elektromagnetik cahaya yang koheren,
gelombang-gelombang itu harus berasal dari satu sumber cahaya yanga
sama. Kemudian interferensi diperoleh dari gelombang-gelombang yang
memancar dari bagian-bagian medan gelombangnya.
Dari pengamatan yang dilakukan hasil dari pita-pita pola gelap-terang
yang diperoleh tampak jelas. Hal ini sesuai dengan literature yang ada
16 Laporan optic : Interferensi dua celah
yang menyakan bahwa interferensi akan terbentuk dengan baik setelah
memenuhi syarat-syarat berikut:
Kedua sumber cahaya harus koheren yaitu keduanya harus memiliki
beda fase yag selalu tetap, karena itu keduanya harus memiliki
frekwensi yang sama, kedua ini boleh nol tetapi tidak harus nol.
Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir
sama jika tidak interferensi yang di hasilkan kurang kontras.
Adapun persamaan yang diguanakan untuk menetukan panjang gelombang
yang terbentuk dalam percobaan ini yaitu panjang gelombang (λ)
berbanding lurus dengan jarak terang terdekat (X n ) dan celah kisi (d) dan
berbanding terbalik dengan jumlah kisi (n) serta jarak kisi dari layar (L),
sedangkan untuk menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang dapat
menggunakan persamaan panjang gelombang (λ) dan jarak kisi dari layar
(L) berbanding terbalik terhadap celah kisi (d). Dari hasil perhitungan yang
dilakukan diperoleh nilai panjang gelombang (λ) yang berbeda –beda. Hal
ini dipengaruhi oleh nilai celah kisi (d), jumlah kisi (n) dan jarak terang
terdekat (X n ) yang digunakan bervariasi. Dan nilai (x) yang diperoleh dari
perhitungan berbeda- beda pula. Hal ini dipengaruhi nilai panjang
gelombang yang dihasilkan untuk setiap perlakuan berbeda. Untuk celah
tunggal dan celah ganda nilai jarak terdekat antara pola gelap terang (X n )
berbanding terbalik dengan panjang gelombang (λ). Hal ini dapat dilihat
dari hasil perhitungan semakin besar nilai (X n ), semakin kecil nilai
panjang gelombang yang dihasilkan.
Pola garis terang yang terbentuk, merupakan hasil interferensi maksimum
(saling memperkuat atau konstruktif) dan pola garis gelap yang dihasilkan ,
merupakan hasil interferensi minimum (saling memperlemah atau
destruktif). interferensi konstruktif terjadi jika kedua gelombang
mempunyai fasa yang sama, dan interferensi destruktif terjadi jika kedua
gelombang mempunyai beda fasa sebesar π. Adapun nilai yang didapat
17 Laporan optic : Interferensi dua celah
dari perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas yaitu untuk
panjang gelombang (λ) dan jarak terdekat pola terang – gelap (X)
adalah :untuk celah tunggal λ1=0,16 X 10−6 m dan X1=0,13 X 10-3 m,
λ2=0,75 X 10−6 m dan X2 =0,3 X 10−3 m, λ3=0,75 X 10−6 m dan X3 = 0,6
X 10-4 m, λ4=1,25 X 10−7m dan X4 = 1 X 10-3 m sedangkan
λ5=10 X 10−8 mdan X5 =4 X 10-4 m. Pada celah ganda λ1=0,09 X 10−6 m
dan X1 = 0,024 X 10−3 m, λ2=0 , 56 X 10−6 m dan X2 = 0,1 5 X 10−3 m,
λ3=0,14 X 10−6 mdan X3 = 0,04 X 10−3 m, λ4=0,42 X 10−6m dan X4 =
0,672 X 10−3 m, sedangkan λ5=0,33 X 10−6 m dan X5 = 0.132 X 10−3 m.
18 Laporan optic : Interferensi dua celah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, pembahasan dan teori yang ada, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Cahaya monokromatik (cahaya laser) adalah cahaya dengan frekuensi
tunggal. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak
berubah antara dua gelombang atau dua sumber gelombang. Tumpang-
tindih gelombang-gelombang dari dua sumber cahaya monokromatik
yang koheren membentuk sebuah pola interferensi. Prinsip superposisi
menyatakan bahwa gangguan gelombang total di sebarang titik adalah
jumlah gangguan-gangguan dari gelombang yang terpisah tersebut.
2. Difraksi merupakan efek interferensi yang dihasilkan dari
penggabungan banyak gelombang cahaya. Pola difraksi celah tunggal
yang teramati terdiri dari pita terang dan pita gelap, yang bergantian
dengan intensitas yang sangat cepat.
3. Nilai panjang gelombang (λ) dan jarak terdekat pada percobaan ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus panjang gelombang (λ)
berbanding lurus dengan jarak terang terdekat (X n ) dan celah kisi (d)
danberbanding terbalik dengan jumlah kisi (n) serta jarak kisi dari
layar (L), sedangkan untuk menentukan jarak terdekat antara pola
gelap terang dapat menggunakan persamaan panjang gelombang (λ)
dan jarak kisi dari layar (L) berbanding terbalik terhadap celah kisi (d).
Adapun panjang gelombang dan jarak terdekat untuk pola gelap terang
yang diperoleh pada percobaan ini yaitu :
Celah Tunggal
λ1=0,16 X 10−6 m; X1 = 0,13 X 10-3m
19 Laporan optic : Interferensi dua celah
λ2=0,75 X 10−6 m ; X2 =0,3 X 10−3 m
λ3=0,75 X 10−6 m ; X3 = 0,6 X 10-4 m
λ4=1,25 X 10−7m; X4 = 1 X 10-3 m
λ5=10 X 10−8 m ; X5 =4 X 10-4 m
Celah Ganda
λ1=0,09 X 10−6 m; X1 = 0,024 X 10−3 m
λ2=0 , 56 X 10−6 m; X2 = 0,1 5 X 10−3 m
λ3=0,14 X 10−6 m; X3 = 0,04 X 10−3 m
λ4=0,42 X 10−6m; X4 = 0,672 X 10−3 m
λ5=0,33 X 10−6 m; X5 = 0.132 X 10−3 m
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum berikutnya alat yang digunakan pada saat
praktikum lengkap sesuai yang ada di dalam buku panduan. Hal ini
menjaga agar pada saat pembuatan laporan praktikan tidak salah dalam
memasukkan alat dan bahan yang digunakan. Dan tidak kalah pentingnya
untuk kelancaran praktikum dan ketelitian yang diperoleh.
20 Laporan optic : Interferensi dua celah
DAFTAR PUSTAKA
Isaacs Alan, 1995, Kamus Lengkap Fisika, Erlangga, Jakarta.
Tim Penyusun, 2008, Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika Optik,
Laboratorium Fisika Eksperimen Fakultas Mipa Universitas Tadulako, Palu.
Tipler, 1996, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.
Young dan Freedman, 2001, Fisika Universitas Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
21 Laporan optic : Interferensi dua celah
LAMPIRAN
Pertanyaan:
1. Apakah gejala interferensi dapat terjadi pada gelombang cahaya ? jelaskan !
Jawab :
Dapat, gejala interferensi dapat terjadi pada gelombang cahaya jika ada dua
atau lebih berkas sinar yang bergabung.
Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut :
a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam artian bahwa kedua
gelombang cahaya harus memiliki beda fasa yang selalu tetap. Oleh
sebab itu, keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.
b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.
2. Jelaskan mengapa dalam percobaan ini digunakan sumber cahaya laser
HeNe ? bagaimana jika sumber cahayanya diganti dengan cahaya lampu
biasa !
Jawab :
Karena cahaya yang dihasilkan oleh laser HeNe berfokus pada satu titik,
sehingga memiliki intensitas yang tinggi, sedangkan jika kita menggunakan
lampu biasa maka cahayanya akan menyebar sehingga intensitas cahayanya
rendah, sehingga akan sulit menghasilkan interferensi.
3. Apakah perbedaan gejala interferensi dan difraksi pada celah ganda ?
Jawab :
22 Laporan optic : Interferensi dua celah
Pada interferensi, distribusi intensitas untuk maksimum sama besar,
sedangkan pada difraksi distribusi intensitas tidak sama, yaitu semakin jauh,
maka intensitasnya akan semakin kecil.
4. Apakah gejala difraksi dapat terjadi pada gelombang cahaya ? jelaskan !
Jawab :
Ya, gejala difraksi dapat terjadi pada gelombang cahaya jika cahaya itu
melalui celah yang sempit sehingga terjadilah pelenturan cahaya ( difraksi ).
5. Dalam difraksi celah tunggal, apakah pengaruh penambahan panjang
gelombang dan lebar celah?
Jawab:
Dalam difraksi celah tunggal apabila panjang gelombang dan lebar celah
diperbesar, maka jarak antara (d) akan semakin besar atau cahaya semakin
terang.
6. Dalam difraksi celah ganda, apakah pengaruh penambahan panjang
gelombang dan lebar celah?
Jawab:
Dalam difraksi celah ganda apabila panjang gelombang dan lebar celah
diperbesar, maka jarak antara (d) semakin kecil.
23 Laporan optic : Interferensi dua celah
BIOGRAFI
Nama Hartito Panggoe, merupakan anak ke-3
dari enam bersaudara. lahir di Kabupaten Poso di
Kecamatan Pamona Timur di Desa Taripa pada
tanggal 21 Desember 1990. Penulis mengawali
janjang pendidikannya di sekolah TK, setelah naik
kelas penulis melanjudkan studi di SDN INPRES 1 LORE UTARA. Setelah lulus
dari sekolah dasar kemudian melanjutkan studi di SMP NEGERI 1 LORE
UTARA di Wuasa, setelah lulus melanjudkan studi SMANEGERI I LORE
UTARA. Dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu melanjutkan Pendidikannya di
Perguruan Tinggi Universitas Tadulako Jurusan Fisika Fakultas MIPA
24 Laporan optic : Interferensi dua celah
Lembar Asistensi
Nama : Hartito Panggoe
Stambuk : G 101 10 048
Kelompok : 2
Asisten :
No Hari/ Tanggal Keterangan Paraf
25 Laporan optic : Interferensi dua celah
26 Laporan optic : Interferensi dua celah
top related