langkah mudah melakukan penelitian sosial #1
Post on 07-Apr-2016
236 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ii LPP KARISMA
iii LPP KARISMA
Langkah Mudah Melakukan Penelitian
Sosial
iv LPP KARISMA
v LPP KARISMA
Langkah Mudah
Melakukan Penelitian
Sosial
Disusun Oleh:
LP2K
Lembaga Pengkajian dan Penelitian KARISMA
vi LPP KARISMA
“Langkah Mudah Melakukan Penelitian Sosial”
Bagian 1
Copyright © 2014
Lembaga Pengkajian dan Penelitian KARISMA
(LP2K)
Keluarga Remaja Islam Salman ITB
(KARISMA ITB)
Penulis: Tim LP2K 2014 (Elsa Asri Nauli, Haifa Afifah, Iqbal Fauzi
Aditama, dan Khoirul Hidayat)
Penyunting Naskah: Haifa MF
Perancang Sampul: Iqbal F Aditama
Penata letak: Haifa MF
Cetakan Pertama: Juni 2014
Diterbitkan oleh: LP2K
Komp. Masjid Salman ITB gd. Kayu Lt. 1
Jalan Ganesa 7 40132
Telp. 022 2503645
Fax. 022 2500042
www.karisma-itb.org
vii LPP KARISMA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah tuhan semesta
alam. Atas karunia dan izin-Nya lah kita masih diberikan
kenikmatan untuk dapat memahami setiap tanda-tanda
kekuasaan yang telah Allah tunjukan di bumi dan di langit.
Shalawat serta salam tak lepas kita curah limpahkan kepada
baginda Muhammad. Saw. yang telah menjadi tauladan
terbaik umat, panutan sehingga kita bisa beriman kepada
Allah Swt. Sebagaimana mestinya.
Saya mewakili tim penyusun dari LP2K mengucapkan
banyak terimakasih kepada rekan-rekan yang terlibat dalam
penyempurnaan penyusunan buku Standar Operasional
Prosedur penelitian yang kami beri judul “Langkah Mudah
Melakukan Penelitian Sosial” ini, meski belum tuntas, artinya
harus di lanjutkan ke bagian 2, semoga sedikitnya
keberadaan buku ini memberikan manfaat bagi para
pembaca, dan khususnya peneliti dikemudian hari.
Tujuan utama disusunnya buku ini adalah kami ingin
memberikan kemudahan bagi Pembina yang ingin meneliti
setiap masalah-masalah social yang mungkin terjadi
ditengah hiruk pikuk aktifitas remaja saat ini.
Harapan selanjutnya buku ini dapat menjadi buku
pedoman tetap untuk membuat sebuah penelitian social
viii LPP KARISMA
sederhana yang ingin di buat, yang nantinya akan menjadi
sebuah solusi setiap permasalah remaja di KARISMA sendiri.
Demikianlah semoga dengan adalanya buku ini, dapat
memberikan manfaat yang besar dalam membuat suatu
peneletian. Mohon kiranya kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan yang lebih baik.
.
Penyusun
ix LPP KARISMA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................ix
1. BAB I. Penelitian itu Apa Sih?…............................1
2. BAB II. Tahap-Tahap Penelitian...........................10
3. BAB III. Desain Penelitian….................................22
4. BAB IV. Metode Pengambilan Data….................32
5. Daftar Pustaka.......................….............................63
6. Biodata Penulis…....................................................65
x LPP KARISMA
1 LPP KARISMA
BAB I
Penelitian itu Apa sih?
Sahabat-sahabat pernah mendengarnya? Tentu, lalu
apa yang terbesit dalam benak sahabat-sahabat tentang
penelitian? Seorang peneliti sedang melakukan penelitian
dengan tujuan menemukan suatu hal yang diinginkannya.
Dalam konteks ini, kita sepakat bahwa penelitian adalah
suatu proses, sebuah proses panjang yang harus dilewati
oleh kita, si peneliti untuk mencapai tujuan penelitian.
Kebutuhan KARISMA dalam melakukan penelitian
sangatlah diperlukan, merujuk pada visi KARISMA yaitu
menjadi pusat pembinaan remaja se-Bandung raya, selain
itu telah disiapkannya banyak produk yang telah dibuat
sebagai langkah KARISMA mencapai visi tersebut, untuk
menuai hasil yang diinginkan tidaklah mudah.
Sebuah penelitian bisa menjadi salah satu komponen
keberhasilan pencapaian tersebut seperti halnya produk
yang telah dibuat. Dalam hal ini, penelitian dapat menjadi
salah satu alat perang para Pembina dalam mengidentifikasi
sebuah kebenaran yang semu atau biasa kita sebut asumsi.
Sampai disini sudah mendapat titik terang, mengapa
kita membutuhkan penelitian?
2 LPP KARISMA
Ketika kita diminta untuk menuju suatu tempat kita
membutuhkan jalan, supaya perjalanan bebas hambatan
atau lancar kita membutuhkan strategi khusus untuk
melewatinya dan dalam menentukan strategi yang cocok
kita harus tahu kondisi jalan itu seperti apa, lalu kita
bertanya kepada orang-orang sekitar tentang keadaan jalan
menuju ketempat tujuan itu (tracer study) setelah itu
barulah kita dapat mengetahui sedikitnya informasi yang
setelah itu strategi untuk mencapai tujuan lebih cepat akan
didapat dengan kumpulan informasi yang telah diterima
sebelumnya.
Kaitan cerita diatas dengan peran KARISMA bagi
remaja tidak lah jauh berbeda, hanya lebih sedikit terjal.
Keadaan remaja yang penuh dengan keunikan-keunikan
tertentu telah membuat kita (baca: Pembina) banyak
membuat desain produk pembinaan maupun penjaringan,
namun kadang produk-produk tersebut dirasa kurang efektif
atau kurang berdampak banyak bagi remaja itu sendiri.
Sebuah evaluasi besar yang bisa menjadi tolak ukur
pembuatan produk lebih efektif dari sebuah proses
penelitian yang bisa kita tindak kepada objek dakwah (baca:
Adik). Evaluasi ini bukan sekedar asumsi atau sebuah
intropeksi kinerja. Karena hal itu terkadang kurang
berdampak pada kasus serupa setelah melewati masa itu.
3 LPP KARISMA
Baiklah, dalam bab ini, kita akan banyak berbicara
tentang penelitan secara umum, macam-macam penelitian
yang bisa kita gunakan di organisasi sejenis KARISMA berikut
contoh kasusnya. Jadi penelitian adalah sebuah cara yang
dilakukan seseorang (peneliti) untuk mendapatkan suatu hal
yang diinginkan.
Barang siapa ingin meningkatkan hasil untuk apa saja
yang sedang ia tekuni, membutuhkan kegiatan penelitian
(Arikunto, 2013, hal. 2)
Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dilakukan.
Diantaranya
1. Penelitian deskriptif murni atau survey
Merupakan penelitian berupa pemaparan tentang
sesuatu atau kejadian yang terdapat diwilayah tertentu
kemudian dari data yang telah didapat tadi dikelompokan
berdasarkan jenis, sifat atau kondisinya, setelah data yang
diperlukan lengkap, kemudian diambil kesimpulannya.
Penelitian jenis ini, tentu sahabat-sahabat tidak asing
lagi, mahasiswa tentu pernah melakukan sebuah survei ke
suatu tertentu untuk memastikan bahwa tempat tersebut
4 LPP KARISMA
aman. Tamat. Dalam kondisi yang sama divisi pembinaan
adik yang berkecimpung di bidang penampung minat dan
bakat, ingin memastikan jenis kegiatan apa yang sangat
diminati adik saat ini. Kemudian dilakukanlah sebuah survei
kesekolah-sekolah se-Bandung raya, ternyata minat adik
dominan di bidang media (misalnya) dan beberapa literatur
pun menunjukan hal sama, seperti melesatnya penggunaan
media sosial, pencerdasan siswa dengan menggunakan
media belajar vidio tutorial, serta guru-guru pun banyak
yang sedang mengembangkan berbagai media dalam
pendampingan siswa dalam belajar.
Data-data tersebut dapat menjadi lKamusan kuat
dalam membuat club media yang dapat menampung minat
adik yang menyenanginya. Tentu hal ini tidak dapat dengan
mudah terbantahkan bukan? Karena kebenaran lah disini
yang seakan berbicara, data hasil survei adik yang
menunjukan kearah sana dan nilai lebihnya kita bisa
memetakan penyebaran informasi pembukaan rekrutmen
adik binaan di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki
sumber remaja penyuka media yang mendominasi.
Penelitian jenis ini, memungkinkan kita untuk
membuat produk unggulan. Sahabat-sahabat juga pasti
pernah menerima quisioner yang berisikan suatu produk
baru yang akan diluncurkan, entah itu kita sebagai
5 LPP KARISMA
konsumen atau mahasiswa, hal ini dilakukan si peniliti agar
ia tidak salah strategi dalam meluncurkan produknya yang
pada akhirnya hasil penelitian ini membuat keyakinan penuh
kepada dirinya untuk membuat produk di suatu tempat yang
memang membutuhkannya.
2. Penelitian komparasi atau perbandingan
Merupakan penelitian perbandingan, membandingan
satu wilayah dengan wilayah lain atau metode A dengan
metode B. Mana yang lebih baik. Apakah ada persamaan
dan perbedaan dari hasil perbandingan itu, kemudian hasil
penelitian akan menunjukan mana yang lebih baik.
Contoh kasus di divisi KLC (KARISMA Learning Center)
bentuk pembelajaran yang dilakukan pengajar lebih banyak
menggunakan metode ceramah dan pendampingan dalam
mengerjakan soal-soal. Sedangkan pemerintah telah
mensosialisasikan metode pembelajaran student centered,
dimana pada metode ini, muridlah yang lebih banyak
melakukan aktifitas belajar nya dibandingkan gurunya, peran
guru pada metode ini lebih banyak ke arah fasilitator – bila
dibutuhkan saja- KLC ingin lebih tahu metode mana yang
lebih baik digunakan dalam kemajuan hasil belajar siswanya.
6 LPP KARISMA
Kemudian dilakukanlah penelitian perbandingan,
dimana metode A dibandingkan dengan metode B. Mana
yang lebih baik dan bisa diterapkan di KLC. Maka
berlakukanlah suatu metode A pada kelompok A dan
metode B pada kelompok B. Lalu lihat hasil penerapan
metode pada kelompok tersebut di sebuah hasil belajar nilai
kognitif, mana yang lebih besar nilai kognitifnya, hal ini
memberi kesimpulan metode mana yang lebih baik
digunakan untuk mencapai suatu nilai tertentu yang
diinginkan.
Penelitian ini akan menentukan mana yang lebih baik,
mana yang bisa digunakan, mana yang lebih menguntungkan
atau mana yang lebih memiliki banyak manfaat yang
kemudian Kamu akan yakin mana yang bisa diterapkan
sebagaimana tujuan yang diingikan sebelumnya.
3. Penelitian penelusuran (tracer study)
Merupakan penelitian penelusuran data-data lama
atau masa lampau. Pengamatan data-data lama yang akan
didapatkan sekarang kemudian di analisis apakah data itu
bisa dipakai di masa sekarang.
7 LPP KARISMA
Berdirinya KARISMA sejak tahun delapan puluhan
memungkinkan kita untuk menemukan fosil-fosil tua yang
berserakan di rantai sejarah dari mulai pendiriannya sampai
sekarang. Disini kita bisa dapatkan perkembangan
pembinaan remaja dari tahun delapan puluh hingga
sekarang, dari hasil telusur itu kita bisa temukan, metode
pembinaan mana yang efektif untuk adik, atau teknik
penyebaran informasi seperti apa yang bisa menarik adik
lebih banyak. Dari data-data yang kita dapatkan itu kita bisa
menarik kesimpulan mana sajakan yang bisa diterapkan
sekarang.
Contoh lain misalnya, dari hasil penenelusuran yang
ada, menunjukan bahwa metode pembinaan remaja
dianggap kuno, hal ini berdasarkan temuan dokumen lama
yang mengisahkan sebuah metode serupa yang jaya
dimasanya. Dan kenapa metode ini tidak efektif di masa
sekarang, karena karakter adik remaja sekarang yang jelas
berbenda dengan karakter adik remaja dimasa lampau. Itu
sebabnya mungkin metode ini tidak berlaku bagi adik yang
kita temui di masa sekarang.
8 LPP KARISMA
4. Action research
Merupakan penelitian yang tidak merubah suatu
kondisi pelaksanaan yang telah berjalan, action research ini
memang meneliti hal yang sedang berjalan, melalui
pengamatan-pengamatan. Apa yang akan dikembangan,
dirubah atau bahkan dihapuskan. Dalam keberjalan
pelaksanaannya si peneliti melihat plus-minus dari pelaksaan
tersebut, dikontrol secara terus menerus kemudian
dievaluasi dan ditindak menuju arah yang lebih baik.
Action research merupakan salah satu jenis penelitian
yang bisa digunakan dalam ruang lingkup yang cukup luas
dimana di KARISMA sendiri telah banyak program yang
sedang berjalan yang memerlukan evaluasi terus menerus
guna mencapai kualitas menuju arah yang lebih baik.
Misalnya kegiatan mentoring yang dirasa oleh lebih
banyak pembina merupakan suatu metode dakwah yang
paling efektif dan belum menemuka metode yang lebih baik
lagi. Namun, pada kenyataannya, kenapa masih banyak adik
yang cenderung berprilaku yang tidak sesuai dengan
harapan, entah itu karena bosan, atau memang
pelaksaannya yang sangat monoton sehingga membuat adik
kurang bersemangat. Hal-hal seperti ini sudah selakyaknya di
evaluasi kenapa hal itu bisa terjadi, kemudian ditindak
9 LPP KARISMA
perbaikan seperti apa yang bisa terapkan pada mentoring ini
supaya adik yang terlibat dalam lingkatan mentoring ini tidak
dibuat bosan dan menyenangkan.
Penelitian ini tidak dengan cepat mendapatkan hasil
yang diinginkan, perlu perjalanan yang cukup sabar, harus
dilakukannya kontroling secara berkala sehingga
didapatkannya data perkembangan menuju arah yang
diinginkan. Bila mana kontroling ini tidak diberlakukan, maka
kita tidak pernah mengetahui apa-apa saja yang menjadi
hambatan yang dapat kita evaluasi, yang pada akhirnya akan
hanya melakukan kesalahan-kesalahan yang serupa dan
‘terlantar’.
10 LPP KARISMA
BAB II
Tahap-Tahap Penelitian
Di BAB 1 kita sudah bahas banyak hal tentang penelitian,
lalu bagaimana sih cara melakukan penelitian? Sebelum kita
membahas lebih lanjut, mari kita samakan presepsi terlebih dahulu.
Pertama-tama, kita harus pikirkan bahwa penelitian adalah sesuatu
yang seru, menyenangkan, dan bisa dipelajari oleh siapapun
termasuk kita. melalui penelitian yang nantinya akan kita buat kita
bisa melihat suatu hal lebih menyeluruh dan mendalam tentang
suatu permasalah yang ingin kita ketahui. Dalam sebuah penelitian,
khususnya penelitian sosial, akan banyak hal yang kita dapatkan,
diantaranya adalah kita bisa memahami fenomena yang terjadi di
masyarakat dan dilingkungan di sekitar kita. KARISMA (Keluarga
Remaja Masjid Salman) merupakan sebuah organisasi yang
konsentrasi pada pembinaan remaja, maka KARISMA akan lebih
melihat fenomena dikalangan remaja (SMP/SMA) lebih mendalam.
Penelitian sosial dapat memberikan berbagai alternatif pemecahan
masalah untuk kita. Melalui penelitian sosial juga kita dapat
mengetahui hidden connection dari suatu hal. Nah tuh keren kan?
Tahapan penelitian merupakan suatu proses dimana kita
akan tahapan atau langkah demi langkah dari awal kita meniatkan
diri untuk melakukan penelitian sampai pada hasil penelitian dan
memublikasikannya pada orang lain. sebuah penelitian yang valid
11 LPP KARISMA
atau dapat dipercaya didasari oleh lKamusan yang kuat dan utuh,
dan tahapan yang kita tawarkan ini dapat sahabat-sahabat gunakan
sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.
Tahapan ini menjadi panduan saat kita mendesain suatu
penelitian. Ngomong-ngomong tentang desain, kalo dalam desain
pakaian atau desain rumah kan kita butuh jiwa seni untuk
menghasilkan karya yang bagus. Nah, untuk desain penelitian ini,
kita juga butuh jiwa “seni”. Hal Ini harus dimiliki oleh peneliti
sebagai keterampilan khusus untuk menghasilkan penelitian yang
berkualitas. selanjutnya “seni” tersebut akan muncul dan
berkembang saat kita secara seksama melaksanakan proyek
penelitian ini. So, jangan khawatir, yuk kita mulai!
1. Merumuskan Masalah
Ini adalah tahapan paling awal dalam melakukan penelitian.
Dalam tahapan pertama ini, kita harus mengetahui tujuan
penelitian yang kita lakukan secara eksplisit. Selain tujuan, kita juga
perlu memaparkan latar belakang dari penelitian kita, apa yang
membuat kita membuat penelitian tersebut? Minimal latar
belakang itu bisa menjawab pertanyaan tadi. Dari latar belakang
yang sudah dibuat tersebut disesuaikanlah dengan maksud
penelitian kita. Misalnya, jika kita akan melakukan penelitian untuk
internal KARISMA, maka kita menyusun latar belakang sesuai
dengan kebutuhan KARISMA terhadap penelitian yang akan
12 LPP KARISMA
dilaksanakan. Hal itu akan memunculkan urgensi pelaksanaan
penelitian tersebut.
Pemaparan latar belakang dan tujuan yang jelas akan
membuat orang lain beranjak untuk bisa berpartisipasi aktif dalam
proyek penelitian. Jangan salah lho, saat pelaksanaan penelitian
nanti kita akan dibantu oleh banyak pihak. Pihak yang terlibat tidak
hanya dari tim peneliti, tapi juga responden dan konsumen
penelitian kita nanti. Untuk tim peneliti, latar belakang dan tujuan
yang jelas akan menjadi semacam bahan bakar yang dapat
memotivasi kita untuk bahu-membahu melaksanakan penelitian,
meskipun tanpa imbalan apapun.
2. Merumuskan Desain Penelitian
Setelah merumuskan masalah, selanjutkan kita ke tahap
merumuskan dan membuat desain penelitian. Pada tahap ini
sebaiknya kita telah merumuskan hipotesis yang nanti kita uji
kebenarannya dengan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang
akan kita cari tahu jawabannya melalui penelitian yang akan kita
lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian menjadi
pertimbangan untuk memilih jenis penelitian yang paling tepat.
Kira-kira jenis penelitian seperti apa yang paling pas untuk
memperoleh jawaban dari pertanyaan yang telah dapatkan.
Jenis penelitian yang kita pilih bergantung pada seberapa
banyak pengetahuan yang kita miliki. Misalnya jenis penelitian
deskriptif, sebab akibat, atau eksplanatori. Jika pengetahuan kita
13 LPP KARISMA
belum melampaui maka kita dapat menggunakan penelitian
eksplanatori. Penelitian eksplanatori berguna untuk mendapatkan
permasalahan secara lebih lengkap.
3. Menentukan Metode Pengambilan Data
Selanjutnya kita akan bahas bagaimana cara atau metode
pengambilan data. Penentuan metode pengambilan data yang
tepat adalah metode yang bisa menghasilkan banyak manfaat
diantaranya adalah untuk menekan anggaran, menyusun
pertanyaan-pertanyaan, dan meningkatkan kualitas data (Saris
dkk., 2007). Metode pengambilan data tersebut dapat ditentukan
dengan berbagai cara. Diantaranya bisa dilakukan dengan
wawancara tatap muka, melalui telepon, internet (misalnya form
google docs), dan lembar kuisioner.
Dari berbagai metode tersebut terdapat perbedaan pada
keberadaan responden saat pengambilan data dan kelompok
respondennya. Jika kita memilih pengambilan data dengan
menggunakan google docs, maka responden cukup mengisi form
dari depan layar komputer yang tersambung dengan jaringan
internet. Kelemahan dari google docs adalah responden yang
mengisi form sangat acak dan sulit untuk dikelompokkan
demografinya (tempat tinggal, sekolah, umur, dan lain-lain).
Kelemahan tersebut membuat google docs tidak direkomendasikan
untuk KARISMA pada penelitian yang sifatnya eksternal.
14 LPP KARISMA
Dari keseluruhan metode, lembar kuisioner merupakan
metode yang paling baik. Dengan lembar kuisioner, kita bisa
menentukan kelompok responden yang menjadi sasaran kita dan
kita bisa melihat tingkah laku responden saat melakukan pengisian,
hal itu bisa diketahui ketika kita bertemu langsung dengan
responden.
Metode lembar kuisioner akan semakin baik jika didukung
dengan melakukan teknik wawancara. Ada pun beberapa yang
harus dipertimbangkan, jika kita melakukan wawancara,
diantaranya waktu yang cukup lama, flesibelitas jam pertemuan
dan profesionalitas yang tinggi.
Kualitas data penelitian tidak hanya ditentukan oleh metode
pengambilan data yang kita pilih, namun juga ada faktor lain yang
juga ikut berperan yaitu formulasi pertanyaan. Formulasi
pertanyaan – variasi pertanyaan dalam kuisioner yang
mempertimbangkan, diksi dan konteks – akan mempengaruhi
variasi jawaban yang akan diberikan responden. Misalnya, kita ingin
menanyakan hal yang bersifat personal, dalam keadaan yang
umum, sebagian responden tidak berkenan menjawab pertanyaan
tersebut yang mengakibatkan, jawaban yang diberikan tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya untuk mengantisipasi
kemungkinan itu terjadi maka diperlukannya teknik khusus dalam
mengformulasikan pertanyaan, agar pertanyaan tidak terkesan
menyudutkan responden.
15 LPP KARISMA
4. Mendesain Formulir Pengumpulan Data
Sebelumnya sedikit kita telah menyinggung tentang
kuisioner, Formulir pengumpulan data itu sama dengan kuisioner
yang sering kita sebut-sebutkan sebelumnya, dalam BAB ini kita
akan mencari tahu bagaimana membuat desain kuisinoner yang
baik. Sebelum kita membuat pertanyaan kuisioner, dibutuhkan
konsep dan formulasi tertentu. kebanyak orang menganggap hal ini
mudah, padahal dalam pengerjaannya diperlukan beberapa
pertimbangan sebelum membuat kuisioner. Mari kita simak
pertanyaan berikut:
Apakah Kamu menyukai sepakbola?
Jawaban apa yang terpintas dalam pikiran kamu tentang ini?
cukup menjawab “Ya” atau “Tidak” itu sudah mewakili jawaban
yang diingikan si peneliti. Namun, seperti yang telah dikatakan
sebelumnya diperlukan pertimbangan tertentu, kita harus dituntut
lebih kritis dalam memikirkan beberapa kemungkinan yang
mungkin terjadi dalam pengisian kuisioner oelh responden.
Untuk kebanyakan perempuan akan lebih tepat jika
pertanyaannya: Apakah kamu suka menonton sepakbola?
Kalo untuk remaja akan lebih tepat jika pertanyaannya:
Apakah kamu suka bermain bola?
Nah untuk orang tua dan lainnya akan berbeda pula redaksi
pertanyaanya.
16 LPP KARISMA
Tuh udah lihat kan cara kita menyusun pertanyaan tidak bisa
asal-asalan? Contoh diatas menunjukkan bahwa suatu pertanyaan
perlu dipertimbangkan dengan umur dan jenis kelamin dari
responden.
Dalam menyusun pertanyaan, maka perlu diperhatikan juga
butir-butir pertanyaan mana yang perlu terstruktur dan yang tidak
perlu terstruktur. Hal tersebut berguna untuk mempermudah
responden dalam menjawab pertanyaan. Kebayang kan kalo butir-
butir pertanyaan yang mestinya runut tapi malah dibuat acak,
tentunya responden bakalan keblinger dalam menjawab, hehe. Hal
lainnya adalah tentang kepentingan responden apakah perlu
mengetahui tujuan penelitian atau tidak. Tentunya jika responden
ingin mengetahui maka kita beritahukan sesuai dengan
proporsinya. Ini menyangkut etika dalam melaksanakan peneltitian
loh.
Kalo berdasarkan jenisnya, pertanyaan bisa dibagi menjadi
tiga, yaitu alternatif tetap, terbuka, atau skala pemeringkatan.
Untuk lebih detailnya dibahas di bab berikutnya yah.
5. Mendesain Sampel dan Pengumpulan Data
Sekarang kita masuk ke tahap berikutnya. Satu langkah kecil
sebelum tahapan ini adalah menentukan populasi, karena desain
sampel ini berkaitan erat dengan populasi. Populasi yang telah
ditentukan tersebut jika bisa dideskripsikan agar terdapat batas
yang jelas mana yang termasuk bagian populasi mana yang tidak.
17 LPP KARISMA
Misalnya kita tentukan populasinya adalah “remaja SMP & SMA
yang bersekolah di Kota Bandung”.
Desain sampel atau istilah lainnya sampling adalah proses
pemilihan unit (bisa orang atau organisasi) dari populasi yang telah
ditentukan sehingga hasil dari sampel tersebut bisa mewakili hasil
dari populasi asal unit (Trochim dkk., 2006). Kita ambil contoh, jika
populasi remaja SMP dan SMA di Kota Bandung ada sekitar 167,000
orang, responden yang kita pilih tidak perlu sampai sebanyak itu.
Respondennya cukup sebagian kecil dari jumlah tersebut. Dalam
penentuannya terdapat prosedur tertentu. Prosedur penentuan
sampel yang direkomendasikan adalah menentukan responden
secara acak atau disebut juga sampel acak.
Dalam penentuan sampel terdapat istilah kerangka sampel,
didalamnya terdapat unsur populasi dan tempat tinggal para
responden. Unsur populasi contohnya adalah pengelompokkan
antara remaja sekolah (SMP, SMA, dan Alumni) dan remaja tidak
sekolah. Pengelompokkan tempat tinggal contohnya adalah daerah
Gedebage, Karees, atau Tegalega. Daerah tersebut berada di
wilayah Kota Bandung.
Desain pengumpulan data merupakan tahapan untuk
menentukan jumlah responden dan keterlibatan responden serta
kualitas kerja dari tim pengumpul data. Pertama kita tentukan dulu
sasaran yang kita tuju atau sampel yang kita inginkan apakah orang
tua, remaja atau Mahasiswa.
18 LPP KARISMA
KARISMA sendiri kita bisa dapatkan beberapa kelompok
diantaranya Pembina, biasanya hanya untuk penelitian intern
KARISMA misanya tentang seberapa penting peran Ketua umum
dalam kepengurusan di periode ini?. Adik Binaan, sampel adik
binaan KARISMA sendiri bisa untuk mengukur seberapa efektif
metode pengajaran atau pembinaan remaja yang selama ini
digunakan KARISMA atau Remaja secara umum, untuk mengetahui
opini remaja saat ini.
Setelah itu, tentukan jumlah SDM yang dibutuhkan, jumlah
data yang diperlukan tidak perlu diambil dari keseluruhan sampel,
cukup beberapa orang saja yang sekiranya bisa mewakili hasil data
keseluruhan. Lalu, buatlah rencana pengumpulan data, kapan
waktunya, dimana kita bisa dapatkan datanya, siapa yang akan
mengumpulkan datanya.
Dalam pengumpulan data yang cukup banyak, biasanya kita
membutuhkan lebih banyak bantuan orang untuk keefisinan waktu
dan memudahkan pekerjaan. Karena itu LP2K – Lembaga
Pengkajian dan Pengembangan KARISMA – biasanya mengadakan
rekrutmen terbuka kepada para Pembina untuk ikut terlibat dalam
penelitian khususnya pengambilan data. Para pembina yang telah
tergabung ini bersifat relawan, dimana LP2K sendiri, tidak
membayar mereka secara khusus hanya penghargaan sebagai
tanda terima kasih yang hal tersebut sebelumnya dijelaskan
sebelum rekrutmen dilakukan.
19 LPP KARISMA
Selanjutnya setelah pengambilan data dilakukan,
diusahakatan jumlah data yang kita ambil lebih banyak dari data
sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini diperlukan
ditakutkan adanya data yang cacat yang memungkinkan jumlah
data sampel berkurang.
Setelah data terkumpul kita melakukan penyortiran terlebih
dahulu sebelum data itu benar-benar kita input ke komputer
setelah semuanya data diperiksa dan dirasa sudah benar-benar
tidak ada data yang cacat barulah disalin untuk dirapihkan agar
mudah dianalisis.
6. Menganalisis dan Menginterpretasi Data
Setelah semua data dari responden terkumpul, maka
tahapan berikutnya yaitu menganalisis data. Sebelum melakukan
analisis, kita perlu melakukan kodifikasi dan tabulasi data.
Kodifikasi dan tabulasi data disusun dengan baik sehingga
memudahkan dalam penghitungan dengan menggunakan
komputer atau alat lainnya. Penghitungan yang baik akan
menghasilkan hasil yang baik juga.
Analisis adalah proses menyusun data yang dapat
ditafsirkan. Tahapan ini dalam proyek penelitian mencoba untuk
menjawab pertanyaan, “Apa yang telah kita temukan?” dan “Apa
yang diungkap oleh data?” (Sya’ban, 2005) sebagai tambahan,
“Apa yang menarik?”. Analisis yang kita lakukan bisa menggunakan
teknik yang berdasarkan kemunculan frekuensi atau dengan
20 LPP KARISMA
klasifikasi silang. Agar hasil analisis semakin kuat ditambahkan pula
teori sosial atau literatur lain yang dapat mendukung hasil analisis
tersebut.
Tahapan setelah analisis yaitu interpretasi data. Interpretasi
adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap analisis yang
dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari hubungan dan
keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada (Barnsley &
Ellis, 1992 dari Keban, 1998). Interpretasi data menghasilkan hasil
data yang siap kita racik menjadi konten berupa artikel atau
infografis di media publikasi.
7. Publikasi
Sahabat, inilah akhir dari proyek penelitian yang kita
laksanakan. Publikasi menjadi krusial karena menyangkut
kemanfaatan dari hasil penelitian kita. Publikasi yang baik akan
membuat penelitian kita bisa memberi manfaat secara luas. Namun
jika publikasinya buruk, maka penelitian kita tidak bisa memberikan
makna atau bahkan tak dilirik barang sedikit. Oleh karena itu, agar
lebih optimal, hasil dari penelitian tersebut kita publikasikan sesuai
dengan sasaran konsumen dengan kemasan yang juga disesuaikan
dengan siapa yang menjadi sasaran kita. Sasarannya bisa remaja,
orang tua, guru, atau pihak lainnya. Untuk jenis media publikasinya,
terdapat berbagai pilihan yang bisa kita pilih diantaranya media
visual dua dimensi (gambar), video, atau artikel.
21 LPP KARISMA
Tidak menutup kemungkinan, kita juga mengirimkan hasil
penelitian kita ke media cetak, online (web), atau dijadikan sebuah
paper penelitian. Itu tergantung pada tujuan awal kita dalam
melakukan sebuah penelitian, kita juga mungkin sudah banyak
melihat hasil penelitian yang menjadi referensi beberapa kalangan
untuk keperluan tentu.
Buatlah sajian hasil penelitian semenarik mungkin kita bisa
mempertimbangkan beberapa hal misalnya isu, segala hal yang
berkaitan dengan isu yang sedang hangat akan sangat dilirik,
apalagi bila kita membuat penyataan yang didasari dengan
penelitian lalu sasaran sebuah penelitian tentang pendidikan tentu
akan dirasa bermanfaat bila disosialisasikan di sekolah
dibandingkan di pasar.
Agar hasil penelitian dilirik dan diperhatikan oleh masa
penulis menyarankan kepada pembaca untuk terlebih dahulu
memunculkan suatu permasalahan yang sering terjadi
dimasyarakat yang kemudian hasil penelitian ini menjadi solusi dari
permasalahan tersebut. Jadi tidak sekonyong-konyong menyajikan
begitu saja. Tapi cobalah untuk menarik minat terlebih dahulu lalu
paparkanlah hasil penelitian kita selama ini.
Sahabat, itulah keseluruhan tahapan yang diperlukan untuk
merancang suatu proyek penelitian. Tidak sesulit yang dibayangkan
bukan? Untuk lebih lengkapnya, tahapan pelaksanaan penelitian
akan dipaparkan pada bab-bab berikutnya.
22 LPP KARISMA
BAB III
Desain Penelitian
Pengertian Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan
untuk melaksanakan penelitian (Arifin, 2013). Istilah kerennya,
desain penelitian merupakan blue print dalam proyek penelitian
kita. Dalam desain penelitian dipaparkan prosedur untuk
mendapatkan informasi. Hal tersebut kita perlukan untuk
menyusun atau menyelesaikan suatu masalah dalam penelitian.
Desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian efektif
dan efisien. Desain penelitian tidaklah bersifat kaku atau strict, kita
dapat menyesuaikannya sesuai dengan kebutuhan penelitian kita.
Macam Desain Penelitian
Ternyata desain penelitian terdapat banyak macamnya
lho. Desain penelitian dapat dibagi menjadi tiga jenis (Doonelly dan
William, 2006), yaitu:
1. Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan
sesuatu yang terjadi dalam suatu variabel yang akan diteliti.
Penelitian ini diperuntukkan dalam pencarian frekuensi hubungan
23 LPP KARISMA
antara dua variabel. Salah satu ciri dari desain penelitian deskriptif
ini adalah diperlukannya hipotesis awal dan hipotesis yang spesifik
mengenai variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
Penelitian deskriptif ini sering digunakan dalam penelitian-
penelitian yang bertujuan untuk:
a. Mengetahui karakteristik suatu kelompok.
Contoh: Karakteristik pelajar yang menggunakan
smartphone.
b. Memperkirakan jumlah orang dalam suatu populasi
tertentu yang berperilaku dengan cara tertentu.
Contoh: Analisis usia remaja yang melakukan kegitan
tawuran antar kelompok.
c. Membuat prediksi terhadap suatu kejadian yang umumya
akan ramai diperbincangkan oleh masyarakat.
Contoh: Presentasi jumlah remaja yang ikut berpartisipasi
dalam pemilihan presiden.
Variabel 1 Variabel 2
Variabel 1
Variabel 2 Variabel 1
Variabel 2
24 LPP KARISMA
Metode yang digunakan dalam penelitian ini haruslah
terstruktur dan jelas, pada umumnya peneliti menggunakan rumus
6W + 1 H untuk menyusun kerangka penelitan, yaitu:
1. How
2. What
3. Who
4. When
5. Where
6. Why
7. WOW!
Kok ada WOW!? Wow yang dimaksud adalah kita harus
membuat penelitian yang menarik untuk dikonsumsi banyak orang.
Bisa dari topik yang diangkat, judul penelitian, pengemasan hasil
penelitian, dsb.
Dalam desain penelitian deskriptif terdapat tahapan
analisis. Analisis adalah cara pemecahan masalah pada suatu kasus
yang telah ditetapkan secara intensif dan detail. Untuk melakukan
analisis terhadap suatu hasil penelitian, diperlukan informasi
kuantitatif kedua variable, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Ada dua jenis data yang umumnya tersedia untuk
keperluan tertentu, yaitu:
a) Data Longitudinal (Data Panel)
25 LPP KARISMA
Data Longitudinal adalah data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dan analisis data dalam suatu waktu yang telah
ditetapkan. Sebagai contoh, pemerintah melakukan sensus
penduduk setiap 5 tahun sekali. Pada data longitudinal melibatkan
sebuah panel yang merupakan data sampel yang merupakan unsur-
unsur yang bersifat tetap. Panel atau sampel bersifat relatif
konstan sepanjang waktu meskipun anggota sampel dapat
ditambahkan untuk menggantikan anggota sampel yang keluar
atau untuk mempertahankan sampel tersebut agar data yang
didapatkan tetap representatif. Selanjutnya, panel dibagi menjadi
dua, yaitu panel sesungguhnya dan panel omnibus.
Panel sesungguhnya adalah sampel tetap dari para
responden yang diukur berulangkali sepanjang waktu terhadap
variabel-variabel yang sama. Misalnya, dinas pendisikan melakukan
sensus perumahan setiap 5 tahun sekali. Pada penelitian tersebut
yang merupakan variabel adalah masing-masing rumah tangga
yang tinggal di perumahan. Perlu diingat bahwa panel atau sampel
bersifat relatif konstan sepanjang waktu meskipun anggota sampel
dapat ditambahkan untuk menggantikan anggota sampel yang
keluar atau untuk mempertahankan sampel tersebut agar data
yang didapatkan tetap representatif. Jadi, meskipun rumah tangga
yang tinggal di perumahan tersebut dapat berubah sebelum waktu
2 tahun, variabel tetap dianggap sama.
Nah, tadi kita telah membahas panel sesungguhnya, sekarang,
kita akan membahas panel omnibus. Panel omnibus adalah sampel
26 LPP KARISMA
tetap dari para responden yang diukur berulang kali sepanjang
waktu tetapi atas variabel-variabel yang berubah dari pengukuran
yang satu ke pengukuran yang lainnya. Contohnya bagaimana
minat pasar terhadap produk merk Aqua dalam berbagai kemasan
(galon, botol, gelas, dsb)? Variabel yang berubah dalam penelitian
ini adalah macam-macam kemasan produk merk Aqua.
b) Data Klasifikasi Silang (Cross-sectional)
Data klasifikasi silang (cross-sectional) atau yang sering
dikenal dengan survei sampel adalah teknik yang memberikan
gambaran singkat mengenai variabel-variabel yang akan digunakan
di dalam penelitian. Sampel unsur-unsur biasanya dipilih untuk
mewakili suatu data. Karena itu, penekanan cross-sectional
dititikberatkan pada pemilihan anggota-anggota sampel, yang
biasanya dilakukan dengan rencana pengambilan data sampel
probabilitas (probability sampling). Contohnya, untuk mengetahui
keefektifan kurikulum 2013 pada siswa sekolah, dinas pendidikan
menggunakan sampel siswa Sekolah Menengah Pertama kelas I, II,
dan III dari setiap sekolah. Pengambilan sampel memperhatikan
jenis kelamin, nilai siswa, keterwakilan wilayah, dsb.
2. Desain Penelitian Eksplanatori
Desain penelitian eksplanatori, sesuai dengan namanya
yang berasal dari kata kerja bahasa inggris to explore yang berarti
27 LPP KARISMA
menemukan, menelusuri. Peneliti berusaha menemukan data
mengenai permasalahan yang dihadapi. Metode ini digunakan
ketika permasalahan yang ada masih terlalu luas dan samar,
sehingga peneliti mengumpulkan ide-ide dan masukan dari
berbagai pihak dan membuat penjelasan mengenai permasalahan
yang akan diteliti dan masih bersifat sementara. Dengan demikian,
penelitian eksplanatori merupakan desain penelitian yang memiliki
tujuan:
1) Merumuskan masalah untuk penelitian atau penyelidikan
yang lebih tepat
2) Mengembangkan hipotesis
3) Menetapkan prioritas untuk penelitian lebih lanjut
4) Mengumpulkan informasi terkini mengenai masalah yang
akan dijadikan penelitian
Keunggulan desain penelitian eksplanatori adalah desain
penelitian ini lebih fleksibel dibandingkan desain penelitian yang
lainnya dan tidak menggunakan kuisioner yang kaku. Tahapan-
tahapan untuk melakukan penelitian ekplanatori adalah sebagai
berikut:
1) Mencari literatur. Ini merupakan salah satu cara yang
paling cepat dan murah untuk mendapatkan suatu
hipotesis.
2) Survei lapangan atau yang biasanya disebut survei
informan kunci (key informant survey) adalah usaha untuk
28 LPP KARISMA
mengumpulkan informasi serta pengalaman dari orang-
orang yang telah terlebih dahulu melakukan penelitian
mengenai masalah yang akan dibahas.
3) Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD). Dibentuknya
FGD ini bertujuan untuk untuk mengumpulkan ide-ide dan
masukan dari sejumlah orang. Umumnya kelompok ini
terdiri dari 8-12 orang. FGD dapat kita laksanakan dengan
para pelajar atau mahasiswa. Dengan dilakasanakannya
tahap ini kita akan dapatkan:
a) Hasil hipotesis yang dapat diuji lanjut secara kuantitatif
b) Informasi yang berguna dalam menyusun kuisioner
c) Seluruh informasi dasar
Contoh dari desain penelitian eksplanatori adalah analisis
minat pelajar SMA pada kegiatan ekskul di sekolah.
Analisis terhadap suatu kasus tertentu dalam desain
penelitian eksplanatori adalah suatu studi yang berfokus pada
permasalahan yang akan diteliti. Dalam analisis ini terdapat dua
teknik yang bisa kita gunakan, yaitu:
a) Investigasi
Metode ini membutuhkan seseorang yang memiliki
kemampuan cukup baik untuk menyelidiki suatu hal. Selain itu,
29 LPP KARISMA
investigator harus mampu mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya daripada menguji kejelasan. Dibutuhkan suatu teknik
khusus untuk menghasilkan informasi yang banyak. Investigator
bisa bertindak fleksibel dengan melakukan perubahan arah diskusi
akibat munculnya informasi baru.
b) Benchmarking
Benchmarking adalah pengidentifikasian suatu organisasi
atau perusahaan yang memiliki kelebihan dalam suatu hal dan
menerapkan sistem yang diterapkan oleh organisasi atau
perusahaan tersebut di perusahaan atau organisasi yang kita
pimpin. Contohnya, organisasi X dalam menyelenggarakan sebuah
acara selalu sukses, kita melihat ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hal tersebut diantaranya jumlah peserta yang
banyak, publikasi acara yang merata, acara yang terlihat tertata
rapi dan pendanaan yang mencukupi. Dari hasil analisis tersebut
maka organisasi Z yang terbilang masih baru mempelajari
bagaimana cara organisasi X dalam membuat sebuah acara,
dilakukanlah kunjungan (studi banding) ke organisasi X untuk
belajar dari pengalaman membuat acara yang telah organisasi X
lakukan.
30 LPP KARISMA
3. Desain Penelitian Sebab-Akibat
Penelitian sebab-akibat merupakan penelitian yang
memiliki tujuan utama yaitu membuktikan hubungan sebab akibat
atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-
variabel yang diteliti. Misalnya, jika jam masuk sekolah diubah
menjadi pukul 08.00, bagaimana pengaruhnya terhadap kehadiran
siswa di sekolah. Salah satu bukti untuk membuat kesimpulan
bahwa “X merupakan penyebab dari Y” adalah:
a) Variasi Serentak
Variasi serentak sejauh mana sebuah sebab X, dan sebuah
sebab Y, terjadi bersamaan dalam cara yang telah di prediksi oleh
hipotesis.
b) Urutan Waktu
Urutan waktu suatu kejadian tidak bisa dianggap sebagai
peneyebab dari kejadian lainnya jika terjadi setelah kejadian
lainnya.
c) Eliminasi Faktor
Eliminasi faktor-faktor akibat hal lain yang mungkin sangat
mirip dengan pendekatan yang kita gunakan.
31 LPP KARISMA
Untuk lebih meyakinkan mengenai hubungan sebab
akibat, kita dapat melakukan suatu eksperimen. Ekseperimen
adalah investigasi ilmiah dimana seorang investigator
memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel-variabel
independen serta mengamati variabel dependen terhadap
manipulasi variabel-variabel independen. Terdapat dua eksperimen
yang berbeda, eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.
Eksperimen laboratorium adalah sebuah situasi diamana seorang
investigator menciptakan situasi dengan kondisi-kondisi yang
diinginkan kemudian memanipulasi beberapa varibel disamping
mengendalikan beberapa variabel lainnya. Eksperimen lapangan
adalah penelitian dalam situasi yang alami dimana satu atau lebih
variabel independen dimanipulasi oleh peneliti yang tetap
dikendalikan seperti situasi sebenarnya.
Itulah pemaparan mengenai desain penelitian. Kita telah
belajar dari mulai pengertiannya hingga jenis-jenis desain
penelitiannya. Pada bab berikutnya, kita akan membahas cara
menentukan metode pengambilan data. Tetap semangat ya!
32 LPP KARISMA
BAB IV
Metode Mencari Data
Data Penelitian
Data merupakan produk yang nantinya akan kita olah
menjadi suatu bentuk lain yang akan menjadi hasil penelitian kita.
Dalam sebuah penelitian, data menjadi harta yang sangat
berharga, dimana data-data ini akan menentukan suatu hipotesis
atau perkiraan sementara. Maka dari itu data harus dicari dan
ditemukan keberadaannya. Mau tidak mau.
Data adalah segala fakta dan angka uang dapat dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi (Suharsimi Arikunto,
2002 :96). Kualitas dari suatu penelitian juga dapat dipengaruhi
oleh kualitas dari data yang didapatkan, seberapa berharga data
itu maka berlaku sama dengan seberapa berharganya pula
kualitas hasil penelitian kita nanti.
Begitu banyak jenis data yang akan kita dapatkan nanti,
entah data yang dibutuhkan, data yang tidak dibutuhkan atau kita
sendiri ragu kualitas data itu sendiri. Jangan sampai itu terjadi.
Data penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat,
skala pengukuran dan sumbernya.
a. Berdasarkan sifatnya :
33 LPP KARISMA
1) Data kuantitatif, merupakan data yang
menggambarkan suatu informasi berupa angka-
angka.
Seperti jumlah penduduk, data berupa diagram,
angka kelahiran setiap menitnya dan sebagainya
2) Data kualitatif, merupakan data yang memberikan
informasi mengenai suatu keadaan melalui
pernyataan atau kata-kata, tidak berbentuk nominal.
Seperti pernyataan seorang 80% siswa SMA
mengenai UN, atau yang lebih ekslusif lagi tentang
adanya adik binaan yang bekas anggota gank motor
yang hal itu cukup meresahkan adik binaan yang
lainnya. Semoga tidak terjadi hal demikian.
b. Berdasarkan skala pengukurannya :
1) Data nominal, merupakan ukuran data yang paling
sederhana, angka yang diberikan mempunyai arti
sebagai label saja. Data nominal tidak mengenal
urutan.
Contoh : laki-laki (1) dan perempuan (2)
2) Data ordinal, merupakan ukuran data yang memiliki
atribut dan memiliki urutan. Contoh : ukuran baju S,
M, L, XL
3) Data interval, merupakan data dengan ukuran ordinal
dan memiliki jarak yang sama pada pengukuran data.
Contoh : skala prestasi pada indeks nilai (A,B,C,D,E)
34 LPP KARISMA
4) Data rasio, merupakan data yang memberikan
keterangan tentang nilai absolut dari objek yang
diukur (ukuran rasio). Contoh : ukuran berat badan,
waktu.
c. Berdasarkan sumbernya :
1) Data Primer, adalah data yang diperoleh peneliti
secara langsung dari pihak yang diperlukan datanya.
Misalnya melalui hasil wawancara atau penyelidikan
secara khusus.
2) Data Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh
secara langsung atau dari sumber yang sudah ada.
Seperti halnya jenis penelitian telusur yang telah
dijelaskan di bab sebelumnya, kita dapat meneliti dari
data-data yang sudah ada sebelumnya, melakukan
analisis kemudian kesimpulan
Metode Pengumpulan Data
Sebelumnya kita telah banyak mengetahui jenis-jenis data,
lalu bagamana sih cara mengumpulkan data-data tersebut?
Dalam praktiknya metode pengumpulan data mengklasifikasikan
data berdasarkan sumbernya. Kenapa? Karena hal ini sudah
mencangkup klasifikasi data yang lainnya, seperti kualitatif,
kuantitatif dan kawan-kawan sejenisnya.
Dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data
merupakan faktor penting, karena jika kita tidak mengetahui
35 LPP KARISMA
teknik yang tepat maka validitas data tersebut diragukan. Adapun
beberapa teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan.
Teknik Pengumpulan Data Primer
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Wawancara
bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan
responden, dan secara lisan.
Posisi sebagai responden dalam wawancara dapat
berbentuk :
Satu orang,
Dua orang atau lebih (kelompok).
Wawancara yang dilakukan terhadap satu orang responden
akan mendapatkan informasi yang relatif lebih bersifat obyektif
dibandingkan dengan responden kelompok. Bila responden
berupa kelompok memungkinkan adanya saling mempengaruhi,
sehingga apabila orang pertama setuju tidak menutup
kemungkinan orang yang berikutnya setuju pula atau informasi
yang diperoleh pada dasarnya berasal dari orang yang dianggap
paling berpengaruh dalam kelompoknya. Hal ini tidak menutup
36 LPP KARISMA
kemungkinan bahwa cara berkelompok akan memperoleh
informasi yang lebih kompleks, karena adanya kegiatan saling
mengisi antara satu sama lainnya.
Keuntungan sistem kelompok, responden akan dapat saling
mengisi dan juga apabila terdapat pKamungan yang berlainan di
antaranya akan dapat tumbuh diskusi kecil. Sehingga
pewawancara dapat menarik kesimpulan sebagai informasi dari
kelompok tersebut. Oleh karena itu diperlukan kecermatan dari
peneliti dalam mengambil pembicaraan di antara mereka, dan
sikap seakan sebagai moderator dalam diskusi tersebut.
Bentuk wawancara yang bagamanakah yang dibutuhkan,
tergantung pada data yang kita inginkan. Sekedar memberi saran,
dalam pengambilan data berupa wawancara, baiknya dilakukan
perorangan. Agar kualitas data kita terjamin dan usahakan
sumber pemberi data tidak dipengaruhi oleh sasuatu apapun
yang dari hal itu memunculkan banyak kemungkinan-
kemungkinan lain dan kemudian akan mempersulit hasil
penarikan hasil penelitian.
Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan,
maka bagi peneliti sebelum terjun ke lapangan perlu
mendapatkan bekal keuletan, mental, kesabaran, keterampilan
teknis penelitian juga penguasaan teori. Bekal yang ada dapat
menambah kepercayaan diri dan sadar posisi ketika ada di
lapangan.
37 LPP KARISMA
a. Jenis alat wawancara
Wawancara dapat dilakukan secara langsung dengan
responden atau dengan bantuan alat komunikasi lainnya seperti
telepon, TV, dan sebagainya. Jika menggunakan alat komunikasi
lain, diperlukan pengetahuan yang lebih luas dan penguasaan
teori maupun permasalahan yang lebih baik, sedangkan
kelemahannya mudah terjadi pembicaraan di luar tujuan
penelitian yang dibutuhkan.
Dalam wawancara kita akan menjumpai tipe responden
yang bermacam-macam, misalnya responden yang mempunyai
banyak pembicaraan dan pengetahuan yang luas. Keadaan
seperti ini justru menuntut peneliti untuk dapat menjaga
pembicaraan agar tidak terlalu jauh dari tujuan penelitian atau
membuat permasalahan baru yang kurang relevan.
Dengan adanya alat bantu wawancara, keadaan di atas
dapat dihindari. Alat bantu tersebut dapat berfungsi sebagai :
Alat kontrol materi, materi selalu dikembalikan pada
permasalahan dalam bentuk pertanyaan.
Alat kontrol waktu, pewawancara dapat memperkirakan
waktu yang diperlukan.
Beban mental berkurang.
Namun terdapat kelemahan yaitu dampak psikologi pada
responden terutama apabila peneliti mencari informasi hanya
38 LPP KARISMA
dengan membacakan alat bantu, yang menimbulkan kesan
diinterogasi sehingga nampak hubungan antara petugas dan
orang yang bersalah. Untuk menghindarinya peneliti dapat
menyampaikan pertanyaan secara lisan dan membaca alat bantu
sesekali ketika lupa.
Alat bantu wawancara dalam praktek penelitian pada
dasarnya meliputi 2 jenis :
1) Pedoman wawancara
2) Daftar pertanyaan
Pedoman wawancara hanya memberikan garis besar atau
pokok-pokok permasalahan, tidak diwujudkan pertanyaan secara
tuntas. Pedoman ini dalam pemakaiannya masih perlu
pengembangan lebih lanjut yang merupakan variasi pertanyaan
yang diciptakan secara spontan dalam mendengar jawaban dari
responden.
Wawancara dengan sistem pedoman memberikan
kebebasan yang terbatas pada penanya. Kebebasan tersebut
terbatas sepanjang tidak menyimpang dengan rencana penelitian
yang dirumuskan. Seperti bentuk pertanyaan ini : Apakah di
daerah ini pernah mendapat penyuluhan hukum dari instansi
pemerintah? Apabila jawabannya pernah, bentuk pertanyaan
tersebut dapat dikembangkan menjadi :
Oleh instansi mana saja?
39 LPP KARISMA
Apakah materi yang diberikan dapat dipahami?
Apakah setelah adanya penyuluhan terdapat perubahan
dalam berpikir maupun bersikap?
Dan sebagainya.
Lain halnya dengan daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan
lebih rinci dari segala hal yang dikehendaki dalam penelitian.
Daftar pertanyaan ini kurang memberikan keleluasaan kepada
penanya untuk mengembangkan pertanyaan lebih lanjut secara
spontan karena permasalahan penelitian telah dirumuskan dalam
wujud daftar pertanyaan yang telah dibuatnya secara tuntas.
b. Persiapan wawancara
Pewawancara memerlukan perhatian khusus dalam
persiapannya karena wawancara sebagai jembatan antara
persiapan dalam pengumpulan data dengan penganalisaan data
menuju pada proses penulisan laporan akhir. Sebelum melakukan
wawancara kepada narasumber, diperlukan persiapan agar lebih
dinamis dan mengupayakan rasa tanggung jawab dalam
menuntaskan permasalahan, sehingga tidak menimbulkan
kekurangan keterangan atau salah penempatan informasi dari
responden.
Pada tahap ini bagi pencari data (apabila dilakukan secara
kelompok) perlu :
40 LPP KARISMA
1) Mendapat pengarahan dari ketua.
2) Penghayatan alat bantu wawancara.
Cara menghayati pertanyaan antara lain :
Memahami maksud dan tujuan serta arah
pertanyaan.
Memikirkan segala kemungkinan jawaban dari
pertanyaan.
3) Susunan pertanyaan.
Menyusun pertanyaan dengan memulai dari pertanyaan
yang umum menuju pada yang lebih khusus dan
mendasar pada materi permasalahan pokok penelitian.
4) Bahasa.
Dalam penelitian sosial, responden pada dasarnya
berasal dari masyarakat dengan berbagai tata pikir dan
tata laku. Misal apakah diperlukan susunan pertanyaan
dengan bahasa daerah setempat. Lakukan dengan
pengguaan bahasa yang luwes dan mudah dipahami
baiknya lagi dengan bahasa daerah agar menciptakan
suasana yang lebih bersahabat dan tidak terkesan seperti
diwawancara sehingga narasumber pun dengan santai
memaparkan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki.
5) Latihan lapangan.
Kegiatan ini ditujukan pada anggota yang belum pernah
mengalami tugas lapangan, dengan tujuan membiasakan
berhadapan dengan seseorang, minimal menambah
41 LPP KARISMA
pengalaman dan melatih mental sekaligus menunjang
penghayatan pertanyaan.
c. Teknik wawancara
Kualitas pewawancara pada dasarnya ditentukan oleh minat
tanpa motivasi lain selain ingin mengetahui lebih jauh tentang
suatu permasalahan, sangat mengharapkan (tanpa emosional)
jawaban lebih lanjut atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan.
Moch. Nazir, Ph.D lebih lanjut mengatakan, pewawancara
yang baik tidaklah harus memiliki intelegensi dan pendidikan yang
tinggi. Biasanya seseorang yang mempunyai intelegensi ataupun
pendidikan tinggi cenderung cepat jenuh dengan situasi
mengulang-ulang serta suatu keterbatasan inisiatif oleh
kurangnya intelegensi juga diperlukan sebagai syarat seorang
pewawancara.1)
Pada dasarnya setiap interviewer mempunyai cara masing-
masing untuk menghadapi responden. Namun berikut ini adalah
beberapa teknik wawancara:
1) Setelah diterima kehadirannya, peneliti
memperkenalkan diri seperti, identitas, asal, tujuan
kedatangan dan sebagainya. Kemudian membicarakan
1 Moch, nazir. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia : 1983, hal 245.
42 LPP KARISMA
kesediaannya untuk diwawancarai (apabila belum ada
pembicaraan sebelumnya).
Pengungkapan tujuan penelitian secara jelas dan
mudah dimengerti agar tidak menimbulkan curiga
dari responden.
Misalnya memaparkan kepada manfaat hasil
penelitian untuk masyarakat.
2) Pengajuan pertanyaan secara terperinci dengan
pengembangan yang tidak diulang dalam bahasa yang
baik dan benar, dari yang umum ke yang khusus, hal ini
dimaksudkan agar tidak begitu tersentak dengan
pertanyaan sehingga secara sadar pembicaraan semakin
peneliti arahkan materinya.
3) Setelah data dianggap cukup lengkap, pembicaraan tidak
langsung dipotong sebagai akhir pembicaraan sehingga
timbul kesan responden mempunyai kedudukan yang
membutuhkan. Saat terakhir berikan keleluasaan
responden untuk berbicara lebih banyak terutama dalam
mengungkapkan perasaannya dan ini dilakukan dalam
pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk saran.
Setiap langkah di atas pada dasarnya aktivitas ada pada
peneliti, namun tidak menutup kemungkinan responden justru
mempunyai pembicaraan lebih banyak sehingga menyita waktu.
Menghadapi hal yang demikian, dapat dilakukan pemotongan
43 LPP KARISMA
pembicaraan dengan tetap melihat temperamen responden
dalam berbicara agar tidak memotong di saat yang tidak tepat.
Perlunya menjaga hubungan baik dengan responden adalah
untuk menghindari timbulnya sifat emosional dan mudah
tersinggung karena telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga.
d. Sistem pencatatan hasil wawancara
Hasil wawancara dapat dilakukan dengan pencatatan kasar
sebagai kesimpulan atas pembicaraan. Hal ini tergantung pada
keterampilan dalam menangkap pembicaraan. Dalam melakukan
pencatatan wawancara dapat dilakukan dengan mengambil sikap
sebagai berikut :
1) Pencatatan dilakukan secara langsung ketika wawancara
berjalan.
Keuntungan :
Menghasilkan data yang cukup lengkap.
Setelah wawancara dapat melakukan pekerjaan lain
atau melakukan wawancara berikutnya.
Lebih mudah memformulasikan kembali.
Terhindar dari kurang ingat atau tidak ingat dari
beberapa informasi yang telah dibicarakan.
Kelemahan :
Peneliti seakan hanya berkonsentrasi pada jawaban
dalam mengupayakan untuk menyalin.
44 LPP KARISMA
Dapat berpengaruh pada responden, sehingga
terkesan di interogasi.
2) Pencatatan dilakukan setelah wawancara selesai.
Keuntungan :
Dapat mengembangkan pertanyaan dengan sebaik-
baiknya untuk memperoleh hasil yang sebanyak-
sebanyaknya.
Suasana pembicaraan akan lebih mengena,
sebagaimana pembicaraan sehari-hari tetapi terarah.
Responden merasa lebih diperhatikan dan dihormati.
Kelemahan :
Apabila tidak segera dilakukan pencatatan akan
banyak hal yang tertinggal.
Secermat apapun dalam memperhatikan, besar
kemungkinan ada yang terlupakan.
Sulit memformulasikan kembali hasil wawancara.
3) Pencatatan dilakukan dengan alat bantu tape recorder.
Keuntungan :
Semua hasil wawancara tercatat.
Mudah menuangkan kembali ke bentuk tulisan.
Dapat mengembangkan bentuk pertanyaan spontan
guna mendapatkan data sebanyak-banyaknya.
45 LPP KARISMA
Setiap persoalan didengarkan kembali jika dirasa ada
kekurangan atau keganjilan.
Kelemahan :
Menimbulkan efek psikologis pada responden
terutama yang jarang berhadapan dengan demikian.
Diperlukan waktu khusus untuk mendengarkan ulang
hasil wawancara.
Apabila diperhatikan dalam praktek wawancara, cara
pencatatan langsung berupa pokok-pokok materi akan lebih
berhasil dan tidak terlalu sulit memformulasikan kembali ke
dalam bahasa tulisan juga tidak memakan waktu.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara
sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-
gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.2)
Observasi sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan
secara spontan atau dengan daftar isian yang telah disiapkan
sebelumnya. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk
melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang
2 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia,
1985, hal. 62.
46 LPP KARISMA
tumbuh dan berkembang. Penelitian tentang pengaruh suatu
kegiatan atau aktivitas, berarti membandingkan antara kedua
keadaan yaitu keadaan sebelum dengan sesudah. Misalnya
pengaruh penyuluhan, pada penelitian tersebut observer harus
mendapatkan data dari kedua keadaan sebagai perbandingan.
a. Jenis Teknik Observasi
Menurut cara pelaksanaan dan tujuannya, observasi
dibedakan dalam 2 bentuk :
1. Observasi partisipatif
2. Observasi non partisipatif
Perbedaan ini untuk melihat sejauh mana keterlibatan
observer pada obyeknya.
Observasi Partisipatif
Dalam observasi partisipatif, pengamat ikut berpartisipasi
dalam kegiatan obyeknya. Dari keterlibatan observer pada
aktivitas obyek, dapat dibedakan menjadi :
1) Partisipasi sebagian
Adanya suatu proses kegiatan yang berantai, observer
hanya mengambil sebagian yang dianggap perlu untuk
dilakukan pengamatan. Pada bagian tertentu tugas
pengumpul data perhatiannya terpusat pada obyeknya.
47 LPP KARISMA
2) Partisipasi penuh
Dalam bagian ini, pengamat selalu mengambil bagian
dengan melibatkan diri pada serangkaian proses.
Observer melibatkan sepenuhnya bersama obyeknya.
Contoh, ingin melihat tentang kehidupan tuna wisma
yang tinggal di kolong jembatan, jika partisipasi penuh
yang dipilh, maka observer harus tinggal di tempat yang
sama tanpa menimbulkan kecurigaan pada obyeknya.
Penelitian dengan observasi penuh ini memerlukan
keahlian agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Observasi partisipatif penuh akan lebih banyak
mengumpulkan data valid, dibandingkan dengan
sebagian. Partisipasi penuh melihat proses kegiatan
secara keseluruhan, sedangkan partisipasi sebagian
hanya pada bagian tertentu saja.
Untuk membentuk hubungan yang baik antara pengamat
dan obyek, diperlukan perhatian hal-hal berikut :
Kondisi psikologis dan kondisi lingkungan dibuat tetap
wajar.
Mencegah timbulnya kecurigaan dan penolakan dari
obyek, dengan memberi alasan yang dapat diterima.
Ada baiknya pengamat melakukan pendekatan terhadap
orang-orang yang berpengaruh terhadap obyek.
Observasi Non Partisipatif
48 LPP KARISMA
Jenis observasi ini, pengamat tidak melibatkan diri ke dalam
kegiatan obyek, hanya dilakukan pengamatan pada hal-hal yang
ingin diamati dari penelitian. Pengamatan ini hanya mendapat
gambaran tentang obyek sebatas apa yang diamati dari luar
sistem.
Contoh : Pengamatan kegiatan penyapu jalan raya,
pengamatan kemacetan yang disebabkan kendaraan roda dua
pada hari senin.
Dari contoh ini pengamat hanya merefleksikan apa yang ia
lihat ke dalam dirinya, tanpa merasakan secara langsung,
sehingga aspek psikologis dalam menghadapi permasalahan tidak
dapat dirasakan secara nyata. Penilaian dengan observasi pada
umumnya dilakukan dalam bentuk ini yaitu non partisipatif.
a. Cara pencatatan
Pencatatan hasil pengamatan dilakukan dalam formulir-
formulir yang telah disiapkan dalam bentuk lajur-lajur atau bentuk
lain yang sesuai dengan kebutuhan. Pencatatan dalam bentuk
formulir atau lainnya akan menggambarkan setiap perubahan dan
peristiwa yang teramati. Dari catatan ini dapat dirumuskan kembali
menjadi hasil analisa perubahan. Tujuan adanya formulir adalah :
Mencatat perubahan dari suatu proses sosial atau gejala
social
49 LPP KARISMA
Memudahkan dan membantu merekam perubahan
tersebut.
Dapat diformulasikan kembali untuk dievaluasi gambaran
suatu keadaan yang teramati.
Tidak mudah diketahui orang lain.
Sebagai contoh, berikut ini formulir dari pengamatan
kendaraan bermotor yang melalui Jalan Sudirman pada hari senin
– Sabtu.
kendaraan
angkutan
Truk
tunggal
Truk
tanki Bus
Sedan/
jeep Colt Keterangan
Hewan
Material
Manusia
Pelaksanaan pencatatan dalam observasi juga sering
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, film, video,
kamera, dan lain lain. Keuntungannya adalah sebagai data
pembanding dalam melakukan analisa.
3. Sistem Angket (kuesioner)
50 LPP KARISMA
Seperti halnya wawancara, pertanyaan yang telah tersusun
secara kronologis dari umum mengarah ke khusus untuk
diberikan pada responden yang umumnya beberapa daftar
pertanyaan disebut kuesioner. Kuesioner dibuat dengan
menyesuaikan responden atau dibuat terbatas sesuai dengan
tujuan penelitian. Kuesioner merupakan alat pengumpul data
yang diajukan kepada responden dalam bentuk tertulis
disampaikan secara langsung kepada responden.
Kuesioner memiliki kelebihan sendiri jika dibandung dengan
alat pengumpul data lainnya, misalnya jika dibandingkan dengan
wawancara, kuesioner hanya memerlukan waktu relatif singkat
dalam penyebaran dan pengambilan data. Kuesioner tidak
memerlukan bertatap muka secara langsung, meskipun pada
kenyataannya akan lebih baik jika adanya penjelasan dari
pengamat kepada obyek saat pengisian berlangsung. Hal ini
dilakukan agar tidak adanya salah penafsiran dari pertanyaan-
pertanyaan yang tertera dalam kuesioner. Selain itu peneliti juga
dapat melihat secara langsungkan lebih dekat serta
memungkinkan adanya pembicaraan lanjut sebagai bahan
tambahan yang dapat menunjang penelitian.
Tujuan pembuatan kuesioner adalah :
Lebih mengarah pada informasi yang diperoleh secara
relevan, sehingga terhindar dari data tidak terpakai.
51 LPP KARISMA
Membantu responden memberikan jawaban dalam waktu
yang relatif singkat.
Mengarah dalam pemakaian analisa kuantitatif sebagai
maksud utama, ditunjang analisis kualitatif atau
sebaiknya.
Mempercepat pengumpulan data.
1) Bentuk – bentuk kuesioner
Data yang dihimpun melalui kuesioner dapat
merupakan data primer atau sebagai penunjang
dalam membahas permasalahan.
Bentuk pertanyaan tertulis terbagi menjadi :
Kuesioner tertutup
Dalam kuesioner tertutup responden tidak
mempunyai kesempatan lain dalam memberikan
jawaban selain jawaban yang telah disediakan di
dalam daftar pertanyaan tersebut. Bentuk ini ,
responden hanya bisa memilih dari jawaban-
jawaban yang sudah disajikan.
Syarat dalam pembuatan kuesioner ini diperlukan
pengetahuan mengenai permasalahan yang di teliti, sehingga
jawaban yang mungkin sudah ada dalam pemikiran pembuatnya,
52 LPP KARISMA
hal ini dimaksudkan untuk menghindari melesetnya jawaban di
luar yang tertera pada kuesioner.
Dalam kaitannya dengan responden, bentuk tertutup ini
dapat memberikan stimulan jalan pikiran responden, atas
jawaban yang telah disediakan, membuat responden setuju
dengan jawaban yang tertera sehingga tidak ada lagi pemikiran
lain.
Selain itu diperlukan pengalaman bagi pembuatnya untuk
mengatasi ketidaksempurnaan pembuatan kuesioner, mengingat
bahwa kuesioner ini merupakan bentuk khusus karena sifatnya
tertutup atau jawaban telah disediakan.
Kuesioner terbuka
Bentuk kuesioner terbuka, responden diberi
kesempatan untuk memberikan jawaban sesuai
dengan jalan pikirannya atau jawaban yang
menurutnya benar. Responden memiliki
keleluasaan dalam menanggapi setiap pertanyaan
yang diajukan, jawaban dapat berupa tulisan, atau
dapat berupa lisan apabila pelaksanaannya
dilakukan dengan berhadapan secara langsung
(seperti wawancara hanya saja dengan daftar
pertanyaan yang tertulis).
53 LPP KARISMA
Dalam praktek sering ditemukan penelitian yang dilakukan
dengan penjabaran pertanyaan dan jawaban diberikan pada
waktu yang telah disepakati. Cara demikian mengurangi
objektivitas terutama pertanyaan yang memerlukan persepsi diri
responden atau pertanyaan yang bersifat khusus. Karena dengan
sistem demikian tidak menutup kemungkinan dalam tenggang
waktu tertentu responden mencari jawaban, dan dapat
disangsikan apakah jawaban yang diberikan merupakan jawaban
sendiri atau bukan. Hal ini merupakan konsekuensi bentuk ini dan
konsekuensi ini juga dipengaruhi oleh teknik pengambilan
sampel.
Campuran
Selain terbuka dan tertutup, terdapat bentuk
campuran. Maksudnya adalah disediakan jawaban
di lembaran kuesioner, juga disediakan pula
kolom kosong yang dapat diisi oleh objek
penelitian.
Kuesioner ini memiliki 2 bentuk :
Bentuk pertama :
Antara kuesioner tertutup dengan terbuka berada pada
satu nomor
Bentuk kedua :
Antara kuesioner tertutup dengan terbuka berada pada
nomor yang berlainan dan berurutan.
54 LPP KARISMA
Contoh bentuk kuesioner :
Bentuk tertutup
(1) Apakah di daerah ini pernah terjadi perampokan ?
a) Pernah
b) Tidak pernah
(2) Bagaimana sikap Kamu apabila mengetahui adanya
pencurian ?
a) Diam
b) Melapor pada yang berwajib (polisi)
c) Melapor pada pamong desa
d) Memukul pencuri
Bentuk terbuka
(3) Menurut pendapat Kamu, masalah apakah yang paling
rumit diselesaikan dalam mengatasi kebersihan di desa
ini ?
(4) Usaha apakah yang pernah Kamu lakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut ?
Bentuk campuran – pertama
(5) Apakah Kamu pernah mendengar penyuluhan hukum di
desa ini?
55 LPP KARISMA
a) Pernah
b) Tidak pernah
(apabila pernah) Apakah Kamu menghadiri penyuluhan
tersebut?
a) Hadir
b) Tidak hadir
(apabila hadir) Materi apa yang disampaikan pada
penyuluhan tersebut ?
Bentuk campuran – kedua
Pada bentuk pertama , setiap pertanyaan dipisahkan pada
nomor yang berlainan.
Pada dasarnya setiap pertanyaan dapat dibedakan selain
pada bagaimana bentuknya, juga bagaimana isinya. Isi
pertanyaan menurut Masri Singarimbun, Tri HKamuyani dapat
dibedakan menjadi :
Pertanyaan tentang fakta.
Contoh : nama, umur, pendidikan, pekerjaan.
Pertanyaan tentang pendapat dan sikap.
Pertanyaan ini menyangkut sikap responden terhadap
suatu hal.
Pertanyaan tentang informasi.
56 LPP KARISMA
Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh
responden dan sejauh mana hal tersebut diketahui.
Pertanyaan tentang persepsi diri.
Responden menilai perilakunya sendiri dalam
hubungannya dengan yang lain.
Contoh : Seringnya penyuluhan dilakukan atau
pengaruhnya penyuluhan terhadap orang lain.3)
2) Sistem Penyebaran
Secara garis besar telah dijelaskan , penyebaran kuesioner
baik terbuka maupun tertutup dilakukan menurut kebutuhan dan
isi kuesioner tersebut. Sistem penyebaran kuesioner terutama
kuesioner tertutup biasanya dilakukan tanpa ditunggu oleh orang
yang ditugaskan menyebarkan kuesioner. Dengan kurun waktu
tertentu, yaitu di berikan dan diambil setelah waktu yang
disepakati.
Kuesioner terbuka pada umumnya sistem penyebarannya
dilakukan dengan diantar secara langsung dan pada saat itu pula
diminta, biasanya dilengkapi dengan kegiatan wawancara.
Secara terinci penyebaran kuesioner dapat dilakukan melalui
beberapa cara, antara lain :
3 Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Surve, (Jakarta :
LP3ES, 1985), hal. 131.
57 LPP KARISMA
Diantar sendiri oleh petugas ke alamat yang dituju, ini
dapat dilakukan untuk ketiga jenis kuesioner.
Melalui pos.
Biasanya dilakukan untuk jenis kuesioner tertutup.
Kelemahan dari cara ini adalah adanya kemungkinan
responden yang kurang tanggap sehingga jawaban
dikembalikan tidak sesuai dengan waktu yang diberikan.
Ada beberapa cara mendapatkan kembali jawaban,
dikirim kembali lewat pos atau diambil oleh petugas.
Diantar ke petugas hanya pada lokasi sampel.
Contoh : Desa A termasuk desa sampel penelitian, para
petugas hanya mengantar dan menyerahkan pada
seseorang dan dari orang tersebut akan diteruskan
kepada responden.
Cara ini dilakukan apabila sudah ada pembicaraan dengan
aparat desa yang sanggup membantu.
Sistem penyebaran di atas tidak selamanya baik untuk
kuesioner terbuka, sebab kuesioner terbuka memerlukan
pengungkapan kembali dalam lisan agar jawaban dari
responden dapat dimengerti dengan baik.
3) Cara Pembuatan
Kuesioner dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan data
sebaik mungkin, baik dalam arti sesuai dengan yang diharapkan.
Sehingga apabila banyak data yang kurang valid bukan semata
58 LPP KARISMA
kesalahan responden melainkan dapat dikaji apakah kuesioner
yang dibuat telah sesuai dan mudah dimengerti.
Dasar pembuatan pertanyaan dapat berpegang pada :
Mengingat pertanyaan dibuat seseorang dan diajukan
kepada orang lain. Maka harus digunakan kata-kata yang
sederhana tidak banyak menggunakan istilah, tidak
terlalu berbelit dan mudah dimengerti oleh segmen
responden yang dituju.
Menghindari pertanyaan yang dapat ditafsirkan lain atau
mempunyai beberapa penafsiran.
Mengusahakan pertanyaan yang langsung menuju pada
materi jawaban dan jelas.
Contoh : berapa kali penyuluhan dilakukan ?
Apakah penyuluhan yang dimaksud adalah penyuluhan
dari pemerintah atau dari suatu lembaga atau keduanya,
hal ini harus dijelaskan secara tegas.
Menghindari bentuk pertanyaan yang mengarahkan
jawaban atau yang mengandung sugesti.
Contoh : apakah pada hari jumat saudara bermain sepak
bola, tenis meja atau bentuk olah raga lainnya?
Pertanyaan demikian mengandung sugesti maka lebih
baik bentuk pertanyaan tersebut diperumum, apakah
olahraga yang saudara lakukan pada hari umat?
59 LPP KARISMA
Pertanyaan dibuat dengan berpangkal pada satu sumber
permasalahan atau beberapa permasalahan yang telah
dirumuskan dalam rancangan penelitian. Jadi permasalahan
tersebut merupakan bentuk utama atau beberapa pertanyaan
yang diwujudkan dalam kuesioner. Jawaban atas pertanyaan
dalam kuesioner secara keseluruhan merupakan jawaban atas
beberapa permasalahan penelitian. Dengan kata lain pangkal
pertanyaan berada pada hipotesanya, sehingga diharapkan
pertanyaan tersebut dapat menguji hipotesa.
Contoh : apabila kualitas penyuluhan kesehatan di desa
ditingkatkan, maka upaya meningkatkan kesadaran masyarakat
akan kebersihan dapat tercapai.
Dari hipotesa tersebut dalam pembuatan pertanyaan dapat
dirinci dalam kelompok besar :
Kualitas pendidikan penyuluh.
Hubungan antara kualitas pendidikan dengan cara
penerapannya.
Penguasaan materi penyuluhan.
Penguasaan bahasa daerah setempat.
Dengan kelompok permasalahan ini kemudian dirinci lebih
lanjut ke dalam bentuk pertanyaan dalam kuesioner.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder
60 LPP KARISMA
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh
peneliti melalui media perantara. Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan.
Data sekunder dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber,
yaitu data internal dan data eksternal. Data internal adalah data
yang berasal dari dalam organisasi dan riset yang sedang
dilakukan. Misalnya data penjualan dan biaya yang dikomplikasi
dalam siklus akuntansi yang normal, data ini dapat diperlukan pas
banyak permasalahan, seperti evaluasi strategi pemasaran atau
penilaian posisi kompetitif dalam industri. Contoh lain data
penelitian internal KARISMA atau data penelitian remaja yang
telah dilakukan sebelumnya.
Sedangkan data eksternal adalah data yang berasal dari luar
organisasi di mana riset dilakukan. Sumber eksternal terbagi
menjadi sumber-sumber yang teratur menerbitkan data-data
statistik dan menyediakannya secara gratis kepada para
pengguna misalnya pemerintah, atau organisasi komersial yang
menjual jasanya kepada pengguna misalnya ACNielsen.
Umumnya data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan
kepustakaan disebut data sekunder. Data ini biasanya digunakan
untuk melengkapi data primer, mengingat bahwa data primer
dapat dikatakan sebagai data praktek di lapangan yang ada secara
61 LPP KARISMA
langsung karena penerapan suatu teori. Untuk melihat konsepsi
penerapan perlu adanya refleksi kembali ke dalam teori- teori
yang terkait. Sehingga perlunya data sekunder sebagai pemandu
dan pendukung data primer.
Pada umumnya untuk mendapatkan data sekunder, tidak
lagi dilakukan wawancara atau melalui alat pengumpul data jenis
lainnya melainkan meminta bahan-bahan sebagai pelengkap
dengan melalui petugas atau dapat tanpa melalui petugas dengan
mencari dari file-file yang tersedia.
Data primer dan data sekunder saling melengkapi dan
menunjang, meskipun pada dasarnya kedua jenis data tersebut
berdiri sendiri-sendiri. Dalam penelitian untuk mencapai
kelengkapan semuanya sangat dibutuhkan, data primer akan
memperoleh kelengkapannya apabila ditunjang oleh data
sekunder, demikian pula sebaliknya. Data sekunder akan lebih
mudah didapatkan apabila data primer cukup lengkap menunjang
permasalahan.
Penggunaan data sekunder dalam penelitian yang berkaitan
dengan data empiris, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian mengingat terkadang data sekunder sudah dianggap
cukup untuk menyelesaikan permasalahan tanpa ditunjang data
primer.
62 LPP KARISMA
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1) Data sekunder harus ditelaah secara kritis, untuk
menghindari adanya hubungan yang pasti antara data-
data yang terkumpul. Karena mencari data sekunder
relatif lebih cepat dan mudah secara prosedur
dibandingkan dengan data primer. Hanya saja peneliti
harus mampu mengetahui valid atau tidaknya data
sekunder tersebut.
2) Ketidakjelasan data sekunder dihilangkan, agar tidak
menimbulkan dualisme pemikiran yang berakibat pada
tidak tepatnya data menjawab permasalahan.
3) Dalam mengumpulkan data sekunder, metode penelitian
yang digunakan tidak begitu diperhatikan.
4) Data sekunder dapat dikumpulkan di mana saja tanpa
memperhatikan lokasi penelitian, tidak terikat pada
lokasi tertentu kecuali data sekunder yang bersifat
praktek.
5) Waktu yang diperlukan lebih leluasa dibandingkan
penelitian empiris.
6) Diperlukan ketekunan dan ketelitian dalam memilih data
yang diperlukan.
63 LPP KARISMA
Daftar Pustaka
Arifin, Tajul. 2013. Teori Dan Teknik Pembuatan Desain
Penelitian. Makalah: disampaikan dalam Workshop
Penelitian Dosen Perguruan Tinggi Gama Islam Swasta
(PTAIS) Kopertais Wilayah Jawa Barat dan Banten.
Sumedang
Churchill, Gilbert A. Basic Marketing Research Fourth
Edition. Hartcout, Inc.
Doonelly, J.P. dan William, T. 2006. The Research Methods
Knowledge Base.Cornell University.
Hadi, A. Kurniawati. Pengaruh Presepsi Nilai Konsumen
Terhadap Perilaku Pembelian. Depok. Universitas
Indonesia.
Keban, Yeremias T.. 1998. Metode Penelitian Administrasi
Negara. Modul Kuliah.
Malhotra, Naresh K. 2007. Marketing Research an Applied
Orientation 5th edition.
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian
Surve, (Jakarta : LP3ES, 1985).
Moch, nazir. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
: 1983.
64 LPP KARISMA
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Saris, Willem E., dan Gallhofer, Irmtraud N. 2007. Design,
Evaluation, and Analysis of Questionnaires for Survey
Research Wiley Series in Survey Methodology. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Sya’ban, Ali. 2005. Teknik Analisis Data Penelitian: Aplikasi
program SPSS dan Teknik Menghitungya. Disampaikan
pada pelatihan metode penelitian di Jakarta: UHAMKA.
Trochim, Willem, dan Donnelly, James P. 2006. The
Research Methods Knowledge Base. Atomic Dog
Publishing.
Wasis. 2008. Pedoman Penelitian Praktis Untuk Profesi
Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
65 LPP KARISMA
Biodata Penulis
Elsa Asri Nauli, Lahir di serang di KARISMA
sudah mencapai 2 tahun setengah pernah
menjadi Admin divisi Lingkar Sahabat (LS),
Admin Badan Koordisasi Mentoring (BKM) dan
sekarang menjadi Admin di Lembaga
Pengkajian dan Penelitian KARISMA (LP2K). Perempuan kelahiran
tahun 1993 ini memiliki hobi membaca.
Elsa adalah seorang mahasiswi dari Universitas Padjadjaran
(UNPAD) jurusan Biologi angkatan tahun 2011. ia bisa dihubungi
melalui e-mail elsa.asri.ean@gmail.com.
Haifa Afifah Sholihah, adalah salah seorang
pembina KARISMA yang juga masuk di
periode sama dengan Elsa. Selama di
KARISMA ia menjabat di Badan Syiar Media
(BSM) dari pertama masuk sampai saat ini.
terakhir ia menjadi pimpinan redaksi buletin
online KARISMA. Pernah menjadi bagian dari divisi KARISMA
Learning Center (KLC) sebagai pengelola WEB resmi KLC. Di
LP2K sendiri ia menjadi staf yang fokus mengurusi penyusunan
buku SOP Penelitian.
66 LPP KARISMA
Perempuan kelahiran Bandung 4 November 1993 ini merupakan
salah satu dari mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia
jurusan Pendidikan Bahasa Arab, FPBS tahun angkatan 2011.
Berkenaan dengan hobinya yaitu menulis, membaca dan jalan-jalan,
kita bisa akses blog pribadinya di www.safarholic.tumblr.com dan
menghubunginya melalui e-mail di haifaafifah@gmail.com.
Iqbal Fauzi Aditama, seorang mahasiswa
Teknik Geofisika ITB 2011 saat ini menjabat
sebagai Ketua LP2K. Dalam perjalanannya di
KARISMA ia pernah menjadi staf Evening,
staf tim Pembinaan Pembina (PP) dan Ketua
tim Pembinaan Pembina (PP).
Selama Iqbal menjabat di Ketua LP2K, telah melakukan beberapa
penelitian intern (pembina) dan ekstern (remaja). Pria yang hobi
bermain bola ini tinggal di kota Cimahi.
Pria kelahiran 16 Februari 1993 ini juga sering membuat artikel-
artikel tentang remaja dan masalah-masalah yang terjadi di kalangan
remaja. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat mengontak melalui
email di iqbalf.173@gmail.com.
67 LPP KARISMA
Khoirul Hidayat, Seorang mahasiswa
jurusan Matematika ITB 2011 yang menjabat
sebagai wakil ketua di LP2K ini juga pernah
menjadi staf mentoring Lingkar Sahabat (LS),
dan Ketua tim Mentoring Lingkar Sahabat
(LS).
Selain terlibat aktif di LP2K, sesekali beliau juga mengisi
kekosongan pengajar di KARISMA Learning Center sebagai
pengajar Matematika.
Pria yang kecil di kota Depok ini juga memiliki hobi bermain bola,
alamat email yang bisa menjadi perantara untuk menghubunginya
adalah khoirul.hidayat@gmail.com.
68 LPP KARISMA
top related