kurikulum berbasis kompetensi
Post on 30-Oct-2014
141 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ada adigum yang tak mempesona tetapi terlajur melekat pada dunia
pendidikan kita; Ganti Menteri Ganti Kurikulum. Sehingga setiap kali terdapat
pergantian kuriulum atau setidaknya perubahan kurikulum, masyarakat selalu
menanggapi dengan nada minor. Begitupun ketika mereka mendengar akan
diberlakuakan kurikulum 2006 pada tahun pelajran baru 2006/2007. Mereka mereka
masih menyambutnya dengan nada relative sama.
Alasan yang peling mendasar, selama ini telah tujuh kali terjadi pergantian
kurilkulum. Sayangnya hal itu tidak terlalu memiliki dampak peningkatan kualitas
siswa didik dan dunia pendidikan itu sendiri. Alasan lainnya, bahwa dengan
kurikuum baru tentu saja akan berganti buku baru pula. Dan itu berarti secara
otomatis orang tua harus mengeluarkan uang buat pembelian buku tersebut. Apalagi
kurikulum 2004 atau yang lazim Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), telah
diujicobakan sejak tahun 2001. Dan kurikulum tersebut hingga kini masih belum
secara resmi diberlakukan, tetpai justru kini akan digantikan dengan kurikukum
2006.
Padahal selama ini, bayak sekali sekolahdan madrasah yang masih
melaksanakan Kurikulum 2004 terebut diatas kertas saja. Konkritnya, secara tertulis
mereka menggunakan Kurikuklum 2004 tetapi ternyata secara praktek lapangan
mereka masih menggunakan methode pembelajaran kalsik atau tradisional. Bahkan
pemahanan bahwa buku ajar bukanlah satu-satunya sumber pelajaran, masih belum
bisa mereka aplikasiakan secara baik. Tak sedikit guru yang belum mampu menjadi
1
motivator pendidikan, yang dapat merangasng peserta didik untuk mencari dan
menganalisa informasi dari berbagai sumber-sehingga proses pembelajaran
berlangsung aktif.
Hal ini yang menyebabkan sulitnya pelaksanaan Kurkulum Bernasis
Kompetensi, adalah masih banyak guru yang menempatkan sebagai “Pekerja
Kurikulum”. Mereka terbiasa dengan mengikuti apa yang sudah digariskan
pemerintah dalam kurikulum. Padahal dalam KBK, guru sangat diharapkan agar
lebih berperan senagai pengembang kurikulum. Fenomena secara ilmiah inilah yang
membuat banyak pihak menjadi serba bertanya-tanya; Klaau kurikulum 2004 sejak
pelaksanaannya masih terbata-bata semacam ini, kenapa justru akan digantikan
dengan kurikulum yang baru?
Makalah ini mencoba untuk sedikit menggunakan kesalahpamahan tersebut.
Kesalahpahaman mendasarnya terletak pada angapan, bahwa kurikukum 2006 adalah
sebagai pengganti kurikulum 20044. Padahal sesungguhnya, yang terjadi bukanlah
demikian. Anggapan tersebut meleset dari yang dikirakan.
Yang perlu dipahami bahawa kurikulum 2006 tersebut bukanlah pengganti
kurikukum 2004, melainkan merupakan tindak lanjut dari tugas BSNP (Badan
Standar Nasional Pendidikan) dalam menyusun standart isi pendidikan
Dengan kata lain, Kurikulum 2006 tersebut hanyalah sebagai standarisasi saja, agar
sekolah dan madrash memiliki acuan secara lebih jelas.
Adanya kurikulum 2006 merupakan langkah lanjut atau hasil kajian tentang
kelemahan-kelemahan yang ada di KBK. Teori KBK yang terkesan muluk-muluk
harusnya lebih dibumikan, sesuai kondsi di lapangan. Jika tidak demikian tentu dunia
2
pendidikan hanya akan berhenti pada tataran konsep semata. Maka rumusan-rumusan
yang dituangkan dalam Kurikulum 2006, benar-benar merupakan jawaban atas
kebutuhan pendidikan yang ada.
3
BAB II
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
I . Pengertian
Dewasa ini kehidupan manusia dengan cepat berubah dari waktu ke waktu.
Demikian juga dengan kehidupan anak/generasi muda, yang bahkan kadang-
kadang perubahan itu sangat kompleks. Kehidupan keluarga, termasuk anak-
anak sekarang memberikan banyak kebebasan dan banyak dipengaruhi oleh
faktor dari luar. "Dunia menjadi semakin kosmopolitan dan kita semua
mempengaruhi satu sama lain." Demikian ujar desainer Paloma Picasso, seperti
dikutip oleh John Naisbitt (1990:106)
Dari gambaran di atas kiranya jelas bahwa dunia yang dihadapi peserta
didik termasuk mahasiswa pada saat ini, sangat kompleks.Wajarlah jika secara
periodik kurikulum senantiasa harus selalu ditinjau kembali, dan senantiasa ada
pembaharuan di bidang kurikulum.
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Menurut Crunkilton (1979:222) dalam Mulyasa, (2004:77) mengemukakan bahwa
“kompetensi ialah sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap
dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”.
4
Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap
dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat
hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dengan
kemampuan yang diperlukan oleh kerja.
II . Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum nasional mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi
pada hakekat pembelajaran bahasa . Yang dimaksud dengan hakekat pembelajaran
bahasa yaitu pembelajaran dimaksudkan untuk menjadikan siswa belajar dan
kemudian terampil berkomunikasi. Disamping itu kurikulum nasional berupaya
menjadikan siswa memiliki kompetensi kesastraan, yakni membawa siswa belajar
memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiannya.
Selain dari paparan di atas, KBK di arahkan agar siswa terbuka terhadap
beragam informasi disekitar siswa, mampu menjaring informasi yang di perlukan
untuk meningkatkan kemampuannya, memiliki motivasiyang kuat untuk secara
mandiri mengembangkan kemampuan diri dan kepribadiannya, serta tidak merasa
malu memiliki budaya sendiri sehingga tidak tercabut dari akar budaya yang
dimilikinya.
Menurut Gordon, (1998 : 109) dalam Mulyasa, (2004 : 77-78) menjelaskan beberapa
aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :
5
Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh individu.
Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Sikap (attitude) yaitu (senang atau tidak senang, suka tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan terhadap yang datang dari luar.
Minat (interest) adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatau
perbuatan.
Berdasarkan gambaran kompetensi di atas. Maka kurikulum berbasis
kompetensi adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan
kompetensi tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tersebut
Dengan demikian penerapan kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab, dan
partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum,
6
serta memberanikan diri berperan dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun
masyarakat (Mulyasa, 2002 : 39).
Berdasarkan pengertian kompetensi diatas, maka kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta
didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan
minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran
yang dinyatakan sedemikian rupa. Sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam
bentuk prilaku atau keterampilan peserta didik sebagai sesuatu kriteria keberhasilan.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menuntut guru yang berkualitas dan
profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangkaian meningkatkan kualitas
pendidikan. Dalam hubungannya dengan pembelajaran memenuhi spesifikasi
tertentu dalam proses belajar.
Kay (1977) dalam Mulyasa, mengemukakan bahwa “pendidikan berbasis kompetensi
selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa”
dan “bagaimana” jadi perbuatan tersebut dilakukan” (Mulyasa, 2002 : 23).
7
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kurikulum berbasis kompetensi
berorientasi pada kreativitas individu untuk melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran dan efek (dampak) yang diharapkan yang muncul dari peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan keberagaman yang
dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Rumusan kompeten dalam
kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat
diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan Madrasah,
sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten. KBK merupakan suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan,
kemampuan, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk kemahiran dengan penuh tanggung jawab.
Hall (1986) dalam Mulyasa menyatakan bahwa “setiap peserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup” (Mulyasa,
2002 : 41).
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa perhatian harus dicurahkan kepada
waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar. Perbedaan antara peserta didik yang
pandai dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu, peserta
didik yang bodoh memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari sesuatu
8
atau memecahkan suatu masalah, sementara yang pandai bisa cepat melakukannya.
Kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk berkreasi dan berimajinasi jika
diberikan kesempatan dan peran aktif guru terhadap siswa yang secara tidak
langsung akan memberikan dampak terhadap penguasaan apa yang telah diajarkan
guru.
“Kurikulum berbasis kompetensi menuntut guru yang berkualitas dan profesional
untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Meskipun demikian, konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan sebagai resep untuk
memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat memberi sumbangan yang
cukup signifikan, terhadap perbaikan pendidikan” (Mulyasa, 2002 : 40).
“Kurikulum berbasis kompetensi itu salah satu komponen dalam pembelajaran dan
bukan komponen terpenting. Koponen yang lebih penting adalah guru
(Karakteristiknya, kompetensinya, dan unjuk kerjanya) yang bertanggung jawab
tentang jalannya proses pembelajaran, dan unjuk kerjanya) yang bertanggungjawab
tentang jalannya proses pembelajaran”( Sartono, 2002).
Kurikulum ini menekankan pada penyusunan program pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus
sebagai tingkah laku yang harus dicapai. Kurikulum berbasis kompetensi menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-
tugas tertentu yang sesuai denagn standar performance yang telah ditetapkan.
Rumusan ini menunjukkan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
9
individu agar mampu malakukan perangkat kompetensi yang mengandung empat
unsure pokok, antara lain:
a. pemilihan kompetensi yang sesuai
b. spesifikasi indicator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi
c. pengenbangan sistem pengajaran
d. penilaian
Dalam pendekatan kompetensi kemampuan yang dikembangkan adalah
kemampuan yang mengarah kepada pekerjaan, dan pendekatan pengembangan
pribadi, karena standart kompetensi yang dikembangkan berkenaan dengan pribadi
peseta didik, seperti kompetensi intelektual, social dan komunikasi, penguasaan
nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan. Bedanya kurikulum berbasis kompetensi
adalah lebih difokusakn pada kompetensi potensial yang esensialnya sedangkan
pengembangan pribadi lebih menekankan pada keutuhan perkembangan kemampuan
tersebut.
III. Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sesuai dengan prinsip diversifikasi dan desentralisasi pendidikan maka
pengembangan kurikulum ini digunakan prinsip dasar “kesatuan dalam kebijakan
dan keberagaman dalam pelaksanaan” prinsip kesatuan dalam kebijakan yaitu dalam
mencapai tujuan pendidikan perlu ditetapkan standar kompetensi yang harus dicapai
10
secara nasional, pada setiap jenjang pendidikan. Sedangkan prinsip keberagaman
dalam pelaksanaan yaitu dalam menyelenggarakan pendidikan yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran penilaian dan pengelolaannya
mengakomodasikan perbedaan yang berkaitan dengan kesiapan dan potensi
akademik, minat lingkungan, budaya, dan sumber daya sekolah sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan masing-masing.
“Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan
berbagai faktor yang saling terkait” (Mulyasa, 2002 : 61).
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi menfokuskan pada
kompetensi tertentu berupa pedoman pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
didemostrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang
dipelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan para guru
menilai hasil belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa
yang dipelajarinya.
Secara rinci pengembangan KBK mempertimbangkan hal-hal berikut :
Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang perlu digali, dipahami dan
damalkan siswa.
Penguatan integritas nasional yang dicapai melalui pendidikan
Keseimbangan berbagai bentuk pengalaman belajar siswa yang meliputi
etika, logika, estetika dan kinestetika
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat diutamakan seluruh siswa dari
berbagai kelompok
11
Kemampuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai
pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat beruibah dan penuh
ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperehensif
(Sujatmiko, 2003 : 7).
Sedangkan prinsip dasar kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan
dalam KBK adalah mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif,
bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan prilaku sehari-hari melalui
pembelajaran secara aktif yaitu :
1. Berpusat pada siswa
2. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
3. Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi perlu dilatih untuk
terbiasa bekerja mandiri, kerjasama dan berkompetensi
4. Menciptakan kondisi yang menyenangkan
5. Mengembangkan kemampuan dan pengalaman belajar Karakteristik mata
pelajaran (Depdiknas,2003:10)
IV. Kesimpulan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kurikulum berbasis kompetensi
sebagai suatu kurikulum yang mendasari rencana pendidikan dan pembelajaran di
Indonesia ini adalah suatu kemajuan sendiri dalam perjalanannya. Hal ini sudah
12
barang tentu sebagai suatu usaha pembangunan manusia Indonesia kearah yang lebih
baik lagi
Hanya saja kurikulum di Indonesia kembali terjebak pada pola pendidikan
yang tetap mempertahankan otoritas pendidik dalam kelas (pada pendidikan formal)
walaupun dengan metode sekarang yang lebih variatif. Secara substansial,
pendidikan dengan dasar KBK belum sampai kepada pendidikan yang dianut oleh
Confucius. Akan tetapi, memang metode-metode pendidikan yang sudah dan sedang
dijalankan sudah mendekati kepada tujuan pendidikan Confucianisme. Boleh
dikatakan tinggal beberapa langkah lagi sampai kepada idealisme pendidikan
Confucianisme.
V. Saran
Karena pendapat dari masing-masing individu berfariasi maka penulis
berharap saran memngenai pembahasan Kurikulum Berbasi Kompetensi ini demi
kesempurnaan pembahsan KBK ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Creel, H. G. 1990. Alam Pikiran Cina; Sejak Confucius sampai Mao Zedong .
Yogyakarta : P. T. Tiara Wacana.
Drost. J. 2005. dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sampai MBS (manajemen
. berbasis sekolah); esai-esai pendidikan . Jakarta: Kompas
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Rosydakarya
Ibrahim, Dr sakdiah, M.Pd. 2006. Kurikulum Dan Pembelajaran. Darussalam.
Universitas Syiah Kuala.
Mulyasa, 2002. dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi). . Jakarta: Kompas
14
top related