lapak larutan
Post on 21-Dec-2015
247 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
NAMA : INA WIDIA
NPM : 260110140034
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 23 MARET 2015
ASISTEN : ANUGRAH RAHMAWAN
FERSTY ANDINI
LABORATORIUM FARMASI FISIKA II
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
LARUTAN
I. ABSTRAK
Kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai uji kelarutan,
dimana percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
konsentrasi terhadap kelarutan suatu senyawa. Prinsip yang mendasari
percobaan ini sendiri yaitu Azaz La Chatelier
, Like Disolve Like dan Titrasi. Praktikan pertama-tama menyiapkan
alat dan bahan, lalu membakukan larutan NaOH. Pembakuan NaOH
dilakukan untuk mencari normalitas dari NaOH yaitu dengan membuat
larutan baku primer asam oksalat dan larutan baku sekunder NaOH.
Larutan baku asam oksalat dibuat di dalam labu ukur, sedangkan
larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret. Kemudian larutan baku
asam oksalat dimasukan ke dalam labu erlenmeyer dan diberi indikator
fenolftalein, lalu dititrasi dengan larutan NaOH yang ada di dalam
buret sampai berubah warna menjadi merah muda, dicatat volume
NaOH saat terjadi perubahan warna dan dihitung normalitas NaOH.
Setelah didapatkan normalitas NaOH, langkah selanjutnya adalah
membuat pelarut campuran. Pelarut campuran tersebut terdiri dari
etanol, air, gliserin dan propilenglikol, pelarut campur dibuat hingga
jenuh dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda. Lalu pelarut
campur dicampurkan dengan bahan uji yaitu asam salisilat dan asam
benzoat dalam erlenmeyer dan diberi indikator fenolftalein. Kemudian
dilakukan titrasi sampai larutan berwarna merah muda, dicatat volume
NaOH dan dihitung kelarutannya pada masing-masing konsentrasi
yang berbeda. Hasil yang didapatkan adalah kelarutan dari setiap
konsentrasi cukup sesuai dengan literatur, dibuktikan dengan kelarutan
asam benzoat yang semakin menurun jika konsentrasinya semakin
tinggi.
Kata kunci : konsentrasi, titrasi, pelarut campur
II. ABSTRACT
In this experiment are about the solubility test, in which time the
experiment was aimed to study the effect of concentration on the
solubility of a compound. The underlying principle of these
experiments alone are Azas La Chatelier, Like Disolve Like and
titration. Practitioner first set of tools and materials, then standardize
the NaOH solution. Standardization of NaOH done to look for
normality of NaOH is to make a primary standard solution of oxalic
acid and secondary standard solution of NaOH. Standard solution of
oxalic acid made in the flask, while the NaOH solution incorporated
into the burette. Then the standard solution of oxalic acid incorporated
into the erlenmeyer flask and phenolphthalein indicator and titrated
with NaOH solution that is in the burette until the color changes to
pink, note the volume of NaOH when the color changes and the
calculated normality NaOH. Having obtained the normality of NaOH,
the next step is to make solvent mixture. The solvent mixture
consisting of ethanol, water, glycerin and propilenglikol, mixed
solvent made up saturated with different concentration ratio. Then the
mixed solvent is mixed with the test material is salicylic acid and
benzoic acid in erlenmeyer and given a phenolphthalein indicator.
Then do the titration until the solution was pink, noting the volume of
NaOH and calculated solubility in each different concentrations. The
results obtained are sufficient solubility of each concentration
according to the literature, evidenced by the solubility of benzoic acid
decreases if the concentration is higher.
Keywords: concentration, titration, mixed solvents
III. Tujuan Percobaan
III.1. Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan
dengan larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indikator fenolftalien.
III.2. Membuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin dan
propilenglikol.
III.3. Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari
berbagai macam pelarut campur.
III.4. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan persentase
campuran pelarut.
IV. Prinsip Percobaan
IV.1. Azaz Le Chatelier
Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan
mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu
menjadi sekecil-kecilnya (Ratna, 2009).
IV.2. Kelarutan
Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno,2006).
IV.3. Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya
sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan asam basa disebut titrasi
asam basa (Muchtaridi,2007).
IV.4. Like Disolve Like
Suatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur
kimia yang sama polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar
(Arsyad, 2011).
IV.5. Reaksi Netralisasi
Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan air netral (pH=7)
hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa
9Sumardjo, 2006)
IV.6. Pengenceran
Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang
lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses
pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut
ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi)
konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang
terdapat dalam larutan (Chang, 2005).
IV.7. Stoikiometri
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya (Alvian, 2009).
V. Reaksi
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O (Svehla,1990)
VI. Teori Dasar
Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal sebagai
larutan. Suatu campuran dikatakan homogen karena susunannya
seragam sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optik. Larutan terdiri atas zat pelarut
(solvent) dan satu atau lebih zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium
tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat
pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Perbedaan antara
pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada saat tertentu
dapat berupa zat terlarut dan pada saat yang lain berupa zat pelarut.
Biasanya kita menyebut zat yang paling banyak sebagai pelarut dan
yang sedikit sebagai zat terlarut (Sumardjo, 2006).
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di
dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan
tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi ini
dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara. Ada beberapa macam titrasi bergantung
pada jenis reaksinya seperti titrasi asam basa, titrasi permanganometri,
titrasi argenometri, dan titrasi iodometri. Dalam titrasi asam basa zat-zat
yang bereaksi umumnya tidak berwarna sehingga tidak diketahui kapan
titik stoikiometri diketahui. Oleh karena itu digunakanlah indikator
asam basa sebagai penunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan
asam atau basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna pada
rentang pH tertentu. Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek
perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan berubah, contohnya
indikator fenolftalein (Sunarya dkk, 2007).
Ikatan ionik dan kovalen merupakan ikatan intramolekul yang
mengikat atom-atom di dalam molekul. Sedangkan ikatan yang
bertanggung jawab menyatukan molekul- molekul dinamakan sebagai
ikatan intermolekul. Ikatan intermolekul menyebabkan molekul saling
menarik dengan molekul tetangganya. Ikatan ini menentukan sifat-sifat
fisik sebuah zat seperti titik leleh, titik didih dan kelarutannya.
Semakin kuat ikatan intermolekul suatu senyawa maka titik leleh dan
titik didihnya semakin tinggi. Tinjauan kelarutan sesyai dengan
ungkapan klasik “like dissolve like”, artinya molekul polar akan larut
dalam pelarut polar dan molekul nonpolar akan larut pada pelarut
nonpolar (Riyanto, Nurdin dan Ari Yustisia, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya :
Temperatur
Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis
kuantitatif meningkat dengan bertambahnya temperatur.
Kebanyakan garam organik bertambah kelarutannya apabila
temperatur dinaikkan. Hal ini menguntungkan dalam melakukan
pencucian dengan larutan panas, karena kotoran akan semakin
mudah larut.
Efek Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air daripada dalam
pelarut organik. Ion di dalam sebuah kristal tidak mempunyai
tarikan demikian besar untuk pelarut organik karena kelarutannya
biasanya lebih kecil daripada di dalam air.
pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Ion
hidrogen bereaksi dengan ion garam membentuk adam lemah,
dengan demikian meningkatkan kelarutan garam.
Efek Ion Sekutu
Pada pencucian suatu endapan yang dapat mnyebabkan hilangnya
beberapa zat akibat kelarutan, sebuah ion yang sama dapat
digunakan di dalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan
(Underwood, A.L., 1990)
Ion Kompleks
Bertambahnya kelarutan suatu endapan dengan penambahan suatu
zat pengendapan sering kali disebabkan oleh pembentukan ion
kompleks. Suatu ion kompleks dibentuk dengan bersenyawanya ion
sederhana baik dengan ion lain yang muatannya berlawanan
maupun dengan molekul netral (Vogel, A., 1994)
(usu.ac.id, tanpa tahun)
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang
lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan
aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di
dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).
Rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), adalah
sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
VII. Alat dan Bahan
VII.1. Alat:
Bulb Pipet
Buret
Corong
Erlenmeyer
Gelas Kimia
Gelas Ukur
Kertas Saring
Labu Ukur
Pipet
Pipet Ukur
Penangas Air
Statif
VII.2. Bahan :
Air
Asam benzoat
Asam oksalat
Asam salisilat
Etanol 90%
Fenolftalien
Gliserin
NaOH
Propilenglikol
VII.3. Gambar Alat :
Bulb Pipet Buret
Erlenmeyer Gelas Kimia
Gelas Ukur Kertas Saring
Labu Ukur Pipet
Pipet Ukur Statif
Corong Penangas Air
VIII. PROSEDUR
Dalam praktikum kali ini langkah pertama yang harus dilakukan
adalah larutan NaOH dibakukan oleh larutan asam oksalat. Larutan
asam oksalat dibuat sampai normalitas 2N, kemudian dimasukan ke
dalam labu erlenmeyer dengan volume tertentu.Lalu larutan NaOH
dimasukkan ke dalam buret dengan volumetertentu dan dipasangkan
pasa statif. Larutan asam oksalat dalam labu erlenmeyer ditambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes, kemudian titrasi dilakukan
secara triplo.
Langkah kedua yaitu dibuat pelarut campur sebanyak 20 ml
yang terdiri dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol. Pelarut
campur dibuat dengan perbandingan yang berbeda-beda. Kemudian
masing-masing pelarut campur dilarutkan sedikit demi sedikit hingga
jenuh.
Langkah selanjutnya adalah penentuan kelarutan. Kelarutan
ditentukan dengan cara pelarut campur yang sudah jenuh dicampurkan
dengan bahan uji yaitu asam salisilat dan asam benzoat. Kemudian
titrasi dengan menggunakan larutan NaOH secara titrasi asam basa,
hasil kelarutan didapat dalam bentuk persen.
Langkah terakhir dalam praktium ini yaitu membuat grafik
hubungan konsentrasi dengan pelarut campuran.
IX. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
IX.1. Pembakuan NaOH
Pembuatan NaOH=2 gr40
x1000 ml500 ml
=0,1 N
Pembuatan AsamOksalat=2.6,3 gr126
x1000 ml
50 ml=2N
Normalitas
asam oksalat
Volume
asam oksalat
Volume
NaOH
Normalitas
NaOH
2 1 13 0,153
2 1 14,8 0,1351
2 1 15,5 0,129
Pembakuan NaOH 1
M 1V 1=M2 V 2
2 .1ml=M 213 ml
M 2=0,153
Pembakuan NaOH 2
M 1V 1=M2 V 2
2 .1ml=M 214,8 ml
M 2=0,1351
Pembakuan NaOH 3
M 1V 1=M2 V 2
2 .1ml=M 215,5 ml
M 2=0,129
Rata−RataNaOH=0,153+0,1351+0,1293
=0,139 M
IX.2. Kelarutan Asam Salisilat
Pelarut campur 1 8 ml etanol + 12 ml air
Pelarut campur 2 10 ml etanol + 10 ml air
Pelarut campur 3 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml
gliserin
Pelarut campur 4 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml
propilenglikol
Pelarut
campur
Volume larutan
sampel (ml)
Volume
NaOH (ml)
Kelarutan
(gram/L)
1 20 3,05 2,94
2 20 3,3 3,19
3 20 3,2 3,09
4 20 3,5 3,38
Asam Salisilat + Etanol +Air
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,05 .0,139 )138,12
20=2,94 gr / L
Asam salisilat + Etanol + Air
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,3 .0,139 )138,12
20=3,19 gr / L
Asam Salisilat +Etanol + Air + Gliserin
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,2.0,139 )138,12
20=3,09 gr / L
Asam Salisilat + Etanol + Air + Propilenglikol
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,5.0,139 )138,12
20=3,38 gr / L
IX.3. Kelarutan Asam Benzoat
Pelarut campur 1 8 ml etanol + 12 ml air
Pelarut campur 2 10 ml etanol + 10 ml air
Pelarut campur 3 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml
gliserin
Pelarut campur 4 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml
propilenglikol
Pelarut
campur
Volume larutan
sampel (ml)
Volume
NaOH (ml)
Kelarutan
(gram/L)
1 20 3,75 3,2
2 20 3,4 2,9
3 20 3,2 2,73
4 20 2,7 2,3
AsamBenzoat + Etanol + air
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,75 .0,139 )122,12
20=3,2 gr /L
Asambenzoat + Etanol + Air
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,4 . 0,139 )122,12
20=2,9 gr / L
Asambenzoat +Etanol + Air + Gliserin
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(3,2.0,139 ) 122,12
20=2,73gr /L
Asambenzoat + Etanol + Air + Propilenglikol
Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel
Volume Sampel
¿(2,7.0,139 )122,12
20=2,3 gr / L
(Grafik dilampirkan)
X. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa prosedur untuk
menentukan kelarutan dari bahan uji yaitu asam salisilat dan asam
benzoat dari berbagai pelarut campuran dengan menggunakan metode
titrasi asam basa. Sesuai dengan metode yang digunakan, basa kuat
NaOH digunakan sebagai titran untuk mentitrasi sampel uji. Namun
sebelumnya harus dilakukan pembuatan larutannya terlebih dahulu.
Pertama yaitu pembuatan larutan NaOH. Sediaan NaOH ditimbang
sebanyak 2 gram dengan menggunakan neraca analitik agar hasil
penimbangan tepat dan sesuai dengan yang ditentukan karena neraca
analitik mempunyai ketelitian dan kesensitifan penimbangan yang
sangat tinggi. NaOH yang sedang ditimbang harus dialasi oleh kaca
arloji, sebab NaOH mempunyai sifat korosif yaitu dapat merusak dan
menimbulkan karat pada neraca analitik. Setelah melalui proses
penimbangan, NaOH langsung ditutup dengan menggunakan plastik
wrap, karena NaOH juga mempunyai sifat higroskopis yaitu mudah
menguap apabila bereaksi dengan udara bebas. Kemudian aquades
dipanaskan dalam gelas beaker 1000 ml dengan menggunakan
penangas air hingga mendidih. Setelah itu NaOH yang telah ditimbang
tadi dilarutkan dalam aquades. Tutup gelas beaker dengan
menggunakan plastik wrap agar CO2 tidak dapat masuk dan agar
endapan NaCO3 tidak terbentuk yang nantinya akan menggangu titik
akhir titrasi. Setelah ditutup larutan NaOH didinginkan. Selanjutnya
dilakukan pembuatan larutan baku primer asam oksalat. Serbuk asam
oksalat ditimbang sebanyak 6,3 gram dengan menggunakan neraca
analitik dan beralaskan kertas perkamen agar proses penimbangan
lebih mudah dan tidak berceceran karena asam oksalat merupakan
sediaan berupa serbuk. Kemudian asam oksalat dilarutkan dalam
aquades dalam labu ukur 50 ml. Proses pelarutan asam oksalat
dilakukan dengan menggunakan labu ukur sebab labu ukur merupakan
alat ukur volume yang paling baik dalam melarutkan suatu zat dan
mempunyai pengukuran volume yang sangat akurat (alat ukur
volumetrik). Lalu labu ukur ditutup rapat, dikocok agar larutan asam
oksalat terlarut dengan sempurna. Larutan asam oksalat yang telah
larut dengan sempurna akan digunakan sebagai larutan baku primer
yang akan membakukan larutan NaOH sebagai larutan baku sekunder.
Tahap selanjutnya yaitu pembakuan larutan NaOH. Larutan NaOH
yang telah dibuat tadi dimasukkan ke dalam buret sampai titik nol
dengan menggunakan bantuan corong. Setelah terisi larutan NaOH,
buret dipasangkan pada statif. Pastikan buret berada pada posisi tegak
lurus dengan analit yang akan diuji. Kemudian larutan asam oksalat
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 1 ml dengan cara
dipipet. Asam oksalat dalam labu erlenmeyer ditambahkan 2 tetes
indikator fenolftalein . indikator fenolftalein adalah indikator yang
paling cocok dalam metode titrasi ini sebab mempunyai rentang pH
yang sesuai dalam proses titik akhir titrasi yang ditandai dengan
adanya perubahan warna. Titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi
dan mencapai perubahan warna menjadi warna merah muda (pink
rose). Indikator dapat menanggapi dengan munculnya kelebihan titran
dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena
sistem kromofornya dirubah oleh reaksi asam basa. Titrasi dilakukan
secara triplo agar hasil yang didapatkan seakurat mungkin. Catat
volume NaOH yang digunakan dan hitung konsentrasinya.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan pelarut campuran yang
terdiri dari etanol, air, gliserin dan propilenglikol. Etanol, gliserin dan
propilenglikol digunakan sebagai sebagai pelarut campuran karena
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif yang
kurang larut dalam air serta meningkatkan stabilitas zat tertentu yang
mudah terhidrolisis seperti bahan uji yang digunakan pada praktikum
ini yaitu asam salisilat dan asam benzoat. Pelarut campuran ini dibuat
dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap kelarutan. Proses ini
dilakukan dalam gelas ukur, campurkan masing-masing pelarut sedikit
demi sedikit dan tunggu hingga jenuh. Pelarut campur dapat dikatakan
jenuh ketika suhunya mulai meningkat, dapat dideteksi dengan cara
dirasakan oleh tangan, pelarut campuran akan terasa hangat atau panas
dan terdapat uap di dinding-dinding gelas ukur. Setelah pembuatan
pelarut campuran, dilakukanlah titrasi terhadap bahan uji asam salisilat
dan asam benzoat yang dilarutkan dalam masing-masing pelarut
campuran yang konsentrasinya berbeda dan sudah jenuh. Namun
sebelumnya dilakukan terlebih dahulu proses penimbangan terhadap
masing-masing bahan uji sebanyak 100 mg dengan menggunakan
neraca analitik. Setelah mencampurkan bahan uji dengan pelarut
campuran dalam labu erlenmeyer, tambahkan indikator fenolftalein
sebanyak 2 tetes dengan cara dipipet. Kemudian lakukan titrasi dengan
menggunakan larutan NaOH sebagai titran. Catat volume NaOH yang
terpakai dan hitung kelarutannya dengan menggunakan rumus yang
sudah tersedia.
Secara ilmiah hubungan kelarutan dengan konsentrasi adalah
berbanding terbalik. Dengan bertambahnya konsentrasi kelarutan akan
semakin lambat dan sebaliknya, hal ini dapat terjadi karena konsentrasi
yang semakin tinggi maka ikatan molekul-molekulnya akan semakin
kuat sehingga sulit untuk dilepaskan. Pada jumlah pelarut yang sama
semakin tinggi konsentrasi zat terlarut maka larutan tersebut akan
semakin jenuh, sehingga zat terlarut tidak dapat melarut sempurna.
Dari hasil perhitungan percobaan praktikum ini, kelarutan asam
salisilat kurang sesuai dengan literatur, ditandai dengan grafik
hubungan konsentrasi dengan kelarutan yang tidak membentuk garis
lurus. Hal ini dapat terjadi karena masih banyaknya kekurangan dan
kesalahan yang dilakukan selama praktikum. Namun pada kelarutan
asam benzoat didapatkan hasil yang sesuai dengan literatur, dibuktikan
dengan gambar grafik yang membentuk hampir menyerupai garis
lurus.
Aplikasi dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang
farmasi, sebab dapat membantunya memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak
sebagai standar atau uji kemurnian
XI. SIMPULAN
1. Pembakuan larutan NaOH dengan menggunakan larutan asam
oksalat dan dapat menentukan normalitasnya.
2. Pembuatan pelarut campur dengan konsentrasi yang berbeda-
beda.
3. Semakin tinggi konsentrasi maka kelarutan akan semakin
lambat. Semakin rendah konsentrasi maka kelarutan akan
semakin cepat.
4. Grafik hubungan konsentrasi dengan kelarutan berbentuk
hampir menyerupai garis lurus.
XII. DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Meda : USU Press
Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Inti dan Penjelasan Istilah. Jakarta :
Gramedia
Brady, J.E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta :
Binarupa Aksara
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Muchtaridi. 2007. Kimia 2. Jakarta : Yudhistira
Ratna. 2009. Azas Le Chatelier. Available at http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_smk/kelas_x/azas-le-chatelier/
(diakses pada tanggal 15 Maret 2015)
Riyanto, Nurdin dan Ari Yustisia Akbar. 2009. Super Genius
Olimpiade Kimia SMA. Jakarta : PT. Buku Kita
Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC
Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar
Kimia. Bandung : PT. Setia Purna Invers
Suyatno. 2006. Kimia. Jakarta : Grasindo
Svehla. 1990. Analisis Kuantitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka
Tanpa nama. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan.
Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/ (diakses
pada tanggal 26 Maret 2015)
Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Kelarutan
1 2 3 40
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
2.943.19 3.09
2.28
3.2
2.92.73
2.3
asam salisilatasam benzoat
Kelarutan (gr/L)
Pelarut Campur
top related